• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Evaluasi

2.1.1 Pengertian Evaluasi

Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris

evaluation yang berarti penilaian atau penafsiran (Echols dan Shadily, 2000 :

220). Banyak definisi evaluasi yang dapat diperoleh dari buku-buku yang ditulis oleh ahlinya, antara lain definisi evaluasi menurut Tyler dalam Tayibnapis (2000 : 3) evaluasi adalah proses yang menentukan sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Menurut Maclcolm dalam Tayipnapis (2000 : 3) evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih. Menurut Stufflebeam dalam Tayibnapis (2000 : 14) “evaluasi sebagai suatu proses menggambarkan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan”.

Beberapa pendapat para ahli mengenai evaluasi dapat diuraikan sebagai berikut:

Menurut Umar (2002 : 36)” evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan– harapan yang ingin diperoleh”.

Arikunto (2002 : 1) menyatakan bahwa “evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi–informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.”

Dari pendapat diatas evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur memperoleh suatu kesimpulan. Fungsi utama evaluasi

(2)

adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.

Evaluasi berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian yang pada umumnya diartikan tidak berbeda (indifferent), walaupun pada hakikatnya berbeda satu dengan yang lain. Pengukuran (measurement) adalah proses membandingkan sesuatu melalui suatu kriteria baku (meter, kilogram, takaran, dan sebagainya), pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian adalah suatu proses transformasi dari hasil pengukuran menjadi suatu nilai. Evaluasi meliputi kedua langkah di atas yakni mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka pengambilan keputusan. jadi, pengukuran itu merupakan proses mengukur yang berfungsi sebagai alat evaluasi. Dari kegiatan pengukuran ini proses evaluasi dimulai (Kasim, 1993 : 18).

Karenanya, dalam keberhasilan ada dua konsep yang terdapat di dalamnya yaitu efektivitas dan efisiensi. Efektivitas merupakan perbandingan antara output dan inputnya sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input untuk menghasilkan output lewat suatu proses (Kasim, 1993 : 18).

Kriteria untuk memilih standar efektifitas (Sulistyo–Basuki, 1993 : 198) adalah:

a. Tingkat yang sesuai dengan kebutuhan yang telah dirancang sebelumnya.

b. Kemudian penerapannya.

c. Informasi standar yang tepat serta terpilih padanya. d. Pemakaian penerimanya.

e. Apabila diterapkan pada masyarakat yang berbeda / sesuai terkenal akan mempunyai hasil yang sesuai.

Hal yang sama juga dikemukakan Crawford (2000 : 1) evaluasi adalah mencari sesuatu yang berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif prosedur tertentu. Karenanya evaluasi bukan merupakan hal baru dalam kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang. Seorang manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula.

Dari pengertian–pengertian tentang evaluasi yang telah dikemukakan beberapa orang diatas, kita dapat menarik kesimpulan tentang evaluasi yakni,

(3)

evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauhmana keberhasilan sebuah program/keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut.

2.1.2 Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Menurut Weiss (1972b) dalam Euske (1984 : 69) tujuan evaluasi atau

evaluation adalah:

1. Continuing or discontinuing a program;

2. Imroving practices and procedures of a program;

3. Adding or dropping specific strategies and tecnigues within a program or operation.

4. Instituting similar operations or programs elsewhere;

5. Allocating resources among competing operation and programs; 6. Accepting or rejecting a program approach or theory.

Dengan kata lain tujuan evaluasi adalah:

1. Kelanjutan atau pemutusan sebuah program;

2. Peningkatan pelaksanaan dan prosedur sebuah program;

3. Penambahan atau penurunan strategi khusus tanpa sebuah program atau operasional;

4. Persamaan lembaga operasional atau program ditempat lain;

5. Pengalokasian sumber daya atau persaingan opeasional dan program; 6. Penerimaan atau penolakan sebuah pendekatan program atau teori.

Dari beberapa tujuan evaluasi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan evaluasi adalah untuk memberikan pendekatan yang lebih baik dalam memberikan informasi untuk perbaikan dan pengembangan sebuah program. Setiap kegiatan yang dilaksanakan mempunyai tujuan tertentu, demikian juga dengan evaluasi. Menurut Arikunto (2002 : 13) ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing–masing komponen.

Implementasi program harus senantiasa di evaluasi untuk melihat sejauh mana program tersebut telah berhasil mencapai maksud pelaksanaan program yang telah ditetapkan sebelumya. Tanpa adanya evaluasi, program–program yang berjalan tidak akan dapat dilihat efektifitasnya. Dengan demikian, kebijakan–

(4)

kebijakan baru sehubungan dengan program itu tidak akan didukung oleh data. Karenanya, evaluasi program bertujuan untuk menyediakan data dan informasi serta rekomendasi bagi pengambil kebijakan (decicion maker) untuk memutuskan apakah akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan sebuah program.

2.1.3 Alat penilaian Evaluasi

Secara garis besar alat penilaian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes. Alat yang berupa non–tes dapat berupa (1) skala bertingkat untuk mengukur sikap, pendapat, keyakinan dan nilai, (2) wawancara, dan (3) pengamatan. Penggunaan alat – alat evaluasi tergantung pada apa yang akan di evaluasi (Umar, 2002 : 45).

2.1.4 Standar Evaluasi

Standar yang dipakai untuk mengevaluasi suatu kegiatan tertentu dapat dilihat dari tiga aspek utama (Umar, 2002 : 40) yaitu:

a. Utility (manfaat)

Hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan atas program yang sedang berjalan.

b. Accuracy (akurat)

Informasi atas hasil evaluasi hendaklah memiliki tingkat ketepatan tinggi. c. Feasibility (layak)

Hendaknya proses evaluasi yang dirancang dapat dilaksanakan secara layak.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa standar evaluasi bermanfaat untuk pengambilan keputusan yang memiliki tingkat ketepatan tinggi dan dapat dilaksanakan secara layak.

2.1.5 Evaluasi Koleksi Perpustakaan

Evaluasi koleksi perpustakaan difokuskan dengan penentuan kekuatan dan kelemahan koleksi perpustakaan tersebut. Perluasan yang mendukung koleksi meliputi misi dan tujuan perpustakaan dan nilai koleksi untuk pengguna perpustakaan dan pengguna potensial perpustakaan..

(5)

Menurut Fleet dalam Wallace ( 2002 : 117) evaluasi koleksi dilakukan berdasarkan:

1. Providing access to multiple format, including print, audiovisual material, and electronic information, will continue as an important fuction of the library.

2. Defferent measures and evaluation contexts are appropriate for different purposes and settings.

3. Selection and interpretation of measures are grounded in the organization model and philosophical context of the library (mission and goals).

4. Multiple measures or data points reveal a more complete and accurate picture of the collection, its use, and its value as well as the interaction of the variables studied.

5. Measurement support evaluation. It does not substitute for it. 6. Evaluation leads to decision making.

Dengan kata lain evaluasi koleksi dilakukan berdasarkan:

1. Penyediaan akses untuk berbagai format, termasuk print, audiovisual, dan format elektronik.

2. Perbedaan ukuran dan isi evaluasi yang memiliki perbedaan tujuan dan pengaturan.

3. Seleksi dan penafsiran ukuran berdasarkan model organisasi dan pilosofi konteks perpustakaan (misi dan tujuan).

4. Berbagai ukuran atau data yang lebih lengkap dan akurat dari koleksi, digunakan, dan bernilai baik dalam interaksi variabel pembelajaran. 5. Pengukuran dukungan evaluasi. Dan

6. Evaluasi pemimpin untuk pengambilan kebijakan.

Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi koleksi perpustakaan perlu dilakukan untuk menilai sejauh mana misi dan tujuan perpustakaan sudah tercapai. Evaluasi koleksi adalah suatu bagian yang terhubung dengan proses pengembangan koleksi, termasuk kebijakan penambahan koleksi, pengadaan, penyusunan, pengolahan, dan seleksi koleksi.

(6)

2.2 Ketersediaan Koleksi

2.2.1 Pengertian Koleksi Perpustakaan

Agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal perpustakaan harus dapat menyediakan dan mengumpulkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna demi melaksanakan program kegiatan perguruan tinggi yaitu tri dharma perguruan tinggi.

Menurut Soetminah (1992 : 31) “Koleksi perpustakaan adalah bahan pustaka yang dihimpun oleh suatu perpustakaan yang disediakan bagi masyarakat yang berminat memanfaatkannya”. Koleksi perpustakaan biasanya diatur dan ditata secara sistematis, sehingga setiap pustaka dapat dengan mudah dicari dan ditemukan sewaktu-waktu dibutuhkan.

Sedangkan menurut Siregar (1999 : 2) ”Yang dimaksud dengan koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah dan disimpan untuk disajikan kepada pengguna, guna memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi”.

Selain itu, Sulistyo–Basuki (1993: 132) menyatakan bahwa “Pentingnya koleksi bahan pustaka yang mutakhir dan seimbang”

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut peneliti mencoba menyimpulkan bahwa koleksi perpustakaan adalah semua bahan perpustakaan baik yang lama maupun, mutakhir dan seimbang dikumpulkan, diolah dan disimpan di perpustakaan yang kemudian disajikan kepada pengguna guna pemenuhan kebutuhan mereka akan informasi.

2.2.2 Tujuan Ketersediaan Koleksi Perpustakaan

Tujuan ketersediaan koleksi adalah untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi, walaupun tujuan penyediaan koleksi untuk memenuhi kebutuhan pengguna, namun tujuan penyediaan koleksi tersebut tidaklah sama untuk semua jenis perpustakaan, tergantung pada jenis dan tujuan pada suatu perpustakaan.

Menurut Siregar (1999 : 2) tujuan perpustakaan perguruan tinggi menyediakan koleksi:

1. Menggumpulkan dan menyediakan bahan pustaka yang dibutuhkan civitas akademika perguruan tinggi induknya,

(7)

2. Mengumpulkan dan menyediakan bahan pustaka bidang–bidang tertentu yang berhubungan dengan tujuan perguruan tinggi yang menyeleggarakan perpustakaan tersebut.

3. Memiliki koleksi, bahan atau dokumen yang lampau dan yang mutakhir dan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, kebudayaan, hasil penelitian dan lain–lain yang erat hubungannya dengan program perguruan tinggi penaungnya.

4. Memiliki koleksi yang dapat menunjang pendidikan dan penelitian serta pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi induknya

5. Memiliki bahan pustaka/informasi yang berhubungan dengan sejarah dan ciri perguruan tinggi tempat bernaung.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan perguruan tinggi haruslah lengkap dan relevan dengan kebutuhan setiap program studi perguruan tinggi. Koleksi juga harus sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi serta dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

2.2.3 Fungsi Koleksi Perpustakaan

Koleksi perpustakaan juga memiliki fungsi di dalam perpustakaan. Fungsi koleksi tersebut ditegaskan dalam buku Pengantar Ilmu Perpustakaan (1993 : 65) adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Pendidikan

Untuk menunjang program pendidikan dan pengajaran, perpustakaan mengadakan bahan pustaka yang sesuai atau relevan dengan jenis tingkat program yang ada.

b. Fungsi Penelitian

Untuk menunjang program penelitian perguruan tinggi, perpustakaan menyediakan sumber informasi tentang berbagai hasil penelitian dan kemajuan ilmu mutakhir.

c. Fungsi Referens

Fungsi ini melengkapi kedua fungsi diatas dengan menyediakan bahan referens di berbagai bidang dan alat alat bibliografis yang di perlukan untuk penelusuran informasi. d. Fungsi Umum

Perpustakaan perguruan tinggi juga merupakan pusat informasi bagi masyarakat sekitarnya.

Dari pernyataan di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa koleksi perpustakaan mempunyai peranan penting bagi pengguna. Dalam dunia pendidikan, perpustakaan mempunyai peranan penting sebagai sumber ilmu

(8)

pengetahuan. Begitu pentingnya perpustakaan sehingga dilukiskan sebagai inti atau jantung bagi program pendidikan perguruan tinggi.

2.2.4 Jenis Koleksi Perpustakaan

Dalam melaksanakan tujuan penyediaan koleksi serta fungsi koleksi, perpustakaan berusaha untuk menyediakan bahan perpustakaan yang beraneka ragam jenis dan bentuk serta kandungan informasi sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakaan tersebut. Oleh karena itu ada beberapa jenis dan bentuk koleksi yang terdapat diperpustakaan.

Menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004 : 51) jenis koleksi yang tersedia di perpustakaan meliputi:

1. Koleksi rujuka n

Koleksi rujukan merupakan tulang punggung perpustakaan dalam menyediakan informasi yang akurat. Berbagai bentuk dan jenis informasi seperti data, fakta, dan lain-lain dapat ditemukan dalam koleksi rujukan. Oleh sebab itu, perpustakaan perlu melengkapi koleksinya dengan berbagai jenis koleksi rujukan seperti ensiklopedi umum dan khusus, kamus umum dan khusus, buku pegangan, direktori, abstrak, indeks, bibliografi, berbagai standar, dan sebagainya baik dalam bentuk buku maupun non buku.

2. Bahan ajar

Bahan ajar berfungsi untuk memenuhi kurikulum. Bahan ajar untuk setiap mata kuliah bisa lebih dari satu judul karena cakupan isinya yang berbeda sehingga bahan yang satu dapat melengkapi bahan yang lain. Disamping ada bahan ajar yang diwajibkan ada dan ada pula bahan ajar yang dianjurkan untuk memperkaya wawasan. Jumlah judul bahan ajar untuk setiap mata kuliah ditentukan oleh dosen, sedangkan jumlah eksemplarnya bergantung kepada tujuan dan program pengembangan perpustakaan setiap perguruan tinggi.

3 Terbitan berkala

Untuk melengkapi informasi yang tidak terdapat di dalam bahan ajar dan bahan rujukan, perpustakaan melanggan bermacam-macam terbitan berkala seperti majalah umum, jurnal, dan surat kabar. Terbitan ini memberikan informasi mutakhir mengenai keadaan atau kecenderungan perkembangan ilmu dan pengetahuan. Perpustakaan seyogyanya dapat melanggan sedikitnya satu judul majalah ilmiah untuk setiap program studi yang diselenggarakan perguruan tingginya.

4. Terbitan pemerintah

Berbagai terbitan pemerintah seperti lembaran negara, himpunan peraturan negara, kebijakan, laporan tahunan, pidato resmi, dan sebagainya juga dimanfaatkan oleh para peneliti atau dosen dalam menyiapkan kuliahnya. Perpustakaan perlu mengantisipasi kebutuhan para penggunanya sehingga koleksi terbitan pemerintah, baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah,

(9)

departemen, non-departemen, maupun lembaga lainnya dapat memperoleh perhatian.

5. Selain terbitan pemerintah, koleksi yang menjadi minat khusus perguruan tinggi seperti sejarah daerah, budaya daerah, atau bidang khusus lainya juga perlu diperhatikan. Berbagai macam pustaka ini memuat kekayaan informasi yang penting, tidak saja untuk pengembangan ilmu. Koleksi itu harus selalu disesuaikan dengan perubahan program perguruan tinggi karena masing-masing bahan tersebut mengandung informasi yang berbeda pula., terutama bila ditinjau dari tingkat ketelitian, cakupan isi, maupun kemutakhirannya. Dengan koleksi yang jumlah atau jenisnya cukup, diharap program perguruan tinggi dapat berjalan dengan baik.

6. Apabila memiliki dana yang cukup, perpustakaan sebagai sumber belajar tidak hanya menghimpun buku, jurnal, dan sejenisnya yang tercetak, tetapi juga menghimpun koleksi pandang-dengar seperti film, slaid, kaset video, kaset audio, dan pustaka renik, serta koleksi media elektronika seperti disket,

compact disc dan online database/basis data akses maya. Koleksi ini

disediakan untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.

7. Bahan bacaan untuk rekreasi intelektual

Perpustakaan perguruan tinggi perlu menyediakan bahan bacaan atau bahan lain untuk keperluan rekreasi intelektual mahasiswa dan bahan bacaan lain yang memperkaya khasanah pembaca.

Disamping itu, menurut Sumardji (1988: 13) mengenai unsur perpustakaan adalah sebagai berikut:

Koleksi perpustakaan, dari unsur perpustakaan sebagai koleksi bahan– bahan tertulis, tercetak ataupun grafis lainnya, maka koleksi tersebut dapat dibedakan menurut pengertian lebih lanjut seperti berikut:

1. Berdasarkan cara menghasilkannya, koleksi perpustakaan terdiri dari: - Koleksi berupa naskah yang ditulis dengan tulisan tangan asli,

misalnya manuskrip;

- Koleksi berupa karya cetakan, misalnya buku–buku, majalah– majalah, surat kabar.

- Koleksi berupa karya alihan dari karya tulisan tangan asli maupun karya cetakan ke karya grafis dengan alat elektronik ataupun fotografi, misalnya film, slide, piringan hitam, tape, dan lainnya. 2. Berdasarkan bentuknya. Koleksi perpustakaan terdiri dari:

- Buku, seperti buku teks, fiksi maupun non–fiksi dan buku buku referensi seperti kamus, eksiklopedi, almanak, buku pegangan, bibliografi, indeks, peta dan sebagainya;

- Penerbitan pemerintah, seperti Lembaran Negara, Tambahan Lembaran Negara, Berita Negara, Tambahan Berita Negara, Himpunan Peraturan –Peraturan Pemerintah dan sebagainya;

- Laporan penelitian, Paper, Skripsi, Tesis, Disertasi; - Majalah, baik yang umum maupun yang khusus; - Surat kabar;

(10)

- Karya alihan tulisan – tulisan ataupun cetakan–cetakan yang telah dibuat menjadi film, slide, piringan hitam, tape, dan sebagainya; - Manuskrip

Dari berbagai jenis koleksi yang dikemukakan para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa suatu perpustakaan perguruan tinggi harus dapat memilih dan menentukan koleksi apa saja yang harus dimiliki oleh perpustakaan tersebut yang sesuai dengan penggunanya, dan semua jenis koleksi tersebut harus dapat dilayankan kepada civitas akademika dengan tujuan membantu mereka dalam mencari informasi yang dibutuhkan.

2.2.5 Pedoman Penghitungan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Untuk dapat mengetahui besarnya koleksi perpustakaan perguruan tinggi tergantung pada jenjang pendidikan yang dilakukan oleh pergurusn tinggi yang bersangkutan seperti jumlah mahasiswa.

Berdasarkan Buku Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999 : 20 ), persyaratan minimal koleksi perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut:

A. Program diploma dan S1

a. 1 (satu) judul pustaka untuk setiap mata kuliah dasar keahlian (MKDK).

b. 2 (dua) judul pustaka untuk setiap mata kuliah keahlian (MKK) c. Melanggan sekurang–kurangnya 1 (satu) judul jurnal ilmiah untuk

setiap program studi.

d. Jumlah pustaka sekurang–kurangnya 10 % dari jumlah mahasiswa dengan memperhatikan komposisi subjek pustaka.

B. Program Pascasarjana

a. Memiliki 500 judul pustaka per program studi

b. Melanggan 2 (dua) jurnal ilmiah untuk setiap program studi.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi, perpustakaan perguruan tinggi dianjurkan memiliki koleksi yang telah ditentukan di atas.

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Depdikbud No. 0686 /U/1991 dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi (1994 : 36) menyatakan bahwa:

1. Buku ajar wajib untuk mata kuliah umum (MKU) = jumlah MKU x 1 judul.

2. Buku ajar wajib mata kuliah dasar (MKDK) = jumlah MKDK x 1 judul.

(11)

3. Buku ajar wajib untuk mata kuliah keahlian (MKK) atau mata kuliah bidang studi (MKNS) = jumlah MKK / MKBS x 2 judul.

4. Buku ajar anjuran dan pengayaan untuk MKU, MKDK, MKK/ MKBS = jumlah (1,2,3 x 5 judul.

Dari kedua pendapat dia atas dapat disimpulkan bahwa jumlah koleksi untuk mata kuliah dasar keahlian (MKDK) minimal 1 judul bahan perpustakaan untuk setiap mata kuliah dan minimal 2 judul bahan pustaka untuk mata kuliah keahlian (MKK). Namun pada buku pedoaman perpustakaan tidak dijelaskan perpustakaan harus memiliki minimal 1 judul jurnal ilmiah untuk setiap program studi.

2.2.6 Pengadaan Koleksi Perpustakaan

Pengadaan koleksi adalah proses menghimpun bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan. Koleksi yang diadakan hendaknya relevan dengan minat dan kebutuhan, lengkap, dan terbitan mutakhir, agar tidak mengecewakan masyarakat yang dilayani. Koleksi perpustakaan berasal dari berbagai macam sumber, seperti hadiah, tukar-menukar, titipan, dan pembelian.

Menurut Soetminah (1992 : 71) cara Pengadaan koleksi perpustakaan dilaksanakan sebagai berikut:

1. Hadiah/sumbangan 2. Tukar-menukar 3. Titipan

4. Pembelian

Sedangkan menurut Sulistyo–Basuki ( 1993 : 222) Metode pengadaan koleksi perpustakaan adalah sebagai berikut:

(1) Pembelian

Pemesanan langsung dapat dilakukan pada penerbit ataupun pada toko buku.

(2) Pertukaran

Pustaka tertentu tidak dapat dibeli ditoko buku, hanya dapat diperoleh melalui pertukaran ataupun hadiah.

(3) Hadiah

Karena kondisi sosial ekonomi yang masih belum sepenuhnya berkembang, tradisi pengembnagan perpustakaan dengan melalui sumbangan atau hadiah masih belum memasyarakat.

(12)

(4) Keanggotaan Organisasi

Kadang–kadang perpustakaan ataupun badan induk perpustakaan menjadi anggota sebuah perhimpunan atau organisasi.

Berdasarkan pendapat diatas maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa koleksi perpustakaan harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pengguna agar perpustakaan dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pengguna.

2.2.7 Pengembangan Koleksi Perpustakaan

Pada hakikatnya perpustakaan bersifat universal, artinya ada dimana-mana baik di sekolah, perguruan tinggi, maupun kantor pemerintah dan swasta yang memiliki tugas, fungsi yang sama yaitu menghimpun dan mengumpulkan, mengolah, memelihara, merawat, melestarikan dan melayankan kepada pengguna. Menurut Siregar (2004 : 121) “Pengembangan koleksi adalah prioritas utama dalam suatu perpustakaan pemilihan koleksi merupakan kunci pengembangan koleksi kerjasama yang baik antar staf pengajar dengan pustakawan adalah suatu hal yang sangat menentukan dalam pemilihan koleksi yang mencakup referens kurikulum, umum dan penelitian”.

Sedangkan menurut Sutarno (2006 : 113) agar perpustakaan dapat membangkitkan minat baca pengguna, maka sudah seharusnya koleksi perpustakaan memberikan ciri dan warna sebagai berikut :

1. Memberikan ciri bagi jenis perpustakaan yang dibentuk. Misalnya perpustakaan umum, koleksinya mencakup semua disiplin ilmu dan dimaksudkan untuk dipakai oleh semua lapisan masyarakat, sehingga penekanannya terletak pada variasi jenis koleksi.

2. Merupakan daya tarik dan perhatian bagi pengunjung, artinya koleksi yang makin lengkap dan dengan terbitan yang relative baru, akan dapat memberikan kesempatan yang makin besar kepada pengunjung untuk memilih dan memperoleh informasi terkini.

3. Meningkatkan citra dan gambaran atas performs dan kinerja perpustakaan.

Sedangkan menurut Soetminah (1992 : 257) menyatakan bahwa :

Pengembangan koleksi menetapkan kegiatan kerja perpustakaan yang berupa tugas menyediakan sumber informasi dan memberikan pelayanan informasi kepada pemakai, sesuai dengan kebutuhan dan minatnya maka setiap perpustakaan mempunyai cara tersendiri dalam melaksanakan pengembangan koleksi.

(13)

Berdasarkan pendapat tersebut peneliti mencoba menyimpulkan bahwa dunia pendidikan dengan tugas dan aktivitasnya memerlukan kehadiran sebuah perpustakaan yang representatif dalam membina suatu perpustakaan yang dapat menjawab kebutuhan dan tantangan pendidikan serta membangkitkan minat baca pengguna, maka sudah seharusnya perpustakaan, khususnya bidang pembinaan koleksi harus membenahi diri dengan menyediakan berbagai sumber informasi yang sesuai dengan kurikulum serta ilmu pengetahuan yang sedang berkembang. Tidak hanya itu perpustakaan haruslah memiliki pedoman pengembangan koleksi untuk mengumpulkan informasi dan memberikan pelayanan.

2.3. Analisis Sitasi

2.3.1 Pengertian Analisis Sitasi

Kata sitiran merupakan terjemahan langsung dari kata citation atau sitasi dalam bahasa inggris. Menurut Harrod’s Library Glossary and Reference Book (1990 : 20) “ citation adalah suatu rujukan pada suatu teks atau bagian dari suatu teks yang menunjuk pada suatu dokumen dimana teks itu dimuat”. Menurut Lasa ( 1998 : 24) “ Analisis sitasi adalah cara penghitungan atas karya tulis yang disitir oleh pengarang. Karya itu dugunakan untuk persiapan penulisan karya tulis mereka”. Sedangkan menurut ALA Glossary 0f Library and Information Science dalam Hasugian (2005 : 5) Sitiran adalah suatu catatan yang merujuk pada suatu karya yang dikutip atau beberapa sumber yang memiliki otoritas”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sitiran adalah daftar pustaka dari sejumlah dokumen yang dirujuk atau yang dikutip oleh sebuah dokumen dan setiap daftar pustaka dokumen tersebut dimuat dalam bibliografi dokumen yang mengutip. Sitiran biasa muncul dalam catatan kaki, catatan akhir, bibliografi ataupun daftar pustaka. Kadang–kadang

citation dianggap sinonim dengan reference, tetapi bila kedua istilah tersebut

diteliti dalam kamus bahasa ternyata makna istilah tersebut memiliki makna yang berbeda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 1078) menyatakan bahwa “sitiran adalah menyebut atau menulis kembali kata–kata yang telah disebut (ditulis) orang lain”. Referensi berarti rujukan atau petunjuk, sedangkan citation (sitiran) berarti kutipan. Purnomowati (2005 : 3) menyatakan bahwa “sitasi,

(14)

sitiran, atau citation adalah informasi ringkas tentang dokumen yang disitir dan disisipkan dalam teks, sementara informasi selengkapnya dimuat pada daftar referensi”. Referensi yang dimaksud dalam pendapat tersebut adalah deskriptif bibliografi dari dokumen yang disitir, umumnya disusun berupa daftar yang disajikan pada akhir bab, artikel atau buku.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis sitasi merupakan daftar rujukan yang terdapat dalam suatu dokumen berarti daftar pustaka yang dijadikan acuan oleh penulis dalam menyusun karya tulisnya, sedangkan sitiran adalah karya yang digunakan sebagai bibliografi pada sebuah artikel atau buku.

Price dalam Elita (2008 : 4) memberikan pandangan yang membedakan pengertian antara rujukan (reference) dengan sitiran (citation) dilihat dari bagaimana cara menghitungnya bahwa “ jumlah rujukan dari sebuah karya tulis dihitung dari bibliografi, baik itu berupoa catatan kaki maupun catatan akhir, sedangkan sejumlah sitiran dari sebuah karya tulis didapat dengan menghitung dalam indeks sitiran (citation index) untuk mendapatkan jumlah karya tulis–karya tulis lain yang terdaftar didalamnya. Lebih Lanjut, Guha dalam Elita (2008 : 5) menyebutkan beberapa penggunaan sekunder sitiran:

1. Dipergunakan sebagai bibliografi.

2. Mempersiapkan daftar peringkat majalah. 3. Dipergunakan sebagai daftar peringkat.

4. Mengetahui hubungan penggunaan berbagai bentuk dokumen. 5. Mengetahui umur penggunaan dokumen.

6. Mengetahui keterhubungan dan keterkaitan subjek–subjek. 7. Mengetahui asal–usul atau akar dari subjek ilmu.

8. Kajian sitiran dari abstrak/indeks.

Berdasarkan pendapat diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa sitiran maupun referensi benar–benar dibutuhkan dalam menghasilkan suatu karya tulis karena dapat membantu argumen peneliti melalui teori dan studi empiris yang terkait dengan literatur, dan membantu pembaca untuk memebedakan antara ide penulis dengan kesimpulan dari literatur.

(15)

Selanjutnya Sophia (2002 : 3) menyatakan bahwa arti sitasi atau citation adalah:

1. Action of any word or written passage, quotation 2. A reference to a passage in a book

3. To cie (a book, atu etc) for a particular statemen or passage.

4. To copy or repeat ( a passage, statement, etc) from book, document, speech, etc with some indication that one is giving a word of another.

Dengan kata lain sitasi adalah:

Sitasi adalah menunjukkan asal–usul atau sumber kutipan, mengutip pernyataan atau menyalin/mengulang pernyataan seseorang dan mencantumkanny didalam suatu karya tulis yang dibuat,namun tetap mengidentifikasikan bahwa kutipan tersebut itu adalah pernyaan orang lain.

Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sitiran adalah pernyataan yang diterima suatu dokumen sedangkan rujukan adalah pernyataan yang diberikan oleh sebuah dokumen. Sitiran selalu berhubungan dengan dua jenis data, yaitu data yang disitir (cited document) dan data yang menyitir (citing document). Data yang dikaji dalam analisis sitiran adalah data yang disitir yang terdapat dalam data dokumen yang menyitir. Menurut Andriani (2003 : 29) “sitiran adalah pernyataan yang diterima suatu dokumen dari dokumen lain”. Dengan demikian, sitiran mengarah pada karya yang diacu dan dilakukan oleh penulis sesudah karya yang diacu diterbitkan. Berdasarkan pengertian tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa sitiran adalah pernyataan dari dokumen lain yang dikutip oleh sebuah dokumen.

Sitiran atau citation di dalam penulisan ilmiah sangat penting. Dalam penulisan ilmiah, peneliti memerlukan bahan pustaka pendukung bagi tulisannya. Seorang peneliti atau penulis ilmiah wajib mencantumkan nama pengarang yang pernyataannya dikutip atau disitir didalam artikel, makalah, laporan hasil atau penelitian yang ditulisnya. Kewajiban tersebut untuk memperlihatkan bahwa sesungguhnya peneliti tersebut telah menelaah terlebih dahulu bidang yang pernah dilakukan oleh orang lain. Dengan demikian, sitiran dilatarbelakangi oleh hubungan antara dokumen yang menyitir dengan dokumen yang disitir.

(16)

2.3.2 Analisis Sitiran

Kajian informasi memiliki daftar pustaka, salah satunya dikenal dengan analisis sitiran (citation analysis). Metode analisis sitiran merupakan salah satu teknik bibliometrika dalam Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang mengkaji hubungan antara dokumen yang menyitir dengan dokumen yang disitir. Menurut Busha dan Harter dalam Elita ( 2008 : 3) “ analisis sitiran adalah untuk mempertanggung jawabkan karya–karya ilmiah, peringkat majalah penting, penambahan literatur yang relevan dengan pernyataan penelusuran dan untuk mengevaluasi kebutuhan ilmuan”. Dengan demikian, analisis sitiran digunakan untuk mengevaluasi karya–karya yang digunakan oleh sebuah dokumen.

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2005 : 55) analisis adalah: Penyelidikan terhadap suatu peristiwa ( karangan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, penguraian suatu pokok atau berbagai bagiannya, dan penelaahan baik itu sendiri maupun hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

Sedangkan sitiran dalam Harrod’s Librarian Glossary and Reference Book (1990 : 77) adalah “ suatu rujukan pada suatu teks atau bagian dari suatu teks yang menunjuk pada suatu dokumen dimana teks itu dimuat”. Dengan demikian, analisis sitiran adalah penyelidikan terhadap daftar kepustakaan, salah satunya dikenal dengan analisis sitiran ( citation analysis).

Elita (2008 : 4) menyatakan bahwa:

Analisis sitiran digunakan untuk mengukur pengaruh intelektual keilmuan dari pengarang yang disitir, karena beberapa studi sitiran literatur digunakan untuk mengetahui karakteristik komunikasi ilmu pengetahuan dan banyak aspek kualitatif dari peneliti dan publikasi.

Selanjutnya, “analisis sitiran adalah cara perhitungan yang dilakukan atas karya tulis yang disitir oleh para pengarang” ( Lasa, 1998 : 26).

Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa analisis sitiran adalah suatu cara untuk mengukur atau menghitung karya tulis yang dikutip oleh sebuah dokumen serta untuk mengetahui karakteristik komunikasi ilmu pengetahuan.

Kajian analisis sitiran dilatarbelakangi oleh tingkat pertumbuhan jurnal ilmiah yang sangat cepat dan mendorong para ahli informasi untuk mengembangkan metode analisis sitiran untuk mengkaji sebuah jurnal. Dalam bibliometrika, yang dikaji adalah informasi terekam, khususnya informasi dalam

(17)

bentuk grafis. Dengan demikian, objek kajiannya adalah buku, pengarang (hasil karyanya), majalah, laporan penelitian, disertasi dan sebagainya.

Analisis sitiran dalam kajian bibliometrika memiliki cara dalam menentukan beberapa kebijakan. Hartinah (2002 : 2) Menyatakan bahwa pada kajian bibliometrika banyak digunakan analisis sitiran sebagai cara untuk menentukan berbagai kepentingan atau kebijakan seperti:

1. Evaluasi program riset. 2. Penentuan ilmu pengetahuan. 3. Visualisasi suatu disiplin ilmu. 4. indikator iptek.

5. faktor dampak dari suatu majalah (journal impact factor). 6. Kualitas suatu majalah.

7. Pengembangan koleksi majalah, dan lain–lain.

Dengan demikian, analisis sitiran digunakan dalam berbagai kepentingan dan kebijakan. Beberapa cara di atas dapat disimpulkan bahwa analisis sitiran sangat berguna untuk menganalisis setiap bidang ilmu untuk mengevaluasi majalah/jurnal maupun penulis yang paling banyak disitir oleh jurnal lain atau penulis lain.

Analisis sitiran merupakan penyelidikan terhadap data sitiran. Menurut Hartinah ( 2002 : 1) “Analisis sitiran adalah penyelidikan melalui data sitiran dari suatu dokumen, baik dokumen yang disitir maupun dokumen yang menyitir”. Lebih jauh Strohls dalam Hasugian (2005 : 3) merumuskan definisi dari analisis sitiran, yaitu “ sebagai suatu studi terhadap kutipan yang berupa daftar pustaka dari sebuah teks, artikel jurnal, disertasi mahasiswa, atau sumber lainnya dengan melakukan pemeriksaan terhadap bagian tersebut”.

Mengacu kepada kedua pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa analisis sitiran adalah suatu kajian yang digunakan untuk menyelidiki atau memeriksa sejumlah data sitiran dari suatu literatur atau dokumen yang menyitir maupun yang disitir.

Analisis sitiran merupakan salah satu jenis evaluasi perpustakaan yang digunakan oleh pustakawan diluar negeri untuk membantu pemeliharaan koleksi. Smith dalam Elita (2008 : 9) Menyatakan bahwa “kajian sitiran adalah bagian dari bibliometrika berkaitan dengan studi mengenai hubungan tersebut”. Analisis

(18)

sitiran merupakan bagian dari bibliometrika. Bibliometrika dapat digunakan sebagai metode kajian yang bersifat deskriptif, misalnya yang berkaitan dengan studi mengenai hubungan tersebut”. Analisis sitiran merupakan bagian bibliometrika. Bibliometrika dapat digunakan sebagai metode kajian deskriftif, misalnya yang berkaitan dengan kepengarangan, dan bersifat evaluatif, misalnya untuk mengkaji penggunaan literatur melalui analisis sitiran. Menurut Martyn dalam Elita (2008 : 9) “ analisis sitiran adalah analisis atas sejumlah sitiran atau sejumlah rujukan yang terdapat dalam tulisan ilmiah atau literatur primer”. Analisis sitiran umumnya dilakukan terhadap artikel majalah karena sifatnya yang tertib secara teratur, mutakhir, dan dipublikasikan secara umum. Hal yang diselidiki dalam analisis sitiran mencakup subjek, pengarang, sumber–sumber dokumen dan tahun dokumen.

Sulistyo–Basuki (1998 : 6) menyatakan bahwa:

Analisis sitiran digunakan untuk mengukur pengaruh intelektual ilmuwan dari pengarang yang disitir, karena beberapa studi sitiran literatur digunakan untuk mengetahui karakteristik komunikasi ilmu pengetahuan dan banyak aspek kualitatif dari penelitian dan publikasi.

Dengan demikian, penulis dapat merumuskan bahwa analisis sitiran adalah bagian dari kajian bibliometrika dan yang dikaji adalah dokumen yang disitir dengan dokumen yang menyitir pada sebuah karya ilmiah. Aspek yang dikaji dalam analisis sitiran disesuaikan dengan kebutuhan peneliti atau penulis yang bersangkutan.

Ditegaskan juga oleh Garfield dalam Hartinah (2002 : 3) bahwa “analisis sitiran banyak digunakan dalam kajian bibliometrika karena jelas mewakili subjek yang diperlukan, tidak memerlukan interpretasi, valid dan reliable”.

Dalam menggunakan kajian analisis sitiran, masalah yang perlu dipertimbangkan adalah:

1. Hanya penulis utama yang menjadi perhatian

2. Penulis yang mempunyai nama sama, bidang sama dibutuhkan. 3. Jenis sumber dokumen (artikel, makalah, dan lain–lain).

4. Tidak dibatasi oleh waktu.

(19)

Berdasarkan beberapa penegasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa kajian analisis sitiran digunakan karena adanya beberapa masalah yang perlu dipertimbangkan didalam menganalisis sitiran suatu dokumen. Kegiatan sitir menyitir merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam penulisan sebuah karya tulis dan merupakan hal yang umum dilakukan oleh seorang peneliti atau penulis, karena untuk menghasilkan karya atau dokumen baru sangat membutuhkan bahan rujukan yang telah terbit sebelumnya serta mempunyai kaitan dengan dokumen yang menyitirnya.

2.3.3 Kriteria dalam Menyitir Dokumen

Seorang peneliti harus memahami kriteria dalam menyitir dokumen yang akan dijadikan rujukan. Oleh karena itu, sebuah dokumen akan disitir oleh pengarang atau peneliti bila dokumen tersebut relevan dengan kegiatan penulisan karya ilmiah yang dilakukan. Dengan demikian, tidak semua dokumen yang berkaitan dapat langsung dikutip atau disitir tetapi harus benar–benar relevan dengan topik yang diteliti.

Kegunaan dokumen bagi peneliti tidak hanya menyangkut topik yang relevan tetapi juga kebaruan, kualitas, kepentingan dan kredibilitas. Dengan kata lain, dokumen yang mempunyai kegunaan (utility) akan diberi nilai oleh peneliti dan menentukan apakah dokumen itu layak disitir atau tidak.

Pendapat Wang dan Soergel dalam Andriani (2003 : 9) menyatakan bahwa nilai kegunaan suatu dokumen dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu :

1. Epistemic value : kegunaan suatu dokumen dalam memenuhi keinginan atas pengetahuan atau informasi yang tidak/belum diketahui. Melihat definisi tersebut dapat diambil asumsi bahwa nilai epistemic merupakan persyaratan bagi semua dokumen. Dokumen yang tidak memiliki nilai epistemic kemungkinan tidak akan disitir.

2. Fuctional value : kegunaan suatu dokumen karena memberi kontribusi pada tugas atau penelitian yang dilakukan. Dokumen akan berguna karena berisi teori, data pendukung empiris, atau metodologi.

3. Conditional value : kegunaan dokumen akan muncul bila beberapa kondisi atau syarat terpenuhi. Dokumen akan diberi nilai yang bisa memperkuat isi dokumen tersebut.

4. Social value : kegunaan suatu dokumen akan diberi nilai social tinggi bila dokumen tersebut berhubungan dengan suatu badan atau individu berpengaruh terhadap peneliti, seperti dosen pembimbing atau figur yang terkenal dibidangnya.

(20)

Dari poin dua terlihat bahwa kontribusi dari suatu dokumen sangat mempengaruhi dalam sitir–menyitir, yaitu dalam hal teori, data pendukung empiris, atau metodologi. Demikian juga dengan poin nomor empat terlihat bahwa status kepengarangan dari suatu dokumen juga mempengaruhi dalam sitir– menyitir. Oleh karena itu, alasan penulis atau peneliti untuk menyitir sebuah dokumen memiliki variasi yang berbeda. Peneliti atau penulis mengambil keputusan untuk menyitir suatu dokumen tidak hanya mengandalkan informasi yang sudah ada dalam pikirannya, tetapi juga mempertimbangkan informasi lain.

Margono dalam Silaen ( 2005 : 26) menyatakan bahwa :

Acuan yang dipakai oleh seorang pengarang untuk menulis karya ilmiahnya sangat beragam dan tergantung dari permasalahan yang akan dipecahkannya. Oleh sebab itu, bahan rujukan yang diapakainya sangat bervariasi,namun tetap berhubungan dengan permasalahan yang sedang dihadapinya.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis merumuskan bahwa seorang penulis akan menyitir dokumen yang bervariasi dengan ketentuan bahwa dokumen yang disitir harus berhubungan dengan topik atau permasalahan yang dikaji oleh penulis.

Pengambilan keputusan untuk menyitir suatu dokumen dilakukan dengan menerapkan beberapa kriteria. Menurut Wang dan Soegel dalam Andriani (2003 : 11) “ Kriteria merupakan suatu filter yang diaplikasikan oleh penulis dalam membuat suatu keputusan”. Beberapa kriteria penilaian suatu dokumen yang akan disitir adalah :

1. Topik, dalam hal ini isi dokumen berhubungan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Topik permasalahan harus diketahui oleh penulis yang akan menilai dokumen. Pengetahuan mengenai topik mencakup

Who (siapa), when (kapan topik tersebut didiskusikan), where (di mana

topik itu menjadi berarti), dan how (bagaimana hubungan topik iti dengan topik lain).

2. Orientasi, menyangkut apa isi dokumen dan kepada siapa dokumen tersebut ditujuk.

3. Disiplin ilmu atau subject area. Penulis kemingkinan akan mengambil dokumen yang mempunyai disiplin ilmu yang sam dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.

4. Keklasikan/kepeloporan, suatu dokumen yang berisi informasi yang sangat substansial dibidangnya, karena memuat teknik, metode atau teori yang dipakai sepanjang waktu.

(21)

5. Nama jurnal dan tipe dokumen. Pemahaman pengarang terhadap suatu jurnal akan mempengaruhi proses seleksi dokumen.

6. Pengarang. Dokumen yang ditulis oleh orang menjadi figur dalam bidangnya akan dipersepsi tinggi oleh penyitir, sehingga berpeluang besar pula untuk disitir.

7. Novelty/kebaruan, dokumen disitir karena memuat informasi yang

belum diketahui sebelumnya atau sesuatu yang baru.

8. Penerbit. Reputasi institusi penerbit dapat pula menjamin mutu terbitan

9. Recency/kemutakhiran, membandingkan corak baru suatu dokumen

dengan topik yang sedang diteliti. Kemutakhiran berkaitan dengan waktu penerbitan.

Berdasarkan kriteria di atas dapat ditemukan bahwa pada poin nomor lima, enam, dan sembilan jelas bahwa nama jurnal atau tipe dokumen, figur kepengarangan, dan tingkat kemutakhiran dokumen juga mempengaruhi dalam menyitir sebuah dokumen.

Selain kriteria yang telah disebutkan diatas, terdapat beberapa kriteria di luar dokumen yang juga harus dipertimbangkan. Dengan demikian, tidak hanya kriteria dari dalam dokumen saja yang perlu penilaian terhadap dokumen yang akan disitir. Menurut White and Wang dalam Andriani (2003 : 12) ada beberapa kriteria diluar dokumen yang juga harus dipertimbangkan, yaitu:

1. Kemudahan dalam mendapatkan dokumen. Liu (1993 : 13) menunjukkan bahwa rujukan dokumen yang tertera pada daftar pustaka secara positif berhubungan dengan ketersediaan dokumen tersebut diperpustakaan institusi penulis.

2. Syarat khusus. Keahlian atau alat yang diperlukan untuk menggunakan suatu dokumen menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan penulis dalam menyitir dokumen. Diantaranya adalah penguasaan bahasa, penguasaan alat yang dipakai untuk membaca dokumen, misalnya dokumen yang tersimpan dalm microfilm.

3. Kendala waktu. Dokumen yang dianggap relevan sebagai rujukan terkadang tidak dapat digunakan karena waktu yang terbatas, seperti halaman terlampau tabal sehingga tidak sempat terbaca.

Berdasarkan kriteria diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa di dalam menyitir sebuah dokumen, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh penyitir, diataranya adalah kemampuan penyitir dalam hal bahasa, kemampuan dalam menggunakan alat yang dipakai untuk membaca dokumen, misalnya dokumen yang tersimpan dalam mikrofilm kemudahan dalam mendapat dokumen serta kendala waktu. Dari kriteria diatas, selanjutnya penulis atau pengarang membuat penilaian dan mengambil keputusan untuk menyitir suatu dokumen.

(22)

Dalam membuat penilaian, penulis/pengarang mengacu pada decision rule yang dikemukakan oleh Soergel dalam Andriani (2003 : 12 -13), yaitu strategi pengambilan keputusan untuk menyitir atau tidak suatu dokumen. Decision rule tersebut adalah sebagai berikut.

1. Elimination rule. Keputusan untuk menolak suatu dokumen karena dokumen tersebut memuat suatu aspek yang tidak bisa dipakai sebagai bahan rujukan.

2. Multiple–criteria rule. Beberapa kriteria diterapkan untuk menerima atau menolak suatu dokumen.

3. Dominance rule. Suatu dokumen memiliki kesamaan dengan dokumen lain sehingga perlu diseleksi yang paling dominan.

4. Scarcity rule. Banyak dokumen yang diperlukan namun hanya sedikit yang bisa diperoleh sehingga kriteria dalam penilaian dokumen diperingan.

5. Satisfy rule. Dokumen yang didapat sudah sesuai dengan topik yang diinginkan sehingga diputuskan untuk tidak mencari dokumen lain. 6. Chain rule. Mengidentifikasi dokumen yang mempunyai hubungan

dengan dokumen lain. Misalnya artikel asli dengan dokumen yang memuat kritik terhadap artikel tersebut. Contoh lainnya adalah artikel yang terkumpul dalam satu volume atau topik yang memuat pada suatu jurnal.

Berdasarkan beberapa pandapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam menyitir dokumen, seorang penulis/peneliti harus mempertimbangkan beberapa kriteria dalam menentukan dokumen yang akan dijadikan sebagai rujukan. Kriteria tersebut dapat berasal dari dalam penilaian suatu dokumen yang akan disitir diantaranya adalah kepengarangan, nama atau judul jurnal, tipe dokumen serta kemutakhiran dokumen. Disamping kriteria dari dalam dokumen tersebut, faktor luar dokumen juga mempengaruhi, salah satunya diantaranya adalah kemampuan penulis/peneliti dalam hal bahasa. Semua kriteria yang telah dibahas diatas dapat dijadikan sebagai sebuah pertimbangan dalam menyitir sebuah dokumen. Denga demikian, banyak faktor yang menentukan kualitas suatu literatur yang akan dijadikan rujukan dalam menghasilkan sebuah karya tulis ilmiah.

2.3.4 Sumber–Sumber Sitiran

Seorang peneliti membutuhkan informasi dan data yang akurat. Dengan demikian, perlu dilakukan studi pada literatur primer dan sekunder. Mengacu pada

(23)

pendapat yang dikemukan oleh Sulistyo–Basuki (1993 : 161) bahwa “literatur primer adalah literatur yang memuat hasil penelitian asli, baik penelitian dasar maupun penelitian terapan”. Selanjutnya, literatur primer didefinisikan secara rinci oleh Sulistyo–Basuki (1993 : 161) :

Literatur primer adalah literatur yang memuat hasil penelitian asli atau penerapan sebuah teori, atau pun penjelasan teori, ide sehingga merupakan informasi langsung dari karya penelitian. Yang termasuk literatur primer adalah majalah ilmiah (selanjutnya disebut majalah), laporan penelitian, jurnal disertasi, tesis, paten, kertas kerja lokakarya, dan kartu informasi. Berdasarkan definisi diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa literatur primer merupakan literatur yang memuat hasil penelitian asli yang dibutuhkan oleh peneliti dalam memperoleh data dan informasi yang akurat.

Literatur primer memiliki perkembangan yang semakin pesat. Namun perkembangan tersebut tidak berarti bahwa literatur primer selalu dipublikasikan. Dengan kata lain bahwa selain dipublikasikan, literatur primer juga ada yang tidak dipublikasikan. Perkembangan yang semakin pesat tersebut disebabkan oleh kebutuhan dan besarnya rasa ingin tahu manusia dalam meneliti suatu bidang ilmu pengetahuan. Kebutuhan seseorang akan suatu bidang ilmu pengetahuan dikarenakan oleh tuntutan perkembangan zaman. Disamping menambah pengetahuannya, juga termotivasi untuk mencari bagaimana cara memecahkan masalah dalam bidang ilmu pengetahuan yang dia kaji. Hal ini juga berdampak pada hasil penelitian, baik dalam bentuk tercetak maupun dalam bentuk elektronik yang dipublikasikan melalui media internet.

Disamping literatur primer, literatur sekunder juga merupakan data dan informasi yang diperlukan oleh peneliti dalam melakukan penelitiannya. Peneliti memperoleh informasi dan petunjuk tentang literatur primer dan literatur sekunder. Dengan demikian, literatur digunakan sebagai alat untuk menelusur dan memperoleh informasi lebih lanjut tentang keberadaan informasi primer. Lebih jelasnya dikemukakan oleh Sulistyo–Basuki (1993 : 161) bahwa “literatur sekunder umumnya berupa karya referensi yang berisi penjelasan dan pembahasan tentang literatur primer secara lebih rinci. Literatur sekunder termasuk bibliografi, indeks, abstrak, ensiklopedia, kamus, dan tabel”.

(24)

2.3.5 Ruang Lingkup dan Parameter Analisis Sitiran

Pada dasarnya bibliometrika mengkaji penggunaan literatur dan perhitungan rujukan dan dokumen yang disitir. Dengan demikian, ruang lingkup analisis sitiran dalam bibliometrika mencakup tiga jenis kajian literatur. Menurut Sulistyo–Basuki (1988 : 60 ) Ketiga jenis literatur tersebut adalah :

1. Literatur primer adalah literatur yang memuat hasil penelitian asli atau penerapan informasi langsung dari karya penelitian. Yang termasuk dalam literatur primer ialah majalah ilmiah (selanjutnya disebut sebagai majalah), disertasi, paten, kartu informasi (kartu yang berisi laporan kemajuan sebuah penelitian, lazimnya dikirim oleh lembaga penelitian kepada ilmuwan dalam bidang yang sama).

2. literatur sekunder adalah literatur yang memberikan informasi tentang literatur primer, yang terrmasuk didalamnya adalah bibliografi, majalah, indeks, majalah abstrak, katalog.

3. Literatur tersier adalah literatur yang memberikan informasi tantang literatur sekunder. Contohnya ialah bibliografi dari bibliografi, direktori dan biografi.

Meskipun bibliometrika mengkaji ketiga jenis literatur diatas, namun kenyataannya yang menjadi objek utama adalah majalah atau jurnal ilmiah. Hal ini karena bibliometrika menganggap bahwa majalah/jurnal ilmiah sebagai :

1. “Media paling penting dalam komunikasi ilmiah. 2. Merupakan pengetahuan publik, serta

3. Arsip umum yang dapat dibaca oleh siapa saja setiap saat” (Sulistyo– Basuki, 2002 : 2).

Dari ketiga hal tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa majalah/jurnal ilmiah merupakan media yang diperlukan oleh peneliti dalam hal komunikasi Ilmiah serta merupakan pengetahuan publik sekaligus sebagai arsip umum.

Majalah sebagai objek kajian memiliki parameter yang tidak dapat dilepaskan dari ciri majalah. Parameter majalah ini juga digunakan untuk mengkaji sitiran karya ilmiah lainnya, misalnya skripsi, tesis maupun disertasi.

Menurut Sulistyo–Basuki (2002 : 4) ada beberapa parameter majalah: 1. Pengarang

2. Judu l artikel 3. judul majalah 4. Tahun terbit

(25)

5. Referensi ialah acuan atau daftar kepustakaan, lazimnya tercetak pada bagian bawah setiap halaman dan sering disebut dengan catatan kaki ataupun pada bagian akhir sebuah artikel.

6. Sitiran adalah informasi literatur yang dimuat dalam referensi.

7. Deskriptor yaitu istilah yang digunakan untuk memberi isi artikel majalah.

Semakin tinggi jumlah sitiran terhadap suatu majalah atau jurnal, dipastikan bahwa majalah/jurnal tersebut semakin bermutu dan dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan. Pada umumnya, para ilmuwan mengganggap bahwa majalah atau jurnal ilmiah menjadi bahan rujukan yang standar menulis suatu karya ilmiah sesuai dengan bidangnya.

Menurut Korfhage dalam Prawira (2005 : 17) Dalam sitiran bibliografi memiliki beberapa bagian. Materi atau bagian tersebut mungkin atau tidak mungkin yang termasuk dalam sitiran bibliografi, yaitu :

1. Satu atau lebih pengarang 2. Judul

3. Nama jurnal (jika sebuah jurnal) 4. Volume jurnal. 5. Nama proseding. 6. Tahun proseding 7. Sponsor organisasi 8. tanggal konferensi 9. Judul buku

10. Nomor, halaman buku atau jurnal 11. Editor buku

12. Penerbitan buku atau jurnal 13. Tahun penerbitan

14. Badan koorporasi (jika pengarangnya adalah lembaga)

Objek kajian yang paling sering dalam analisis sitiran adalah daftar pustaka atau daftar bibliografi yang tercantum dibagian akhir bab dari sebuah dokumen. Adapun syarat sebuah sitiran untuk dapat dianalisis adalah kelengkapan data sitiran yang mencakup pengarang, tahun, judul, tempat terbit, dan penerbit.

Sedangkan menurut Beni dalam Sitompul (2009 : 29)

Topik–topik yang dikaji dalam analisis sitiran adalah peringkat majalah yang disitir, pengarang yang disitir, tahun sitiran, asal geografis dan bahasa sitiran, lembaga yang ikut dalam penelitian, gugus (kelompok menurut subjek) majalah yang disitir, dan subjek yang disitir.

(26)

Sutardji (2003 : 4) menyatakan bahwa aspek–aspek yang dapat dikaji dalam analisis sitiran adalah sebagai berikut :

1. Pola sitiran yang mencakup jumlah sitiran, jumlah oto sitiran (self–

citation). Otositiran adalah artikel yang pengarangnya menyitir tulisan

sendiri.

2. Karakteristik literatur atau sifat yang berkaitan dengan literatur yang disitir oleh penulis dalam sebuah jurnal atau buku mencakup jenis, tahun terbit, usia, dan bahasa pengantar literatur yang disitir, dan peringkat majalah yang disitir.

3. Pola kepengarangan yang mencakup jumlah penulis, penulis yang paling sering disitir dan pengarang tunggal atau ganda.

Kajian sitiran didasarkan pada hubungan antara dokumen yang disitir dengan dokumen yang menyitir. Menurut Elita (2008 : 5) “Hubungan antara dokumen yang disitir dengan dokumen yang menyitir dapat ditelusuri melalui motivasi, tujuan, dan fungsi sitiran”. Sedangkan Hodges dalam Elita (2008 : 5) Mengidentifikasi bahwa :

Indikator hubungan antara dokumen yang disitir denga dokumen yang menyitir yaitu sebagai penjelasan, memberikan informasi umum, hubungan historis, hubungan “saudara kandung”, hubungan operasional, hubungan metodologis, dan hubungan korektif.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa indikator hubungan antara dokumen yang disitir dengan dokumen yang menyitir diantaranya adalah sebagai hubungan kolaboratif, hubungan operasional, dan hubungan yang tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan antara satu dengan yang lain, dan hubungan ini dapat ditelusuri melalui tujuan, motivasi, dan fungsi sitiran.

Data sitiran merupakan unsur yang diteliti dalam bibliometrika. Menurut Budd dalam Elita (2008 : 3 ) “data sitiran dapat diteliti menurut kelompok dokumen dan subjek dokumen”. Selanjutnya Broadus dalam Elita (2008 : 3) juga mengemukakan bahwa “dari data sitiran dapat dianalisis bidang subjek, bahasa bentuk, serta usia dokumen yang dapat dituangkan dalam bentuk persentase”. Akan tetapi, pemilihan kriteria yang akan diteliti tergantung dari keperluan tujuan suatu penelitian.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa ruang lingkup analisis sitiran adalah termasuk dalam area bibliometrika yaitu

(27)

mengkaji berbagai literatur, seperti literatur primer, literatur sekunder, dan literatur tersier, namun yang lebih sering dijadikan objek kajian adalah majalah atau jurnal, sedangkan karya ilmiah lainnya seperti tesis, disertasi, dan lainnya masih sedikit yang menelitinya.

Karena majalah/jurnal ilmiah yang paling banyak dikaji dalam bibliometrika dan dianggap media paling penting dalam komunikasi ilmiah yang terus berkembang, maka aspek–aspek yang dapat dikaji dalam analisis sitiran adalah pola sitiran, kepengarangan, karakteristik literatur yang mencakup jenis, tahun terbit, usia, subjek relevansi sitiran dengan dokumen yang menyitir, bahasa pengantar literatur yang disitir, dan peringkat majalah yang disitir.

2.3.6 Karakteristik Literatur

Informasi ilmiah dibutuhkan peneliti untuk menunjang kegiatan penelitian dan penulisan karya ilmiah. Informasi ilmiah tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber. Sumber informasi yang digunakan sebagai referensi dalam penulisan artikel primer antara lain adalah buku teks, jurnal,dan laporan penelitian. “ Karakteristik literatur atau sifat yang berkaitan dengan literatur yang disitir oleh penulis dalam Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan mencakup jenis, tahun terbit, usia, dan bahasa pengantar literatur yang disitir, dan peringkat majalah yang disitir: (Sutardji, 2003 : 3 ).

Penggunaan literatur dalam sebuah penelitian perlu dilihat karakteristik maupun ciri–cirinya. Purnomowati (2008 : 4) menyatakan bahwa :

Ciri penggunaan literatur dalam sebuah penelitian dapat dilihat melalui analisis sitiran, mencakup jumlah sitiran, jenis dokumen yang disitir, asal dokumen, usia sitiran, majalah dan jurnal yang disitir, dan pengarang yang sering disitir.

Sedangkan Elita (2008 : 5 ) menyatakan bahwa :

Analisis sitiran dapat diterapkan untuk keperluan praktik seperti untuk menentukan pengembangan koleksi, manentukan kebijakan penyiangan, menentukan anggaran perpustakaan maupun untuk keperluan teoritis seperti sejarah pengetahuan.

Berdasarkan pendapat diatas, penulis dapat melihat bahwa analisis sitiran merupakan kajian yang diterapkan dalam berbagai bidang, antara lain untuk

(28)

mengetahui karakteristik literatur yang disitir oleh ilmuwan dan peneliti lainnya, misalnya untuk mengetahui majalah terpenting dalam bidang tertentu. Disamping itu, salah satu objek kajiannya adalah karakteristik dokumen, yaitu jenis, tahun terbit, usia dan bahasa pengarang literatur yang disitir, dan peringkat majalah yang disitir. Selanjutnya, analisis sitiran dapat digunakan untuk melihat ciri penggunaan literatur dalam sebuah penelitian yang mencakup jumlah sitiran, jenis dokumen yang disitir, asal dokumen, usia sitiran, majalah dan jurnal yang disitir, dan jurnal yang disitir, dan pengarang yang sering disitir.

2.3.7 Manfaat Analisis Sitiran

Dalam analisis sitiran dapat digambarkan adanya hubungan antara sebagian atau seluruh dokumen yang disitir dengan dokumen yang menyitir. Dalam hal ini dapat dihitung seberapa banyak karya tulis yang disitir oleh para penulis ilmiah. Saling merujuk atau mengutip dalam penulisan karya ilmiah merupakan kewajaran selama dilakukan dengan objektif, kejujuran dan saling menghormati.

Menurut Lasa (2005 : 322) adanya penyitiran karya tulis membawa beberapa manfaat, antara lain:

a. menjunjung etika keilmuan;

b. pengakuan terhadap prestasi seseorang; c. mengenali metode maupun peralatan;

d. adanya penghormatan terhadap karya orang lain;

e. membantu pembaca dalam penemuan kembali akan sumber informasi; f. memperoleh latar belakang bacaan;

g. mengoreksi karya karya sendiri atau karya orang lain; h. memberikan kepuasan;

i. mendukung klaim suatu temuan;

j. memberikan informasi tentang karya yang kan terbit; k. membuktikan keaslian data;

l. menyangkal atau membenarkan pemikiran atau gagasan seseorang, m. mendiskusikan gagasan dan penemuan orang lain.

Menurut pendapat Hurt dalam Elita (2008 : 9) “analisis sitiran biasanya dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan literatur pada subjek tertentu yang juga berkorelasi dengan perkembangan subjek tersebut”. Sehingga dari tiap kelompok subjek dapat diketahui kelas subjek yang dominan.

(29)

Pendapat Suharjan dalam Sutardji ( 2003 : 2) bahwa “daftar pustaka yang terhimpun dalam kelompok–kelompok spesifik dapat pula membantu proses penelitian”.

Berdasarkan pendapat diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa manfaat analisis sitiran adalah untuk mengetahui pertumbuhan maupun keusangan literatur dengan memeriksa daftar pustakanya yang terhimpun secara spesifik sehingga membantu proses penelitian.

Menurut Weinstock dalam Prawira (2005 : 24) pentingnya studi seperti analisis sitiran yang digunakan untuk mengevaluasi karena koleksi sitiran merupakan uraian untuk menemukan keberadaan dokumen tersebut, serta merupakan keterkaitan antara dokumen yang menyetir dengan yang disitir, yang berfungsi sebagai :

1. Memberikan penghormatan kepada pelopor bidang ilmu. 2. Mengakui atau memuji hasil karya orang lain.

3. Mengidentifikasi metodologi serta peralatan yang digunakan dalam menghasilkan karya tersebut.

4. Mengkoreksi pekerjaan sendiri.

5. Mengkritik atau mengkoreksi hasil karya orang lain yang telah terbit sebelumnya.

6. Memperkuat klaim terhadap suatu penemuan. 7. Kesiagaan terhadap penelitian berikutnya. 8. Bukti keaslian data.

9. Identifikasi penerbitan yang asli dimana suatu gagasan atau konsep telah dibahas.

10. Memberikan latar belakang bacaan.

Bagi perpustakaan juga dapat menjadi masukan dalam pengembangan koleksi seperti yang dinyatakan oleh Sulistyo–Basuki (2002 : 8) bahwa aplikasi kuantitatif dari bibliometrika yang banyak bermanfaat bagi perpustakaan adalah :

1. Identifikasi literatur inti.

2. Menidentifikasi arah gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan pada berbagai disiplin ilmu yang berlainan.

3. Menduga keluasaan litertur sekunder.

4. Mengenali kepengarangan dan arah gejalanya pada berbagai aspek. 5. Mengukur manfaat sumber daya informasi dan retropektif.

6. Meramalkan arah gejala perkembangan masa lalu, sekarang, dan yang mendatang.

7. Mengidentifikasi majalah inti dalam berbagai ilmu.

8. Merumuskan garis haluan pengadaan berbasis kebutuhan yang tepat dalam batasan anggaran belanja.

(30)

9. Mengembangkan model eksperimental yang berkorelasi atau melewati model yang ada.

10. Menyusun garis haluan penyiangan dan penempatan dokumen di rak secara tepat.

11. memprakarsai sistem jaringan arus ganda yang efektif. 12. Mengatur arus masuk informasi dan komunikasi. 13. Mengkaji keusangan dan peneyabaran literature ilmiah.

14. Meramalkan produktivitas penerbit, pengarang, organisasi, Negara atau seluruh disiplin.

15. Mendisain pengolahan bahasa automatis untuk auto – indexing. 16. Pengembangkan norma pembakuan.

Berdasarkan beberapa penjabaran teori di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa manfaat analisis sitiran adalah mengidentifikasi berbagai literatur, untuk pengembangan koleksi pada perpustakaan, Evaluasi bibliometrika, mengkoreksi karya sendiri dan karya orang lain, temu kembali informasi, mengetahui keusangan literatur, kajian sejarah, mengetahui pemakaian bentuk atau jenis literatur, serta kajian pengarang dan pemakai.

2.3.8 Cara Penulisan Sitasi

Gaya penulisan sitasi berbeda–beda dibeberapa tempat, termasuk penulisan urutan informasi tentang referensi. Meskipun penulisan sitasi berbeda– beda, namun sitasi tetap merupakan rujukan terhadap suatu buku, artikel halaman web, atau publikasi lain dengan rincian yang cukup untuk cara unik mengidentifikasi sumber tersebut. Pencantumkan sitasi bibliografis dengan cara yang benar dan konsisten sesuai dengan salah satu standar gaya sitasi (citation style) yang ada merupakan salah satu keharusan yang harus ditaati sebagai suatu tradisi dalam masyarakat akademik.

Setiap komunitas disiplin ilmu tertentu menggunakan gaya sitasi yang lazim digunakan dalam komunitas mereka. Namun, ada dua divisi utama yang terdapat pada sebagian besar gaya sitasi, yaitu :

Documentary–note style parenthetical style. Documentary–note style is the standard form of documenting sources. It involves using either footnotes or endnotes so that information about your source is readily available to your readers but does not interfere with their reading of your work. In the parenthetical style, sometimes called the “ author – date “ style or “ in – text” style, reference are made in the body of the work itself, through parentheses (Johns, 2004 : 1).

(31)

Pendapat di atas mengemukakan bahwa Documentary–note style merupakan bentuk standar yang mendokumentasikan sumber–sumber informasi, termasuk penggunaan catatan akhir (endnotes) dan catatan kaki (foodnotes) sehingga informasi tentang sumber–sumber tersedia bagi pembaca. Sedangkan dalam Parenthetical style kadang–kadang disebut sebagai gaya author–date atau gaya in–text, referensi dari sumber–sumber informasi dibuat pada badan (bagian) dari sitasi tersebut yang ditulis dalam tanda kurung.

Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa pada umumnya ada dua divisi yang terdapat pada sebagian besar gaya sitasi, yang pertama mendokumentasikan sumber–sumber informasi pada catatan akhir (endnotes) dan catatan kaki (footnotes) dan yang kedua adalah mendokumentasikan atau mencantumkan sumber–sumber informasi pada badan (bagian) dari sitasi tersebut memang berbeda, namun tetap memberikan tujuan yang sama, yaitu memberikan informasi tentang sumber–sumber sitiran kepada pembaca yang membutuhkannya.

Keterangan isi dari berbagai jenis karya berbeda–beda. Berikut adalah isi sitasi dari beberapa jenis karya, yaitu :

1. Buku : Pengarang, judul buku, tempat terbit, penerbit, dan tahun publikasi.

2. Jurnal : Pengarang, judul artikel, judul jurnal, volume, tahun publikasi dan nomor halaman.

3. Karya di internet : URL dan tanggal karya tersebut diakses (Siregar, 1999 : 1).

Ada beberapa gaya sitasi yang dibuat dan diterbitkan oleh berbagai asosiasi atau individu yang digunakan oleh para penulis. Namun lebih baik jika para penulis menggunakan salah satu gaya sitasi tersebut secara konsisten. Menurut Siregar (1999 : 1) beberapa gaya sitasi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Chicago Style, semua bidang. 2. Turabian Style, semua bidang.

3. MLA (Modern Language Association) kesusatraan, seni, dan humaniora.

4. APA (American Psychological Association), psikologi, pendidikan, dan ilmu –ilmu sosial lainnya.

5. AMA (American Medical Association), Kedokteran, kesehatan, dan

(32)

6. NLM (National Library of Medicine). 7. ACS (American Chemical Society)

8. APSA (American Political Science Association), politik 9. CBE (Council of Biology Editors).

10. IEEE Style

11. ASA ( American Sociological Association). 12. Columbia Style

13. MHRA (Modern Humanities Research).

Selanjutnya, Siregar (1999 : 2) menyebutkan bahwa sebagai perbandingan, ada beberapa contoh cantuman bibliografi yang dibuat berdasarkan beberapa gaya sitasi, yaitu :

1. Buku ( Monograf) a. Chicago

Okuda, Michael, and Denise Okuda.1993. Star Trek Chronology :

The History of the future. New York : Pocket Books.

b. Turabian

Okuda, Michael, and Denise Okuda. Star Trek Chronology : The

History of the future. New York : Pocket Books. 1993.

c. MLN

Okuda, Michael, and Denise Okuda. Star Trek Chronology : The History of the future

a. APA

. New York : Pocket Books. 1993. Okuda, M, Okuda D. (1993). Star Trek Chronology : The

History of the future. New York : Pocket Books.

e. AMA

Okuda, M, Okuda D. (1993). Star Trek Chronology : The

History of the future. New York : Pocket Books; 1993.

f. NLM

Okuda M, Okuda D. Star Trek Chronology : The History of the future. New York : Pocket Books1993.

2. Artikel Jurnal a. Chicago

Wilcox, Rhonda V. 1991. Shifting roles and synthetic women in Star Trek: The Next Generation. Studies in Popular

Culture 13 (2): 53 -65.

b. Turabian

Wilcox, Rhonda V. “ Shifting roles and synthetic women in Star Trek: The Next Generation”. Studies in Popular Culture 13 (April 1991): 53 -65.

c. MLA

Wilcox, Rhonda V. “ Shifting roles and synthetic women in Star Trek: The Next Generation”. Studies in Popular Culture 13.2 (1991): 53 -65.

(33)

d. APA

Wilcox, Rhonda V (1991). Shifting roles and synthetic women in Star Trek: The Next Generation”. Studies in Popular

Culture 13(2), 53 -65.

e. AMA

Wilcox, RV. Shifting roles and synthetic women in Star Trek: The Next Generation. Studies in Popular Culture. 1991; 13: 53 -65.

f. NLM

Wilcox, RV. Shifting roles and synthetic women in Star Trek: The Next Generation. Studies in Popular Culture 1991 13 (2): 53 -65.

3. Situs Web a. Chicago

Lynch, Tim. 1996. Review of DS9 trials and trible-ation. Psi Phi: Bradley’s Science Fiction Club.

http://www.bradley.edu/campusorg/psiphi/DS9/ep/503r.html Accessed April 6, 2010

b. Turabian

Lynch, Tim. Review of DSN trials and trible-ation review. 1996. Available from Psi Phi: Bradley’s Science Fiction Club. http://www.bradley.edu/campusorg/psiphi/DS9/ep/503r.ht ml

Accessed April 6, 2010 c. MLA

Lynch, Tim. “DSN trials and trible-ation review”. Psi Phi: Bradley’s Science Fiction Club. 1996. Bradley University. http://www.bradley.edu/campusorg/psiphi/DS9/ep/503r.ht ml

Accessed April 6, 2010 d. APA

Lynch, Tim. (1996). DSN trials and trible-ation review”. Psi Phi: Bradley’s Science Fiction Club. 1996. Bradley’s Science Fiction Club.

http://www.bradley.edu/campusorg/psiphi/DS9/ep/503r.ht ml

Accessed April 6, 2010 e. AMA

Lynch, Tim. DSN trials and trible-ation review”. Psi Phi: Bradley’s Science Fiction Club. 1996.

http://www.bradley.edu/campusorg/psiphi/DS9/ep/503r.ht ml

(34)

Berdasarkan beberapa gaya sitasi dia atas, Penulis mengemukakan bahwa setiap orang maupun lembaga/instansi harus konsisten dalam penulisan gaya sitasi agar dapat memudahkan pembaca dalam memahami referensi yang digunakan dalam penulisan karya ilmiahnya.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian dan penentuan kondisi optimum operasi boiler pipa api menggunakan campuran bahan bakar biodiesel minyak solar pada

Tujuan dari skripsi ini adalah ingin melihat interaksi para fans JKT48 yang membuat sebuah kelompok dan memunculkan makna-makna yang terbangun dan diinteraksikan dalam kelompok

andersoni yang ditemukan adalah 311 ekor, sebagian besar ditemukan pada usus (82,96%), sisanya pada lambung dan cecum dengan jumlah cacing per individu inang adalah 1-66.. Jenis

Keterasingan juga membuat mereka lupa akan dirinya sendiri, mereka lupa bagaimana Islam yang seharusnya menjadi nomos sakral tetap ada dalam kesadaran mereka, dan akan mereka

Kerena dengan demikian ia telah menghalalkan apa yang telah diharamkan oleh Allah  , menurut kesepakatan para ulama’.sedangkan setiap orang yang telah menghalalkan

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menjelaskan tentang upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh Badan Pengurus Gereja Kemah Injil Indonesia Daerah Sintang di

Berdasarkan latar belakang tersebut, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh parameter pental (s), energi partikel datang (E) terhadap

sumber data adalah perannya dalam pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan sastra Jawa modern. Adapun alasan pemilihan cerkak DPBLL sebagai objek penelitian adalah