• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

Berbagai teori yang berhubungan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam penjelasan di bawah ini:

2.1.1 Persediaan 1.1 Pengertian persediaan

Persediaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan pada perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur. Namun pada penelitian ini persediaan yang hanya ditujukan pada perusahaan manufaktur.

Persediaan adalah nama yang diberikan untuk barang-barang baik yang dibuat atau dibeli kembali dalam bisnis normal. Menurut Skousen, dkk (2004:656) dalam perusahaan manufaktur persediaan terdiri dari persediaan bahan mentah, persediaan dalam proses dan persediaan dalam bentuk barang jadi.

1.2 Metode penilaian persediaan

Nilai persediaan berasal dari jumlah unit persediaan dikali dengan harga persediaan per-unit. Untuk menentukan jumlah unit dapat menggunakan baik metode perpetual maupun metode periodik. Menurut Skousen,dkk. (2004:656) : “Sistem dalam penilaian persediaan yang digunakan terdiri dari 2 metode, yaitu sistem persediaan periodik (periodic inventory) dan sistem persediaan perpetual (perpetual inventory)”.

1.2.1 Metode Periodik

Penggunaan metode periodik mengharuskan adanya penghitungan barang yang masih ada pada tanggal penyusunan laporan keuangan. Perhitungan persediaan ini diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang masih ada dan kemudian diperhitungkan harga pokoknya. Menurut Skousen, dkk (2001: 365-367) “Dengan sistem periodik, catatan persediaan diperbarui pada saat penjualan dilakukan, hanya nilai harga yang tercantum pada persediaan yang dijual saja yang dicatat. Sistem periodik sering kali digunakan ketika persediaan terdiri dari jumlah persediaan yang beraneka ragam dan memiliki nilai yang relatif kecil”.

1.2.2 Metode Perpetual

Pada metode perpetual dibentuk suatu rekening untuk masing-masing jenis persediaan yang merupakan buku pembantu persediaan. Rekening yang digunakan untuk mencatat persediaan terdiri dari beberapa kolom yang digunakan untuk mencatat pembelian, penjualan dan saldo persediaan. Setiap perubahan dalam persediaan akan diikuti dengan pencatatan dalam rekening persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat dapat diketahui dengan melihat kolom saldo dalam rekening persediaan.

Menurut Skousen dkk (2004:656), dengan sistem perpetual, penjual mengetahui jumlah dari barang yang terjual dan jumlah yang seharusnya masih ada dalam persediaan. Dengan system perpetual, perhitungan fisik persediaan secara periodic berguna untuk mengetahui jumlah persediaan yang “menyusut” atau “lenyap” yaitu persediaan yang hilang, dicuri, atau rusak.

1.3 Metode persediaan

Metode untuk menilai persediaan dapat dilakukan dengan empat cara yaitu identifikasi khusus, Rata-rata, FIFO, dan LIFO.

1.3.1 Metode identifikasi khusus

Metode identifikasi khusus mensyaratkan bahwa setiap barang yang disimpan harus ditandai secara khusus sehingga biaya per unit nya dapat diidentifikasi setiap waktu. Jika barang yang terlibat jumlahnya besar. Metode ini memungkinkan diperlukannya identifikasi biaya per unit khusus untuk setiap barang yang terjual pada tanggal penjualan dan tiap barang yang tetap ada di persediaan.

Harga pokok penjualan dapat dialokasikan kepada barang-barang yang masih ada dalam perusahaan pada akhir periode sesuai dengan harga pokok sebenarnya dari unit-unit barang secara khusus.

1.3.2 Metode rata-rata

Dalam metode ini barang-barang yang dipakai atau dijual akan dibebani harga pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok rata-rata dilakukan dengan cara membagi jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya. Cara ini mengurangi dampak dari fluktuasi harga. Menurut Warren (2005: 462-466), pada sistem periodik, metode ini disebut metode rata-rata tertimbang (weighted average method) dan pada sistem perpetual dikenal dengan nama metode rata-rata bergerak (moving average method)”.

Keterbatasan dalam metode rata-rata adalah nilai persediaan secara terus menerus mengandung pengaruh dari kos paling awal dan nilai-nilai tersebut bisa

mempunyai lag yang signifikan di belakang current price dalam periode yang mengalami perubahan harga yang cepat, naik atau turun.

1.3.3 Metode FIFO (First in First out)

Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang-barang yang digunakan sesuai dengan urutan pembeliannya. Metode ini mengasumsikan bahwa barang pertama dibeli adalah barang yang pertama digunakan atau dijual (Skousen, 2004). Keunggulan FIFO adalah mendekatkan persediaan akhir dengan biaya berjalan. Karena barang/ persediaan pertama yang dibeli adalah persediaan yang akan pertama digunakan dalam memproses persediaan, maka nilai persediaan akhir akan terdiri dari persediaan akhir, terutama jika laju perputaran persediaan cepat. Kelemahan dari FIFO adalah bahwa biaya berjalan tidak ditandingkan dengan pendapatan berjalan pada laporan laba rugi.

1.3.4 Metode LIFO (Last in First out)

Metode LIFO menandingkan biaya dari barang-barang yang paling akhir dibeli terhadap pendapatan. Persediaan akhir akan ditentukan dengan menggunakan unit total sebagai dasar perhitungan dengan mengabaikan 3) Metode FIFO ( First in first out) 4) Metode LIFO ( Last In First Out) 25 tanggal-tanggal pembelian yang terlibat. Perusahaan akan memilih metode yang bisa memberikan keuntungan, berupa pembayaran pajak yang relatif lebih kecil (Skousen, 2004).

LIFO memiliki kelebihan sebagai berikut: 1) Adanya keuntungan pajak;

2) Pengukuran laba yang lebih baik; 3) Memperbaiki aliran kas; dan

4) Adanya future earning hedge, yaitu laba perusahaan pada masa yang akan datang tidak terpengaruh oleh penurunan harga. Sedangkan kelemahan metode LIFO antara lain:

1) Memperkecil laba;

2) Penyajian persediaan di neraca terlalu rendah; 3) Tidak mencerminkan arus fisik persediaan; 4) Tidak mengukur laba berdasarkan current ratio; 5) Adanya involuntary liqudation; dan

6) Poors buting habits.

2.1.2 Variabilitas Persediaan

Variabilitas persediaan menggambarkan variasi dari nilai persediaan suatu perusahaan. Istilah variabilitas persediaan ini telah digunakan oleh beberapa peneliti terdahulu yang mencoba meneliti variabel varibilitas persediaan. Apabila suatu perusahaan mempunyai nilai persediaan yang relatif stabil maka pengaruhnya pada variasi laba akan kecil, sedangkan pada perusahaan yang mempunyai nilai persediaan yang bervariasi pada setiap tahun maka laba yang dihasilkan juga akan bervariasi. Perusahaan dengan dengan variabilitas persediaan kecil bisa memilih menggunakan metode rata-rata, sedangkan pada perusahaan yang variabilitas persediaannya tinggi akan menggunakan metode FIFO . Variabel ini telah digunakan oleh beberapa penelitian terdahulu, yaitu antara lain Taqwa (2001), Mukhlasin (2001), dan Amaliyah (2009).

2.1.3 Margin Laba Kotor

Laba atau keuntungan merupakan salah satu tujuan utama perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Menurut Kasmir, (2008:304), “margin laba kotor adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui jumlah laba kotor dari periode ke suatu berikutnya”. Semakin besar margin laba kotor pada suatu periode akan mempengaruhi kebijakan manajemen untuk melakukan/mempertahankan pengaturan persediaan tahun berikutnya yang dapat menghasilkan laba kotor yang besar pula, sedangkan jika kondisi margin laba kotor kecil, hal ini dapat mempengaruhi pemilihan metode persediaan yang dapat menghasilkan jumlah HPP yang kecil sehingga margin laba kotor menjadi besar. Margin laba kotor dapat dihitung melalui persamaan sebagai berikut.

2.1.4 Financial Leverage

Menurut Kasmir (2008:159), “financial leverage menunjukkan kemampuan perusahaan membayar hutang jangka panjang dengan kekayaan yang dimilikinya”. Tujuannya adalah untuk memperoleh berapa bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka panajng dengan cara membandingkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Apabila perusahaan mempunyai tingkat financial leverage yang tinggi maka perusahaan akan berusaha memilih metode yang bisa menaikkan laba yaitu metode FIFO. Perusahaan dengan financial leverage tinggi

berarti perusahaan tersebut mempunyai hutang yang besar sehingga resiko dan biaya atas perusahaan juga tinggi, sedangkan perusahaan dengan tingkat financial leverage rendah maka resikonya dan biaya atas hutangnya juga kecil.

Sebenarnya rasio ini mirip dengan rasio utang yang memperhitungkan total hutang dengan total equity, sedangkan financial leverage pada penelitian ini diukur hanya dengan cara membagi hutang jangka panjang dengan equity milik sendiri. Total dari nilai financial leverage selama tahun pengamatan dibagi dengan jumlah tahun pengamatan. Pengukuran ini sesuai dengan penelitian Taqwa (2001).

2.1.5 Rasio Lancar

Rasio lancar dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan. Semakin tinggi rasio lancarnya, maka kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya juga akan semakin besar. Para kreditor yang akan meminjamkan dananya pasti melihat dari laba dan rasio lancar. Semakin besar laba dan rasio lancarnya, maka kreditor akan semakin yakin bahwa perusahaan mampu membayar kewajibannya. Oleh karena itu, ketika rasio lancarnya rendah, perusahaan akan memilih metode FIFO untuk menaikkan rasio lancarnya dan menaikkan labanya sehingga akan berdampak pada kepercayaan kreditor kepada perusahaan. Rasio lancar dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Taqwa (2001) menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan metode persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada bursa efek Jakarta. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, dengan jumlah populasi 147 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama periode 1997-2000. Peneliti menggunakan alat uji regresi logistic. Penelitian ini menghasilkan bahwa ukuran perusahaan dan variabilitas persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pemilihan metode persediaan, struktur kepemilikan, financial leverage, dan rasio lancar tidak berpengaruh secara signifikan pada pemilihan metode persediaan.

Mukhlasin (2001), menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Jakarta dan pengaruhnya terhadap earning price ratio. Data yang digunakan merupakan data sekunder, dengan jumlah populasi 133 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama tahun 1995-1999. Peneliti menggunakan alat uji regresi logistic. Penelitian ini menghasilkan ukuran perusahaan, intensitas modal, intensitas persediaan, dan variabilitas harga pokok penjualan berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode persediaan, sedangkan variabilitas persediaan dan variabilitas laba akuntansi tidak berpengaruh secara siginifikan.

Metallia (2007), penelitian ini menguji pengaruh struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan rasio perputaran persediaan terhadap pemilihan metode persediaan pada perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di bursa efek

Jakarta. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan jumlah populasi 155 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama tahun 2000-2004. Peneliti menggunakan analisis regresi logistic untuk uji hipotesisnya. Penelitian ini menghasilkan struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan rasio perputaran persediaan berpengaruh secara siginifikan terhadap pemilihan metode persediaan baik secara parsial maupun simultan.

Kasini(2011), penelitian ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Data yang digunakan adalah data sekunder, dengan jumlah populasi 171 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Peneliti menggunakan regresi logistic sebagai alat uji hipotesisnya. Penelitian ini menghasilkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap pemilihan metode persediaan, sedangkan financial leverage, variabilitas persediaan, dan margin laba kotor secara parsial tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode persediaan namun berpengaruh secara simultan terhadap pemilihan metode persediaan.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti

Judul Variabel yang digunakan Hasil penelitian Salma Taqwa (2001) Factor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan pada perusahaan manufaktur di BEJ Dependen: Pemilihan metode akuntansi persediaan Independen: 1. Ukuran perusahaan 2. Struktur kepemilikan 3. financial leverage Ukuran perusahaan dan variablitas persediaan berpengaruh secara signifikan pada pemilihan metode persediaan. Struktur kepemilikan,

5. rasio lancar financial leverage, dan rasio lancar tidak berpengaruh secara signifikan pada pemilihan metode persediaan. Mukhlasin (2001) Analisis Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan dan Dampaknya terhadap Earning Price Ratio Dependen:

Earning Price Ratio Independen: Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan Kontrol: 1. Variabilitas persediaan 2. Variabilitas laba Akuntansi 3. Ukuran Perusahaan 4. Intensitas modal 5. Intensitas persediaan 6. variabilitas harga pokok penjualan.

Ukuran perusahaan, intensitas modal, intensitas persediaan, dan variabilitas harga pokok penjualan berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode persediaan. Variabilitas persediaan dan variabilitas laba akuntansi tidak berpengaruh secara siginifikan. Sri Rezeki Metallia (2007) Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Rasio Perputaran Persediaan terhadap Pemilihan Metode Persediaan pada Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta Dependen: Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan Independen: 1. Stuktur kepemilikan 2. Ukuran perusahaan 3. Rasio perputaran persediaan Struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan rasio perputaran persediaan berpengaruh secara siginifikan terhadap pemilihan metode persediaan baik secara parsial maupun simultan. Kasini (2011) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2007-2009 Dependen: Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan Independen: 1. Ukuran perusahaan 2. Financial leverage 3. Variabilitas persediaan 4. Margin laba kotor.

Ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap pemilihan metode persediaan, financial leverage, variabilitas persediaan, dan margin laba kotor secara parsial tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode persediaan namun berpengaruh secara simultan terhadap pemilihan metode persediaan.

2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka Konseptual

Variabel independen dalam penelitian ini adalah variabilitas persediaan, margin laba kotor, financial leverage, dan rasio lancar. Sedangkan variabel dependennya adalah metode persediaan.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.3.1.1 Hubungan Variabilitas Persediaan dengan Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan

Variabilitas persediaan merupakan nilai persediaan. Semakin kecil variasi nilai persediaan maka variasi terhadap labanya juga akan kecil. Variabilitas persediaan dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan karena pemilihan metode persediaan yang berbeda akan menghasilkan nilai persediaan yang berbeda. Ketika terjadi inflasi, penggunaan metode FIFO akan menghasilkan variasi persediaan yang tinggi yang akan berdampak pada naiknya laba. Sebaliknya, penggunaan metode rata-rata ketika terjadi inflasi tidak terlalu menyebabkan variasi persediaan yang terlalu tinggi sehingga labanya juga akan lebih rendah daripada

Variabilitas persediaan (� � �

0+ Margin laba kotor ( cos���+)

Financial leverage (� ) Rasio lancar (� )

Pemilihan

Metode

Akuntansi

Persediaan

menggunakan metode FIFO. Atas dasar variasi nilai persediaan dan laba yang dihasilkan inilah mengapa variabilitas persediaan dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan. Ketika perusahaan ingin menaikkan laba, maka perusahaan dapat menggunakan metode FIFO. Ketika perusahaan ingin menurunkan laba agar laporan keuangan tampak rata dan mengurangi biaya pajak, maka metode persediaan yang digunakan adalah metode rata-rata.

2.3.1.2 Hubungan Margin Laba Kotor dengan Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan

Margin laba kotor dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan. Semakin besar margin laba kotor pada suatu periode akan mempengaruhi kebijakan manajemen untuk melakukan/mempertahankan pengaturan persediaan tahun berikutnya yang dapat menghasilkan laba kotor yang besar pula, sedangkan jika kondisi margin laba kotor kecil, hal ini dapat mempengaruhi pemilihan metode persediaan yang dapat menghasilkan jumlah harga pokok penjualan yang kecil sehingga margin laba kotor menjadi besar (Kasini,2011). Ketika terjadi inflasi, penggunaan metode akuntansi yang berbeda dapat menghasilkan laba kotor yang berbeda. Penggunaan metode FIFO pada saat terjadi inflasi akan mengakibatkan margin laba kotor menjadi lebih besar daripada menggunakan metode rata-rata.

2.3.1.3 Hubungan Financial Leverage dengan Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan

Financial Leverage dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan. Ketika rasio financial leverage tinggi, maka hutang perusahaan juga tinggi. Dengan hutang yang tinggi, maka perusahaan akan mencoba untuk menaikkan total aktiva dengan cara memilih metode persediaan yang dapat menambah total aktiva. Perusahaan akan memilih metode FIFO ketika terjadi inflasi karena akan menaikkan persediaan akhir yang nantinya akan berakibat pada naiknya aktiva lancar. Selain itu, dengan memilih FIFO maka laba yang dihasilkan juga akan naik sehingga kemampuan untuk membayar hutang juga akan naik. Sebaliknya, ketika financial leverage rendah maka perusahaan dapat memilih metode yang dapat menurunkan laba agar biaya pajaknya juga turun. Menurut Zmijewski & Hagerman (1981), jumlah hutang yang lebih besar dalam struktur modal perusahaan akan menyebabkan perusahaan lebih memilih metode yang menaikkan laba yaitu metode persediaan FIFO karena akan menurunkan kemungkinan perusahaan mengalami technical default atau melanggar perjanjian hutang. Sebaliknya, ketika perusahaan memiliki tingkat financial leverage rendah, maka perusahaan dapat menggunakan metode akuntansi persediaan yang menurunkan laba yaitu metode rata-rata agar dapat menghemat pajak.

2.3.1.4 Hubungan Rasio Lancar dengan Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan

Rasio lancar dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan. Semakin tinggi rasio lancarnya, maka kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendeknya juga akan semakin besar. Para kreditor yang akan meminjamkan dananya pasti melihat dari laba dan rasio lancar. Semakin besar laba dan rasio lancarnya, maka kreditor akan semakin yakin bahwa perusahaan mampu membayar kewajibannya. Maka ketika rasio lancarnya rendah, perusahaan akan memilih metode FIFO untuk menaikkan rasio lancarnya dan menaikkan labanya sehingga akan berdampak pada kepercayaan kreditor kepada perusahaan.

2.3.2 Hipotesis Penelitian

Mengacu pada perumusan masalah, tinjauan teoritis dan beberapa penelitian terdahulu yang diuraikan maka hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

H1: Variabilitas Persediaan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan.

H2: Margin Laba Kotor berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan.

H3: Financial Leverage berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan.

H4: Rasio Lancar berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan.

H5: Variabilitas Persediaan, Margin Laba Kotor, Financial Leverage, dan Rasio Lancar berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan.

Dokumen terkait