• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perbandingan Gum Arab dengan Pektin Sebagai Penstabil Terhadap Mutu Selai Wortel Nenas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Perbandingan Gum Arab dengan Pektin Sebagai Penstabil Terhadap Mutu Selai Wortel Nenas"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Wortel adalah tumbuhan tropisyang merupakan sayuran umbi yang

biasanya berwarna jingga dan teksturnya keras.Umbi wortel merupakan bahan

pangan yang kaya akan karoten dan vitamin A yang sangat baik mencegah

terjadinya rabun senja dan memperbaiki kesehatan pengelihatan yang rendah.

Kandungan karoten pada wortel juga dapat mencegah dan mengatasi kanker,

darah tinggi, menurunkan kandungan kolesterol.

Panen wortel sudah dapat dilakukan setelah tanaman menginjak usia dua

belas minggu setelah masa tanam. Seperti halnya sayuran lain, wortel tidak tahan

lama disimpan dan cepat rusak, apabila pada saat produksi panennya meningkat

dan pemasarannya hanya terbatas untuk konsumsi lokal saja. Hal ini akan

menyebabkan harga turun, dan wortel yang tidak terjual biasanya akan terbuang

percuma. Kerusakan wortel setelah panen dapat dicegah dengan melakukan

penyimpanan pasca panen yang baik atau diolah menjadi produk pangan yang

awet seperti selai. Tetapi pengolahan wortel menjadi selai memiliki sejumlah

permasalahan yaitu rasa dan aroma wortel yang kurang disukai, serta tidak adanya

kandungan pektin didalam umbi wortel, sehingga sulit mendapatkan tekstur selai

sebagaimana selai dari buah-buahan yang lain seperti strawberry atau nenas.

Buah nenas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai macam

makanan dan minuman, seperti selai, buah dalam sirup dan lain-lain. Rasa buah

nenas manis sampai agak masam segar, sehingga disukai masyarakat luas. Buah

(2)

dan vitamin C. Struktur daging buah nenas berwarna putih kekuningan,

lunak/lembek, dan rasanya asam manis sehingga cocok diolah menjadi selai.

Pada pembuatan selai juga ditambahkan bahan penstabil yang berfungsi

untuk menghasilkan kekentalan yang tepat dan meningkatkan kekuatan bentuk

dan tekstur produk selai. Plastisitas selai dapat diperbaiki dengan menambahkan

bahan-bahan penstabil/pengikat seperti pektin, CMC, karagenan dan gum arab.

Pektin merupakan komponen utama dari lamella tengah pada tanaman, pektin

berperan sebagai perekat dan menjaga stabilitas jaringan dan sel. CMC merupakan

turunan selulosa yang mudah larut dalam air dan sifatnya juga membentuk

gel.Karagenan merupakan hasil ekstraksi dari lignin rumput laut dan dapat

digunakan dalam industri pangan karena karakteristiknya yang dapat membentuk

gel. Gum arab merupakan campuran dari polisakarida yang memiliki fungsi utama

sebagai penstabil pada bahan pangan yang juga dapat memperbaiki tekstur produk

selai menjadi lebih plastis.Polisakarida tersebut berhasil diaplikasikan pada

produk selai.Tekstur selai akan semakin kokoh dan beragam dengan penambahan

beberapa jenis penstabil tersebut dengan penggunaan konsentrasi tertentu.

Berdasarkan hal itu, maka perlu dilakukan inovasi pembuatan selai dengan

cara mengolah campuran wortel dengan buah nenas dengan penambahan jenis

penstabil berupa gum arab dan pektin. Pembuatan selai wortelnenas dilakukan

sebagai penganekaragaman makanan yang bertujuan untuk mendapatkan produk

yang baru dan bermanfaat bagi konsumen serta penganekaragaman produk dari

wortel masih sangat terbatas, sehingga salah satu cara untuk menghasilkan

(3)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh perbandingan gum arab dengan pektinsebagai

penstabil terhadap mutu selai wortel nenas.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk memperoleh data dalam penyusunan skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana teknologi pangan di

Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara, Medan, serta sebagai sumber informasi tentang pengaruh

perbandingan gum arab dan pektin sebagai penstabil terhadap mutu selai wortel

nenas.

Hipotesa Penelitian

Ada pengaruh perbandingan gum arab dengan pektin sebagai penstabil

(4)

TINJAUAN PUSTAKA

Wortel

Wortel( Daucus Carota, L) merupakan salah satu dari sekian banyak jenis

sayuran yang berpotensi sebagai sumber gizi utama, terutama sumber vitamin A

(provitamin A) yang sangat tinggi. Umbi wortel yang banyak mengandung

vitamin A yang disebabkan oleh tingginya kandungan karoten, yakni suatu

senyawa kimia pembentuk vitamin A atau provitamin A. Senyawa ini pula yang

membuat umbi wortel berwarna kuning kemerahan (Berlian, et al., 1995).

Sayuran berwarna oranye ini biasa dikonsumsi dalam keadaan mentah

ataupun dimasak terlebih dahulu. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa

wortel memiliki sifat antioksidan yang tinggi. Wortel juga mengandung asam

folat, kalsium, mangan, fosfor, kromium dan zat besi (Bambang, 2003).

Konsumsi wortel dalam jumlah banyak sangat dianjurkan bagi orang yang

kesehatan matanya kurang baik atau penglihatan kurang jelas dianjurkan

untuk.Selain itu wortel sering digunakan sebagai sayuran atau lalapan baik masak

maupun mentah.Parutan wortel juga sering ditambahkan dalam campuran nasi tim

pada makanan bayi (Sunarjono, 2009).

Pigmen karotenoid dan betakaroten pada wortel berisfat larut dalam lemak

dan memiliki sifat mudah teroksidasi yang mengakibatkan warna buah dan sayur

memudar.Karotenoid terdapat secara alami pada tanaman dan warnanya

kuning-orange (Andarwulan, dkk, 2011).Karotenoid merupakan pigmen yang larut dalam

lemak. Pigmen karotenoid memiliki ikatan rangkap trans. Ikatan rangkap ini dapat

(5)

konfigurasi cis mengakibatkan warna bahan pangan pudar atau semakin muda

(deMan, 1997).

Vitamin A memiliki fungsi sebagai bahan untuk membuat rodopsinyang

diperlukan dalam proses penglihatan, untuk memelihara jaringan pelapis, dan

untuk membantu proses pertumbuhan tubuh. Kekurangan viamin A menyebabkan

gangguan penglihatan,perubahan-perubahan pada jaringan epitel serta

mengganggu jalannya pertumbuhan tubuh. Bila kekurangan vitamin A, maka

proses pembentukan rodopsin akan terganggu. Inilah yang menyebabkan rabun

kanak- kanak dalam cahaya samara tahu cahaya senja. Jaringan pelapis akan

menjadi keras jika terjadi perubahan pada jaringan ini karena adanya sel-sel

tanduk (Moehji, 1986).

Wortel merupakan salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam sayuran

umbi yang sering ditemui di Indonesia. Selama ini wortel belum dimanfaatkan

secara optimal padahal wortel kaya akan vitamin dan mineral yang bermanfaat

bagi tubuh. Aromanya yang langu mengakibatkan jenis sayuran ini jarang

dikonsumsi secara langsung. Pigmen karotenoid yang terkandung di dalam wortel

merupakan kelompok pigmen yang berwarna kuning, oranye, merah dan merah

oranye, sehingga semakin banyak buah wortel yang digunakan maka akan

menghasilkan warna oranye dan oranye cerah pada produk yang baik akan terlihat

seperti mengkilat, dapat dikosumsi secara langsung serta memiliki warna, aroma,

dan cita rasa khas dari suatu jenis buah yang digunakan sebagai bahan bakunya

(6)

Tabel 1. Komposisi kimia wortel tiap 100 g bahan

Sumber : Departemen kesehatan RI (2004).

Nenas

Nenas kaya akan vitamin C yang bersifat antioksidan. Selain itu juga

mengandung kalsium, fosfor, magnesium, mangan, zat besi, thiamin, natrium,

kalium, gula buah (sukrosa), serta enzim bromelain, suatu enzim protease yang

bekerja sebagai pemecah protein.Bromelain berkhasiat sebagat antiradang,

membantu melunakkan makanan di lambung, serta membantu menghambat

pertumbuhan sel kanker.Nenas juga mengandung banyak serat yang dapat

membantu mempermudah buang air besar (Purwanto, 2012).

Buah nenas memiliki karakteristik produk pembentuk selai karena

mengandung senyawa pektin.Pektin terdapat hampir dalam semua jenis buah

dalam jumlah bervariasi, dalam bentuk protopektin, pektin dan asam pektat.Buah

yang belum matang banyak mengandung pektin dalam bentuk protopektin,

sedangkan buah matang banyak mengandung soluble pektin yang banyak

dimanfaatkan dalam pembuatan selai. Buah yang lewat matang ataupun akibat

(7)

pektat. Senyawa pektin berfungsi sebagai bahan perekat antara dinding sel yang

satu dengan lain. Pektin dapat membentuk gel dengan gula apabila lebih dari 5%

gugus karboksil telah termetilasi (derajat metilasi 50%).Konsentrasi pektin yang

semakin besar maka gel yang terbentuk juga semakin keras.Konsentrasi 1%

menghasilkan tekstur yang cukup baik pada pembuatan selai (Hieronymus,

2007).Kandungan gizi yang terdapat di dalam buah nenas segar per 100 g bahan

dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel2. Kandungan gizi buah nenas segar (per 100 g bahan)

Kandungan gizi Jumlah

Sumber : Departemen Kesehatan RI (2004)

Selai (jam)

Selai adalah makanan semi padat atau kental, yang terbuat dari 45 bagian

berat bubur buah dan 55 bagian berat gula.Selai diperoleh dari campuran antara

bubur buah dengan gula, kemudiandipekatkan melalui pemanasan dengan

penambahan gula 68% dari bubur buah.Pemanasan atau pemasakan yang terlalu

lama menyebabkan hasil selai menjadi keras dan membentuk kristal gula,

sedangkan apabila terlalu cepat maka selai yang dihasilkan akan encer

(Departemen Pertanian, 2004).

Selai atau jam merupakan makanan olahan setengah padat yang dibuat dari

(8)

minimal 65%. Sedangkan komposisi bahan mentahnya 45 bagian buah dan 55

bagian gula. Selai yang bagus memiliki sifat mudah dioleskan, mempunyai aroma,

dan rasa buah yang asli (Margono, dkk., 2007).

Agar terbentuknya gel pektin pada selai atau jam maka selai atau jam

tersebut harus mengandung kadar gula yang tinggi dan juga mengandung asam.

Karena kadar gula yang tinggi di dalam selai atau jam dapat mengatur

keseimbangan stabilitas mikroorganisme karena dengan kadar gula yang tinggi

maka dapat menurunkan ERH (Buckle, dkk., 2009).

Selai atau jam merupakan produk olahan yang dibuat dari bubur buah

(buah yang dihancurkan atau diparut) dengan penambahan gula. Selai atau jam

berbeda dengan jelly. Selai atau jam mengandung serat yang berasal dari

buahsehingga membuat penampakannya tidak transparan seperti jelly. Sedangkan

jelly memiliki penampakan yang transparan (Suprapti, 2005).

Selai yang bermutu baik dihasilkan dari buah yang tingkat kematangan

penuh. Buah seperti ini aromanya sangat kuat, sehingga hasil olahannya

mempunyai aroma yang kuat.Pencampuran buah matang dengan buah yang

mengkal juga dapat dilakukan karena dapat memperbaiki konsistensi selai yang

dihasilkan.Hal ini disebabkan buah yang mengkal banyak mengandung

pektin.Pektin sangat diperlukan pada pembuatan selai, karena fungsinya untuk

menggumpalkan (mengentalkan) selai sehingga menghasilkan tekstur selai yang

sempurna(Satuhu, 1994).

Selai merupakan jenis makanan olahan yangberasal dari sari buah atau

buah-buahan yang sudah dihancurkan, ditambah dengan gula dan dimasak sampai

(9)

pelengkap pada roti tawar atau bahan pengisi pada roti manis, kue nastar atau

pemanis pada minuman seperti yogurt dan es krim(Syahrumsyah, dkk., 2010).

Di Amerika Serikat selai didefenisikan sebagai suatu bahan pangan

setengah padat yang dibuat kurang dari 45% dari bagian berat zat penyusun sari

buah dan 55% dari bagian berat gula. Campuran ini dikentalkan sampai mencapai

kadar zat padat terlarut tidak kurang dari 65%. Zat warna dan cita rasa dapat

ditambahkan (Desrosier, 1998).

Bahan pengolahan selai terdiri dari bahan baku dan bahan tambahan.

Ketepatan dalam pengenalan dan pemilihan bahan baku akan mempengaruhi

kualitas produk selai yang dihasilkan. Bahan bakunya yaitu buah musiman yang

produksinya melebihi kebutuhan sehingga dapat dijadikan alasan untuk

pengolahan dengan daya simpan yang cukup panjang. Pengolahan selai buah

dapat menggunakan berbagai tingkat kematangan buah. Buah setengah matang

dapat memberikan cita rasa asam untuk memperbaiki konsistensi selai yang

dihasilkan, sedangkan buah matang penuh dapat memberikan aroma yang

diinginkan. Pencampuran kedua jenis kematangan buah tersebut dapat

memberikan cita rasa selai yang lebih baik. Produk selai lembaran yang baik

adalah selai yang berbentuk lembaran sesuai permukaan roti, tidak cair atau

terlalu lembek, namun juga tidak terlalu kaku sehingga diperlukan bahan

tambahan berupa hidrokolid sebagai penguat tekstur, salah satunya adalah

hidrokoloid turunan rumput laut merah yaitu agar-agar. Pemanfaatan rumput laut

khususnya agar-agar sebagai bahan tambahan selai diharapkan mampu mengubah

tekstur selai yang disukai (Sri, dkk., 2008). Standar mutu selai dapat dilihat pada

(10)

Tabel3. Standarisasi Mutu Selai Cemaran logam timah (Sn)* ( mg/kg) Maks. 250,0

Cemaran arsen (As) (mg/kg) Maks. 1,0

Angka lempeng total (Koloni/g) Maks. 1 x 10

Bakteri coliform (APM/g) <3

3

Staphylococcus aureus (koloni /g) Maks. 2 x 10 Clostridium sp.( koloni/g) <10

1

Kapang/Khamir ( koloni /g) Maks. 5 x 10

*) Dikemas dalam kaleng

1

(SNI, 2008)

Bahan yang Ditambahkan dalam Pembuatan Selai Wortel Nenas Gum arab

Gum arab dihasilkan dari getah bermacam-macam pohon Acasia sp. di

Sudan dan Senegal. Gum arab pada dasarnya merupakan serangkaian

satuan-satuan D-galaktosa, L-arabinosa, asam D-galakturonat dan L-ramnosa. Berat

molekulnya antara 250.000-1.000.000. Gum arab jauh lebih mudah larut dalam air

dibanding hidrokoloid lainnya. Pada olahan pangan yang banyak mengandung

gula, gum arab digunakan untuk mendorong pembentukan emulsi lemak yang

mantap dan mencegah kristalisasi gula. Gum arab dimurnikan melalui proses

pengendapan dengan menggunakan etanol dan diikuti proses elektrodialisis

(Stephen danChurms (1995) dalam Safitri, 2012). Gum arab adalah suatu

eksudat dari berbagai jenis pohon Acacia, terutama Acacia Senegal, dan diperoleh

(11)

pengental, pembentuk lapisan tipis, pemantap emulsi dan pengikatan air serta

flavor (Alinkolis,1989).

Emulsifikasi dari gum arab berhubungan dengan kandungan nitrogennya

(protein). Gum arab dapat meningkatkan stabilitas dengan peningkatan viskositas.

Jenis pengental ini juga tahan panas pada proses yang menggunakan panas.Namun

suhu dan waktu pemanasannya perlu dikontrol, mengingat gum arab dapat

terdegradasi secara perlahan-lahan dan kekurangan efisiensi emulsifikasi dan

viskositas (Imeson (1999) dalam Safitri, 2012).Gum arab dapat meningkatkan

stabilitas dengan peningkatan viskositas. Menurut Alinkolis (1989), gum arab

dapat digunakan untuk pengikatan flavour, bahan pengental, pembentuk lapisan

tipis dan pemantap emulsi. Gum arab akan membentuk larutan yang tidak begitu

kental dan tidak membentuk gel pada kepekatan yang biasa digunakan (paling

tinggi 50%). Begitu juga dengan viskositasnyaakan meningkat sebanding dengan

peningkatan konsentrasi. Gum arab mempunyai gugus arabinogalactan protein

(AGP) dan glikoprotein (GP) yang berperan sebagai pengemulsi dan pengental

(Gaonkar (1995) dalam Syafitri, 2012).

Masalah utama dari penggunaan gum arab ini adalah terbentuknya

larutanyang kental pada konsentrasi gum di atas 10% meskipun kekentalan

maksimumgum arab baru tercapai pada konsentrasi 40–50% dan sering sulit

disebarkan secaramerata dalam air. Jika tidak dijaga, gum ini akan membentuk

gumpalan dalam air, sehingga hanya bagian luar saja yang basah, sedangkan

bagian dalam tidak basah dan sulit untuk dilarutkan (Stephen danChurms (1995),

(12)

Protein terdiri dari asam amino yang memiliki gugus amino dan gugus

hidroksil yang bersifat hidrofilik. Gugus hidrofilik inilah yang dapat membentuk

ikatan hidrogen dengan satu atau lebih molekul air, sehingga mampu menyerap air

dan dan menahannya dalam struktur molekul, sehingga terbentuk suatu cairan dan

koloid yang kental dengan struktur gel ( Winarno, 2007).

Gambar 1. Struktur kimia gum arab (Dauqan dan Abdullah, 2013)

Tabel4. Komponen gum arab

Komponen Nilai (%)

Galaktosa Arabinosa Rhamnosa Asam glukoronik Protein

36,2 ± 2,3 30,5 ± 3,5 13,0 ± 1,1 19,5 ± 0,2 2,24 ± 0,15

Sumber Glickman (1992) dalam Setyawan (2007)

Di samping fungsi gum arab untuk memperbaiki viskositas, tekstur, dan

bentukmakanan. Gum arab juga mempertahankan aroma dari bahan yang akan

dikeringkan karena gum arab dapat melapisi senyawa aroma, sehingga terlindungi

dari pengaruh oksidasi, evaporasi, dan absorbsi air dari udara terbuka terutama

untuk produk-produk yang higroskopis. Selain itugum arab juga merupakan

senyawa kompleks heteropolisakarida yang terdiri dari L-arabinosa, L-ramnosa,

(13)

dan kalium. Unit monosakarida gum arab terdiri dari D-galaktosa (36,8%),

L-arabinosa (30,3%), asam D-glukoronat (13,8%) dan L-ramnosa (11,4%) (Stephen

and Churms (1995), dalam Safitri, 2012). Adapun kandungan gizi gum arab tiap

100 g bahan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan gizi per 100 g gum arab

No Kandungan gizi Jumlah

1 Kadar air (g) 10,8 2 Kadar abu (g) 3,4 3 Kadar protein (g) 1,7 4 Sodium (mg) 14,0 5 Potassium (mg) 310 6 Total karbohidrat (mg) 86,6 7 Serat makanan larut (mg) 86,6 8 Kalsium (mg) 1117,0 9 Magnesium (mg) 292,0 10 Besi (mg) 2,0

Sumber : Rabah dan Abdallah (2012)

Pektin

Pektin terdiri dari monomer asam galakturonat yang berbentuk suatu rantai

molekul panjang.Rantai utama ini diselingi oleh kelompok rhamnosa dengan

rantai cabang menyusun gula netral (arabinosa, galaktosa).Kelompok karboksil

(kelompok asam) dari asam galakturonat dapat diesterifikasi atau diamidasi.Selain

asam D-galakturonat sebagai komponen utama, pektin juga memiliki D-galaktosa,

L-arabinosa, dan L-rhamnosa dalam jumlah yang bervariasi. Komposisi kimia

pektinsangat bervariasi tergantung pada sumber dan kondisi yang dipakai dalam

(14)

Tabel 6. Spesifikasi mutu pektin komersial

Karakteristik Nilai

Kadar air (maksimum) 12%

Kadar abu (maksimum) 1%

Pektin bermetoksil tinggi (minimum) 7% Pektin bermetoksil rendah (maksimum) 7%

Asam galakturonat (minimum) 65% (bk)

Logam berat (maksimum) 0,002 %

Sumber : Hariyati (2007)

Dalam bidang makanan, pektin digunakan sebagai bahan pembentuk gel

untuk pembuatan jam dan jelly.Kemampuan pektin membentuk gel tergantung

pada kandungan gugus metoksilnya.Kemampuan pektin untuk dapat membentuk

gel merupakan sifat yang unik dari pektin.Penggunaan pektin selaindari

pembentuk gel pektin juga digunakan dalam produk buah-buahan kemasan, selai

atau jelly, juice, dan ice creamsebagai penstabil (Nasril, 2011).

Konsistensi gel atau semi gel pada pembuatan selai diperoleh dari interaksi

senyawa pektin yang berasal dari buah atau pektin yang ditambahkan dari luar,

gula sukrosa, dan asam. Interaksi ini terjadi pada suhu tinggi atau pada pemanasan

dan bersifat menetap setelah suhu diturunkan.

Pektin banyak terdapat pada lapisan kulit pada buah. Pektin dapat

membentuk gel dengan adanya bantuan asam dan gula. Penggunaannya yang

paling umum adalah sebagai bahan perekat/pengental (gelling agent) pada selai

dan jelly. Pemanfaatannya sekarang meluas sebagai bahan pengisi, komponen

permen, serta sebagai stabilizer emulsi untuk jus buah dan minuman dari susu,

juga sebagai sumber serat

Pektin diperlukan untuk membentuk gel (kekentalan) pada produk selai.

Jumlah pektin yang ideal untuk pembentukan gel pada selai berkisar 0,75-1%.

(15)

menghasilkan gel dengan kekerasan yang cukup baik. Semakin besar konsentrasi

pektin semakin keras gel yang terbentuk (Fachruddin, 2005).

Gel pektin merupakan sistem seperti spons yang dapat diisi oleh air.

Rantai molekul pektin yang membentuk jaringan tiga dimensi dimana gula, air,

dan padatan terlarut yang lain diikat oleh pektin. Semakin besar konsentrasi pektin

maka semakin besar kandungan air dalam spons (Estiasih dan Ahmadi, 2009).

Peningkatan jumlah hidrokoloid dalam matriks makanan telah terbukti

dapat meningkatkan ketebalan produk yang terkait dengan pengurangan persepsi

rasa yang sebagian dapat dikaitkan dengan spesifikasi interaksi antara senyawa

aroma dengan matriksyang dapat menurunkan partisi dan sebagian meningkatkan

ketahanan terhadap transportasi massa dan difusi volatil dari makanan ke fase

udara yang bergantung pada sifat struktural dan viskositas. Gula memainkan peran

utama dalam mempengaruhi sifat sensorik dari produk dan sifat tekstur dari

matriks hidrokolid, viskositas fase berair dan aktivitas air, semua faktor tersebut

mempengaruhi pelepasan dan partisi senyawa aroma(Picconea, dkk., 2011).

Gula

Gula adalah suatu istilah umum yang sering diartikan bagi setiap

karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis, tetapi dalam industri pangan

biasanya digunakan untuk menyatakan sukrosa yang diperoleh dari bit atau tebu.

Gula berfungsi untuk memberikan rasa manis dan kelembutan yang mempunyai

daya larut tinggi, mempunyai kemampuan menurunkan aktivitas air (aw) dan

mengikat air (Hidayat dan Ikariztiana, 2004).

Tujuan penambahan gula pada pembuatan selai yaitu untuk memperoleh

(16)

pembentukan gel.Sifat ini disebabkan karena gula dapat menyerap air.Pada saat

pemanasan dan penambahan asam pada selai terjadi inversi atau pemecahan

sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.Dengan konsentrasi gula yang tinggi dapat

mencegah pertumbuhan mikroorganisme (Rizky, 2012).

Dalam selaigula yang digunakan adalah sukrosa atau gula

pasir.Penambahan gula mempengaruhi keseimbangan pektin yang ada.Kandungan

gula yang ideal dalam pembuatan selai berkisar 60-65%. Pada saast pemanasan

dan penambahan asam pada selai terjadi inversi atau pemecahan sukrosa menjadi

glukosa dan fruktosa (Fachruddin, 2005).

Gula terlibat dalam pengawetan dan pembuatan aneka ragam

produk-produk makanan. Beberapa diantaranya selai, jeli, marmalade, sari buah pekat,

sirup buah-buahan, buah-buahan bergula, umbi dan kulit, buah-buahan beku

dalam sirup, acar manis, susu kental manis, dan madu. Gula sendiri mampu

memberikan stabilitas mikroorganisme pada suatu produk makanan dengan

konsentrasi diatas 70% padatan terlarut (Buckle, dkk., 2009).

Garam

Penambahan garam pada produk tertentu dapat berfungsi untuk

meningkatkan cita rasa dari produk itu sendiri. Kebutuhan garam sebagai

pemantap cita rasa adalah sebanyak 2-5% dari total bahan bakunya

(Widayanto, 2009).

Garam memberikan sejumlah pengaruh bila ditambahkan pada jaringan

tumbuh-tumbuhan yang segar. Garam akan berperan sebagai penghambat selektif

(17)

bahan sehingga garam dapat mengendalikan mikroorganisme dengan suatu

metoda yang bebas dari pengaruh racunnya (Buckle, dkk., 2009).

Garam dapur (NaCl) banyak digunakan dalam industri pangan. Garam

dengan konsentrasi rendah berfungsi sebagai pembentuk cita rasa, dalam

konsentrasi cukup tinggi berperan sebagai pengawet. Garam akan terionisasi dan

menarik sejumlah molekul air, peristiwa ini disebut hidrasi ion. Jika konsentrasi

garam makin besar, maka makin banyak ion hidrat dan molekul air terjerat,

menyebabkan Aw

Asam sitrat

bahan pangan menurun (Astawan, 2008).

Asam sitrat termasuk dalam golongan flavor encher atau bahan pemicu

rasa. Bahan pemicu rasa adalah bahan tambahan yang diberikan pada produk

pangan untuk memberikan nilai lebih, sesuai dengan karakteristik produk pangan

yang dihasilkan.Bahan pemicu rasa ditambahkan dalam jumlah kecil.Asam sitrat

banyak digunakan dalam industri, terutama industri makanan yang memiliki

tingkat kelarutan yang tinggi, memberi rasa asam dan tidak bersifat racun

(Alhafidz, 2010).

Penambahan asam bertujuan mengatur pH dan menghindari pengkristalan

gula.pH optimum yang dikehendaki dalam pembuatan selai berkisar 3,10 - 3,46.

Asam yang biasanya digunakan dalam pembuatan selai adalah asam sitrat, asam

tartarat, dan asam malat. Apabila terlalu asam pada selai menyebabkan keluarnya

air dari gel sehingga kekentalan selai akan berkurang (Fachruddin, 2005).

Asam sitrat berfungsi sebagai pemberi rasa asam dan mencegah kristalisasi

gula.Selain itu, asam sitrat juga berfungsi sebagai katalisator hidrolisa sukrosa ke

(18)

dihasilkan.Pembentukan tekstur fruit leather tergantung dari derajat keasaman

campuran bahan yaitu pada nilai pH tertentu yang diperlukan. Nilai pH dapat

diturunkan dengan penambahan sejumlah kecil asam sitrat(Kwartiningsih dan

Mulyati, 2005).

Keasaman dalam minuman ringan/sari buah selain akan

meningkatkancitarasa juga bertindak sebagai pengawet karena penambahan asam

akan menurunkan pH sehingga pertumbuhan mikroba pembusuk dapat terhambat.

Asam sitrat merupakan asam yang dikenal sebagai rasa asam alamiah yang

terdapat dalam buah-buahan bersama-sama dengan vitamin C, sehingga dapat

Gambar

Tabel 1. Komposisi kimia wortel tiap 100 g bahan
Gambar 1. Struktur kimia gum arab (Dauqan dan Abdullah, 2013)
Tabel 5. Kandungan gizi per 100 g gum arab

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi perlakuan terbaik perbandingan bubur labu siam dengan bubur nenas dan penambahan gula untuk menghasilkan produk selai oles

Pada proses pembuatan selai juga perlu adanya penambahan bahan penstabil seperti carboxy methyl cellulose untuk menghasilkan produk selai yang berkualitas yang baik,

Penambahan tepung rumput laut dalam pembuatan es krim berfungsi sebagai bahan penstabil yang dapat mempertahankan emulsi sekaligus memperbaiki tekstur produk es

Selai merupakan produk olahan pangan yang memiliki tekstur kental atau setengah padat dibuat dari campuran 45% buah baik berupa segar, buah beku, buah kaleng maupun campuran

Pembuatan patty lembaran dengan menggunakan tepung kaya protein dengan penambahan zat penstabil. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Penelitian Utama, yaitu penstabil dengan bahan gum arab konsentrasi 3% pada produk velva bunga rosela segar memberikan.. tekstur butiran kristal yang lebih lembut dan

Perbandingan bubur buah nanas dengan bubur wortel dan jenis zat penstabil yang berbeda maka akan semakin tinggi nilai skor tekstur selai lembaran.Semakin banyak jumlah

oleh suatu produk sangat bergantung dari bahan baku (buah) yang digunakan untuk pembuatannya, ditambah lagi konsentrasi gum arab paling tinggi pada perlakuan P 1