ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMILIHAN METODE AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun Oleh:
ARI BURJU 090503067
PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan pada Perusahaan Manufaktur
di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, April 2014
Yang Membuat Pernyataan,
Ari Burju
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMILIHAN METODE AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi metode penilaian persediaan yang merupakan variabel independen adalah variabilitas persediaan, margin laba kotor, financial leverage dan rasio lancar, sedangkan variabel dependennya adalah metode penilaian persediaan, yaitu metode rata-rata dan FIFO.
Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria purposive sampling pada penelitian ini. Sampel akhir terdiri atas 39 perusahaan selama 3 tahun periode penelitian. Alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi logistik.
Hasil penelitian melalui uji hipotesis dengan regresi logistik menunjukkan bahwa secara parsial, setiap variabel independen yang diteliti yaitu variabilitas persediaan, margin laba kotor, financial leverage dan rasio lancar tidak berpengaruh signifikan terhadap metode akuntansi persediaan. Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa variabilitas persediaan, margin laba kotor, financial leverage dan rasio lancar berpengaruh signifikan terhadap metode akuntansi persediaan.
ABSTRACT
THE ANALYSIS OF FACTORS THAT INFLUENCE THE CHOICE OF INVENTORY VALUATION METHOD ON
MANUFACTURINGCOMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
The objective of this research is to analyze factors that influence the choice of inventory valuation method. The factors that influence the choice of inventory valuation method, which are the independent variables, are variability of inventory, gross profit margin, financial leverage and current ratio. While the dependent variables is inventory valuation method, average method and FIFO method.
The samples of this research are those industries which satisfied criteria of purposive sampling. The final sample consists of 39 companies during 3 years of observation period. The model employed to test the hypothesis is logistic regression analysis.
The results of research by testing the hypothesis with logistic regression showed that partially, any independent variable studied namely variability of inventory, gross profit margin, financial leverage and current ratio doesn’t have significant effect on inventory valuation method. Meanwhile, simultaneously testing indicate that the variability of inventory, gross profit margin, financial leverage and current ratio have a significant effect on inventory valuation method.
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena
hanya atas berkat dan penyertaan-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH
TERHADAP PEMILIHAN METODE AKUNTASI PERSEDIAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA” tepat waktu sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan,
dorongan semangat, saran, doa dan bantuan moril maupun materiil dari berbagai
pihak selama penulisan skripsi ini. Maka pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan skripsi ini, terkhusus kepada motivator saya yaitu kedua orangtua
yang tercinta yang selalu membawakan saya kedalam doa serta telah banyak
memberikan semangat, dukungan baik berupa moril dan materiil dan juga buat
semua pengorbanan yang diberikan untuk saya. Selain itu saya juga mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA. selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., CPA. selaku Ketua
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan
Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak selaku Sekretaris Departemen
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi S-1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra.
Mutia Ismail, M.M., Ak selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Sri Mulyani, M.B.A., Ak. selaku Dosen Pembimbing.
Terimakasih atas arahan dan bimbingan yang telah Ibu berikan selama
proses penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Drs. Syahrul Rambe, Ak., M.M. selaku Dosen Pembaca Penilai.
Terimakasih atas masukan dan saran yang telah Bapak berikan untuk
penyempurnaan skripsi ini.
6. Kepada teman-teman seperjuangan yaitu mahasiswa S-1 Akuntansi
FE-USU stambuk 2009 atas motivasi, kebersamaan dan kerjasamanya selama
ini.
Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam pengerjaan
skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan yang telah kalian
berikan.
Akhir kata, saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Saya juga berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Tuhan memberkati kita semua.
Medan, April 2014
Penulis,
Ari Burju
DAFTAR ISI
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka Konseptual ... 22
2.3.2 Hipotesis Penelitian ... 25
4.3.2 Margin Laba Kotor ... 46
4.3.3 Financial Leverage ... 47
4.3.4 Rasio Lancar ... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 53
5.2 Keterbatasan ... 54
5.3 Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 57
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu... 19
3.1 Jadwal Penelitian... 27
3.2 Daftar Perusahaan Manufaktur yang Menjadi Sampel 28 3.3 Definisi Operasional & Pengukuran Variabel... 31
4.1 Persentase Jumlah Pemakaian Metode Persediaan ... 36
4.2 Descriptive Statistics... 37
4.3 Uji Normalitas…... 38
4.4 Uji Multikolineritas... 38
4.5 Uji Autokorelasi... 39
4.6 Gambaran Jumlah Kasus Penelitian... 40
4.7 Variabel Dependen………... 41
4.8 Nilai -2LogL untuk Model yang Hanya Memasukkan Konstanta... 41
4.9 Nilai -2LogL untuk Model dengan Konstanta dan Variabel Bebas... 42
4.10 Koefisen Determinasi... 43
4.11 Nilai Statistics Hosmer and Lemeshow’s Goodness Of Fit Test... 44
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Manufaktur yang Menjadi
Populasi... 55
Lampiran 2 Data Penelitian Sebelum Diolah Tahun 2009-2011... 62
Lampiran 3 Hasil Uji Multikolineritas... 65
Lampiran 4 Hasil Uji Autokorelasi... 68
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMILIHAN METODE AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi metode penilaian persediaan yang merupakan variabel independen adalah variabilitas persediaan, margin laba kotor, financial leverage dan rasio lancar, sedangkan variabel dependennya adalah metode penilaian persediaan, yaitu metode rata-rata dan FIFO.
Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria purposive sampling pada penelitian ini. Sampel akhir terdiri atas 39 perusahaan selama 3 tahun periode penelitian. Alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi logistik.
Hasil penelitian melalui uji hipotesis dengan regresi logistik menunjukkan bahwa secara parsial, setiap variabel independen yang diteliti yaitu variabilitas persediaan, margin laba kotor, financial leverage dan rasio lancar tidak berpengaruh signifikan terhadap metode akuntansi persediaan. Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa variabilitas persediaan, margin laba kotor, financial leverage dan rasio lancar berpengaruh signifikan terhadap metode akuntansi persediaan.
ABSTRACT
THE ANALYSIS OF FACTORS THAT INFLUENCE THE CHOICE OF INVENTORY VALUATION METHOD ON
MANUFACTURINGCOMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
The objective of this research is to analyze factors that influence the choice of inventory valuation method. The factors that influence the choice of inventory valuation method, which are the independent variables, are variability of inventory, gross profit margin, financial leverage and current ratio. While the dependent variables is inventory valuation method, average method and FIFO method.
The samples of this research are those industries which satisfied criteria of purposive sampling. The final sample consists of 39 companies during 3 years of observation period. The model employed to test the hypothesis is logistic regression analysis.
The results of research by testing the hypothesis with logistic regression showed that partially, any independent variable studied namely variability of inventory, gross profit margin, financial leverage and current ratio doesn’t have significant effect on inventory valuation method. Meanwhile, simultaneously testing indicate that the variability of inventory, gross profit margin, financial leverage and current ratio have a significant effect on inventory valuation method.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Persaingan dunia usaha di Indonesia sekarang ini telah mengalami
kemajuan yang cukup pesat. Banyak perusahaan-perusahaan baru yang didirikan
sehingga menyebabkan persaingan yang semakin ketat. Perusahaan-perusahaan
yang bergerak baik di bidang jasa, manufaktur, maupun dagang saling bersaing
untuk dapat bertahan dan menjadi yang terbaik. Untuk mencapai tujuan itu, setiap
perusahaan berlomba-lomba berusaha memperbaiki kekurangan maupun
kelemahan yang dimilikinya agar mampu bersaing dengan perusahaan lain.
Mencari laba adalah tujuan utama perusahaan didirikan serta syarat agar
perusahaan mampu bertahan dalam menjalankan usahanya. Selain itu, setiap
perusahaan pasti menginginkan agar perusahaannya berkembang. Keinginan itu
dapat dicapai jika didukung oleh kemampuan manajemen yang handal baik dalam
hal produksi, pemasaran maupun investasi. Produksi, pemasaran dan investasi
merupakan kegiatan yang saling terikat dan tidak dapat dipisahkan. Ketika pada
tahap produksi terdapat hambatan atau kendala, maka akan terhambat pula
kegiatan pemasaran dan investasi.
Hambatan atau kendala dalam kegiatan produksi dapat terjadi karena
beberapa hal, salah satunya adalah karena persediaan. Ketika terjadi kendala
dalam persediaan misalnya keterlambatan persediaan, maka proses produksi
secara otomatis juga akan terhambat yang nantinya akan berdampak pula dalam
perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan,
baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan industri (manufaktur), apalagi
perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi, hampir 50% dana perusahaan akan
tertanam dalam persediaan yaitu untuk membeli bahan-bahan bangunan.
Persediaan adalah sejumlah barang atau bahan yang dimiliki oleh
perusahaan yang tujuannya untuk dijual atau diolah kembali. Persediaan dalam
perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang memiliki definisi yang berbeda.
Persediaan bagi perusahaan dagang adalah barang dagangan yang disimpan untuk
dijual dalam operasi normal perusahaan tanpa mengubah bentuk dan kualitas
barang, atau dapat dikatakan tidak ada proses produksi sejak barang dibeli sampai
dijual kembali oleh perusahaan. Sedangkan bagi perusahaan manufaktur,
persediaan adalah bahan yang terdapat dalam proses produksi atau yang disimpan
untuk tujuan itu.
Melihat dari definisi yang telah diutarakan serta fungsi persediaan bagi
perusahaan, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan memiliki peran yang
sangat penting dalam suatu perusahaan. Persediaan memiliki andil yang besar
dalam menjaga stabilitas operasional perusahaan. Begitu pentingnya peran
persediaan, maka diperlukan suatu pemilihan metode akuntansi persediaan yang
tepat bagi suatu perusahaan. Salah satu arti penting pemilihan metode akuntansi
persediaan yaitu untuk proses pengendalian persediaan. Tidak semua perusahaan
memiliki kebijakan yang sama dalam memilih metode akuntansi persediaan
karena metode akuntansi persediaan yang digunakan juga harus memperhatikan
jenis kegiatan operasional perusahaan.
beberapa implikasi, antara lain mempengaruhi laporan keuangan baik neraca
maupun laba/rugi. Contohnya, kesalahan dalam perhitungan fisik perusahaan akan
mengakibatkan kekeliruan persediaan akhir, aktiva lancar dan total aktiva dalam
neraca. Disamping itu, kesalahan dalam perhitungan fisik perusahaan akan
menimbulkan kekeliruan harga pokok penjualan (CGS), laba kotor, dan net income pada laporan laba rugi. Implikasi pemilihan metode akuntansi persediaan yang lain yaitu dapat mempengaruhi manajemen serta pihak pihak lain yang
berkepentingan dalam mengambil keputusan. Maka pemilihan metode akuntansi
persediaan yang tepat sangat diperlukan dalam suatu perusahaan.
Berdasarkan PSAK 14 (1994), pemilihan metode akuntansi yang diakui di
Indonesia ada tiga. Metode akuntansi tersebut yaitu metode Masuk Pertama
Keluar Pertama (MPKP) atau yang sering disebut dengan First In First Out (FIFO), Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP) atau yang sering disebut dengan
Last In First Out (LIFO), dan metode rata-rata atau weighted average. Akan tetapi sekarang ini terdapat revisi yang membedakan metode akuntansi persediaan atau
dengan kata lain telah dilakukannya revisi PSAK 14 (revisi 2008). Jika sebelum
revisi terdapat 3 metode akuntansi persediaan yang diakui, maka setelah adanya
revisi, metode akuntansi yang diakui hanya FIFO dan weighted average. Dengan kata lain, metode LIFO sudah tidak diakui di PSAK 14 (revisi 2008). PSAK 14
(revisi 2008) berbanding lurus dengan peraturan perpajakan di Indonesia. Dapat
dikatakan demikian karena kesamaan pengakuan metode akuntansi persediaan
yang boleh dipergunakan.
PSAK 14 (revisi 2008) dan peraturan perpajakan di Indonesia sama-sama
persediaan. Hal ini tercermin dalam Undang-Undang No.36 tahun 2008 dimana
metode akuntansi persediaan yang diakui hanya FIFO dan weighted average. Dalam pemilihan metode akuntansi persediaan, terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi pemilihan metode tersebut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi hal itu antara lain variabilitas persediaan, rasio lancar, margin laba
kotor dan financialleverage (Abdullah dan Djalil (2004)). Variabilitas persediaan merupakan variasi dari nilai persediaan akhir dalam sebuah perusahaan dimana
nilai persediaanakhir tersebut tidak sama dan variatif. Variasi tersebut
menggambarkan operasional perusahaan (Lee dan Hseih dalam Sisca Logianto,
2004). Rasio lancar merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Warren,
2006). Margin laba kotor merupakan ukuran paling tepat dalam melihat
profitabilitas (Harrison&horngren,1998). Financial leverage menggambarkan hubungan antara hutang terhadap modal maupun aset. Variabilitas harga pokok
penjualan merupakan beban terbesar dan pengendalian persediaan yang cermat
perlu dilaksanakan untuk memperbesar laba operasi (Fred&Smith,1994).
Beberapa penelitian yang terkait dengan persediaan telah dilakukan
sebelumnya. Beberapa peneliti tersebut yaitu Taqwa (2001) menguji faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap pemilihan metode persediaan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini menghasilkan
bahwa ukuran perusahaan dan varibilitas persediaan berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan pemilihan metode persediaan. Struktur
Penelitian yang dilakukan oleh Mukhlasin (2001), menguji faktor-faktor
yang mempengaruhi pemilihan metode persediaan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan pengaruhnya terhadap earning price ratio. Penelitian ini menghasilkan ukuran perusahaan, intensitas modal, intensitas persediaan, dan variabilitas harga pokok penjualan berpengaruh secara signifikan
terhadap pemilihan metode persediaan, sedangkan variabilitas persediaan dan
variabilitas laba akuntansi tidak berpengaruh secara siginifikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Amaliyah (2009), penelitian ini menguji
faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode persediaan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menghasilkan
bahwa struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan
terhadap pemilihan metode persediaan, sedangkan financial leverage, variabilitas persediaan dan rasio lancar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pemilihan metode persediaan.
Dari penelitian terdahulu, terdapat berbagai hasil yang berbeda-beda antara
peneliti yang satu dengan peneliti yang lain. Beberapa variabel yang telah diteliti
oleh peneliti sebelumnya menghasilkan bahwa ada beberapa variabel yang tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.
Atas dasar itulah penelitian ini dilakukan, yaitu untuk menguji kembali beberapa
variabel yang tidak signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.
Variabel yang tidak signifikan yang diteliti untuk penelitian ini adalah
diambil dari penelitian Taqwa (2001). Adapun perubahan yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah tahun penelitian menjadi tahun 2009 sampai dengan tahun
2011.
Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Seperti yang sudah dijelaskan, persediaan
memiliki peran penting dalam operasional sebuah perusahaan. Maka tidak heran
jika banyak penelitian yang dilakukan mengenai persediaan. Pemilihan metode
akuntansi persediaan menjadi salah satu pusat perhatian dalam berbagai penelitian
karena pemilihan metode akuntansi persediaan nantinya akan mempengaruhi
neraca dan laporan laba/rugi.
Berdasarkan berbagai hal yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis
tertarik untuk melakukan sebuah penelitian mengenai persediaan pada perusahaan
dagang, dengan judul: “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka perumusan
masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah variabilitas persediaan mempengaruhi pemilihan metode
akuntansi persediaan?
3. Apakah margin laba kotor mempengaruhi pemilihan metode akuntansi
persediaan?
4. Apakah rasio lancar mempengaruhi pemilihan metode akuntansi
persediaan?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diutarakan, maka dapat
diketahui bahwa tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk melihat apakah variabilitas persediaan secara simultan dan
parsial mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan
pada perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk melihat apakah financial leverage secara simultan dan parsial mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan
pada perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk melihat apakah margin laba kotor secara simultan dan
parsial mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan
pada perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
4. Untuk melihat apakah rasio lancar secara simultan dan parsial
perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan antara lain
sebagai berikut:
1) Bagi penulis, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat berguna
untuk menambah ilmu pengetahuan dan dalam pengaplikasian teori
yang telah diperoleh ke dalam dunia kerja nantinya.
2) Bagi perusahaan, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
dan penentuan kebijakan untuk meningkatkan laba sehingga menjadi
optimal.
3) Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan informasi serta wawasan.
4) Bagi akademik, penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk proses
pengembangan ilmu pengetahuan akuntansi khususnya yang berkaitan
dengan persediaan. Hasil penetian ini juga dapat dijadikan sebagai
kontribusi dalam pengembangan teori dan sebagai bahan referensi bagi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
Berbagai teori yang berhubungan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam
penjelasan di bawah ini:
2.1.1 Persediaan 1.1 Pengertian persediaan
Persediaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan pada perusahaan
dagang dan perusahaan manufaktur. Namun pada penelitian ini persediaan yang
hanya ditujukan pada perusahaan manufaktur.
Persediaan adalah nama yang diberikan untuk barang-barang baik yang
dibuat atau dibeli kembali dalam bisnis normal. Menurut Skousen, dkk (2004:656)
dalam perusahaan manufaktur persediaan terdiri dari persediaan bahan mentah,
persediaan dalam proses dan persediaan dalam bentuk barang jadi.
1.2 Metode penilaian persediaan
Nilai persediaan berasal dari jumlah unit persediaan dikali dengan harga
persediaan per-unit. Untuk menentukan jumlah unit dapat menggunakan baik
metode perpetual maupun metode periodik. Menurut Skousen,dkk. (2004:656) :
“Sistem dalam penilaian persediaan yang digunakan terdiri dari 2 metode, yaitu
1.2.1 Metode Periodik
Penggunaan metode periodik mengharuskan adanya penghitungan barang
yang masih ada pada tanggal penyusunan laporan keuangan. Perhitungan
persediaan ini diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang masih ada
dan kemudian diperhitungkan harga pokoknya. Menurut Skousen, dkk (2001:
365-367) “Dengan sistem periodik, catatan persediaan diperbarui pada saat
penjualan dilakukan, hanya nilai harga yang tercantum pada persediaan yang
dijual saja yang dicatat. Sistem periodik sering kali digunakan ketika persediaan
terdiri dari jumlah persediaan yang beraneka ragam dan memiliki nilai yang relatif
kecil”.
1.2.2 Metode Perpetual
Pada metode perpetual dibentuk suatu rekening untuk masing-masing jenis
persediaan yang merupakan buku pembantu persediaan. Rekening yang digunakan
untuk mencatat persediaan terdiri dari beberapa kolom yang digunakan untuk
mencatat pembelian, penjualan dan saldo persediaan. Setiap perubahan dalam
persediaan akan diikuti dengan pencatatan dalam rekening persediaan sehingga
jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat dapat diketahui dengan melihat kolom
saldo dalam rekening persediaan.
Menurut Skousen dkk (2004:656), dengan sistem perpetual, penjual
mengetahui jumlah dari barang yang terjual dan jumlah yang seharusnya masih
ada dalam persediaan. Dengan system perpetual, perhitungan fisik persediaan
secara periodic berguna untuk mengetahui jumlah persediaan yang “menyusut”
1.3 Metode persediaan
Metode untuk menilai persediaan dapat dilakukan dengan empat cara yaitu
identifikasi khusus, Rata-rata, FIFO, dan LIFO.
1.3.1 Metode identifikasi khusus
Metode identifikasi khusus mensyaratkan bahwa setiap barang yang
disimpan harus ditandai secara khusus sehingga biaya per unit nya dapat
diidentifikasi setiap waktu. Jika barang yang terlibat jumlahnya besar. Metode ini
memungkinkan diperlukannya identifikasi biaya per unit khusus untuk setiap
barang yang terjual pada tanggal penjualan dan tiap barang yang tetap ada di
persediaan.
Harga pokok penjualan dapat dialokasikan kepada barang-barang yang
masih ada dalam perusahaan pada akhir periode sesuai dengan harga pokok
sebenarnya dari unit-unit barang secara khusus.
1.3.2 Metode rata-rata
Dalam metode ini barang-barang yang dipakai atau dijual akan dibebani
harga pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok rata-rata dilakukan dengan cara
membagi jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya. Cara ini mengurangi
dampak dari fluktuasi harga. Menurut Warren (2005: 462-466), pada sistem
periodik, metode ini disebut metode rata-rata tertimbang (weighted average method) dan pada sistem perpetual dikenal dengan nama metode rata-rata bergerak (moving average method)”.
Keterbatasan dalam metode rata-rata adalah nilai persediaan secara terus
mempunyai lag yang signifikan di belakang current price dalam periode yang mengalami perubahan harga yang cepat, naik atau turun.
1.3.3 Metode FIFO (First in First out)
Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang-barang yang digunakan
sesuai dengan urutan pembeliannya. Metode ini mengasumsikan bahwa barang
pertama dibeli adalah barang yang pertama digunakan atau dijual (Skousen,
2004). Keunggulan FIFO adalah mendekatkan persediaan akhir dengan biaya
berjalan. Karena barang/ persediaan pertama yang dibeli adalah persediaan yang
akan pertama digunakan dalam memproses persediaan, maka nilai persediaan
akhir akan terdiri dari persediaan akhir, terutama jika laju perputaran persediaan
cepat. Kelemahan dari FIFO adalah bahwa biaya berjalan tidak ditandingkan
dengan pendapatan berjalan pada laporan laba rugi.
1.3.4 Metode LIFO (Last in First out)
Metode LIFO menandingkan biaya dari barang-barang yang paling akhir
dibeli terhadap pendapatan. Persediaan akhir akan ditentukan dengan
menggunakan unit total sebagai dasar perhitungan dengan mengabaikan 3)
Metode FIFO ( First in first out) 4) Metode LIFO ( Last In First Out) 25 tanggal-tanggal pembelian yang terlibat. Perusahaan akan memilih metode yang bisa
memberikan keuntungan, berupa pembayaran pajak yang relatif lebih kecil
(Skousen, 2004).
LIFO memiliki kelebihan sebagai berikut:
1) Adanya keuntungan pajak;
2) Pengukuran laba yang lebih baik;
4) Adanya future earning hedge, yaitu laba perusahaan pada masa yang akan datang tidak terpengaruh oleh penurunan harga.
Sedangkan kelemahan metode LIFO antara lain:
1) Memperkecil laba;
2) Penyajian persediaan di neraca terlalu rendah;
3) Tidak mencerminkan arus fisik persediaan;
4) Tidak mengukur laba berdasarkan current ratio; 5) Adanya involuntary liqudation; dan
6) Poors buting habits.
2.1.2 Variabilitas Persediaan
Variabilitas persediaan menggambarkan variasi dari nilai persediaan suatu
perusahaan. Istilah variabilitas persediaan ini telah digunakan oleh beberapa
peneliti terdahulu yang mencoba meneliti variabel varibilitas persediaan. Apabila
suatu perusahaan mempunyai nilai persediaan yang relatif stabil maka
pengaruhnya pada variasi laba akan kecil, sedangkan pada perusahaan yang
mempunyai nilai persediaan yang bervariasi pada setiap tahun maka laba yang
dihasilkan juga akan bervariasi. Perusahaan dengan dengan variabilitas persediaan
kecil bisa memilih menggunakan metode rata-rata, sedangkan pada perusahaan
yang variabilitas persediaannya tinggi akan menggunakan metode FIFO . Variabel
ini telah digunakan oleh beberapa penelitian terdahulu, yaitu antara lain Taqwa
2.1.3 Margin Laba Kotor
Laba atau keuntungan merupakan salah satu tujuan utama perusahaan
dalam menjalankan aktivitasnya. Menurut Kasmir, (2008:304), “margin laba kotor
adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui jumlah laba kotor dari periode
ke suatu berikutnya”. Semakin besar margin laba kotor pada suatu periode akan
mempengaruhi kebijakan manajemen untuk melakukan/mempertahankan
pengaturan persediaan tahun berikutnya yang dapat menghasilkan laba kotor yang
besar pula, sedangkan jika kondisi margin laba kotor kecil, hal ini dapat
mempengaruhi pemilihan metode persediaan yang dapat menghasilkan jumlah
HPP yang kecil sehingga margin laba kotor menjadi besar. Margin laba kotor
dapat dihitung melalui persamaan sebagai berikut.
2.1.4 Financial Leverage
Menurut Kasmir (2008:159), “financial leverage menunjukkan
kemampuan perusahaan membayar hutang jangka panjang dengan kekayaan yang
dimilikinya”. Tujuannya adalah untuk memperoleh berapa bagian dari setiap
modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka panajng dengan cara
membandingkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang
berarti perusahaan tersebut mempunyai hutang yang besar sehingga resiko dan
biaya atas perusahaan juga tinggi, sedangkan perusahaan dengan tingkat financial leverage rendah maka resikonya dan biaya atas hutangnya juga kecil.
Sebenarnya rasio ini mirip dengan rasio utang yang memperhitungkan
total hutang dengan total equity, sedangkan financial leverage pada penelitian ini diukur hanya dengan cara membagi hutang jangka panjang dengan equity milik sendiri. Total dari nilai financial leverage selama tahun pengamatan dibagi dengan jumlah tahun pengamatan. Pengukuran ini sesuai dengan penelitian Taqwa
(2001).
2.1.5 Rasio Lancar
Rasio lancar dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan.
Semakin tinggi rasio lancarnya, maka kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya juga akan semakin besar. Para kreditor yang akan
meminjamkan dananya pasti melihat dari laba dan rasio lancar. Semakin besar
laba dan rasio lancarnya, maka kreditor akan semakin yakin bahwa perusahaan
mampu membayar kewajibannya. Oleh karena itu, ketika rasio lancarnya rendah,
perusahaan akan memilih metode FIFO untuk menaikkan rasio lancarnya dan
menaikkan labanya sehingga akan berdampak pada kepercayaan kreditor kepada
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Taqwa (2001) menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan
metode persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada bursa efek
Jakarta. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder,
dengan jumlah populasi 147 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama
periode 1997-2000. Peneliti menggunakan alat uji regresi logistic. Penelitian ini
menghasilkan bahwa ukuran perusahaan dan variabilitas persediaan berpengaruh
secara signifikan terhadap keputusan pemilihan metode persediaan, struktur
kepemilikan, financial leverage, dan rasio lancar tidak berpengaruh secara signifikan pada pemilihan metode persediaan.
Mukhlasin (2001), menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
metode persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek
Jakarta dan pengaruhnya terhadap earning price ratio. Data yang digunakan merupakan data sekunder, dengan jumlah populasi 133 perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEJ selama tahun 1995-1999. Peneliti menggunakan alat uji
regresi logistic. Penelitian ini menghasilkan ukuran perusahaan, intensitas modal,
intensitas persediaan, dan variabilitas harga pokok penjualan berpengaruh secara
signifikan terhadap pemilihan metode persediaan, sedangkan variabilitas
persediaan dan variabilitas laba akuntansi tidak berpengaruh secara siginifikan.
Metallia (2007), penelitian ini menguji pengaruh struktur kepemilikan,
ukuran perusahaan dan rasio perputaran persediaan terhadap pemilihan metode
Jakarta. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan jumlah populasi 155
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama tahun 2000-2004. Peneliti
menggunakan analisis regresi logistic untuk uji hipotesisnya. Penelitian ini
menghasilkan struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan rasio perputaran
persediaan berpengaruh secara siginifikan terhadap pemilihan metode persediaan
baik secara parsial maupun simultan.
Kasini(2011), penelitian ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan metode persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2007-2009. Data yang digunakan adalah data sekunder,
dengan jumlah populasi 171 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Peneliti menggunakan regresi logistic sebagai alat uji hipotesisnya. Penelitian ini
menghasilkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial dan simultan
terhadap pemilihan metode persediaan, sedangkan financial leverage, variabilitas persediaan, dan margin laba kotor secara parsial tidak berpengaruh terhadap
pemilihan metode persediaan namun berpengaruh secara simultan terhadap
pemilihan metode persediaan.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama
Peneliti
2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka Konseptual
Variabel independen dalam penelitian ini adalah variabilitas persediaan,
margin laba kotor, financial leverage, dan rasio lancar. Sedangkan variabel dependennya adalah metode persediaan.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.3.1.1 Hubungan Variabilitas Persediaan dengan Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan
Variabilitas persediaan merupakan nilai persediaan. Semakin kecil
variasi nilai persediaan maka variasi terhadap labanya juga akan kecil.
Variabilitas persediaan dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi
persediaan karena pemilihan metode persediaan yang berbeda akan
menghasilkan nilai persediaan yang berbeda. Ketika terjadi inflasi, penggunaan
metode FIFO akan menghasilkan variasi persediaan yang tinggi yang akan
berdampak pada naiknya laba. Sebaliknya, penggunaan metode rata-rata
ketika terjadi inflasi tidak terlalu menyebabkan variasi persediaan yang
terlalu tinggi sehingga labanya juga akan lebih rendah daripada Variabilitas persediaan (�
� �
0+ �cos���� + ∞
Margin laba kotor (� )
Financial leverage (� )
Rasio lancar (� )
Pemilihan
Metode
Akuntansi
menggunakan metode FIFO. Atas dasar variasi nilai persediaan dan laba yang
dihasilkan inilah mengapa variabilitas persediaan dapat mempengaruhi pemilihan
metode akuntansi persediaan. Ketika perusahaan ingin menaikkan laba, maka
perusahaan dapat menggunakan metode FIFO. Ketika perusahaan ingin
menurunkan laba agar laporan keuangan tampak rata dan mengurangi biaya
pajak, maka metode persediaan yang digunakan adalah metode rata-rata.
2.3.1.2 Hubungan Margin Laba Kotor dengan Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan
Margin laba kotor dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi
persediaan. Semakin besar margin laba kotor pada suatu periode akan
mempengaruhi kebijakan manajemen untuk melakukan/mempertahankan
pengaturan persediaan tahun berikutnya yang dapat menghasilkan laba kotor yang
besar pula, sedangkan jika kondisi margin laba kotor kecil, hal ini dapat
mempengaruhi pemilihan metode persediaan yang dapat menghasilkan jumlah
harga pokok penjualan yang kecil sehingga margin laba kotor menjadi besar
(Kasini,2011). Ketika terjadi inflasi, penggunaan metode akuntansi yang berbeda
dapat menghasilkan laba kotor yang berbeda. Penggunaan metode FIFO pada saat
terjadi inflasi akan mengakibatkan margin laba kotor menjadi lebih besar daripada
2.3.1.3 Hubungan Financial Leverage dengan Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan
Financial Leverage dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan. Ketika rasio financial leverage tinggi, maka hutang perusahaan juga tinggi. Dengan hutang yang tinggi, maka perusahaan akan mencoba untuk
menaikkan total aktiva dengan cara memilih metode persediaan yang dapat
menambah total aktiva. Perusahaan akan memilih metode FIFO ketika terjadi
inflasi karena akan menaikkan persediaan akhir yang nantinya akan berakibat
pada naiknya aktiva lancar. Selain itu, dengan memilih FIFO maka laba yang
dihasilkan juga akan naik sehingga kemampuan untuk membayar hutang juga
akan naik. Sebaliknya, ketika financial leverage rendah maka perusahaan dapat memilih metode yang dapat menurunkan laba agar biaya pajaknya juga turun.
Menurut Zmijewski & Hagerman (1981), jumlah hutang yang lebih besar
dalam struktur modal perusahaan akan menyebabkan perusahaan lebih memilih
metode yang menaikkan laba yaitu metode persediaan FIFO karena akan
menurunkan kemungkinan perusahaan mengalami technical default atau melanggar perjanjian hutang. Sebaliknya, ketika perusahaan memiliki tingkat
financial leverage rendah, maka perusahaan dapat menggunakan metode akuntansi persediaan yang menurunkan laba yaitu metode rata-rata agar
dapat menghemat pajak.
2.3.1.4 Hubungan Rasio Lancar dengan Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan
Rasio lancar dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan.
kewajiban jangka pendeknya juga akan semakin besar. Para kreditor yang
akan meminjamkan dananya pasti melihat dari laba dan rasio lancar.
Semakin besar laba dan rasio lancarnya, maka kreditor akan semakin yakin
bahwa perusahaan mampu membayar kewajibannya. Maka ketika rasio lancarnya
rendah, perusahaan akan memilih metode FIFO untuk menaikkan rasio
lancarnya dan menaikkan labanya sehingga akan berdampak pada kepercayaan
kreditor kepada perusahaan.
2.3.2 Hipotesis Penelitian
Mengacu pada perumusan masalah, tinjauan teoritis dan beberapa
penelitian terdahulu yang diuraikan maka hipotesis yang dikemukakan oleh
peneliti adalah sebagai berikut:
H1: Variabilitas Persediaan berpengaruh secara simultan dan parsial
terhadap Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan.
H2: Margin Laba Kotor berpengaruh secara simultan dan parsial
terhadap Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan.
H3: Financial Leverage berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan.
H4: Rasio Lancar berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap
Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan.
H5: Variabilitas Persediaan, Margin Laba Kotor, Financial Leverage, dan Rasio Lancar berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk paradigma kuantitatif yang menekankan pada
pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan
melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
Berdasarkan karakteristik masalah, penelitian ini termasuk penelitian
kausal komparatif. Penelitian kausal komparatif adalah penelitian yang
menunjukkan arah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, disamping
mengukur kekuatan hubungannya (E.M. Sangadji-Sopiah, 2010 : 22). Penelitian
ini merupakan tipe penelitian ex post facto, yaitu tipe penelitian terhadap data yang dikumpulkan setelah terjadinya suatu fakta atau peristiwa.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur hipotesis dan
menjelaskan hubungan antara variabel yang diteliti, yaitu Variabilitas Persediaan,
Margin Laba kotor, Financial Leverage dan Rasio Lancar sebagai variabel independen dan Metode Akuntansi Persediaan sebagai variabel dependen.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Data penelitian ini diperoleh dari www.idx.co.id yaitu data perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Tahap
Penelitian Feb. Mar. Apr. Mei Juni Juli Agst. Pengajuan
Judul Penyetujuan Proposal Penyelesaian Proposal Bimbingan Skripsi Penulisan Skripsi Penyelesaian Skripsi
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada 2009 sampai dengan 2011. Sampel dipilih dengan
metode purposive sampling dimana penelitian ini mempunyai tujuan atau target tertentu dalam memilih sampel, umumnya disesuaikan dengan tujuan atau
masalah penelitian (Indriantoro dan Supomo, 1999: 131).
Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah :
1. Sampel merupakan perusahaan manufaktur yang masih terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011.
2. Perusahaan tersebut melaporkan laporan keuangan selama periode
3. Perusahaan tersebut menerapkan satu metode persediaan secara
konsisten selama periode 2009-2011
Proses penentuan sampel dapat dilihat pada lampiran 1.
Tabel 3.2
Daftar Perusahaan Manufaktur yang Menjadi Sampel
NO KODE NAMA PERUSAHAAN
1 ADMG Polychem Indonesia Tbk.
2 AKKU Alam Karya Unggul Tbk. 3 APLI Asiaplast Industries Tbk.
4 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk.
5 BUDI Budi Acid Jaya Tbk. 6 CEKA Cahaya Kalbar Tbk.
7 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk. 8 GDYR Goodyear Indonesia Tbk. 9 INAI Indal Alumunium Industry Tbk.
10 INDR Indo-Rama Synthetics Tbk. 11 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. 12 KBLM Kabelindo Murni Tbk.
13 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk.
14 MAIN Malindo Feedmill Tbk. 15 MERK Merck Tbk.
16 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk.
17 MLIA Mulia Industrindo Tbk. 18 MYOR Mayora Indah Tbk. 19 MYRX Hanson International Tbk. 20 NIPS Nipress Tbk.
21 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk.
22 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk. 23 PTSN Sat Nusapersada Tbk.
24 PYFA Pyridam Farma Tbk.
25 RMBA Bentoel Internasional Investama Tbk.
26 SIAP Sekawan Intipratama Tbk. 27 SIPD Sierad Produce Tbk. 28 SKLT Sekar Laut Tbk.
29 SMCB Holcim Indonesia Tbk. 30 SMSM Selamat Sempurna Tbk. 31 SPMA Suparma Tbk.
35 TRST Trias Sentosa Tbk. 36 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk.
37 ULTJ Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk.
38 UNTX Unitex Tbk.
39 UNVR Unilever Indonesia Tbk.
3.4. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif
yang diukur dalam skala numerik. Sumber data penelitian ini merupakan data
sekunder, berupa laporan keuangan dan laporan tahunan yang dipublikasikan di
Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia. Data sekunder merupakan
data yang telah diolah dan disajikan kembali. Menurut Sugiyono (2008:193),
“sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen”. Data
yang diperoleh merupakan kombinasi dari data time series dan cross section
3.5. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui dua tahap. Pada tahap
pertama peneliti akan melakukan Tahap pertama adalah studi pustaka, dengan
mengumpulkan data dari jurnal, abstrak, dan buku yang berkaitan dengan
penelitian. Tahap kedua adalah studi dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan
data berupa laporan keuangan dan informasi lain yang berkaitan dengan penelitian
3.6. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Menurut Erlina (2008:42), “variabel penelitian adalah sesuatu yang dapat
membedakan atau mengubah nilai yang dapat berbeda pada waktu yang berbeda
pula untuk obyek atau orang yang sama”.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel dependen. Menurut Erlina (2008:42), “Variabel dependen
pada dasarnya disebut dengan variabel terikat atau variabel tidak
bebas dan dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel
dependen pada penelitian ini adalah pemilihan metode akuntansi
persediaan.
2. Variabel independen. Menurut Erlina (2008:43), “Variabel
independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan
dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif
maupun negatif bagi variabel dependennya”. Variabel independen
dalam penelitian ini terdiri dari variabilitas persediaan,margin laba
Tabel 3.3
Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Defenisi
3.7. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis statistik (regresi
logistik) dengan spss versi 17.0, dan dilakukan melalui berbagai uji sebagai
1. Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis maka perlu dilakukan
uji asumsi klasik. Menurut Syafrizal, dkk. (2010:201), dikarenakan uji
hipotesis yang digunakan adalah regresi logistik, dimana uji ini
mengabaikan uji hetereroskedastisitas, maka uji asumsi klasik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, multikolineritas
dan uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan
analisis data. Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah
dalam model regresi, variabel penggangu atau residu memiliki
distribusi normal (Erlina, 2008 : 102). Jika data normal maka statistik
parametik yang akan digunakan, dan jika data tidak normal maka
statistik non-parametik atau melakukan treatment agar data menjadi normal.
Model regresi yang baik memiliki data distribusi yang normal
atau mendekati normal. Jika asumsi ini tidak dipenuhi maka uji
statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Uji statistik
yang digunakan untuk menguji normalitas adalah uji statistik non
parametic one Kolmogorov Smirnov. Jika angka probabilitas
0,05 maka variabel tidak terdistrubusi secara normal. Sebaliknya, bila
angka probabilitas = 0,05 maka variabel terdistribusi secara
b. Uji Multikolineritas
Uji ini digunakan untuk situasi dimana adanya korelasi
variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang
lainnya. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai VIF dan
korelasi diantara variabel independen, jika nilai VIF lebih besar
dari 2, maka terjadi multikolineritas diantara variabel
independen (Erlina, 2008:105).
c. Uji Autokorelasi
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode
saat ini dengan kesalahan penggangu pada periode sebelumnya.
Uji yang digunakan untuk melihat autokorelasi dalam
penelitian ini adalah uji Durbin-Watson (DW test), dengan
kriteria sebagai berikut :
Angka D-W terletak antara Upper Bound (DU) dan
(4-DU) maka tidak ada auto korelasi.
Angka D-W<DL maka ada autokorelasi positif.
Angka D-W > (4-DL) maka ada autokorelasi negatif.
Angka D-W terletak antara (4-DU) dan (4-DL), maka
hasilnya tidak dapat disimpulkan.
2. Menguji Keseluruhan Model
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan antara -2 Log
Likelihood pada akhir (Bolck Number = 1), ( Syafrizal, dkk.
2010:202).
3. Menilai Kelayakan Model Regresi
Uji ini dilakukan untuk menilai kelayakan model regresi
logistik yang akan digunakan. Yang menjadi ukuran adalah nilai
chi-square dari suatu uji Homser and Lemeshow. 4. Pengujian Hipotesis ( Regresi Logistik )
Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pengujian Regresi Logistik. Alasan penggunaan model
regresi logistik pada penelitian ini adalah karena varibel dependen
penelitian merupakan variabel kategori (yaitu FIFO = 0, Average = 1).
Regresi logistik adalah bentuk khusus analisis regresi dengan
variabel respon bersifat kategori, kontinu, atau gabungan antara
keduanya. Regresi logistik ini digunakan untuk menguji apakah
probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel
bebasnya (Syafrizal,dkk. 2010:199).
Dilakukan dengan menggunakan regresi logistik, dengan:
+ + + + +
Dimana :
Y = pemilihan metode persediaan a = konstanta
X1 = variabilitas persediaan X2 = margin laba kotor X3 = financial leverage X4 = rasio lancar b1..2..3..4 = koefisien regresi
Menurut Algifari (2000:21), “pada umumnya penelitian
menggunakan tingkat signifikansi 1%, 5%, atau 10%. Pada suatu
pengujian hipotesis jika menggunakan α = 5%, maka artinya peneliti
memiliki keyakinan bahwa dari 100% sampel, probabilitas anggota sampel
yang tidak memiliki karakteristik populasi adalah 5%”. Berdasarkan teori
tersebut, maka pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tingkat
signifikansi 0,05 (α = 5%). Ketentuan penolakan atau penerimaan
hipotesis adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak ( koefisien
regresi tidak signifikan ). Ini berarti bahwa secara
bersama-sama keempat variabel independen tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel dependen.
b. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka hipotesis diterima (
koefisien regresi signifikan ). Ini berarti bahwa secara
bersama-sama keempat variabel independen mempunyai pengaruh yang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Singkat Obyek Penelitian
Populasi penelitian ini terdiri dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan ktriteria pemilihan sampel, yaitu purposive sampling maka diperoleh sampel sebanyak 39 perusahaan dari 131 perusahaan populasi yang ada.
Jumlah sampel yang diperoleh dari populasi yang ada sebanyak 39
perusahaan yang terdiri dari 2 kelompok, yaitu yang menggunakan metode
rata-rata dan metode FIFO. Jumlah dari pembagian perusahaan berdasarkan 2
kelompok tersebut terdiri dari:
Tabel 4.1
Persentase Jumlah Pemakaian Metode Persediaan
No Metode Jumlah Persentase
1 Rata-rata 31 79,48
2 FIFO 8 20,52
Jumlah 39 100%
Dari tabel tersebut terlihat bahwa perusahaan yang menggunakan metode
rata-rata di Indonesia lebih besar dari penggunaan metode FIFO. 31 perusahaan
menggunakan metode rata-rata dan 8 perusahaan menggunakan metode FIFO
dari 39 perusahaan, hal ini mendukung penelitian dari Salma Taqwa (2001) dan
Data yang berhubungan dengan penelitian sebelum dilakukannya analisis
data dapat ditunjukkan melalui lampiran 2.
4.2. Analisis dan Hasil Penelitian
Analisa data serta pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
program spss 17.0 versi for windows.
4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
nilai rata-rata (mean), maksimum dan minimum dari variabel-variabel independen
yaitu variabilitas persediaan, margin laba kotor, financial leverage dan rasio lancar.
Table 4.1
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Variabilitas persediaan 39 1.11 3.35 1.5631 .39792
Margin laba kotor 39 -.70 54.36 1.5969 8.67562
Financial Leverage 39 .02 3.66 .5495 .75282
Rasio Lancar 39 .18 10.32 2.1144 2.09590
Valid N (listwise) 39
1. Variabilitas Persediaan
Variabilitas persediaan merupakan variasi dari nilai persediaan akhir
dalam sebuah perusahaan dimana nilai persediaan terakhir tersebut tidak sama dan
variatif. Dari jumlah sampel sebanyak 39 perusahaan dengan variabilitas
persediaan terkecil 1,11 dan variabilitas persediaan terbesar 3,35 dimana
variabilitas persediaan terkecil diperoleh oleh PT. Chandra Asri Petrochemical
2. Margin Laba Kotor
Margin Laba Kotor menunjukkan besarnya persentase laba kotor terhadap
jumlah penjualan. Dari jumlah sampel sebanyak 39 perusahaan terdapat rentang
yang sangat jauh antara margin laba kotor setiap sampel. Nilai margin laba kotor
terkecil sebesar -0,70 yang berarti perusahaan mengalami kerugian dan margin
laba kotor terbesar 54,36. Margin laba kotor terkecil diperoleh PT. Alam Karya
Unggul dan margin laba kotor terbesar diperoleh PT. Mulia Industrindo.
3. Financial Leverage
Financial Leverage menunjukkan kemampuan perusahaan membayar hutang jangka panjang dengan kekayaan yang dimilikinya. PT. Jakarta Kyoel
Steel Works memiliki nilai financial leverage terkecil sebesar 0,02 dan PT. Malindo Feedmill dengan nilai financial leverage terbesar sebesar 3,66.
4. Rasio Lancar
Rasio Lancar menunjukkan kemampuan perusahaan membayar hutang
jangka pendeknya dengan asset lancar yang dimiikinya. Semakin besar nilai rasio
lancar perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk melunasi
hutang jangka pendeknya. PT. Alam Karya Unggul memiliki nilai rasio lancar
terkecil sebesar 0,22 dan PT. Jakarta Kyoel Steel Works memiliki nilai rasio
lancar terbesar senilai 10,32.
4.2.2. Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan
mengetahui apakah data sudah terdistribusi secara normal atau
tidak. Ghozali (2005), memberikan pedoman pengambilan
keputusan rentang data mendekati atau merupakan distribusi
normal berdasarkan uji Kolmogorov- Smirnov yang dapat
dilihat dari:
a. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05, maka distribusi data tidak
normal.
b. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka distribusi data normal.
Hasil uji normalitas dengan menggunakan model
Kolmogorov-Smirnov adalah seperti yang ditampilkan berikut ini:
Table 4.2
Hasil Uji Normalitas (1)
Berdasarkan hasil uji statistic dengan model Kolmogorov-Smirnov seperti yang
terdapat pada table 4.2 dapat diketahui bahwa :
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Std. Deviation .39792 8.67562 .75282 2.09590
Most Extreme
Differences
Absolute .248 .492 .241 .260
Positive .248 .492 .235 .260
Negative -.127 -.400 -.241 -.178
Kolmogorov-Smirnov Z 1.548 3.074 1.505 1.624
Asymp. Sig. (2-tailed) .017 .000 .022 .010
a. Test distribution is Normal.
Nilai K-S untuk variable variabilitas persediaan adalah 1,54 dengan
Asymp. Sig(2-tailed) 0,017. Nilai tersebut di bawah α=0,05 karena
Asymp. Sig (2-tailed) < α/2 (0,025). Hal ini berarti bahwa variable
variabilitas persediaan terdistribusi secara tidak normal.
Nilai K-S untuk variable margin laba kotor adalah 3,07 dengan Asymp.
Sig(2-tailed) 0,00. Nilai tersebut di bawah α=0,05 karena Asymp. Sig (2 -tailed) < α/2 (0,025). Hal ini berarti bahwa variable variabilitas persediaan
terdistribusi secara tidak normal.
Nilai K-S untuk variable financial leverage adalah 1,50 dengan Asymp.
Sig(2-tailed) 0,022. Nilai tersebut di bawah α=0,05 karena Asymp. Sig (2 -tailed) < α/2 (0,025). Hal ini berarti bahwa variable variabilitas persediaan
terdistribusi secara tidak normal.
Nilai K-S untuk variable rasio lancar adalah 1,62 dengan Asymp.
Sig(2-tailed) 0,01. Nilai tersebut di bawah α=0,05 karena Asymp. Sig (2-tailed) < α/2 (0,025). Hal ini berarti bahwa variable variabilitas persediaan
terdistribusi secara tidak normal.
Menurut Erlina dan Mulyani (2007) ada beberapa cara mengubah model
regresi menjadi normal yaitu :
a. Lakukan transformasi data ke bentuk lainnya
b. Lakukan trimming, yaitu membuang data outlier
c. Lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai data outlier ke suatu nilai
tertentu.
Untuk mengubah nilai residual menjadi normal, peneliti melakukan
berdasarkan asumsi normalitas. Berikut ini adalah hasil pengujian dengan
Kolmogorov-Smirnov setelah dilakukan trimming data.
Table 4.3
Hasil Uji Normalitas (2) Setelah trimming data
Berdasarkan hasil uji statistic setelah dilakukan trimming data seperti yang
terdapat pada table 4.3 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi variable
variabilitas persediaan sebesar 0,209; margin laba kotor sebesar 0,097; financial leverage sebesar 0,062; dan rasio lancar 0,069. Nilai signifikansi (2-tailed) variabel-variabel di atas lebih dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data variabel variabilitas persediaan, margin laba kotor, financial leverage, dan rasio lancar berdistribusi normal.
4.2.2.2. Uji Multikolineritas
Normal Parametersa,,b Mean 1.5257 .2249 .4597 1.9851
Std. Deviation .27504 .28655 .54281 1.6600
9
Most Extreme Differences Absolute .180 .208 .223 .219
Positive .180 .208 .223 .219
Negative -.083 -.192 -.209 -.161
Kolmogorov-Smirnov Z 1.063 1.230 1.318 1.298
Asymp. Sig. (2-tailed) .209 .097 .062 .069
a. Test distribution is Normal.
Tabel 4.4 Uji Multikolineritas
Coefficientsa
Model
Correlations Collinearity Statistics
Zero-order Partial Part Tolerance VIF
1 margin laba kotor -.054 -.043 -.041 .867 1.154
financial leverage .197 .149 .142 .920 1.087
rasio lancar -.176 -.128 -.121 .880 1.137
variabilitas persediaan -.249 -.255 -.247 .951 1.052
a. Dependent Variable: pemilihan metode akuntansi persediaan
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa tolerance yaitu korelasi
diantara variabel independen lebih kecil dari 1 dan nilai VIF dibawah
nilai 2, hal ini membuktikan bahwa model regresi yang digunakan
dalam penelitian ini bebas dari Multikolineritas.
4.2.2.3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi yang digunakan pada penelitian ini dapat
digambarkan pada tabel dibawah ini dan lampiran 4.
Tabel 4.5 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .345a .118 .086 .40553 2.18
a. Predictors: (Constant), rasio lancar, variabilitas persediaan, financial leverage, margin
laba kotor
Berdasarkan tabel 4.5, untuk mengetahui adanya autokorelasi
digunakan uji Durbin-Watson, dengan kriteria sebagai berikut:
Angka D-W terletak antara batas atas atau Upper Bound (DU) dan
4-DU maka tidak ada autokorelasi.
• Angka D-W < DL maka ada autokorelasi positif.
• Angka D-W > (4-DL) maka ada autokorelasi negatif.
• Angka D-W antara (4-DU) dan (4-DL), maka tidak dapat disimpulkan.
Berdasarkan tabel Durbin-Watson, yaitu pada jumlah n=34, dan
k=3 menghasilkan DL sebesar 1,343 dan DU sebesar 1,583. Berdasarkan
hasil uji statisitik yang ditunjukkan melalui tabel 4.5 dapat diketahui
bahwa nilai statistik Durbin-Watson sebesar 2,18, maka disimpulkan
bahwa tidak terjadi autokorelasi baik positif maupun negatif.
4.2.3. Menguji Keseluruhan Model
Statistik yang digunakan adalah adalah berdasarkan pada fungsi Likehood.
Likehood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihopitesakan
menggambarkan model input.
Model dari statistik -2LogL dapat digambarkan melalui tabel sebagai berikut:
Tabel 4.6
Gambaran Jumlah Kasus Penelitian
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 34 100.0
Missing Cases 0 .0
Unselected Cases 0 .0
Total 34 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa jumlah seluruh kasus yang
diolah dalam penelitian ini adalah 34 perusahaan, namun setelah dilakukan uji
kelayakan model ternyata kasus yang dapat dianalisis sebesar 34 kasus yaitu
100% dari semua jumlah kasus.
Tabel 4.7 Variabel dependen
Dependent Variabel Encoding
Original Value Internal Value
metode FiFo 0
metode rata-rata 1
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai yang diberikan untuk variabel
dependen dimana variabel ini adalah variabel yang menggunakan variabel dummy
yaitu 1 dan 0.
Tabel 4.8
Nilai -2LogL untuk Model yang Hanya Memasukkan Konstanta
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 34.748 1.176
2 34.575 1.342
3 34.575 1.350
4 34.575 1.350
a. Constant is included in the model.
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 34.575
c. Estimation terminated at iteration number 4
because parameter estimates changed by less than
.001.
Tabel 4.9
Nilai -2LogL untuk Model dengan Konstanta dan Variabel Bebas
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 34.575
d. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than
.001.
Tampilan output SPSS memberikan 2 nilai -2LogL yaitu untuk model yang
hanya memasukkan konstanta (tabel 4.8) dan untuk model dengan konstanta dan
variabel bebas (tabel 4.9). Nilai -2LogL yang hanya memasukkan konstanta