• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Asupan Air dan Mutu Gizi Asupan Pangan pada Wanita Dewasa di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Asupan Air dan Mutu Gizi Asupan Pangan pada Wanita Dewasa di Indonesia"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

MUTIA FERMANDA. An Analysis of Water Intake and Nutritional Quality of Diet among Adult Woman in Indonesia. Supervised by Hardinsyah and Sri Prihatini.

The objective of this research was to analyze water intake and nutritional quality of diet among adult woman in Indonesia. This research was carried out through analyzing a data set of Riskesdas collected in May-August 2010 by applying a cross-sectional study design. Research area consists of 441 regencies/cities in 33 provinces in Indonesia. Data processing and analysis were conducted in Bogor in June-September 2011. The final data used 57232 adult woman from 66630 adult woman (20-55 years), consist of 1995 pregnant woman and 55237 non pregnant woman. The result showed that the average total water intake in pregnant woman and non pregnant woman was 1586.0±608.1 mL/day and 1530.7±552.3 mL/day (p<0.01), respectively. Percentage of water from beverages, food, and metabolic in pregnant woman and non pregnant woman was 57.4%, 31%, 11.6% and 56.9%, 31.8%, and 11.4%, respectively. Water requirements of pregnant woman and non pregnant woman was 2829.3±343.5 mL/day and 2395.9±364.8 mL/day (p<0.01), respectively. Water adequacy level for pregnant woman and non pregnant woman was 56.8±22.9% and 65.4±25.9% (p<0.01), respectively. Water adequacy level for young adult and older adult was 64.3±25.4% and 66.4±26.6% (p<0.01), respectively. Nutritional quality of diet among pregnant woman and non pregnant woman in Indonesia was 48.6±16.4 and 53.2±15.9. Nutritional quality of diet among young adult and older adult was 53.0±15.9 and 53.1±16.0. Only 2.5% of pregnant woman and 3.1% of non pregnant woman had good nutritional quality of diet (p<0.01), respectively. Water intake was associated (p<0.01) with education (r=0.005) and economic status (r=0.119). MGP score also associated (p<0.01) with education (r=0.054) and economic status (r=0.219). Independent sample t test showed that there was a significant difference (p<0.01) of water intake and nutritional quality of diet score between samples who lived in urban and rural area.

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air merupakan zat gizi essensial yang sangat penting bagi tubuh manusia. Setiap harinya, tubuh membutuhkan air dalam jumlah yang lebih banyak dibanding zat gizi lainnya. Tubuh orang dewasa mengandung 35-45 liter air, yang akan membentuk 50-70% berat tubuh. Sebanyak tiga perempat dari berat tubuh adalah air yang terdapat pada lean mass, sedangkan seperempat bagian lainnya adalah lemak. Air di dalam tubuh manusia merupakan suatu cairan yang memainkan peranan yang sangat penting. Beberapa fungsi penting air menurut Mann dan Stewart (2007) adalah sebagai pengangkut zat gizi, berperan dalam reaksi metabolisme, sebagai pelarut vitamin dan mineral, mengatur suhu tubuh, serta mengatur tekanan darah. Fungsi tersebut sangat berhubungan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan seseorang. Artinya, mengonsumsi air dalam jumlah yang cukup akan sangat bermanfaat bagi tubuh untuk menghindari terjadinya gangguan kesehatan.

Menurut Hydration for Health (2010), tubuh kehilangan setidaknya 2.6 liter air melalui proses pernapasan, keringat, feses, dan urin. Kehilangan air tersebut harus digantikan dengan mengonsumsi air sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan air bagi setiap individu berbeda-beda. Menurut Praboprastowo dan Dwiriani (2004), besarnya kebutuhan air dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, suhu dan kelembaban lingkungan, serta aktivitas fisik. Kebutuhan air dapat dipenuhi dari air minum itu sendiri dan minuman lainnya, air yang berasal dari bahan pangan, serta air yang dihasilkan oleh proses metabolisme (air metabolik). Bahan pangan yang dikonsumsi setiap harinya akan menyumbang sekitar 700-1000 mL air. Hasil metabolisme akan menghasilkan 200-300 mL air. Semakin banyak energi dari karbohidrat yang dihasilkan maka akan semakin banyak air metabolik yang dihasilkan. Adapun air dari minuman yang biasa dikonsumsi adalah sekitar 550-1500 mL (Mann & Stewart 2007).

(3)

Usia dewasa merupakan usia yang paling produktif dibanding usia lainnya dalam life cycle. Wanita dewasa selain aktif, juga sangat memperhatikan kecantikan tubuh, yang salah satunya dapat dilihat dari kondisi kulit. Asupan zat gizi termasuk air menjadi perhatian penting akhir-akhir ini dalam kaitannya dengan upaya menjaga kesehatan dan kecantikan. Berdasarkan beberapa penelitian, meminum air dalam jumlah yang cukup memberikan efek positif terhadap kondisi kulit. Air yang dikonsumsi dan diserap tubuh akan melindungi dan melembabkan kulit yang kering (Hamidin 2010). Selain itu, pada tahapan usia dewasa, seorang wanita juga akan mengalami perubahan fisiologis seperti kondisi kehamilan dan menyusui. Asupan makanan dan minuman pada tahapan usia serta kondisi fisiologis tersebut sangat berkaitan dengan kualitas hidup bayi yang dikandungnya. Oleh karena itu, konsumsi makanan dan minuman dalam jumlah yang cukup pada wanita dewasa penting diperhatikan (Brown 2008).

Studi mengenai mutu gizi asupan pangan telah dilakukan di beberapa negara. Lairon (2009) telah meneliti mengenai mutu gizi asupan pangan organik di Perancis. Penelitian serupa juga telah dilakukan oleh Jadhav dan Vali (2010) mengenai mutu gizi asupan pangan, dalam hal ini suplemen makanan yang diberikan pada anak sekolah. Penelitian MGP juga pernah dilakukan di Indonesia oleh Hardinsyah et al. (2000) dengan subjek ibu hamil dan anak balita.

Penelitian mengenai asupan air minum pernah dilakukan baik di dalam maupun luar negeri. Manz dan Wentz (2005) meneliti mengenai status hidrasi di USA dan Jerman. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa asupan air minum pada anak dan dewasa di Jerman meningkat selama 15 tahun terakhir. Sementara itu, asupan minuman penduduk USA yang berusia 20-64 tahun meningkat 10% berdasarkan Continuing Survey of Food Intakes by Individuals

tahun 1994-1996. Penelitian serupa yang dilakukan di Indonesia oleh The Indonesian Hydration Study (THIRST) dalam Santoso et al. (2011), mengungkap bahwa sebanyak 46.1% dari subyek yang diteliti mengalami kekurangan air minum atau dehidrasi ringan. Hal ini memperlihatkan bahwa masih sangat banyak orang yang tidak memperhatikan kecukupan air minumnya. Padahal meminum air dalam jumlah yang cukup sangat penting untuk menjaga kesehatan seseorang.

(4)

asupan pangan pada wanita dewasa di Indonesia agar dapat memberikan informasi serta menambah ketersediaan data mengenai asupan air dan mutu gizi asupan pangan.

Tujuan

Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada wanita dewasa di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus yaitu 1) Menganalisis asupan air pada wanita dewasa; 2) Menganalisis kebutuhan dan tingkat pemenuhan kebutuhan air pada wanita dewasa; 3) Menganalisis mutu gizi asupan pangan pada wanita dewasa; dan 4) Menganalisis hubungan karakteristik dengan asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada wanita dewasa di Indonesia.

Kegunaan

(5)

TINJAUAN PUSTAKA

Dewasa

Hurlock (2004) menyatakan bahwa istilah dewasa (adult) berasal dari bahasa latin adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhan fisiknya dan telah siap menerima kedudukan dalam masyarakat.

Menurut WHO (2009), usia wanita dewasa dimulai dari 20 hingga 59 tahun. Masa dewasa dibagi menjadi tiga fase, yaitu masa dewasa dini, masa dewasa madya, dan masa dewasa lanjut. Masa dewasa dini dimulai pada usia 18 tahun hingga 40 tahun, saat terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Masa dewasa madya dimulai pada usia 40 hingga 60 tahun, yakni saat menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang. Masa dewasa madya, dilihat dari sudut posisi usia dan terjadinya perubahan fisik maupun psikologis, memiliki banyak kesamaan dengan masa remaja. Secara fisik, pada masa remaja terjadi perubahan yang demikian pesat (menuju ke arah kesempurnaan/kemajuan) yang berpengaruh pada kondisi psikologisnya, sedangkan masa dewasa madya juga mengalami perubahan kondisi fisik, namun dalam pengertian terjadi penurunan/kemunduran, yang juga akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Kemudian masa dewasa lanjut dimulai pada usia 60 tahun keatas hingga kematian, saat kemampuan fisik dan psikologis cepat menurun (Hurlock 2004).

Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Orang Dewasa

(6)

Perubahan Fisiologis pada Wanita Dewasa : Kehamilan dan Menyusui

Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis normal yang dialami oleh seorang wanita dewasa. Kebiasaan makan dan status gizi ibu sebelum dan selama masa kehamilan sangat menentukan kesehatan bayi yang dilahirkannya. Pemenuhan kebutuhan zat gizi sangat penting karena pada masa kehamilan tersebut terbentuk seorang manusia baru. Melalui makanan yang dikonsumsi, ibu hamil menyalurkan kebutuhan gizi bagi janin tersebut sebagai awal dan keberlanjutan pertumbuhan dan perkembangannya (Nix 2005).

Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil sangat penting diperhatikan untuk mengurangi kasus kematian akibat kehamilan. Berdasarkan berbagai penelitian, sebanyak 20-45% wanita di negara berkembang mengalami kematian akibat kehamilan (Eastwood 2003).

Semenjak tahun 1960, jumlah ibu yang melakukan praktek menyusui meningkat sebanyak 83% (Nix 2005). Selama proses menyusui, tubuh membutuhkan lebih banyak cairan yang sesuai dengan kebutuhannya. Menurut Truswell (1999), ibu menyusui membutuhkan tambahan 850 mL air daripada kebutuhan normalnya. Kelebihan asupan air pada ibu menyusui tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan penurunan produksi dan kualitas ASI (Riordan 2005).

Air di Dalam Tubuh

Air merupakan suatu senyawa yang memiliki ikatan hidrogen sehingga afinitas molekulnya tinggi dan berwujud cairan (Agostoni 2010). Air merupakan zat gizi esensial yang pemenuhannya lebih penting dibanding zat gizi lainnya. Pentingnya air dapat dilihat dari seberapa lama individu dapat bertahan tanpa air. Seseorang masih bisa bertahan beberapa hari tanpa makanan, namun hanya bertahan beberapa hari tanpa air (Whitney & Rolfes 2008).

Yuniastuti (2008) serta Whitney dan Rolfes (2008) menyatakan bahwa air merupakan komponen terbesar yang menyusun tubuh manusia. Jumlah air yang terdapat dalam tubuh adalah sekitar 80% dari berat badan (untuk bayi dengan

(7)

obesitas, serta lansia. Hal ini disebabkan karena pada individu tersebut jumlah

lean mass semakin berkurang.

Fungsi Air dan Regulasi Air di Dalam Tubuh

Air sebagai zat gizi yang vital memiliki berbagai fungsi di dalam tubuh. Menurut Almatsier (2003), Whitney dan Rolfes (2008) , serta Jequier dan Constant (2010) air memiliki fungsi sebagai zat pembangun, pelarut dan alat angkut, katalisator, pelumas, fasilitator pertumbuhan, pengatur suhu, dan pengatur tekanan darah.

Air terdapat di setiap sel, jaringan, dan bagian lainnya dari tubuh. Fungsi air yang sangat primer ini menjadi acuan bagi rekomendasi gizi, bahwa air akan lebih banyak dibutuhkan pada periode pertumbuhan. Air di dalam tubuh berperan sebagai pelarut zat-zat gizi, kemudian mengangkut zat gizi tersebut ke seluruh bagian tubuh. Selain itu, air juga berperan mengangkut sisa termasuk karbondioksida dan ureum untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, kulit, dan ginjal. Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologis dalam sel, termasuk dalam saluran cerna. Air diperlukan pula untuk memecah atau menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana. Air berperan sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh. Air sebagai bagian dari jaringan tubuh, diperlukan untuk pertumbuhan, yakni sebagai zat pembangun. Air memiliki kemampuan untuk menyalurkan panas, oleh karena itu air memegang peranan penting untuk mengatur distribusi panas dalam tubuh. Sebagian panas yang dihasilkan dari metabolisme energi diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh pada 37oC sebagai suhu yang mendukung bekerjanya enzim secara optimal. Kelebihan panas yang diperoleh dari metabolisme energi perlu segera disalurkan ke luar. Sebagian besar pengeluaran kelebihan panas ini dilakukan melalui penguapan air dari permukaan tubuh (keringat). Tubuh setiap waktu mendinginkan diri melalui penguapan air. Selain itu, air juga berperan untuk mengatur tekanan darah.

(8)

Keseimbangan cairan tubuh diatur oleh mekanisme homeostatis yang dipengaruhi oleh status cairan tubuh. Defisiensi air meningkatkan konsentrasi ionik pada kompartemen ekstraseluler yang meyebabkan sel-sel mengerut. Pengerutan sel dideteksi oleh dua sensor otak, yang satu mengontrol minum dan yang lain mengontrol ekskresi urin (Popkin et al. 2010). Ekskresi cairan atau kehilangan air tubuh dapat terjadi melalui paru-paru, kulit, traktus gastrointestinal, dan ginjal. Kehilangan wajib merupakan volume cairan minimum yang harus dicerna setiap hari untuk mempertahankan keseimbangan cairan (Adelman & Solhung 1999).

Sumber Air bagi Tubuh Manusia

Sebagian besar asupan air bagi tubuh diperoleh dari minuman, yaitu sekitar 1650 mL per hari dalam bentuk air, teh, kopi, soft drink, susu, dan sebagainya (Muchtadi et al. 1993). Kajian asupan air pada populasi dewasa di Amerika Serikat menunjukan total asupan air 28% berasal dari makanan dan 72% dari minuman, yang terdiri dari 28% air putih dan 44% minuman lainnya (IOM/FNB 2005). Berikut adalah persentase air di dalam bahan makanan:

Tabel 1 Kandungan air beberapa bahan makanan

Persentase Bahan Makanan

100% Air

90-99% Susu bebas lemak, strawberi, semangka, selada, kol, seledri, bayam, brokoli

80-89% Jus buah, yogurt, apel, anggur, jeruk, wortel

70-79% Udang, pisang, jagung, kentang, alpukat

60-69% Pasta, polong-polongan, salmon, es krim, dada ayam

50-59% Daging sapi

40-49% Pizza

30-39% Keju cheddar, roti

20-29% Cake, biscuit

10-19% Margarin,mentega

1-9% Cracker, sereal, selai kacang, kacang

0% Minyak dan gula

Sumber : Whitney dan Rolfes 2008

(9)

metabolisme sebagai salah satu sumber air bagi tubuh. Bahan pangan yang dikonsumsi setiap harinya akan menyumbang sekitar 700-1000 mL air. Hasil metabolisme akan menghasilkan 200-300 mL air. Semakin banyak energi dari karbohidrat yang dihasilkan maka akan semakin banyak air metabolik yang dihasilkan.

Sebagian besar sumber air dari makanan orang Indonesia adalah makanan pokok (46%) serta buah dan sayur (30%). Makanan pokok orang Indonesia pada umumnya adalah nasi yang mengandung kadar air 25-35%, sementara buah dikonsumsi dalam jumlah yang relatif sedikit meskipun banyak kadar airnya.

Air metabolik adalah air yang dihasilkan dari proses metabolisme lemak, protein, dan karbohidrat di dalam tubuh. Muchtadi et al. (1993) menyatakan bahwa air dalam makanan padat menyumbangkan 750 mL dan air dari metabolisme (air yang dibentuk jika gula, lemak, dan protein dimetabolisme untuk menghasilkan energi) sekitar 350 mL. Proses metabolisme tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Verdu& Navarrete 2009) :

C6H12O6 + O2 ATP + CO2 + H2O

Sebanyak 200-300 mL air dihasilkan dari proses metabolisme. Jumlah air yang dihasilkan sangat ditentukan oleh banyaknya energi yang dihasilkan makanan. Semakin banyak energi dari karbohidrat maka semakin banyak pula air metabolik yang dihasilkan (Whitney & Rolfes 2008). Jumlah air yang dihasilkan dari metabolisme pemecahan lemak, protein dan karbohidrat per 100 gram dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2 Jumlah air yang dihasilkan dari proses metabolisme(mL/100 gram)

Zat gizi Air yang dilepaskan

(10)

Keseimbangan Cairan (Asupan dan Keluaran Air)

Keseimbangan cairan adalah keadaan yang memperlihatkan asupan air yang sesuai dengan keluaran air (Whitney & Rolfes 2008, Agostoni 2010). Setiap sel di dalam tubuh mengandung cairan, baik intraselular maupun ekstraselular. Cairan ini secara berkelanjutan akan hilang dari sel kemudian digantikan kembali, namun komposisinya tidak akan sama seperti keadaan normal. Hal ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan yang dapat menyebabkan kerusakan. Oleh karena itu, tubuh dengan mekanisme homeostatis akan merespon dengan cara mengatur asupan air dan ekskresi sehingga terjadi keseimbangan.

Asupan Air

Asupan air telah diatur secara homeostatis, namun juga tetap dipengaruhi oleh sosial, budaya, serta kebiasaan. Asupan air setiap orang berbeda-beda, dipengaruhi oleh usia, level aktivitas fisik, faktor lingkungan (suhu), dan diet (Agostoni 2010).

Rasa haus dan kenyang akan mempengaruhi asupan air, yang berkaitan juga dengan rangsangan di mulut, hipotalamus, dan sistem syaraf. Apabila asupan air tidak cukup bagi tubuh, maka darah akan mengental, mulut kering, dan hipotalamus mengirimkan perintah untuk minum. Apabila asupan air berlebih, reseptor yang terdapat pada lambung akan mengirimkan sinyal untuk berhenti minum (Whitney & Rolfes 2008).

(11)

Kajian asupan air pada populasi dewasa di Amerika Serikat menunjukan total asupan air 28% berasal dari makanan dan 72% dari minuman, yang terdiri dari 28% air putih dan 44% minuman lain-lain (Institut of Medicine 2004 dalam Santoso et al. 2011). Hasil penelitian Fauji (2011) menunjukkan bahwa total asupan air pada dewasa laki-laki yaitu 71.9% dan pada dewasa perempuan yaitu 73.7%. Menurut EFSA (2010), total asupan air rata-rata pada wanita dewasa adalah 1.900-2.400 mL/hari.

Keluaran Air

Keluaran air dari tubuh yang utama berasal dari ginjal dan keringat. Pengeluaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti asupan air, diet, aktifitas fisik, dan temperatur (Agostoni 2010). Keluaran minimal air dari tubuh menurut Whitney dan Rolfes (2008) adalah sebanyak 500 mL sebagai urin yang membuang sisa metabolisme. Selain melalui urin, air juga dikeluarkan tubuh melalui proses pernapasan di paru-paru, keringat, dan feses. Setiap harinya, rata-rata kehilangan air dari tubuh adalah 2.5 liter. Berikut adalah tabel perbandingan asupan dan keluaran air:

Tabel 3 Keseimbangan cairan (asupan dan keluaran air)

Sumber air tubuh Jumlah (mL) Pengeluaran air

tubuh Jumlah (mL)

1. Minuman/cairan 550 – 1.500 1. Urin/ginjal 500 – 1.400 2. Makanan 700 – 1.000 2. Keringat/kulit 450 – 900 3. Hasil metabolisme 200 – 300 3. Pernafasan/paru 350

4. Tinja 150

Total 1.450 – 2.800 Total 1.450 – 2.800

Sumber : Whitney dan Rolfes (2008)

Kebutuhan Air Orang Dewasa

Pemenuhan kebutuhan air penting untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh. Tubuh menjaga keseimbangan cairan dengan mengganti cairan yang hilang melalui urin, feses, kulit, dan paru-paru (Barasi 2009).

(12)

diacu dalam Sawka et al. (2005) merekomendasikan asupan air harian yaitu sekitar 1 mL/Kal energi yang dikeluarkan. Kebutuhan air 1 mL/Kal merupakan kebutuhan air yang berasal dari intake air, yaitu air dari makanan dan air dari minuman. Kebutuhan air yang berasal dari total asupan air dari makanan, minuman dan air metabolik adalah sebesar 1.22 mL/Kal untuk wanita dewasa (Manz & Wentz 2005).

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan air setiap orang. Faktor tersebut antara lain usia, jenis kelamin, kondisi fisiologis, suhu lingkungan, suhu tubuh, lama aktivitas, dan kondisi fisiologis (Praboprastowo & Dwiriani 2004, Santoso et al. 2011). Kebutuhan cairan di daerah dengan suhu 40oC dapat menjadi lebih tinggi daripada di daerah dengan suhu 20oC. Aktivitas fisik akan meningkatkan pengeluaran cairan akibat meningkatnya suhu tubuh (Sawka et al. 2005).

Dehidrasi

Dehidrasi adalah suatu keadaan terlalu banyaknya cairan tubuh yang hilang dan tidak dapat digantikan dengan baik. Menurut Mann dan Stewart (2007) dan Gavin (2006), dehidrasi disebabkan karena meningkatnya kehilangan cairan tubuh, kurangnya asupan air, atau oleh kedua hal tersebut. Dehidrasi ditandai oleh munculnya rasa haus. Apabila rasa haus tersebut tidak direspon dengan meminum air dalam jumlah yang cukup maka keadaannya akan semakin memburuk. Rasa haus ini akan semakin sulit diterima dan direspon seiring dengan bertambahnya usia. Akibatnya, rasa haus tersebut akan berkembang menjadi rasa lemah dan lemas, letih, kehilangan kesadaran, bahkan kematian (Whitney & Rolfes 2008).

Dehidrasi menimbulkan gejala yang berbeda menurut tingkatan dehidrasinya. Dehidrasi ringan menimbulkan gejala haus, lelah, kulit kering, mulut dan tenggorokan kering. Dehidrasi tingkat sedang dapat mengakibatkan detak jantung semakin cepat, pusing, tekanan darah rendah, lemas, konsentrasi urin menjadi pekat namun volumenya kurang. Sedangkan dehidrasi tingkat berat dapat mengakibatkan kejang, lidah membengkak, dan kegagalan fungsi ginjal (Mann & Stewart 2007).

(13)

menunjukkan bahwa rata-rata penduduk mengonsumsi 8 takaran saji dari kombinasi cairan yang meliputi jus, air, susu, soda tanpa kafein. Dari jumlah tersebut akan diperoleh sekitar 2000 mL cairan. Penelitian lain menunjukkan bahwa penduduk mengonsumsi 5 sajian minuman yang mengandung kafein dan alkohol (Insel et al. 2011).

Mutu Gizi Asupan Pangan

Berdasarkan UU No. 7 tahun 1996, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Pemenuhan kebutuhan pangan bukan hanya untuk menghilangkan rasa lapar dan memenuhi selera, tetapi juga memenuhi kebutuhan energi (Bender 2002). Pangan juga memiliki fungsi sosial dalam menjaga hubungan manusia dengan lingkungannya mulai dari tingkat keluarga hingga tingkat masyarakat (Sediaoetama 1996).

Pangan yang dikonsumsi dapat ditentukan kualitasnya dengan Mutu Gizi asupan Pangan (MGP). MGP secara sederhana diartikan sebagai suatu nilai untuk menentukan apakah makanan tersebut bergizi atau tidak yang didasarkan pada kandungan zat gizi makanan berkaitan dengan kebutuhan dan tingkat ketersediaan secara biologis bagi tubuh. Mutu gizi asupan pangan diartikan pula sebagai persentase konsumsi zat gizi terhadap kecukupan atau kebutuhannya. Penentuan mutu gizi asupan pangan didasarkan pada jumlah zat gizi yang tersedia untuk dikonsumsi relatif terhadap kebutuhan dan nilai biologisnya (Hardinsyah & Atmojo 2001, Jadhav & Vali 2010).

Kandungan gizi pangan merupakan salah satu ukuran mutu gizi asupan pangan. Perhitungan kandungan gizi pangan dilakukan dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang menunjukkan berbagai kandungan zat gizi dari bahan pangan dalam 100 gram bagian yang dapat dimakan (BDD). Konsumsi zat gizi tertentu per hari yang diperoleh dari mengonsumsi aneka makanan adalah penjumlahan dari zat gizi yang sama yang diperoleh dari aneka makanan tersebut (Hardinsyah 2001).

(14)

mutu gizi asupan pangan (Hardinsyah & Atmojo 2001). Selanjutnya perhitungan MGP dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

MGP = Keterangan :

MGP = Mutu Gizi Asupan pangan

TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi ke-I, yaitu (konsumsi zat gizi ke-i/kecukupan zat gizi ke-i) x 100

(15)

KERANGKA PEMIKIRAN

Air merupakan salah satu zat gizi yang memiliki peranan yang sangat penting. Beberapa fungsi penting air menurut Mann dan Stewart (2007) adalah sebagai pengangkut zat gizi, berperan dalam reaksi metabolisme, sebagai pelarut vitamin dan mineral, mengatur suhu tubuh, serta mengatur tekanan darah. Oleh karena itu sangat penting bagi sesorang untuk mencukupi kebutuhan air agar dapat mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal.

Banyaknya air yang dibutuhkan oleh setiap individu berbeda-beda. Karakteristik individu seperti usia, jenis kelamin, dan berat badan sangat mempengaruhi kebutuhan air setiap orang. Kebutuhan air dihitung didasarkan pada penelitian Manz dan Wentz (2005). Asupan harian wanita dewasa yaitu 1.22 mL/Kal. Perhitungan ini didasarkan pada angkat kebutuhan energi sampel. Pemenuhan kebutuhan air tersebut sangat diperlukan untuk menggantikan pengeluaran cairan dari pernapasan, kulit, ginjal, serta saluran pencernaan.

Pemenuhan kebutuhan cairan yang diperoleh dari asupan air berasal dari air minum itu sendiri, air yang berasal dari bahan makanan, serta air yang dihasilkan dari proses metabolisme (air metabolik). Sekitar 20-40% dari kebutuhan cairan dapat dipenuhi dari bahan pangan. Hasil metabolisme tubuh menyumbang sebanyak 200-300 mL air. Sisanya diperoleh tubuh dari air minum. Oleh karena itu, sangat penting untuk memenuhi kebutuhan air yang berasal dari minuman agar keseimbangan cairan tubuh tetap terjaga.

(16)

Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada wanita dewasa di Indonesia

Keterangan gambar :

: variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

: hubungan yang diteliti

: hubungan yang tidak diteliti Karakteristik sampel - Usia & kondisi fisiologis - Status gizi

- Pendidikan - Pekerjaan - Status ekonomi - Tempat tinggal

Asupan air:

- Air dari minuman - Air dari makanan - Air metabolik

Mutu gizi asupan pangan - Asupan zat gizi - Tingkat pemenuhan

kebutuhan zat gizi

(17)

METODE

Desain, Waktu, dan Tempat

Penelitan ini menggunakan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Balitbangkes Kemenkes RI). Desain penelitian ini mengikuti desain penelitian Riskesdas 2010 yaitu desain penelitian

cross-sectional dengan menganalisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada wanita dewasa di Indonesia. Pengumpulan data di beberapa daerah oleh tim pengumpul data Riskesdas dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2010. Pengolahan, analisis dan interpretasi data oleh peneliti dilakukan pada bulan Juni-September 2011 di Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat.

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2010. Oleh karena itu jumlah dan cara pengambilan contoh penelitian mengikuti jumlah dan cara pengambilan contoh Riskesdas 2010. Sampel Riskesdas 2010 di tingkat kabupaten/kota berasal dari 441 kabupaten/kota yang tersebar di 33 provinsi. Jumlah tersebut merupakan sebagian dari jumlah keseluruhan kabupaten/kota di Indonesia (497 kabupaten/kota). Sebanyak 56 kabupaten tidak termasuk kedalam sampel Riskesdas karena daerah tersebut tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan dan terdapat 1 kabupaten di Provinsi Papua (Kabupaten Nduga) yang tidak dapat dikunjungi dalam periode waktu pengumpulan data Riskesdas.

Populasi dalam Riskesdas 2010 adalah seluruh rumah tangga pada 33 provinsi di Indonesia. Sampel rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih berdasarkan listing Sensus Penduduk tahun 2010. Proses pemilihan rumah tangga dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan two stage sampling.

Riskesdas mengambil sejumlah blok sensus dari setiap kabupaten/kota yang termasuk ke dalam kerangka sampel kabupaten/kota. Pemilihan blok sensus tersebut dilakukan sepenuhnya oleh BPS dengan memperhatikan status ekonomi, dan rasio perkotaan/perdesaan. Blok sensus tersebut proporsional terhadap jumlah rumah tangga di kabupaten/kota tersebut. Blok sensus yang dipilih untuk kesehatan masyarakat adalah sebesar 2800 blok sensus dengan 70000 rumah tangga.

(18)

anggota. Dari 441 kabupaten/kota tersebut didapatkan 66630 orang wanita dewasa usia 20-55 tahun. Cleaning data dilakukan untuk data berat badan, tinggi badan, status kehamilan, konsumsi yang tidak lengkap, asupan energi <0.3 atau >3 kali dari energi basal, serta memiliki tingkat kecukupan gizi >400%. Total sampel yang digunakan berjumlah 57232 orang (90.0%), dengan 1995 orang sampel hamil dan 55237 orang sampel tidak hamil (Gambar 2).

Gambar 2 Jumlah sampel penelitian Jenis dan Cara Pengumpulan Data

(19)

bentuk entry data dan hasil pengolahan Riskesdas 2010. Cara pengumpulan data yang dilakukan oleh tim Riskesdas dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 4 Jenis dan cara pengumpulan data

Peubah Keterangan Cara pengumpulan data

Karakteristik sampel

Hasil olahan data Riskesdas 2010

Hasil olahan data Riskesdas 2010

Hasil olahan data Riskesdas 2010

Dihitung menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)

Pengolahan Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program komputer

(20)

zat gizinya lebih dari empat kali lipat dari 100% tingkat kecukupan (>400%).

Cleaning juga dilakukan terhadap sampel yang tidak memiliki data berat badan dan tinggi badan serta dalam kondisi konsumsi tidak biasa (sedang diet, puasa, dan dalam acara hajatan) (Gambar 2).

Karakteristik Sampel

Data mengenai pendidikan, pekerjaan, daerah, dan status ekonomi merupakan data sekunder yang diperoleh dari kuesioner Riskesdas 2010. Data tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam beberapa kategori berdasarkan Riskesdas 2010. Data karakteristik sampel diolah secara statistik deskriptif.

Daerah tempat tinggal sampel dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu perdesaan dan perkotaan. Pendidikan sampel dikelompokkan menjadi enam kelompok, yaitu tidak pernah sekolah, tamat SD/MI, tamat SMP/MTS, tamat SMA/MA, tamat D1/D2/D3 (Diploma) dan tamat PT (Perguruan Tinggi). Pekerjaan sampel dikelompokkan menjadi enam kelompok, yaitu tidak bekerja, TNI/Polri/PNS/Pegawai, wiraswasta/layan jasa/dagang, petani/nelayan, buruh, dan lainnya. Status ekonomi dikelompokkan menurut kuintil yang didasarkan pada besar pengeluaran keluarga per kapita setiap bulannya.

Status Gizi

Data status gizi merupakan hasil olahan dari data pokok berat badan dan tinggi badan dengan menggunakan rumus

IMT =

Adapun pengkategorian status gizi dilakukan berdasarkan WHO (2007). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5 Kategori status gizi dewasa berdasarkan IMT Status gizi IMT (kg/m2) Kurus (Underweight) <18.5

Normal 18.5-24.9

Gemuk (Overweight) ≥25.0

Nilai indeks massa tubuh (IMT) yang normal untuk dewasa berkisar antara 18.5-24.9 (kg/m2). Sampel dikatakan kurus (Kekurangan Energi Kronis/KEK) bila IMT < 18.5 (kg/m2) dan mengalami kegemukan bila IMT ≥ 25 (kg/m2) (WHO 2007).

(21)

Status gizi sampel digunakan dalam menentukan rumus perhitungan kebutuhan energi, yang lebih lanjut akan digunakan untuk menghitung kebutuhan air berdasarkan Manz dan Wentz (2005) yaitu 1.22 mL/Kal.

Asupan Air

Data asupan air dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan sumbernya, yaitu air yang berasal dari minuman, makanan, dan air metabolik. Air yang berasal dari minuman diperoleh berdasarkan data foodrecall 1x24 jam yang diperoleh dari Riskesdas 2010. Air yang berasal dari minuman dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu air putih dan bukan air putih, seperti teh, kopi, susu kental manis, sirup, susu, jus, minuman karbonasi dan lainnya. Berat minuman bukan air putih yang dikonsumsi dikonversikan ke dalam kandungan air menggunakan koreksi berat padatan zat gizi yang dikandungnya, serta menggunakan National Nutrient Database for Standard Reference (USDA 2011). Jenis minuman yang kandungan airnya diperoleh dari National Nutrient Database for Standard Reference (USDA 2011) dapat dilihat pada Lampiran 3.

Air yang berasal dari makanan diperoleh berdasarkan data food recall

1x24 jam yang terdiri dari tiga waktu makan utama dan dua waktu selingan. Air yang berasal dari makanan dibagi ke dalam 11 kelompok makanan berdasarkan Daftar Kode Bahan Makanan yang digunakan oleh Riskesdas 2010, yaitu (1) serealia, umbi dan olahannya; (2) kacang-kacangan, biji-bijian dan olahannya; (3) daging dan olahannya; (4) telur dan olahannya; (5) ikan, hasil perikanan dan olahannya; (6) sayuran dan olahannya; (7) buah-buahan; (8) olahan susu; (9) minyak dan lemak; (10) serba serbi; dan (11) makanan jajanan. Berat makanan yang dikonsumsi dikonversikan ke dalam kandungan air menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) 2007 dan Energy and Nutrient Composition of Foods (Health Promotion Board Singapore Government 2009). Jenis makanan yang kandungan airnya dihitung berdasarkan Energy and Nutrient Composition of Foods (Health Promotion Board Singapore Government 2009) adalah jenis pangan yang tidak terdapat dalam DKBM (Lampiran 3). Konversi dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

(22)

Kgij = {(Bj/100) x Gij x (BDDj/100)} Keterangan :

Kgij = kandungan zat-zat gizi-I dalam bahan makanan-j Bj = berat makanan-j yang dikonsumsi (g)

Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 g BDD bahan makanan-j BDDj = bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan

Data asupan air juga diperoleh dari hasil metabolisme zat gizi pangan (karbohidrat, protein, lemak) yang dikonsumsi (air metabolik). Menurut Verdu dan Navarrete (2009), 1 gram karbohidrat, lemak dan protein masing-masing menghasilkan 0.55 mL, 1.07 mL, dan 0.40 mL air, maka diperoleh rumus perhitungan air metabolik sebagai berikut :

Air metabolik =

Estimasi asupan air

(23)

Estimasi asupan air dari minuman (mL) = didapat dari Riset kesehatan dasar 2010

Kebutuhan Air dan Kebutuhan Energi

Kebutuhan air dihitung didasarkan pada penelitian Manz dan Wentz (2005). Asupan harian wanita dewasa yaitu 1.22 mL/Kal. Perhitungan ini didasarkan pada kebutuhan energi sampel.

Kebutuhan energi dihitung berdasarkan rumus perhitungan kebutuhan energi dari Institute of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan & Escoot-stump (2008) yang didasarkan pada oxford equation (Tabel 6).

Tabel 6 Perhitungan kebutuhan energi wanita dewasa menurut status gizi dan kondisi fisiologis

Rumus perhitungan kebutuhan energy Kebutuhan energi

EER = EER perempuan dewasa + 160 kkal (8kkal/minggu*20 minggu) + 180 kkal

Sumber : Mahan & Escoot-stump (2008) Keterangan:

U = usia (tahun), BB = berat badan (Kg), TB = tinggi badan (m) EER = Estimated Energi Requirement (estimasi kebutuhan energi) (Kal) TEE = Total Energi Expenditure (total pengeluaran energi) (Kal) PA = koefisien aktivitas fisik

(24)

Expenditure (TEE) yang dikoreksi dengan Thermic Effect of Food (TEF). TEF adalah peningkatan pengeluaran energi yang berhubungan dengan asupan pangan. Besarnya nilai TEF dihitung dari total pengeluaran energi yaitu sebesar 10% dari TEE.

Faktor Aktivitas

Faktor aktivitas ditentukan oleh pekerjaan masing-masing sampel. Sampel yang tidak bekerja tergolong kategori faktor aktivitas yang sangat ringan, sekolah tergolong kategori aktif, wiraswata/layan jasa/dagang tergolong kategori aktivitas ringan, petani/nelayan dan buruh tergolong kategori aktivitas sangat aktif, dan sampel yang memiliki pekerjaan selain dari yang telah disebutkan, tergolong kategori aktivitas ringan. Setelah ditentukan kategori faktor aktivitasnya, kemudian dihitung berdasarkan faktor aktivitas (PA) dari rumus

Institute of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan & Escoot-stump (2008) (Tabel 6). Faktor aktivitas ditentukan dari pekerjaan masing-masing sampel karena pada data Riskesdas 2010 tidak terdapat data mengenai aktivitas sampel.

Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Air

Berdasarkan data asupan air, dapat diperoleh data tingkat pemenuhan air dengan membandingkan antara asupan air dan kebutuhan air sampel yang dinyatakan dalam bentuk persen. Berikut adalah perhitungan tingkat pemenuhan kebutuhan air :

Tingkat pemenuhan kebutuhan air (%) =

Kebutuhan Protein

Perhitungan data kebutuhan protein didasarkan pada formula estimasi Angka Kecukupan Protein (AKP) sesuai dengan kelompok usia dan jenis kelamin. Perhitungan kebutuhan protein disesuaikan dengan berat badan aktual sampel serta dikoreksi dengan faktor koreksi mutu protein.

Keterangan:

AKP wanita dewasa normal = 0.80 g/kg bb AKP wanita dewasa hamil = 1.1 g/kg bb Koreksi mutu secara umum = 1.2

(25)

Kebutuhan Lemak dan Karbohidrat

Perhitungan data kebutuhan lemak didasarkan pada perbandingan komposisi energi dari karbohidrat, protein dan lemak masing-masing adalah 50-65%, 10-20% dan 20-30% (WNPG 2004). Berdasarkan perbandingan tersebut, wanita dewasa membutuhkan lemak sebanyak 25% dari kebutuhan energi.

Setelah mengetahui banyaknya energi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan protein dan lemak, maka dapat diperoleh kebutuhan karbohidrat sampel. Perhitungan data kebutuhan karbohidrat diperoleh dari sisa kalori total energi sampel yang dijelaskan sebagai berikut :

Kebutuhan Karbohidrat = –

Kebutuhan Zat Gizi Mikro

Perhitungan data kebutuhan zat gizi mikro didasarkan pada Angka Kecukupan Gizi (AKG) (WNPG 2004) sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis. Zat gizi mikro yang dihitung adalah kalsium, fosfor, besi, vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, folat, vitamin B12, dan vitamin C.

Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi Selain Air

Berdasarkan data konsumsi zat gizi, dapat diperoleh data tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi selain air dengan membandingkan antara zat gizi yang dikonsumsi dan kebutuhan zat gizi sampel berdasarkan perhitungan rumus kebutuhan untuk zat gizi makro (energi, protein, lemak dan karbohidrat), serta Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004 untuk zat gizi mikro yang dinyatakan dalam bentuk persen. Berikut adalah perhitungan tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi sampel :

Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi (%) =

Mutu Gizi Asupan Pangan

(26)

MGP =

Keterangan :

MGP = Mutu gizi asupan pangan

TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi ke-i, yaitu (konsumsi zat gizi ke-i/kecukupan zat gizi ke-i) x 100

n = Jumlah zat gizi yang dipertimbangkan dalam penilaian MGM

Dalam menghitung tingkat kecukupan gizi ke-i (TKGi) setiap nilai TKGi bernilai maksimum 100 (truncated at 100) dengan alasan untuk meminimalkan kompensasi antara nilai TKGi yang rendah dan tinggi secara matematik, karena secara biologis antar zat gizi yang berbeda tidak dapat saling substitusi melainkan saling berinteraksi. Setelah diperoleh nilai MGP, lebih lanjut nilai tersebut dikategorikan berdasarkan empat kategori (Hardinsyah 1996), yaitu kategori <55 tergolong sangat kurang, 55-70 tergolong kurang, 70-85 tergolong cukup, dan ≥85 tergolong baik.

Analisis data

Hasil pengolahan data selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil pengolahan data tersebut kemudian dianalisis secara statistik. Analisis statistik menggunakan uji beda-t (Independent Sample t-Test) untuk menganalisis perbandingan antara kelompok usia dan kondisi fisiologis pada sampel yang digunakan. Analisis statistik uji korelasi Rank Spearman juga digunakan untuk mengetahui hubungan karakteristik dengan asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada sampel.

Definisi Operasional

Sampel adalah seluruh penduduk Indonesia yang berusia 20-55 tahun, berjenis kelamin wanita yang menjadi sampel Riskesdas 2010 serta telah melalui proses cleaning data.

Kebutuhan Air adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh tubuh setelah dikoreksi kebutuhan energi sampel.

Asupan Air adalah jumlah air yang masuk ke dalam tubuh sampel yang diperoleh dari tiga sumber, yaitu air dari minuman, air dari makanan, dan air dari hasil metabolisme.

Air dari Makanan adalah air yang terkandung di dalam makanan yang dikonsumsi sehingga memberikan kontribusi asupan air bagi sampel.

(27)

Air Metabolik adalah air yang berasal dari hasil metabolisme zat gizi (karbohidrat, protein, lemak) di dalam tubuh sampel yang memberikan kontribusi asupan air.

Pangan adalah segala macam jenis olahan atau mentah berupa makanan atau minuman yang dapat dikonsumsi dan memberikan kontribusi energi serta zat gizi bagi tubuh sampel.

Asupan Gizi adalah jumlah zat gizi yang dikonsumsi dan diperoleh dari asupan pangan.

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Sosial Ekonomi

Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dewasa muda (20-39 tahun) dan dewasa madya (40-55 tahun). Selanjutnya sampel dikategorikan berdasarkan kondisi fisiologisnya, yaitu hamil dan tidak hamil. Pengelompokan sampel berdasarkan kondisi fisiologis menjadi dua kelompok didasarkan pada ketersediaan data Riskesdas 2010.

Total sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 57232 orang, yang terdiri dari 1995 orang wanita dewasa hamil dan 52237 orang wanita yang tidak hamil. Sebanyak 1828 orang dari total wanita dewasa hamil dikategorikan dewasa muda, sedangkan 167 orang lainya tergolong dewasa madya. Sebaran sampel hamil berdasarkan karakteristik sosial ekonomi dapat dilihat pada Tabel 7.

Karakteristik sosial ekonomi sampel terdiri dari aspek pendidikan, pekerjaan, daerah tempat tinggal, dan status ekonomi. Berdasarkan latar belakang pendidikan, sampel dapat dikelompokkan menjadi tidak tamat SD/MI, tamat SD/MI, tamat SMP/MTS, tamat SMA/MA, tamat D1/D2/D3, dan tamat perguruan tinggi. Persentase terbanyak pada dewasa muda dan madya berturut-turut adalah 31.1% tamat SMA/MA dan 40.7% tamat SD/MI. Persentase terkecil pada kedua kelompok usia adalah tamat D1/D2/D3 yaitu sebanyak 5.2% dan 2.4%.

Berdasarkan pekerjaan, sampel dikelompokkan menjadi tidak kerja/sekolah, TNI/Polri/PNS/Pegawai, wiraswasta/layanjasa/dagang, petani/nelayan, buruh, dan lainnya. Pengelompokkan tersebut mengikuti kategori yang telah dirumuskan Riskesdas 2010. Berdasarkan tabel sebaran sampel hamil (Tabel 7), diketahui bahwa persentase terbesar pada dewasa muda maupun dewasa madya adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 52.4% dan 43.1%. Persentase terendah pada dewasa muda dan madya adalah buruh, yaitu sebesar 4.2% dan 3.0%.

(29)

Status ekonomi sampel berdasarkan Riskesdas 2010 dibagi menjadi lima kelompok, yaitu kuintil 1, kuintil 2, kuintil 3, kuintil 4, dan kuintil 5. Jumlah sampel yang berasal dari kuintil 5 lebih banyak dibanding kuintil lainnya. Berdasarkan kelompok usia, sampel dewasa muda dan dewasa madya berturut-turut lebih banyak berasal dari kuintil 5 (23.6%) dan kuintil 4 (24.0%) dibanding kuintil

Wiraswasta/layan jasa/dagang 266 (14.6) 28 (16.8) 294 (14.7)

Petani/Nelayan 214 (11.7) 37 (22.2) 251 (12.6)

(30)

pekerjaan, baik dewasa muda maupun dewasa madya sebagian besarnya tidak bekerja.

Sebaran sampel wanita dewasa dengan kondisi fisiologis tidak hamil berdasarkan karakteristik sosial ekonomi disajikan pada Tabel 8. Adapun penggolongan dari setiap aspek sosial ekonomi tidak memiliki perbedaan dengan kategori pada sampel hamil seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Berdasarkan latar belakang pendidikan, persentase terbesar pada kedua kelompok usia adalah tamat SD/MI yaitu sebanyak 28.5% pada dewasa muda dan 36.9% pada dewasa madya. Adapun persentase terendah pada kelompok usia dewasa muda dan dewasa madya adalah tamat D1/D2/D3 dengan persentase 4.6% dan 2.9%.

Tabel 8 menunjukkan bahwa persentase terbanyak pada aspek pekerjaan baik pada dewasa muda maupun dewasa madya adalah tidak bekerja, dengan persentase masing-masingnya 46.9% dan 38.5%. Adapun jenis pekerjaan dengan persentase paling rendah adalah buruh yaitu hanya sebanyak 6.8% pada dewasa muda dan 7.2% pada dewasa madya.

Sebaran sampel berdasarkan daerah tempat tinggal menunjukkan bahwa wanita dewasa dengan kondisi fisiologis tidak hamil bertempat tinggal di daerah perkotaan dengan persentase sebanyak 53.0%. Adapun dewasa muda yang bertempat tinggal di daerah perkotaan adalah sebanyak 53.3%, sedangkan dewasa madya sebanyak 52.5%.

(31)

Tabel 8 Sebaran sampel wanita dewasa (tidak hamil) menurut karakteristik sosial –

Tidak kerja/Sekolah 16165 (46.9) 8003 (38.5) 24168 (43.8)

TNI/Polri/PNS 2461 (7.1) 1477 (7.1) 3938 (7.1)

Wiraswasta/layan jasa/dagang 5675 (16.5) 3449 (16.6) 9124 (16.5)

Petani/Nelayan 4718 (13.7) 4756 (22.9) 9474 (17.2)

Buruh 2358 (6.8) 1489 (7.2) 3847 (7.0)

Lainnya 3070 (8.9) 1616 (7.8) 4686 (8.5)

Total 34447 (100.0) 20790 (100.0) 55237 (100.0)

Daerah

Perkotaan 18372 (53.3) 10924 (52.5) 29296 (53.0)

Perdesaan 16075 (46.7) 9866 (47.5) 25941 (47.0) setiap kuintilnya. Kuintil idealnya membagi sampel menjadi lima kelompok yaitu sebanyak 20% di setiap kuintilnya. Akan tetapi hasil yang ditunjukkan pada Tabel 7 dan Tabel 8 memperlihatkan persentase yang beragam. Hal ini diduga terjadi karena terbuangnya beberapa sampel dari masing-masing kuintil saat dilakukan proses cleaning data dan pengolahan selanjutnya.

Berat Badan, Tinggi Badan, dan Status Gizi

(32)

. Data berat badan dan tinggi badan selanjutnya dikalkulasikan dengan menggunakan rumus perhitungan IMT. Nilai IMT yang diperoleh kemudian diklasifikasikan berdasarkan WHO (2007) menjadi status gizi kurang, normal, dan gemuk. Sebaran sampel berdasarkan status gizi tersaji pada Tabel 9. Secara keseluruhan, sampel memiliki status gizi normal dengan persentase sebanyak 61.4%. Sebagian besar sampel dengan kondisi fisiologis hamil dan tidak hamil memiliki status gizi normal, masing-masing sebanyak 58.5% dan 61.5%. Persentase paling kecil adalah status gizi kurang yaitu sebanyak 14.2% pada wanita hamil dan 9.4% pada wanita yang tidak hamil. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 27.3% sampel hamil yang mengalami kegemukan, dan 29.1% sampel yang tidak hamil mengalami kegemukan.

Tabel 9 Sebaran status gizi sampel menurut kelompok usia dan kondisi Hamil dan Tidak Hamil 22.9±4.1 24.0±4.3 23.3±42.2

Kurus 3838 (10.6) 1619 (7.7) 5457 (9.5)

Normal 23471 (64.7) 11689 (55.8) 35160 (61.4)

Gemuk 8966 (24.7) 7649 (36.5) 16615 (29.0)

Total 36275 (100.0) 20957 (100.0) 57232 (100.0)

Data Riskesdas 2010 telah mampu membedakan sampel berdasarkan status kehamilan. Akan tetapi, tidak terdapat data tambahan mengenai umur kehamilan. Hasil pengukuran IMT pada tabel di atas menggunakan kriteria dari

(33)

Asupan Air dari Minuman

Total asupan air pada wanita hamil lebih besar dibanding wanita tidak hamil, yaitu sebesar 907.6±421.2 mL. Total asupan air dari minuman pada wanita tidak hamil adalah sebesar 874.7±407.4 mL. Jenis minuman yang menjadi sumber utama pemenuhan kebutuhan air dari minuman adalah air putih dengan rata-rata 740.8±402.7 mL. Asupan air putih pada wanita hamil sebanyak 751.6±401.4 mL dan pada wanita tidak hamil sebanyak 740.4±402.8 mL. Golongan minuman yang paling sedikit dikonsumsi oleh sampel adalah minuman berkarbonasi, dengan rata-rata asupan sebanyak 0.8±15.2 mL pada wanita hamil dan 1.0±19.0 mL pada wanita tidak hamil (Tabel 10).

Air dari minuman yang paling banyak dikonsumsi adalah air putih. Berdasarkan survey yang dilakukan di Singapura menunjukkan bahwa sumber air tubuh yang paling utama adalah air putih (74%) (AFIC 1998). Selain air putih, terdapat jenis minuman lainnya yang dikonsumsi sampel dalam jumlah yang cukup banyak. Pada wanita dewasa yang tidak hamil, minuman teh dan kopi cukup banyak dikonsumsi yaitu sebanyak 85.0±150.6 mL minuman teh dan 26.1±92.6 mL minuman kopi. Teh dan kopi juga banyak dikonsumsi pada wanita hamil, hanya saja jumlah asupannya lebih sedikit. Berdasarkan hasil survey di Singapura menunjukkan bahwa teh dan kopi merupakan minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi setelah air putih (AFIC 1998). Selain minuman tersebut, pada wanita hamil terdapat golongan minuman lain yang dikonsumsi cukup banyak yaitu susu kental manis sebanyak 16.8±72.4 mL dan susu sebanyak 32.9±92.7 mL. Sampel hamil dengan usia tergolong dewasa muda lebih banyak mengonsumsi susu dibanding dewasa madya, yaitu sebanyak 34.7±94.5 mL. Asupan air minuman dari susu pada dewasa madya tidak mencapai setengah dari asupan dewasa muda, yakni hanya sebanyak 12.8±66.3 mL.

(34)

Tabel 10 Asupan air dari minuman pada wanita dewasa menurut sumber, kelompok usia, dan kondisi fisiologis (mL/Kap/hari)

Kelompok Minuman Golongan Umur Total

Dewasa Muda Dewasa Madya Hamil

1 Air Putih 757.5±402.5 686.8±384.1 751.6±401.4

2 Teh 74.3±134.8 96.5±165.5 76.1±137.7

Total 913.4±423.1 843.2±395.1 907.6±421.2

Tidak Hamil

1 Air Putih 746.7±402.2 730.1±403.5 740.4±402.8

2 Teh 80.9±143.8 91.9±161.1 85.0±150.6

Total 873.4±404.1 876.8±412.7 874.7±407.4

Hamil dan Tidak Hamil

1 Air Putih 747.2±402.2 729.7±403.4 740.8±402.7

2 Teh 80.5±143.3 92.0±161.1 84.7±150.2

Total 875.4±405.1 876.6±412.6 875.8±407.9

(35)

proses wawancara masih belum bisa menggali informasi lebih dalam mengenai konsumsi minuman sampel.

Asupan Air dari Makanan

Total air dari makanan secara keseluruhan adalah sebanyak 493.5±323.4 mL dengan rincian 505.7±386.6 mL dari wanita hamil dan 493.1±320.9 mL. Kontribusi air makanan terbanyak adalah dari golongan serealia, umbi, dan hasil olahannya. Secara keseluruhan, asupan air dari golongan serealia adalah sebanyak 274.0±233.8 mL. Nilai rata-rata ini tidak berbeda jauh apabila dibandingkan dengan asupan air dari serealia pada wanita hamil dan tidak hamil yaitu 273.1±261.7 mL dan 274.0±232.7 mL. Asupan air makanan yang paling rendah adalah dari golongan olahan susu serta lemak dan minyak dengan nilai rata-rata 0.0±0.2 mL pada wanita hamil dan 0.0±0.1 mL pada wanita tidak hamil (Tabel 11).

Tabel 11 Asupan air dari makanan pada wanita dewasa menurut sumber, kelompok usia, dan kondisi fisiologis (mL/kap/hari)

Golongan Bahan Makanan Golongan Umur Total Dewasa Muda Dewasa Madya

Hamil

1 Serealia, umbi, dan hasil olahannya 271.6±257.4 290.2±305.4 273.1±261.7 2 Kacang-kacangan, biji-bijian, dan hasil olahannya 28.9±80.2 22.9±40.7 28.4±77.7 3 Daging dan hasil olahannya 8.1±22.9 5.5±18.7 7.9±22.6 4 Telur dan hasil olahannya 12.7±24.1 11.6±25.1 12.6±24.2 5 Ikan, hasil perikanan, dan hasil olahannya 21.4±70.3 20.7±45.0 21.4±68.5 6 Sayuran dan hasil olahannya 108.7±259.4 116.7±261.8 109.3±259.5

7 Buah-buahan 26.8±62.1 22.8±59.8 26.5±61.9

8 Olahan susu 0.0±0.0 0.0±0.0 0.0±0.0

9 Lemak dan minyak 0.0±0.2 0.0±0.0 0.0±0.2

10 Serba-serbi 4.1±12.7 3.1±10.1 4.1±12.5

11 Makanan jajanan 23.6±69.2 10.7±36.0 22.5±67.2

Total air dari makanan 505.9±385.2 504.3±403.0 505.7±386.6 Tidak Hamil

1 Serealia, umbi, dan hasil olahannya 274.7±235.2 272.9±228.6 274.0±232.7 2 Kacang-kacangan, biji-bijian, dan hasil olahannya 31.5±64.7 36.4±64.9 33.4±64.8 3 Daging dan hasil olahannya 7.8±23.3 7.3±23.4 7.6±23.3 4 Telur dan hasil olahannya 11.6±22.8 9.9±21.5 11.0±22.3 5 Ikan, hasil perikanan, dan hasil olahannya 20.8±70.7 21.0±73.5 20.9±71.7 6 Sayuran dan hasil olahannya 102.8±194.8 109.3±201.1 105.2±197.2

7 Buah-buahan 15.8±43.7 19.3±48.1 17.1±45.4

8 Olahan susu 0.0±0.0 0.0±0.0 0.0±0.0

9 Lemak dan minyak 0.0±0.1 0.0±0.1 0.0±0.1

10 Serba-serbi 4.3±13.6 4.5±48.6 19.5±56.7

11 Makanan jajanan 22.6±60.8 14.5±48.6 19.5±56.7

Total air dari makanan 491.9±320.6 495.1±321.3 493.1±320.9 Hamil dan Tidak Hamil

1 Serealia, umbi, dan hasil olahannya 274.5±236.4 273.1±229.4 274.0±233.8 2 Kacang-kacangan, biji-bijian, dan hasil olahannya 31.4±65.6 36.3±64.7 33.2±65.3 3 Daging dan hasil olahannya 7.8±23.3 7.3±23.3 7.6±23.3 4 Telur dan hasil olahannya 11.6±22.9 10.0±21.5 11.0±22.4 5 Ikan, hasil perikanan, dan hasil olahannya 20.9±70.6 21.0±73.3 20.9±71.6 6 Sayuran dan hasil olahannya 103.1±198.6 109.3±201.6 105.4±199.7

7 Buah-buahan 16.3±44.8 19.4±48.2 17.4±46.1

8 Olahan susu 0.0±0.0 0.0±0.0 0.0±0.0

9 Lemak dan minyak 0.0±0.1 0.0±0.1 0.0±0.1

10 Serba-serbi 4.3±13.5 4.5±13.2 4.4±13.4

11 Makanan jajanan 22.7±61.3 14.4±48.6 19.6±57.1

(36)

Menurut Santoso et al. (2011) banyaknya air yang berasal dari makanan adalah 700-1000 mL. Hasil perhitungan menunjukkan nilai yang jauh lebih kecil dibanding hasil studi sebelumnya. Hal ini diduga karena kemungkinan terjadi kehilangan informasi saat wawancara sehingga data yang dikumpulkan masih sangat minim.

Besarnya asupan air dari makanan yang dihasilkan golongan serealia menunjukkan bahwa serealia dikonsumsi dalam frekuensi yang sering dan jumlah yang banyak (Lampiran 6). Hal ini berkaitan dengan kebiasaan makan masyarakat Indonesia yang menjadikan bahan pangan dari golongan serealia sebagai makanan pokok. Selain itu, kebanyakan masyarakat Indonesia memiliki proporsi makanan pokok yang lebih besar dibanding lauk pada setiap waktu makan. Selain serealia, golongan makanan lain yang berkontribusi cukup banyak terhadap asupan air sampel adalah sayuran dan hasil olahannya. Rata-rata asupan air dari sayuran pada wanita hamil adalah 109.3±259.5 mL dan pada wanita tidak hamil sebanyak 105.2±197.2 mL. Besarnya nilai rata-rata asupan air dari sayuran dan olahannya tersebut dikarenakan banyaknya jenis sayuran di Indonesia yang disajikan dengan kuahnya yang ikut dikonsumsi bersama sayuran. Hal ini sesuai dengan Przyrembel (2006) dalam EFSA (2010) bahwa diet kaya sayur dan buah menyediakan kandungan air yang signifikan terhadap total asupan air, artinya sumber air dari makanan akan lebih tinggi.

Asupan Air Metabolik

Asupan air metabolik wanita hamil dan wanita tidak hamil berturut-turut adalah sebanyak 172.7±67.2 mL dan 163.1±58.1 mL. Berdasarkan kelompok usia, asupan air metabolik pada dewasa muda dengan kondisi hamil adalah sebanyak 174.8±68.2 mL sedangkan pada dewasa madya sebanyak 149.9±48.4 mL. Pada kelompok yang tidak hamil banyaknya asupan air metabolik pada dewasa muda adalah sebanyak 163.8±58.5 mL dan pada dewasa madya 161.9±57.5 mL (Tabel 12).

Tabel 12 Asupan air metabolik pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis (mL/Kap/hari)

Asupan air metabolik Kelompok Umur Total

Dewasa Muda Dewasa Madya

Hamil 174.8±68.2 149.9±48.4 172.7±67.2

Tidak hamil 163.8±58.5 161.9±57.5 163.1±58.1

(37)

Nilai rata-rata asupan air metabolik dari seluruh sampel lebih rendah dibanding beberapa hasil studi sebelumnya. Menurut Whitney dan Rolfes (2008) banyaknya air yang dihasilkan dari proses metabolisme zat gizi adalah sebanyak 200-300 mL. Menurut Verdu (2008) menyatakan bahwa air yang berasal dari proses metabolisme adalah sebanyak 300 mL. Rendahnya asupan air metabolik diduga disebabkan karena rendahnya konsumsi zat gizi sampel, sehingga tubuh menghasilkan energi hasil metabolisme dalam jumlah yang sedikit pula. Selain itu, rendahnya asupan air metabolik juga dipengaruhi pola konsumsi masyarakat yang tergolong sedikit mengonsumsi karbohidrat dan lemak (Tabel 17).

Total Asupan Air pada Wanita Dewasa

Total asupan air dihitung sebagai total dari seluruh sumber asupan air, yaitu dari minuman, makanan, dan air metabolik. Rata-rata total asupan air dari seluruh sampel adalah sebanyak 1532.6±554.5 mL. Total asupan air pada wanita hamil dan wanita tidak hamil berturut-turut adalah sebanyak 1586.0±608.1mL dan 1530.7±552.3 mL (Tabel 13).

Tabel 13 Total asupan air pada wanita dewasa menurut sumber, kelompok usia, dan kondisi fisiologis, mL/Kap/hari (%)

Asupan Air

Air minuman 913.7±423.4 843.2±395.1 907.8±421.5 (57.4±15.6) (56.7±15.9) (57.4±15.6) Air makanan 505.6±385.1 504.3±403.0 505.5±386.6 (30.9±14.6) (32.3±15.3) (31.0±14.7)

Air metabolik 174.8±68.2 149.9±48.4 172.7±67.2

(11.7±4.4) (11.0±4.3) (11.6±4.4)

Total 1594.1±610.5 1497.4±574.7 1586.0±608.1

(100) (100) (100)

Tidak Hamil

Air minuman 873.3±404.1 876.8±412.8 874.6±407.4 (56.9±15.2) (56.8±15.3) (56.9±15.2) Air makanan 491.7±320.6 495.0±321.3 493.0±320.9 (31.0±14.1) (31.9±14.1) (31.8±14.1)

Air metabolik 163.8±58.5 161.9±57.5 163.1±58.1

(11.4±4.2) (11.2±4.1) (11.4±4.1)

Total 1528.8±552.9 1533.7±551.3 1530.7±552.3

(100) (100) (100)

Hamil dan tidak hamil

Air minuman 875.3±405.2 876.5±412 875.8±407.9

(56.9±15.2) (56.8±15.3) (56.9±15.2) Air makanan 492.4±324.1 495.1±322.1 493.4±323.4 (31.7±14.1) (31.9±14.1) (31.8±14.1)

Air metabolik 164.4±59.0 161.8±57.4 163.4±58.5

(11.4±4.2) (11.2±4.1) (11.4±4.1)

Total 1532.1±556.2 1533.4±551.5 1532.6±554.5

(38)

Persentase terbesar dalam pemenuhan asupan air sehari berasal dari minuman yaitu sebesar 56.9±15.2% mencakup keseluruhan sampel. Berdasarkan kondisi fisiologisnya, asupan air dari minuman adalah sebesar 57.4±15.6% pada wanita hamil dan 56.9±15.2% pada wanita yang tidak hamil. Air dari makanan memiliki persentase sebanyak 31.8±14.1% dari total asupan air. Adapun persentase air dari makanan pada sampel hamil dan tidak hamil yaitu 31.0±14.7% dan 31.8±14.1%. Air metabolik memiliki persentase paling rendah yaitu sebanyak 11.4±4.1%. Persentase air metabolik terhadap asupan air sehari pada wanita hamil adalah sebanyak 11.6±4.4% dan pada wanita yang tidak hamil sebanyak 11.4±4.1%. Berdasarkan kelompok usia, persentase masing-masing sumber asupan air tidak jauh berbeda masing-masingnya.

Total asupan air pada wanita hamil dan tidak hamil berbeda secara nyata (p<0.01) dengan asupan yang lebih tinggi pada wanita hamil, namun berdasarkan golongan usia tidak terdapat perbedaan yang nyata pada total asupan air (p>0.01) (Lampiran 8). Hasil penelitian ini menunjukkan nilai asupan air pada wanita secara keseluruhan (1532.6±554.5 mL) lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Adyas (2011) dengan subjek pria dewasa (1771.8±589.1 mL). Menurut EFSA (2010), total asupan air pada wanita lebih rendah dibanding pria. Grafik asupan air pada wanita hamil dan tidak hamil disajikan pada Gambar 3.

(39)

Kajian asupan air pada populasi dewasa di Amerika Serikat menunjukkan total asupan air yang berasal dari minuman adalah 72%. Sedangkan air makanan dan metabolik memiliki persentase 28% (Santoso et al. 2011). Berdasarkan Tabel 13, terlihat bahwa persentase air dari minuman masih sangat jauh dari angka yang ditunjukkan studi sebelumnya di negara luar sehingga diduga perhitungan jumlah asupan air dari minuman underestimate. Ketidaksempurnaan pengumpulan data Riskesdas 2010 mengenai asupan minuman dapat menyebabkan terjadinya underestimate ini. Selain itu, masih rendahnya asupan makanan dan minuman masyarakat menyebabkan secara keseluruhan total asupan air menjadi kecil (Lampiran 5 dan Lampiran 6).

Estimasi Asupan Air Minuman

Hasil perhitungan asupan air minum sampel menunjukkan nilai yang jauh lebih kecil apabila dibandingkan dengan banyaknya asupan air yang dikemukakan oleh Santoso et al. (2011) yaitu sebesar 2300 mL. Salah satu penyebab rendahnya total asupan air tersebut adalah hasil perhitungan asupan air dari minuman yang sangat rendah. Oleh karena itu, dilakukan estimasi asupan air minuman berdasarkan pendekatan konsumsi makanan untuk mengkoreksi berapa besar kekurangan air minuman tersebut.

Berdasarkan Institut of Medicine (2004) dalam Santoso et al. (2011) pada penelitiannya di Amerika Serikat, kontribusi asupan air dari air metabolik dan air makanan sekitar sepertiga total asupan air (35%), sehingga kontribusi air dari minuman yang diperlukan oleh tubuh sekitar dua pertiga (65-70%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fauji (2011), kontribusi asupan cairan dari air putih dan minuman lainnya terhadap total asupan air adalah sebesar 73.7% pada wanita dewasa, sedangkan rata-rata konsumsi air dari makanan dan air metabolik terhadap total asupan air sebesar 26.3%. Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan estimasi asupan air dari minuman dengan persentase kontribusi air dari makanan dan metabolik sebanyak 30%.

(40)

karena itu, perhitungan air estimasi dengan persentase 70% bisa dilakukan. Hasil perhitungan estimasi air dari minuman tersaji pada Tabel 14.

Rata-rata estimasi air dari minuman pada seluruh sampel adalah sebesar 1532.6±822.9 mL. Air dari minuman hasil estimasi pada dewasa hamil adalah sebanyak 1582.4±976.4 mL dan pada dewasa yang tidak hamil sebanyak 1530.8±816.8 mL. Hasil estimasi asupan air dari makanan berimplikasi terhadap total asupan air yaitu meningkat menjadi 2189.4±1175.6 mL secara keseluruhan. Total asupan air setelah dilakukan estimasi pada wanita dewasa hamil adalah 2260.6±1394.8 mL dan pada dewasa yang tidak hamil sebanyak 2186.8±1166.8 mL.

Tabel 14 Estimasi asupan air dari minuman pada wanita dewasa berdasarkan pendekatan konsumsi

Asupan Air Kelompok Usia Total

Dewasa Muda Dewasa Madya Hamil

Air dari makanan+metabolik 680.4±418.3 654.2±420.5 678.2±418.4 Air dari minuman 1587.5±976.0 1526.5±981.3 1582.4±976.4 Total Asupan Air 2267.9±1394.3 2180.7±1401.8 2260.6±1394.8 Tidak Hamil

Air dari makanan+metabolik 655.5±349.6 656.9±350.7 656.0±350.0 Air dari minuman 1529.6±815.8 1532.7±818.3 1530.8±816.8 Total Asupan Air 2185.1±1165.5 2189.6±1169.0 2186.8±1166.8 Hamil dan Tidak Hamil

Air dari makanan+metabolik 656.8±353.5 656.9±351.3 656.8±352.7 Air dari minuman 1532.5±824.7 1532.7±819.7 1532.6±822.9 Total Asupan Air 2189.3±1178.2 2189.6±1171.0 2189.4±1175.6

Asupan air dari minuman hasil estimasi pada kelompok dewasa muda lebih banyak dibanding dewasa madya. Hal ini diduga karena kelompok usia yang lebih muda biasanya lebih aktif sehingga membutuhkan asupan air yang lebih banyak. Perbedaan juga terdapat antara kelompok wanita dewasa dengan kondisi hamil dengan yang tidak hamil. Wanita hamil memiliki nilai estimasi asupan air dari minuman yang lebih tinggi dibanding yang tidak hamil. Hal ini akan sangat terkait dengan terjadinya perubahan fisiologis pada wanita hamil sehingga membutuhkan asupan air yang lebih banyak dari kondisi normal (Nix 2005).

Kebutuhan dan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Air

(41)

2829.3±343.5 mL. Adapun kebutuhan air pada wanita yang tidak hamil adalah sebesar 2395.9±364.8 mL (Tabel 15).

Berdasarkan uji beda dengan Independent sample test, terdapat perbedaan pada sampel hamil dan tidak hamil dengan kebutuhan air serta tingkat pemenuhan kebutuhan air (p<0.01). Kebutuhan air pada wanita hamil lebih tinggi namun tingkat pemenuhan kebutuhan airnya lebih rendah. Begitu pula antara dewasa muda dan dewasa madya (p<0.01), kebutuhan air dewasa muda lebih tinggi dengan tingkat pemenuhan yang lebih rendah (Lampiran 8). Tabel 15 Tingkat pemenuhan kebutuhan air pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan

kondisi fisiologis, mL/Kap/hari (%)

Asupan Air Kelompok Usia Total

Dewasa Muda Dewasa Madya Hamil

Konsumsi air (Riskesdas 2010) 1594.1±610.5 1497.4±574.7 1586.0±608.1 Konsumsi air (Estimasi) 2267.9±1394.3 2180.7±1401.8 2260.6±1394.8

Kebutuhan 2836.1±340.7 2754.9±364.9 2829.3±343.5

Tingkat pemenuhan kebutuhan

Konsumsi air (Riskesdas 2010) 1528.8±552.9 1533.7±551.3 1530.7±552.3 Konsumsi air (Estimasi) 2185.1±1165.5 2189.6±1169.0 2186.8±1166.8

Kebutuhan 2412.9±354.5 2367.7±379.7 2395.9±364.8

Tingkat pemenuhan kebutuhan

Konsumsi air (Riskesdas 2010) 1532.1±556.2 1533.4±551.5 1532.6±554.5 Konsumsi air (Estimasi) 2189.3±1178.2 2189.6±1171.0 2189.4±1175.6

Kebutuhan 2434.2±365.7 2370.8±381.2 2411.0±372.7

Tingkat pemenuhan kebutuhan

Rendahnya asupan air dari minuman pada orang Indonesia terlihat pada rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan air yaitu sebesar 65% pada keseluruhan subjek. Hardinsyah et al. (2010) menyatakan bahwa alasan utama orang Indonesia tidak meminum air dalam jumlah yang cukup adalah kurang mengerti pentingnya asupan air yang cukup bagi kesehatan tubuh, serta sulitnya memperoleh akses air minum.

(42)

mengalami peningkatan setelah diestimasi menjadi 92.9±52.0%. Tingkat pemenuhan kebutuhan air pada wanita hamil meningkat dari 56.8±22.9% menjadi 80.9±51.4%. Pemenuhan kebutuhan air pada wanita tidak hamil setelah dilakukan estimasi yaitu sebesar 93.3±52.0%. Tingkat pemenuhan kebutuhan air yang paling rendah adalah pada sampel dengan kondisi fisiologis hamil. Hal ini disebabkan karena tingginya kebutuhan air yang hampir mencapai 3000 mL. Tingginya kebutuhan air tersebut disebabkan oleh terjadinya perubahan fisiologis pada wanita hamil sehingga membutuhkan tambahan energi yang lebih besar.

Asupan Zat Gizi Makro dan Mineral

Analisis asupan zat gizi makro dan mineral dilakukan dengan menghitung rata-rata zat gizi yang diasup setiap orang per hari. Hasil pengolahan data disajikan pada Tabel 16. Rata-rata asupan energi pada sampel hamil adalah sebanyak 1361±530 Kal. Nilai ini sedikit lebih tinggi dibanding rata-rata asupan pada wanita tidak hamil, yaitu sebanyak 1285±459 Kal. Asupan protein rata-rata dari keseluruhan sampel adalah sebanyak 44.3±21.3 g, dengan rincian 47.2±24.0 g pada wanita hamil dan 44.2±21.2 g pada wanita yang tidak hamil. Rata-rata asupan lemak adalah sebanyak 38.4±27.1 g. Asupan lemak pada wanita hamil lebih banyak dibanding wanita tidak hamil, yaitu 40.1±30.0 g. Adapun asupan lemak pada kelompok sampel yang tidak hamil adalah sebanyak 38.4±27.0 g. Rata-rata asupan karbohidrat dari seluruh sampel adalah 190.2±71.5 g. Rata-rata asupan karbohidrat pada wanita hamil lebih banyak dibanding wanita tidak hamil dengan nilai masing-masingnya adalah sebesar 202.0±79.1 g dan 189.8±71.2 g.

(43)

Tabel 16 Asupan zat gizi makro dan mineral per kapita/hari pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis

Asupan Zat Gizi Kelompok Umur Total

Dewasa Muda Dewasa Madya Hamil

Energi (Kal) 1377±538 1179±379 1361±530

Protein (g) 47.8±24.4 40.3±18.5 47.2±24.0

Lemak (g) 40.8±30.5 31.5±21.6 40.1±30.0

Karbohidrat (g) 203.8±80.2 181.9±62.6 202.0±79.1

Air (ml) 1594.1±610.5 1497.4±574.7 1586.0±608.1

Kalsium (mg) 329.3±396.7 267.6±284.8 324.1±388.9

Fosfor (mg) 711.7±352.8 595.1±264.1 702.0±347.8

Besi (mg) 9.7±18.1 7.8±12.4 9.5±17.7

Tidak Hamil

Energi (Kal) 1292±462 1273±455 1285±459

Protein (g) 44.6±21.2 43.6±21.2 44.2±21.2

Lemak (g) 38.5±27.1 38.2±26.9 38.4±27.0

Karbohidrat (g) 190.6±72.0 188.5±69.8 189.8±71.2

Air (ml) 1528.8±552.9 1533.7±551.3 1530.7±552.3

Kalsium (mg) 247.7±295.7 252.4±294.2 249.5±295.2

Fosfor (mg) 640.9±294.4 628.1±293.6 636.0±294.1

Besi (mg) 7.7±12.9 7.9±12.7 7.8±12.8

Hamil dan Tidak Hamil

Energi (Kal) 1296±467 1273±454 1288±462

Protein (g) 44.7±21.3 43.6±21.2 44.3±21.3

Lemak (g) 38.6±27.3 38.1±26.9 38.4±27.1

Karbohidrat (g) 191.3±72.5 188.4±69.7 190.2±71.5

Air (ml) 1532.1±556.2 1533.4±551.5 1532.6±554.5

Kalsium (mg) 251.8±302.2 252.5±294.1 252.1±299.3

Fosfor (mg) 644.4±298.0 627.8±293.3 638.3±296.4

Besi (mg) 7.8±13.2 7.9±12.7 7.8±13.0

Meskipun energi bukan tergolong zat gizi, namun tetap menjadi salah satu pembahasan utama saat melakukan analisis asupan zat gizi. Energi merupakan hasil metabolisme zat gizi yangberasal dari karbohidrat, protein, dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga yang selanjutnya digunakan tubuh untuk berbagai keperluan seperti kegiatan fisik, pertumbuhan, dan metabolisme (WNPG 2004).

Gambar

Tabel 8  Sebaran sampel wanita dewasa (tidak hamil) menurut karakteristik sosial –ekonomi
Tabel 10  Asupan air dari minuman pada wanita dewasa menurut sumber, kelompok usia, dan kondisi fisiologis (mL/Kap/hari)
Tabel 13  Total asupan air pada wanita dewasa menurut sumber, kelompok
Gambar 3 Air dari makanan, air dari minuman, dan total asupan air pada wanita dewasa
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa perbedaan crude OR dengan OR hasil uji Maentel Haenzel kedua variabel tersebut tidak lebih dari 20% yaitu 4,07% dan 0,74%,

[r]

Berdasarkan data yang diperoleh ditemukan bahwa kegiatan pembelajaran menggunakan media papan ejaan dengan model pembelajaran NHT dapat menyebabkan: (1)aktivitas siswa

Dalam penelitian ini, tujuannya adalah mencoba untuk mengetahui praktik pembiayaan murabahah di Kopma UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta; mengetahui aplikasi pembiayaan

Puji syukur ke Hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Profil Protein Ekstrak Biji

Khlorin bereaksi dengan lignin secara Oksidasi dan substitusi. Reaksi-reaksi ini mengeluarkan lignin dan oleh karena itu, beberapa akan terlarut dalam tahap Khlorinasi. Khlorin

Analisis data yang digunakan adalah analisis interaksi dengan Pujianto Kasidi secara langsung untuk mengetahui latar belakang pembuatan wayang beber karya Pujianto Kasidi, proses