• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENDAMPINGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI SECTIO CAESAREA DI BANGSAL MELATI RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO WONOGIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PENDAMPINGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI SECTIO CAESAREA DI BANGSAL MELATI RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO WONOGIRI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENDAMPINGAN SUAMI DENGAN TINGKAT

KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI SECTIO CAESAREA

DI BANGSAL MELATI RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO WONOGIRI

ARTIKEL ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh : IIN PRASETYANI

NIM: ST. 14 030

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA 2016

(2)

HUBUNGAN PENDAMPINGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI SECTIO CAESAREA DI BANGSAL MELATI RSUD

DR. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO WONOGIRI Iin Prasetyani1), Yeti Nurhayati2), Aria Nurrahman Hendra Kusuma 2) 1)

Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2)

Dosen Pembimbing STIKes Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK

Kecemasan dapat terjadi pada setiap orang, seperti halnya pasien yang akan menjalani sectio caesaria, di mana penerimaan di unit perawatan kritis ini menandakan suatu ancaman terhadap kehidupan dan kesejahteraannya. Studi pendahuluan diketahui bahwa dari 59 pasien, ada 39 pasien yang didampingi dan 20 pasien didampingi. Bagi pasien yang didamingi suami mempunyai kecemasan yang berkurang, namun bagi istri yang tidak didampingi suaminya merasa was-was yang menunjukkan kecemasannya meningkat. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis hubungan pendampingan suami dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea.

Metode yang digunakan deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 35 responden dan teknik pengambilan sampel dengan total sampling. Alat analisis yang digunakan korelasi product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Karakteristik responden sebagian besar memiliki usia rata-rata 27,89 tahun, tingkat pendidikan SLTA (51,4%), memiliki pekerjaan IRT (51,4%), dan paritas ke dua (37,1%); (2) Sebagian besar responden didampingi suami sebanyak 24 orang (68,6%); (3) Mempunyai kecemasan sedang yaitu sebanyak 18 orang (45,0%); dan (3) Terdapat hubungan signifikan antara pendampingan suami dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea(rxy = 0,768; p-value = 0,000), adapun kekuatan hubungan adalah sangat kuat.

Kesimpulan dari penelitian ini terdapat hubungan signifikan antara pendampingan suami dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea di Bangsal Melati RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

Kata kunci: Pendampingan Suami, Tingkat Kecemasan, Sectio Caesarea ABSTRACT

The Correlation between Husbands’ Assistance and the Anxiety Levels of Pre-Cesarean Section Patients in Melati Ward of Dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public Hospital

of Wonogiri

Anxiety may occur in everyone, like patients who are undergoing cesarean section. The admission of patients in Critical Care Unit (CCU) indicates a threat to life and welfare, and it has been cited that the rates of patients with cesarean section are the highest among other surgical cases since this hospital is a maternity referral hospital for cesarean section. Preliminary research has been carried out and the fact reveals that patients who are undergoing cesarean section appear to have various anxiety levels with different determining factors, and the individual and environmental factors are some of the major determinants of anxiety. This research aims at analyzing the correlation between husbands’ assistance and the anxiety levels of pre-cesarean section patients.

Qualitative-descriptive method with cross sectional approach was applied. The total samples were 35 respondents, which were taken using total sampling technique. Product moment correlation was used for analysis.

The research findings reveal that: (1) most of the respondents are at the age of 27.89, high-school graduates (51.4%), housewives (51.4%), and at second parity (37.1%); (2) most of the respondents (24 patients or 68.6%) are assisted by their husbands; (3) 18 patients (45.0%) have medium anxiety; and (4) there is a significant and very strong correlation between husbands’ assistance and the anxiety levels of pre-cesarean section patients (rxy = 0.768; p-value = 0.000).

It is concluded that there is a significant correlation between husbands’ assistance and the anxiety levels of pre-cesarean section patients in Melati ward of dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public Hospital of Wonogiri.

Keywords : husbands’ assistance, anxiety levels, cesarean section. Bibliography : 47 (2005 – 2014)

(3)

PENDAHULUAN

Sectio caesarea adalah proses

persalinan dengan melalui pembedahan dimana irisan dilakukan di perut ibu

(laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Lebih dari 85% indikasi

sectio caesarea dilakukan karena riwayat

sectio caesarea, distosia persalinan, gawat janin dan letak sungsang (Cunningham, 2006). Sectio caesarea umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan, karena beresiko kepada komplikasi medis lainnya. Oleh karena itu, pasien lebih disarankan untuk melakukan tindakan sectio caesarea

ketika proses kelahiran melalui vagina kemungkinan akan menyebabkan resiko kepada sang ibu atau si bayi (Cunningham, 2006).

Menurut Word Health Organization

(WHO) angka persalinan dengan metode

sectio caesarea cukup besar yaitu sekitar 24% sampai 30% dari semua proses persalinan. Sementara untuk Negara maju seperti Belanda presentase sectio caesarea

kecil yaitu sekitar 9–13% (Sarmana, 2013). Di Indonesia, presentasenya masih besar yaitu lebih dari 50%, terutama di rumah sakit-rumah sakit swasta. Tingginya angka kejadian sectio caesarea dari tahun ke tahun di beberapa rumah sakit di seluruh Indonesia, melalui informasi dari Departemen Kesehatan RI yang menyatakan

bahwa angka sectio caesarea untuk rumah sakit pendidikan atau rujukan sebesar 20% dan rumah sakit swasta 15% (Depkes RI, 2013).

Pada tahun 2000 pemerintah mencanangkan Making Pregnancy Safer

(MPS) yang merupakan strategi sektor kesehatan secara terfokus pada pendekatan dan perencanaan yang sistematis dan terpadu. Salah satu strategi Making

Pregnancy Safer (MPS) adalah mendorong

pemberdayaan perempuan dan keluarga.

Output yang diharapkan dari strategi

tersebut adalah menetapkan keterlibatan suami dalam mempromosikan kesehatan ibu dan meningkatkan peran aktif keluarga dalam kehamilan dan persalinan (Depkes RI, 2011). Istri yang didampingi oleh keluarga terutama suami mengalami komplikasi yang lebih sedikit, kebutuhan terhadap analgetik dan terapi medis juga berkurang, dengan kehadiran pendamping persalinan juga menjadikan waktu persalinan lebih singkat dan membuat istri merasa tenang, nyaman, jauh dari depresi pasca persalinan dan bayi yang dilahirkan dalam keadaan sehat dengan nilai APGAR baik (Musbikin, 2005).

Faktor yang mempengaruhi kecemas-an ketika ibu akkecemas-an menjalkecemas-ani persalinkecemas-an diantaranya adalah tingkat pengetahuan, dukungan suami, faktor ekonomi dan faktor psikologis. Pengalaman atau pengetahuan ternyata berhubungan dengan perilaku yang

(4)

didasari oleh pengetahuan dimana seorang ibu mengalami kecemasan dengan tidak mengetahui tentang persalinan dan bagaimana prosesnya. Kecemasan dapat terjadi pada ibu dengan pengetahuan yang rendah tentang proses persalinan, halhal yang akan dan harus dialami oleh ibu sebagai dampak dari kemajuan persalinan. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi yang diperoleh (Notoatmodjo, 2010). Kecemasan juga dapat berwujud sebagai gejala-gejala kejiwaan, seperti tegang, bingung, khawatir, sukar berkonsentrasi, perasaan tidak menentu dan sebagainya (Dalami, 2009).

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan kecemasan pada ibu hamil yang dilakukan oleh Zamriati (2013) yang meneliti tentang faktor-faktor penyebab kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan, hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur, paritas, dan pengalaman traumatis dengan tingkat kecemasan ibu. Penelitian lain yang dapat menunjang penelitian ini seperti yang dilakukan oleh Sumanto dkk (2011) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat nyeri dengan tingkat kecemasan pada pasien post sectio caesarea.

Kecemasan dapat terjadi pada setiap orang, termasuk pada pasien yang menjalani

sectio caesaria, dalam hal ini pasien yang dirawat di ruang Bangsal Melati RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri, di mana penerimaan di unit perawatan kritis ini menandakan suatu ancaman terhadap kehidupan dan kesejahteraan, khususnya pasien dengan sectio caesaria menempati urutan pertama dari kasus-kasus bedah lainnya karena rumah sakit tersebut digunakan sebagai rujukan persalinan dengan sectio caesarea di Kabupaten Wonogiri. Berdasarkan data dari medical record bulan Januari s/d Desember tahun 2014 terdapat 1.084 pasien yang melahirkan, terdapat 245 pasien melahirkan dengan

sectio caesaria, 781 pasien melahirkan

dengan spontan, dan 7 pasien melahirkan dengan vacum, 51 pasien melahirkan secara forcef maka perlu penanganan yang tepat, baik preoperative, perioperatif dan post operatif.

Adapun jumlah pasien sectio caesaria

di Bangsal Melati RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri dalam dua bulan terakhir (April-Mei) sebanyak 59 pasien, dari jumlah tersebut pasien secsio caesarea yang didampingi suami sebanyak 39 pasien dan yang tidak didampingi suami sebanyak 20 pasien. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa bagi yang didampingi suami mempunyai kecemasan yang berkurang, namun bagi istri yang tidak didampingi suaminya merasa was-was yang

(5)

menunjukkan kecemasannya meningkat. Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti, pasien yang akan menjalani operasi sectio caesaria ternyata mempunyai tingkat kecemasan yang beragam dengan faktor penyebab kecemasan yang berbeda-beda. Faktor individu pasien dan faktor lingkungan menjadi salah satu penyebab utama timbulnya rasa cemas.

Tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui hubungan pendampingan suami dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea di Bangsal Melati RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Wonogiri.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian deskriptif kuanti-tatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang akan menjalani persalinan dengan sectio caesarea di Bangsal Melati RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri yang berjumlah 35 orang, dengan teknik accidental sampling. Teknik analisis data terdiri dari analisis univariate dan bivariat. Analisis univariate menjelaskan masing-masing variabel yang diteliti, adapun analisis bivariate dengan menggunakan analisis korelasi product moment.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pendampungan Suami

Tabel 1. Pendampingan Suami

Pendampingan Suami F % Tidak didampingi Didampingi 11 24 31,4 68,6 Jumlah 40 100

Sumber: Data yang diolah, 2015.

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa pendampingan suami pada pasien yang akan menjalani operasi sebagian besar mendapatkan pendampingan suami yaitu sebanyak 24 orang (68,6%) dan lainnya tidak mendapatkan pendampingan suami yaitu sebanyak 11 orang (31,4%).

Dalam penelitian ini dilakukan pada pasca operasi, namun apabila dilakukan sebelum maupun pada saat operasi, peran suami belum diperlukan, apalagi pada saat berlangsungnya operasi peran suami belum diperlukan, dan timbulnya stres atau kecemasan diantaranya akibat dari adanya tindakan medis yaitu operasi sectio caesaria. Menurut Kurniasih (2004), bahwa pendampingan suami selama proses persalinan khususnya pasca sectio caesaria

dan melahirkan dapat memberikan manfaat bagi ibu dalam menghadapi proses persalinan secara umum yang berupa antara lain: (1) Memberi rasa tenang dan penguat secara psikis, (2) Selalu ada bila dibutuhkan,

(6)

dan (3) Kedekatan emosi suami-istri bertambah. Di samping itu untuk program operasi sectio caesaria seringkali sudah terencana sehingga pasien sudah mempersiapkan secara psikologis.

Menurut Guyton (2006), bahwa dukungan suami dalam proses persalinan akan memberi efek pada sistem limbic ibu yaitu dalam hal emosi, emosi ibu yang tenang akan menyebabkan sel-sel neuronnya

mensekresihormon oksitosin yang reaksinya

akan menyebabkan kontraktilitas uterus

pada akhir kehamilan untuk mengeluarkan bayi. Teori ini didukung oleh Kartono (2007), bahwa suami juga merupakan tenaga pembantu dalam proses persalinan misalnya dengan merangsang puting susu ibu untuk timbul kontraksi, memberikan dukungan baik mental maupun spiritual.

Pendampingan suami diperlukan saat istrinya menjalani persalinan, oleh karena persalinan menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu, karena itu pastikan bahwa setiap ibu mendapatkan asuhan sayang ibu selama persalinan dan kelahiran berlangsung. Asuhan ibu yang dimaksud berupa dukungan emosional dari suami dan anggota keluarga lain untuk berada disamping ibu selama proses persalinan dan kelahiran.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mahdiyah (2012) yang menyimpulkan bahwa bahwa sebagian besar responden telah mendapat pendampingan suami dalam proses melahirkan yaitu sebanyak 65%.

.

Kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea

Tabel 2. Kecemasan pasien pre operasi SC Kecemasan pasien pre operasi SC F % Ringan Sedang Berat 8 18 9 22,9 51,4 25,7 Jumlah 35 100

Sumber: Data yang diolah, 2015.

Berdasarkan Tabel 2, dilihat dari kecemasan pada pasien pre operasi sectio

caesarea diketahui sebagian besar

mempunyai kecemasan sedang yaitu sebanyak 18 orang (51,4%) dan sebagian kecil mempunyai kecemasan ringan yaitu sebanyak 8 orang (22,9%).

Pasien sebelum dioperasi menganggap bahwa operasi merupakan tindakan yang menakutkan karena menggunakan peralatan, ruangan dan tindakan-tindakan keperawatan khusus. Pasien pre operasi mengalami perasaan cemas dan ketegangan yang ditandai dengan rasa cemas, takut, tegang, lesu, tidak dapat istirahat dengan tenang. Pasien tidak mempunyai pengalaman

(7)

terhadap hal-hal yang akan dihadapi saat pembedahan, seperti anestesi, nyeri, perubahan bentuk dan ketidakmampuan mobilisasi post operasi (Kasdu, 2008). Adapun salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah usia, menurut Kaplan dan Sadock (2006) gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa dan lebih banyak pada wanita, dan sebagian besar kecemasan terjadi pada umur 21-45 tahun.

Kecemasan yang biasanya ada pada ibu yang akan menjalani persalinan dengan

sectio caesarea adalah tindakan yang

menakutkan karena menggunakan peralatan, ruangan dan tindakan-tindakan keperawatan khusus yang menjadi penyebab ibu tersebut cemas. Ibu yang akan menjalani persalinan

sectio caesarea diharapkan memiliki cara yang tepat dan benar, sehingga dapat mengurangi bahkan menghilangkan kecemasan yang dirasakan, di sinilah peran strategi coping. Strategi coping yang diterapkan setiap individu dapat berbeda-beda tergantung pada masalah yang dihadapi, tetapi apabila coping yang digunakannya pada suatu masalah dirasa cocok dan dapat menyelesaikan masalah, maka ada kecenderungan untuk mengulangi lagi jika dihadapkan pada masalah serupa di masa mendatang.

Cara yang dapat dilakukan untuk pengendalian kecemasan dan kekhwatiran terhadap risiko dari sectio caesarea, dapat dilakukan dengan problem focused coping

(PFC), emotion focused coping (EFC) atau menerapkan keduanya. Bentuk-bentuk perilaku yang dapat dilakukan ibu yang akan menjalani persalinan dengan sectio caesarea antara lain: 1) Keaktifan diri, seperti membaca buku atau majalah tentang cara perawatan kehamilan hipertensi; 2) Perencanaan, seperti mengikuti latihan senam hamil; 3) kontrol diri, yaitu mengurangi kegiatan yang menguras tenaga dan emosi; 4) Mencari dukungan sosial yang bersifat instrumental, seperti menerima pendapat orang lain tentang menjaga kehamilan hipertensi; 5) Mencari dukungan sosial yang bersifat emosional, yaitu meminta bantuan keluarga (suami) untuk menemani pada saat periksa; 6) Penerimaan, seperti menaati saran yang diberikan dokter atau bidan; dan 7) Religiusitas, yaitu berdoa dan beribadah (Zanden, 2007).

Penelitian lain yang dilakukan Nurkasana (2014) didiketahui bahwa tingkat kecemasan pasien paling banyak adalah tingkat kecemasan berat sebanyak 21 orang (42%). Respon cemas seseorang tergantung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi tantangan, harga diri,

(8)

dan mekanisme koping yang digunakan dan juga mekanisme pertahanan diri yang digunakan untuk mengatasi kecemasannya antara lain dengan menekan konflik, impuls-impuls yang tidak dapat diterima secara sadar, tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya (Stuart dan Sundeen, 2007).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Primasnia, dkk (2013) yang menyimpulkan bahwa sebagian besar pasien pre operasi sectio

caesarea mempunyai kecemasan sedang

(42%). Respon cemas seseorang tergantung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi tantangan, harga diri, dan mekanisme koping yang digunakan dan juga mekanisme pertahanan diri yang digunakan untuk mengatasi kecemasannya antara lain dengan menekan konflik, impuls-impuls yang tidak dapat diterima secara sadar, tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya (Stuart dan Sundeen, 2007).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahdiah, dkk (2013) yang menunjukkan dari 80 responden terdapat 57,5% memiliki tingkat kecemasan sedang, hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Suryabrata (2008) bahwa tingkat kecemasan tiap-tiap orang

berbeda-beda meskipun yang dihadapi sama, hal ini faktor yang mempengaruhi diantaranya pemahaman diri, kematangan, dan pemayhaman dalam menghadapi tantangan.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Qulsum dkk (2012) yang menyatakan bahwa kecemasan pasien pre operasi sebelum diberikan intervensi terbanyak adalah kecemasan ringan, ini disebabkan oleh umur responden yang rata-rata sudah dewasa. Hurlock (2008) bahwa semakin dewasa seseorang maka semakin baik pula dalam mengetahui bagaimana mengontrol kecemasan atau pengendalian emosi dan perasaannya. Selain itu, ibu yang akan bersalin mempunyai emosi berlebihan yang dapat menimbulkan kecemasan, tingkat kecemasan orangpun berbeda-beda meskipun menghadapi permasalahan yang sama (Suryabrata, 2008).

Hubungan pendampingan suami dengan kecemasan pasien pre operasi Sectio Caesarea

Tabel 3. Hasil Analisis korelasi rank spearman Variabel Nilai Rank

Spearman p-value Pendampingan suami >< Kecemasan -0,768 0,000

Hasil penelitian menunjukkan ada hu-bungan yang signifikan antara pendam-pingan suami dengan tingkat kecemasan

(9)

pasien pre operasi sectio caesarea di Bangsal Melati RSUD dr. Soediran Mangun

Sumarso Wonogiri dengan sifat hubungan negatif, artinya bahwa dengan adanya pendampingan suami pada pasien yang akan

menjalani persalinan dengan sectio caesarea

maka akan semakin menurun tingkat kecemasannya. Adapun tingkat keeratan hubungan tergolong sangat kuat karena 0,768 berada diantara nilai korelasi 0,76 - 1,00.

Suami mendampingi istrinya dalam persalinan di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri umumnya beralasan agar tenang istrinya menghadapi persalinan

dengan sectio caesarea, untuk menyiapkan

kebutuhan-kebutuhan yang bersifat spontan seperti dukungan moral yang berdampak pada kecepatan dalam proses persalinan.

Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh

Varney et al (2002) dalam Rohmah (2009) menyatakan bahwa pendampingan suami selama persalinan mempunyai dampak yang sangat positif bagi psikologis ibu. Suami sebagai orang yang paling sering mendampingi ibu saat bersalin, memiliki pengaruh yang cukup dominan terhadap keberhasilan persalinan yang aman, mengurangi komplikasi pada bayi yang akan dilahirkan, serta akan memudahkan persalinan (Indrayani, 2011).

Menurut Sundari (2005), pasien yang akan menjalani operasi atau pembedahan

dapat mengalami kecemasan yang

merupakan reaksi umum terhadap kondisi yang dirasakan sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh, atau bahkan kehidupannya itu sendiri,

hal ini apabila dikaitkan dengan

pemahaman-pemahaman yang salah tentang tindakan pembedahan atau keterbatasan informasi tentang kejadian yang akan dialami pasien, sebelum, selama bahkan setelah prosedur operasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Primasnia, dkk (2013) yang meneliti tentang hubungan pendampingan suami dengan tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi proses persalinan kala I, hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pendampingan suami dengan tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi proses persalinan kala I.

Tingkat kecemasan yang timbul yang dapat berdasarkan tingkatannya dan bagaimana cara mengantisipasinya, oleh karena itu peran suami seperti kehadiran suami sangat diharapkan di dalam ruang bersalin sebagai pendamping persalinan dan suami diharapkan tetap menjalankan perannya dalam memberi dukungan fisik

(10)

maupun emosional pada ibu terutama selama proses persalinan berlangsung.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahdiah, dkk (2013) yang meneliti tentang hubungan antara pendampingan suami dengan tingkat kecemasan proses persalinan pada ibu primipara, hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendampingan suami dengan tingkat kecemasan proses persalinan pada ibu primipara, dan dengan pendampi-ngan suami selama persalinan dapat menurunkan tingkat kecemasan ibu selama persalinan kala I pada ibu primipara. Hal ini karena responden adalah ibu primipara, yang baru pertama kali melahirkan dan belum memiliki pengalaman dalam persalinan sehingga tingkat kecemasannya relatif lebih tinggi. Keadaan emosional ibu selama kehamilan juga dapat mempengaruhi proses kelahiran. Seorang ibu yang tertekan secara emosional dapat mengalami kontraksi yang tidak teratur sehingga menyebabkan proses kelahiran yang sulit (Juniarti, 2012).

SIMPULAN

1. Karakteristik responden dilihat dari usia rata-rata 27,89 tahun, tingkat pendidikan SLTA (51,4%), memiliki pekerjaan IRT (51,4%), dan paritas ke dua (37,1%).

2. Pendampingan suami pada pasien sebagian besar mendapatkan pendampingan suami yaitu sebanyak 24 orang (68,6%) dan lainnya tidak mendapatkan pendampingan suami yaitu sebanyak 11 orang (31,4%).

3. Kecemasan pasien pre operasi sectio

caesarea sebagian besar mempunyai

kecemasan sedang yaitu sebanyak 18 orang (51,4%) dan sebagian kecil mempunyai kecemasan ringan yaitu sebanyak 8 orang (22,9%).

4. Ada hubungan signifikan antara pendampingan suami dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea di Bangsal Melati RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri (rxy

= -0,768; p-value = 0,000), adapun

kekuatan hubungan adalah sangat kuat.

SARAN

1. Bagi Rumah Sakit.

Diharapkan manajemen rumah sakit ada program untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang melibatkan suami dan tenaga kesehatan untuk menurunkan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea.

2. Bagi perawat.

Diharapkan dapat memberikan tindakan yang dapat menurunkan tingkat

(11)

kecemasan pada pasien pre operasi

sectio caesaria diantaranya dapat

melibatkan suami untuk mendampingi sebelum dilakukan operasi sectio caesaria, sehingga diharapkan tingkat kecemasannya menurun.

3. Bagi Institusi Pendidian.

Berdasarkan penelitian yang menunjuk-kan ada hubungan pendampingan suami dengan tingkat kecemasan maka pendidikan akan memberi andil kepada mahasiswa dalam praktek klinik keperawatan terutama di keperawatan maternitas untuk menunjang proses belajar mengajar.

4. Bagi Peneliti berikutnya.

Bagi peneliti lain diharapkan meneliti variabel lain yang belum diteliti, misalnya umur, pendidikan, sikap, pengalaman, lingku-ngan, fasilitas kesehatan dengan sampel yang lebih banyak atau dengan metode penelitian yang berbeda, sehingga penelitian lain dapat menjelaskan hasil penelitian yang lebih luas dan dapat melengkapi hasil penelitian yang dilakukan saat ini. 5. Bagi Peneliti.

Diharapkan dapat mengambil pengetahuan dan informasi dari hasil penelitian ini agar dalam penelitian ini memberikan manfaat kepada masyarakat

dan terutama pada responden yang akan menjalani proses persalinan dengan

sectio caesarea agar dapat mengurangi timbulnya kecemasan.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham,F. Gary dkk. 2006. Obstetri

Williams, Edisi 2. ISBN: EGC.

Depkes RI. 2011. Buku Acuan Persalinan

Normal. Jakarta: DepKes RI.

______. 2013. Buku Pedoman Asuhan

Keperawatan Jiwa : Teori dan

Tindakan Keperawatan Jiwa,

Cetakan 1, Derektorat Pelayanan

Medik. Jakarta. Jakarta: DepKes RI.

Dalami. 2009. Psikologi Keluarga (Peranan

Ayah dalam Keluarga). Jakarta:

Rineka Cipta.

Guyton dan Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran. Jakarta: EGC.

Hawari, Dadang. 2008. Manajemen Stres,

Cemas, dan Depresi. Jakarta: BP

FKUI.

Hurlock. 2008. Psikologi Perkembangan

Manusia. Jakarta: Erlangga.

Indrayani. 2011. Buku Ajar Asuhan

Kehamilan. Jakarta: Trans Info

Media.

Juniarti, Fitri. 2012. Pengaruh Emosional dan

Stress Ibu Hamil Terhadap Janin.

http://www.psychologymania.net/20 12/diperoleh pada 26 Maret 2015.

Kaplan J.B., & Sadock T.C. 2006. Sinopsis

(12)

Psikiatri Klinis, Edisi ke tujuh, Jakarta: Binarupa Aksara.

Kartono K. 2007. Psikologi Wanita Mengenal

Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Bandung: Mandar Maju.

Kasdu. 2008. Operasi Caesar Masalah dan

Solusinya. Jakarta: Puspa Swara.

Kurniasih, D. 2004. Menghadapi Rasa Nyeri.

Retrieved 24 April from http://www. tabliod-nakita.com/khasanah

060302-06.htm.

Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian

Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.

Mahdiah D, Mochdari. 2013. Hubungan antara

Pendampingan Suami dengan

Tingkat Kecemasan Proses

Persalinan pada Ibu Primipara di BPS Wilayah Kerja Puskesmas

Terminal Banjarmasin. Jurnal

Kebidanan. Banjarmasin: STIKes

Sari Mulia.

Musbikin, I. 2005. Persiapan Menghadapi

Persalinan. Jakarta : Mitra Pustaka

Nurhasana, Ninik A. 2014. Hubungan

Pengetahuan Ibu Hamil tentang Proses Persalinan dengan Tingkat

kecemasan menghadapi persalinan.

www.journal.unipdu.ac.id › Home › Vol 1, No 2 (2012) diperoleh pada 29 Oktober 2015.

Primasnia R, Wagiyo, Elisa. 2013. Hubungan

Pendampingan Suami dengan

Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida dalam Menghadapi Proses Persalinan Kala I di Rumah Bersalin Kota

Ungaran. Prosiding Konferensi

Nasional PPNI Jawa Tengah 2013.

Ungkaran: STIKES Telogorejo. Qulsum, dkk. 2012. Perbedaan Kecemasan

Pasien sebelum dan sesudah

menjalani operasi sectio caesarea.

Rohmah, Nikmatur. 2009. Pendidikan

Prenatal : Upaya Promosi

Kesehatan bagi Ibu Hamil. Jakarta:

Gramata Publishing.

Sarmana. 2013. Bedah Caesar. Diakses

tanggal 1 Juni 2015 dari http//

jurnal.fk. unand.ac.id/articles/vol2.

no.1?38-41.pdf.

Sawitri, E & Sudaryanto, A. 2008.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan pra bedah caesar pada pasien dan keluarga di RSUI Kustati Surakarta.

Stuart & Sundeen. 2007. Buku Saku

Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC

Sumanto, dkk. 2011. Hubungan Tingkat Nyeri dengan Tingkat Kecemasan pada

Pasien Post Sectio Caesarea. Jurnal

Ilmiah Kebidanan. Surakarta: Stikes

Aisyiyah.

Sundari. 2005. Pengaruh peran serta suami terhadap tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi proses

persalinan di desa jepat lor

kecamatan tayu kabupaten pati.

Kesehatan . Diakses : 4 Oktober

2015.

Suryabrata. S. 2008. Psikologi Pendidikan.

Jakarta: Rineka Cipta.

Zamriati. S. 2013. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan Ibu dalam Menghadapi

Persalinan. Naskah Publikasi Ilmiah.

Semarang: Undip.

Zanden. 2007. Saat-Saat Mendekati

Gambar

Tabel  2. Kecemasan pasien pre operasi SC  Kecemasan pasien  pre operasi SC  F  %  Ringan  Sedang  Berat  8  18 9  22,9 51,4 25,7  Jumlah  35  100
Tabel  3.  Hasil Analisis korelasi rank spearman  Variabel  Nilai Rank

Referensi

Dokumen terkait

gambaran tingkat kecemasan ( anxiety ) suami terhadap tindakan operasi sectio caesarea yang..

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sawitri dan Sudarwanto (2008) tentang pengaruh pemberian informasi pre operasi terhadap tingkat

Setelah dilakukan penelitian, pengolahan data dan pembahasan tentang hubungan antara pendampingan suami terhadap tingkat kecemasan ibu pada fase aktif kala I proses

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Anugerah, (2011) dengan Judul Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap Tingkat Kecemasan Pada

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2011) yang meneliti tentang hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu hamil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi psikoedukasi terhadap tingkat kecemasan sebelum dan setelah dilakukan intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Agustin (2009) dengan hasil nilai ρ hitung (0,560) dari besarnya ρ tabel (0,5), bahwa komunikasi dan hubungan

Sari & Widiharti / Jurnal IJPN Vol.3, No.2 Desember 2022, Hal : 158 - 165 Jurnal | Indonesian Journal Of Professional Nursing 2022 158 HUBUNGAN INFORMED CONSENT DENGAN TINGKAT