• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA PRIA DEWASA DI INDONESIA EZRIA EKAFADHINA ADYAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA PRIA DEWASA DI INDONESIA EZRIA EKAFADHINA ADYAS"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN

PADA PRIA DEWASA DI INDONESIA

EZRIA EKAFADHINA ADYAS

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(2)

ABSTRACT

EZRIA EKAFADHINA ADYAS. Analysis of Water Intake and Nutritional Quality of Diet among Adult Males in Indonesia. Supervised by CLARA M. KUSHARTO and HARDINSYAH.

The objective of this research was to analyze water intake and nutritional quality of diet among adult males in Indonesia. This research was carried out through analyzing a data set of Riskesdas 2010. Data was collected in May-August 2010 by applying a cross-sectional study design. Research area consists of 441 regencies/cities of 33 provinces in Indonesia. The final data used in this research consists of 55946 samples from 62652 adult males (20-55 y) used by Riskesdas 2010. Data processing and analysis were conducted in Bogor in June-September 2011. The results showed that the mean of total water intake was 1757.5±589.9 mL/day in young adult (20-39 y) and 1797.5±586.7 mL/day in older adult (40-55 y). Percentage of water from beverages, food, and metabolism in young adult was 54.9±13.5%, 34.2±11.4%, and 10.9±3.5% respectively, while in older adult was 55.2±13.5%, 34.1±11.4%, and 10.1±3.4% respectively. The mean of total water requirement in young adult was 3369.2±417.2 mL/day and 3214.4±399.5 mL/day in older adult. The adequate level of total water intake was 52.9±19.0% and 56.8±20.0% in young and older adult, respectively (p<0.01). Half of samples (49.4%) nutritional quality of diet scores were in very low category. The mean of nutritional quality of diet score in young and older adult was 55.4±13.9 and 56.4±14.0, respectively. Water intake was associated (p<0.01) with education (r=0.019) and economic status (r=0.095). Nutritional quality of diet score was also associated (p<0.01) with education (r=0.148) and economic status (r=0.200). Independent sample t test showed that there was a significant difference of water intake and nutritional quality of diet score between samples who lived in urban and rural area.

Keywords: Adult, water intake, water requirement, water adequacy level, nutritional quality of diet

(3)

RINGKASAN

EZRIA EKAFADHINA ADYAS. Analisis Asupan Air dan Mutu Gizi Asupan Pangan pada Pria Dewasa di Indonesia. (Dibimbing oleh CLARA M. KUSHARTO dan HARDINSYAH)

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada pria dewasa (20-55 tahun) di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus yaitu (1) menganalisis asupan air pada pria dewasa, (2) menganalisis kebutuhan dan tingkat kecukupan air pada pria dewasa, (3) menganalisis mutu gizi asupan pangan pada pria dewasa, (4) menganalisis hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada pria dewasa.

Penelitan ini menggunakan data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, sehingga desain penelitian secara keseluruhan mengacu pada desain penelitian tersebut (cross-sectional study). Wilayah penelitian terdiri atas 441 kabupaten/kota yang tersebar di 33 provinsi. Pengumpulan data oleh tim Riskesdas dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2010. Pengolahan, analisis dan interpretasi data dilakukan pada bulan Juni–September 2011.

Data sekunder yang digunakan diperoleh dalam bentuk electronic file berupa entry data dan hasil pengolahan tim Riskesdas 2010. Data karakteristik sosial ekonomi keluarga, antropometri, dan konsumsi pangan diperoleh dari entry data kuesioner Riskesdas, sedangkan data status ekonomi, serta konsumsi zat gizi diperoleh dari hasil pengolahan tim Riskesdas 2010.

Jumlah keseluruhan sampel Riskesdas 2010 sebanyak 251388 orang. Sebanyak 62652 sampel adalah pria dewasa. Proses cleaning dilakukan terhadap sampel yang tidak memiliki data konsumsi pangan, berat badan, dan tinggi badan. Proses cleaning juga dilakukan terhadap sampel dengan asupan air dari makanan dan minuman 0 mL, serta konsumsi energi kurang dari 3% dan lebih dari 300% dari BMR. Tingkat kecukupan zat gizi yang lebih dari 400% kebutuhan juga menjadi dasar dalam proses cleaning sampel. Setelah dilakukan cleaning, jumlah sampel yang digunakan sebanyak 55946 orang pria dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Sampel dikelompokkan menjadi dewasa muda (20-39 tahun) dan madya (40-55 tahun).

Sumber utama asupan air sampel berasal dari minuman dengan rata-rata 989.8±466.1 mL pada dewasa muda dan 1017.0±469.7 mL pada dewasa madya. Air dari makanan menyumbangkan sebesar 585.3±277.9 mL pada dewasa muda dan 598.0±277.6 mL pada dewasa madya, sedangkan air metabolik menyumbangkan 182.3±63.5 mL pada dewasa muda dan 182.5±62.1 mL pada dewasa madya. Rata-rata total asupan air yang didapatkan dari ketiga sumber tersebut pada dewasa muda dan madya masing-masing sebesar 1757.5±589.9 mL dan 1797.5±586.7 mL. Hasil uji beda t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara total asupan air dewasa muda dan madya (p<0.01). Rata-rata estimasi asupan air dari minuman sebesar 1791.1±739.4 mL pada dewasa muda dan 1821.3±737.3 mL pada dewasa madya, sehingga didapatkan rata-rata total asupan air sebesar 2558.7±1056.4 mL pada dewasa muda dan 2601.8±1053.2 mL pada dewasa madya.

Rata-rata kebutuhan air dewasa muda sebesar 3369.2±417.2 mL, sedangkan pada dewasa madya sedikit lebih rendah, yaitu sebesar 3214.4±399.5 mL. Konsumsi air sampel hanya memenuhi 52.9±19.0% dari kebutuhan dewasa muda dan 56.8± 20.0% dari kebutuhan dewasa madya.

(4)

Perbedaan tingkat kecukupan air dewasa muda dan madya signifikan (p<0.01) berdasarkan uji beda t.

Skor mutu gizi asupan pangan (MGP) sampel paling banyak masuk dalam kategori sangat kurang, yaitu 50.3% pada kelompok dewasa muda, dan 47.9% pada kelompok dewasa madya. Dewasa muda dengan kategori skor MGP kurang sebanyak 34.3%, sedangkan dewasa madya sebanyak 34.8%. Selebihnya 12.8% dewasa muda dan 14.0% dewasa madya masuk dalam kategori cukup, serta hanya 2.6% dewasa muda dan 3.2% dewasa madya dalam kategori baik. Hasil uji beda t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara MGP dewasa muda dan madya (p<0.01).

Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0.01) antara pendidikan terakhir dengan asupan air (r=0.019) dan MGP (r=0.148). Hubungan yang signifikan (p<0.01) juga ditunjukkan antara status ekonomi dengan asupan air (r=0.095) dan MGP (r=0.200).

Pengumpulan data konsumsi pangan pada Riskesdas di masa datang sebaiknya mengumpulkan data konsumsi yang lebih komperhensif dengan fokus tidak hanya pada asupan makanan, tetapi juga asupan minuman. MGP pria dewasa pada umumnya masih rendah, terutama karena rendahnya asupan zat gizi mikro, sehingga perlu diperbaiki dengan peningkatan konsumsi pangan hewani, buah, dan sayur.

(5)

ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN

PADA PRIA DEWASA DI INDONESIA

EZRIA EKAFADHINA ADYAS

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(6)

Judul Skripsi : Analisis Asupan Air dan Mutu Gizi Asupan Pangan pada Pria Dewasa di Indonesia

Nama : Ezria Ekafadhina Adyas NIM : I14070132

Disetujui :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. drh. Clara M. Kusharto, M.Sc Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS NIP: 19510719 198403 2 001 NIP: 19590807 198303 1 001

Diketahui,

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP: 19621218 198703 1 001

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ithaca New York, Amerika Serikat, pada tanggal 8 Mei 1990. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari Bapak Dasmansyah Adyas, MBA dan Ibu Prof. Satriyas Ilyas, PhD. Penulis mengawali pendidikan di Play Group Geneva New York, pada tahun 1991-1993. Tahun 1995, penulis bersekolah di TK Tri Bhakti Bogor, kemudian melanjutkan studi di SDN Sukadamai 3 pada tahun 1995-2001. Tahun 2001-2004 penulis menempuh pendidikan menengah pertama di SMPN 5 Bogor, kemudian menempuh pendidikan menengah atas pada tahun 2004-2007 di SMAN 6 Bogor. Pada tahun 2007, penulis diterima di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur SPMB.

Semasa kuliah, penulis pernah menjabat sebagai Ketua Divisi Kartunis Majalah Emulsi tahun 2008-2009, anggota Klub Kulinari Himagizi 2008-2010, dan Pimpinan Redaksi Majalah Emulsi tahun 2009-2010. Penulis juga ikut serta dalam berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan oleh Himagizi, BEM FEMA, Emulsi, dan Ilmagi. Penulis terpilih sebagai Best Crew Emulsi periode 2008-2009. Penulis menjadi juara favorit dalam Business Plan FEMA 2008-2009. Penulis juga pernah menjadi juri karikatur pada IPB Art Contest 2010.

Penulis menjalani Kuliah Kerja Profesi di Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, pada tahun 2010. Tahun 2011, penulis menjalani Internship Dietetik di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Penulis menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Ilmu Bahan Makanan dan Percobaan Makanan tahun ajaran 2011/2012.

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Asupan Air dan Mutu Gizi Asupan Pangan pada Pria Dewasa di Indonesia”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak atas bantuan dan saran yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. drh. Clara M. Kusharto, MSc selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi, yang telah membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis sejak masa awal perkuliahan dalam pengisian Kartu Rencana Studi, hingga penyelesaian penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas semua bimbingan, arahan, dan nasehatnya selama penyusunan skripsi ini, dan kepada Ibu dr. Yekti Hartati Effendi selaku dosen pemandu seminar sekaligus dosen penguji atas kritik dan sarannya dalam penulisan skripsi ini.

Terima kasih kepada April, Shifa, Chyntia, dan Meilita selaku pembahas seminar. Terima kasih juga kepada kedua orangtua (mommy dan bapak), serta Cornell, si adik semata wayang, atas doa, dukungan, semangat, nasehat, dan kasih sayang yang kalian berikan selama ini. Terima kasih kepada nenek, tante May, keluarga besar Ilyas Wahab, serta keluarga besar Ahmad Dahlan. Ita, Mutia, Desi, dan Cici, teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi ini, terima kasih, akhirnya perjuangan kita membuahkan hasil. Luminaire (Nonly, Ima, Aul, Yunda, Aomi, dan semuanya) juga Ruri Setianti yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih banyak, doa dan dukungan kalian sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, November 2011

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 3 Kegunaan ... 3 TINJAUAN PUSTAKA ... 4 Dewasa ... 4 Status Gizi ... 4

Air dalam Tubuh ... 5

Distribusi Cairan Tubuh ... 5

Regulasi Cairan Tubuh ... 6

Fungsi Air bagi Tubuh ... 7

Sumber Asupan Air bagi Tubuh Manusia ... 8

Kebutuhan Air Orang Dewasa ... 9

Ketidakseimbangan Cairan ... 10

Kecukupan Zat Gizi ... 11

Kecukupan Zat Gizi Makro ... 12

Kecukupan Zat Gizi Mikro ... 13

Mutu Gizi Asupan Pangan ... 14

KERANGKA PEMIKIRAN... 16

METODE ... 18

Desain, Tempat, dan Waktu ... 18

Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel ... 18

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 20

Pengolahan dan Analisis Data ... 21

Karakteristik Sosial Ekonomi ... 21

Status Gizi ... 22

Asupan Air dari Minuman ... 22

Asupan Air dari Makanan ... 23

(10)

Estimasi Asupan Air ... 23

Faktor Aktivitas ... 25

Kebutuhan Air dan Kebutuhan Energi ... 25

Tingkat Kecukupan Air ... 26

Kebutuhan Protein, Lemak, dan Karbohidrat ... 26

Kebutuhan Zat Gizi Mikro ... 26

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi ... 27

Mutu Gizi Asupan Pangan ... 27

Analisis Data ... 28

Definisi Operasional ... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

Karakteristik Sosial Ekonomi ... 30

Status Gizi ... 32

Asupan Air dari Minuman ... 33

Asupan Air dari Makanan ... 34

Asupan Air Metabolik ... 35

Total Asupan Air ... 36

Estimasi Asupan Air ... 37

Kebutuhan dan Tingkat Kecukupan Air ... 38

Asupan Zat Gizi Makro dan Mikro ... 39

Tingkat Kecukupan Zat Gizi Makro dan Mikro ... 41

Mutu Gizi Asupan Pangan ... 45

Hubungan Antar Variabel ... 47

Implikasi pada Riskesdas dan Program Mendatang ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

Kesimpulan ... 50

Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kadar air tubuh total terhadap berat badan ... 5 Tabel 2 Variabel, cara pengumpulan, dan sumber data ... 21 Tabel 3 Oxford equation untuk estimasi kebutuhan energi pria dewasa

menurut status gizi ... 25 Tabel 4 Angka kecukupan zat gizi mikro pria dewasa berdasarkan kelompok

usia ... 27 Tabel 5 Sebaran sampel pria dewasa menurut karakteristik individu dan

kelompok usia ... 31 Tabel 6 Status gizi pria dewasa menurut kelompok usia ... 32 Tabel 7 Rata-rata asupan air dari minuman (mL/Kap/hari) pada pria dewasa

menurut sumber dan kelompok usia ... 33 Tabel 8 Rata-rata asupan air dari makanan (mL) pada pria dewasa menurut

sumber dan kelompok usia... 34 Tabel 9 Rata-rata asupan zat gizi makro, energi, dan air metabolik per kapita

per hari pada pria dewasa menurut kelompok usia ... 35 Tabel 10 Asupan air pada pria dewasa mL per kapita per hari (%) menurut

sumber dan kelompok usia... 36 Tabel 11 Estimasi asupan air (mL) pada pria dewasa berdasarkan pendekatan

konsumsi makanan ... 37 Tabel 12 Tingkat kecukupan air pada pria dewasa menurut kelompok usia .... 39 Tabel 13 Asupan zat gizi per kapita per hari pada pria dewasa menurut

kelompok usia ... 40 Tabel 14 Tingkat kecukupan zat gizi per kapita per hari pada pria dewasa

menurut kelompok usia ... 42 Tabel 15 Skor mutu gizi asupan pangan (MGP) pada pria dewasa menurut

kelompok umur ... 46 Tabel 16 Hubungan antar variabel ... 47

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada pria dewasa di Indonesia ... 17 Gambar 2 Tahapan proses cleaning sampel ... 19 Gambar 3 Perhitungan estimasi total asupan air ... 24 Gambar 4 Grafik asupan air pada pria dewasa mL per kapita per hari (%)

menurut sumber dan kelompok usia ... 37 Gambar 5 Mutu gizi asupan pangan pada pria dewasa menurut usia ... 46

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Cara pengumpulan data karakteristik, antropometri dan recall pangan 1x24 jam oleh tim Riskesdas 2010………. 56 Lampiran 2 Kuesioner Riskesdas 2010………. 58 Lampiran 3 Jenis minuman yang kandungan airnya diperoleh dari daftar

komposisi pangan luar negeri………. 83 Lampiran 4 Uji beda-t (Independent sample t-test) menurut kelompok usia...84 Lampiran 5 Rata-rata (median) berat badan dan tinggi badan pria dewasa

menurut status gizi dan kelompok usia……… 85 Lampiran 6 Kebutuhan zat gizi makro, vitamin, dan mineral pada remaja

menurut kelompok usia……… 86 Lampiran 7 Jenis dan berat (g) minuman yang dikonsumsi lebih dari atau

sama dengan 1.0% sampel menurut kelompok usia……….. 87 Lampiran 8 Jenis dan berat (g) makanan yang dikonsumsi lebih dari atau

sama dengan 1.0% sampel menurut kelompok usia……….. 88 Lampiran 9 Uji beda-t (Independent sample t-test) menurut daerah perkotaan

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tubuh tidak dapat bertahan hidup tanpa air. Setiap harinya, tubuh membutuhkan air dalam jumlah yang lebih banyak dibanding zat gizi lainnya. Air memiliki peran pada hampir seluruh proses tubuh termasuk pencernaan, penyerapan, sirkulasi, dan pembuangan. Asupan air yang cukup bermanfaat untuk menghindari gangguan kesehatan (Mann & Stewart 2007) dan mempertahankan fungsi homeostatik tubuh. Fungsi homeostatik tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi ion hidrogen, konsentrasi air dan elektrolit, tekanan osmotik, suhu dan keseimbangan lain dalam cairan intestin (Poedjiadi 2006).

Minuman adalah sumber asupan utama cairan tubuh, namun tubuh juga mendapat asupan air dari sumber lain. Proses metabolik yang terjadi di dalam tubuh, dan air yang terkandung di dalam makanan merupakan sumber asupan air selain minuman (Barasi 2009). Asupan air dari minuman yang biasa dikonsumsi adalah sekitar 550-1500 mL (Mann & Stewart 2007). Asupan air tersebut dibutuhkan tubuh untuk menjaga kondisi homeostatis karena adanya cairan tubuh yang terbuang. Hydration for Health (2010) menyatakan bahwa tubuh kehilangan sekitar 2.6 L air melalui urin, feses, kulit (keringat), dan paru-paru (pernapasan).

Kebutuhan air berbeda-beda pada setiap individu, bergantung pada usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, suhu dan kelembaban lingkungan, serta aktivitas fisik (Praboprastowo & Dwiriani 2004). Asupan air yang kurang dari kebutuhan dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi adalah kondisi kekurangan cairan tubuh akibat jumlah air yang dikonsumsi tidak seimbang dengan jumlah air yang keluar dari tubuh.

Penelitian-penelitian mengenai dehidrasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar individu mengalami kekurangan cairan akibat kurangnya konsumsi air. Penelitian yang dilakukan oleh The Indonesian Hydration Study (THIRST) pada tahun 2008 terhadap 400 sampel menunjukkan kejadian dehidrasi sebanyak 15-42% (Messwati 2009). Penelitian THIRST pada tahun 2009 menunjukkan bahwa sebanyak 46% dari 1200 sampel remaja dan dewasa mengalami dehidrasi ringan (Hardinsyah et al. 2009)

Selain minuman, asupan makanan juga perlu diperhatikan pemenuhannya. Asupan makanan tidak hanya untuk menghilangkan rasa lapar

(15)

ataupun memenuhi selera, tetapi juga harus mencukupi kebutuhan gizi. Kecukupan gizi seseorang dapat dilihat dari mutu pangan yang dikonsumsinya. Bahan pangan yang dikonsumsi seseorang baik berupa makanan maupun minuman, dapat ditentukan mutunya berdasarkan mutu gizi asupan pangan (MGP). MGP merupakan persentase asupan zat gizi terhadap kecukupan atau kebutuhannya. Penentuan MGP didasarkan pada jumlah zat gizi yang tersedia untuk dikonsumsi terhadap kebutuhan dan nilai biologisnya (Hardinsyah & Atmojo 2001, Jadhav & Vali 2010). Pengukuran MGP telah dilakukan di beberapa negara, seperti India yang mengukur MGP suplemen pada anak usia preschool (Jadhav & Vali 2010), sedangkan Hardinsyah et al (2000) menilai MGP pada ibu hamil dan balita di Indonesia.

Asupan zat gizi yang diperoleh dari minuman maupun makanan yang dikonsumsi perlu diperhatikan. Perhatian ini ditujukan pada setiap tahapan hidup manusia, termasuk tahapan dewasa. Usia dewasa, merupakan usia yang paling produktif dibanding usia lainnya dalam siklus hidup manusia. Pada tahapan dewasa, aktivitas seseorang akan meningkat. Peningkatan aktivitas ini seharusnya diimbangi dengan pemenuhan zat gizi dari makanan dan minuman yang sesuai dengan kebutuhan.

Selain peningkatan aktivitas, ukuran tubuh yang cenderung meningkat juga mempengaruhi kebutuhan zat gizi. Pria dewasa umumnya memiliki aktivitas yang lebih tinggi dan ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan wanita dewasa. Pemberian diet pada usia dewasa, berbeda dengan usia sebelumnya, tujuan utamanya lebih mengarah pada peningkatan derajat kesehatan, serta memperlambat terjadinya proses penuaan. Pemilihan jenis makanan yang tepat serta asupan air dalam jumlah yang cukup akan sangat membantu dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut (Brown 2008).

Asupan air dan MGP yang tidak sesuai dengan kebutuhan dapat menimbulkan berbagai permasalahan. Permasalahan tersebut tidak hanya berdampak pada kesehatan tetapi juga kinerja dan kualitas sumber daya manusia. Penelitian yang telah dilakukan mengenai asupan air dan MGP masih kurang mengimbangi permasalahan yang ditimbulkan. Penelitian mengenai asupan air dan MGP pada pria dewasa juga belum pernah dilakukan dalam skala nasional, oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai asupan air dan MGP pada pria dewasa di Indonesia sehingga diharapkan dapat memberikan informasi guna meminimalisir permasalahan yang ditimbulkan.

(16)

Tujuan

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada pria dewasa di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus yaitu (1) menganalisis asupan air pada pria dewasa di Indonesia, (2) menganalisis kebutuhan air dan tingkat kecukupan air pada pria dewasa di Indonesia, (3) menganalisis mutu gizi asupan pangan pada pria dewasa di Indonesia, (4) menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi dengan asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada pria dewasa di Indonesia.

Kegunaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan air serta MGP pada pria dewasa di Indonesia. Informasi yang diberikan melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat mengenai kecukupan asupan cairan dan MGP untuk meningkatkan kualitas hidup. Penelitian ini juga dapat menjadi referensi bagi pemerintah dan pihak terkait untuk memperhatikan asupan air dan MGP pada pria dewasa.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Dewasa

Istilah dewasa (adult) berasal dari istilah latin adultus yang memiliki arti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. WHO (2009) mengklasifikasikan dewasa dalam usia 20 sampai 60 tahun. Masa dewasa terdiri dari tiga fase, yaitu dewasa dini, dewasa madya, dan dewasa lanjut (Hurlock 2004).

Masa dewasa dini dimulai pada usia 18 tahun hingga 40 tahun, saat terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 sampai 60 tahun, yakni saat menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang. Masa dewasa madya, dilihat dari sudut posisi usia dan terjadinya perubahan fisik maupun psikologis, memiliki banyak kesamaan dengan masa remaja. Secara fisik, pada masa remaja terjadi perubahan yang sangat pesat yang berpengaruh pada kondisi psikologisnya, sedangkan masa dewasa madya perubahan kondisi fisik yang terjadi berupa penurunan/kemunduran, yang juga akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Masa dewasa lanjut dimulai pada umur 60 tahun keatas hingga kematian, saat kemampuan fisik dan psikologis cepat menurun (Hurlock 2004).

Orang dewasa sangat memperhatikan tujuan mereka dalam mengonsumsi suatu makanan, baik sebagai penghasil tenaga, kesenangan, kenyamanan, simbol tradisi, atau perayaan tertentu. Orang dewasa tidak luput dari permasalahan dalam upaya pemenuhan kebutuhan gizi. Permasalahan utama yang dihadapi orang dewasa adalah aktivitas dan kesibukan yang tinggi sehingga terkadang pemenuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan sering terabaikan (Brown 2008).

Status Gizi

Status gizi seseorang dapat ditentukan melalui pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri meliputi pengukuran berat dan tinggi badan, pengukuran lingkar bagian tubuh, serta pengukuran ketebalan kulit. Pengukuran berat dan tinggi badan digunakan untuk menghitung indeks massa tubuh (IMT) pada orang dewasa, dan sebagai indikator tubuh kurus (wasting) dan tubuh

(18)

pendek (stunting) pada anak. Pengukuran menggunakan IMT paling banyak digunakan karena paling sederhana, namun ukuran IMT memiliki kelemahan yaitu hubungan antara kelebihan berat dan deposit lemak mungkin tidak berlaku bagi individu berotot, serta pada lansia yang mengalami pengurangan tinggi badan dapat memberikan hasil pengukuran yang tidak tepat. Dewasa yang memiliki IMT<18.5 kg/m2 dapat menjadi indikator adanya defisiensi energi kronik karena kurang makan atau penyakit kronik, sedangkan IMT<17.0 kg/m2 dapat berdampak pada kemampuan fisik yang berkurang serta memungkinkan peningkatan kerentanan terhadap penyakit (Barasi 2009).

Air dalam Tubuh

Air adalah salah satu zat gizi esensial. Tanpa makanan, tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu, namun tidak dapat bertahan lebih dari 10 hari tanpa air (Barasi 2009). Air merupakan komponen utama pada tubuh manusia. Yuniastuti (2008) serta Whitney dan Rolfes (2008) menyatakan bahwa komposisi air pada tubuh manusia bervariasi, misalnya sekitar 80% dari berat badan (pada bayi dengan low birth weight), sekitar 70-75% dari berat badan (pada bayi neonatus), sekitar 65% dari berat badan (pada anak). Kandungan air di dalam tubuh menurut Almatsier (2009), berkurang selama proses penuaan, karena adanya kehilangan cairan ekstraseluler. Komposisi air pada tubuh dewasa menjadi sekitar 55-60% sedangkan pada usia tua sekitar 50% dari bagian tubuh tanpa lemak (lean body mass). Tabel 1 menunjukkan kadar air tubuh berdasarkan usia dan jenis kelamin. Selain usia, faktor lain yang mempengaruhi perbedaan komposisi air di dalam tubuh manusia adalah proporsi jaringan tubuh. Tubuh atlet misalnya, memiliki komposisi air lebih banyak di tubuhnya karena proporsi jaringan ototnya lebih tinggi. Kandungan air di dalam sel otot lebih tinggi dibandingkan di dalam sel lemak, sehingga total cairan tubuh pada individu obesitas lebih rendah daripada yang tidak gemuk (UPK-PKB 2007).

Tabel 1 Kadar air tubuh total terhadap berat badan

Usia Jenis kelamin

Pria Wanita 10-18 59% 57% 18-40 61% 51% 40-60 55% 47% >60 52% 46% Sumber: UPK-PKB (2007)

(19)

Distribusi Cairan Tubuh

Cairan tubuh terdapat dalam dua kompartemen besar, yaitu cairan intrasel dan ekstrasel. Cairan intrasel adalah cairan yang terdapat dalam sel tubuh. Sekitar 60% dari cairan tubuh total berupa cairan intrasel. Persentase cairan intrasel pada usia dewasa lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak karena jumlah sel semakin banyak dan ukuran sel lebih besar. Cairan intrasel berperan pada proses menghasilkan, menyimpan, penggunaan energi, serta proses perbaikan sel. Cairan intrasel juga berperan dalam proses replikasi serta sebagai cadangan air untuk mempertahankan volume dan osmolalitas cairan ekstrasel (UPK-PKB 2007).

Cairan ekstrasel terletak di luar sel tubuh. Cairan ekstrasel terdiri dari cairan intersistium (cairan antar sel), cairan intravaskuler (cairan dalam pembuluh darah), serta cairan trans-sel (cairan dalam rongga khusus, seperti otak, bola mata, dan sendi). Cairan ekstrasel berperan sebagai pengantar semua keperluan sel, misalnya zat gizi dan oksigen. Cairan ekstrasel juga berperan sebagai pengangkut CO2, sisa metabolisme, serta bahan toksik (UPK-PKB 2007).

Tingginya komposisi air dalam tubuh manusia menyebabkan cairan harus dikonsumsi setiap harinya untuk menjaga asupan tubuh dan mengganti cairan yang keluar dari tubuh berupa urin, keringat, uap air, maupun cairan yang keluar bersama tinja (Brown 2000 & Irianto 2007). Minuman, makanan, dan hasil metabolisme merupakan sumber air bagi tubuh manusia (Santoso et al 2011). Minuman memiliki kontribusi paling besar dalam pemenuhan kebutuhan cairan manusia (Brown 2000). Third National Health and Nutrition Survey (NHANES III) dalam Manz dan Wentz (2005) menyatakan bahwa sekitar 80% total asupan air diperoleh dari minuman, sedangkan sisanya diperoleh dari makanan.

Regulasi Cairan Tubuh

Keseimbangan air tubuh dikontrol dengan pengaturan masukan dan ekskresi cairan. Secara normal, masukan air dipengaruhi oleh rasa haus, yang merupakan pertahanan utama terhadap kekurangan cairan. Rasa haus merupakan keinginan yang sadar untuk minum air yang diatur oleh suatu pusat di midhipotalamus (Adelman & Solhung 1999). Namun, selain karena adanya rasa haus, manusia juga mengonsumsi cairan karena alasan kesukaan seperti saat mengonsumsi minuman manis dan alkohol (Popkin et al. 2010).

Keseimbangan cairan tubuh diatur oleh mekanisme homeostatis yang dipengaruhi oleh status cairan tubuh. Defisiensi air meningkatkan konsentrasi

(20)

ionik pada kompartemen ekstraseluler yang meyebabkan sel-sel mengerut. Pengerutan sel dideteksi oleh dua sensor otak, yang satu mengontrol minum dan yang lain mengontrol ekskresi urin (Popkin et al. 2010). Ekskresi cairan atau kehilangan air tubuh dapat terjadi melalui paru-paru, kulit, traktus gastrointestinal, dan ginjal. Kehilangan wajib merupakan volume cairan minimum yang harus dicerna setiap hari untuk mempetahankan keseimbangan cairan (Adelman & Solhung 1999).

Fungsi Air bagi Tubuh

Air memiliki fungsi vital di dalam tubuh. Menurut Almatsier (2009) dan Barasi (2009), air di dalam tubuh berperan dalam melarutkan zat-zat gizi serta mengangkut zat gizi tersebut ke seluruh bagian tubuh. Air berperan dalam mengangkut sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, kulit, dan ginjal. Air juga berperan dalam upaya mempertahankan gradien osmotik. Menurut UPK-PKB (2007) air adalah media utama reaksi intrasel. Air merupakan katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel, termasuk dalam saluran cerna. Air merupakan pelarut terbaik pada solut polar dan ionik. Air merupakan media transpor pada sistem sirkulasi, ruang intravaskuler, intersistium, dan intrasel.

Menurut Almatsier (2009) dan Barasi (2009), air berperan dalam memecah atau menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana. Air merupakan pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh. Sebagai bagian dari jaringan tubuh, air bahkan diperlukan untuk pertumbuhan sebagai zat pembangun. Sebagian panas yang dihasilkan dari metabolisme energi diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh pada 37 oC sehingga kerja enzim dapat didukung secara optimal. Kelebihan panas yang diperoleh dari metabolisme energi perlu segera disalurkan ke luar. Pengeluaran kelebihan panas ini dilakukan melalui keringat, yaitu proses penguapan air dari permukaan tubuh. Tubuh setiap waktu mendinginkan diri melalui penguapan air.

Organ-organ tubuh terlindung dari benturan berkat air yang terkandung di dalam mata, jaringan saraf tulang belakang, dan kantung ketuban. Air berperan dalam memelihara kelembaban membran mukosa. Air mempengaruhi osomolaritas jaringan melalui perannya dalam usaha mempertahankan volume dan hematokrit darah, volume cairan ekstraseluler dan intraseluler. Air juga berperan dalam fungsi ginjal yang bergantung pada tekanan perfusi yang

(21)

adekuat. Pada proses pencernaan makanan, air juga memiliki peran penting, mulai dari ingesti, pencernaan, sampai absorbsi makanan. Air juga berperan dalam produksi berbagai zat untuk disekresi, pergerakan di sepanjang saluran cerna, dan pembuangan sisa makanan.

Sumber Asupan Air bagi Tubuh Manusia

Manusia memenuhi kebutuhan air dari luar tubuh melalui minuman dan makanan. Minuman memiliki kontribusi tertinggi dalam pemenuhan kebutuhan air pada tubuh manusia. Penelitian Fauji (2011) di Indonesia yang dilakukan terhadap 1200 sampel di kota-kota tertentu, menunjukkan persentase konsumsi cairan yang berasal dari makanan dan metabolik pada pria dewasa sebesar 28.1%, dan pada wanita dewasa sebesar 26.2%, sedangkan persentase konsumsi cairan dari minuman pada pria dewasa 71.9%, dan wanita dewasa 73.8%.

Studi yang dilakukan terhadap populasi dewasa di Amerika Serikat menunjukkan asupan air dari makanan sebesar 28%, sedangkan asupan air dari minuman sebesar 72%. Jenis minuman yang banyak dikonsumsi menurut IOM (2004) dalam Santoso et al. (2011) sebanyak 28% berupa air putih, sedangkan 44% berupa minuman lainnya seperti minuman bersoda, minuman new age (misalnya, minuman isotonik, nutraceutical, minuman berenergi, minuman untuk kecerdasan), minuman dari sayur dan buah (misalnya jus), minuman aromatik (kopi dan teh), susu, dan alkohol. Teh dan kopi merupakan sumber asupan air tertinggi setelah air putih. Teh dan kopi menyumbangkan 32% asupan air dari minuman berdasarkan studi di Singapura (AFIC 1998).

Jumlah asupan air dari makanan sebanyak 700-1000 mL per hari, tergantung pada pola konsumsi makan. Jika seseorang banyak mengonsumsi makanan lembek atau cair, sayur dan buah termasuk salad, maka asupan cairan tubuh yang bersumber dari makanan akan lebih tinggi. Sebaliknya, jika seseorang lebih banyak mengonsumsi makanan dari produk serealia, tepung dan daging yang kering, maka asupan air dari makanan menjadi lebih rendah (Santoso et al. 2011). Makanan pokok orang Indonesia menyumbangkan 46% asupan air, sedangkan buah dan sayur menyumbangkan 30% asupan air. Makanan pokok orang Indonesia pada umumnya adalah nasi yang mengandung kadar air 25-35%, sementara buah meskipun kadar airnya tinggi, dikonsumsi dalam jumlah yang relatif sedikit (Hardinsyah et al. 2010).

(22)

Menurut Muchtadi et al. (1993), selain asupan dari luar tubuh berupa minuman dan makanan, tubuh manusia juga memperoleh asupan air dari dalam tubuh yang diperoleh dari proses metabolisme, meskipun jumlahnya relatif sedikit. Menurut Verdu (2009) proses metabolisme air dapat digambarkan sebagai berikut:

C6H12O6 + O2 ATP + CO2 + H2O

(Glukosa)

CH3-(CH2)14-COOH + O2 ATP + CO2 + H2O

(Asam palmitat) NH2

H2N-CH-COOH + O2 ATP + CO2 + H2O+O=C

|

R NH2

(Asam amino)

CH3-CH2OH + O2 ATP + CO2 + H2O

(Etanol)

Jumlah air yang dihasilkan sangat ditentukan oleh banyaknya energi yang dihasilkan makanan. Semakin banyak energi dari karbohidrat maka semakin banyak pula air metabolik yang dihasilkan (Whitney & Rolfes 2008). Jumlah air yang dihasilkan dari proses metabolisme lemak sebanyak 1.07 mL/1 g, sedangkan pada metabolisme protein dan karbohidrat masing-masing sebanyak 0.41 mL/1 g dan 0.55 mL/1 g (Verdu 2009).

Kebutuhan Air Orang Dewasa

Manusia membutuhkan air untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh. Tubuh menjaga keseimbangan cairan dengan mengganti cairan yang hilang melalui urin, feses, kulit, dan paru-paru (Barasi 2009). Kebutuhan air dipengaruhi oleh usia, berat badan, asupan energi, dan luas permukaan tubuh (Praboprastowo & Dwiriani 2004). Suhu lingkungan turut mempengaruhi kebutuhan air. Kebutuhan cairan di daerah dengan suhu 40 oC dapat menjadi lebih tinggi daripada di daerah dengan suhu 20 oC (Sawka et al. 2005).

Kebutuhan air meningkat seiring bertambahnya usia, kebutuhan cairan sebanyak 0.6 L pada bayi akan meningkat menjadi sekitar 1.7 L pada anak-anak. Selain faktor usia, kebutuhan cairan juga dipengaruhi oleh faktor aktivitas. Aktivitas fisik akan meningkatkan pengeluaran cairan akibat meningkatnya suhu tubuh (Sawka et al. 2005). Menurut Howard dan Bartram (2003), rekomendasi terhadap kebutuhan cairan pria dewasa pada kondisi normal adalah sebanyak 2.9 L per hari, dan menjadi 4.5 L per hari pada pekerja kasar yang bekerja di suhu tinggi.

(23)

Pada orang dewasa, kebutuhan air harian sekitar 2.5 L untuk aktivitas ringan, seperti duduk, dan meningkat hingga 3.2 L jika melakukan aktivitas sedang, sedangkan pada dewasa yang lebih aktif dan tinggal di daerah dengan suhu hangat kebutuhan airnya sekitar 6 L (Sawka et al. 2005). Kebutuhan air berdasarkan AKG (2004) sebanyak 2.5 L pada pria usia 19-29 tahun, 2.4 L pada pria usia 30-49 tahun, dan 2.3 L pada pria usia 50-64 tahun. Asupan air harian berdasarkan rekomendasi The National Research Council (NRC) diacu dalam Sawka et al. (2005) sebesar 1 mL/Kal energi yang dikeluarkan. Kebutuhan air 1 mL/Kal merupakan kebutuhan air yang berasal dari konsumsi air, yaitu air dari makanan dan air dari minuman. Kebutuhan air yang berasal dari total asupan air dari makanan, minuman dan air metabolik pada pria dewasa adalah sebesar 1.3 mL/Kal (Manz & Wentz 2005).

Ketidakseimbangan Cairan

Keseimbangan cairan tubuh adalah usaha untuk mempertahankan jumlah volume cairan yang terdapat dalam kompartemen ekstrasel dan intrasel selalu dalam keadaan tetap. Keseimbangan cairan tubuh dipengaruhi oleh jumlah cairan yang masuk dan keluar tubuh, proses difusi melalui membran sel, serta tekanan osmotik yang dihasilkan oleh elektrolit pada kedua kompartemen. Ketidakseimbangan cairan mengindikasikan hubungan yang tidak seimbang antara asupan cairan dan kehilangan cairan. Dehidrasi merupakan pertanda adanya keseimbangan negatif pada cairan tubuh atau menurunnya kandungan air tubuh hingga 2-6% (Messwati 2009). Gavin (2006) serta Mann dan Stewart (2007) menyatakan bahwa dehidrasi disebabkan meningkatnya cairan tubuh yang hilang melalui ginjal dan pencernaan, berkurangnya asupan air, atau gabungan keduanya.

Rasa haus adalah sinyal untuk mengonsumsi cairan tambahan. Rasa haus dipicu oleh menurunnya volume cairan tubuh, yang merupakan pertanda telah terjadi dehidrasi (Barasi 2009). Rasa haus tersebut harus segera direspon dengan meminum air dalam jumlah yang cukup, jika tidak keadaannya akan kian memburuk. Bertambahnya usia seseorang akan melemahkan respon terhadap rasa haus ini, akibatnya terjadi rasa lemah, lemas, letih, hilang kesadaran, bahkan kematian (Whitney & Rolfes 2008).

Le Bellego (2009) diacu dalam Messwati (2009) menyatakan bahwa untuk menghindari dehidrasi volume cairan yang perlu diminum oleh setiap orang berbeda-beda jumlahnya. Kebijakan setiap negara terhadap anjuran konsumsi

(24)

cairan pun berbeda. WHO menganjurkan konsumsi cairan 1500 mL per hari, sementara Meksiko menganjurkan 2000 mL per hari, dan Kanada 3000 mL per hari.

Dehidrasi dapat menimbulkan gejala yang bervariasi sesuai dengan tingkatan dehidrasinya. Dehidrasi ringan menimbulkan gejala haus, lelah, kulit kering, serta mulut dan tenggorokan kering. Dehidrasi tingkat sedang dapat mengakibatkan detak jantung menjadi cepat, pusing, tekanan darah rendah, lemas, urin pekat dan berkurang volumenya. Dehidrasi tingkat berat mengakibatkan kejang, lidah membengkak, dan kegagalan fungsi ginjal (Mann & Stewart 2007).

The Indonesian Regional Hydration Study (THIRST) pada tahun 2009 melakukan penelitian mengenai status hidrasi pada remaja dan dewasa dengan kondisi wilayah ekologi yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah remaja yang mengalami dehidrasi ringan lebih tinggi, yakni 49.5% dibandingkan dewasa 42.5%. Angka kejadian di dataran rendah lebih tinggi, yakni 52.9% lebih tinggi dibanding dataran tinggi 39.3%. Masalah ini terjadi akibat rendahnya pengetahuan sampel mengenai air minum (Hardinsyah et al. 2010).

Kondisi lain yang mengindikasikan ketidakseimbangan cairan adalah asupan air yang berlebihan. Asupan cairan yang berlebih tidak dianjurkan pada kondisi tertentu, seperti peningkatan hormon ADH, penyakit ginjal kronik, gagal jantung, dan kadar albumin dalam serum rendah. Asupan air yang berlebihan juga tidak dianjurkan kelompok usia lanjut. Asupan air lebih dari 1500 mL/24 jam berpotensi menimbulkan hiponatremia pada usia lanjut (Siregar et al 2009 dalam Santoso et al 2011).

Kecukupan Zat Gizi

Kecukupan zat gizi merupakan nilai yang menggambarkan asupan zat gizi terhadap pemenuhan kebutuhan zat gizi. Asupan zat gizi yang tidak sesuai kebutuhan dapat menyebabkan malgizi, yang berujung pada kondisi kesehatan yang buruk dan penyakit terkait gizi (Barasi 2009). Gizi kurang dapat memberikan dampak fisiologis dan fungsional, seperti gangguan pertumbuhan, fungsi imun menurun dan risiko infeksi meningkat, perkembangan kognitif terganggu, kemampuan kerja menjadi terbatas, risiko penyakit kronik meningkat, cedera dan trauma sulit sembuh, serta pada kehamilan berdampak buruk bagi ibu dan bayi. Sebaliknya, kelebihan gizi juga memiliki dampak buruk bagi

(25)

kesehatan. Gizi lebih dan tidak seimbang dapat menimbulkan penyakit tidak menular-terkait gizi, misalnya diabetes mellitus tipe II, penyakit kardiovaskuler, dan sindrom metabolik, yang dapat berujung pada peningkatan morbiditas dan mortalitas.

Kecukupan Zat Gizi Makro

Zat gizi dibedakan menjadi zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro diperlukan dalam jumlah besar oleh tubuh, sedangkan zat gizi mikro diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit oleh tubuh. Karbohidrat, protein, dan lemak tergolong dalam zat gizi makro. Karbohidrat memiliki peran utama sebagai sumber energi dalam bentuk glukosa sementara protein berperan dalam pembekuan darah dan proses pertumbuhan dan pemeliharaan berbagai struktur tubuh (Barasi 2009).

Kualitas protein suatu bahan pangan dapat dilihat dari komposisi asam amino esensial yang dikandungnya. Protein yang mengandung semua jenis asam amino esensial dalam proporsi yang sesuai untuk keperluan pertumbuhan adalah protein yang memiliki nilai biologi tinggi. Protein hewani, kecuali gelatin, merupakan protein yang memiliki nilai biologi tinggi. Sebagian protein mengandung asam amino esensial dalam jumlah terbatas, yang cukup untuk perbaikan jaringan tubuh, namun tidak mencukupi untuk pertumbuhan. Asam amino yang terdapat dalam jumlah terbatas disebut asam amino pembatas. Metionin adalah asam amino pembatas pada kacang-kacangan, sedangkan lisin adalah asam amino pembatas pada beras (Gibney et al 2002).

Proporsi sumber asupan protein berbeda tergantung keadaan geografis, kondisi sosial ekonomi, serta faktor budaya. Di negara maju, protein hewani menyumbangkan 60-70% total asupan protein, sedangkan di negara berkembang, sekitar 60-80% asupan protein berasal dari protein nabati, yang didominasi asupan serealia (Gibney et al 2002). Menurut Hardinsyah et al. (2001) dalam Hardinsyah dan Tambunan (2004) kontribusi energi dari protein hewani di Indonesia terhadap total energi relatif rendah, hanya sebesar 4%. Kontribusi energi dari protein terhadap total energi seharusnya sekitar 15% (FAO RAPA 1989 dalam Hardinsyah & Tambunan 2004).

Zat gizi makro memiliki peran penting sebagai penghasil energi bagi tubuh. Lemak merupakan penyumbang energi terbesar yaitu sebanyak 9 Kal/g atau 2.5 kali lebih banyak dibandingkan jumlah energi yang dihasilkan karbohidrat dan lemak (Almatsier 2009). Hasil studi di Inggris menunjukkan

(26)

bahwa kelompok pangan serealia dan produk olahannya merupakan penyumbang energi utama pada diet (Barasi 2009).

Kecukupan Zat Gizi Mikro

Zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral. Vitamin merupakan zat organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil agar tubuh dapat berfungsi normal. Vitamin dikelompokkan menjadi vitamin larut lemak (vitamin A, D, E, dan K) dan vitamin larut air (vitamin B kompleks dan vitamin C).

Menurut Gibney et al. (2002) vitamin A memiliki fungsi utama dalam penglihatan, defisiensi vitamin A dapat menimbulkan penyakit rabun senja dan xeropthalmia. Defisiensi vitamin A merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia, dan salah satu upaya paling preventif untuk mencegah kebutaan. Pangan hewani, terutama hati merupakan sumber vitamin A yang tinggi dalam bentuk retinol (Muhilal & Sulaeman 2004).

Vitamin B1 (tiamin) berperan dalam metabolisme yang menghasilkan energi, terutama metabolisme karbohidrat. Tiamin banyak ditemukan pada serealia dan berbagai jenis kacang, hati, jantung, ginjal, dan daging (Setiawan & Rahayuningsih 2004). Defisiensi tiamin dapat terjadi karena kurangnya konsumsi makanan, yang biasanya disertai kekurangan konsumsi energi. Defisiensi tiamin dapat menimbulkan penyakit yang mempengaruhi sistem saraf dan jantung. Penyakit tersebut dalam keadaan berat disebut beri-beri (Almatsier 2009).

Defisiensi vitamin B2 (riboflavin) adalah masalah kesehatan masyarakat yang cukup signifikan di banyak tempat di dunia (Gibney et al. 2002). Menurut Setiawan dan Rahayuningsih (2004) defisiensi riboflavin ditandai oleh beberapa gejala seperti, gangguan pertumbuhan, hilangnya nafsu makan, serta luka pada kulit. Susu dan produk olahannya merupakan sumber penting, yang menyediakan 25% atau lebih dari total asupan riboflavin dari diet. Pangan lain yang kaya akan riboflavin adalah telur, daging, dan ikan.

Vitamin B3 (niasin) dapat disintesis di dalam tubuh dari asam amino tryptophan (Gibney et al. 2002). Sumber niasin di dalam bahan pangan adalah produk whole grain, roti, susu, telur, daging, dan sayuran berwarna (Setiawan & Rahayuningsih 2004). Jika defisiensi niasin berkaitan dengan pellagra, defisiensi vitamin B12 menimbulkan pernicious anemia, sementara defisiensi asam folat berkaitan dengan anemia megaloblastik. Menurut Gibney et al. (2002) defisiensi vitamin B12 ditemukan hanya pada vegan, karena vitamin ini didapatkan dari pangan hewani. Vitamin B6 (piridoksin) banyak ditemukan di dalam khamir, hati,

(27)

ginjal, serealia tumbuk, kacang-kacangan, kentang, dan pisang. Defisiensi piridoksin menimbulkan gejala yang berkaitan dengan gangguan metabolisme protein.

Vitamin C (asam askorbat) ditemukan pada buah dan sayuran. Kurangnya asupan buah dan sayuran dapat menyebabkan asupan vitamin C ikut berkurang, yang mengakibatkan timbulnya gejala seperti scurvy. Kelebihan vitamin C dapat meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal (Setiawan & Rahayuningsih 2004).

Fosfor dapat ditemukan pada hampir semua bahan pangan, baik hewani maupun nabati, sehingga hipofosfatemia, atau defisiensi fosfor jarang terjadi. Asupan fosfor yang berlebih (hiperfosfatemia) dapat mempengaruhi penyerapan besi, tembaga, dan seng. Kelebihan fosfor jarang terjadi karena kelebihannya dikeluarkan melalui urin (Soekatri & Kartono 2004). Zat gizi memiliki peran penting dalam metabolisme tubuh. Asupan zat gizi yang tidak mencukupi kebutuhan dapat mengakibatkan defisiensi atau penyakit kurang gizi. Asupan zat gizi yang kurang dapat menganggu fungsi sistem imun dan kemampuan respon tubuh (Barasi 2009), bahkan dalam keadaan ekstrim menyebabkan penyakit dan kematian.

Mutu Gizi Asupan Pangan

Undang-Undang No 7 tahun 1996 menyatakan bahwa pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman.

Pangan adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia Manusia membutuhkan pangan bukan hanya untuk untuk menghilangkan rasa lapar dan memenuhi selera, tetapi juga memenuhi kebutuhan energi dan bahan bakar metabolik (Bender 2002). Pangan juga memiliki fungsi sosial dalam menjaga hubungan manusia dengan lingkungannya mulai dari tingkat keluarga hingga tingkat masyarakat (Sediaoetama 1996).

Peran pangan terhadap status gizi dan kesehatan individu dan masyarakat tidak terlepas dari mutu gizi asupan pangan (MGP) itu sendiri. MGP merupakan suatu gambaran yang memperlihatkan apakah suatu makanan dapat memenuhi kebutuhan dan tingkat ketersediaan biologis tubuh. MGP juga

(28)

diartikan sebagai presentase asupan zat gizi terhadap kecukupan atau kebutuhannya. Pengukuran MGP didasarkan pada jumlah zat gizi yang tersedia untuk dikonsumsi relatif terhadap kebutuhan dan nilai biologisnya (Hardinsyah & Atmojo 2001).

Kandungan gizi dalam pangan yang dikonsumsi dihitung dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). DKBM adalah daftar yang menunjukkan kandungan zat gizi dari berbagai jenis pangan dalam 100 g bagian yang dapat dimakan (BDD). Setelah diperoleh kandungan zat gizi tertentu dalam bahan pangan, kemudian dihitung pula tingkat kecukupan zat gizi tersebut. Penggunaan nilai tingkat kecukupan gizi lebih rasional dan mudah digunakan untuk menghitung MGP (Hardinsyah & Atmojo 2001).

(29)

KERANGKA PEMIKIRAN

Manusia membutuhkan pangan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan pangan bagi manusia bukan hanya sekedar untuk menghilangkan rasa lapar. Pangan juga digunakan manusia sebagai sumber zat gizi. Jumlah dan jenis zat gizi yang diperlukan oleh setiap orang berbeda-beda tergantung karakteristik individu.

Air adalah salah satu zat gizi yang sangat penting. Beberapa fungsi penting air menurut Mann dan Stewart (2007) adalah sebagai pengangkut zat gizi, berperan dalam reaksi metabolisme, sebagai pelarut vitamin dan mineral, mengatur suhu tubuh, serta pengatur tekanan darah. Pemenuhan kebutuhan cairan sehari-hari sangat penting untuk mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal.

Banyaknya air yang dibutuhkan oleh setiap individu berbeda-beda. Karakteristik individu seperti usia, jenis kelamin, dan berat badan sangat mempengaruhi kebutuhan air setiap orang. Kebutuhan air juga dipengaruhi oleh konsumsi makanan. Kebutuhan air yang berasal dari total asupan air dari makanan, minuman dan air metabolik pada pria dewasa adalah sebesar 1.3 mL/Kal (Manz & Wentz 2005). Pemenuhan kebutuhan air tersebut sangat diperlukan untuk menggantikan pengeluaran cairan dari pernafasan, kulit, ginjal, serta saluran pencernaan.

Hydration for Health (2010) menyatakan bahwa setiap hari, setidaknya 2.6 L air hilang melalui pernafasan, keringat, feses dan urin. Kebutuhan cairan tersebut dapat diperoleh dari asupan air yang berasal dari makanan, air hasil metabolisme tubuh, serta air dari minuman. Muchtadi et al. (1993) menyatakan bahwa air dikonsumsi dalam beberapa cara. Kebanyakan air diperoleh dari minuman, yaitu sekitar 1650 mL per hari dalam bentuk air, teh, kopi, soft drink, susu, dan sebagainya.

Selain air, makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia juga mengandung berbagai macam zat gizi seperti energi, karbohidrat, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), vitamin B3 (niasin), asam folat, vitamin B6 (piridoksin), vitamin B12 dan vitamin C. Kecukupan tubuh akan konsumsi zat gizi tersebut dapat diukur menggunakan mutu gizi konsumsi pangan (MGP).

(30)

Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada pria dewasa di Indonesia

Keterangan gambar :

: variabel yang diteliti : hubungan yang diteliti : hubungan yang tidak diteliti

Karakteristik sampel - Usia - Pendidikan - Status ekonomi Asupan air: - Air dari minuman - Air dari makanan - Air metabolik

Mutu gizi asupan pangan

- Asupan zat gizi

- Tingkat kecukupan zat gizi

(31)

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu

Penelitan ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia. Desain penelitian ini mengacu pada desain penelitian Riskesdas 2010 yaitu cross-sectional study dengan menganalisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan (MGP) penduduk dewasa Indonesia dengan jenis kelamin pria. Wilayah penellitian terdiri dari 441 kabupaten/kota yang tersebar di 33 provinsi. Pengumpulan data dilakukan oleh tim pengumpul data Riskesdas sejak bulan Mei-Agustus 2010. Pengolahan, analisis dan interpretasi data dilakukan pada bulan Juni–September 2011 di Bogor, Jawa Barat.

Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2010. Sampel Riskesdas 2010 di tingkat kabupaten/kota berasal dari 441 kabupaten/kota yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jumlah tersebut merupakan sebagian dari jumlah keseluruhan kabupaten/kota di Indonesia (497 kabupaten/kota). Sebanyak 56 kabupaten tidak termasuk ke dalam sampel Riskesdas karena daerah tersebut tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan dan terdapat 1 kabupaten di Provinsi Papua (Kabupaten Nduga) yang tidak dapat dikunjungi dalam periode waktu pengumpulan data Riskesdas.

Populasi dalam Riskesdas 2010 adalah seluruh rumah tangga biasa yang mewakili 33 provinsi. Sampel rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih berdasarkan listing Sensus Penduduk tahun 2010. Proses pemilihan rumah tangga dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan two stage sampling.

Riskesdas mengambil sejumlah blok sensus dari setiap kabupaten/kota yang termasuk ke dalam kerangka sampel kabupaten/kota. Pemilihan blok sensus tersebut dilakukan sepenuhnya oleh BPS dengan memperhatikan status ekonomi dan rasio perkotaan/perdesaan. Blok sensus tersebut proporsional terhadap jumlah rumah tangga di kabupaten/kota tersebut. Blok sensus yang dipilih untuk kesehatan masyarakat adalah sebesar 2800 blok sensus dengan 70000 rumah tangga.

Riskesdas 2010 berhasil mengunjungi 2798 blok sensus dari 441 kabupaten/kota. Jumlah rumah tangga dari blok sensus tersebut sebanyak 69300

(32)

rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga sebanyak 251388 anggota. Sebanyak 62652 anggota rumah tangga adalah pria dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun.

Pria dewasa dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua yaitu, dewasa muda dan dewasa madya. Dewasa muda adalah pria dengan usia 20-39 tahun, sedangkan dewasa madya adalah pria dengan usia 40-55 tahun. Jumlah awal sampel pria dewasa sebanyak 62652, dengan 38120 sampel pada kategori dewasa muda dan 24532 sampel pada kategori dewasa madya. Total sampel yang tidak memenuhi syarat pada penelitian ini sebanyak 6706 sampel, dengan 2197 dewasa muda, dan 4509 dewasa madya.

Gambar 2 Tahapan proses cleaning sampel Jumlah anggota rumah tangga 251388 orang (mencakup 441 kabupaten/kota dan 33 provinsi)

Jumlah calon sampel 62652 pria dewasa

Jumlah sampel yang digunakan 55946 pria dewasa Kriteria proses cleaning:

- Tidak ada data tinggi badan dan berat badan: 199 sampel

- Tidak ada data konsumsi: 1656 sampel

- Asupan air dari minuman 0 mL: 1518 sampel

- Asupan air dari makanan 0 mL : 6 sampel

- Nilai total asupan energi <3% dan >300% dari total kebutuhan energi basal: 3133 sampel

- Tingkat kecukupan zat gizi >400% : 194 sampel

(33)

-Proses cleaning dilakukan terhadap sampel yang tidak memiliki data asupan pangan, berat badan dan tinggi badan. Proses cleaning juga dilakukan terhadap sampel dengan asupan air dari makanan dan minuman 0 mL, serta asupan energi kurang dari 3% dan lebih dari 300% dari kebutuhan energi basal. Tingkat kecukupan zat gizi yang lebih dari 400% kebutuhan juga menjadi dasar dalam proses cleaning sampel.

Setelah dilakukan proses cleaning terhadap sampel yang tidak memenuhi syarat, didapatkan sampel dewasa muda sebanyak 35923, dan jumlah dewasa madya sebanyak 20023 sampel. Total sampel secara keseluruhan sebanyak 55946 sampel (Gambar 2).

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder. Data merupakan hasil wawancara dan pengolahan Riskesdas 2010. Tabel 2 menunjukkan variabel, cara pengumpulan, dan sumber data. Variabel data yang digunakan terdiri dari karakteristik sampel, karakteristik sosial ekonomi, data antropometri, asupan pangan, serta asupan energi dan zat gizi.

Karakteristik usia, pendidikan, pekerjaan, dan domisili tempat tinggal sampel dikumpulkan dengan cara wawancara oleh tim Riskesdas berdasarkan kuesioner Riskesdas. Karakteristik status ekonomi didapatkan dari data BPS, sedangkan data antropometri berupa berat dan tinggi badan didapatkan dengan pengukuran langsung oleh tim Riskesdas.

Jumlah dan jenis pangan dikumpulkan dengan metode Food Recall 1x24 jam. Asupan energi dan zat gizi dari pangan yang dikonsumsi kemudain dihitung oleh tim Riskesdas menggunakan Nutrisurvey software. Asupan zat gizi yang dikumpulkan tim Riskesdas terdiri dari asupan zat gizi makro (protein, lemak, dan karbohidrat) serta asupan zat gizi mikro, yang terdiri dari vitamin (vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, asam folat, vitamin B12, dan vitamin C) dan mineral (kalsium, fosfor, dan besi). Cara pengumpulan data lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.

(34)

Tabel 2 Variabel, cara pengumpulan, dan sumber data Variabel Cara pengumpulan data Sumber data Karakteristik sampel

1. Usia

Wawancara Kuesioner Riskesdas (RKD10.IND)

- Blok IV No 7 Karakteristik sosial ekonomi

1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Domisili 4. Status Ekonomi - - Wawancara - Wawancara - Wawancara - Data sekunder BPS - - Blok IV No 8 - Blok IV No 9 Blok I No 5 BPS Antropometri 1. Berat badan 2. Tinggi badan Diukur dengan

timbangan berat badan digital (kapasitas 150 kg dan ketelitian 50 g) Diukur dengan alat ukur tinggi badan multi fungsi (kapasitas ukur 2m dan ketelitian 0.1) Kuesioner Riskesdas (RKD10.IND) Blok X No 1a,1b Blok X No 2a, 2b Asupan pangan 1. Jumlah pangan 2. Jenis pangan

Food recall 1x24 jam Kuesioner Riskesdas

(RKD10.IND) Blok IX Blok IX Asupan energi dan zat gizi

1. Asupan energi

2. Asupan zat gizi makro (protein, lemak, karbohidrat)

3. Asupan zat gizi mikro: a. Konsumsi vitamin (Vit A, Tiamin, Ribovlafin, Niasin,Vit B6, Folat, Vit B12, Vit C) b. Asupan mineral (Ca, P, Fe) Dihitung dengan menggunakan Nutrisurvey software

Hasil olahan data Riskesdas 2010

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Office Excel dan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS). Proses pengolahan data meliputi editing, cleaning, dan analisis data.

Karakteristik Sosial Ekonomi

Data karakteristik sosial ekonomi yang meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, domisili, dan status ekonomi merupakan data sekunder yang diperoleh dari kuesioner Riskesdas 2010. Data status ekonomi (kuintil) merupakan status ekonomi individu yang didasarkan dari pengeluaran uang

(35)

untuk asupan pangan. Data tersebut dikelompokkan ke dalam beberapa kategori berdasarkan kuesioner Riskesdas 2010.

Pendidikan sampel dikelompokkan menjadi enam, yaitu tidak tamat SD/MI, tamat SD/MI, tamat SLTP/MTS, tamat SLTA/MA, tamat Diploma (D1/D2/D3) dan tamat Perguruan Tinggi (PT). Sampel yang tidak pernah sekolah masuk ke dalam kelompok tidak tamat SD/MI. Pekerjaan sampel dikelompokkan menjadi enam, yaitu tidak bekerja, TNI/Polri/PNS/Pegawai, wiraswasta/layan jasa/dagang, petani/nelayan, buruh, dan lainnya. Domisili sampel dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu perkotaan dan perdesaan. Status ekonomi dikelompokkan menurut kuintil yang didasarkan pada besar pengeluaran keluarga per kapita setiap bulannya. Kuintil dalam penelitian ini dibagi menjadi lima, kuintil 1 mewakili status ekonomi paling rendah, sedangkan kuintil 5 mewakili status ekonomi paling tinggi.

Status Gizi

Data status gizi diperoleh dari data Riskesdas 2010, yang dihitung berdasarkan standar penilaian status gizi menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan IMT sebagai berikut (Riyadi 2003):

IMT =

Status gizi kemudian diklasifikasikan ke dalam tiga kategori berdasarkan WHO (2007). Status gizi tergolong dalam kategori normal jika nilai IMT berkisar antara 18.5-24.9 (kg/m2). Kategori kurus jika nilai IMT <18.5 (kg/m2) dan kategori gemuk jika IMT ≥25 (kg/m2).

Asupan Air dari Minuman

Asupan air dari minuman didapatkan dari data food recall 1x24 jam Riskesdas 2010. Air minuman kemudian dikelompokkan menjadi air putih dan selain air putih (air berwarna dan berasa). Air minuman selain air putih dikelompokkan menjadi 8, yaitu teh, kopi, susu, susu kental manis, sirup, jus, minuman berkarbonasi, dan lain-lain. Data konsumsi air putih (g), langsung dihitung sebagai asupan air putih. Data konsumsi air minuman lain dihitung berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM 2008), Energy and Nutrition Composition of Food Singapore (Health Promotion Board-Singapore Government 2009), dan National Nutrient Database for Standard Reference (USDA 2011) dengan koreksi berat padatan zat gizi yang dikandungnya.

(36)

Asupan Air dari Makanan

Asupan air dari makanan didapatkan dari data food recall 1x24 jam Riskesdas 2010. Asupan air dari makanan dikelompokkan menjadi 11 berdasarkan sumbernya, yaitu serealia, umbi, dan hasil olahannya; kacang-kacangan, bij-bijian, dan hasil olahannya; daging dan hasil olahannya; telur dan hasil olahannya; ikan, kerang, udang, dan hasil olahannya; sayur dan hasil olahannya; buah-buahan; olahan susu; lemak dan minyak; serba-serbi; dan makanan jajanan.

Konsumsi cairan yang berasal dari makanan dikonversikan ke dalam kandungan air dengan menggunakan DKBM (2008), Energy and Nutrition Composition of Food Singapore (Health Promotion Board-Singapore Government 2009) dan National Nutrient Database for Standard Reference (USDA 2011). Konversi dihitung dengan rumus sebagai berikut :

KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan :

Kgi j : kandungan air dalam bahan makanan j Bj : berat makanan j yang dikonsumsi (g)

Gij : kandungan air dalam 100 g BDD bahan makanan j BDDj : bagian bahan makanan j yang dapat dimakan Asupan Air Metabolik

Data asupan air juga diperoleh dari hasil metabolisme zat gizi pangan yang dikonsumsi (air hasil metabolik). Menurut Verdu (2009) rumus untuk menghitung produksi air metabolik adalah sebagai berikut:

Air metabolik (mL) = Karbohidrat yang dikonsumsi (g) x 0.55 mL) + (Protein yang dikonsumsi (g) x 0.40 mL) + (Lemak yang dikonsumsi (g) x 1.07 mL)

Estimasi Asupan Air

Estimasi total asupan air pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah air dari minuman yang seharusnya dikonsumsi oleh sampel jika data yang diketahui adalah jumlah air dari makanan dan air metabolik. Estimasi total asupan air yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase kontribusi air dari makanan dan metabolik terhadap total asupan air sebesar 30%, sedangkan kontribusi air dari minuman terhadap total asupan air sebesar 70%. Persentase ini diambil berdasarkan penelitian Fauji (2011) dan IOM (2005) dalam Santoso et

(37)

al. (2011). Menurut IOM (2005) dalam Santoso et al. (2011), asupan air pada populasi dewasa di Amerika Serikat menunjukan total asupan air 35% berasal dari makanan dan 65% dari minuman. Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Fauji (2011) menyatakan bahwa kontribusi asupan cairan dari air putih dan minuman lainnya terhadap total asupan air yaitu sebesar 74% pada keseluruhan sampel, sedangkan rata-rata konsumsi air dari makanan dan air metabolik terhadap total asupan air sebesar 26%. Perhitungan asupan air dari minuman dengan estimasi persentase air dari minuman 70% dan air dari makanan ditambah air metabolik 30%, jika data air dari makanan dan air metabolik berasal dari data Riskesdas 2010 (Gambar 3).

Gambar 3 Perhitungan estimasi total asupan air Jika :

Jumlah air dari makanan dan air metabolik (A)  datanya diketahui Jumlah estimasi air dari minuman (B)  data belum diketahui Total estimasi asupan air (C)  data belum diketahui

x 100% = 30%  C = x A 30% + 70% = 100%

A + B = C

A + B = x A  B = A – A  B = A

Jadi :

Estimasi asupan air dari minuman (mL) =

x (asupan air dari makanan (mL) + asupan air metabolik (mL))

Estimasi total asupan air (mL) =

estimasi asupan air dari minuman + asupan air dari makanan + asupan air metabolik

(38)

Faktor Aktivitas

Faktor aktivitas ditentukan oleh pekerjaan masing-masing sampel. Sampel yang tidak bekerja termasuk dalam kategori faktor aktivitas yang sangat ringan, sekolah tergolong kategori aktif, wiraswata/layan jasa/dagang tergolong kategori aktivitas ringan, petani/nelayan dan buruh tergolong kategori aktivitas sangat aktif, dan sampel yang memiliki pekerjaan selain dari yang telah disebutkan, tergolong kategori aktivitas ringan. Setelah ditentukan kategori faktor aktivitasnya, kemudian dihitung berdasarkan faktor aktivitas (PA) dari rumus Institute of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan & Escoot-stump (2008) (Tabel 3). Faktor aktivitas ditentukan dari pekerjaan masing-masing sampel karena pada data Riskesdas 2010 tidak terdapat data mengenai aktivitas sampel. Kebutuhan Air dan Kebutuhan Energi

Kebutuhan air dihitung berdasarkan kebutuhan energi sampel. Kebutuhan air yang berasal dari total asupan air dari makanan, minuman dan air metabolik pada pria dewasa adalah sebesar 1.3 mL/Kal (Manz & Wentz 2005). Kebutuhan energi dihitung berdasarkan rumus perhitungan kebutuhan energi dari Institute of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan & Escoot-stump (2008) yang didasarkan pada oxford equation.

Tabel 3 Oxford equation untuk estimasi kebutuhan energi pria dewasa menurut status gizi

Status gizi Rumus perhitungan kebutuhan energi Kebutuhan energi

Normal EER = TEE TEE = 662 – (9.53xU) + PA x (15.91xBB+ 539.6xTB) Keterangan; PA = 1.0 untuk 1.0 ≤ PAL < 1.4 PA = 1.11 untuk 1.4 ≤ PAL < 1.6 PA = 1.25 untuk 1.6 ≤ PAL < 1.9 PA = 1.48 untuk 1.9 ≤ PAL < 2.5 TEE + 10% TEE Gemuk EER = TEE TEE = 1086 – (10.1xU) + PA x (13.7xBB+ 416xTB) Keterangan; PA = 1.0 untuk 1.0 ≤ PAL < 1.4 PA = 1.12 untuk 1.4 ≤ PAL < 1.6 PA = 1.29 untuk 1.6 ≤ PAL < 1.9 PA = 1.59 untuk 1.9 ≤ PAL < 2.5 TEE + 10% TEE

Sumber : Mahan & Escoot-stump (2008) Keterangan:

U = umur (tahun) BB = berat badan (kg) TB = tinggi badan (m)

EER = Estimated Energy Requirement (estimasi kebutuhan energi) (Kal)

TEE = Total Energy Expenditure (total pengeluaran energi) (Kal)

(39)

Kebutuhan energi individu pada penelitian ini diperoleh dengan menghitung kebutuhan energi sesuai berat badan dan tinggi badan aktual berdasarkan Total Energy Expenditure (TEE) yang dikoreksi dengan Physical Activity Level (PAL) dan Thermic Effect of Food (TEF). TEF adalah peningkatan pengeluaran energi yang berhubungan dengan konsumsi pangan. Besarnya nilai TEF dihitung dari total pengeluaran energi yaitu sebesar 10% dari TEE (Mahan & Escoot-stump 2008).

Tingkat Kecukupan Air

Tingkat kecukupan air menggambarkan seberapa besar asupan air memenuhi kebutuhan air harian. Berikut adalah perhitungan tingkat pemenuhan kebutuhan air :

Tingkat kecukupan air (%) =

Kebutuhan Protein, Lemak, dan Karbohidrat

Kebutuhan protein dihitung berdasarkan WNPG (2004) dengan memperhatikan kelompok usia dan jenis kelamin. Perhitungan protein juga disesuaikan dengan berat badan sampel dan dikoreksi dengan faktor koreksi mutu. Berikut rumus perhitungan kebutuhan protein sampel:

Kebutuhan protein = 0.8g/kg BB/hari x 1.2 Keterangan :

1.2 adalah faktor koreksi mutu

Kebutuhan lemak dihitung berdasarkan WNPG (2004), yaitu 20% dari kebutuhan energi untuk pria dewasa. Kebutuhan karbohidrat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Kebutuhan Karbohidrat = - –

Kebutuhan Zat Gizi Mikro

Kebutuhan zat gizi mikro didasarkan pada angka kecukupan gizi (AKG) dan dihitung berdasarkan WNPG 2004 sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Zat gizi mikro yang dihitung adalah kalsium, fosfor, besi, vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, folat, vitamin B12, dan vitamin C (Tabel 4).

Gambar

Tabel 1 Kadar air tubuh total terhadap berat badan .......................................
Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis asupan air dan mutu gizi asupan  pangan pada pria dewasa di Indonesia ........................................
Gambar 1  Kerangka  pemikiran  analisis  asupan  air  dan  mutu  gizi  asupan  pangan pada pria dewasa di Indonesia
Gambar 2  Tahapan proses cleaning sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

vandalisme yang dilakukan oleh mereka terutama pada saat proses kegiatan. pemebelajaran berlangsung merupakan perilaku yang salah dan

Berdasarkan bukti-bukti tersebut maka perlu dilakukan penelitian pendahuluan pada hewan coba untuk membuktikan pemberian yogurt pisang tanduk terhadap penurunan

Di sinilah kerja etnoarkeologi diperlukan, sebagai upaya untuk membingkai sebuah kebudayaan yang hidup dalam masyarakat tradisional menjadi sebuah wacana untuk dapat selalu

,VODP DGDODK VLVWHP NHSHUFD\DDQ DWDX WHRORJL GDQ LEDGDK $O 4XU·DQ PHUXSDNDQ SDQGXDQ XWDPD EDJL NHKLGXSDQ 0XVOLP VHODLQ

Interaksi 2,4-D dan TDZ berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan eksplan biji jeruk Kuok.Sehingga pemberian konsentrasi yang tepat pada setiap perlakuan memberikan perbedaan

Kendala yang ditemui di lokasi Praktek Kerja Lapang adalah minimnya pengetahuan terhadap penyakit yang menyerang udang vaname, tidak lengkapnya fasilitas yang sesuai

membahas tentang bagaimana deskripsi sistem penyewaan kolam pancing harian dan kiloan di Pemancingan Lestari di desa Cerme Lor, kecamatan Cerme Kabupaten Gresik. Hasil

Dalam penelitian ini, tujuannya adalah mencoba untuk mengetahui praktik pembiayaan murabahah di Kopma UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta; mengetahui aplikasi pembiayaan