ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMILIHAN METODE AKUNTANSI PERSEDIAAN
(Studi Kasus pada Perusahaan Dagang dan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015)
HALAMAN SAMPUL DEPAN
THE ANALYSIS OF THE FACTORS THAT INFLUENCE THE SELECTION OF INVENTORY ACCOUNTING METHODS
(Case Study on the Trading Companies and Manufacturing Companies Listed
on the Indonesia Stock Exchange Year 2012-2015)
Oleh
ALIKA LATHIFA HANUM 20130420229
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
THE ANALYSIS OF THE FACTORS THAT INFLUENCE THE SELECTION OF INVENTORY ACCOUNTING METHODS
(Case Study on the Trading Companies and Manufacturing Companies Listed
on the Indonesia Stock Exchange Year 2012-2015)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
ALIKA LATHIFA HANUM 20130420229
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
v
-Khalifah Umar
“
Suatu pekerjaan yang paling tak kunjung bisa diselesaikan adalah
pekerjaan
yang tak kunjung pernah dimulai”
-JRR, Tolkien
“
Siapa diriku sudah cukup baik apabila aku menjadi diriku sendiri dengan
terus terang”
-Carl Rogers
“
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi
bangkit
kembali setiap kali kita jatuh”
-Confusius
“
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak
menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka
menye
rah”
-Thomas Alva Edison
“
Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah
menjadi manusia yang berguna”
-Einstein
“
Seribu kata tak akan meninggalkan kesan yang begitu mendalam
dib
andingkan dengan satu perbuatan”
-Henrik Ibsen
“
Apa yang kau simpan untuk dirimu sendiri akan lenyap, apa yang kamu
berikan pada orang
lain akan kamu miliki selamanya”
vi
Skripsi ini kupersembahkan untuk…
1.
Orang Tua tercinta, Bapak Wahyu Padjarto dan Ibu Ernawati,
sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada
terhingga, yang telah mendukung baik secara moral dan materil,
terima kasi
h atas do’a, kasih sayang
dan semua pengorbananmu.
2.
Adik satu-satunya, Hilmi Atha Riski, yang membuat hidup ini
menjadi ramai dan penuh warna, terima kasih.
3.
Seluruh keluarga besar, yang selalu memperhatikanku,
menyemangatiku dan mendo
’
akanku, terima kasih.
4.
Almamater tercinta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
yang telah memberikan ilmu, pengalaman, teman dan keluarga
ix
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan serta limpahan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMILIHAN METODE
AKUNTANSI PERSEDIAAN (Studi Kasus pada Perusahaan Dagang dan
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2012-2015)”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat
memberikan masukan bagi manajer dalam pengambilan keputusan mengenai
kebijakan metode akuntansi persediaan pada perusahaannya, selain itu juga dapat
memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.
Skripsi ini terwujud karena adanya berkah dari Allah SWT serta
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut,
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Ibu Dr. Ietje Nazaruddin, S.E., M.Si., Ak, selaku Kepala Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
3. Ibu Dra. Arum Indrasari, M.Buss., Ak., CA, selaku Dosen Pembimbing yang
selalu memberikan dorongan semangat, bimbingan dan juga waktunya
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan
x
5. Bapak dan Ibu serta Adik dan Keluarga Besar yang senantiasa selalu
mendo’akan dan selalu memberikan kasih sayang serta dukungan baik secara moral maupun materil hingga penulis dapat menyelesaikan studi.
6. Teman-teman semua atas kebersamaan, dukungan dan bantuan selama
penulisan skripsi ini.
7. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan
semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh
karena itu kritik, saran dan pengembangan penelitian yang bersifat konstruktif dari
pihak manapun sangat diperlukan demi tercapainya karya tulis yang lebih baik
dengan topik yang sama.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 07 Desember 2016
xi
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
HALAMAN INTISARI ... vii
HALAMAN ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Batasan Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Landasan Teori ... 11
B. Penurunan Hipotesis ... 22
C. Model Penelitian ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
A. Subyek dan Obyek Penelitian ... 37
B. Jenis Data ... 37
C. Teknik Pengambilan Sampel ... 37
D. Teknik Pengumpulan Data ... 38
xii
F. Uji Kualitas Data ... 42
G. Uji Hipotesis dan Analisa Data ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49
A. Gambaran Umum Subyek/Obyek Penelitian ... 49
B. Uji Kualitas Data ... 50
C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 63
D. Pembahasan (Intrepretasi) ... 68
BAB V SIMPULAN SARAN DAN KETERBATASAN... 76
A. Simpulan ... 76
B. Saran ... 77
C. Keterbatasan ... 77
D. Implikasi ... 78
DAFTAR PUSTAKA
xiii
4. 2. Kelompok Sampel Perusahaan Berdasarkan Metode Persediaan ... 50
4. 3. Statistik Deskriptif Sampel ... 51
4. 4. Hasil Uji Normalitas ... 54
4. 5. Hasil Uji Mann-Whitney Test ... 55
4. 6. Hasil Uji Nilai -2 Log Likelihood ... 57
4. 7. Hasil Uji Omnibust Test of Model Coefficient ... 58
4. 8. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 59
4. 9. Hasil Uji Hosmer and Lemeshow Test ... 60
4. 10. Hasil Uji Multikolinearitas ... 61
4. 11. Hasil Uji Matrik Klarifikasi ... 61
4. 12. Hasil Uji Regresi Logistik 2012-2015 ... 63
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Nama Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian
Lampiran 2. Nama Perusahaan yang menggunakan Metode FIFO
Lampiran 3. Nama Perusahaan yang menggunakan Metode Rata-rata
Lampiran 4. Pengukuran Variabel Ukuran Perusahaan
Lampiran 5. Pengukuran Variabel Kepemilikan Manajerial
Lampiran 6. Pengukuran Variabel Variabilitas Persediaan
Lampiran 7. Pengukuran Variabel Variabilitas Harga Pokok Penjualan
Lampiran 8. Pengukuran Variabel Rasio Lancar
Lampiran 9. Pengukuran Variabel Leverage
Lampiran 10. Hasil Statistik Deskriptif
Lampiran 11. Hasil Uji Normalitas
Lampiran 12. Hasil Uji Mann-Whitney Test
vii
INTISARI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan membuktikan secara empiris adanya pengaruh ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, variabilitas persediaan, variabilitas harga pokok penjualan, rasio lancar dan leverage terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 yang dipilih menggunakan metode purposive sampling. Terdapat 37 perusahaan yang memenuhi kriteria, 6 perusahaan menggunakan metode FIFO dan 31 perusahaan menggunakan metode rata-rata.
Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji beda dan uji hipotesis. Uji beda dilakukan dengan menggunakan Mann-Whitney Test dan uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi logistik dengan metode enter dan tingkat signifikansi 5%. Pengujian dilakukan dengan bantuan program komputer IBM SPSS Statistics Version 22. Hasil dari uji beda memberikan nilai yang signifikan atas kepemilikan manajerial, sedangkan ukuran perusahaan, variabilitas persediaan, variabilitas harga pokok penjualan, rasio lancar dan
leverage tidak memberikan nilai yang signifikan, sehingga penelitian ini memberikan bukti bahwa terdapat perbedaan antara metode FIFO dan metode rata-rata dilihat dari kepemilikan manajerial. Hasil dari uji hipotesis menunjukkan bahwa hanya kepemilikan manajerial dan variabilitas harga pokok penjualan yang berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Sedangkan ukuran perusahaan, variabilitas persediaan, rasio lancar dan leverage tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.
viii
ABSTRACT
The purpose of this research is to test and prove empirically of the influence of firm size, managerial ownership, variability of inventory, variability of cost of goods sold, current ratio and leverage to the selection method of inventory accounting. The sample in this research are trading companies and manufacturing companies listed on Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2012 to 2015 were selected using purposive sampling method. There are 37 companies that meet the criteria, 6 companies using FIFO and the 31 companies using the average method.
Tests conducted in this study include different test and hypothesis test. Different test performed using the Mann-Whitney test and hypothesis test performed by using logistic regression with enter method and significance level of 5%. The test of this research performed by help of a computer program IBM SPSS Statistics Version 22. The results from different test provides significant value over the managerial ownership, while the firm size, variability of inventory,
variability of cost of goods sold, current ratio and leverage doesn’t provide
significant value, so this research provides evidence that there are differences between FIFO and average method seen from managerial ownership. The results of hypothesis test indicate that only managerial ownership and variability of cost of goods sold which affect the accounting method of inventory. While the firm size, variability of inventory, current ratio and leverage doesn’t affect to the accounting method of inventory.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Munculnya perusahaan-perusahaan baru baik dalam bidang jasa, dagang
ataupun manufaktur menandakan bahwa perkembangan dunia usaha mengalami
peningkatan yang cukup pesat. Tujuan utama didirikannya perusahaan adalah
untuk memperoleh laba seoptimal mungkin serta untuk memaksimalkan
kemakmuran pemegang saham. Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka
perusahaan harus memiliki sistem manajemen yang baik dan handal yang dapat
diterapkan pada kegiatan operasionalnya, salah satunya adalah dalam penerapan
metode akuntansi persediaan.
Pada umumnya perusahaan memiliki persediaan yang digunakan atau
diproses untuk menghasilkan barang yang dapat memberikan nilai tambah dan
manfaat bagi para konsumennya. Persediaan merupakan salah satu unsur dari aset
yang bersifat aktif dan memiliki peran penting dalam suatu perusahaan. Dapat
dikatakan bahwa persediaan merupakan urat nadi bagi setiap perusahaan,
khususnya perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur karena persediaan
menjadi kunci utama bagi kedua jenis perusahaan tersebut untuk melancarkan
jalannya kegiatan operasi perusahaan.
Persediaan dapat diartikan sebagai aset baik yang berwujud barang
ataupun bahan yang dimiliki dan disimpan oleh perusahaan untuk dijual atau
perusahaan dengan tujuan untuk dijual kembali atau masih dalam proses produksi
yang akan diolah lebih lanjut menjadi barang jadi kemudian dijual atau akan
dipergunakan dalam proses produksi barang jadi yang kemudian dijual
(Mardiasmo, 1999:109).
Menurut Pujianto (2013), persediaan barang dagang dikelompokkan
menjadi 2 yaitu persediaan barang dalam perusahaan dagang dan persediaan
barang dalam perusahaan manufaktur. Kedudukan perusahaan dagang yang
merupakan sebagai distributor dan kedudukan perusahaan manufaktur yang
merupakan sebagai produsen menjadikan persediaan memiliki arti yang berbeda
bagi masing-masing perusahaan tersebut.
Dalam Islam, metode akuntansi persediaan penting diterapkan guna
menghindari kecurangan dan manipulasi informasi. Dengan diterapkannya metode
akuntansi persediaan, setiap pergerakan persediaan baik yang masuk maupun
yang keluar akan dicatat sehingga apabila terjadi kesalahan dapat ditelusuri
dengan mudah. Islam menjelaskan tentang arti penting penerapan metode
akuntansi persediaan dalam potongan Q.S. Al-Baqarah ayat 282 sebagai berikut:
"
ُوُبُتْكاَف ىًمَسُم ٍلَجَأ ََِٰإ ٍنْيَدِب ْمُتَْ ياَدَت اَذِإ اوَُمآ َنيِذلا اَه يَأ اَي
ۚ
ْبُتْكَيْلَو
ِلْدَعْلاِب ٌبِتاَك ْمُكَْ يَ ب
ۚ
َبُتْكَي ْنَأ ٌبِتاَك َبْأَي َََو
َُا ُهَملَع اَمَك
ۚ
ْبُتْكَيْلَ ف
اًئْيَش ُهِْم ْسَخْبَ ي َََو ُهبَر ََا ِقتَيْلَو قَْْا ِهْيَلَع يِذلا ِلِلْمُيْلَو
ۚ
" ...
Yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya, maka hendaklah ia menuliskan. Dan hendaklah orang yang berhutang itu mendiktekan, dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah,
Berdasarkan PSAK 14 (1994), terdapat 3 macam metode akuntansi
persediaan yang diakui dan diperbolehkan di Indonesia yaitu metode Masuk
Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau First In First Out (FIFO), metode rata-rata
tertimbang atau metode weighted average dan metode Masuk Terakhir Keluar
Pertama (MTKP) atau Last In First Out (LIFO). Namun setelah PSAK 14 (1994)
direvisi menjadi PSAK 14 (2008) maka hanya terdapat 2 macam metode
akuntansi persediaan yang diakui dan diperbolehkan yaitu metode Masuk Pertama
Keluar Pertama (MPKP) atau First In First Out (FIFO) dan metode rata-rata
tertimbang atau weighted average.
Peraturan dalam PSAK 14 (2008) berbanding lurus dengan peraturan
perpajakan di Indonesia yang dituangkan dalam Pasal 10 Ayat 6 Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan. Peraturan dalam PSAK 14
(2008) dan peraturan perpajakan di Indonesia hanya mengakui metode Masuk
Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau First In First Out (FIFO) dan metode
rata-rata tertimbang atau weighted average.
Dari hal tersebut diketahui bahwa metode Masuk Terakhir Keluar Pertama
(MTKP) atau Last In First Out (LIFO) sudah tidak diakui dan tidak diperbolehkan
lagi penggunaannya. Alasan tidak diperbolehkannya penggunaaan metode Masuk
Terakhir Keluar Pertama (MTKP) atau Last In First Out (LIFO) karena dalam
dunia perpajakan metode tersebut hanya akan merugikan negara sebab laba yang
dihasilkan dari penggunaaan metode tersebut kecil sehingga berdampak pada
Meskipun metode Masuk terakhir Keluar Pertama (MTKP) atau Last In
First Out (LIFO) sudah tidak diakui lagi penggunaannya namun jika ada
perusahaan yang menggunakan metode Masuk terakhir Keluar Pertama (MTKP)
atau Last In First Out (LIFO) dalam laporan keuangannya maka untuk pelaporan
pajaknya harus membuat kembali dengan metode yang diperbolehkan yaitu
metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau First In First Out (FIFO)
atau metode rata-rata tertimbang (weighted average). Hal ini menyebabkan
perusahaan-perusahaan di Indonesia menggunakan metode FIFO atau rata-rata
untuk laporan keuangannya karena tidak perlu lagi membuat untuk tujuan pajak
(Gunadi, 1998).
Penelitian yang dilakukan terhadap pemilihan metode persediaan di AS
menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan manufaktur pada umumnya
menggunakan metode LIFO dan FIFO (Niehaus, 1989). Sedangkan untuk di
Indonesia sebanyak 22 perusahaan atau 26,5% menggunakan metode FIFO dan 61
perusahaan atau 73,5% menggunakan metode average. (Syailendra dan Raharja,
2014).
Penggunaan metode akuntansi yang berbeda akan menimbulkan dampak
yang berbeda pula. Metode akuntansi yang dipilih dapat mempengaruhi laba yang
akan dilaporkan, jumlah pajak yang akan dibayar, dan nilai rasio yang dihasilkan
dari neraca (Harrison, et al., 2012). Persediaan adalah contoh aset di mana
seorang manajer harus memutuskan metode akuntansi mana yang akan digunakan.
Kebijakan antara perusahaan satu dengan perusahaan lain dalam memilih metode
jenis kegiatan operasional perusahaannya agar metode yang digunakan nantinya
dapat benar-benar sesuai dengan keadaan perusahaan.
Pemilihan metode akuntansi persediaan menjadi salah satu pusat perhatian
dalam berbagai penelitian karena pemilihan metode akuntansi persediaan nantinya
akan berpengaruh terhadap neraca maupun laporan laba rugi yang akan dipakai
oleh para pemakai laporan keuangan untuk membuat keputusan-keputusan
investasi, kredit dan keputusan-keputusan ekonomi lainnya. Dalam memilih
metode akuntansi persediaan selain perbedaan kepentingan, perubahan harga,
peraturan perpajakan juga mempertimbangkan kondisi internal yang berupa
karakteristik operasional perusahaan yang tercermin dalam kesempatan produksi
investasi (Sangadah dan Kusmuriyanto, 2014).
Seperti yang telah dijelaskan bahwa persediaan merupakan salah satu aset
terpenting pada perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur, karena hampir
seluruh pendapatannya diperoleh dari hasil penjualan barang sebagai persediaan.
Harga pokok penjualan dari hasil penjualan persediaan pada umumnya juga
merupakan bagian terbesar dari beban pada perusahaan dagang dan perusahaan
manufaktur. Oleh karena itu manajemen persediaan yang efektif merupakan kunci
keberhasilan operasi perusahaan, sehingga tidak mengherankan apabila
manajemen perusahaan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membuat
perencanaan dan pengendalian persediaan.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya masih memiliki
inkonsistensi dalam hasil antara peneliti yang satu dengan peneliti lainnya. Oleh
mempengaruhi perusahaan dalam memilih metode akuntansi persediaan.
Berdasarkan berbagai hal yang telah diuraikan di atas, peneliti akan melakukan
kembali suatu penelitian mengenai persediaan pada perusahaan dagang dan
perusahaan manufaktur, dengan judul: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMILIHAN METODE
AKUNTANSI PERSEDIAAN (Studi Kasus pada Perusahaan Dagang dan
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2012-2015)”.
Penelitian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Mahardika,
dkk. (2015). Persamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah
sama-sama menggunakan ukuran perusahaan, variabilitas persediaan dan rasio lancar
sebagai variabel independen. Salah satu sampel yang digunakan dalam penelitian
Mahardika, dkk. (2015) juga sama dengan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur.
Terdapat 4 hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian
Mahardika, dkk. (2015). Yang pertama, adanya penambahan beberapa variabel
independen yaitu kepemilikan manajerial, variabilitas harga pokok penjualan dan
leverage. Yang kedua, adanya perbedaan pengukuran yang digunakan. Perbedaan
pengukuran yang digunakan terjadi pada variabel ukuran perusahaan. Dalam
penelitian ini ukuran perusahaan diukur berdasarkan total aset perusahaan
sedangkan pada penelitan Mahardika, dkk. (2015) ukuran perusahaan diukur
Perbedaan yang ketiga adalah penggunaan sampel, dalam penelitian
Mahardika, dkk. (2015) sampel yang digunakan yaitu perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) namun dalam penelitian ini sampel
dikembangkan menjadi perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perbedaan yang terakhir yaitu pada
periodesasi penelitian, periode yang digunakan dalam penelitian Mahardika, dkk.
(2015) adalah dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, sedangkan dalam
penelitian ini periode yang digunakan adalah dari tahun 2012 sampai dengan
tahun 2015.
B. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel independen yang akan diuji dalam penelitian ini adalah ukuran
perusahaan, kepemilikan manajerial, variabilitas persediaan, variabilitas harga
pokok persediaan, rasio lancar dan leverage. Sedangkan variabel dependen
yang akan diuji dalam penelitian ini adalah metode akuntansi persediaan.
2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan dagang dan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
C. Rumusan Masalah Penelitian
Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pemilihan metode
akuntansi persediaan?
2. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pemilihan metode
akuntansi persediaan?
3. Apakah variabilitas persediaan berpengaruh terhadap pemilihan metode
akuntansi persediaan?
4. Apakah variabilitas harga pokok penjualan berpengaruh terhadap pemilihan
metode akuntansi persediaan?
5. Apakah rasio lancar berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi
persediaan?
6. Apakah leverage berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi
persediaan?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris atas pengaruh ukuran
perusahaan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.
2. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris atas pengaruh kepemilikan
3. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris atas pengaruh variabilitas
persediaan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.
4. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris atas pengaruh variabilitas
harga pokok penjualan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.
5. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris atas pengaruh rasio lancar
terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.
6. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris atas pengaruh leverage
terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Sebagai sumber ilmu pengetahuan tambahan dalam bidang akuntansi
khususnya mengenai persediaan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan serta sarana untuk
mengaplikasikan ilmu yang diterima secara teoritis dalam perkuliahan ke
dalam dunia nyata.
b. Bagi Akademik
Sebagai sarana untuk pengembangan ilmu akuntansi, khususnya
sebagai kontribusi dalam pengembangan teori dan sebagai acuan serta
bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
c. Bagi Manajer
Sebagai acuan dalam melihat hubungan antara kebijakan
akuntansi persediaan dengan kegiatan operasional perusahaan untuk
menentukan langkah dalam pengambilan keputusan dan penentuan
kebijakan yang dapat menguntungkan perusahaan.
d. Bagi Investor
Sebagai pengetahuan tambahan untuk dijadikan acuan dalam
melihat prospek keuntungan masa depan dan perkembangan perusahaan
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory)
Teori akuntansi positif merupakan suatu teori yang berusaha
menerangkan fenomena-fenomena akuntansi yang terjadi di dalam
masyarakat. Teori akuntansi positif dapat digunakan untuk memperkirakan
kemungkinan yang akan terjadi jika manajer memutuskan pilihan tertentu,
termasuk pemilihan mengenai metode akuntansi persediaan.
Menurut teori akuntansi positif, manajer memiliki kecenderungan
untuk melakukan suatu tindakan yang dinamakan sebagai tindakan oportunis
(opportunistic behavior). Tindakan oportunis merupakan suatu tindakan yang
dilakukan oleh perusahaan dalam memilih kebijakan akuntansi yang
dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri, kelompok atau suatu tujuan tertentu
yang menguntungkan dan dapat memaksimumkan kepuasan perusahaan.
Dalam memilih metode akuntansi persediaan terdapat tindakan
oportunis seorang manajer untuk melakukan manajemen laba. Tindakan
manajer untuk melakukan manajemen laba tersebut didasari atas motivasi
pribadi yang berarti bahwa manajer akan memilih metode akuntansi yang
dapat menguntungkan dirinya sendiri.
Watts dan Zimmerman (1986) membuat 3 hipotesis yang dikaitkan
a. Hipotesis Program Bonus (Bonus Plan Hypotesis)
Hipotesis ini beranggapan bahwa manajer perusahaan dengan
program bonus tertentu cenderung akan lebih memilih metode yang dapat
menaikkan laba yang dilaporkan pada tahun berjalan. Hal tersebut
dilakukan untuk memaksimalkan bonus yang akan mereka peroleh
karena laba yang diperoleh seringkali dijadikan pedoman dalam
mengukur keberhasilan kinerja. Dengan demikian, dapat diprediksi
bahwa perusahaan yang mempunyai kebijakan pemberian bonus yang
didasarkan pada laba akan lebih memilih prosedur akuntansi yang
menaikkan laba yaitu metode FIFO.
b. Hipotesis Perjanjian Hutang (Debt Covenant Hypothesis)
Hipotesis ini berhubungan dengan syarat-syarat yang harus
dipenuhi perusahaan dalam perjanjian hutang (debt covenant). Dengan
adanya perjanjian hutang, manajer cenderung memilih metode akuntansi
yang dapat meningkatkan laba perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk
menghindarkan perusahaan dari pelanggaran terhadap debt covenant
yang dapat mengakibatkan munculnya biaya baru. Sehingga dengan
menaikkan laba, manajer berupaya untuk mencegah atau setidaknya
menunda hal tersebut dan salah satu cara untuk menaikkan laba yaitu
dengan menggunakan metode FIFO.
c. Hipotesis Biaya Politik (Political Cost Hypothesis)
Hipotesis ini menyatakan semakin besar biaya politis yang
13
perusahaan tersebut untuk menggunakan pilihan akuntansi yang dapat
mengurangi laba. Perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi akan
mendapat perhatian luas dari kalangan konsumen dan media yang
nantinya akan menarik perhatian pemerintah dan regulator sehingga
menyebabkan terjadinya biaya politis, di antaranya adalah muncul
intervensi pemerintah, pengenaan pajak yang lebih tinggi, dan berbagai
macam tuntutan lain yang dapat meningkatkan biaya politis. Oleh karena
itu perusahaan berupaya untuk memilih metode akuntansi yang dapat
mengurangi biaya politis. Pertimbangan political cost hypothesis inilah
yang menjadikan manajer cenderung untuk menerapkan metode rata-rata
karena metode rata-rata menghasilkan laba yang lebih kecil dibandingkan
dengan metode FIFO.
2. Hipotesis Ricardian (Ricardian Hypothesis)
Hipotesis ricardian dikemukakan oleh Lee dan Hsieh (1985).
Hipotesis ricardian disebut juga sebagai hipotesis pajak. Hipotesis ricardian
merupakan hipotesis yang mempengaruhi penggunaan metode akuntansi
persediaan pada perusahaan yang didasarkan pada prioritas kepentingan
kepentingan yang muncul di dalam perusahaan. Hipotesis ini berasumsi
bahwa peraturan perpajakan merupakan faktor yang paling mempengaruhi
perusahaan, dimana tujuan yang ingin dicapai oleh manajemen adalah
memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara meminimalkan biaya pajak
Berdasarkan hipotesis ricardian dapat dijelaskan bahwa manajer
perusahaan perlu memperhitungkan pengaruh pajak ketika akan memilih dan
memutuskan metode persediaan yang akan digunakan pada perusahaannya.
Apabila perusahaan menggunakan metode FIFO, maka perusahaan akan
menciptakan laba yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan metode
rata-rata sehingga perusahaan tidak bisa melakukan penghematan pajak (tax
saving). Sebaliknya, apabila perusahaan menggunakan metode rata-rata,
maka perusahaan akan menciptakan laba yang lebih kecil dan bisa melakukan
penghematan pajak (tax saving).
3. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan disebut juga dengan teori agensi. Teori ini
dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling pada tahun
1976 pada tulisannya yang berjudul “Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs, and Ownership Structure". Jensen dan Meckling
menjelaskan bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus of
contract) antara pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan manajer
(agent) yang mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut.
Principal merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agent untuk
bertindak atas nama principal, sedangkan agent merupakan pihak yang diberi
amanat oleh principal untuk menjalankan perusahaan. Agent berkewajiban
untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanahkan oleh principal
15
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005), teori agensi adalah
hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori agensi ini berasumsi
bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya
sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan
agent. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa principal diasumsikan hanya
tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau bagaimana keadaan
investasi mereka di dalam perusahaan. Sedangkan para agent diasumsikan
menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang
menyertai dalam hubungan tersebut. Aplikasi teori agensi dapat terwujud
dalam kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan kewajiban
masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan secara
keseluruhan.
Konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent dalam
pemilihan metode akuntansi persediaan adalah terkait dengan laba yang akan
dihasilkan perusahaan. Principal cenderung lebih menyukai metode rata-rata
karena akan menghasilkan laba yang jumlahnya lebih kecil dibandingkan
dengan penggunaan metode FIFO karena dengan metode tersebut dapat
mengurangi pajak yang akan dibayar. Sedangkan agent lebih menyukai
metode FIFO yang menghasilkan laba dengan jumlah besar. Hal tersebut
dilakukan karena penilaian kinerja agent biasanya dilihat dari laba yang
dihasilkan sehingga semakin besar laba yang diperoleh maka akan semakin
4. Metode Akuntansi Persediaan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Paragraf 23 pada
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 14 (2008)
menyatakan bahwa:
“Biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam paragraf 21, harus dihitung
dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang. Entitas harus menggunakan rumus biaya yang sama terhadap semua persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang sama. Untuk persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang berbeda, rumusan
biaya yang berbeda diperkenankan.”
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa hanya terdapat 2
metode akuntansi persediaan yang diperbolehkan penggunaannya di
Indonesia yaitu:
a. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau First In First
Out (FIFO)
Menurut metode FIFO, biaya pertama yang masuk ke dalam
persediaan adalah biaya pertama yang dibebankan ke harga pokok
penjualan, oleh karena itu diberi nama first-in first-out (Harrison, et al.,
2012). Metode FIFO menganggap bahwa barang yang lebih dulu dibeli,
akan dijual juga lebih dulu. Dengan demikian harga perolehan barang
yang lebih dulu dibeli, dianggap akan menjadi harga pokok penjualan
lebih dulu juga. Metode ini seringkali sejalan dengan aliran fisik barang
dagangan, karena dalam manajemen yang baik biasanya barang yang
paling lama dijual lebih dahulu.
Keunggulan yang didapat dari penggunaan metode FIFO antara
17
mendekati harga pokok sekarang serta memberikan suatu nilai
reasonable approximation atas biaya pokok pengganti pada neraca
apabila tidak terdapat perubahan harga sejak pembelian terakhir.
Sedangkan kelemahan dari metode FIFO adalah tidak menggambarkan
keadaan yang sebenarnya karena biaya berjalan (current cost) tidak
ditandingkan dengan pendapatan berjalan (current revenue) pada laporan
laba rugi.
Kelemahan lain dari penggunaan metode ini dapat terlihat jika
terjadi inflasi. Dengan terjadinya inflasi maka harga barang-barang
cenderung meningkat sepanjang waktu karena biaya dari barang-barang
yang dibebankan pada harga pokok barang tersebut merupakan biaya dari
barang yang dibeli pertama kali sehingga harga pokok penjualannya
terlalu rendah dan berdampak pada laba yang dilaporkan terlalu tinggi
akibatnya pajak yang dibayar oleh perusahaan juga tinggi. Selain
dianjurkan oleh Pemerintah, metode FIFO banyak dipergunakan oleh
perusahaan-perusahaan karena perhitungan dan pelaksanaannya
sederhana, nilai persediaan akhir pada neraca sesuai dengan harga yang
berlaku sekarang serta dapat menghindari kerusakan dan keusangan
persediaan.
b. Metode Rata-rata atau Average.
Metode biaya rata-rata, yang kadang-kadang disebut sebagai
metode rata-rata tertimbang (weighted-average method), didasarkan pada
Metode rata-rata didasarkan pada anggapan bahwa barang tersedia untuk
dijual adalah homogen. Pada metode ini, pengalokasian harga perolehan
barang yang tersedia untuk dijual dilakukan atas dasar harga perolehan
rata-rata tertimbang.
Berbeda dengan metode FIFO, dalam metode rata-rata barang
yang digunakan atau dijual akan dibebani dengan harga pokok rata-rata
dimana perhitungan harga pokok rata-rata dilakukan dengan cara
membagi jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya. Cara ini dapat
digunakan untuk mengurangi dampak dari fluktuasi harga.
Metode rata-rata biasanya digunakan karena sisi praktisnya bukan
karena alasan konseptual. Metode ini mudah diterapkan, objektif dan
tidak dapat dimanfaatkan untuk manipulasi laba. Penggunaan metode
rata-rata sifatnya netral, baik terhadap perhitungan nilai persediaan
maupun pada perhitungan laba. Biasanya harga pokok penjualan dan laba
berada di tengah-tengah metode FIFO dan metode LIFO (Tuannakota,
2000:51).
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Akuntansi
Persediaan
a. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menunjukkan suatu skala dimana perusahaan
dapat digolongkan besar kecilnya menurut berbagai cara. Menurut Ferry
19
perusahaan ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total
penjualan dan rata-rata total aktiva.
Pada dasarnya ukuran perusahaan tergolong menjadi 3 kategori
yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan sedang (medium firm)
dan perusahaan kecil (small firm). Sedangkan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah mengatur
ketentuan ukuran perusahaan menjadi empat jenis berdasarkan jumlah
aset dan jumlah penjualan. Keempat jenis ukuran tersebut antara lain:
1) Perusahaan dengan usaha ukuran mikro, yaitu memiliki kekayaan
bersih paling banyak Rp50.000.000,- (tidak termasuk tanah dan
bangunan) dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp300.000.000,-.
2) Perusahaan dengan usaha ukuran kecil, yaitu memiliki kekayaan
bersih lebih dari Rp50.000.000,- sampai dengan paling banyak
Rp500.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) dan memiliki
hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,- sampai dengan
paling banyak Rp2.500.000.000,-.
3) Perusahaan dengan usaha ukuran menengah, yaitu memiliki
kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,- sampai dengan paling
banyak Rp10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan)
serta memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,-
4) Perusahaan dengan usaha ukuran besar, yaitu memiliki kekayaan
bersih lebih dari Rp10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah dan
bangunan) serta memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp50.000.000.000,-.
b. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan perbandingan persentase
kepemilikan saham di suatu perusahaan. Kepemilikan manajerial kerap
dijadikan sebagai mekanisme untuk mengurangi konflik antara
manajemen dan pemegang saham.
Kepemilikan saham di perusahaan dibagi menjadi kepemilikan
manajerial (managerial ownership) dan kepemilikan institusi
(institutional ownership). Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan
saham oleh direksi, manajemen, komisaris maupun setiap pihak yang
terlibat secara langsung dalam pembuatan keputusan perusahaan.
Sedangkan kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh
pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar
negeri, dana perwalian dan institusi lainnya.
c. Variabilitas Persediaan
Nilai persediaan akhir yang dihasilkan oleh satu perusahaan
dengan perusahaan lainnya berbeda-beda. Hal tersebut menggambarkan
operasional perusahaan yang mencerminkan metode akuntansi
persediaan yang digunakan oleh tiap-tiap perusahaan dan pergerakan
21
Variabilitas persediaan menggambarkan variasi nilai persediaan
akhir suatu perusahaan yang akan disajikan dalam neraca. Variabilitas
yang tinggi menunjukkan bahwa penyajian persediaan heterogen,
sedangkan variabilitas yang rendah menunjukkan bahwa penyajian
persediaan homogen.
d. Variabilitas Harga Pokok Penjualan
Variabilitas harga pokok penjualan merupakan variasi nilai dari
harga pokok penjualan pada suatu perusahaan. Variabilitas harga pokok
penjualan menunjukkan harga pokok atas sejumlah barang yang dijual
selama periode akuntansi tertentu yang mencerminkan operasional
perusahaan dalam mengelola persediaan. Harga pokok penjualan
merupakan beban terbesar dan pengendalian persediaan yang cermat
perlu dilaksanakan untuk memperbesar laba operasi.
Variabilitas harga pokok penjualan merupakan kontra dari
variabilitas persediaan. Jika metode FIFO akan menghasilkan nilai
persediaan akhir yang besar maka untuk harga pokoknya nilainya akan
kecil, begitu pula sebaliknya jika persediaan akhir pada metode rata-rata
kecil maka harga pokok penjualan pada metode rata-rata akan relatif
besar.
e. Rasio Lancar
Rasio lancar merupakan ukuran yang sangat umum digunakan
untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan
kreditor jangka pendek dapat dicukupi oleh aset yang di menjadi uang
tunai dengan tahun yang sama dengan jatuh tempo hutang.
Perusahaan yang memiliki nilai rasio lancar yang tinggi maka
kepastian akan kesanggupan melunasi kewajiban jangka pendeknya juga
besar dan perusahaan yang memiliki nilai rasio lancar yang rendah
kepastian akan kesanggupan melunasi kewajiban jangka pendeknya juga
rendah. Pada umumnya para kreditor melihat nilai ini dalam memberikan
kredit kepada perusahaan.
f. Leverage
Leverage merupakan skala yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam membayar hutang dengan kekayaan yang dimilikinya.
Rasio ini dapat digunakan untuk memprediksi seberapa besar perusahaan
dibiayai oleh pihak luar dibanding dengan kemampuan perusahaan
sendiri. Para investor akan melihat seberapa besar tingkat leverage
perusahaan, hal tersebut dilakukan untuk melihat kemampuan perusahaan
dalam membayar hutangnya atau pembayaran deviden kepada pemegang
saham agar tidak melanggar perjanjian kontrak (debt covenant).
B. Penurunan Hipotesis
1. Ukuran Perusahaan dan Metode Akuntansi Persediaan
Semakin besar perusahaan maka transfer kekayaan yang dilakukan
oleh perusahaan akan semakin besar pula dan semakin kecil perusahaan maka
23
merupakan transfer kekayaan dari perusahaan kepada negara yang sifatnya
wajib dan memaksa, oleh karena itu perusahaan besar cenderung akan
memilih metode rata-rata. Dampak dari penggunaan metode tersebut dapat
menurunkan laba sehingga biaya pajak yang dibayarkan lebih kecil
dibandingkan ketika perusahaan menggunakan metode FIFO.
Selain bisa menghemat pajak (tax saving), penggunaan metode
rata-rata juga bisa menghindari biaya politik (political cost). Dengan adanya biaya
politik dari pemerintah menandakan bahwa pemerintah melakukan
pengawasan terhadap kegiatan perusahaan. Pemerintah biasanya lebih mudah
mengawasi kegiatan perusahaan melalui laporan keuangan yang
dipublikasikan oleh perusahaan (Taqwa, dkk., 2003). Hal tersebut membuat
perusahaan-perusahaan besar bertindak dengan lebih hati-hati dalam
mengambil keputusan dengan tujuan untuk meminimalisir intervensi
pemerintah, pengenaan pajak yang lebih tinggi dan berbagai macam tuntutan
lainnya yang lebih dirasakan oleh perusahaan besar. Oleh karena itu
perusahaan besar akan memilih metode akuntansi yang bisa mengurangi laba
yang dilaporkan (Watts dan Zimmerman, 1990).
Sedangkan perusahaan kecil akan memilih metode (FIFO) yang dapat
meningkatkan perolehan laba. Dengan laba yang tinggi, perusahaan akan
dianggap memiliki kinerja yang baik, sehingga perusahaan bisa memperoleh
pinjaman dana dari bank atau lembaga keuangan lainnya karena kinerja
Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Morse dan
Richardson (1983), Dopuch dan Pincus (1988), Lindahl (1989), Cushing dan
LeClere (1992), Taqwa, dkk. (2003), Harahap dan Jiwana (2009), Tjahjono
dan Chaerulisa (2015) telah mengonfirmasi bahwa ukuran perusahaan
memberikan pengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Taqwa, dkk. (2003) memaparkan
bahwa perusahaan besar akan lebih memilih metode persediaan rata-rata.
Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lee dan Hsieh
(1985), Niehaus (1989), Abdullah (1999), Sangadah dan Kusmuriyanto
(2014), penelitian mereka tidak memberikan bukti bahwa faktor ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.
Hasil yang tidak signifikan dalam penelitian Abdullah (1999) disebabkan
karena tahun-tahun penelitian yang digunakan yaitu tahun 1992-1996 dimana
pada tahun tersebut tingkat harga relatif stabil.
Atas dasar pertimbangan pajak dan adanya biaya politik (political
cost) maka ukuran perusahaan dapat mempengaruhi pemilihan metode
akuntansi persediaan, sehingga hipotesis pertama yang dikemukakan pada
penelitian ini adalah:
H1 : Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar
probabilitas pemilihan metode rata-rata dan semakin kecil
perusahaan maka semakin besar probabilitas pemilihan metode
25
2. Kepemilikan Manajerial dan Metode Akuntansi Persediaan
Suatu perusahaan yang didirikan dimiliki oleh pemilik perusahaan
(shareholder) dan dikelola oleh seorang manajer yang menjadi kepercayaan
shareholder. Dari kedua belah pihak tersebut baik shareholder maupun
manajer memiliki keinginan untuk memaksimalkan kesejahteraannya
masing-masing. Sehubungan dengan pemilihan metode akuntansi persediaan maka
antara manajer dengan pemilik akan timbul konflik kepentingan (agency
theory) (Taqwa, dkk., 2003).
Shareholder cenderung lebih memilih metode rata-rata, sebab dengan
metode tersebut dapat mengurangi pajak yang dibayarkan. Sedangkan
manajer lebih memilih metode FIFO karena penilaian kinerja manajer salah
satunya dilihat dari laba yang dihasilkan atas penjualan persediaan. Sehingga,
semakin besar laba yang diperoleh maka akan semakin besar pula bonus atau
kompensasi yang diterima manajer.
Namun lain cerita apabila manajer memiliki persentase kepemilikan
saham. Apabila manajer memiliki persentase kepemilikan saham yang kecil
maka manajer akan tetap memilih metode FIFO karena manajer tetap
berorientasi pada bonus atau kompensasi yang akan diterima dari laba yang
dihasilkan. Tetapi sebaliknya, apabila manajer memiliki persentase
kepemilikan saham yang besar maka manajer akan beralih ke metode yang
bisa menghemat pajak (tax saving) yaitu metode rata-rata.
Penelitian yang dilakukan oleh Niehaus (1989) membuktikan bahwa
pemilihan metode akuntansi persediaan. Semakin besar keikutsertaaan
manajer dalam kepemilikan saham maka konflik yang terjadi akan semakin
kecil. Penelitian yang dilakukan oleh Niehaus (1989) memberikan hasil yang
berbeda dengan penelitian Taqwa, dkk. (2003). Penelitian yang dilakukan
oleh Taqwa, dkk. (2003) memberikan hasil yang tidak signifikan atas
kepemilikan manajerial. Hal ini disebabkan karena data yang diperoleh
menunjukkan hanya sedikit manajer yang sekaligus merupakan pemilik.
Atas dasar timbulnya konflik kepentingan antar masing-masing pihak
maka kepemilikan manajerial dapat mempengaruhi pemilihan metode
akuntansi persediaan, sehingga hipotesis kedua yang dikemukakan pada
penelitian ini adalah:
H2 : Semakin besar kepemilikan manajerial maka semakin besar
probabilitas pemilihan metode rata-rata dan semakin kecil
kepemilikan manajerial maka semakin besar probabilitas
pemilihan metode FIFO.
3. Variabilitas Persediaan dan Metode Akuntansi Persediaan
Variabilitas persediaan menggambarkan variasi nilai persediaan akhir
yang dimiliki oleh perusahaan. Penggunaan metode akuntansi persediaan
yang berbeda akan menghasilkan nilai persediaan yang berbeda pula,
sehingga variabilitas persediaan dianggap memiliki pengaruh terhadap
27
Dari penelitian yang dilakukan oleh Cushing & LeClere (1992)
menemukan perbedaan mengenai variasi persediaan. Dari penelitiannya
tersebut menghasilkan bahwa metode FIFO digunakan oleh perusahaan yang
memiliki variasi persediaan tinggi. Sedangkan metode LIFO digunakan oleh
perusahaan yang memiliki variasi persediaan rendah.
Penggunaan metode FIFO pada saat terjadinya inflasi akan
menimbulkan variasi persediaan yang tinggi yang kemudian akan berdampak
pada melonjaknya laba perusahaan. Sebaliknya, penggunaan metode rata-rata
pada saat terjadi inflasi tidak begitu menyebabkan variasi persediaan yang
terlalu tinggi sehingga labanya juga akan lebih kecil daripada penggunaan
metode FIFO.
Penggunaan metode rata-rata lebih disukai investor karena informasi
nilai persediaan akhir yang diciptakan oleh perusahaan relatif stabil, sehingga
investor mempunyai kemampuan untuk memprediksi dan membuat keputusan
ekonomi yang tepat dibandingkan jika perusahaan menggunakan metode
FIFO. Begitu pula dengan manajer, manajer lebih menyukai penggunaan
metode rata-rata karena akan menciptakan informasi yang relatif lebih stabil
yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan. Hal tersebut sesuai sebagaimana
yang dikemukakan oleh Tuanakotta (2000) bahwa metode rata-rata
tertimbang sebenarnya bersifat netral terhadap inventory dan cost of goods
sold.
Sebelumnya sudah banyak penelitian yang dilakukan atas pengaruh
Penelitian tersebut dilakukan oleh Lee dan Hsieh (1985), Dopuch dan Pincus
(1988), Niehaus (1989), Cushing & LeClere (1992), Taqwa, dkk. (2003) serta
Sangadah dan Kusmuriyanto (2014). Dari penelitian-penelitian tersebut
diperoleh hasil bahwa variabilitas persediaan berpengaruh secara signifikan
terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.
Hasil yang berlawanan ditemukan oleh Biddle (1980) yang
menyatakan bahwa tidak menemukan hasil yang signifikan untuk variabel
variabilitas persediaan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.
Atas dasar variasi nilai persediaan dan laba yang dihasilkan maka
variabilitas persediaan dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi
persediaan, sehingga hipotesis ketiga yang dikemukakan pada penelitian ini
adalah:
H3 : Semakin kecil variabilitas persediaan maka semakin besar
probabilitas pemilihan metode rata-rata dan semakin besar
variabilitas persediaan maka semakin besar probabilitas
pemilihan metode FIFO.
4. Variabilitas Harga Pokok Penjualan dan Metode Akuntansi Persediaan
Variabilitas harga pokok penjualan memberikan informasi harga
pokok atas sejumlah barang yang dijual selama periode akuntansi tertentu.
Menurut Kieso (1997) dalam (Astuti, 2005) pada kondisi inflasi, selain
berpengaruh terhadap nilai persediaan akhir juga berpengaruh terhadap harga
29
Seperti yang telah diketahui bahwa saat terjadi inflasi, dampak dari
penerapan metode FIFO akan memberikan laba yang lebih besar terhadap
perusahaan. Hal ini sesuai dengan tujuan utama perusahaan untuk
memperoleh laba semaksimal mungkin. Sehingga saat terjadi inflasi, manajer
perusahaan berupaya menerapkan metode akuntansi persediaan dengan harga
pokok penjualan yang rendah agar dapat menghasilkan laba yang tinggi.
Metode yang sesuai adalah metode FIFO.
Sebaliknya, untuk perusahaan-perusahaan yang ingin mengurangi
biaya pajaknya, maka perusahaan dapat menerapkan metode rata-rata agar
harga pokok penjualannya semakin besar dan laba yang dihasilkan semakin
kecil sehingga pajak yang akan dibayarkan semakin kecil pula. Hal ini sesuai
dengan tujuan para investor yang ingin mengurangi biaya pajak sehingga
mereka lebih suka memilih metode rata-rata. Selain itu, sesuai dengan konsep
smoothing income metode rata-rata akan memberikan harga pokok penjualan
yang lebih stabil (smooth) dibandingkan jika perusahaan mengadopsi metode
FIFO.
Variabilitas harga pokok penjualan telah diteliti oleh Dopuch dan
Pincus (1989) dan Cushing dan LeClere (1992). Dopuch dan Pincus melihat
harga pokok penjualan dari rasio harga pokok penjualan pada persediaan dan
rasio persediaan pada harga pokok penjualan. Sedangkan Cushing dan
LeClere (1992) menggunakan estimation tax saving yang didapat dari selisih
antara harga pokok penjulan metode LIFO dikurangi dengan harga pokok
Di Indonesia penelitian sejenis juga pernah dilakukan oleh Mukhlasin
(2002), Yuli Soesetyo (2006), Harahap dan Jiwana (2009). Penelitian mereka
mendapatkan bukti yang sama bahwa variabilitas harga pokok penjualan
berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi
persediaan.
Sedangkan penelitan Setijaningsih dan Pratiwi (2009) memberikan
hasil yang bertolak belakang. Hal ini dikarenakan periode yang digunakan
dalam penelitian tersebut yaitu pada tahun 2007-2008 merupakan periode
terjadinya inflasi. Kondisi inflasi tidak hanya berpengaruh pada nilai
persediaan akhir namun juga dapat berpengaruh terhadap harga pokok
penjualan. Pada saat tingkat inflasi mengalami kenaikan, harga pokok
penjualan juga akan mengalami kenaikan sehingga dapat mempengaruhi nilai
pada harga pokok penjualan di laporan keuangan yang juga akan
mempengaruhi laba yang akan dihasilkan oleh perusahaan.
Atas dasar perbedaan harga pokok penjualan dan laba yang dihasilkan
serta adanya pertimbangan pajak maka variabilitas harga pokok penjualan
dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan, sehingga
hipotesis keempat yang dikemukakan pada penelitian ini adalah:
H4 : Semakin besar variabilitas harga pokok penjualan maka semakin
besar probabilitas pemilihan metode rata-rata dan semakin kecil
variabilitas harga pokok penjualan maka semakin besar
31
5. Rasio Lancar dan Metode Akuntansi Persediaan
Demi keberlangsungan usahanya terkadang perusahaan membutuhkan
dana suntikan dari kreditor. Para kreditor yang akan memberikan pinjaman
dana tentunya akan melihat laba dan rasio lancar dari perusahaan yang
bersangkutan. Semakin tinggi nilai rasio lancar suatu perusahaan maka
menandakan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya, sehingga hal tersebut dapat
digunakan untuk meyakinkan kreditor.
Namun ketika nilai rasio lancar suatu perusahaan menunjukkan angka
yang rendah maka hal tersebut tidak dapat digunakan untuk meyakinkan
kreditor. Dengan rendahnya nilai rasio lancar yang dimiliki perusahaan,
kreditor merasa tidak percaya untuk memberikan pinjaman dana kepada
perusahaan karena mereka khawatir dana yang dipinjamkannya tidak dapat
kembali.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan nilai
rasio lancar yang tinggi pada umumnya akan memilih metode rata-rata yang
akan menghasilkan laba yang rendah sehingga bisa melakukan penghematan
pajak (tax saving). Sedangkan perusahaan dengan nilai rasio lancar yang
rendah tentu akan memilih metode FIFO untuk menaikkan rasio lancar
beserta labanya. Hal tersebut dilakukan agar perusahaan dianggap memiliki
kinerja yang baik yang nantinya akan berdampak pada kepercayaan kreditor
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian mengenai rasio lancar
terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan, antara lain adalah Hunt
(1985), Cushing dan LeClere (1992), Abdullah (1999), Taqwa, dkk. (2003)
serta Harahap dan Jiwana (2009). Hasil yang diperoleh Cushing dan LeClere
(1992) serta Harahap dan Jiwana (2009) membuktikan bahwa rasio lancar
berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi
persediaan.
Sedangkan penelitian Hunt (1985), Abdullah (1999), dan Taqwa, dkk.
(2003) tidak memberikan bukti adanya pengaruh yang signifikan dari rasio
lancar terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Hal ini sesuai dengan
hipotesis pajak yang dikemukakan Hunt (1985), dimana perusahaan akan
berusaha meningkatkan kesejahteraannya melalui metode yang bisa
meminimalkan pajak tanpa mempedulikan besarnya hutang jangka pendek
pada perusahaan tersebut. Perusahaan akan memilih metode yang bisa
memperoleh penghematan pajak (tax saving).
Atas dasar bervariasinya pinjaman dana yang diperoleh
masing-masing perusahaan yang tercermin dalam rasio lancar, maka rasio lancar
dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan, sehingga
hipotesis kelima yang dikemukakan pada penelitian ini adalah:
H5 : Semakin besar nilai rasio lancar maka semakin besar probabilitas
pemilihan metode rata dan semakin kecil nilai rasio lancar maka
33
6. Leverage dan Metode Akuntansi Persediaan
Ketika rasio leverage suatu perusahaan menunjukkan angka yang
tinggi berarti hutang yang dimiliki perusahaan tersebut besar sehingga risiko
dan biaya atas hutang perusahaan juga besar. Atas dasar hal tersebut maka
perusahaan akan berupaya untuk menaikkan total aset dengan memilih
metode akuntansi persediaan yang dapat menambah total aset. Saat terjadi
inflasi, perusahaan akan memilih metode FIFO karena penggunaan metode
tersebut akan menaikkan persediaan akhir yang nantinya berdampak pada
naiknya aset lancar. Selain itu, dengan memilih metode FIFO maka laba yang
diperoleh juga akan naik sehingga kemampuan untuk membayar hutang juga
akan naik.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Zmijewski dan
Hagerman (1981) yang menyatakan bahwa perusahaan akan memilih metode
yang bisa menaikkan laba ketika memiliki tingkat financial leverage yang
tinggi, metode yang sesuai adalah metode FIFO. Menurut Zmijewski dan
Hagerman (1981), jumlah hutang yang lebih besar dalam struktur modal
perusahaan akan menyebabkan perusahaan lebih memilih metode yang
menaikkan laba yaitu metode persediaan FIFO karena akan menurunkan
kemungkinan perusahaan mengalami technical default atau melanggar
perjanjian hutang.
Sedangkan ketika rasio leverage suatu perusahaan menunjukkan
angka yang rendah maka hutang yang dimiliki perusahaan tersebut kecil
memilih metode akuntansi persediaan yang dapat menurunkan laba yaitu
metode rata-rata agar biaya pajaknya juga menurun sehingga perusahaan
dapat melakukan penghematan pajak (tax saving).
Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian mengenai pengaruh
leverage terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan, antara lain: Hunt
(1985), Lee dan Hsieh (1985), Dopuch dan Pincus (1988), Lindahl (1989),
Niehaus (1989), Cushing dan LeClere (1992), Abdullah (1999), Taqwa, dkk.
(2003), Harahap dan Jiwana (2009), Sangadah dan Kusmuriyanto (2014).
Hasil dari penelitian-penelitian tersebut memberikan bukti yang bervariasi.
Menurut Hunt (1985), metode FIFO akan digunakan oleh perusahaan
yang memiliki tingkat financial leverage yang tinggi dan metode LIFO akan
digunakan oleh perusahaan yang memiliki tingkat financial leverage yang
rendah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hunt (1985) juga didukung oleh
peneliti lain seperti Dopuch dan Pincus (1988) dan Chusing dan LeClere
(1992). Mereka mendukung hasil dari penelitian Hunt (1985) bahwa apabila
tingkat financial leverage pada struktur modal tinggi maka perusahaan akan
menggunakan metode FIFO yang dapat meningkatkan laba.
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdullah (1999),
Taqwa, dkk. (2003), Harahap dan Jiwana (2009) serta Sangadah dan
Kusmuriyanto (2014) memberikan hasil yang berlawanan dengan penelitian
Hunt (1985). Hasil penelitian yang mereka lakukan memberikan bukti bahwa
35
Pengukur financial leverage yang digunakan dalam penelitian
Abdullah (1999) adalah hutang jangka panjang dibagi dengan aset, sedangkan
penelitian Taqwa, dkk. (2003) telah berusaha memperbaiki penelitian
Abdullah (1999) yaitu dengan mengukur financial leverage berdasarkan
hutang jangka panjang dibagi ekuitas. Namun penelitian yang dilakukan
Taqwa, dkk. (2003) juga belum mendapat bukti atas pengaruh variabel ini.
Atas dasar bervariasinya hutang yang dimiliki oleh masing-masing
perusahaan yang tercermin dalam rasio leverage, maka leverage dapat
mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan, sehingga hipotesis
keenam yang dikemukakan pada penelitian ini adalah:
H6 : Semakin rendah nilai leverage maka semakin besar probabilitas
pemilihan metode rata-rata dan semakin tinggi nilai leverage maka
semakin besar probabilitas pemilihan metode FIFO.
C. Model Penelitian
Persediaan merupakan salah satu aset yang paling aktif dan berperan
penting dalam kegiatan operasional perusahaan. Pada perusahaan tertentu,
kadang-kadang persediaan menggambarkan 70% dari keseluruhan aktiva lancar
(Jusup, 1999). Hal tersebut menjadi bukti bahwa betapa pentingnya kegiatan
pembelian dan penjualan persediaan dalam perusahaan.
Penggunaan metode yang berbeda dalam persediaan akan menghasilkan
dampak yang berbeda pula baik terhadap harga pokok penjualan, laba maupun
Ukuran Perusahaan
Kepemilikan Manajerial
Variabilitas Persediaan
Variabilitas Harga Pokok Penjualan
Leverage
Rasio Lancar
Metode Akuntansi Persediaan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.
Terdapat 6 faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini antara lain yaitu ukuran
perusahaan, kepemilikan manajerial, variabilitas persediaan, variabilitas harga
pokok penjualan, rasio lancar dan leverage. Rerangka pemikiran dalam penelitian
ini dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut:
Variabel Independen
[image:52.595.100.530.280.575.2]Variabel Dependen
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah perusahaan dagang dan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2012
sampai dengan 2015. Sedangkan obyeknya berupa laporan keuangan tahunan
perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur yang telah diaudit yang kemudian
diterbitkan dan dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
B. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung
dari sumber aslinya (melalui media perantara). Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data kuantitatif yang diukur dalam
skala numerik.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan
keuangan tahunan perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2012 sampai dengan 2015.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan
yang representative sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria yang
digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada periode 2012 sampai dengan 2015.
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan perusahaannya secara
berturut-turut selama periode pengamatan.
3. Laporan keuangan perusahaan secara konsisten dinyatakan dalam nilai rupiah
selama periode pengamatan.
4. Perusahaan tidak menggunakan metode akuntansi persediaan selain metode
FIFO dan metode rata-rata.
5. Perusahaan hanya menggunakan satu metode akuntansi persediaan selama
periode pengamatan.
6. Perusahaan menggunakan metode akuntansi persediaan secara konsisten
selama periode pengamatan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
dokumentasi. Metode ini dilakukan dengan cara mencari dan mengumpulkan data
yang diperoleh melalui media internet yang berupa data laporan keuangan
perusahaan yang telah diaudit yang kemudian diterbitkan dan dipublikasikan oleh
Bursa Efek Indonesia (BEI). Sumber data diperoleh melalui www.idx.co.id yang
39
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Untuk menguji hipotesis, variabel yang diteliti dalam penelitian ini
dibedakan menjadi variabel dependen dan variabel independen. Variabel
dependen merupakan variabel terikat, yaitu variabel yang dijelaskan