• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Asupan Air dan Mutu Gizi Asupan Pangan pada Lansia di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Asupan Air dan Mutu Gizi Asupan Pangan pada Lansia di Indonesia"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

DESI YUDIANTI. An Analysis of Water Intake and Nutritional Quality of Diet Among Indonesian Elderly (Supervised by Hardinsyah and Yayat Heryatno)

The objective of this research was to analyze water intake and nutritional quality of diet among Indonesian elderly. This research was carried out through analyzing a data set of Riskesdas, collected in May-August 2010 by applying a cross-sectional study design. This study area consists of 441 regencies/cities in 33 provinces. Data processing, analysis, and interpretation by the researcher among 26218 elderly (from 28347 Indonesian elderly) were conducted in Bogor between June-September 2011. The result showed that the mean total water intake of elderly man and woman was 1670.5 ± 598.8 mL/day and 1498.7 ± 530.5 mL/day (p<0.01), respectively. Percentage of water from beverages, food, and metabolic of man and woman are 55.7%, 34.5%, 9.8% and 56.2%, 34.2%, 9.6%, respectively. Water requirement of elderly man and woman was 2418.9±721.9 mL/day and 1942.1±538.8 mL/day (p<0.01), respectively. Adequacy levels of water intake was calculated from data Riskesdas for man and woman was 74.4±33.2 % and 82.1±34.8 % (p<0.01), respectively. Nutritional quality of diet among Indonesian elderly man (58.4%) and woman (56.6%) was very low (the mean of MGP in man and woman was 51.3±16.3 and 52.2±16.7), only 2.6% of man and 3.3% of woman have good nutritional quality of diet (p<0.01), respectively. Water intake had a significant correlation with age (r=-0.107), education (r=0.135), and economic status (r=0.147). Nutritional quality of diet had a significant correlation with age (r=0.045), education (r=0.110). and economic status (r=0.197). Water intake and nutritional quality of diet had significant difference between elderly who lives in rural and urban.

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air adalah zat yang penting bagi semua kehidupan di bumi. Tubuh manusia dapat bertahan sampai berminggu-minggu tanpa makanan, tetapi hanya dapat bertahan beberapa hari tanpa air. Air mempunyai beberapa fungsi bagi tubuh manusia, antara lain untuk pelarut, reaksi metabolik, mempertahankan struktur makromolekul, stabilisasi membran sel, termoregulasi, transportasi zat gizi, dan memelihara homeostatis tubuh (Wenhold & Faber 2009).

Menurut Praboprastowo & Dwiriani (2004), kebutuhan air bagi setiap orang berbeda-beda. Besarnya kebutuhan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, suhu dan kelembaban lingkungan, serta aktivitas fisik (Yuniastuti 2008). Kebutuhan air tubuh dapat dipenuhi dari tiga sumber, yaitu air dari minuman, air dari makanan, dan air metabolik (Santoso et al. 2011).

Sawka et al. (2005) menyatakan bahwa secara normal tubuh akan kehilangan air melalui paru-paru ketika menghembuskan nafas, melalui keringat, produksi kemih dan pada saat buang air besar. Kehilangan cairan tersebut harus diganti untuk menjaga agar kondisi dan fungsi cairan tubuh tidak teganggu. Apabila tubuh tidak cukup mendapatkan air atau bila terjadi kehilangan air sekitar ≥2% dari berat badan (pada anak, remaja, dan dewasa) maka akan terjadi dehidrasi. Selain itu menurut Santoso et al. (2011), kekurangan air juga dapat menyebabkan hipovolemia, yaitu terjadi pengurangan volume cairan ekstra sel. Sebaliknya, apabila kelebihan cairan maka akan menyebabkan hiponatremia (keadaan sodium dalam darah yang rendah). Hal ini diakibatkan karena kelebihan air atau cairan dalam tubuh. Orang yang memiliki gangguan neurologis dan metabolisme lebih rentan terkena hiponatremia, misalnya golongan lansia (Santoso et al. 2011 dan Anonim 2007).

(3)

(Rotikan 2003). Selain itu, lansia sangat berisiko terhadap asupan air yang rendah karena penurunan sensitifitas rasa haus dan nafsu makan (EFSA 2010).

Penelitian tentang konsumsi air di Perancis, dari 245 lansia yang berumur >65 tahun, rata-rata konsumsi air nya yaitu 1105 (mL/hari) (Volatier 2000 dalam EFSA 2010). Selain itu di Itali, rata-rata konsumsi air dari 167 lansia yang berumur >64 tahun adalah sebesar 858 mL/hari (Turrini et al 2001). Penelitian lain di Belgia menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi air lansia berumur 60-74 tahun sebesar 1393 mL/hari (Devriese et al 2006 dalamEFSA 2010). Penelitian terhadap lansia di Indonesia, tentang asupan air yang optimal pada lansia di panti werda yaitu sebanyak 1000 mL/hari, volume asupan air sampai dengan 1500 mL/hari masih dalam batas aman (Siregar et al. 2009). Belum ada penelitian tentang konsumsi air pada lansia di seluruh Indonesia.

Selain air, manusia juga membutuhkan makanan untuk hidupnya. Berdasarkan UU No. 7 tahun 1996, bahwa pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan pembuatan makanan atau minuman. Salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan dan penggunaan makanan oleh tubuh adalah mutu gizi pangan.

Mutu gizi asupan pangan adalah salah satu dimensi utama mutu pangan yang menggambarkan pemenuhan kebutuhan gizi dari pangan yang dikonsumsi (Hardinsyah & Atmojo 2001). Lansia merupakan salah satu golongan yang perlu diperhatikan mutu gizi asupan pangannya. Hal ini karena lansia telah mengalami banyak perubahan fisiologis pada tubuhnya sehingga berpengaruh juga terhadap kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsinya, dalam konteks ini lansia merupakan kelompok umur yang memiliki risiko cukup besar terjadi kurang gizi yang dapat berakibat terhadap peningkatan mortalitas dan morbiditas dan juga lama rawat apabila lansia dirawat di rumah sakit

(4)

anak batita. Sampai saat ini, di Indonesia belum dilakukan studi tentang mutu gizi asupan pangan pada kelompok lansia di Indonesia.

Telah dijelaskan beberapa masalah yang ada, baik itu tentang asupan air maupun mutu gizi asupan pangan terutama pada lansia. Permasalahan-permasalahan ini kurang diimbangi dengan penelitian-penelitian yang seharusnya dilakukan untuk memberikan gambaran yang nyata dalam upaya penanggulangan masalah, sehingga peneliti melakukan penelitian tentang asupan air dan mutu gizi asupan pangan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada lansia di Indonesia.

Tujuan

Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada lansia di Indonesia. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu (1) mempelajari karakteristik lansia, (2) menganalisis asupan air pada lansia, (3) menganalisis kebutuhan dan tingkat pemenuhan kebutuhan air pada lansia, (4) menganalisis mutu gizi asupan pangan pada lansia, (5) menganalisis hubungan antara karakteristik lansia dengan asupan air dan mutu gizi asupan pangannya.

Kegunaan

(5)

TINJAUAN PUSTAKA

Lansia

Masa lanjut usia pada kelompok lansia merupakan masa penutup dari kehidupan manusia. Seseorang diatas umur 55 tahun disebut dalam tahap masuk lanjut usia (Setiyono 2010). Departemen kesehatan (1991) mengelompokkan lansia menjadi tiga. Pertama adalah lansia dini (55-64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia. Kedua adalah kelompok lansia (65-70 tahun). Ketiga adalah lansia risiko tinggi (>70 tahun), atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita penyakit berat, atau cacat.

Menurut Undang-undang No.4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia 56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-undang tersebut menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke atas.

Turner dan Helms (1991) menyatakan bahwa proses penuaan terbagi atas penuaan eksternal dan penuaan internal. Proses penuaan eksternal merupakan proses penuaan yang gejalanya dapat dilihat. Perubahan-perubahannya dapat diamati dari kulit, rambut, gigi, dan postur tubuh. Penuaan internal adalah penuaan yang gejalanya tidak dapat dilihat, yaitu perubahan degeneratif yang terjadi di dalam tubuh. Perubahan tersebut terjadi pada sistem saraf, kardiovaskuler, pernapasan, pencernaan, urinari, dan sistem imun.

Astawan dan Wahyuni (1988) menyatakan bahwa perubahan-perubahan umum yang dialami oleh lansia adalah berkurangnya cairan di dalam tubuh, meningkatnya kadar lemak dalam tubuh, meningkatnya kadar kapur dalam otak dan pembuluh darah namun mengalami penurunan dalam jaringan tulang, terjadi perubahan-perubahan pada jaringan ikat, menurunnya laju metabolisme basal setiap satuan berat badan, menurunnya aktivitas hormon, menurunnya aktivitas enzim, dan perubahan fisik lain-lain. Menurut Dahlia (2004) dalam Erawati (2005), pada umumnya setelah orang memasuki tahap lanjut usia maka akan mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.

Asupan dan Keluaran Air

(6)

berbagai reaksi biologik. Air diperlukan juga untuk menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk yang lebih sederhana. Fungsi lain air adalah sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh, fasilitator pertumbuhan, dan pengatur suhu (Almatsier 2003).

Keseimbangan air tubuh dikontrol dengan pengaturan masukan dan ekskresi cairan. Secara normal, masukan air dipengaruhi oleh rasa haus, yang merupakan pertahanan utama terhadap kekurangan cairan. Rasa haus merupakan keinginan yang sadar untuk minum air yang diatur oleh suatu pusat di midhipotalamus (Adelman & Solhung). Namun, selain karena adanya rasa haus, manusia juga mengonsumsi cairan karena alasan kesukaan seperti saat mengonsumsi minuman manis dan alkohol (Popkin et al. 2010). Keseimbangan cairan tubuh diatur oleh mekanisme homeostatis yang dipengaruhi oleh status cairan tubuh. Defisiensi air meningkatkan konsentrasi ionik pada kompartemen ekstraseluler yang meyebabkan sel-sel mengerut. Pengerutan sel dideteksi oleh dua sensor otak, yang satu mengontrol minum dan yang lain mengontrol ekskresi urin (Popkin et al. 2010).

Keseimbangan air akan tercapai bila jumlah asupan air sama dengan jumlah keluaran air. Asupan dan keluaran air dibagi menjadi dua, yaitu asupan air wajib dan asupan air elektif (kehendak sendiri) serta keluaran air wajib dan keluaran air elektif. Asupan air wajib berasal dari air minum (jumlah minimal), air yang berasal dari makanan, dan air hasil oksidasi zat makanan (Santoso et al. 2011).

Jumlah air minum minimal adalah air minum yang harus masuk dalam keadaan basal (badan dan lingkungan normal, serta dalam keadaan istirahat) untuk menjaga keseimbangan, volumenya kurang lebih 400 mL. Air yang berasal dari makanan adalah kandungan air yang ada dalam makanan, volumenya kurang lebih 850 mL (daging mengandung 70% air sedangkan buah dan sayuran mengandung 100% air). Air hasil oksidasi zat makanan adalah air hasil oksidasi protein, hidrat arang, dan lemak, volumenya kurang lebih 350 mL. Volume air wajib adalah sebesar 1.600 mL (Santoso et al. 2011).

(7)

Keluaran air wajib berasal dari urin, kulit, saluran napas, dan feses. Bila jumlah solute urin 600 mOsm sedangkan osmolalitas urin maksimal adalah 1200 mOsm/kg, maka jumlah urin minimal adalah 600/1200 atau 500 mL (asumsi osmolalitas plasma normal). Keluaran air dari kulit dan saluran napas (insensible water loss) adalah berupa penguapan yang juga berfungsi sebagai pengatur suhu badan atau termoregulasi yang besarnya 0,58 Kal/1 mL air. Besaran penguapan dari kulit dan saluran napas kurang lebih 900 mL air. Air yang keluar melalui feses tidak terlalu banyak antara 100-200 mL. Air yang dikeluarkan melalui keringat dalam keadaan basal sedikit. Produksi keringat bertambah dalam keadaan suhu lingkungan yang tinggi, atau panas endogen tubuh yang meningkat seperti demam, latihan fisik, dan hipertiroid. Dalam keadaan sehat dengan fungsi ginjal yang normal asupan elektif harus seimbang dengan keluaran elektif (Santoso et al. 2011).

Sumber Air Bagi Tubuh

Air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Pada pria dewasa 55% - 60% berat tubuh adalah air, pada perempuan dewasa 50% - 60% berat tubuh adalah air (Santoso et al. 2011).

Air dalam tubuh manusia diperoleh dari tiga sumber, yaitu air dari minuman, air dari makanan, dan air hasil metabolisme (air metabolik). Dalam kondisi tertentu sumber air tubuh juga berasal dari cairan infus. Jumlah air dari makanan 700-1000 mL per hari. Jumlah ini tergantung pada pola konsumsi makan. Proses metabolisme di dalam tubuh menghasilkan air tetapi jumlahnya relatif sedikit. Jumlah air metabolik yang dihasilkan oleh orang dewasa 200-300 mL dalam sehari (Tabel 1).

Tabel 1 Jumlah air menurut sumber dan pengeluaran air tubuh

Sumber Air Tubuh Jumlah (mL) Pengeluaran Air Tubuh Jumlah (mL)

Minuman/cairan 550-1.500 Urin/ginjal 500-1.400

Makanan 700-1.000 Keringat/kulit 450-900

Hasil metabolisme 200-300 Pernapasan/paru 350

Tinja 150

Total 1.450-2.800 Total 1.450-2.800

Sumber Sherwood L dalam Whitney et al. (1998)

(8)

asupan air pada dewasa laki-laki yaitu 71.9% dan pada dewasa perempuan yaitu 73.8%.

Berbagai bangsa mempunyai preferensi terhadap jenis minuman dalam memenuhi kebutuhan air tubuh. Penelitian The Indonesian Hydration Study (THIRST) pada tahun 2008 terhadap 400 sampel di Indonesia menunjukkan bahwa 63.4% remaja dan 71.3% orang dewasa lebih menyukai air putih sebagai minuman utama setiap hari. Pilihan kesukaan berikutnya adalah teh, kopi, susu, dan minuman berkarbonasi bagi remaja; serta teh, kopi, jus, dan susu bagi orang dewasa.

Apabila seseorang banyak mengonsumsi makanan lembek atau cair, sayur dan buah termasuk salad, maka sumber air tubuh dari makanan akan lebih tinggi. Akan terjadi sebaliknya bila seseorang lebih banyak mengonsumsi makanan dari produk serealia, tepung dan daging yang kering (Santoso et al. 2011). Berbagai jenis pangan memberikan kontribusi asupan air terhadap tubuh manusia. Sebagian besar sumber air dari makanan adalah makanan pokok (46%) serta buah dan sayur (30%). Makanan pokok orang Indonesia pada umumnya adalah nasi yang mengandung kadar air 25-35%, sementara buah dikonsumsi dalam jumlah yang relatif sedikit meskipun banyak kadar airnya.

Sumber: Hardinsyah et al. (2009) dalam Santoso et al. (2011)

Gambar 1 Pola asupan air dari makanan pada dewasa

Air metabolik adalah air yang dihasilkan dari proses metabolisme lemak, protein, dan karbohidrat di dalam tubuh. Semakin banyak produksi energi dari makanan karbohidrat akan semakin banyak air metabolik yang dihasilkan tubuh. Jumlah air yang dihasilkan dari metabolisme pemecahan lemak, protein dan karbohidrat per 1 gram dapat dilihat pada tabel berikut

makanan pokok Lauk pauk

Buah dan sejenisnya Sayur dan sejenisnya Jajanan berkuah Jajanan kering 46%

8% 8%

22% 13

(9)

Tabel 2 Jumlah air yang dihasilkan dari proses metabolisme (mL/1 gram)

Zat gizi Air yang dilepaskan

Lemak 1.07

Protein 0.40

Karbohidrat 0.55

Sumber: Verdu & Navarrete (2009)

Proses metabolisme tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut Karbohidrat

Protein + O2 + CO2 + H2O + ATP

Lemak

Secara umum dari berbagai penelitian dapat disimpulkan bahwa kontribusi air dari air metabolik dan air makanan hanya sekitar sepertiga total asupan air (35%). Dengan demikian, air minum merupakan jumlah terbesar yang diperoleh tubuh, yaitu sekitar dua pertiga (65-70%) (Santoso et al. 2011).

Kebutuhan Air Lansia

Perkiraan kebutuhan air tubuh biasanya dinyatakan berdasarkan asupan energi, luas permukaan tubuh, atau berat badan tubuh. Faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan cairan tubuh adalah kegiatan olahraga, suhu udara yang tinggi, kelembaban udara rendah, ketinggian, konsumsi tinggi serat, dan kehilangan cairan tubuh karena konsumsi kopi dan alkohol.

(10)

mungkin mempunyai masalah dalam mendapatkan cairan (misalnya gangguan dalam berjalan) atau mengungkapkan keinginan untuk minum (pasien stroke).

Dampak Kekurangan dan Kelebihan Air

Kurang air sekitar 1% berpotensi menimbulkan gangguan mood (Temasek Polytechnic and Asian Food Information Center 1998 dalam Santoso et al. 2011). Kekurangan air sebanyak 2% atau lebih akan menurunkan kemampuan fisik, visuomotor, psikomotor, dan kognitif.

Kurang air tubuh adalah kondisi dimana terjadi pengurangan air intrasel atau air ekstrasel. Kurang air tubuh dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu hipovolemia dan dehidrasi. Hipovolemia adalah kondisi terjadi pengurangan volume cairan ekstrasel. Keadaan ini terjadi bila keluaran airnya adalah cairan yang isotonik, yaitu air dan natrium keluar dalam jumlah yang sebanding (proporsional) sehingga osmolalitas plasma tidak berubah atau kadar natrium plasma tetap normal. Hipovolemia atau disebut juga deplesi volume, dapat terjadi misalnya pada perdarahan atau diare. Dehidrasi adalah kondisi terjadinya pengurangan volume cairan intrasel. Dehidrasi terjadi bila keluaran airnya adalah cairan hipotonik, yaitu volume air yang keluar jauh lebih besar dari jumlah natrium yang keluar. Dehidrasi dapat terjadi pada pasien diabetes insipidus atau pada usia lanjut yang lupa minum(Santoso et al. 2011).

Asupan air yang berlebihan tidak dianjurkan pada keadaan kelainan tertentu, misalnya adanya peningkatan hormon ADH, penyakit ginjal kronik. Gagal jantung, dan kadar albumin dalam serum rendah. Asupan air yang berlebihan juga tidak dianjurkan pada mereka dalam kelompok usia lanjut. Pada penelitian yang dilakukan oleh Siregar dkk, asupan air lebih dari 1.500 mL/24 jam potensial menimbulkan hiponatremia pada usia lanjut (Siregar et al. 2009 dalam Santoso et al. 2011)

Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan oleh seorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu dalam aspek gizi, tujuan memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh (Hardinsyah & Martianto 1989).

(11)

kombinasi makanan dan minuman; 3) karakteristik lingkungan seperti musim, pekerjaan, mobilitas, dan tingkat sosial masyarakat. Konsumsi makanan dan minuman yang mencukupi sangat dibutuhkan oleh tubuh agar tubuh dapat melakukan kegiatan, pemeliharaan tubuh, dan aktivitas.

Pola konsumsi pangan lansia dapat dipengaruhi oleh perubahan akibat proses menua yang terjadi pada lansia sehingga penyajian dan pengolahan makanan pada lansia perlu mendapat perhatian khusus (Depkes 1998). Perubahan-perubahan tersebut misalnya berkurangnya sensitifitas indera penciuman dan perasa pada lansia mengakibatkan selera makan menurun. Lansia sering mengalami gangguan pada gigi yang mengakibatkan lansia mengalami hambatan dalam proses pengunyahan dan membatasi jenis makanan yang dikonsumsi (Wirakusumah 2000).

Bagi lansia, pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernapasan dan ginjal.

Meningkatnya usia akan diikuti dengan menurunnya aktivitas tubuh yang berakibat pada menurunnya kebutuhan kalori. Seseorang yang berusia 70 tahun akan mengalami metabolisme basal 20% lebih rendah bila dibandingkan dengan mereka yang berusia 30 tahun. Berdasarkan hal tersebut, maka konsumsi kalori harus dikurangi untuk menghindari risiko kegemukan dan serangan penyakit lain (Astawan & Wahyuni 1988).

(12)

Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah Masak (DKMM) dan Daftar Penyerapan Minyak (Supariasa et al. 2001).

Salah satu metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu yang bersifat kuantitatif adalah metode recall 24 jam. Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24 jam), maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makan individu (Supariasa et al. 2001). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu (Sanjur 1997 dalam Supariasa et al. 2001).

Mutu Gizi Asupan Pangan

Menurut McCollum dan becker (1934) dalam Hardinsyah (2001), mutu gizi asupan pangan atau makanan adalah totalitas kandungan gizi dari makanan yang dibutuhkan oleh manusia. Hal ini berarti bahwa komponen mutu gizi tidak hanya ditentukan dari kandungan energi, karbohidrat, dan lemak, tetapi ditentukan juga oleh kandungan vitamin, dan mineral. Sejak ada konsep yang dirumuskan oleh McCollum dan Becker (1934), konsep mutu gizi asupan pangan yang semula diartikan sebagai kandungan zat gizi pangan, berubah menjadi tingkat kecukupan semua zat gizi, yaitu persentase asupan zat gizi terhadap kecukupan atau kebutuhannya (Hardinsyah 1996 dalam Hardinsyah & Atmojo 2001).

(13)
(14)

KERANGKA PEMIKIRAN

Asupan air setiap individu berbeda-beda, hal ini dapat dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik tertentu, diantaranya adalah usia, pendidikan, dan status ekonomi. Asupan air tubuh diperoleh dari 3 sumber yaitu air dari makanan, air metabolik, dan air dari minuman. Bila seseorang banyak mengonsumsi makanan lembek atau cair, sayur dan buah termasuk salad, maka sumber air tubuh dari makanan akan lebih tinggi. Akan terjadi sebaliknya bila seseorang lebih banyak mengonsumsi makanan dari produk serealia, tepung dan daging yang kering (Santoso et al. 2011).

Kebutuhan air seseorang tergantung dari kebutuhan energinya. Kebutuhan air lansia yaitu 1.2 mL/Kal kebutuhan energi (Manz dan Wentz (2005). Menurut Santoso et al. (2011) kebutuhan air laki-laki lebih tinggi dibandingkan kebutuhan air perempuan. Kebutuhan air yang tinggi tidak menjamin asupan air seseorang juga tinggi oleh karena itu, pada penelitian ini akan dianalisis kebutuhan dan tingkat pemenuhan kebutuhan air pada lansia.

Mutu gizi asupan pangan adalah nilai yang didasarkan pada jumlah kandungan gizi pangan dan kaitanya dengan kebutuhan dan tingkat ketersediannya secara biologis bagi tubuh. Oleh karena itu penilaian mutu gizi asupan pangan seseorang dilakukan dengan menganalisis kandungan gizi pangan yang dikonsumsi kemudian dibandingkan dengan kecukupan gizi yang dianjurkan.

(15)

Gambar 2 Kerangka pemikiran analisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada lansia di Indonesia

Keterangan gambar :

: variabel yang diteliti

: hubungan yang diteliti

: hubungan yang tidak diteliti Karakteristik sampel - Usia

- Pendidikan - Status ekonomi

Asupan air:

- Air dari makanan - Air metabolik - Air dari minuman

Mutu gizi asupan pangan - Asupan zat gizi - Tingkat pemenuhan

kebutuhan zat gizi

(16)

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu

Penelitian ini seluruhnya menggunakan data dasar hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Indonesia. Oleh karena itu, desain penelitian ini secara keseluruhan mengacu pada desain penelitian tersebut yang menggunakan desain cross sectional study. Wilayah penelitian ini terdiri dari 441 kabupaten/kota yang tersebar di 33 provinsi. Pengumpulan data di beberapa daerah oleh tim pengumpul data Riskesdas dimulai sejak bulan Mei-Agustus 2010. Pengolahan, analisis, dan interpretasi data oleh peneliti dilakukan pada bulan Juni - September 2011 di Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat.

Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan sampel Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Sampel Riskesdas 2010 di tingkat kabupaten/kota berasal dari 441 kabupaten/kota yang tersebar di 33 provinsi. Jumlah tersebut merupakan sebagian dari jumlah keseluruhan kabupaten/kota di Indonesia (497 kabupaten/kota). Sebanyak 56 kabupaten tidak termasuk kedalam sampel Riskesdas karena daerah tersebut tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan dan terdapat 1 kabupaten di Provinsi Papua (Kabupaten Nduga) yang tidak dapat dikunjungi dalam periode waktu pengumpulan data Riskesdas.

Sampel rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih berdasarkan listing Sensus Penduduk tahun 2010. Proses pemilihan rumah tangga dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan two stage sampling (sampling 2 tahap). Tahap pertama yaitu Riskesdas mengambil sejumlah blok sensus dari setiap kabupaten/kota yang termasuk ke dalam kerangka sampel kabupaten/kota. Pemilihan blok sensus tersebut dilakukan sepenuhnya oleh BPS dengan memperhatikan status ekonomi, dan rasio perkotaan/perdesaan. Blok sensus tersebut proporsional terhadap jumlah rumah tangga di kabupaten/kota tersebut. Blok sensus yang dipilih untuk kesehatan masyarakat adalah sebesar 2800 blok sensus dengan 70000 rumah tangga. Tahap kedua yaitu pemilihan rumah tangga dari blok sensus yang terpilih.

(17)

anggota. Dari 69300 rumah tangga tersebut didapatkan 28347 lansia yang berusia ≥56 tahun. Setelah ditetapkan kriteria eksluksi (berada dalam kondisi konsumsi tidak biasa yaitu diet, puasa, dan acara hajatan) dan dilakukan proses cleaning, maka jumlah sampel lansia yang digunakan untuk penelitian yaitu 26218 (Gambar 3).

Gambar 3 Alur memperoleh jumlah sampel penelitian Jumlah anggota rumah

tangga 251388 orang

28347 lansia

(≥56 tahun)

26218 lansia

Cleaning data

- Tidak ada data berat badan: 267 sampel

- Tidak ada data tinggi badan: 23 sampel

Kriteria eksklusi

- Kondisi konsumsi yaitu sedang diet, puasa, dan acara hajatan: 34 sampel Cleaning data

- Asupan energi <0.3 dan >3 kali lipat dari total kebutuhan energi basal: 474 sampel

- Asupan air dari minuman nol (0): 773 sampel

- Asupan air dari makanan nol (0) : 5 sampel

(18)

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder. Data sekunder yang didapat dari Riskesdas 2010 diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner oleh tim Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Kuesioner Riskesdas 2010 dapat dilihat pada Lampiran 2. Data yang didapat oleh peneliti yaitu berupa electronic file (entry data dan data olahan). Tabel 3 menunjukkan jenis data sekunder yang diperoleh peneliti dan cara pengumpulan data yang dilakukan oleh tim Riskesdas 2010. Cara pengumpulan data oleh tim Riskesdas yang lebih detail dan lengkap, dapat dilihat pada lampiran 1.

Tabel 3 Jenis dan cara pengumpulan data

Peubah Sumber di kuisioner Cara pengumpulan

data Niasin,Vit B6, Folat, Vit B12, dan Vit C)

3. Status ekonomi

Hasil olahan data Riskesdas 2010

Hasil olahan data Riskesdas 2010

Hasil olahan data Riskesdas 2010

Dihitung dengan menggunakan Nutri survey software

BPS

Pengolahan dan Analisis Data

(19)

konsumsi. Total asupan energi yang di cleaning adalah total asupan energi yang <0.3 dan >3 kali lipat dari total kebutuhan energi basal. Cleaning juga dilakukan terhadap data yang nilai tingkat kecukupan zat gizinya lebih dari empat kali lipat dari 100% tingkat kecukupan (>400%). Cleaning juga dilakukan terhadap sampel yang tidak memiliki data berat badan dan tinggi badan serta dalam kondisi konsumsi tidak biasa (sedang diet, puasa, dan dalam acara hajatan).

Karakteristik Sampel. Data mengenai usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status gizi, daerah, dan status ekonomi seluruhnya merupakan data sekunder yang diperoleh dari kuesioner Riskesdas 2010. Data status gizi pada penelitian ini dikelompokan menjadi 3 kelompok, yaitu status gizi kurus bila IMT <18.5 (kg/m2), normal bila IMT 18.5-24.9 (kg/m2), dan gemuk bila IMT ≥25 (kg/m2) (WHO 2007). Data status ekonomi (quintil) merupakan status ekonomi individu yang didasarkan pada pengeluaran rumah tangga per kapita.

Kebutuhan Air. Kebutuhan air pada lansia pernah di teliti oleh Manz dan Wentz (2005) yaitu 1,31 mL/Kal kebutuhan energi untuk laki-laki dan 1.22 mL/Kal kebutuhan energi untuk perempuan, tapi kebutuhan air ini ditujukan pada rentang usia yang luas yaitu 19-70 tahun. Rentang usia ini sebagian besar termasuk pada kelompok usia dewasa. Secara umum, fungsi ginjal pada lansia telah mengalami penurunan sehingga kebutuhan air lansia lebih rendah dari kebutuhan air dewasa namun lebih tinggi dari kebutuhan air pada anak, yaitu 1.08 mL/Kal kebutuhan energi (anak laki-laki) dan 1.15 mL/Kal kebutuhan energi (anak perempuan). Oleh karena itu pada penelitian ini diasumsikan bahwa kebutuhan air lansia berada diantara kebutuhan air anak dan dewasa, yaitu 1.2 mL/Kal kebutuhan energi untuk lansia laki-laki dan perempuan. Kebutuhan air pada lansia (1.2 mL/Kal kebutuhan energi) merupakan kebutuhan air dari minuman, air dari makanan, dan air metabolik (Manz dan Wentz 2005).

Asupan Air dari Minuman. Asupan air dari minuman didapat dari kuesioner Riskesdas 2010. Data konsumsi air putih (gram), langsung dihitung sebagai asupan air putih. Data konsumsi air minuman selain air putih dihitung berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM 2008) dan National Nutrient Database for Standard Reference (USDA 2011). Jenis minuman yang kandungan airnya diperoleh dari National Nutrient Database for Standard Reference (USDA 2011) dapat dilihat pada Lampiran 3.

(20)

Bahan Makanan (DKBM 2008), Energy and Nutrient Composition of food (Health Promotion Board Singapore Government 2011), dan National Nutrient Database for Standard Reference (USDA 2011). Jenis pangan yang kandungan airnya dihitung berdasarkan Energy and Nutrient Composition of food (Health Promotion Board Singapore Government 2011) dan National Nutrient Database for Standard Reference (USDA 2011) adalah jenis pangan yang tidak terdapat di DKBM (Lampiran 3). Konversi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Kgij = {(Bj/100) x Gij x (BDDj/100)} Keterangan :

Kgij = kandungan zat-zat gizi-i dalam bahan makanan-j Bj = berat makanan-j yang dikonsumsi (g)

Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 g BDD bahan makanan-j BDDj = bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan

Asupan Air Metabolik. Data asupan air juga diperoleh dari hasil metabolisme zat gizi (karbohidrat, protein, lemak) yang dikonsumsi (air metabolik). Berdasarkan tabel jumlah air yang dihasilkan dari proses metabolisme (Tabel 2) menurut Verdu & Navarrete (2009), maka di dapatkan rumus perhitungan air metabolik sebagai berikut:

Air metabolik = (Karbohidrat yang dikonsumsi (g) x 0.55 mL) + (Protein yang dikonsumsi (g) x 0.40 mL) + (Lemak yang dikonsumsi (g) x 1.07 (mL))

(21)

estimasi persentase air dari minuman 70% dan air dari makanan ditambah air metabolik 30%, jika data air dari makanan dan air metabolik berasal dari data Riskesdas 2010 (Gambar 4).

Gambar 4 Perhitungan estimasi total asupan air

Kebutuhan Energi. Kebutuhan energi lansia usia 56-60 tahun dihitung berdasarkan rumus perhitungan kebutuhan energi dari Institute of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan & Escoot-stump (2008) yang didasarkan pada oxford equation. Kebutuhan energi sampel pada penelitian ini diperoleh dengan menghitung kebutuhan energi sesuai berat badan dan tinggi badan aktual berdasarkan total pengeluaran energi (TEE) yang dikoreksi dengan PAL dan Thermic Effect of Food (TEF). TEF adalah peningkatan pengeluaran energi yang berhubungan dengan konsumsi pangan. Besarnya nilai TEF dihitung dari total pengeluaran energi yaitu sebesar 10% dari TEE (Mahan & Escoot-stump 2008). Tabel 4 menunjukkan perhitungan kebutuhan energi lansia usia 56-60 tahun.

Kebutuhan energi lansia usia >60 tahun dihitung berdasarkan pada oxford equation. Rumus perhitungan oxford equation (Henry 2005) kemudian dikoreksi dengan faktor aktifitas (PAL/ physical activity level) pada rumus perhitungan energy dari Institute of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan &

Apabila:

- Jumlah air dari makanan dan air metabolik (A) datanya diketahui - Jumlah estimasi air dari minuman (B) datanya belum diketahui - Total estimasi asupan air (C) datanya belum diketahui

30% + 70% = 100%

A + B = C x 100% = 30% C =

x A

A + B = x A B = A – A B = A

Jadi:

Estimasi asupan air dari minuman (mL) =

x (asupan air dari makanan (mL) + asupan air metabolik (mL))

Estimasi total asupan air (mL) =

(22)

Escoot-stump (2008). Perhitungan kebutuhan energi lansia usia >60 tahun dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 4 Perhitungan kebutuhan energi pada lansia usia 56-60 tahun menurut status gizi dan jenis kelamin (Mahan & Escoot-stump 2008)

Rumus perhitungan kebutuhan energi Kebutuhan energi Laki-laki EER = Estimated Energy Requirement (estimasi kebutuhan energi) (Kal) TEE = Total Energy Expenditure (total pengeluaran energi) (Kal) PA = koefisien aktivitas fisik

Tabel 5 Oxford equation untuk estimasi kebutuhan energi lansia usia >60 tahun (Henry 2005)

Jenis kelamin BMR Kebutuhan energy

Laki-laki (11.4xBB) + (541xTB) – 256 BMR x PA Perempuan (8.52xBB) + (421xTB) +10.7 BMR x PA Keterangan:

(23)

Faktor Aktivitas. Faktor aktivitas ditentukan dari pekerjaan masing-masing sampel. Sampel yang tidak bekerja termasuk dalam kategori faktor aktivitas yang sangat ringan, TNI/PNS termasuk dalam kategori faktor aktivitas yang ringan, wiraswata/layan jasa/dagang termasuk dalam kategori faktor aktivitas yang ringan, petani/nelayan dan buruh termasuk dalam kategori faktor aktivitas yang sangat aktif, dan sampel yang memiliki pekerjaan selain dari yang telah disebutkan, termasuk dalam kategori faktor aktivitas yang ringan. Setelah ditentukan kategori faktor aktivitasnya, kemudian dihitung berdasarkan faktor aktivitas (PA) dari rumus Institute of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan & Escoot-stump (2008). Faktor aktivitas ditentukan dari pekerjaan masing-masing sampel karena pada data Riskesdas 2010 tidak terdapat data tentang aktivitas sampel.

Kebutuhan Protein. Kebutuhan protein lansia dihitung berdasarkan WNPG 2004

Kebutuhan protein = 0.8g/kg BB.hari x 1,2 Keterangan = 1,2 (faktor koreksi mutu)

Kebutuhan Lemak. Kebutuhan lemak lansia dihitung berdasarkan WNPG 2004

Laki-laki = 20% x Kebutuhan energi Perempuan = 25% x Kebutuhan energi

Kebutuhan Karbohidrat. Kebutuhan karbohidrat dihitung dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:

Kebutuhan Karbohidrat = –

Kebutuhan Zat Gizi Mikro. Perhitungan data kebutuhan zat gizi mikro didasarkan pada Angka Kecukupan Gizi (AKG) (WNPG 2004) sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Zat gizi mikro yang dihitung adalah kalsium, fosfor, besi, vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, folat, vitamin B12, dan vitamin C.

(24)

Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi (%) =

Klasifikasi tingkat pemenuhan kebutuhan energi dan protein menurut Departemen Kesehatan (1996) adalah : (1) defisit tingkat berat (<70% AKG); (2) defisit tingkat sedang (70-79% AKG); (3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG); (4) normal (90-119% AKG); dan (5) kelebihan (≥120 AKG). Klasifikasi tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin dan mineral menurut Gibson (2005) yaitu (1) kurang (<77% AKG) dan (2) cukup (≥77% AKG).

Mutu Gizi Asupan Pangan. Zat gizi yang dipertimbangkan dalam perhitungan mutu gizi asupan pangan ada 16, yaitu energi, protein, lemak, karbohidrat, air, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, folat, vitamin B12, dan vitamin C. Mutu gizi asupan pangan dihitungan dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut (Hardinsyah & Atmojo 2001):

Mutu gizi asupan pangan = Keterangan :

TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi ke-i, yaitu (konsumsi zat gizi ke-i/kecukupan

zat gizi ke-i) x 100

n = Jumlah zat gizi yang dipertimbangkan dalam penilaian MGP

Dalam menghitung tingkat kecukupan gizi ke-i (TKGi) setiap nilai TKGi

bernilai maksimum 100 (truncated at 100) dengan alasan untuk meminimalkan kompensasi antara nilai TKGi yang rendah dan tinggi secara matematik, karena

secara biologis antar zat gizi yang berbeda tidak dapat saling substitusi melainkan saling berinteraksi. Mutu gizi asupan pangan dibagi menjadi 4 kategori, yaitu sangat kurang (<55), kurang (55-69), cukup (70-84), dan baik (>84) (Hardinsyah 1996).

(25)

tabel menunjukkan hasil uji beda statistik. Tanda yang berbeda antar kolom menunjukkan hasil uji berbeda signifikan antar kelompok usia, tanda yang berbeda antar baris menunjukkan hasil uji beda signifikan antar jenis kelamin. Analisis statistik uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik dengan asupan air dan hubungan antara karakteristik dengan mutu gizi asupan pangan.

Definisi Operasional

Lansia adalah individu baik pria maupun wanita yang berusia ≥56 tahun.

Asupan Air adalah Jumlah air yang masuk ke dalam tubuh individu yang diperoleh dari 3 sumber, yaitu air dari minuman, air dari makanan, dan air dari hasil metabolisme.

Air dari Makanan adalah air yang terkandung di dalam makanan yang dikonsumsi sehingga memberikan kontribusi asupan air seseorang

Air dari Minuman adalah air yang diperoleh dari minuman yang memberikan kontribusi asupan air seseorang.

Air Metabolik adalah air yang berasal dari hasil metabolisme zat gizi (karbohidrat, protein, lemak) di dalam tubuh seseorang yang memberikan kontribusi asupan air.

Estimasi Asupan Air dari Minuman adalah perkiraan asupan air dari minuman yang seharusnya dikonsumsi oleh sampel

Pangan adalah segala macam jenis olahan atau mentah yang dapat dimakan dan memberikan kontribusi energi serta zat gizi bagi tubuh individu.

Asupan Zat Gizi adalah Jumlah zat gizi yang dikonsumsi dan diperoleh dari konsumsi pangan.

(26)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Sampel

Katakteristik sampel terdiri dari pendidikan, pekerjaan, daerah, dan status ekonomi. Sampel dalam penelitian merupakan lansia yang berusia ≥56 tahun. Menurut Setiyono (2010), seseorang diatas umur 55 tahun termasuk dalam tahap masuk lanjut usia. Secara keseluruhan, jumlah sampel pada penelitian ini adalah 26218. Sebaran sampel laki-laki dan perempuan berdasarkan kelompok usia dan karakteristik sosial ekonomi dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7. Sampel laki-laki berjumlah 12649 (48.2%), sedangkan sampel perempuan berjumlah 13569 (51.8%)

Pendidikan. Kategori pendidikan dalam penelitian ini dibagi menjadi empat, yaitu tidak sekolah, tidak tamat SD/MI, tamat SD/MI, dan lain-lain. Kategori lain-lain yaitu tamat SMP, tamat SMA, dan tamat perguruan tinggi. Sebagian besar sampel laki-laki (34.3%) telah menempuh pendidikan formal sampai tingkat SD/MI, sedangkan sampel laki-laki yang tidak tamat SD/MI (24,7%), tidak sekolah (17.1%), dan lain-lain (23.9%). Sebagian besar sampel laki-laki yang tamat SD terdapat pada kelompok usia 56-65 tahun. Semakin bertambahnya usia maka jumlah sampel laki-laki yang tamat SD semakin berkurang. Pendidikan pada sebagian besar sampel perempuan yaitu tidak sekolah (32.5%). Sebanyak 28.0% lansia menempuh pendidikan hingga tamat SD/MI, tidak tamat SD/MI (26.7%), dan lain-lain (12.8%). Sampel perempuan yang tidak sekolah paling banyak terdapat pada kelompok usia >75 tahun.

(27)

Daerah. Sebagian besar sampel pada penelitian ini baik laki-laki (54.4%) maupun perempuan (53.4%) bertempat tinggal di kota. Selebihnya yaitu sebanyak 45.6% sampel laki-laki dan sebanyak 46.6% sampel perempuan bertempat tinggal di desa. Penentuan suatu desa atau kelurahan digolongkan perkotaan atau perdesaan dilakukan pada Sensus Penduduk 2000. Klasifikasi didasarkan pada skor yang dihitung dari kepadatan penduduk, persentase rumah tangga yang bekerja di bidang pertanian, dan tersedianya fasilitas kota seperti sekolah, pasar, rumah sakit, jalan aspal, dan listrik (BPS 2010).

Status Ekonomi. Status ekonomi sampel laki-laki (23.7%) dan perempuan (24.5%) paling banyak termasuk pada quintil 1, begitu juga status ekonomi pada sampel menurut kelompok usia. Proporsi persentase masing-masing quintil seharusnya masing-masing-masing-masing 20%. Proporsi ini berbeda dengan data yang didapat, hal ini dikarenakan pada penelitian ini telah dilakukan proses cleaning. Status ekonomi pada penenelitian ini diukur dari berapa banyak pengeluaran rumah tangga perkapita perbulan. Status ekonomi dibagi ke dalam 5 quintil. Semakin meningkat quintil maka semakin meningkat pula status ekonomi sampel.

Tabel 6 Sebaran responden lansia laki-laki menurut karakteristik sampel dan kelompok usia

Karakteristik

Kelompok Usia

56-65 tahun 66-75 tahun >75 tahun Total

n (%) n (%) n (%) n (%)

Pendidikan 7420(100) 3800(100) 1429(100) 12649(100.0)

1. Tidak sekolah 865(11.7) 803(21.1) 496(34.7) 2164(17.1)

2. Tidak tamat SD/MI 1708(23.0) 1013(26.7) 402(28.1) 3123(24.7)

3. Tamat SD/MI 2706(36.5) 1235(32.5) 394(27.6) 4335(34.3)

4. Lain-lain 2141(28.9) 749(19.7) 137(9.6) 3027(23.9)

Pekerjaan 7420(100) 3800(100) 1429(100) 12649(100.0)

1. Tidak bekerja 606(8.2) 825(21.7) 604(42.3) 2035(16.1)

2. TNI/PNS 491(6.7) 73(1.9) 0(0.0) 536(4.4)

3. Wiraswasta/layan

jasa/dagang 1580(21.3) 472(12.4) 89(6.2) 2141(16.9)

4. Petani/nelayan 3331(44.9) 1721(45.3) 554(38.7) 5606(44.3)

5. Buruh 916(12.3) 387(10.2) 86(6.0) 1389(11.0)

6. Lain-lain 496(6.7) 322(8.5) 96(6.7) 914(7.2)

Daerah 7420(100) 3800(100) 1429(100) 12649(100.0)

1. Kota 3893(52.5) 2139(56.3) 844(59.1) 6876(54.4)

2. Desa 3527(47.5) 1661(43.7) 585(40.9) 5773(45.6)

Status Ekonomi 7420(100) 3800(100) 1429(100) 12649(100.0)

1. Kuintil 1 1570(21.2) 996(26.2) 434(30.4) 3000(23.7)

2. Kuintil 2 1503(20.3) 816(21.5) 339(23.7) 2658(21.0)

3. Kuintil 3 1497(20.2) 742(19.5) 280(19.6) 2519(19.9)

4. Kuintil 4 1485(20.0) 682(17.9) 218(15.3) 2385(18.9)

(28)

Tabel 7 Sebaran responden lansia perempuan menurut karakteristik sampel dan kelompok usia

Karakteristik

Kelompok Usia

56-65 tahun 66-75 tahun >75 tahun Total

n (%) n (%) n (%) n (%)

Pendidikan 7677(100) 4127(100) 1765(100) 13569(100.0)

1. Tidak sekolah 1838(23.9) 1614(39.1) 961(54.4) 4413(32.5) 2. Tidak tamat SD/MI 2070(27.0) 1136(27.5) 421(23.9) 3627(26.7) 3. Tamat SD/MI 2472(32.2) 1011(24.5) 312(17.7) 3795(28.0)

4. Lain-lain 1297(16.9) 366(8.9) 71(4.0) 1734(12.8)

Pekerjaan 7677(100) 4127(100) 1765(100) 13569(100.0)

1. Tidak bekerja 3318(43.2) 2354(57.0) 1223(69.3) 6895(50.8)

2. TNI/PNS 183(2.3) 22(0.5) 0(0.0) 205(1.5)

3. Wiraswasta/layan

jasa/dagang 828(10.8) 301(7.3) 64(3.6) 1193(8.8)

4. Petani/nelayan 2193(28.5) 910(22.0) 306(17.3) 3409(25.1)

5. Buruh 508(6.6) 212(5.1) 49(2.8) 769(5.7)

6. Lain-lain 647(8.4) 328(7.9) 123(7.0) 1098(8.1)

Daerah 7677(100) 4127(100) 1765(100) 13569(100.0)

1. Kota 4053(52.8) 2227(54.0) 971(55.0) 7251(53.4)

2. Desa 3624(47.2) 1900(46.0) 794(45.0) 6318(46.6)

Status Ekonomi 7677(100) 4127(100) 1765(100) 13569(100.0)

1. Kuintil 1 1738(22.6) 1084(26.3) 506(28.7) 3328(24.5)

2. Kuintil 2 1602(20.9) 904(21.9) 388(22.0) 2894(21.3)

3. Kuintil 3 1531(19.9) 831(20.1) 355(20.1) 2717(20.0)

4. Kuintil 4 1480(19.3) 735(17.8) 298(16.9) 2513(18.5)

5. Kuintil 5 1326(17.3) 573(13.9) 218(12.4) 2117(15.6)

Status Gizi

Status gizi dapat diukur dengan menggunakan variabel tinggi badan dan berat badan. Berdasarkan hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan oleh tim Riskesdas 2010, diketahui rata-rata tinggi badan dan berat badan sampel laki-laki adalah 159.5±7.2 cm dan 54.5±10.4 kg. Rata-rata tinggi badan dan berat badan sampel perempuan adalah 148.8±7.1 cm dan 48.4±10.6 kg. Data mengenai rata-rata tinggi badan dan berat badan sampel laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada Lampiran 4.

(29)

Tabel 8 Rata-rata status gizi lansia dan sebaran sampel menurut jenis kelamin dan kelompok usia

Karakteristik

Kelompok Usia

56-65 tahun 66-75 tahun >75 tahun Total

n (%) n (%) n (%) n (%)

Laki-laki 21.9±3.5 20.8±3.4 19.9±3.3 21.4±3.5

1. Kurus 1124(15.1) 925(24.3) 511(35.8) 2560(20.2)

2. Normal 5030(67.8) 2449(64.4) 816(57.1) 8295(65.6)

3. Gemuk 1266(17.1) 426(11.2) 102(7.1) 1794(14.2)

Perempuan 22.6±4.4 21.1±4.0 20.1±3.7 21.8±4.3

1. Kurus 1236(16.1) 1092(26.5) 621(35.2) 2949(21.7)

2. Normal 4501(58.6) 2420(58.6) 967(54.8) 7888(58.1)

3. Gemuk 1940(25.3) 615(14.9) 177(10.0) 2732(20.1)

4. Laki-laki dan perempuan 22.2±4.0 21.0±3.7 20.0±3.5 21.6±3.9

5. Kurus 2360(15.6) 2017(25.4) 1132(35.4) 5509(21.0)

6. Normal 9531(63.1) 4869(61.4) 1783(55.8) 16183(61.7)

7. Gemuk 3206(21.2) 1041(13.1) 279(8.7) 4526(17.3)

Besarnya Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat menggambarkan status gizi seseorang. Status gizi kurang yang terjadi pada lansia dapat disebabkan karena menurunnya fungsi kognitif dan psikomotor (Dahlia 2004 dalam Erawati 2005), dan juga perubahan gigi geligi sehingga diduga dapat mempengaruhi kemampuan untuk makan (Turner dan Helms 1991). Data menunjukkan bahwa persentase sampel yang berstatus gizi gemuk lebih tinggi pada perempuan. Tingginya prevalensi kegemukan pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki karena adanya perbedaan tingkat aktivitas fisik dan asupan energi pada laki-laki dan perempuan (Janghorbani et al 2007).

Asupan Air dari Minuman

Jenis-jenis minuman yang dikonsumsi oleh sampel dikelompokan menjadi sembilan golongan, yaitu air putih, teh, kopi, susu, susu kental manis, sirup, jus, minuman berkarbonasi, dan lain-lain. Jenis minuman yang dikonsumsi ≥1% dari total sampel dapat dilihat pada Lampiran 5 dan Lampiran 6.

Rata-rata jumlah asupan air dari minuman pada sampel laki-laki adalah 931.1±457.7 mL/hari, lebih tinggi bila dibandingkan dengan sampel perempuan yaitu 843.1±397.0 mL/hari. Rata-rata jumlah asupan air sampel laki-laki dan perempuan pada kelompok usia 56-65 tahun (904.2±439.1 mL/hari) lebih tinggi bila dibandingkan dengan sampel pada kelompok usia 66-75 tahun (866.9±420.3 mL/hari) dan >75 tahun (843.6±401.2 mL/hari).

(30)

Tabel 9 Rata-rata asupan air dari minuman pada lansia menurut sumber, jenis kelamin, dan kelompok usia (mL/Kap/hari)

Penelitian tentang konsumsi air di Perancis, dari 245 lansia yang berumur >65 tahun, rata-rata konsumsi airnya yaitu 1105 (mL/hari) (Volatier 2000 dalam EFSA 2010). Selain itu di Itali, rata-rata konsumsi air dari 167 lansia yang berumur >64 tahun adalah sebesar 858 ml/hari (Turrini et al 2001).

Hasil penelitian di Singapura menunjukkan bahwa sumber air bagi tubuh yang utama adalah air putih, minuman teh dan kopi menempati urutan kedua, dan selanjutnya adalah minuman ringan. Penelitian THIRST di Indonesia

Golongan minuman Kelompok usia Total

56-65 tahun 66-75 tahun >75 tahun

Laki-laki 950.1±466.2 914.5±452.6 876.8±419.3 931.1±457.7

1. Air putih 731.0±440.9 693.1±429.5 646.1±410.1 710.1±435.0

2. Teh 103.1±187.7 111.2±205.1 126.8±226.2 108.2±197.8

3. Kopi 97.6±178.5 89.0±179.1 83.8±169.4 93.4±177.8

4. Susu 5.5±37.7 8.0±48.8 5.5±36.9 6.3±41.3

5. Susu kental manis 6.2±41.2 7.6±48.7 10.5±61.5 7.1±46.2

6. Sirup 0.7±15.8 0.4±11.0 0.3±9.6 0.6±13.9

7. Jus 2.4±30.8 1.4±23.9 0.9±16.7 1.9±27.6

8. Minuman berkarbonasi 0.4±10.4 0.5±13.9 0.2±6.0 0.4±11.2

9. Lain-lain 3.6±43.1 3.8±46.2 3.3±57.4 3.6±45.9

Perempuan 859.9±406.4 823.0±383.1 816.7±383.9 843.1±397.0

1. Air putih 701.2±397.1 651.4±379.7 633.3±385.2 677.2±391.3

2. Teh 99.2±178.3 111.6±198.8 111.4±199.8 104.5±187.7

3. Kopi 40.4±119.0 40.1±114.7 44.7±123.4 40.9±118.3

4. Susu 8.1±45.7 9.1±50.1 12.6±60.2 9.0±49.2

5. Susu kental manis 5.1±37.0 6.7±45.6 8.6±52.5 6.0±42.0

6. Sirup 0.5±13.3 0.5±12.6 0.6±13.6 0.5±13.1

7. Jus 1.9±28.3 1.0±19.9 1.7±23.7 1.6±25.4

8. Minuman berkarbonasi 0.1±5.9 0.0±0.8 0.0±0.0 0.1±4.5

9. Lain-lain 3.9±45.1 3.1±45.4 4.4±54.2 3.7±46.5

Laki-laki dan

perempuan 904.2±439.1 866.9±420.3 843.6±401.2 885.5±429.6

1. Air putih 715.8±419.4 671.4±404.8 639.2±396.5 693.0±413.3

2. Teh 101.1±183.0 111.4±201.8 118.3±212.1 106.3±192.7

3. Kopi 68.5±153.9 63.5±151.0 62.2±147.1 66.2±152.2

4. Susu 6.8±42.0 8.5±49.5 9.5±51.2 7.7±45.6

5. Susu kental manis 5.6±39.1 7.2±47.1 9.4±56.7 6.6±44.1

6. Sirup 0.6±14.6 0.4±11.8 0.4±12.0 0.5±13.5

7. Jus 2.2±29.6 1.2±21.9 1.3±20.8 1.8±26.5

8. Minuman berkarbonasi 0.2±8.4 0.3±9.6 0.1±4.0 0.2±8.4

(31)

menunjunjukkan bahwa air putih menempati urutan pertama sebagai minuman utama setiap hari, pilihan kesukaan berikutnya adalah teh, kopi, jus, dan susu.

Asupan Air dari Makanan

Selain asupan air dari minuman, sumber air bagi tubuh juga diperoleh dari air makanan. Rata-rata asupan air dari makanan pada sampel laki-laki maupun perempuan tidak berbeda jauh (laki-laki 576.1±311.8 mL/hari dan perempuan 512.4±282.2 mL/hari). Sumber terbesar air dari makanan pada sampel laki-laki dan perempuan yaitu air dari makanan pokok (serealia, umbi, dan hasil olahannya). Rata-rata asupan air dari serealia, umbi, dan hasil olahannya pada sampel laki-laki yaitu sebesar 317.0±153.0 mL/hari, pada perempuan yaitu sebesar 274.4±142.0 mL/hari, serta pada keduanya (laki-laki dan perempuan) yaitu sebesar 294.9±148.9 mL/hari. Urutan jumlah air dari makanan terbanyak menurut sumber makanannya setelah air dari serealia, umbi, dan hasil olahannya untuk kedua sampel (laki-laki dan perempuan) adalah air dari sayur dan olahannya 137.1±233.2 mL/hari; kacang, biji, dan olahannya 36.7±63.8 mL/hari; ikan, hasil perikanan dan olahannya 33.3±78.5 mL/hari; buah-buahan 16.1±42.8 mL/hari; telur dan hasil olahannya 7.8±20.3 mL/hari; makanan jajanan 7.3±32.2 mL/hari; daging dan olahannya 5.7±21.5 mL/hari; serba-serbi 4.2±16.6 mL/hari; olahan susu 0.0±0.1 mL/hari; serta lemak dan minyak 0.0±0.0 mL/hari (Tabel 10).

Rata-rata total asupan air dari makanan untuk sampel laki-laki dan perempuan adalah 543.1±298.6 mL/hari, jumlah ini berbeda dengan penelitian dari Sherwood (1998) dalam Santoso et al. (2011), yang menyatakan bahwa jumlah air dari makanan yaitu antara 700-1000 mL/hari. Hal ini diduga karena sumber asupan air sampel laki-laki maupun perempuan paling banyak berasal dari makanan pokok, bukan sayur dan buah-buahan, dimana kandungan air dari makanan pokok lebih sedikit dibandingkan sayur dan buah-buahan. Menurut Hardinsyah et al dalam Santoso et al. (2011), sebagian besar sumber air dari makanan pada penduduk Indonesia adalah makanan pokok (40%), kemudian buah dan sayur (30%).

(32)

terjadi sebaliknya bila seseorang lebih banyak mengonsumsi makanan pokok dari produk serealia, tepung, dan daging yang kering.

Tabel 10 Rata-rata asupan air dari makanan pada lansia menurut sumber, jenis kelamin, dan kelompok usia (mL/Kap/hari)

.Golongan makanan Kelompok usia Total

56-65 tahun 66-75 tahun >75 tahun

Laki-laki 591.6±310.4 558.5±304.5 543.2±332.6 576.1±311.8

1. Serealia, umbi, dan

olahannya 327.8±154.8 306.2±148.0 289.3±150.9 317.0±153.0 2. Kacang, biji, dan

olahannya 38.4±67.2 38.5±64.6 37.3±61.0 38.3±65.7

3. Daging dan olahannya 6.6±22.3 5.5±21.2 6.1±29.2 6.2±22.9 4. Telur dan olahannya 8.7±21.4 8.4±21.6 6.8±19.0 8.4±21.2 5. Ikan, hasil perikanan

dan olahannya 36.6±84.8 33.0±77.9 30.6±81.3 34.8±82.4

6. Sayur dan olahannya 142.4±242.2 141.3±241.4 151.1±276.2 143.1±246.0

7. Buah-buahan 18.0±47.3 14.7±41.0 12.5±35.5 16.4±44.3

8. Olahan susu 0.0±0.1 0.0±0.0 0.0±0.0 0.0±0.1

9. Lemak dan minyak 0.0±0.0 0.0±0.0 0.0±0.0 0.0±0.0

10. Serba-serbi 4.9±14.5 4.8±26.9 4.1±15.3 4.8±19.2

11. Makanan jajanan 8.2±34.6 6.0±29.0 5.5±27.1 7.2±32.3

Perempuan 528.3±281.2 491.2±274.7 492.4±299.5 512.4±282.2

1. Serealia, umbi, dan

olahannya 283.9±147.2 263.8±134.2 258.0±133.2 274.4±142.0 2. Kacang, biji-bijian, dan

olahannya 35.2±64.6 35.3±56.2 34.8±62.7 35.2±61.9

3. Daging dan olahannya 5.5±20.6 4.9±18.7 4.3±21.4 5.1±20.1 4. Telur dan olahannya 7.7±19.6 6.9±19.8 6.0±18.2 7.2±19.5 5. Ikan, hasil perikanan

dan olahannya 34.3±74.2 29.1±72.1 27.4±81.9 31.9±±74.7 6. Sayur dan olahannya 132.0±215.5 127.2±217.9 138.9±245.3 131.4±220.3

7. Buah-buahan 17.1±42.0 14.7±40.2 13.7±40.5 15.9±41.3

8. Olahan susu 0.0±0.0 0.0±0.1 0.0±0.1 0.0±0.1

9. Lemak dan minyak 0.0±0.0 0.0±0.0 0.0±0.0 0.0±0.0

10. Serba-serbi 4.0±12.5 3.4±12.0 3.4±21.2 3.7±13.8

11. Makanan jajanan 8.6±34.5 5.8±26.7 6.0±32.5 7.4±32.1

Laki-laki dan perempuan 559.4±297.6 523.5±291.3 515.1±315.7 543.1±298.6 1. Serealia, umbi, dan

olahannya 305.5±152.6 284.1±142.6 272.0±142.2 294.9±148.9 2. Kacang, biji-bijian, dan

olahannya 36.8±65.9 36.9±60.4 35.9±61.9 36.7±63.8

3. Daging dan olahannya 6.0±21.4 5.2±19.9 5.1±25.2 5.7±21.5 4. Telur dan hasil

olahannya 8.2±20.5 7.6±20.7 6.3±18.6 7.8±20.3

5. Ikan, hasil perikanan

dan olahannya 35.5±79.6 31.0±75.0 28.8±81.7 33.3±78.5

6. Sayur dan olahannya 137.1±229.0 134.0±229.6 144.3±259.6 137.1±233.2

7. Buah-buahan 17.5±44.7 14.7±40.6 13.1±38.3 16.1±42.8

8. Olahan susu 0.0±0.0 0.0±0.1 0.0±0.0 0.0±0.1

9. Lemak dan minyak 0.0±0.0 0.0±0.0 0.0±0.0 0.0±0.0

10. Serba-serbi 4.4±13.5 4.1±20.6 3.7±18.8 4.2±16.6

(33)

Air Metabolik

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 11, dapat diketahui bahwa rata-rata asupan air metabolik pada sampel laki-laki yaitu 163.2±62.2 mL/hari, lebih tinggi bila dibandingkan dengan asupan air metabolik pada sampel perempuan yaitu 143.3±55.2 mL/hari. Tabel 11 juga menunjukkan bahwa semakin bertambah usia maka asupan air metabolik akan semakin rendah. Rata-rata asupan air metabolik pada sampel laki-laki kelompok usia 56-65 tahun (169.0±63.6 mL/hari) lebih tinggi bila dibandingkan dengan asupan air metabolik pada sampel kelompok usia 66-75 tahun (156.9±58.8 mL/hari) dan >75 tahun (149.6±59.8 mL/hari). Rata-rata asupan air metabolik pada perempuan kelompok usia 56-65 tahun (148.4±56.6 mL/hari) lebih tinggi bila dibandingkan dengan asupan air metabolik pada sampel kelompok usia 66-75 tahun (137.3±52.6 mL/hari) dan >75 tahun (135.1±52.3 mL/hari). Hal ini dapat disebabkan karena semakin bertambah usia maka konsumsi makanannya semakin berkurang. Menurut Wirakusumah (2000), berkurangnya konsumsi makanan pada lansia dapat disebabkan karena terjadinya perubahan rasa kenyang dan lapar yang dibarengi dengan proses penuaan. Selain itu pada lansia juga telah terjadi perubahan-perubahan, seperti berkurangnya sensitifitas indera penciuman dan perasa pada lansia mengakibatkan selera makan menurun. Lansia juga biasanya mengalami gangguan pada gigi menyebabkan hambatan dalam proses pengunyahan dan membatasi jenis makanan yang dikonsumsi (Wirakusumah 2000).

Tabel 11 Rata-rata asupan air metabolik pada lansia menurut jenis kelamin dan kelompok usia (ml/Kap/hari)

Air metabolik Kelompok usia Total

56-65 tahun 66-75 tahun >75 tahun

Laki-laki 169.0±63.6 156.9±58.8 149.6±59.8 163.2±62.2 Perempuan 148.4±56.6 137.3±52.6 135.1±52.3 143.3±55.2 Laki-laki dan perempuan 158.6±61.0 146.7±56.5 141.5±56.3 152.9±59.5

Total Asupan Air

(34)

tahun yaitu 1536.6±539.5 mL/hari, kelompok usia 66-75 tahun 1451.6±508.4 mL/hari, dan kelompok usia >75 tahun 1444.1±528.3 mL/ hari (Tabel 12). Grafik asupan air sampel dapat dilihat pada Gambar 4. Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara total asupan air laki-laki dan perempuan (p<0.01) (Lampiran 9).

Persentase air dari minuman, air dari makanan, dan air metabolik terhadap total asupan air pada lansia laki-laki dan perempuan adalah 56%, 34.3%, dan 9.7% (Tabel 12). Persentase air dari makanan pada lansia (34.3%), lebih tinggi bila dibandingkan dengan persentase air dari makanan pada remaja (31.4%) (Linorita 2011), pada laki-laki dewasa (33.1%) (Adyas 2011), dan pada perempuan dewasa (31.8%) (Fermanda 2011). Hal ini dapat diduga karena lansia lebih banyak mengonsumsi buah dan sayur dimana buah dan sayur memiliki kandungan air yang cukup tinggi. Kontribusi asupan air dari buah dan sayur pada lansia (16.1 mL/hari dan 137.1 mL/hari) lebih tinggi bila dibandingkan dengan kontribusi asupan air dari buah dan sayur pada remaja (10.8 mL/hari dan 78.2 mL/hari), laki-laki dewasa (15.5 mL/hari dan 133.5 mL/hari), dan perempuan dewasa (asupan air dari sayur 105.4 mL/hari), kecuali kontribusi asupan air dari buah dan sayur pada lansia yang lebih rendah dari perempuan dewasa (17.4 mL/hari).

Gambar 5 Grafik asupan air sampel berdasarkan usia dan jenis kelamin y = -24.683x + 1005.6

Air dari minuman (L) Air dari makanan (L) Air metabolk (L) Total asupan air (L) Air dari minuman (P) Air dari makanan (P) Air metabolk (P) Total asupan air (P)

mL

(35)

Tabel 12 Rata-rata asupan air pada lansia menurut sumber, jenis kelamin, dan kelompok 56-65 tahun 66-75 tahun >75 tahun

Laki-laki 1710.7±608.0 1629.9±580.3 1569.6±580.2 1670.5±598.8a Air dari minuman 950.1±466.2 914.5±452.6 876.8±419.3 931.1±457.7

(55.5) (56.1) (55.9) (55.7)

Air dari makanan 591.6±310.4 558.5±304.5 543.2±332.6 576.1±311.8

(34.6) (34.3) (34.6) (34.5)

Air metabolik 169.0±63.6 156.9±58.8 149.6±59.8 163.2±62.2

(9.9) (9.6) (9.5) (9.8)

Perempuan 1536.6±539.5 1451.6±508.4 1444.1±528.3 1498.7±530.5 b Air dari minuman 859.9±406.4 823.0±383.1 816.7±383.9 843.1±397.0

(56.0) (56.7) (56.6) (56.3)

Air dari makanan 528.3±281.2 491.2±274.7 492.4±299.5 512.4±282.2

(34.4) (33.8) (34.1) (34.2)

Air metabolik 148.4±56.6 137.3±52.6 135.1±52.3 143.3±55.2

(9.7) (9.5) (9.4) (9.6)

Laki-laki dan

perempuan 1622.2±580.7

a

1537.1±551.3 b 1500.3±555.5 c 1581.6±571.0

Air dari minuman 904.2±439.1 866.9±420.3 843.6±401.2 885.5±429.6

(55.7) (56.4) (56.2) (56.0)

Air dari makanan 559.4±297.6 523.5±291.3 515.1±315.7 543.1±298.6

(34.5) (34.1) (34.3) (34.3)

Air metabolik 158.6±61.0 146.7±56.5 141.6±56.3 152.9±59.5

(9.8) (9.5) (9.5) (9.7)

Keterangan: Tanda a, b, c pada tabel menunjukkan hasil uji beda statistik. Tanda yang berbeda antar kolom menunjukkan hasil uji berbeda signifikan antar kelompok usia, tanda yang berbeda antar baris menunjukkan hasil uji beda signifikan antar jenis kelamin (Lampiran 9)

Estimasi Asupan Air

Tabel 13 menunjukan hasil perhitungan estimasi asupan air dari minuman dan estimasi total asupan air. Rata-rata estimasi asupan air dari minuman pada sampel kelompok usia 56-65 tahun yaitu 1595.1±534.7 mL/hari, sedangkan pada sampel kelompok usia 66-75 dan >75 tahun yaitu 1500±0.0 mL/hari. Rata-rata estimasi total asupan air pada sampel kelompok usia 56-65 tahun (2313.0±798.9 mL/hari) lebih tinggi bia dibandingkan dengan sampel kelompok usia 66-75 tahun(2170.2±328.4 nL/hari) dan >75 tahun (2156.7±350.7 mL/hari). Berdasarkan jenis kelamin, rata-rata estimasi asupan air dari minuman pada sampel laki-laki yaitu 1582.9±451.7 mL/hari, lebih tinggi bila dibandingkan dengan lansia perempuan yaitu 1528.5±361.6 mL/hari. Begitu juga rata-rata estimasi total asupan air pada sampel laki – laki yaitu 2322.3±702.0 mL/hari lebih tinggi bila dibandingkan dengan perempuan yaitu 2184.2±586.3 mL/hari.

(36)

lebih kecil. Hal ini dapat diduga karena kurang lengkapnya data konsumsi minuman dari data Riskesdas 2010 karena fokus pengambilan data riskesdas adalah konsumsi makanan dan belum fokus terhadap konsumsi minuman.

Tabel 13 Estimasi asupan air pada lansia menurut jenis kelamin dan kelompok usia berdasarkan pendekatan konsumsi makan (ml/Kap/hari)

Asupan air Kelompok usia Total

56-65 tahun 66-75 tahun >75 tahun Laki-laki

1. Air makanan

dan metabolik 760.6±351.6 715.4±342.8 692.8±370.5 739.4±352.1 2. Estimasi air

dari minuman 1641.3±582.7 1500±0.0 1500±0.0 1582.9±451.7 3. Estimasi total

asupan air 2401.9±859.2 2215.4±342.8 2192.8±370.5 2322.3±702.0 4. Asupan air

(Riskesdas) 1710.7±608.0 1629.9±580.3 1569.6±580.2 1670.5±598.8 Perempuan

1. Air makanan

dan metabolik 676.8±317.7 628.6±308.8 627.5±331.1 655.7±317.7 2. Estimasi air

dari minuman 1550.4±479.6 1500±0.0 1500±0.0 1528.5±361.6 3. Estimasi total

asupan air 2227.1±725.9 2128.6±308.8 2127.5±331.1 2184.2±586.3 4. Asupan air

(Riskesdas) 1536.6±539.5 1451.6±508.4 1444.1±528.3 1498.7±530.5 Laki-laki dan perempuan

1. Air makanan

dan metabolik 718.0±337.4 670.2±328.4 656.7±350.7 696.1±337.4 2. Estimasi air

dari minuman 1595.1±534.7 1500±0.0 1500±0.0 1554.7±408.5 3. Estimasi total

asupan air 2313.0±798.9 2170.2±328.4 2156.7±350.7 2250.8±648.4 4. Asupan air

(Riskesdas) 1622.2±580.7 1537.1±551.3 1500.3±555.5 1581.6±571.0

Kebutuhan dan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Air

(37)

Tabel 14 Tingkat pemenuhan kebutuhan air pada lansia menurut jenis kelamin dan kelompok usia, mL/Kap/hari (%)

Asupan Air Kelompok Usia Total

56-65 tahun 66-75 tahun >75 tahun Laki-laki

1. Asupan air (Riskesdas)

1710.7±608.0 1629.9±580.3 1569.6±580.2 1670.5±598.8

2. Asupan air (estimasi)

2401.9±859.2 2215.4±342.8 2192.8±370.5 2322.3±702.0

3. Kebutuhan air 2772.4±726.2 1941.6±289.1 1852.6±276.7 2418.9±721.9a 4. Tingkat

(92.4±36.4) (116.5±24.2) (120.8±25.9) (102.8±34.4)

Perempuan 1. Asupan air

(Riskesdas)

1536.6±539.5 1451.6±508.4 1444.1±528.3 1498.7±530.5

2. Asupan air (estimasi)

2227.1±725.9 2128.6±308.8 2127.5±331.1 2184.2±586.3

3. Kebutuhan air 2219.0±556.0 1598.1±190.9 1542.0±177.9 1942.1±538.8b 4. Tingkat

(106.7±39.3) (135.0±24.6) (139.6±26.2) (119.6±37.0)

Laki-laki dan Perempuan

2313.0±798.9 2170.2±328.4 2156.7±350.7 2250.8±648.4

3. Kebutuhan air 2491.0±702.1a 1762.7±297.5b 1681.0±274.9c 2172.1±677.0 4. Tingkat

(99.7±38.6) (126.1±26.1) (131.2±27.7) (111.5±36.7)

Keterangan: Tanda a, b, c pada tabel menunjukkan hasil uji beda statistik. Tanda yang berbeda antar kolom menunjukkan hasil uji berbeda signifikan antar kelompok usia, tanda yang berbeda antar baris menunjukkan hasil uji beda signifikan antar jenis kelamin (Lampiran 9)

(38)

untuk perempuan yaitu, pada kelompok usia 56-65 tahun 73.9±32.7%, 66-75 tahun 92.0±33.6%, dan >75 tahun 94.9±36.6%. Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat pemenuhan kebutuhan air laki-laki dan perempuan (p<0.01) (Lampiran 9).

Tingkat pemenuhan kebutuhan air yang dihitung dari asupan air estimasi pada sampel laki-laki yaitu 102.8±34.4% dan pada sampel perempuan 119.6±37.0%. Persentase tingkat pemenuhan kebutuhan yang dihitung dari estimasi asupan air cukup tinggi, sebagian besar diatas 100%. Hal ini diduga karena penggunaan persentase air dari minuman (70%) dan persentasi air metabolik+makan (30%) kurang cocok bila dipergunakan untuk lansia karena banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan air lansia, diantaranya adalah lingkungan, berat badan, fungsi ginjal yang sudah menurun, kondisi kesehatan tubuh, dan lain-lain. Selain itu estimasi persentasi air dari metabolik+makanan (30%) diduga agak rendah untuk lansia, karena dari hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan air dari makanan pada lansia cukup tinggi bila dibandingkan dengan dewasa dan remaja. Persentase air dari makanan pada lansia dari data hasil penelitian yaitu 34.3%, remaja (31.4%) (Linorita 2011), pada laki-laki dewasa (33.1%) (Adyas 2011), dan pada perempuan dewasa (31.8%) (Fermanda 2011).

Asupan Zat Gizi Makro dan Mineral

Asupan zat gizi makro dan mineral diperoleh dari konsumsi pangan. Tabel 15 menunjukkan bahwa rata-rata asupan zat gizi makro dan mineral sampel laki-laki yaitu: energi 1276±488 Kal, protein 42.0±21.4 g, lemak 35.0±26.7 g, karbohidrat 198.1±76.5 g, air 1670.5±598.8 mL, kalsium 241.0±259.2 mg, fosfor 617.1±299.9 mg, dan besi 7.2±9.4 mg. Rata-rata asupan zat gizi makro dan mineral pada lansia perempuan yaitu : energi 1123±434 Kal, protein 37.7±19.4 g, lemak 32.2±24.0 g, karbohidrat 170.6±68.2 g, air 1498.7±530.5 mL, kalsium 225.2±263.6 mg, fosfor 554.2±283.7 mg, dan besi 6.7±11.0 mg.

(39)

seperti berkurangnya sensitifitas indera penciuman dan perasa, serta gangguan pada gigi sehingga mengakibatkan selera makan menurun. Selain itu juga terjadi penurunan kemampuan kognitif dan psikomotor sehingga perubahan-perubahan ini berpengaruh terhadap kemampuan lansia untuk mendapatkan makanan yang ingin dikonsumsi dan pada akhirnya mempengaruhi juga asupan zat gizinya. Tabel 15 Rata-rata asupan zat gizi makro dan mineral perkapita perhari pada lansia

menurut jenis kelamin dan kelompok usia

Zat gizi Kelompok usia Total

56-65 tahun 66-75 tahun >75 tahun

Laki-laki

Energi (Kal) 1322±498 1227±462 1169±470 1276±488

Protein (g) 43.5±21.6 40.2±20.7 38.4±21.3 42.0±21.4

Lemak (g) 36.4±27.4 33.6±25.7 31.9±25.0 35.0±26.7

Karbohidrat (g) 204.9±78.4 190.8±72.2 182.0±72.9 198.1±76.5 Air (ml) 1710.7±608.0 1629.9±580.3 1569.6±580.2 1670.5±598.8 Kalsium (mg) 248.7±266.2 232.2±247.9 224.5±250.1 241.0±259.2 Fosfor (mg) 640.4±303.4 593.2±291.2 560.3±292.2 617.1±299.9

Besi (mg) 7.5±10.2 6.8±8.0 6.5±8.4 7.2±9.4

Perempuan

Energi (Kal) 1164±445 1076±414 1056±410 1123±434

Protein (g) 39.4±20.0 35.8±18.6 34.8±18.2 37.7±19.4

Lemak (g) 33.4±24.7 30.8±23.1 29.8±22.8 32.2±24.0

Karbohidrat (g) 176.2±69.9 163.8±64.4 162.4±66.9 170.6±68.2 Air (ml) 1536.6±539.5 1451.6±508.4 1444.1±528.3 1498.7±530.5 Kalsium (mg) 235.6±266.1 212.6±273.4 209.4±224.2 225.2±263.6 Fosfor (mg) 580.4±292.1 523.6±268.1 512.1±269.8 554.2±283.7

Besi (mg) 7.1±10.7 6.3±12.5 6.0±7.7 6.7±11.0

Laki-laki dan perempuan

Energi (Kal) 1242±478 1148±444 1106±441 1197±467

Protein (g) 41.4±20.9 37.9±19.7 36.4±19.7 39.8±20.5

Lemak (g) 34.9±26.1 32.1±24.4 30.7±23.8 33.5±25.4

Karbohidrat (g) 190.3±75.6 176.7±69.6 171.2±70.3 183.9±73.6 Air (ml) 1622.2±580.7 1537.1±551.3 1500.3±555.5 1581.6±571.0 Kalsium (mg) 242.0±266.2.3 222.0±261.7 216.2±236.2 232.8±261.6 Fosfor (mg) 609.9±299.2 556.9±281.5 533.7±281.0 584.6±293.3

Besi (mg) 7.3±10.5 6.5±10.6 6.2±8.1 6.9±10.3

Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi Makro dan Mineral

Gambar

Tabel 9 Rata-rata asupan air dari minuman pada lansia menurut sumber, jenis kelamin, dan kelompok usia (mL/Kap/hari)
Tabel 10 Rata-rata asupan air dari makanan pada lansia menurut sumber, jenis kelamin, dan kelompok usia (mL/Kap/hari)
Gambar 5 Grafik asupan air sampel berdasarkan usia dan jenis kelamin
Tabel 12 Rata-rata asupan air pada lansia menurut sumber, jenis kelamin, dan kelompok usia, ml/Kap/hari (%)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, tujuannya adalah mencoba untuk mengetahui praktik pembiayaan murabahah di Kopma UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta; mengetahui aplikasi pembiayaan

Interaksi 2,4-D dan TDZ berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan eksplan biji jeruk Kuok.Sehingga pemberian konsentrasi yang tepat pada setiap perlakuan memberikan perbedaan

[r]

Di sinilah kerja etnoarkeologi diperlukan, sebagai upaya untuk membingkai sebuah kebudayaan yang hidup dalam masyarakat tradisional menjadi sebuah wacana untuk dapat selalu

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis sitasi merupakan daftar rujukan yang terdapat dalam suatu dokumen berarti daftar pustaka yang dijadikan acuan

jarak lokasi yang jauh antara pengguna dengan perpustakaan (sumber informasi; dan 3) pengguna tidak tahu cara menggunakan sumber-sumber informasi yang tersedia. Dalam

Hal ini dapat diketahui berdasarkan hasil penelitian sebelum diberikan pembelajaran dengan task analysis kemampuan bina diri anak autis dalam aspek menunjuk dan

Khlorin bereaksi dengan lignin secara Oksidasi dan substitusi. Reaksi-reaksi ini mengeluarkan lignin dan oleh karena itu, beberapa akan terlarut dalam tahap Khlorinasi. Khlorin