Ekowisata
Ekowisata menurut The Ecotourism Society (1990) diacu Handayawati
dkk, (2010) Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang
dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan
dan kesejahteraan penduduk setempat. Ekowisata mempunyai pengertian suatu
perjalanan wisata ke daerah yang masih alami. Meskipun perjalanan ini bersifat
berpetualang, namun wisatawan dapat menikmatmya. Ekowisata selalu menjaga
kualitas, keutuhan dan kelestarian alam serta budaya dengan rnenjamin
keberpihakan kepada masyarakat. Peranan masyarakat lokal sangat besar dalam
upaya menjaga keutuhan alam. Peranan ini dilaksanakan mulai saat perencanaan,
saat pelaksanaan pengembangan dan pengawasan dalam pemanfaatan.
Ekowisata adalah wisata berbasis pada alam dengan menyertakan aspek
pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat
dengan pengelolaan kelestarian ekologis. Ekowisata Pesisir dan Laut adalah
wisata yang berbasis sumberdaya pesisir dan laut dengan menyertakan aspek
pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat
dengan pengelolaan kelestarian ekosistem pesisir dan laut (Tuwo, 2011).
Ekowisata Berbasis Komunitas (community-based ecotourism) merupakan
usaha ekowisata yang dimiliki, dikelola dan diawasi oleh masyarakat setempat.
Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan pengembangan ekowisata dari mulai
Ekowisata merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan
konservasi. Ekowisata merupakan pengelolaan alam dan budaya masyarakat yang
menjamin kelestarian dan kesejahteraan, konservasi merupakan upaya menjaga
kelangsungan pemanfaatan sumberdaya alam untuk waktu kini dan masa
mendatang. Pengembangan ekowisata di suatu kawasan perlu mempertimbangkan
kemampuan atau daya dukung kawasan tersebut untuk menampung wisatawan.
Daya dukung ekowisata tergolong spesifik serta lebih berhubungan dengan
daya dukung lingkungan dan sosial terhadap kegiatan wisata dan
pengembangannya. Daya dukung ekowisata diartikan sebagai tingkat atau jumlah
maksimum pengunjung yang dapat ditampung oleh infrastruktur obyek wisata
alam. Jika daya tampung tersebut dilampaui maka akan terjadi kemerosotan
sumberdaya, akibatnya kepuasan pengunjung tidak terpenuhi, sehingga
memberikan dampak merugikan bagi ekonomi dan budaya masyarakat
(Mendrofa dkk, 2013).
Wilayah Pesisir
Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan.
Apabila ditinjau dari garis pantai (coastline), maka suatu wilayah pesisir memiliki
dua macam batas (boundaries), yaitu batas yang sejajar dari garis pantai
(longshore) dan batas yang tegak lurus terhadap pantai (croos-shore)
(Dahuri dkk, 2008).
Wilayah pantai/pesisir mempunyai karakter yang spesifik dibandingkan
dengan kawasan yang lain. Wilayah ini merupakan agregasi dari berbagai
Pembangunan dengan memanfaatkan sumberdaya pantai tanpa memperhatikan
prinsip-prinsip ekologis akan dapat merusak fungsi ekosistem pantai
(Djunaedi dan Basuki, 2002).
Menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 wilayah pesisir adalah
Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang
dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Sedangkan Perairan Pesisir adalah
laut yang berbatasan dengan daratan meliputi perairan sejauh 12 (dua belas) mil
laut diukur dari garis pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan
pulau-pulau, estuari, teluk, perairan dangkal, rawa payau, dan laguna.
Kay dan Alder (1999) diacu Dirhamsyah (2006) menyatakan bahwa
terdapat 4 cara untuk menetapkan kawasan pesisir, yaitu :
1. Fixed Distance Definitions
Penentuan kawasan pesisir dihitung dari batas antara daratan dan air laut,
biasanya penghitungan dilakukan dari batas teritorial pemerintahan, contoh
dihitung dari batas territorial laut.
2. Variable Distance Definitions
Penentuan batas kawasan pesisir ditetapkan berdasarkan beberapa
perhitungan/ukuran yang ada di kawasan pesisir, seperti diukur dari batas air
tertinggi. Namun batas kawasan tidak ditetapkan secara pasti, tetapi juga
tergantung kepada variabel-variabel tertentu yang ada di kawasan tersebut, antara
lain: konstruksi tapal batas, tanda-tanda alam baik berupa fisik maupun biologi,
3. Definition According to Use
Penetapan kawasan pesisir ditetapkan berdasarkan definisi apa yang akan
dipakai. Kadang-kadang suatu kawasan ditetapkan sebagai kawasan pesisir
berdasarkan masalah/issue apa yang akan dipecahkan. Cara ini biasanya
dipergunakan oleh negara besar atau lembaga internasional tertentu.
4. Hybrid Definition
Tehnik ini mengadopsi lebih dari satu definisi atau mencampurkan lebih
dari dua tipe definisi dari kawasan pesisir. Konsep ini umum dipergunakan oleh
pemerintahan, contoh, Pemerintah Amerika Serikat dan Australia mengadopsi
cara ini. Beberapa Negara Bagian di Australia mengukur kawasan pesisirnya 3 mil
dari garis pantai, sedangkan beberapa negara bagian lainnya menetapkan kawasan
pesisirnya termasuk kawasan yang berada di darat.
Morfologi Pantai
Menurut Rochmanto dan Franscies (2012), daerah pantai berdasarkan
morfologinya, dikelompokkan menjadi empat macam yaitu:
1. Pantai Bertebing Terjal,
Merupakan bentuk lahan hasil bentukan erosi marin yang paling banyak
terdapat bentukan dan roman cliff berbeda satu dengan yang lainya, karena
dipengaruhi oleh struktur batuan, serta sifat batuan. Cliff pada batuan beku akan
lain dengan batuan sedimen perlapisan, misalnya akan berbeda dengan pelapisan
yang miring dan pelapisan yang mendatar. Aktivitas pasang surut dan gelombang
Tebing cliff dan
Tebing bergantung (nocth)
2. Rataan Gelombang Pasang Surut pada Daerah Bertebing Terjal
Pantai biasanya berbatu, berkelok-kelok dengan banyak terdapat masa
batuan. Proses ini menyebabkan tebing bergerak mundur khususnya pada pantai
yang proses abrasinya aktif. Apabila batuan menyusun daerah ini berupa batuan
gamping atau batuan lainnya yang banyak memiliki retakan air dari daerah
mengalir melalui sistem retakan tersebut dan muncul di daerah pesisir dan daerah
pantai.
3. Pantai Bergisik
Merupakan daerah pasang surut yang terdapat endapan material hasil
abrasi. Material ini berupa material halus dan juga bisa berupa material kasar.
Pantai bergisik tidak saja terdapat ada pantai cliff, tetapi juga bisa terdapat pada
daerah pantai yang landai. Pada pantai yang landai material gisik ini kebanyakan
berupa pasir dan sebagian kecil berupa material dengan butiran kerikil yang
sampai lebih besar. Pada umumnya material pasir suatu gisik pantai berasal dari
daerah pedalaman yang di bawah air sungai ke laut, kemudian diendapkan oleh
arus laut sepanjang pantai. Gisik seperti ini dapat dijumpai di sekitar muara
sungai.
4. Pantai Berawa Payau
Mencirikan daerah pantai yang tumbuh atau akresi. Proses sedimentasi
merupakan penyebab bertambahnya maju pantai ke laut. Material penyusun
berbutir halus dan medan ini berkembang pada lokasi yang gelombangnya kecil
payau, maka daerah ini kemungkinan pengembangannya sangat terbatas. Rawa
payau ini umumnya ditumbuhi oleh tumbuhan rawa payau seperti bakau, nipah,
dan tumbuhan rawa lainnya yang hidup di air payau. Tumbuhan paku ini
berfungsi sebagai pemecah gelombang dan sebagai penghalang pengikisan di
pantai, sebaliknya sedimentasi bisa terjadi. Oleh karena itu, pantai mengalami
ekresi. Peranan bakau dalam merangsang pertumbuhan pantai terbukti jelas jika
bakaunya hilang/mati ditebang habis, maka yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu
pantai mengalami erosi. Pada pantai yang mengalami ekresi, umumnya terdapat
urutan tumbuhan yang ada, yaitu bakau yang paling depan, di belakangnya nipah,
tumbuhan rawa air tawar/lahan basah. Batas teratas dari bakau adalah setinggi
permukaan maksimum. Permukaan air pasang tertinggi pada saat pasang purnama
(saat bulan purnama) dan pasang perbani (pada saat bulan gelap bulan mati).
5. Pantai Terumbu Karang
Terbentuk oleh aktivitas binatang karang dan jasad renik lainnya. Proses
ini terjadi pada areal-areal yang cukup luas. Bird(1970) pada intinya menyatakan
bahwa binatang karang dapat hidup dengan beberapa persyaratan kondisi, antara
lain: air jernih, suhu tidak lebih dari 18°C, kadar garam antara 27-38 ppmd. Arus
tidak terlalu deras terumbu karang yang banyak terangkat umumnya banyak
terdapat endapan puing-puing dan pasir koral di lepas pantainya. Ukuran butiran
puing dan pasir lebih kasar kearah datangnya ombak/gelombang jika gelombang
tanpa penghalang.
Sugiarto dan Ekariyono (1996) diacu Mahfudz (2012) menjelaskan bahwa
dapat dikelompokan atas pantai berpasir, pantai berlumpur, pantai berawa dan
pantai berbatu Berikut ini penjelasan keempat bentuk pantai tersebut :
a. Pantai Berpasir
Pantai berpasir merupakan pantai yang didominasi oleh hamparan atau
dataran pasir, baik yang berupa pasir hitam, abu-abu atau putih. Selain itu terdapat
lembah-lembah diantara beting pasir. Jenis tanah dipantai adalah typic
tropopsamment dan typic tropofluvent. Pantai berpasir tidak menyediakan substrat
tetap untuk melekat bagi organisme, karena aksi gelombang secara terus menerus
menggerakan partikel substrat.
b. Pantai Berlumpur
Pantai berlumpur merupakan hamparan lumpur sepanjang pantai yang
dihasilkan dari proses sedimentasi atau pengendapan, biasanya terletak di dekat
muara sungai. Lumpur tersebut terdiri atas partikel-partikel halus yang
mengandung humus atau gambut. Tanah pantai ini mempunyai kandungan
oksigen yang rendah dan hanya terdapat pada lapisan permukaan. Sedangkan
kandungan asam sulfidanya cukup tinggi sehingga dapat mereduksi senyawa besi
(fe) di dalam tanah menjadi senyawa ferrosulfida (FeS2) atau firit.
c. Pantai Berawa
Pantai berawa merupakan daerah yang tergenang air, baik secara
permanen ataupun temporer. Tanah dan air pantai ini memiliki tingkat keasaman
yang tinggi. Hutan berawa umumnya ditumbuhi oleh jenis tumbuhan seperti nipah
(Nypa fruticans), nibung (Oncosperma tigillaria), sagu (Metroxylon sago),
d. Pantai Berbatu
Pantai berbatu merupakan pantai yang berbatu-batu memanjang ke laut
dan terendam di air. Umumnya terdiri dari bongkahan-bongkahan batuan granit.
Pantai ini merupakan satu dari lingkungan pesisir dan laut yang cukup subur.
Kombinasi substrat keras untuk penempelan, seringnya aksi gelombang dan
perairan yang jernih menciptakan suatu habitat yang menguntungkan bagi biota
laut.
Indeks Kesesuaian Wisata
Analisis kesesuaian wilayah sebagai kawasan wisata pantai adalah analisis
untuk mengetahui kecocokan dan kemampuan kawasan menyangga segala macam
aktivitas wisata. Analisis ini sangat diperlukan untuk pengembangan kawasan
ekowisata yaitu untuk melakukan pengendalian, memperkirakan dampak
lingkungan dan pembatasan pengelolaan sehingga tujuan wisata menjadi selaras.
Menentukan kesesuaian wilayah merupakan pola pikir yang mengarah pada
pertimbangan bahwa berapapun besarnya daya tarik dari suatu lokasi wisata,
secara ekologis tetap memiliki keterbatasan sehingga jumlah dan frekuensi
kunjungan dalam satu ruang dan waktu harus disesuaikan dengan kaidah yang
berlaku (Rahmawati, 2009).
Kriteria kesesuaian lahan wisata pantai merupakan analisis untuk
menentukan kesesuaian lahan pantai untuk berbagai aktivitas yang terdapat di
kawasan pantai. Analisis kesesuaian peruntukkan wisata pantai dilakukan dengan
menentukan kategori dan skor sesuai parameter-parameter dalam tabel. Analisis
Pantai Ancol masih memenuhi standar untuk wisata pantai. Nilai diperoleh antara
bobot dikalikan skor, kemudian dijumlahkan. Hasil penjumlahan dibagi dengan
84 (hasil kali antara bobot dengan skor tertinggi) kemudian dikalikan 100%
(Amelia, 2009).
Analisis kesesuaian wilayah dikaitkan dengan kegiatan di sekitar pantai
seperti berjemur, bermain pasir, wisata olahraga, berenang dan aktivitas lainnya.
Analisis dilakukan dengan mempertimbangkan 10 parameter yang memiliki
empat klasifikasi penilaian. Parameter tersebut antara lain kedalaman perairan,
tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan
pantai, penutupan lahan pantai, biota berbahaya dan ketersediaan air tawar
(Rahmawati, 2009).
Daya Dukung Kawasan
Menurut Bahar (2004) diacu Purnama (2012), daya dukung adalah konsep
dasar yang dikembangkan untuk kegiatan pengelolaan suatu sumberdaya alam dan
lingkungan yang lestari, melalui ukuran kemampuannya. Konsep ini
dikembangkan, terutama untuk mencegah kerusakan atau degradasi dari suatu
sumberdaya alam dan lingkungan. Sehingga keberadaan, kelestarian dan
fungsinya dapat terwujud dan pada saat dan ruang yang sama juga pengguna atau
masyarakat pemakai sumberdaya tersebut tetap berada dalam kondisi sejahtera
dan/atau tidak dirugikan.
Menurut Bengen (2002) diacu Purnama (2012), daya dukung adalah
tingkat pemanfaatan sumberdaya alam atau ekosistem secara berkesinambungan
ekologis adalah tingkat maksimum (baik jumlah maupun volume) pemanfaatan
suatu sumberdaya atau ekosistem yang dapat diakomodasikan oleh suatu kawasan
atau zona sebelum terjadi penurunan kualitas lingkungan ekologis. Daya dukung
fisik adalah jumlah maksimum pemanfaatan suatu sumberdaya atau ekosistem
yang dapat diadopsi oleh suatu kawasan atau zona tanpa menyebabkan kerusakan
atau penurunan kualitas fisik. Daya dukung sosial adalah tingkat kenyamananan
apresiasi pengguna suatu sumberdaya atau ekosistem terhadap suatu kawasan atau
zona akibat adanya penggunaan lain dalam waktu bersamaan. Sedangkan daya
dukung ekonomi adalah tingkat skala usaha dalam pemanfaatan suatu sumberdaya
yang memberikan keuntungan ekonomi maksimum secara berkesinambungan.
Daya Dukung Ekologis adalah tingkat penggunaan suatu ekosistem
ataupun kawasan baik berupa jumlah maupun kegiatan yang diakomodasikan di
dalamnya sebelum terjadi sesuatu penurunan dalam kualitas ekologis kawasan
tersebut (Sitorus, 2013).
Kawasan wisata harus mengutamakan ketenangan dan kenyamanan bagi
wisatawan yang datang ke tempat tersebut. Wisatawan biasanya tidak mau bila
ketenangan dan kenyamanan mereka terusik. World Tourism Organization
(WTO) menetapkan standar kebutuhan ruang untuk mengetahui daya dukung
kawasan terhadap jumlah wisatawan. Berdasarkan standar tersebut ditentukan
besarnya daya dukung kawasan wisata untuk menampung jumlah maksimum
wisatawan yang berkunjung tanpa membebani keseimbangan ekosistem. Hal ini
juga diperlukan untuk mengetahui jumlah maksimal wisatawan yang dapat
diterima kawasan wisata pantai dengan tetap mengutamakan kenyamanan dan
Menurut Knudson (1980) diacu Purnama (2012), hal-hal yang
mempengaruhi daya dukung suatu kawasan rekreasi dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu:
1. Karakteristik sumberdaya alam, seperti geologi dan tanah, topografi, vegetasi,
hewan, iklim dan air.
2. Karakteristik pengelolaan, seperti kebijakan dan metode pengelolaan.
3. Karakteristik pengunjung, seperti psikologi, peralatan, perilaku sosial dan pola
penggunaan.
Tahap Analisis Daya Dukung
Analisis daya dukung dilakukan pada setiap kegiatan pemanfaatan yang
telah dianalisis kesesuaiannya. Adapun pendekatan perhitungan daya dukung
adalah: Analisis daya dukung berdasarkan jumlah maksimum pengunjung yang
secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu
tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Analisis daya dukung ini
digunakan untuk pemanfaatan Pariwisata Pantai dengan kegiatan rekreasi dan
wisata mangrove serta Pariwisata Bahari dengan kegiatan snorkling, olahraga
bahari, dan selam. Luas kawasan yang digunakan untuk pariwisata bahari dan
pariwisata pantai telah dapat diketahui dari hasil analisis kesesuaian. Analisis ini
pada prinsipnya adalah kebutuhan ruang yang dapat ditampung di kawasan yang
sesuai (s) dan atau sesuai bersyarat (sb) baik untuk pariwisata pantai (pp),
pariwisata bahari (pb) maupun budidaya laut (bl) pada waktu tertentu tanpa
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara geografis Kabupaten Aceh Besar terletak di antara 5˚ 2′–5˚8′ LU dan 9˚50′–9˚58′ BT. Di sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka/Kota
Banda Aceh, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya,
disebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pidie dan di sebelah Barat
berbatasan dengan Samudra Indonesia. Kabupaten Aceh Besar secara
administratif terdiri atas 23 Kecamatan dengan 599 desa dan 5 Kelurahan. Luas
wilayah Kabupaten Aceh Besar adalah 2.974,12 Km², dengan jumlah penduduk
sebanyak 310.811 jiwa(BPS Kabupaten Aceh Besar).
Kabupaten Aceh Besar memiliki topografi yang beragam yang terdiri atas
4 kelas yakni dataran rendah (0-2%), berombak (3-15%), berbukit-bukit
(16-40%), dan bergunung (>40%), dan sebagiannya merupakan wilayah
kepulauan, yang merupakan daerah dataran umumnya terdapat di wilayah Pesisir
Timur dan Utara serta Pesisir Barat. Keadaan Lereng sangat bervariasi, dari
bentuk dataran sampai curam. Berdasarkan persen lereng (slope), proporsi luas
lahan yang paling besar adalah kemiringan lebih dari 40 %,yaitu 1.313 km2 atau
44.17% dari luas wilayah (BPS Kabupaten Aceh Besar, 2011).
Pantai Lhoknga merupakan salah satu pantai yang terdapat di Kecamatan
Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar berdekatan dengan pantai Lampuuk dan dapat
ditempuh melalui jalur Banda Aceh–Calang. Berdasarkan konsep ekowisata bahari dapat dikelompokkan sebagai wisata pantai yaitu merupakan kegiatan
wisata yang mengutamakan sumberdaya pantai dan budaya masyarakat pantai
seperti rekreasi, olahraga, menikmati pemandangan dan iklim.
Pantai adalah wilayah dimana berbagai kekuatan alam yang berasal dari
laut, darat, dan udara saling berinteraksi, dan menciptakan bentuk seperti yang
terlihat saat ini yang bersifat dinamis dan selalu berubah. Pantai merupakan salah
satu dari bagian wilayah pesisir yang paling produktif dengan karakteristik bentuk
Pantai yang berbeda-beda. Bentuk Pantai yang bersifat dinamis dan selalu
berubah dapat diakibatkan oleh faktor alami maupun campur tangan manusia,
sehingga diperlukan suatu pengelolaan agar keberadaannya tetap lestari.
Pengelolaan wilayah pesisir adalah suatu proses kontinu dan dinamis dalam
penyusunan dan pengambilan keputusan tentang pemanfaatan berkelanjutan dari
wilayah pesisir beserta segenap sumberdaya alam yang terdapat didalamnya.
Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pantai yang mengandalkan jasa alam
untuk kepuasan manusia adalah wisata
Kawasan Pantai merupakan kawasan sensitif dan mempunyai ekosistem
tersendiri di mana setiap kehidupan pantai saling berkaitan antara satu sama lain.
Pantai mempunyai berbagai fungsi yang boleh terdedah kepada beraneka masalah
jika tidak dikelola dan dirancang pembangunannya.
Ekowisata merupakan suatu konsep yang mengkombinasikan kepentingan
industri kepariwisataan dengan para pencinta lingkungan. Para pencinta
lingkungan menyatakan bahwa perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup
hanya dapat tercapai dengan melibatkan orang-orang yang tinggal dan
kawasan wisata dan menjadikan mereka partner dalam upaya pengembangan
wisata tersebut.
Ekowisata pada saat sekarang ini menjadi aktivitas ekonomi yang penting
yang memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk mendapatkan pengalaman
mengenai alam dan budaya untuk dipelajari dan memahami betapa pentingnya
konservasi keanekaragaman hayati dan budaya lokal. Pada saat yang sama
ekowisata dapat memberikan generating income untuk kegiatan konservasi dan
keuntungan ekonomi pada masyarakat yang tingal di sekitar lokasi ekowisata.
Perumusan Masalah
Pantai Lhoknga merupakan objek wisata pilihan masyarakat Banda Aceh,
Aceh Besar dan daerah lain yang berada di dekatnya, karena letaknya yang tidak
begitu jauh dan akses jalan yang baik. Mengingat akan besarnya minat
pengunjung untuk berwisata ke Pantai Lhoknga sehingga perlu untuk melakukan
kajian bagaimana kesesuaian dan daya dukung kawasan tersebut agar lokasi
wisata Pantai Lhoknga tetap lestari.
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis indeks kesesuaian wisata yang ada di Pantai Lhoknga, Kabupaten
Aceh Besar.
2. Menganalisis kemampuan aktivitas wisata terhadap lingkungan dan tingkat
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan
informasi kepada individu maupun masyarakat atau instansi mengenai kesesuaian
dan kemampuan daya dukung kawasan wisata Pantai Lhoknga serta diharapkan
dapat dijadikan pertimbangan dalam kebijakan pengelolaan dalam upaya
pelestarian kawasan wisata Pantai Lhoknga.
Kerangka Pemikiran Penelitian
Kawasan Pantai Lhoknga dimanfaatkan oleh para masyarakat, pengunjung
serta pengelolaan dengan kegiatan wisata pantai. Pantai Lhoknga memiliki
keindahan Pantai yang cukup bagus, para wisatawan melakukan kegiatan di
Pantai Lhoknga dengan berbagai aktivitas yakni, berenang, berkemah, berselancar
(surfing), berjemur dan lain-lain.
Pantai Lhoknga kerap sekali ramai dengan pengunjung, hal ini dapat
merusak suatu ekosistem yang berada di pantai tersebut, dengan adanya
kesesuaian aktivitas wisata serta kemampuan daya dukung wisata Pantai Lhoknga
tersebut, maka kondisi ekologi kawasan tersebut dapat lestari dan berkelanjutan.
Berikut ini adalah kerangka pemikiran dari penelitian yang telah dilakukan, dapat
Indeks Kesesuaian dan Daya Dukung Kawasan Wisata
Kawasan wisata Pantai Lhoknga
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Berenang Rekreasi Berjemur Olah raga SUMBERDAYA ALAM Pantai Pemandangan (sunset) Air laut SUMBERDAYA MANUSIA Pengunjung Wisata Pantai
ABSTRAK
TAUFIQ HIDAYAT. Analisis Kesesuian dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Lhoknga Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Dibimbing oleh HASAN SITORUS dan EKA BUDIYULIANTO.
Pantai Lhoknga merupakan salah satu pantai yang terdapat di Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar berdekatan dengan pantai Lampuuk dan dapat ditempuh melalui jalur Banda Aceh–Calang. Pantai Lhoknga merupakan objek wisata pilihan masyarakat Banda Aceh, Aceh Besar dan daerah lain yang berada di dekatnya. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai dengan bulan April 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter kualitas air sesuai dengan baku mutu berdasarkan Kep-51/MENLH/2004 untuk kegiatan wisata. Wilayah di Pantai Lhoknga secara keseluruhan tergolong dalam kategori sangat sesuai (S1) menunjukkan kawasan ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti atau tidak berpengaruh nyata terhadap penggunaan dan tidak akan menaikkan masukan/tingkatan perlakuan yang diberikan untuk dijadikan wisata pantai (Rekreasi Pantai, Berenang, Berjemur, Olahraga Air dan Memancing). Tingkat daya dukung kawasan di Pantai Lhoknga adalah 175 orang/hari atau 1225 orang/minggu. Jumlah pengunjung yang datang ke pantai tersebut berkisar 136 orang/minggu.
ABSTRACT
TAUFIQ HIDAYAT. The Analisist Of Suittabilty and Carrying Capacity Of Lhoknga Beach Tourism, Lhoknga Districts, Aceh Besar Regency. Under Academic Supervision by HASAN SITORUS and EKA BUDIYULIANTO.
Lhoknga beach is one of the beaches located in the district of Lhoknga, Aceh Besar district adjacent to Lampuuk beach and can be reached through the Banda Aceh-Calang. Lhoknga beach is an attraction option people of Banda Aceh, Aceh Besar and other areas that are nearby. This study was conducted in December 2014 to April 2015. Results showed that the water quality parameters in accordance with the quality standards based to Kep-51 / MENLH / 2004 for