• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penilaian Persediaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun 2011-2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Penilaian Persediaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun 2011-2013)"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

DATA PENELITIAN TAHUN 2013-2015

No. Kode Perusahaan

Ukuran

Perusahaan Likuiditas

Variabilitas Perusahaan Laba Sebelum Pajak Pemilihan Metode Persediaan

1 ADES 57008000000,00 0,60 1,50 0,21 1

2 ADMG 497239077666,70 1,41 1,61 0,04 0

3 AISA 921827069665,67 0,78 1,30 0,28 1

4 AKKU 28795287323,67 0,04 1,32 -0,70 0

5 ANTM 1552548827000,00 0,16 1,56 0,34 1

6 APLI 253070730969,67 0,24 1,87 0,13 1

7 AQUA 952710159978,33 0,57 1,55 0,06 0

8 ARNA 623746959696,00 0,72 1,30 0,21 1

9 ARTI 434299785398,00 0,54 1,33 -0,48 1

10 BIMA 36583715666,67 1,12 1,30 0,13 1

11 BRAM 22250752333,33 0,13 1,65 1,23 1

12 BTEK 33656916204,67 0,00 1,63 -0,68 0

13 BTON 58747571486,67 0,03 0,20 0,16 1

14 BUDI 103464333333,33 0,55 1,54 0,15 0

15 BUMI 834188010000,00 1,34 1,15 0,38 1

16 CEKA 531113637087,33 0,71 2,03 0,11 1

17 CITA 665822962733,33 0,15 1,43 0,42 1

18 CNKO 690594734666,67 0,12 2,20 0,10 1

19 CPDW 26138013325,67 2,54 1,74 0,06 1

20 CTBN 171861600000,00 0,14 1,40 0,15 0

21 DLTA 655516662666,67 0,06 1,25 0,00 1

22 DPNS 142833129609,00 0,16 1,60 0,20 1

23 DSFI 212397600834,33 0,05 2,08 -0,05 1

24 ELSA 275558000000,00 0,31 1,25 0,16 1

25 ESTI 875335889000,00 0,13 1,61 0,06 1

26 GDYR 564617950587,33 0,74 1,31 0,11 1

27 IKBI 564617950587,33 0,02 1,44 0,12 1

(2)

29 INDR 669046666666,67 0,59 1,58 0,08 1

30 ITMG 1048556196666,60 0,11 1,10 0,00 1

31 JKSW 240438537997,00 -1,58 1,12 0,90 1

32 JPRS 332081873638,67 0,02 1,59 0,15 0

33 KBLM 360869892428,00 0,11 2,03 1,23 1

34 LPIN 153237411888,33 0,03 1,91 0,32 1

35 MAIN 613342491000,00 3,66 1,49 0,00 1

36 MASA 1840887680047,67 0,22 2,42 0,20 1

37 MEDC 1446881160000,00 1,52 1,83 0,37 0

38 MERK 358823392666,67 0,03 1,48 0,58 1

39 MITI 120514251568,33 0,59 1,35 -0,43 1

40 MLBI 604955666666,67 0,21 1,26 0,49 0

41 MLIA 143319296333,33 -0,05 0,60 54,36 1

42 MYOR 138464653449,33 1,49 1,34 2,22 1

43 MYRX 104314297852,00 0,05 3,35 -0,04 1

44 NIPS 207834673866,33 0,24 1,21 0,13 1

45 PAFI 134498788202,33 -7,46 1,76 -0,11 0

46 PICO 530334444289,00 0,29 0,61 0,14 1

47 PRAS 291370330203,67 1,29 1,56 0,09 0

48 PSDN 241856313210,00 1,28 1,26 0,14 1

49 PTRO 604740000000,00 0,46 2,50 0,21 0

50 PTSN 792585424865,33 1,05 1,68 0,03 1

51 PYFA 55621694686,67 0,07 1,19 0,65 1

52 RDTX 911847878121,67 0,18 1,60 0,42 1

53 RMBA 330204296338,00 0,89 1,45 0,20 1

54 RUIS 524880972137.00 0,84 1,10 1,12 1

55 SAIP 1483533012878,00 -3,76 1,54 -0,01 0

56 SCPI 169246746450,33 2,56 2,57 0,46 1

57 SGRO 1990933485666,67 0,22 1,79 1,32 1

58 SIAP 119660672878,00 0,20 1,36 0,21 0

(3)

60 SIPD 1497885134097,33 0,02 1,19 0,09 1

61 SKLT 155235113952,33 0,36 1,29 0,18 1

62 SMCB 5873213666666,67 1,37 1,34 0,37 1

63 SMSM 779423857089,00 0,07 1,49 0,23 1

64 SPMA 1286899021350,00 0,99 1,59 0,15 1

65 SQBI 262525912333,33 0,07 1,71 0,59 1

66 STTP 262525912333,33 0,11 1,58 0,15 0

67 SULI 1869701597411,00 2,60 1,69 0,03 1

68 TFCO 1909738726666,67 -0,94 1,63 -0,01 0

69 TINS 5056821000000,00 0,09 1,58 0,27 1

70 TOTO 788209742652,00 0,58 1,59 0,28 1

71 TPIA 2428076666666,67 0,37 1,11 0,12 1

72 TRST 1931963358786,00 0,37 1,61 0,15 0

73 TSPC 1866420489739,00 0,05 1,36 0,39 1

74 ULTJ 1474567530583,67 0,21 1,37 0,25 1

75 UNSP 4448499342000,00 0,66 1,65 0,33 0

76 UNTX 96226434533,67 -0,14 1,53 0,00 1

77 UNVR 5825393666666,67 0,09 1,30 0,50 0

(4)

LAMPIRAN 2

(5)

LAMPIRAN 3

(6)

LAMPIRAN 4

(7)
(8)
(9)

Daftar Pustaka

Algifari, 2000. Analisis Regresi, Edisi 2, Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Bursa Efek Indonesia. (2012), “Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur periode 2013-2015”. http://www.Idx.co.id (diakses 24 Agustus 2013)

Dyckman, Thomas R., Roland E. Dukes, Charles J. Davis, 2000. Akuntansi

Intermediate, Edisi Ketiga, Jilid 1, Erlangga, Jakarta

Erlina, 2011. Metodologi Penelitian, USU Pers. Medan.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2007 . Standar Akuntansi Keuangan. Edisi 2007. Penerbit : Salemba Empat . Jakarta .

Ikatan Akuntan Indonesia. 2008. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 Penyajian Laporan Keuangan (Revisi 2008). Jakarta : Salemba Empat.

Jogiyanto H.M. 2000. Teori Portfolio dan Analisis Investasi. BPFE-Yogyakarta: Yogyakarta

Kasmir, 2008. Analisis Laporan Keuangan, Rajawali Pers, Jakarta.

Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt dan Terry D. Warfield, 2011. Intermediate

Accounting, IFRS Edition, Volume 1, John Willey & Son, United States

of America.

Marwah, Sofa, 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan

Metode Penilaian Persediaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2010, Skripsi, Universitas Lampung,

Bandar Lampung.

Mukhlasin, 2001. Analisis Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan dan

Dampaknya Terhadap Earning Price, Tesis, Universitas Diponegoro,

Semarang.

Pemerintah Republik Indonesia. 2008. Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Jakarta.

Skousen, Stice, 2001. Akuntansi Keuangan Menengah. Edisi Kesembilan, Jilid Satu, Terjemahan. Salemba Empat, Jakarta.

Stice, James D., Earl K. Stice dan K. Fred Skosen, 2009. Intermediate

(10)

Subramanyam,K.R, dan Wild, Jhon J. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat

Taqwa, Salma, 2001. Faktor-Faktor yang Mempengaruh Pemelihan Metode

Akuntansi Persediaan pada Perusahaan Manufaktur di BEJ, Tesis,

Universitas Diponrgoro, Semarang.

Umar, Husein, 2008. Desain Penelitian Akuntansi Keperilakuan, Edisi 1, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Warren, Carl S., James M.Reeve., Philip E.Fess, 2006. Pengantar Akuntansi, Edisi 21, Buku 1, Salemba Empat, Jakarta.

Watss, Ross L. dan Zimmerman Jerold L., 1990. Possitive Acounting Theory: A

Ten Years Perspective, The Accounting Review, Volume 65 hal 131-156.

---. 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan. Ghalian Indonesia, Jakarta.

Weygandt, Jerry J and Kieso, Donald E and Kimmel, Paul D, 2007. Accounting

Principles Pengantar Akutansi, Edisi Ketujuh, Penerbit Salemba Empat.

Jakarta.

(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti, penelitian ini termasuk penelitian sebab akibat atau casual research. Casual research berguna untuk

mengukur hubungan-hubungan antar variabel penelitian atau untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain dan juga berguna pada

penelitian yang bersifat ex-post-facto yang mencoba mencari hubungan dari variabel-variabel yang datanya telah terjadi sebelumnya (Umar, 2008:8). Dalam

hal ini akan dilihat apakah ukuran perusahaan, variabilitas persediaan, likuiditas, dan laba sebelum pajak berpengaruh secara signifikan terhadap metode penilaian persediaan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia yang berdasarkan laporan keuangan perusahaan manufaktur tahun 2013-2015 yang diperoleh dari

website BEI yaitu www.idx.co.id. Waktu penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Desember 2013 sampai Desember 2015.

3.3 Defenisi Operasional

(12)

peneliti dapat mengumpulkan, mengukur, atau menghitung informasi melalui

logika empiris (Erlina, 2011:48).

3.3.1 Variabel Independen

Menurut Erlina (2011 : 37), “variabel independen merupakan variabel

yang diduga sebagai sebab yang dapat mempengaruh perubahan dalam variabel dependen, atau menyebabkan terjadinya variasi bagi variabel dependen dan mempunyai hubungan positif maupun negatif bagi variabel dependen lainnya”.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah:

3.3.1.1Ukuran Perusahaan

Penelitian ini ukuran perusahaan dihitung dari total aset setiap

perusahaan yang menjadi sampel mulai tahun 2013 sampai 2015 dibagi total tahun penelitian. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan rumus yang sama dengan penelitian Kasini (2011).

Ukuran Perusahaan (size) = Ln (Total Aktiva)

3.3.1.2 Variabilitas Persediaan

Variabilitas perusahaan diukur berdasarkan koefisien variasi jumlah

persediaan akhir yaitu standar deviasi/mean selama lima tahun yaitu dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015. Skala yang digunakan adalah skala rasio. Satuan

yang digunakan berupa persentase.

(13)

Likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan current ratio yaitu dengan

menggunakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban

jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus.

3.3.1.4 Laba Sebelum Pajak

Menurut Subramanyan dan Wild (2010:26), “laba sebelum pajak merupakan

laba dari operasi berjalan sebelum cadangan untuk pajak penghasilan”. Laba sebelum

pajak pada penelitian ini adalah laba sebelum pajak tahun berjalan yang dihitung

dengan menjumlahkan laba usaha dengan pendapatan di luar usaha dikurang beban di

luar usaha.

3.3.2 Variabel Dependen

Menurut Erlina (2011:36),“variabel dependen merupakan variabel terikat

atau variabel bebas dan menjadi perhatian utama dalam pengamatan yang merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel sebab atau variabel bebas”. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah metode penilaian persediaan, Pemilihan metode FIFO dan metode rata-rata sebagai variabel dependen didasarkan pada PSAK 14 (revisi 2008) yang

mengikuti peraturan perpajakan di Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang No.36 Tahun 2008. Berdasarkan hal tersebut hanya ada dua

(14)

Variabel terikat ini bersifat kualitatif dan merupakan variabel dummy.

Variabel dummy adalah variabel yang digunakan untuk mengkuantitatifkan variabel yang bersifat kualitatif (misal: jenis kelamin, ras, agama, perubahan

kebijakan pemerintah, perbedaan situasi dan lain-lain). Variabel dummy merupakan variabel yang bersifat kategorikal yang diduga mempunyai pengaruh terhadap variabel yang bersifat kontinue. Oleh karena itu, pengkuran dilakukan

dengan menggunakan skala nominal. Indikator variabel ini memberikan nilai 0 pada pemilihan metode FIFO dan memberikan nilai 1 pada pemilihan metode

persediaan rata-rata.

Tabel 3.1

Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Variabel Defenisi

Operasional Indikator

Skala Independen

(X) :

a. Ukuran Perusahaan

b. Variabilitas Persediaan

c. Likuiditas

Ditunjukkan dari besarnya rata-rata aset perusahaan nilai persediaan, maka variasi persediaan dapat mempengaru hi pemilihan metode akuntansi persediaan. Kemampuan membayar kewajiban jangka pendek

Ukuran Perusahaan (size) = Ln (Total Aktiva)

Laba sebelum pajak = Laba + pendapatan di luar usaha – beban di luar usaha

Rasio

Rasio

(15)

d.Laba Sebelum Pajak

lancar yang dimilikinya Kemampuan menghasilkan laba sebelum dikenakan beban pajak Rasio Dependen (Y) : Metode Penilaian Persediaan Menunjukkan metode penilaian yang digunakan

indikator penilaian variabel adalah 0 untuk metode FIFO dan 1 untuk metode rata-rata.

Nomina l

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, yang berada

dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian (Erlina, 2011:80). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun

2013-2015. Perusahaan manufaktur yang menjadi populasi dalam penelitian adalah 171 perusahaan.

Menutut Erlina, (2011:81) “sampel adalah bagian populasi yang

digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi dan harus benar-benar representatif atau mewakili populasi”. Jumlah perusahaan manufaktur yang

menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 78 perusahaan. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah penentuan sampel secara purposive (purposive

sampling) yaitu metode pengambilan sampel yang berdasarkan pada suatu kriteria

(16)

Beberapa kriteria pengambilan sampel penelitian adalah sebagai berikut:

1. Melaporkan laporan keuangan perusahaan secara berturut-turut pada tahun 2013-2015.

2. Menggunakan satu metode akuntansi persediaan saja.

3. menggunakan metode akuntansi persediaan secara konsisten selama periode pengamatan

Tabel 3.2

Daftar Populasi-Sampel Perusahaan

No. Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel

1 2 3 4

1 AALI Astra Agro Lestari Tbk √ √ √ -

2 ADES Akasha International Tbk. √ √ √ √ 1

3 ADRO Adaro Energy Tbk. √ - - -

4 ADMG Polychem Indonesia Tbk √ √ √ √ 2

5 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. √ √ √ √ 3

6 AKPI Argha Karya Prima Industries Tbk. √ - - -

7 AKKU Aneka Kemasindo Utama Tbk. √ √ √ √ 4

8 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk. √ - - -

9 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. √ - - -

10 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk. √ √ √ √ 5

11 APEX Apexindo Pratama Duta Tbk. √ - - -

12 APLI Asiaplast Industries Tbk √ √ √ √ 6

13 AQUA Aqua Golden Mississippi Tbk. √ √ √ √ 7

14 ARGO Argo Pantes Tbk. √ - - -

15 ARNA Arwana Citramulia Tbk. √ √ √ √ 8

16 ARTI Ratu Prabu Energy Tbk. √ √ √ √ 9

17 ASII Astra International Tbk. √ √ √ -

18 ATPK ATPK Resources Tbk. √ - - -

19 AUTO Astra Otoparts Tbk. √ √ √ -

20 BATA Sepatu Bata Tbk √ √ √ -

21 BATI BAT Indonesia Tbk. √ - - -

22 BIMA Primarindo Asia Infrastructur Tbk. √ √ √ √ 10

23 BISI BISI International Tbk √ - - -

24 BRAM Indo Kordsa Tbk. √ √ √ √ 11

25 BRNA Berlina Tbk. √ √ √ -

(17)

27 BTEK Bumi Teknokultura Unggul Tbk. (gagal) √ √ √ √ 12

28 BTON Betonjaya Manunggal Tbk √ √ √ √ 13

29 BUDI Budi Acid Jaya Tbk. √ √ √ √ 14

30 BUMI Bumi Resources Tbk. √ √ √ √ 15

31 BWPT BW Plantation Tbk. √ - - -

32 BYAN Bayan Resources Tbk. √ - - -

33 CEKA Cahaya Kalbar Tbk. √ √ √ √ 16

34 CITA Cita Mineral Investindo Tbk. √ √ √ √ 17

35 CNKO Central Korporindo Internasional Tbk. √ √ √ √ 18

36 CNTB Centex Saham Seri B Tbk. √ - - -

37 CNTX Centex (Preffered Stock) Tbk. √ - - -

38 CPDW Cipendawa Tbk. √ √ √ √ 19

39 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk. √ - - -

40 CPRO Central Proteinaprima Tbk. √ √ √ -

41 CTBN Citra Tubindo Tbk. √ √ √ √ 20

42 CTTH Citatah Industri Marmer tbk. √ √ √ -

43 DAVO Davomas Abadi Tbk. √ - - -

44 DEWA Darma Henwa Tbk. √ √ √ -

45 DLTA Delta Djakarta Tbk. √ √ √ √ 21

46 DOID Delta Dunia Makmur Tbk. √ - - -

47 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk. √ √ √ √ 22

48 DSFI Dharma Samudera Fishing Ind. Tbk. √ √ √ √ 23 49 DSUC Daya Sakti Unggul Corporation Tbk. √ - - - 50 DVLA Darya- Varia Laboratoria Tbk. √ √ - √

51 DYNA Dynaplast Tbk. √ √ √ -

52 EKAD Ekadharma International Tbk. √ √ - -

53 ELSA Ekadharma International Tbk. √ √ √ √ 24

54 ENRG Energy Mega Persada Tbk. √ - - -

55 ERTX Eratex Djaja Tbk. √ - - -

56 ESTI Ever Shine Tex Tbk. √ √ √ √ 25

57 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk. √ - - -

58 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk. √ √ - √

59 FPNI Titan Kimia Nusantara Tbk. √ - - -

60 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk. √ - - -

61 GDYR Goodyear Indonesia Tbk. √ √ √ √ 26

62 GGRM Gudang Garam Tbk. √ - - -

63 GJTL Gajah Tunggal Tbk. √ √ - -

64 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk. √ - - -

65 GZCO Gozco Plantations Tbk. √ √ - √

66 HDTX Panasia Indosyntex Tbk. √ - - -

(18)

68 IGAR Kaego Igar Jaya Tbk. √ √ - -

69 IIKP Inti Agi Resources Tbk. √ - - -

70 IKAI Intikeramik Alamasri Industri Tbk. √ - - -

71 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk. √ √ √ √ 27

72 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk. √ - - -

73 INAF Indofarma Tbk. √ √ - √

74 INAI Indal Aluminium Industry Tbk. √ √ √ √ 28

75 INCI Intanwijaya Gold Industry Tbk. √ √ - - 76 INCO International Nickel Indonesia Tbk. √ √ √ - 77 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. √ - - -

78 INDR Indorama Syntetics Tbk. √ √ √ √ 29

79 INDS Indospring Tbk. √ √ √ -

80 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. √ - - -

81 INRU Toba Pulp Lestari Tbk. √ - - -

82 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. √ √ √ - 83 ITMA Itamaraya Gold Industry Tbk. √ - - -

84 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk. √ √ √ √ 30

85 JECC Jembo Kabel Company Tbk. √ - - -

86 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. √ √ √ √ 31

87 JPFA JAFPA Comfeed Indonesia Tbk. √ - - -

88 JPRS Jaya Pari Steel Tbk. √ √ √ √ 32

89 KAEF Kimia Farma (Persero) Tbk. √ √ √ -

90 KARW Karwell Indonesia Tbk. √ √ - -

91 KBLM Kabelindo Murni Tbk. √ √ √ √ 33

92 KBRI Kertas Basuki Rachmat Ind. Tbk. √ √ √ - 93 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi tbk. √ √ √ - 94 KKGI Resource Alam Indonesia Tbk. √ - - -

95 KLBF Kalbe Farma Tbk. √ √ √ -

96 LION Lion Metal works Tbk. √ √ √ -

97 LMSH Lion Mesh Prima Tbk. √ √ √ -

98 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk. √ √ √ √ 34

99 LSIP PP London Sumatera Tbk √ - - -

100 MAIN Malindo Feedmill Tbk. √ √ √ √ 35

101 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk. √ √ √ √ 36

102 MBAI Multibreeder Adirama Ind. Tbk. √ - - - 103 MEDC Medco Energy International Tbk. √ √ √ √ 37

104 MERK Merck Tbk. √ √ √ √ 38

105 MITI Mitra Investindo Tbk. √ √ √ √ 39

106 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk. √ √ √ √ 40

107 MLIA Mulia Industrindo Tbk. √ √ √ √ 41

(19)

109 MYOR Mayora Indah Tbk. √ √ √ √ 42

110 MYRX Hanson international Tbk. √ √ √ √ 43

111 MYTX Apac Citra Centertex Tbk. √ - - -

112 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk. √ - - -

113 NIPS Nipress Tbk. √ √ √ √ 44

114 PAFI Panasia Filament Inti Tbk. √ √ √ √ 45

115 PBRX Pan Brothers Tex Tbk. √ √ √ -

116 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk. √ √ √ √ 46

117 PKPK Perdana Karya Perkasa tbk. √ - - -

118 POLI Asia Pacific Fibers Tbk. √ - - -

119 PRAS Prima Alloy Steel Tbk. √ √ √ √ 47

120 PSDN Prasida Aneka Niaga Tbk. √ √ √ √ 48

121 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam tbk. √ √ - √

122 PTRO Petrosea Tbk. √ √ √ √ 49

123 PTSN Sat Nusapersada Tbk. √ √ √ √ 50

124 PYFA Pyridam Farma Tbk. √ √ √ √ 51

125 RDTX Roda Vivatex Tbk. √ √ √ √ 52

126 RICY Ricky Putra Globalindo tbk. √ √ - √

127 RMBA Bentoel International Investama Tbk. √ √ √ √ 53

128 RUIS Radiant Utama Interinsco Tbk. √ √ √ √ 54

129 SAIP Surabaya Agung Industry Pulp Tbk √ √ √ √ 55

130 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk √ √ √ √ 56

131 SGRO Sampoerna Agro Tbk. √ √ √ √ 57

132 SIAP Sekawan Intipratama Tbk. √ √ √ √ 58

133 SIMA Siwani Makmur Tbk. √ - - -

134 SIMM Surya Intrindo Makmur Tbk √ √ √ √ 59

135 SIPD Sierad Produce Tbk √ √ √ √ 60

136 SKBM Sekar Bumi Tbk √ - - -

137 SKLT Sekar Laut Tbk. √ √ √ √ 61

138 SLBCI Sara Lee Body Care Indonesia Tbk. √ - - -

139 SMAR SMART Tbk. √ √ √ -

140 SMCB Holcim Indonesia Tbk. √ √ √ √ 62

141 SMGR Semen Gresik (persero) Tbk. √ √ √ -

142 SMSM Selamat Sempurna Tbk. √ √ √ √ 63

143 SOBI Sorini Agro Asia Corporinndo Tbk. √ - - -

144 SPMA Suparma Tbk. √ √ √ √ 64

145 SQBB Taisho Pharmaceutical Indoneisa (PS) √ - - - Tbk.

146 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk. √ √ √ √ 65

147 SQMI Allbond Makmur Usaha Tbk. √ √ - -

(20)

149 SSTM Sunson Textile Manufacture Tbk. √ - - -

150 STTP Siantar TOP Tbk. √ √ √ √ 66

151 SULI Sumalindo Lestari Jaya tbk. √ √ √ √ 67

152 TALF Tunas Alfin Tbk. √ - - -

153 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk. √ - - -

154 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk. √ - - -

155 TCIS Mandom Indonesia tbk. √ - - -

156 TFCO Tifico Fiber Indonesia tbk. √ √ √ √ 68

157 TINS Timah (Persero) Tbk. √ √ √ √ 69

158 TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk. √ - - - 159 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. √ - - -

160 TOTO Surya Toto Indonesia tbk. √ √ √ √ 70

161 TPIA Tri Polyta Indonesia tbk. √ √ √ √ 71

162 TRST Trias Sentosa Tbk. √ √ √ √ 72

163 TSPC Tempo Scan pacific Tbk. √ √ √ √ 73

164 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk. √ √ √ √ 74

165 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk. √ - - -

166 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk. √ √ - - 167 UNSP Bakrie Sumatera Plantations Tbk. √ √ √ √ 75

168 UNTX Unitex Tbk. √ √ √ √ 76

169 UNVR Unilever Indonesia Tbk. √ √ √ √ 77

170 VOKS Voksel Elektrik Tbk. √ - - -

171 YPAS Yanaprima Hastapersada Tbk. √ √ √ √ 78

Sumber: www.idx.co.id, diolah oleh penulis (2016)

3.5 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,

yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Erlina, 2011:22). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia (BEI)

yaitu www.idx.co.id, buku-buku referensi, internet, dan literatur ilmiah lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

(21)

Pengumpulan data dilakukan dengan cara memperolehnya dari jurnal

ilmiah, studi pustaka, buku-buku yang berhubungan dengan penelitian, dokumentasi, laporan keuangan, dan informasi yang berhubungan dengan

penelitian yang didapat melalui internet.

3.7 Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis statistik (regresi

logistik) dengan spss versi 20.0, dan dilakukan melalui berbagai uji sebagai berikut:

3.7.1 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis maka perlu dilakukan uji asumsi klasik. Menurut Safrizal, dkk. (2010:201), dikarenakan uji hipotesis yang

digunakan adalah regresi logistik, dimana uji ini mengabaikan uji normalitas dan hetereroskedastisitas, maka uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji multikolineritas dan uji autokorelasi.

3.7.1.1 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas berguna untuk mengetahui apakah pada model

regresi yang diajukan telah ditemukan korelasi yang kuat antar variabel independen. Jika terjadi korelasi yang kuat, terdapat masalah multikolinieritas

yang harus diatasi (Umar, 2008:82).

Cara yang digunakan untuk melihat adanya multikolinieritas dapat dilakukan dengan dua pengujian yaitu dengan melihat nilai VIF dan korelasi

antara variabel independen. Jika nilai VIF labih besar dari 10, maka terjadi multikolinieritas yang cukup berat diantara variabel independen atau apabila jika

(22)

3.7.1.2 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi berguna untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif antar data

yang ada pada variabel-variabel penelitian (Umar, 2008:86). Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear pada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1.

Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem autokorelasi (Erlina, 2011:106).

3.7.1.3 Uji F (Uji Signifikansi Simultan)

Uji F yaitu untuk membuktikan hipotesis awal tentang pengaruh Karakteristik Individu terhadap keberhasilan usaha secara serentak. Dengan rumus

hipotesis sebagai berikut:

Ho: b1 = 0, artinya variabel bebas (Ukuran perusahaan, Variabilitas

persediaan, Likuiditas, Laba sebelum pajak secara serentak tidak ada pengaruh

yang signifikan terhadap variabel terikat (Metode penilaian persediaan).

Ha: b1 0, artinya variabel bebas (Ukuran perusahaan, Variabilitas

persediaan, Likuiditas, Laba sebelum pajak) secara serentak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Metode penilaian persediaan).

Kriteria Metode penilaian persediaan:

Ho diterima jika F hitung < F tabel pada α = 5%

Ha diterima jika F hitung > F tabel pada α = 5%

3.7.1.4 Uji t ( Uji Signifikansi Parsial )

(23)

terikat yaitu metode pengendalian persediaan dengan rumusan hipotesis sebagai

berikut:

Ho: b1= 0, artinya variabel bebas (Ukuran perusahaan, Variabilitas

persediaan, Likuiditas, Laba sebelum pajak) secara parsial tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Metode penilaian persediaan).

Ha: b1 0, artinya variabel bebas (Ukuran perusahaan, Variabilitas

persediaan, Likuiditas, Laba sebelum pajak) secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Metode penilaian persediaan).

Kriteria Metode penilaian persediaan: Ho diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5%

Ha diterima jika t hitung > t tabel pada α = 5%

3.7.2 Menguji Keseluruhan Model

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (block=0) dengan -2 Log Likelihood pada akhir

(block=1). nilai -2 Log Likelihood yang mengalami penurunan mengindikasi bahwa model regresi semakin baik.

3.7.3 Menguji Kelayakan Model Regresi

Untuk menilai kelayakan model regresi logistik yang digunakan, dapat diukur dengan uji Hosmer and Lemeshow yaitu dengan Goodness Of Fit Test. Uji

(24)

1. Jika nilai signifikan Hosmer and Lemeshow ≤ 0,05, maka terdapat

perbedaan yang signifikan antara model dengan nilai observasi sehingga kelayakan model tidak baik karena model tidak dapat memperbaiki nilai

observasinya.

2. Jika nilai signifikan Hosmer and Lemeshow ≥ 0,05, maka model mampu memprediksi nilai observasinya atau model dapat diterima karena sesuai

dengan data observasinya.

3.7.4 Pengujian Hipotesis (Regresi Logistik)

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan pengujian

regresi logistik. Regresi logistik sebenarnya sama dengan regresi berganda hanya saja menggunakan variabel dummy atau varaiabel kualitatif, dimana variabel

dalam model diberi nilai 1 dan 0 untuk masing-masing kategori. Penelitian ini memberikan nilai 0 untuk FIFO dan 1 untuk average (FIFO = 0, Average = 1). Model yang digunakan:

Dimana :

P = pemilihan metode penilaian persediaan

a = konstanta

X1 = ukuran perusahaan

X2 = Variabilitas persediaan

X3 = Likuiditas

X4 = Laba sebelum pajak

b1…b

(25)

e = error

Dalam penelitian pada umumnya menggunakan tingkat signifikan 1%, 5%, atau 10%. Jika dalam suatu pengujian hipotesis menggunakan α = 5%.

Artinya, peneliti yakin bahwa dari 100 anggota sampel, probabilitas anggota sampel yang tidak memiliki karakteristik populasi lebih dari 5 adalah 5% (Algifari, 2001:21).

Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis adalah:

1. Apabila nilai signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak.

2. Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka hipotesis diterima.

Untuk melihat pengujian regresi logistik secara parsial dapat dilihat

(26)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Singkat Obyek Penelitian

Populasi penelitian ini terdiri dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan ktriteria pemilihan sampel, yaitu purposive

sampling maka diperoleh sampel sebanyak 78 perusahaan dari 171 perusahaan

populasi yang ada, dengan uraian sebagai berikut:

Tabel 4.1

Gambaran Perusahaan Penelitian

No. Keterangan Jumlah Perusahaan

1. Total perusahaan yang menjadi populasi 171 perusahaan

2. Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan pada periode penelitian

55 perusahaan

3. Perusahaan yang melakukan perubahan

kebijakan perusahaan pada periode penelitian

14 perusahaan

4. Perusahaan yang tidak konsisten dalam

menerapkan 1 metode persediaan

24 perusahaan

5. Perusahaan yang memenuhi kriteria menjadi sampel

78 perusahaan

Sumber : Diolah oleh peneliti, (2016)

(27)

rata-rata dan metode FIFO. Jumlah dari pembagian perusahaan berdasarkan 2

kelompok tersebut terdiri dari:

Tabel 4.2

Persentase Jumlah Pemakaian Metode Persediaan

Nomor Metode Jumlah Persentase

1 Rata-rata 59 75,6%

2 FIFO 19 24,4%

Jumlah 78 100%

Sumber : Diolah oleh peneliti (2016)

Berdasarkan tabel 4.2 di atas terlihat bahwa perusahaan yang menggunakan metode rata-rata di Indonesia lebih besar dari penggunaan metode

FIFO. 59 perusahaan menggunakan metode rata-rata dan 19 perusahaan menggunakan metode FIFO dari 78 perusahaan, hal ini mendukung penelitian dari

Salma Taqwa (2001) dan Mukhlasin (2001) yang menghasilkan bukti bahwa perusahaan indonesia lebih banyak menggunakan mtode rata-rata.

4.2 Analisis Data dan Hasil Penelitian

Analisa data serta pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah menggunakan program spss 20.0 versi for windows

4.2.1 Uji Asumsi Klasik 4.2.1.1Uji Multikolineritas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat adanya keterkaitan antara variabel independen, atau dengan kata lain setiap variabel independen dijelaskan

(28)

penelitian ini dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF).

Nilai tolerance yang lebih kecil dari 0.1 dan VIF yang lebih besar dari 10 menunjukkan adanya multikolinearitas yang tinggi. Hasil uji multikolineritas

dapat dilihat dari tabel 4.3 di bawah ini : Tabel 4.3 Uji Multikolineritas

Sumber : Hasil output spss, data diolah peneliti (2016)

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari

masing–masing variabel independen lebih besar dari 0.1, yaitu untuk variabel Ukuran Perusahaan (UP) sebesar 0.982; variabel Likuiditas sebesar 0.995;

variabel Variabilitas Perusahaan (VP) sebesar 0.927; dan variabel Laba sebelum pajak (Laba_sebelumpajak) sebesar 0,940; nilai VIF dari masing – masing variabel independen diketahui bahwa kurang dari 10, yaitu untuk Ukuran

Perusahaan (UP) sebesar 1.018; variabel Likuiditas sebesar 1.005; variabel Variabilitas Perusahaan (VP) sebesar 1.078; dan variabel Laba Sebelum Pajak

(29)

independen (UP, Likuiditas, VP dan Laba_sebelumpajak) dapat digunakan untuk

memprediksi metode persediaan selama periode pengamatan.

4.2.1.2 Uji Autokorelasi

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Untuk menentukan adanya autokorelasi atau tidak dapat diketahui dari nilai

Durbin-Watsonnya.

Tabel 4.4

Pengujian Autokorelasi

Sumber : Hasil output spss, data diolah peneliti (2016)

Berdasarkan tabel 4.4, untuk mengetahui adanya autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson, dengan kriteria sebagai berikut:

1. Angka D-W terletak antara batas atau Upper Bound (DU) dan 4-DU = tidak ada autokorelasi.

2. Angka D-W < DL maka ada autokorelasi positif. 3. Angka D-W > (4-DL) maka ada autokorelasi negative.

4. Angka D-W antara (4-DU) dan (4-DL), maka tidak dapat disimpulkan.

Hasil yang ditunjukkan tersebut berdasarkan tabel Durbin- Watson, yaitu DL pada jumlah n=78, dan k-3, yang menghasilkan DL sebesar 1.553 dan DU

(30)

dapat diketahui bahwa nilai statistik Durbin-Watson sebesar 2.589, maka

disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi baik positif maupun negatif.

4.2.3 Menguji Keseluruhan Model

Statistik yang digunakan adalah adalah berdasarkan pada fungsi

Likehood. Likehood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang

dihopitesakan menggambarkan model input.

Model dari statistik -2LogL dapat digambarkan melalui tabel sebagai berikut:

Tabel 4.5

Gambaran Jumlah Kasus Penelitian

Sumber : Hasil output spss, data diolah peneliti (2016)

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa jumlah seluruh kasus yang diolah dalam penelitian ini adalah 78 perusahaan, namun setelah dilakukan uji

(31)

Tabel 4.6 Variabel Dependen

Sumber : Hasil output spss, data diolah peneliti (2016)

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai yang diberikan untuk variabel dependen dimana variabel ini adalah variabel yang menggunakan variabel dummy

[image:31.595.205.418.378.555.2]

yaitu 1 dan 0.

Tabel 4.7

Nilai -2LogL untuk Model yang Hanya Memasukkan Konstanta

Sumber : Hasil output spss, data diolah peneliti (2016)

Untuk melihat nilai -2LogL dengan model yang menggunakan konstanta

(32)
[image:32.595.184.441.147.245.2]

Tabel 4.8

Nilai -2LogL untuk Model dengan Konstanta dan Variabel Bebas

Sumber : Hasil output spss, data diolah peneliti (2016)

Tampilan output SPSS memberikan 2 nilai -2LogL yaitu untuk model

yang hanya memasukkan konstanta (tabel 4.7) dan untuk model dengan konstanta dan variabel bebas (tabel 4.8). Nilai -2LogL yang hanya memasukkan konstanta adalah sebesar 86,608, sedangkan nilai -2LogL untuk model dengan konstanta dan

variabel bebas adalah 77,794. Penurunan nilai -2LogL adalah sebesar 8,814 yaitu dari 86,608 menjadi 77,794 mengindikasikan bahwa model fit dengan data, hal ini

berarti bahwa dengan adanya penambahan variabel bebas ukuran perusahaan, likuiditas, variabilitas persediaan dan laba sebelum pajak ternyata dapat memperbaiki model fit.

4.2.4 Menilai Kelayakan Model Regresi

Untuk melihat apakah data sesuai dengan model sehingga model dapat dikatakan fit, maka diperlukan suatu uji yaitu dengan menggunakan uji Hosmer

dan Lemeshow goodness of fit test statistic, melalui kriteria sebagai berikut: 1. Jika nilai Hosmer dan Lemeshow ≤ 0,05 artinya ada perbedaan signifikan

(33)

2. Jika nilai Hosmer dan Lemeshow > 0,05 artinya model mampu

memprediksikan nilai observasinya atau dapat dikatakan bahwa model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.

[image:33.595.197.443.265.307.2]

Uji tersebut dapat dilihat melalui tabel 4.9. Tabel 4.9

Nilai Statistics Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test

Sumber : Hasil output spss, data diolah peneliti (2016)

Berdasarkan pengujian nilai statistik Hosmer dan Lemeshow Goodness of

Fit adalah sebesar 7,381 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,496, nilai ini

jauh diatas 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model tersebut diterima yang artinya tidak terdapat perbedaan dengan data sehingga model dapat

dikatakan fit.

4.2.5 Pengujian Hipotesis ( Regresi Logistik)

Pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi logistik dilakukan

dengan memasukkan seluruh variabel ukuran perusahaan, likuiditas, variabilitas persediaan dan laba sebelum pajak pada pemilihan metode akuntansi persediaan. Pengujian bertujuan untuk melihat pengaruh ukuran perusahaan, likuiditas,

(34)
[image:34.595.115.513.149.270.2]

Tabel 4.10

Hasil Pengujian Regresi Logistik

Sumber : Hasil output spss, data diolah peneliti (2016)

Tabel 4.11

Sumber : Hasil output spss, data diolah peneliti (2016)

Hasil regresi logistik dari tabel diatas, maka persamaan regresi yang

didapat adalah sebagai berikut:

1,133 + 0,00 Ln_UP + 0,281 Likuiditas + 0,592 VP – 0,944

Laba_sebelumpajak + e

Berdasarkan tabel 4.10 dan 4.11 dapat diketahui bahwa hasil regresi logistik adalah sebagai berikut ; pada variabel ukuran perusahaan diperoleh koefisiennya bernilai positif sebesar 0,00 dan signifikansi sebesar 0,788. Apabila

dibandingkan dengan tingkat signifikansi 0,05 (5%), maka nilai signifikansi sebesar 0,788 lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 dan koefisien yang

[image:34.595.114.512.348.400.2]
(35)

Penolakan hipotesis ini menggambarkan bahwa ukuran perusahaan tidak

berpengaruh terhadap pemilihan metode persediaan secara parsial dan simultan yang sebesar 0,000.

Pengujian variabel likuiditas dengan menggunakan regresi logistik diperoleh nilai koefisiennya adalah positif yaitu 0,451 dan nilai signifikan sebesar 0,451. Nilai signifikan tersebut jauh lebih besar dari tingkat signifikansi (5%),

dengan demikian hipotesis ditolak. Penolakan hipotesis menunjukkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.

Variabilitas persediaan pada hasil pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa diperoleh nilai koefisien negatif yaitu sebesar -0,18 dan nilai

signifikan sebesar 0,976. Nilai siginifikan sebesar 0,976 lebih besar dari tingkat signifikansi (5%), hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ditolak. Penolakan hipotesis tersebut menunjukkan bahwa variabilitas persediaan tidak berpengaruh

terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.

Pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa laba sebelum pajak

diperoleh nilai koefisien adalah positif yaitu sebesar 1,536 dan nilai signifikan sebesar 0,104. Nilai signifikan yang diperoleh jauh lebih besar dari tingkat signifikansi (5%), hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ditolak. Penolakan

hipotesis memberikan bukti yang menunjukkan bahwa laba sebelum pajak tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode persediaan.

4.3 Perbandingan antara Teori dengan Hasil Penelitian

Perbandingan antara teori dengan hasil penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidak adanya kesesuaian antara teori dengan hasil penelitian, ada

(36)

yang dikemukakan pada bab 2. Ada tidak adanya kesesuaian antara teori dengan

hasil penelitian dapat dilihat secara lengkap melalui beberapa uraan di bawah ini, yaitu:

4.3.1 Ukuran Perusahaan

Teori yang mengungkapkan tentang pengaruh variabel ukuran perusahaan dapat dilihat di bab 2 yang telah diuraikan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh positif terhadap pemilihan metode persediaan baik secara parsial maupun simultan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran

perusahaan secara parsial tidak berpengaruh positif terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan sedangkan secara simultan ukuran perusahaan berpengaruh

positif terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan, hal ini menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik antara teori dengan hasil penelitian.

4.3.2 Likuiditas

Teori tentang likuiditas telah dikemukakan pada bab sebelumnya yatiu

bab 2. Teori tersebut mengungkapkan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap pemilihan metode persediaan, baik secara parsial maupun secara

simultan, dimana semakin besar tingkat likuiditas maka semakin besar pula pengaruhnya terhadap 58 pemilihan metode akuntansi persediaan. Berdasarkan

hasil penelitian menunjukkan bahwa likuiditas secara parsial tidak berpengaruh positif terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan sedangkan secara simultan likuiditas berpengaruh positif terhadap pemilihan metode akuntansi

(37)

4.3.3 Variabilitas Persediaan

Teori tentang variabilitas persediaan juga telah dikemukakan di bab sebelumnya. Teori tersebut mengungkapkan bahwa variabilitas persediaan

berpengaruh positif terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan baik secara parsial maupun secara simultan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa variabilitas persediaan secara parsial tidak berpengaruh secara positif terhadap

pemilihan metode akuntansi persediaan, sedangkan secara simultan variabilitas persediaan berpengaruh positif terhadap metode akuntansi persediaan. Keadaan

ini juga memiliki hubungan seperti likuiditas, dimana teori tentang variabilitas persediaan dengan hasil penelitian menunjukkan hubungan berbanding terbalik/

tidak sesuai.

4.3.4 Laba Sebelum Pajak

Teori pada bab 2 mengungkapkan bahwa laba sebelum pajak berpengaruh positif terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Berdasarkan

hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laba sebelum pajak tidak berpengaruh terhadap metode akuntansi persediaan, sedangkan secara simultan laba sebelum

pajak berpengaruh positif terhadap metode akuntansi persediaan. Keadaan ini sama dengan variabel likuiditas dan variabilitas persediaan yang tidak sesuai

(38)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Hasil pengujian dengan regresi logistik menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode persediaan baik

secara parsial maupun secara simultan.

2. Pengujian regresi logistik terhadap variabel likuiditas secara parsial tidak

berpengaruh terhadap pemilihan metode persediaan.

3. Hasil pengujian dengan regresi logistik menunjukkan bahwa variabilitas persediaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode

persediaan.

4. Pengujian dengan regresi logistik juga menunjukkan bahwa laba sebelum

pajak secara parsial tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode persediaan.

5. Pengujian dengan regresi logistik menunjukkan bahwa ukuran perusahaan,

(39)

5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dalam hal pemilihan metode persediaan, hendaknya manajer memilih metode yang tepat bagi kondisi perusahaan dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode persediaan, namun

tidak bertentangan dengan peraturan yaitu UU no. 36 tahun 2008 khususnya pasal 10 dan PSAK 14 ( Revisi 2008). Sehingga tetap akan memberikan

keuntungan bagi perusahaan dan meningkatkan nilai perusahaan baik dari segi perusahaan itu sendiri maupun dari segi peraturan tentang penerapan

metode persediaan.

2. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya penelitian dilakukan lebih dari tiga tahun , sehingga data yang terkumpul dapat menunjukkan hasil yang lebih

valid dan tidak bias.

3. Menambahkan beberapa variabel lainnya yang dapat mempengaruhi

pemilihan metode persediaan, seperti klasifikasi industri, tidak hanya menggunakan variabel ukuran perusahaan, likuiditas, variabilitas persediaan dan laba sebelum pajak.

4. Mencoba untuk memasukkan sampel perusahaan yang tidak hanya menggunakan satu metode persediaan, tetapi mencoba meneliti perusahaan

(40)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Persediaan

2.1.1.1 Pengertian Persediaan

Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam kegiatan operasional perusahaan yang secara berlanjut diperoleh atau diproduksi maupun

dijual. Persediaan juga merupakan aktiva lancar terbesar dari perusahaan dagang maupun manufaktur. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan dagang dan

perusahaan manufaktur.

Sama halnya dengan persediaan dalam perusahaan dagang, persediaan dalam perusahaan manufaktur juga merupakan aset yang sangat penting,

meskipun dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada perusahaan barang konsumsi. Persediaan merupakan bagian yang tidak terlepaskan pada perusahaan

dagang dan perusahaan manufaktur. Namun pada penelitian ini persediaan yang hanya ditujukan pada perusahaan manufaktur. Menurut PSAK 14 (IAI, revisi 2008) persediaan adalah barang-barang:

a. yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali,

b. jadi yang diproduksi atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi

oleh entitas, atau

c. bahan serta perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi.

Persediaan adalah nama yang diberikan untuk barang-barang baik yang

(41)

terdiri dari persediaan bahan mentah, persediaan pekerjaan dalam proses dan

persediaan dalam bentuk barang jadi (Stice, Stice, Skousen, 2001:360).

Nilai persediaan berasal dari jumlah unit persediaan dikali dengan harga

persediaan per unit. Untuk menentukan jumlah unit dapat menggunakan baik metode perpetual maupun metode periodik. Menurut Stice Skousen (2004:656) : “ sistem dalam penilaian persediaan yang digunakan terdiri dari dua metode, yaitu

sistem persediaan periodik (periodic inventory) dan sistem persediaan perpetual (perpetual inventory)”.

1. Metode periodik (periodic method)

Penggunaan metode periodik mengharuskan adanya penghitungan barang

yang masih ada pada tanggal penyusunan laporan keuangan. Perhitungan persediaan ini diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang masih ada dan kemudian diperhitungkan harga pokoknya. Menurut Skousen (2001: 365-367) “dengan sistem periodik, catatan persediaan diperbarui pada saat penjualan

dilakukan, hanya nilai harga yang tercantum pada persediaan yang dijual saja

yang dicatat. Sistem periodik sering kali digunakan ketika persediaan terdiri dari jumlah persediaan yang beraneka ragam dan memiliki nilai yang relatif kecil”.

2. Metode perpetual

Pada metode perpetual dibentuk suatu rekening untuk masing-masing jenis persediaan tersebut yang merupakan buku pembantu persediaan. Rekening

(42)

persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat dapat diketahui

dengan melihat kolom saldo dalam rekening persediaan. Menurut Skousen (2001:365):

Dengan sistem perpetual, catatan persediaan diperbarui pada saat pembelian atau penjualan dilakukan. Dengan cara perpetual ini, catatan persediaan setiap saat mencerminkan berapa banyak persediaan barang harus berada digudang atau di luar toko. Sistem perpetual sering kali digunakan pada saat setiap persediaan barang yang mempunyai nilai tinggi atau terdapat biaya yang besar jika persediaan habis atau banyak menumpuk. Semua persediaan yang berasal dari pembelian ditambahkan langsung ke persediaan. Sedangkan persediaan yang berasal dari pengembalian barang dagangan yang tidak memuaskan pemasok, akan menghasilkan pengurangan dalam persediaan.

2.1.1.2Sistem Pencatatan Persediaan Periodik (Periodic Inventory System) Weygandt, Kieso, Kimmel (2007:262) mengemukakan bahwa dalam metode stock opname atau persediaan periodik (periodic inventory system), rincian persediaan barang yang dimiliki tidak disesuaikan secara terus menerus

dalam satu periode. Harga pokok penjualan barang ditentukan hanya pada akhir periode akuntansi. Pada saat itu, dilakukan perhitungan persediaan secara periodik

untuk menentukan harga pokok barang yang tersedia (persediaan barang dagang). Untuk menentukan harga pokok penjualan dalam sistem periodik, diharuskan: 1. menentukan harga pokok barang yang tersedia pada awal periode (coet of

goods on hand)

2. menambahkannya pada harga pokok barang yang dibeli (cost of goods

purchsed)

(43)

Dycman, Dukes, Davis (2000:381) mengatakan bahwa dalam sistem

persediaan periodik, perhitungan periodik aktual atas barang-barang yang ada ditangan pada akhir periode akuntansi ketika menyiapkan laporan keuangan.

Barang-barang dihitung, ditimbang, atau jika tidak diukur, dan jumlahnya dikaitkan dengan unit biaya untuk memberi nilai persediaan. Persediaan yang merupakan komponen cost of goods sold (CGS) maka perhitungan kuantitas

persediaan yang dilakukan dengan stock opname tergantung dari kelengkapan data atau catatan dan perhitungan barang. Dengan cara ini perhitungan persediaan

yang dibebankan pada CGS ada kemungkinan over statement, karena hanya membandingkan dan menghitung jumlah barang yang dimiliki dikurangi dengan

persediaan akhir, cara ini merupakan ketentuan yang harus dilakukan oleh manajemen untuk menentukan jumlah persediaan akhir. Sehingga kalau terjadi adanya barang yang hilang, rusak, menguap, turun kualitasnya dan sebagainya,

maka hal ini bila tidak terungkap akan menyebabkan laporan laba – rugi yang kurang informatif. Karena adanya kerugian-kerugian yang seharusnya diperlukan

sebagai kerugian item, kemudian dengan perhitungan stock opname secara berkala tidaklah cukup sebagai dasar pembuatan keputusan yang bersifat manajerial secara cepat.

Contoh perusahaan yang menerapkan sistem perpectual adalah perusahaan mebel, alat rumah tangga, motor, mobil. Sistem perpetual ini juga bisa

diterapkan oleh perusahaan selain yang dicontohkan dikarena penggunaan wide

spreadsheet yang disediakan oleh komputer dan penggunaan scanner untuk

mengidentifikasi setiap item persediaan. Perlakuan akuntansi untuk sistem

(44)

1. Pembelian barang dagangan akan didebit pada akun persediaan.

2. Beban angkut pembelian akan didebit pada akun persediaan. 3. Retur pembelian akan dikredit ke akun persediaan.

4. Potongan pembelian akan dikredit ke akun persediaan.

5. Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan diakui bersamaan dengan pengkuan penjualan dan akun persediaan akan dikredit.

6. Akun persediaan adalah akun pengendali yang didukung dengan buku besar pembantu untuk setiap jenis persediaan.

2.1.1.3Pemilihan Metode Penilaian Persediaan

Metode persediaan adalah kebijakan pengukuran yang digunakan sebagai media kontrak antar produsen dengan agent pembelian yang berhubungan dengan

persediaan.

Menurut PSAK No.14 (IAI, revisi 2008) :

biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi yang siap untuk dijual atau dipakai. Persediaan harus dihitung berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih yang lebih rendah. Persediaan tidak lagi diperkenankan menggunakan rumus biaya Last in First out.

Metode persediaan dapat dilakukan dengan empat cara yaitu identifikasi khusus, Rata-rata, FIFO, dan LIFO.

a. Metode identifikasi khusus

Metode identifikasi khusus mensyaratkan bahwa setiap barang yang disimpan harus ditandai secara khusus sehingga biaya per unit nya dapat

(45)

Metode ini memungkinkan diperlukannya identifikasi biaya per unit khusus

untuk setiap barang yang terjual pada tanggal penjualan dan tiap barang yang tetap ada di persediaan. Harga pokok penjualan dapat dialokasikan

kepada barang-barang yang masih ada dalam perusahaan pada akhir periode sesuai dengan harga pokok sebenarnya dari unit-unit barang secara khusus.

b. Metode Rata-rata

Dalam metode ini barang-barang yang dipakai atau dijual akan dibebani harga pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok rata-rata dilakukan dengan

cara membagi jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya. Cara ini mengurangi dampak dari fluktuasi harga. Menurut Warren (2005: 462-466),

pada sistem periodik, metode ini disebut metode rata-rata tertimbang (weighted average method) dan pada sistem perpetual dikenal dengan nama metode rata-rata bergerak (moving average method). Keterbatasan dalam

metode rata-rata adalah nilai persediaan secara terus menerus mengandung pengaruh dari kos paling awal dan nilai-nilai tersebut bisa mempunyai lag

yang signifikan di belakang current price dalam periode yang mengalami perubahan harga yang cepat, naik atau turun. Terdapat perbedaan dalam

metode FIFO dengan Metode rata-rata. Pada Metode rata-rata

barang-barang yang dipakai atau dijual akan dibebani harga pokok rata-rata. Metode rata-rata menghitung Harga Pokok Penjualan dan Persediaan Akhir

dari penyusunan daftar mutasi atau perubahan persediaan. Harga Pokok Penjualan dihitung dengan menggunakan harga rata-rata dari berbagai harga pembelian persediaan dibagi dengan jumlah unit produk yang dimiliki.

(46)

jumlah unit terjual dengan harga rata-rata dan barang yang masih belum

terjualatau persediaan akhir dihitung dari jumlah persediaan dikalikan terhadap harga rata-rata tersebut. Pada saat harga stabil, penggunaan metode

yang berbeda akanmenghasilkan laba yang tidak jauh berbeda. Penggunaan penilaian metode akuntansi persediaan akan menghasilkan laba yang berbeda apabila terjadinya kenaikan harga (inflasi) atau penurunan harga

(deflasi). Apabila terjadi inflasi maka metode FIFO akan menghasilkan laba yang lebih besar dibandingkan metode rata-rata. Sebaliknya pada saat

deflasi, penggunaan metode FIFO akan menghasilkan laba yang lebih kecil dibandingkan dengan metode rata-rata (Jogiyanto, 2000, Hal 330).

c. Metode FIFO ( First in first out)

Ikatan Akuntan Indonesia (2007) merumuskan metode LIFO sebagi rumus MTKP/LIFO mengasumsikan barang yang dibeli atau diproduksi terakhir

dijual atau digunakan terlebih dahulu, sehingga yang termasuk dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi terlebih dahulu.

Pengaruh penggunaan metode FIFO adalah persediaan akhir dinilai menurut perkembangan harga terakhir dan menggunakan harga terdahulu dalam menentukan harga pokok penjualan. Pada periode dimana harga-harga

meningkat terus, metode FIFO menghasilkan laba bersih yang tinggi. Satu-satunya alasan terhadap hasil ini disebabkan dalam usaha dagang

selalu meningkatkan harga jual barang apabila harga beli barang naik, walaupun persediaan tersebut dibeli sebelum kenaikan harga. Pengaruh sebaliknya terjadi apabila harga menurun. Dengan demikian, metode FIFO

(47)

mengasumsikan bahwa barang-barang yang digunakan sesuai dengan urutan

pembeliannya. Metode ini mengasumsikan bahwa barang pertama dibeli adalah barang yang pertama digunakan atau dijual (Skousen, 2004).

Keunggulan FIFO adalah mendekatkan persediaan akhir dengan biaya berjalan. Karena barang/ persediaan pertama yang dibeli adalah persediaan yang akan pertama digunakan dalam memproses persediaan, maka nilai

persediaan akhir akan terdiri dari persediaan akhir, terutama jika laju perputaran persediaan cepat. Kelemahan dari FIFO adalah bahwa biaya

berjalan tidak ditandingkan dengan pendapatan berjalan pada laporan laba rugi.

d. Metode LIFO ( Last In First Out)

Metode LIFO menandingkan biaya dari barang-barang yang paling akhir dibeli terhadap pendapatan. Persediaan akhir akan ditentukan dengan

menggunakan unit total sebagai dasar perhitungan dengan mengabaikan tanggal-tanggal pembelian yang terlibat. Perusahaan akan memilih metode

yang bisa memberikan keuntungan, berupa pembayaran pajak yang relatif lebih kecil (Skousen, 2004). LIFO memiliki kelebihan sebagai berikut: 1) adanya keuntungan pajak; 2) pengukuran laba yang lebih baik; 3)

memperbaiki aliran kas; dan 4) adanya future earning hedge, yaitu laba perusahaan pada masa yang akan datang tidak terpengaruh oleh penurunan

harga. Sedangkan kelemahan metode LIFO antara lain: 1) memperkecil laba; 2) penyajian persediaan di neraca terlalu rendah; 3) tidak mencerminkan arus fisik persediaan; 4) tidak mengukur laba berdasarkan

(48)

2.1.1.3 Sistem Pencatatan Persediaan

1. Sistem Pencatatan Persediaan Periodik (Periodik Inventory System)

Menurut Kieso (2011:410), “sistem periodik mencatat semua perolehan

persediaan selama periode akuntansi dengan mendebit rekening pembelian. Kemudian perusahaan menambahkan total dalam akun pembelian di akhir dari periode akuntansi untuk biaya barang yang tersedia untuk dijual selama periode tersebut”.

2. Sistem Pencatatan Persediaan Perpetual (Perpetual Inventory System) Sistem persediaan perpetual merupakan sistem pencatan alternatif dari sistem pencatatan periodik, dimana harga jual maupun jenis barang yang terjual

dicatat dalam setiap transaksi penjualan. Menurut Kieso (2011:409-410), “sistem persediaan perpetual secara terus menerus menelusuri perubahan dalam akun persediaan. Yakni, perusahaan mencatat semua pembelian dan penjualan barang secara langsung diakun persediaan pada saat terjadinya”. Meskipun nilai

persediaan akhir dapat diketahui tanpa harus melakukan pemeriksaan fisik, namun

pemeriksaan fisik tetap dilakukan untuk menyesuaikan antara catatan persediaan dengan pemeriksaan fisik.

2.1.2 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan akan mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan. Perusahaan besar akan mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau menurunkan laba, agar laporan keuangan bisa rata. Pada kondisi adanya

perubahan harga, maka manajer persediaan dapat mengganti dengan metode yang sesuai dengan harga yang terjadi, karena pada perusahaan besar manajer

(49)

perusahaan kecil, hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Mukhlasin (2001).

Menurut Lee dan Heish (2001), “ukuran perusahaan akan mempengaruhi

pemilihan metode akuntansi persediaan. Perusahaan besar akan mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau menurunkan laba, agar laporan keuangan bisa rata”. Menurut Watss dan Zimmerman (dalam Marwah, 2012), “perusahaan

besar cenderung memilih metode rata-rata karena biaya pajak yang dibayarkan relatif lebih kecil dibandingkan ketika perusahaan menggunakan metode FIFO.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2008, dimana dalam peraturan tersebut menjelaskan empat jenis ukuran perusahaan

yaitu:

1. Perusahaan dengan ukuran usaha mikro, memiliki kekayaan kurang dari Rp50.000.000,00 (tidak termasuk tanah dan bangunan); memiliki jumlah penjualan tahunan maksimal Rp300.000.000,00.

2. Perusahaan dengan ukuran usaha kecil, memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 sampai Rp500.000.000,00 (tidak termasuk tanah dan bangunan); memiliki hasil penjualan lebih dari Rp300.000.000,00 sampai Rp2.500.000.000,00.

3. Perusahaan dengan usaha ukuran menengah, memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 sampai Rp10.000.000.000,00 (tidak termasuk tanah dan bangunan); memiliki hasil penjualan lebih dari Rp2.500.000.000,00 sampai Rp50.000.000.000,00.

4. Perusahaan dengan usaha ukuran besar, memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp10.000.000.000,00 (tidak termasuk tanah dan bangunan); memiliki penjualan lebih dari Rp50.000.000.000,00.

Kecenderungan metode persediaan yang akan digunakan oleh perusahaan

besar adalah metode rata-rata yang bisa menurunkan laba sehingga mencerminkan laba yang diperoleh oleh perusahaan sangat kecil. Pengaplikasian metode rata-rata selain bisa menghindari biaya politik juga untuk tujuan penghematan pajak

(50)

sesuai dengan yang diinginkan perusahaan, sedangkan perusahaan kecil, untuk

mendapatkan bantuan dana dari bank atau lembaga keuangan lainnya membutuhkan laba yang tinggi agar dianggap mempunyai kinerja perusahaan

yang bagus, sehingga kondisi tersebut dapat dikatakan perusahaan dapat dipercaya sebagai mampu dalam proses pengembalian dana tersebut kepada pihak bank. Ukuran perusahaan dapat dihitung dengan persamaan rumus sebagai berikut:

2.1.3 Variabilitas Persediaan

Taqwa (2001) menyatakan bahwa variabilitas persediaan merupakan

variasi dari nilai persediaan pada suatu perusahaan. Perusahaan yang mempunyai nilai persediaan yang relatif stabil, maka pengaruh terhadap variasi laba akan

kecil, sedangkan pada perusahaan yang mempunyai nilai persediaan yang bervariasi setiap tahun maka laba yang dihasilkan juga akan bervariasi setiap tahun. Perusahaan dengan variabilitas persediaan kecil bisa memilih

menggunakan metode rata-rata. yang dihasilkan lebih rendah bila dibandingkan dengan penggunaan metode FIFO sehingga perusahaan dapat melakukan

penghematan pajak (tax saving). Sedang pada perusahaan yang variabilitas persediaan tinggi akan menggunakan metode FIFO sehingga laba menjadi lebih besar dan tidak bisa melakukan tax saving (Salma Taqwa, 2003).

Variabilitas perusahaan diukur berdasarkan koefisien variasi jumlah persediaan akhir yaitu standar deviasi/mean selama dua tahun yaitu dari tahun

(51)

2.1.4 Likuiditas

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas dapat diukur dengan menggunakan rasio lancar (current ratio). Menurut Kasmir (2008 : 134), “rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar

kewajiaban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan”.

Menurut Crushing dan Le Clere 1992 (dalam Marwah, 2012) bahwa, “perusahaan yang memiliki rasio lancar yang rendah akan berusaha menaikkan

labanya agar dapat menunjukkan kinerja perusahaan yang baik, yaitu dengan metode FIFO, sedangkan perusahaan yang memiliki rasio lancar tinggi biasanya memilih metode rata-rata yang menghasilkan laba yang rendah sehingga dapat

menghemat pengeluaran pajak”.

2.1.5 Laba Sebelum Pajak

Laba sebelum pajak adalah laba usaha ditambah dengan pendapatan

lain-lain dikurang dengan beban lain-lain-lain-lain sebelum tarif pajak yang berlaku sesuai dengan peraturan perpajakan. Laba sebelum pajak adalah ukuran menengah antara

laba dari penjualan dan laba bersih.Anda harus memahami bahwa penting untuk analisis ekonomi bukan hanya nilai indikator pada prinsip "lebih - tanpa gagal lebih baik", dan peran yang lebih besar yang dimainkan oleh struktur indikator ini.

(52)

penjualan dan semakin rendah proporsi komponen lainnya, yang lebih baik dan

lebih efektif, sistem manajemen perusahaan, dan sebaliknya-semakin tinggi proporsi pendapatan dan beban kasual, yang buruk itu membentuk mekanisme

perusahaan.

Nilai keuntungan sebelum pajak bisa sangat tinggi, namun, jika pangsa keuntungan dari penjualan yang relatif kecil, yang berarti bahwa perusahaan ada

hanya dengan aliran pendapatan sesekali yang dapat berhenti setiap saat.Dengan demikian, menganalisis struktur indeks, kesimpulan yang bisa ditarik tentang

sistem manajemen mutu oleh perusahaan. Seperti yang diketahui, laba sebelum pajak merupakan indikator penting dari kondisi ekonomi perusahaan. Analisisnya

dapat memberitahu banyak tentang bagaimana perusahaan sedang mengembangkan, seberapa baik dikelola, dan apa yang prospek masa depan perkembangannya.

Indikator ini diperlukan untuk dimasukkan dalam laporan keuangan Perseroan dan ditunjukkan dalam laporan laba rugi dan laporan laba rugi

perusahaan. Perhitungan yang benar dari angka akan membantu untuk menginformasikan kontraktor dan investor potensial tentang seberapa efektif akan investasi mereka, bagaimana diandalkan adalah obyek investasi dan berapa

banyak mereka akan menerima di masa depan.Setelah dihitung laba sebelum pajak dari itu mulai mengurangi jumlah pajak yang harus membayar perusahaan,

dan dengan demikian menghitung laba bersih dari perusahaan-hasil keuangan utama.

Laba sebelum pajak bisa berpengaruh dengan pemilihan metode

(53)

menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki laba yang tinggi menjadi perhatian

oleh konsumen dan media yang nantinya akan menarik perhatian pemerintah yang pada akhirnya menimbulkan biaya politis, seperti pengenaan pajak yang lebih

tinggi, oleh sebab itu perusahaan yang memiliki laba tinggi akan lebih memilih menggunakan metode rata-rata untuk mengurangi laba.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

[image:53.595.105.518.356.753.2]

Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan, antara lain:

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Variabel yang

digunakan Hasil penelitian Salma Taqwa

(2001)

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pemilihan Metode Akuntansi

Persediaan pada Perusahaan

Manufaktur di BEJ

Ukuran perusahaan, struktur kepemilikan,

financial leverage,

variabilitas

persediaan, rasio lancar.

Ukuran

perusahaan dan variablitas

persediaan berpengaruh secara signifikan pada pemilihan metode

persediaan. Sedangkan struktur kepemilikan,

financial leverage,

dan rasio lancar tidak berpengaruh secara signifikan pada pemilihan metode

persediaan. Mukhlasin (2001) Pemilihan Metode

Akuntansi

Persediaan dan Dampaknya terhadap Earning

Price Ratio

Variabilitas persediaan,

variabilitas laba akuntansi, ukuran perusahaan,

intensitas modal,

Ukuran perusahaan,

intensitas modal, intensitas

(54)

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2  Daftar Populasi-Sampel Perusahaan
Gambaran Perusahaan Penelitian
Tabel 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan asap cair untuk pengawetan bahan makanan seperti mie basah, tahu, daging ayam, bakso, daging sapi segar, daging sapi asap, serta ikan untuk meningkatkan keamanan

Perancangan sistem pengambilan keputusan kelayakan bisnis ini diharapkan dapat membantu pelaku usaha dalam menilai suatu bisnis. Sistem ini menggunakan tiga komponen utama

Menimbang : bahwa menindaklanjuti Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 121 Tahun 2015 tentang Alokasi Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian Tahun

(8) Buku teks pelajaran antropologi sekolah menengah atas (SMA) dan madrasah aliyah (MA), sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII Peraturan Menteri ini,

(4) Pekerjaan yang diajukan untuk mendapatkan poin pekerjaan adalah pekerjaan yang merupakan tugas pokok jabatan yang diatur berdasarkan Hasil Analisis Jabatan di

Indonesia wajah bangunan, merupakan elemen penting pada koridor jalan, karena selain sebagai dinding pelingkup ruang koridor jalan, fungsi utama lainnya adalah sebagai elemen

- Space mean speed: kecepatan rata-rata kendaraan yang melintasi suatu segmen di ruas jalan (waktu tempuh diukur setiap kendaraan yang melintasi segmen jalan dan dihitung

Dalam penelitian ini dilakukan analisis parameter BOD, COD, Nitrat, Fosfat, dan TDS menggunakan analisis mathematical modelling dengan persamaan diferensial biasa