• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah pungutan wajib yang dibayarkan penduduk suatu daerah tertentu kepada pemerintah daerah yang akan digunakan untuk kepentingan pemerintahan daerah dan kepentingan umum. Pajak daerah ini berlaku pada provinsi dan kabupaten/kota. Penduduk yang melakukan pembayaran pajak tidak akan merasakan manfaat dari pajak daerah secara langsung karena akan digunakan untuk kepentingan umum seperti pembangunan jalan, jembatan, pembukaan lapangan kerja baru, dll, Bukan untuk memenuhi kepentingan individu. Pajak daerah juga merupakan salah satu sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang digunakan pemerintah untuk menjalankan program-programnya. Pemungutan pajak dapat bersifat dipaksakan karena sudah diatur dan sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Dalam pengertian pajak terdapat berbagai ragam mengenai definisi pajak di kalangan sarjana ahli bidang perpajakan. Adapun definisi pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007:

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Definisi pajak menurut Waluyo (2008:2) adalah: Pajak adalah iuran pada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak

mendapat prestasi kembali,yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas pemerintahan.

Menurut Mardiasmo(2008:1), pajak adalah“iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) yang langsung dapat ditujukan dana yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum“.Sedangkan menurut Siti Resmi (2011:1) pajak adalah “peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin”surplus”-nya digunakan untuk public savingyang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

B. Jenis Pajak

Terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, menurut Siti Resmi (2011:7), yaitu:

a. Menurut golongan Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Pajak langsung: pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban wajib pajak yang bersangkutan.

2. Pajak tidak langsung: pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa.

b. Menurut sifat Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Pajak subjektif: pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subjeknya.

2. Pajak objektif: pajak yang penggunaannya memerhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun tempat tinggal.

c. Menurut Lembaga Pemungut Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Pajak Negara (pajak pusat): pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. 2. Pajak Daerah: pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah

tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing.

C. Fungsi Pemungutan Pajak

Dari ciri-ciri yang melekat pada definisi pajak dari berbagai definisi di atas, terlihat ada dua fungsi pemungutan pajak menurut Siti Resmi (2011:3) yaitu:

1. Fungsi Budgetair

Yaitu fungsi pajak sebagai sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemunggutan pajak melalui

penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti pajak penghasilan (PPh) Pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBm), pajak bumi dan bangunan (PBB), dan lain-lain.

2. Fungsi Regulared

fungsi pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah di bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai -tujuan tertentu diluar bidang keuangan.

D. syarat pemungutan pajak

1. Syarat Keadilan, yaitu pemungutan pajak harus adil.

2. Syarat Yuridis, yaitu pemungutan pajak harus berdasarkan Undang Undang.

3. Syarat Ekonomis, yaitu di dalam suatu pemungutan pajak tidak mengganggu perekonomian.

4. Syarat Financialyaitu pemungutan pajak harus efisien

E. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Secara garis besar pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu hasil yang diperoleh dari pemerintahan pusat yang dapat diukur dengan uang karena wewenangnya yang diberikan kepada masyarakat yang berupa hasil pajak daaerah dan retribusi daerah, hasil perusahaan milik Negara dan pengelolahaan kekayaan daerah serta pendapatan daerah lain-lain yang sah. Semakin tinggi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan tolak ukur kemampuan suatu daerah dalam mengatur penerimaan dana dari masyarakat untuk kegiatan pembangunan daerah.Sumber Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Pemerintah Daerah supaya dapat mengurus rumah tangganya sendiri dengan sebaik-baiknya, maka perlu diberikan sumber-sumber pembiayaan yang cukup tetapi mengingat bahwa tidak semua sumber pembiayaan dapat diberikan kepada daerah maka daerah diwajibkan untuk menggali segala sumber-sumber keuanganya sendiri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 pasal 157 tentang Pemerintah Daerah, menyebutkan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah adalah meliputi:

1. Hasil Pajak Daerah

Hasil Pajak Daerah yaitu pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan oleh daerah untuk pembiyaan rumah tangganya sebagai badan hukum publik.

2. Hasil Retribusi Daerah

Hasil retribusi daerah yaitu pungutan yang ditelah secara sah menjadi daerah sebagai pembayaran pekerjaan, usaha atau milik pemerintahan daerah yang bersangkutan.Objek retribusi daerah ada 3, yaitu: Jasa umum, Jasa usaha, Perizinan usaha.

3. Hasil Pengelolahan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Hasil perusahaan milik daerah merupakan pendapatan asli daerah dari keuntungan bersih perusahaan daerah yang berupa dana pembangunan daerah yang berupa dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah, baik perusahaan daerah yang dipisahkan, sesuai dengan motif pendirian dan pengelolaan, maka sifat perusahaan daerah adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat menambah pendapatan daerah,

memberikan jasa, menyelenggarakan kemanfaatan umum, dan memperkembangkan perekonomian daerah.

Besarnya retribusi daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa atau perizinan tertentu dihitung dengan cara mengalikan tarif retribusi dengan tingkat pengguna jasa. Dengan demikian, besarnya retribusi yang terutang dihitung berdasarkantarif retribusi dan tingkat pengguna jasa. Hasil perusahaan milik daerah merupakan pendapatan asli daerah dari keuntungan bersih perusahaan daerah yang berupa dana pembangunan daerah yang berupa dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas.

F. Retribusi Daerah 1. Pengertian Retribusi

Pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab, sudah barang tentu daerah harus mampu menyediakan dana yang diperlukan yang berasal dari sumber pembiayaan yang dimiliki, utamanya dari sumber PAD. Menurut Munawir dalam Adisasmita (2011:85) Retribusi merupakan iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan disini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah dia tidak akan dikenakan iuran itu.

Jadi Retribusi daerah merupakan pembayaran atas jasa yang telah diberikan oleh badan kepada masyarakat yang telah menggunakan jasa yang telah disediakan oleh pemerintah. Tingkat penggunaan jasa menurut Zuraida (2012:196) merupakan jumlah penggunaan jasa yang dijadikan

dasar alokasi beban biaya yang dipikul Pemerintah Daerah untuk penyelenggaraan jasa yang bersangkutan. Apabila tingkat penggunaan jasa sulit diukur maka tingkat penggunaan jasa dapat ditaksir berdasarkan rumus yang dibuat oleh Pemerintah Daerah. Rumus tersebut harus mencerminkan beban yang dipikul oleh Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan jasa tersebut.

Tarif Retribusi menurut Zuraida (2012:197) merupakan nilai rupiah atau presentase tertentu yang ditetapkan untuk menghitung besarnya retribusi yang terutang. Tarif retribusi dapat ditentukan seragam atau bervariasi menurut golongan sesuai dengan prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi. Menurut Zuraida (2012:197) Prinsip Penetapan Struktur dan Tarif Retibusi ditetapkan dengan memperhatikan:

a. Biaya penyediaan jasa yang bersangkutan b. Kemampuan masyarakat

c. Aspek keadilan

d. Efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebu

Selanjutnya, prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif retribusi jasa usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak. Keuntungan yang layak merupakan keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien.

2. Ciri-Ciri Retribusi

Adapun ciri-ciri retribusi menurut Haritz dalam buku Adisasmita (2011:86) yaitu sebagai berikut :

a. Pelaksanaan bersifat ekonomis

c. Iurannya memenuhi persyaratan yaitu persyaratan formal dan material d. Retribusi Daerah merupakan pungutan yang umumnya budgetairnya

tidak menonjol

e. Dalam hal-hal tertentu, tetapi dalam banyak hal tidak lebih dari pengembalian biaya yang telah dibukakan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan masyarakat

Menurut Siahaan (2013:6) beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini dipungut di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-undang dan peraturan daerah yang berkenaan

b. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah

c. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontra prestasi (balasjasa) secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang dilakukannya

d. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggrakan oleh pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan

e. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis, yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak akan memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

Upaya untuk meningkatkan PAD perlu dikaji pengelolaannya untuk mengetahui berapa besar potensi yang riil atau wajar, tingkat keefektifan dan efesiensinya. Peningkatan retribusi daerah yang memiliki potensi yang baikakan meningkatkan pula PAD.

Kaitannya dengan usaha menata kembali beberapa sumber PAD agar lebih memberikan bobot otonomi yang lebih besar kepada pemerintah daerah, beberapa jenis retribusi yang pada hakekatnya bersifat pajak diubah statusnya menjadi pajak daerah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.

Jenis retribusi daerah menurut Mardiasmo (2012:100) terdiri dari 3 macam yaitu : Retribusi Jasa Umum Retribusi jasa umum ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Retribusi jasa umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa usaha atau retribusi perizinan tertentu;

b. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi;

c. Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum;

d. Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi;

e. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraannya;

f. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial; dan

g. Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebutdengan tingkat dan atau kualitas pelayanan yang lebih baik

Jenis-jenis retribusi jasa umum adalah: a. Retribusi Pelayanan Kesehatan

c. Retribusi Pelayanan Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil

d. Retribusi Pelayanan Pemakaman

e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum f. Retribusi Pelayanan Pasar

4. Retribusi Jasa Usaha

Retribusi jasa usaha ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan kriteria- kriteria sebagai berikut:

a. Retribusi jasa usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu; dan

b. Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah.

Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; b. Retribusi Pasar Grosir da/atau Pertokoan; c. Retribusi Tempat Pelelangan;

d. Retribusi Terminal;

e. Retribusi Tempat Khusus Parkir 5. Objek Retribusi Daerah

Objek retribusi daerah menurut Yani (2008:64) merupakan berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah. Tidak semua yang diberikan oleh pemerintah daerah dapat dipungut retribusinya, tetapi

hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak dijadikan sebagai objek retribusi.

Menurut Mardiasmo (2011:103) terdapat 3 Objek Retribusi daerah:

a. Jasa Umum, yaitu berupa pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

b. Jasa Usaha, yaitu berupa pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial

c. Perizinan Tertentu, yaitu kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. 6. Dampak Pungutan Retribusi

Retribusi dapat dipungut dengan sistem yang sifatnya progresif atau regresif berdasarkan potensi kemampuan membayar retribusi. Retribusi hanya akan berpengaruh pada kesediaan menggunakan atau permintaan terhadap jasa atau pelayanan maupun produk yang dihasilkan oleh pemerintah, karena itu retribusi tidak seperti halnya dengan pajak, retribusi hanya akan mengurangi konsumsi, akan tetapi tidak mengurangi kemampuan atau kemauan untuk bekerja, menabung dan berinvestasi, tetapi tidak akan signifikan sifatnya, sehingga tidak akan mempunyai dampak yang terlalu besar dalam perekonomian daerah. Retribusi dapat

berpengaruh dalam hal distribusi pendapatan, karena retribusi dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk melindungi yang lemah dalam perekonomian dan membagikan beban masyarakat itu kepada kelompok berpenghasilan tinggi di daerah yang sama. Sistem retribusi yang progresif dapat bermanfaat untuk retribusi pendapatan dalam masyarakat di daerah. 7. Beberapa Kelemahan Retribusi

Daerah Disamping pajak daerah, sumber PAD yang cukup besar peranannya dalam menyumbang pada PAD adalah retribusi daerah. Retribusi daerah tersebut langsung dapat ditunjuk, misalnya retribusi jalan, karena kendaraan tertentu memang melalui jalan di mana retribusi jalan tersebut dipungut.Demikian juga retribusi parkir, karena ada pemakaian ruang tertentu oleh sitempat parkir, jadi sesungguhnya dalam hal iuran retribusi itu dianut asas manfaat yang diterima oleh si penerima manfaat dari pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah. Pungutan retribusi daerah yang berkembang selama ini didasarkan pada undang-undang nomor 12 tahun 1957 tentang peraturan retribusi daerah, yang ternyata menunjukkan beberapa kelemahan, diantaranya:

a. Hasilnya kurang memadai bila dibandingkan dengan biaya penyediaan jasa oleh pemerintah daerah

b. Biaya pemungutannya terlalu tinggi kurang kuatnya prinsip dasar retribusi terutama dalam hal pengenaan, penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi

c. Ada beberapa jenis retribusi yang pada hakikatnya bersifat sebagai pajak karena pemungutannya tidak dikaitkan langsung dengan balas

jasa atau pelayanan pemerintah daerah yang diterima oleh pembayar retribusi

F. Kerangka Konseptual

Kabupaten Jeneponto

pajak Retribusi daerah

Analisis

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitiannya adalah deskriptif kuantitatif Penelitian deskriptif terbatas pada usaha mengunkapkan suatu masalah atau keadaan dan peristiwa atau sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengunkapkan fakta dan gambaran dasar penelitiannya dari objek kinerja penerimaan pajak dan retribusi daerah di Kabupaten Jeneponto.

Tipe penelitiannya terminologi adalah suatu penjelasan atas istilah,kata, dan konsep maupun hal tertentu dan dapat memberikan pemahaman kepada karyawan dan narasumber yang berkaitan dengan judul penelitian.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Dalam penulisan proposal skripsi ini penulis melakukan penelitian di kantor pajak dan retribusi daerah di Kabupaten Jeneponto. Perusahaan ini bergerak di bidang pegelolaan dan perpajakan dengan demikian perusahaan memerlukan karyawan yang cukup professional sehingga kinerja yang di capai dapat memenuhi tujuan perusahaan.

Waktu penelitian untuk memperoleh data dan informasi akan dilaksanakan selama 2 bulan setelah di terbitkan surat izin penelitian.

C. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini memuat aspek yaitu: 1) Analisis sebelum lapangan dengan melakukan analisis data hasil studi pendahuluan yang digunakan dalam penentuan fokos penelitian yang berkaitan dengan efektifitas UU nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungana anak di kota Makassar . 2. Analisis selama di lapangan dengan menggunakan model Miles and Huberman (Sugiono, 2012:246) bahwa terdapat beberapa komponen tersebut sebagaimana yang diuraikan di bawah ini:

a. Pengumpulan data yaitu penelitian yang melakukan pengumpulan data hasil studi pendahuluan sebelum kelapangan menganalisis data hasil tersebut untuk keperluan penentuan fokos penelitian dan pengumpulan data setelah dilapangan tentunya dianalisis untuk merangkum dan memilih hal-hal yang pokok yang dianggap relevan melalui reduksi data.

b. Reduksi data yaitu data yang terkumpul atau diperoleh dilapangan tentunya dianalisis untuk merangkum dan memilih hal-hal yang pokok dianggap relevan melalui reduksi data. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya yang dianggap penting.

D. Sumber Data 1. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data utama yang di gunakan untuk menjaring berbagai data yang ingin di teliti di tempat penelitian Hal ini dilakukan melalui metode wawancara obsevasi di lokasi penelitian

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung yang diperlukan untuk melengkapi data primer yang dikumpulkan. Hal ini dilakukan sebagai upaya penyusaian Data yang di miliki perusahaan yang diperoleh melalui dokumentasi dan wawancara.

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Untuk memperoleh data-data yang relevan dengan tujuan penelitian maka, digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut.

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sistematik tentang gejala–gejala yang diamati. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi langsung dengan pelaku-pelaku yang memiliki hubungan objek penelitian yang memahami tujuan-tujuan dilaksanakannya suatu penelitian dan pengamatan secara kritis dan cermat. Observasi dilakukan untuk mengamati hal-hal yang kurang disadari oleh lain. Observasi

merupakan metode yang paling mudah dalam pengumpulan data dan informasi bila dibandingkan dengan metode yang lain.

2. Wawancara

Wawancara yaitu tanya jawab yang dilakukan penulis dengan karyawan yang berhubungan dengan penelitian.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang digunakan melalui peninggalan tertulis, berupa dokumen, arsip, atau laporan-laporan tahunan di kantor yang bersangkutan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Kantor Pajak Sul-Sel

Kantor Pelayanan Pajak adalah unit kerja dari Direktorat Jenderal Pajak yang melaksanakan pelayanan di bidang perpajakan kepada masyarakat baik yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak maupun belum, di dalam lingkup wilayah kerja Direktorat Jenderal Pajak.

Secara bertahap sejak tahun 2002, Kantor Pelayanan Pajak telah mengalami modernisasi sistem dan struktur organisasi menjadi instansi yang berorientasi pada fungsi, bukan lagi pada jenis pajak. Kantor Pelayanan Pajak modern juga merupakan penggabungan dari Kantor Pelayanan Pajak konvensional dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak. Pada Tahun 2002 tersebut, dibentuk 2 KPP WP Besar atau LTO (Large Tax Office). KPP ini menangani 300 WP Badan Terbesar di seluruh Indonesia dan hanya mengadministrasikan jenis pajak PPH dan PPN. Pada tahun 2003 dibentuk 10 KPP Khusus yang meliputi KPP BUMN, Perusahaan PMA, WP Badan dan Orang Asing, dan Perusahaan Masuk Bursa. Kemudian pada tahun 2004 dibentuk pula KPP Madya atau MTO (Medium Tax Office). Sedangkan KPP Modern yang menangani WP terbanyak adalah KPP Pratama atau STO (Small Tax Office). KPP Pratama baru dibentuk pada tahun 2006 s.d 2008.Perbedaan utama antara KPP STO dengan KPP LTO Maupun MTO antara lain adalah dengan adanya Seksi Ekstensifikasi pada KPP STO, sehingga dapat dikatakan pula KPP STO merupakan ujung tombak bagi DJP untuk menambah rasio perpajakan di Indonesia.

1. Dasar Hukum Pembentukan KPP

Kpp jeneponto (Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 473/Kmk.01/2004 tentang perubahan lampiran I, II, III,IV,dan V Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK. 01/2001 tentang organisasi dan tata kerja kantor wilayah direktorat jenderal pajak, kantor pelayanan pajak, kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan,kantor pemeriksaan dan penyidikan pajak, dan kantor penyuluhran dan pengamatan potensi perpajakan sebagaimana telah diubah dengan keputusan menteri keuangan nomor 519/kmk. 01/2004). Tanggal 13 oktober 2004. KPP pratama kpp jeneponto peraturan menteri keuangan nomor 67/PMK. 01/2008 tentang perubahan kedua atas peraturan menteri keuangan nomor 132/PMK. 01/2006 tentang organisasi dan tata kerjainstansi vertikal direktorat jenderal pajak tanggal 6 mei 2008.

2. Mulai Beroperasinya KPP Jeneponto

Mulai beroperasi berdasarkan Keputusan Direktur jenderal Pajak Nomor Kep-95/Pj./2008 Tentang penerapan Organisasi, Tata kerja dan saat mulai beroperasinya kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak Nanggroe Aceh Darussalam dan kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara II,serta Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan /atau kantor pelayanan penyuluhan dan konsultasi perpajakan di lingkungan kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I, kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak Riau dan Kepulauan Riau kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Timur, dan kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara mulai tanggal 27 Mei 2008.

3. Berubah Nama KPP Menjadi KPP Pratama

Berubah Nama KPP Menjadi KPP Pratama berdasarkan Peraturan menteri keuangan nomor 67/PMK. 01/2008 tentang perubahan kedua atas peraturan menteri keuangan nomor 132/PMK. 01/2006 tentang organisasi dan tata kerja instansi vertikal direktorat jenderal pajak tanggal 6 mei2008.

Dokumen terkait