• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tentang Kemiskinan

Penelitian tentang kemiskinan telah banyak dilakukan. Rahmawati (2006) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan rumah tangga di Kabupaten Pacitan menggunakan model regresi logistik biner. Hasil penelitian diketahui faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada taraf sepuluh persen terhadap peluang rumah tangga berada dalam kemiskinan adalah jumlah anggota rumah tangga yang termasuk tenaga kerja, umur, pendidikan, jenis kelamin, dan pendapatan.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Nurhayati (2007) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan serta pendapatan di Jawa Barat. Dengan menggunakan model persamaan simultan didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Jawa Barat adalah pendapatan dan pendidikan pada taraf nyata satu persen. Sedangkan, faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan adalah tenaga kerja dan investasi.

Pada tahun 2006, Kusumaningtyas melakukan penelitian tentang kemiskinan masyarakat di sekitar kawasan industri JABABEKA (Studi kasus Desa Pasir Gombong, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi) dengan menggunakan metode kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus. Hasil penelitian diketahui kemiskinan masyarakat Desa Pasir Gombong dapat diartikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi hak dasar (pangan, perumahan, dan pakaian), kekurangan pelayanan dan barang-barang, kondisi kehidupan sehari-hari yang serba kekurangan, pekerjaan yang tidak menentu, pendidikan dan keahlian

yang rendah dan ketidaksamaan kesempatan pada sejumlah orang dalam menjalani kehidupannya.

Topik lain dalam penelitian tentang kemiskinan adalah tentang pertumbuhan ekonomi dan pengurangan angka kemiskinan di Indonesia oleh Wiraswara (2005). Dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square) didapatkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap angka kemiskinan di Indonesia pada tahun 2002.

Ruspayandi (2006) melakukan penelitian tentang penskalaan dimensi ganda dan autokorelasi spasial ukuran dan indikator kemiskinan kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat. Dengan menggunakan penskalaan dimensi ganda (multidimensional scaling) dan analisis Procrustes didapatkan bahwa tingkat kemiskinan daerah berbentuk wilayah administratif kota secara umum lebih rendah jika dibandingkan dengan daerah yang berbentuk kabupaten. Perbedaan tingkat kemiskinan antar kedua bentuk daerah ini lebih besar jika dilihat dari faktor nonmoneter.

Pada tahun 2008, Romdhani melakukan penelitian mengenai pemetaan karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Kabupaten Bogor. Dengan menggunakan metode Biplot didapatkan bahwa indikator kemiskinan di Kabupaten Bogor ternyata tidak semua menyebar merata, hanya akses terhadap sumber air minum, penggunaan selain gas untuk masak sehari-hari, daya beli daging/ayam/susu dalam seminggu, dan pendidikan kepala rumahtangga yang rendah yang menyebar merata. Selain itu, faktor yang mempengaruhi kemiskinan adalah produksi padi sawah per kapita yang berpengaruh positif.

Jumlah sarana pasar dan migrasi penduduk berpengaruh negatif dan nyata terhadap tingkat kemiskinan

Topik lain dalam penelitian kemiskinan dikemukakan oleh Pratama (2008) tentang keterkaitan antara karakteristik dengan kesejahteraan rumah tangga di wilayah pengembangan Bogor Timur Kabupaten Bogor. Dengan menggunakan model persamaan struktural didapatkan bahwa tingkat pendapatan kepala keluarga berpengaruh terhadap kesejahteraan rumah tangga di wilayah pengembangan Bogor Timur. Tingkat pendapatan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan sektor perkerjaan utama kepala keluarga.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tentang Pengangguran

Sandra (2004) melakukan penelitian mengenai dampak kebijakan upah minimum terhadap tingkat upah dan pengangguran di Pulau Jawa. Dengan menggunakan model persamaan simultan menujukkan bahwa hasil simulasi kenaikan upah minimum propinsi (UPM) sebesar lima persen akan menyebabkan penurunan permintaan tenaga kerja. Selain itu, kenaikan UPM juga menyebabkan menurunnya tingkat upah riil yang diterima pekerja, menaikkan jumlah penawaran tenaga kerja, dan menurunkan jumlah pengangguran.

Penelitian mengenai pengangguran telah diteliti oleh Anas (2006) mengenai pengaruh kebijakan moneter dalam menstabilkan inflasi dan pengangguran di Indonesia. Hasil penelitian menggunakan analisis Structural Vector Auto Regression yang dikombinasikan dengan model koreksi kesalahan Vector Error Correction Model didapatkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pengangguran di Indonesia adalah inovasi dalam pengangguran itu sendiri.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Simaremare (2006) mengenai pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran di Indonesia. Dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak mampu menciptakan lapangan kerja yang dapat mengurangi jumlah pengangguran dan tingkat pengangguran. Tingkat pengangguran dipengaruhi oleh pertumbuhan angkatan kerja dan jumlah pengangguran yang telah ada dari tahun sebelumnya.

2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu yang Menggunakan Analisis CHAID (Chi-square Automatic Interaction Detection or detector)

Penelitian dengan menggunakan analisis CHAID telah dilakukan oleh Widianti (2004) mengenai perilaku konsumen rumah tangga yang memiliki refrigerator terhadap buah-buahan tropika. Dengan menggunakan analisis CHAID pada sampel 75 responden menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen tersebut adalah jumlah buah yang dibeli dan tingkat pendidikan responden.

Selain itu, pada tahun 2004 Nurjaeni melakukan penelitian mengenai penelusuran karakteristik rumah tangga miskin dengan menggunakan metode CHAID. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kepemilikan fasilitas listrik, pendidikan tertinggi kepala rumah tangga, luas lantai, jenis lantai, kepemilikan fasilitas rumah tangga, kepemilikan aset usaha, sumber air minum

dan memasak, serta proporsi pengeluaran untuk makanan menjadi variabel yang membedakan antara rumah tangga miskin dengan rumah tangga tidak miskin.

Sunarti (2006) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian susu formula anak pada keluarga berpendapatan rendah dengan menggunakan analisis CHAID. Hasil analisis memperlihatkan faktor-faktor yang mempengaruhi adalah harga susu formula, pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, status kepemilikan rumah dan pertimbangan sebelum melakukan pembelian. Faktor harga merupakan faktor yang paling menentukan jadi atau tidak dalam membeli susu formula.

Pada tahun 2006, Rullyanto menggunakan analisis CHAID dalam menganalisis pola konsumsi buah impor pada rumah tangga berpendapatan tinggi di Kota Bogor. Analisis CHAID menunjukkan faktor usia dan pengeluaran menjadi faktor yang mempengaruhi pola konsumsi buah impor tersebut. Sedangkan faktor jenis kelamin, pendapatan, besar keluarga dan pekerjaan tidak mempengaruhi pola konsumsi.

2.4 Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu mengenai kemiskinan maupun yang menggunakan analisis CHAID, tidak ditemukan penelitian yang secara langsung membahas masalah kemiskinan dan karakteristik yang mmebedakan rumah tangga miskin dan tidak miskin di tiga wilayah pengembangan Kabupaten Bogor secara keseluruhan tetapi hanya beberapa kecamatan saja. Selain itu, belum ada penelitian yang membahas mengenai kaitan antara status kemiskinan dan status pekerjaan di Kabupaten Bogor. Untuk itulah penelitian ini dilakukan guna

memberikan informasi kepada semua pihak tentang potret kemiskinan, kaitan status kemiskinan dengan status pekerjaan, serta karakteristik yang paling penting dari rumah tangga miskin terutama di Kabupaten Bogor. Dengan demikian diharapkan pemerintah dan masyarakat akan dapat melakukan upaya untuk mengentaskan kemiskinan di Kabupaten Bogor serta di Indonesia.

Dokumen terkait