• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis-Jenis Maf’ûl

Penelitian tentang

ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ

/maf’ulun bihi/ sudah pernah diteliti pada program Studi Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, tetapi dalam objek yang berbeda. Adapun judul yang sudah diteliti adalah: Analisis Kontrastif Maf’ul bih dalam Bahasa Arab dan Obyek Dalam Bahasa Indonesia oleh Amanah (1994), inti hasil penelitian Analisis Kontrastif Maf’ul bih Dalam Bahasa Arab Dan obyek dalam Bahasa Indonesia ini adalah menunjukkan perbedaan maf’ul bih dalam bahasa Arab wajib dibaca nasab atau berbaris fatah sedangkan di dalam bahasa Indonesia tidak mengenal baris atau harkat, persamaannya terkadang suatu kalimat dalam bahasa Indonesia dapat mempunyai objek atau pelengkap penderita yang berupa kata ganti. Dalam sastra Arab juga dijumpai kalimat yang mempunyai maf’ul bih yang berupa kata ganti atau dhamir. Dalam hal ini penulis juga melakukan penelitian terhadap maf’ul bih tetapi lebih memfokuskan pada salah satu surat dalam Al-Qur’an yaitu surat Ar-Rahman. Penelitian terhadap maf’ul bih yang terdapat dalam surat Ar-Rahman diberi judul “Analisis Maf’ul bih pada Surah Ar-rahman”

.

Dalam bahasa Arab dikenal beberapa bentuk objek selain maf’ul bih. Adapun bentuk objek atau diistilahkan dengan “al-maf’ul” dalam bahasa Arab tersebut adalah (Nu’mah: 2007 dan Fawwal Babti: 1992):

1.

ﻖﻠﻄﳌا لﻮﻌﻔﳌا

/Al-Maf’ulu al-muṭlaqu/ yaitu isim yang dinaṣabkan berbentuk

isim maṣdar dari fi’ilnya, berfungsi untuk menegaskan, menguatkan atau menjelaskan jenis dan jumlahnya, contoh:

ﺎﻈﻔﺣ سرﺪﻟا ﺖﻈﻔﺣ

/ḥafiẓtu al-darsa ḥifẓan/ “saya sudah betul-betul menghafal pelajaran itu”

نﻮﻜﺴﻟا ﻰﻠﻋ ﲎﺒﻣ ﻰﺿﺎﳌا ﻞﻌﻓ :ﻆﻔﺣ

/ḥafiẓ: fi’lu al-maḍi mabni ‘ala al-sukûn/ “fi’il madhi ditetapkan baris akhirnya sukun”

ﻞﺼﺘﻣ ﲑﻤﺿ ﻪﻧﻷ ﻊﻓر ﻞﳏ ﰱ ﻢﻀﻟا ﻰﻠﻋ ﲎﺒﻣ ﻞﻋﺎﻓ : ت

/Tu: fâ’il mabni ‘ala al-ḍammi fi maalli raf’in li annahu ḍamîr muttaṣil/ “tu: fa’il ditetapkan baris akhirnya dhammah karena ia adalah dhamir muttashil”

ﻩﺮﺧآ ﰲ ةﺮﻫﺎﻇ ﺔﺤﺘﻓ ﻪﺒﺼﻧ ﺔﻣﻼﻋ و بﻮﺼﻨﻣ ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ :سرﺪﻟا

/Al-darsa: mafûl bih manṣûb wa ‘alâmatu naṣbihi fatḥatun ẓâhiratun fî âkhirihi/ “al-darsa: maf’ul bih dinashabkan dan tanda nashabnya adalah fathah yang jelas di akhirnya”

ةﺮﻫﺎﻇ ﺔﺤﺘﻓ ﻪﺒﺼﻧ ﺔﻣﻼﻋ و بﻮﺼﻨﻣ ﻞﻌﻔﻟا ﲎﻌﳌ ﺪﻴﻛﺄﺗ ﻖﻠﻄﳌا لﻮﻌﻔﻣ :ﺎﻈﻔﺣ

ﻩﺮﺧآ ﰲ

/ḥifẓan: maf’ûl muṭlaq ta`kîd li ma’na al-fi’li manṣûb wa ‘alâmatu naṣbihi fatḥatun ẓâhiratun fî âkhirihi/ “hifzhan: maf’ul muthlaq yang menguatkan makna fi’il dinashabkan dan tanda nashabnya adalah fathah yang jelas di akhirnya”

Ada beberapa kata yang berfungsi sebagai pengganti mafûl muṭlaq, di antaranya adalah:

a. Kata “

ﻞﻛ

"/kullu/dan "

ﺾﻌﺑ

"/ba’ḍu/ yang menjadi muḍaf kepada maṣdar,

contoh:

ماﱰﺣﻹا ﻞﻛ ﻪﺘﻣﱰﺣإ

/iḥtaramtuhu kulla al-iḥtirâmi/ “saya menghormatinya dengan segala hormat”

مﱰﺣإ

:

نﻮﻜﺴﻟا ﻰﻠﻋ ﲎﺒﻣ ﻰﺿﺎﳌا ﻞﻌﻓ

/iḥtaram: fi’lu al-maḍi mabni ‘ala al-sukûn/ “ihtaram: fi’il madhi ditetapkan baris akhirnya sukun”

ﻞﺼﺘﻣ ﲑﻤﺿ ﻪﻧﻷ ﻊﻓر ﻞﳏ ﰱ ﻢﻀﻟا ﻰﻠﻋ ﲎﺒﻣ ﻞﻋﺎﻓ :ت

/tu: fâ’il mabni ‘ala al-ḍammi fi maalli raf’in li annahu ḍamîr muttaṣil/ “tu: fa’il ditetapkan baris akhirnya dhammah karena ia adalah dhamir muttashil”

ﻞﺼﺘﻣ ﲑﻤﺿ ﻪﻧﻷ ﺐﺼﻧ ﻞﳏ ﰱ ﻢﻀﻟا ﻰﻠﻋ ﲎﺒﻣ ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ :ه

/hu: mafûlun bihi mabniyyun ‘ala al-ḍammi fi maalli naṣbin li annahu

ḍamîrun muttaṣilun/ “hu: maf’ul bih ditetapkan baris akhirnya dhammah pada tempat nashab karena ia adalah dhamir muttashil”

ﺔﺤﺘﻓ ﻪﺒﺼﻧ ﺔﻣﻼﻋ و بﻮﺼﻨﻣ ﻞﻌﻔﻟا ﲎﻌﳌ ﺪﻴﻛﺄﺗ ﻖﻠﻄﳌا لﻮﻌﻔﳌا :ﻞﻛ

ﻩﺮﺧآ ﰲ ةﺮﻫﺎﻇ

/kulla: al-mafûlu al-muṭlaqu ta`kîdun li ma’na al-fi’li manṣûbun wa ‘alâmatu naṣbihi fatḥatun ẓâhiratun fî âkhirihi/ “kulla: maf’ul muthlaq yang menguatkan makna fi’il dinashabkan dan tanda nashabnya adalah fathah yang jelas di akhirnya”

ﻩﺮﺧآ ﰲ ةﺮﻫﺎﻇ ةﺮﺴﻛ ﻩﺮﺟ ﺔﻣﻼﻋ و روﺮﳎ ﻪﻴﻟإ فﺎﻀﻣ :ماﱰﺣﻹا

/al-iḥtirâmi: muḍafun ilaihi majrûrun wa ‘alâmatu jarrihi kasratun

ẓâhiratun fî âkhirihi/ “al-ihtiram: mudhaf ilaih dijarkan tanda jarnya adalah kasrah yang jelas di akhirnya”

b. Kata yang bersinonim dengan maṣdar fi’ilnya, contoh:

اﺰﻔﺣ ﻪﺘﻌﻓد

/dafa’tuhu ḥafzan/ “saya benar-benar telah membayarnya”

ﻊﻓد

:

نﻮﻜﺴﻟا ﻰﻠﻋ ﲎﺒﻣ ﻰﺿﺎﳌا ﻞﻌﻓ

/dafa’: fi’lu al-maḍi mabniyyun ‘ala al-sukûn/ “dafa’: fi’il madhi ditetapkan baris akhirnya sukun”

ﻞﺼﺘﻣ ﲑﻤﺿ ﻪﻧﻷ ﻊﻓر ﻞﳏ ﰱ ﻢﻀﻟا ﻰﻠﻋ ﲎﺒﻣ ﻞﻋﺎﻓ :ت

/tu: fâ’ilun mabniyyun ‘ala al-ḍammi fi maalli raf’in li annahu ḍamîrun muttaṣilun/ “tu: fa’il ditetapkan baris akhirnya dhammah karena ia adalah dhamir muttashil”

/hu: mafûlun bihi mabniyyun ‘ala al-ḍammi fi maalli naṣbin li annahu

ḍamîrun muttaṣilun/ “hu: maf’ul bih ditetapkan baris akhirnya dhammah pada tempat nashab karena ia adalah dhamir muttashil”

ﺔﺤﺘﻓ ﻪﺒﺼﻧ ﺔﻣﻼﻋ و بﻮﺼﻨﻣ ﻞﻌﻔﻟا ﲎﻌﳌ ﺪﻴﻛﺄﺗ ﻖﻠﻄﳌا لﻮﻌﻔﳌا :اﺰﻔﺣ

ﻩﺮﺧآ ﰲ ةﺮﻫﺎﻇ

/ḥafzan: al-mafûlu al-muṭlaqu ta`kîdun li ma’na al-fi’li manṣûbun wa ‘alâmatu naṣbihi fatḥatun ẓâhiratun fî âkhirihi/ ḥafzan: maf’ul muthlaq yang menguatkan makna fi’il dinashabkan dan tanda nashabnya adalah fathah yang jelas di akhirnya”

c. Kata yang menunjukkan sifat maṣdar tanpa menyebutkan maṣdarnya. Contoh:

ﺎﻌﻳﺮﺳ ةﺎﻴﳊا رﻮﻄﺘﺗ

/tataṭawwaru al-ḥayâtu sarî’an/ “kehidupan ini berkembang secara cepat”. Kalimat ini pada asalnya adalah

رﻮﻄﺘﺗ

ﺎﻌﻳﺮﺳ ارﻮﻄﺗ ةﺎﻴﳊا

/tataṭawwaru al-ḥayâtu taṭawwuran sarî’an/

“kehidupan ini berkembang dengan perkembangan yang cepat”. Dalam hal ini kata “

ارﻮﻄﺗ

” sebagai mafûl muṭlaq dibuang dan diganti dengan kata “

ﺎﻌﻳﺮﺳ

" dan sekaligus ia dii’rab sebagai pengganti mafûl muṭlaq yang

dinaṣabkan dengan harkat fatḥah.

d. Kata isim isyarah yang muncul sebelum maṣdar. Contoh:

ﻚﻟذ ﻪﺘﻣﺮﻛأ

ماﺮﻛﻹا

/akramtuhu żalika al-ikrâma/ “saya memuliakannya dengan kehormatan itu”. Pada contoh ini kata “

ﻚﻟذ

"/żâlika/ adalah isim isyarah mabniy yang menempati posisi naṣab sebagai mafûl muṭlaq sedangkan kata

ماﺮﻛﻹا

" adalah badal (pengganti) untuk isim isyarah dan dinaṣabkan

dengan harkat fatḥah.

e. Kata yang menunjukkan bilangan/jumlah maṣdar. Contoh:

ةﺪﻋ ﻪﺘﻠﺑﺎﻗ

تاﺮﻣ

/qâbaltuhu ‘iddata marrâtin/ “saya telah menemuinya beberapa kali”. Pada kalimat tersebut mafûl muṭlaq ditunjukkan oleh kata “

ةﺪﻋ

" yang menunjukkan jumlah.

f. Dalam beberapa konteks kalimat, mafûl muṭlaq kadang-kadang tidak diungkapkan bahkan dibuang. Contoh kata

اﺮﻜﺷ

/syukran/: “terima kasih” yang berasal dari kata

اﺮﻜﺷ كﺮﻜﺷأ

/asykuruka syukran/: “aku berterima kasih kepadamu”.

2.

ﻪﻠﺟﻷ لﻮﻌﻔﳌا

/al-Maf’ulu li ajlihi/ yaitu isim yang dinaṣabkan yang disebutkan

setelah fi’ilnya untuk menjelaskan sebab terjadinya fi’il tersebut. Contoh:

ﲔﻠﻣﺎﻌﻠﻟ ﺎﻌﻴﺠﺸﺗ تﺂﻓﺎﻜﳌا فﺮﺼﺗ

/tuṣarrafu al-mukâfa`âtu tasyjî’an lil ‘âmilîn/ “hadiah itu diberikan untuk memberi semangat kepada para pekerja”.

فﺮﺼﺗ

:

ﻢﻀﻟا ﻰﻠﻋ ﲎﺒﻣ عرﺎﻀﳌا ﻞﻌﻓ

/tuṣarrafu: fi’lu al-muḍâri’ mabniyyun ‘ala al’ḍammi/ tuṣarrafu: fi’il muḍari’ ditetapkan baris akhirnya ammah”.

/al-mukâfa`âtu: fâ’ilun marfû’un wa ‘alâmatu raf’ihi ḍammatun ẓâhiratun fî âkhirihi/ “al-mukâfa`âtu: fa’il dirafa’kan tanda rafa’nya adalah ḍammah yang jelas di akhirnya”.

ﻩﺮﺧآ ﰱ ةﺮﻫﺎﻇ ﺔﺤﺘﻓ ﻪﺒﺼﻧ ﺔﻣﻼﻋو بﻮﺼﻨﻣ ﻪﻠﺟﻷ لﻮﻌﻔﻣ :ﺎﻌﻴﺠﺸﺗ

/tasyjî’an: maf’ûlu li ajlihi manṣûbun wa ‘alâmatu naṣbihi fatḥatun ẓâhiratun fî âkhirihi/ “tasyjî’an: maf’ul li ajlihi dinaṣabkan tanda naṣabnya adalah fathah yang jelas di akhirnya”.

ﻩﺮﺧآ ﰱ ةﺮﻫﺎﻇ ةﺮﺴﻛ ﻩﺮﺟ ﺔﻣﻼﻋو روﺮﳎ ﲔﻠﻣﺎﻌﻟا ،ﺮﺟ فﺮﺣ ل :ﲔﻠﻣﺎﻌﻠﻟ

/lil ‘âmilîn: li harfu jarrin, ‘âlamîn majrûrun wa ‘alâmatu jarrihi kasratun

ẓâhiratun fî âkhirihi/ “lil âmilîn: li adalah huruf jar, ‘âlamîn dijarkan tanda jarnya adalah kasrah yang jelas di akhirnya”.

Pada dasarnya maf’ûl li ajlihi dii’rab naṣab, tetapi ia boleh juga dijarkan dengan huruf lâm, dan ketika itu ia dii’rab sebagai jar majrur berkaitan dengan pernyataan sebelumnya dan bukan dii’rab sebagai maf’ûl li ajlihi. Contohnya adalah kata “

ﻊﻴﺠﺸﺗ

" /tasyjî’/ dalam kalimat berikut ini

تﺂﻓﺎﻜﳌا فﺮﺼﺗ

ﲔﻠﻣﺎﻌﻟا ﻊﻴﺠﺸﺘﻟ

/tuṣarrafu al-mukâfa`âtu litasyjî’i al-‘âmilîn/ “hadiah itu diberikan untuk memberi semangat kepada para pekerja”.

فﺮﺼﺗ

:

ﻢﻀﻟا ﻰﻠﻋ ﲎﺒﻣ عرﺎﻀﳌا ﻞﻌﻓ

/tuṣarrafu: fi’lu al-muḍâri’i mabniyyun ‘ala al’ḍammi/ tuṣarrafu: fi’il muḍari’ ditetapkan baris akhirnya ammah”.

/al-mukâfa`âtu: fâ’ilun marfû’un wa ‘alâmatu raf’ihi ḍammatun ẓâhiratun fî âkhirihi/ “al-mukâfa`âtu: fa’il dirafa’kan tanda rafa’nya adalah ḍammah yang jelas di akhirnya”.

ل

:

ﺮﺟ فﺮﺣ ل

/li: harfu jarrin/ “li: adalah huruf jar”.

ﻩﺮﺧآ ﰱ ةﺮﻫﺎﻇ ةﺮﺴﻛ ﻩﺮﺟ ﺔﻣﻼﻋو روﺮﳎ :ﻊﻴﺠﺸﺗ

/tasyjî’i: majrûrun wa ‘alâmatu jarrihi kasratun ẓâhiratun fî âkhirihi/ “tasyjî’i: majrur (dijarkan) tanda jarnya adalah kasrah yang jelas di akhirnya”.

ﻩﺮﺧآ ﰱ ةﺮﻫﺎﻇ ةﺮﺴﻛ ﻩﺮﺟ ﺔﻣﻼﻋو روﺮﳎ ﻪﻴﻟإ فﺎﻀﻣ: ﲔﻠﻣﺎﻌﻟا

/al-‘âmilîn: muḍâfun ilaihi majrûrun wa ‘alâmatu jarrihi kasratun ẓâhiratun fî âkhirihi/ “al-âmilîn: muḍâf ilaih dijarkan tanda jarnya adalah kasrah yang jelas di akhirnya”.

3.

ﻪﻌﻣ لﻮﻌﻔﳌا

/al-Maf’ûlu ma’ahu/ yaitu isim yang dinaṣabkan, disebutkan setelah huruf “waw” yang bermakna “serta”. Contoh:

ﻞﻴﻨﻟاو تﺮﺳ

/sirtu wa al-naila/ “saya berjalan bersamaan dengan aliran sungai nil”. Kata “

ﻞﻴﻨﻟا

" dalam kalimat ini adalah maf’ûl ma’ah yang dinaṣabkan dengan harkat fatḥah.

4.

ﻪﻴﻓ لﻮﻌﻔﳌا

/al-Maf’ûl fîhi/ yaitu isim yang dinaṣabkan dan disebutkan untuk menjelaskan waktu (disebut juga ẓarf zamân: keterangan waktu) dan tempat (disebut ẓarf makân: keterangan tempat) terjadinya perbuatan. Artinya untuk menjawab pertanyaan “kapan” dan “di mana” sebuah perbuatan terjadi.

ﻼﻴﻟ ةﺮﺋﺎﻄﻟا تﺮﻓﺎﺳ

/sâfarati al-ṭâ`iratu lailan/ “pesawat itu terbang di malam hari”. Kata “

ﻼﻴﻟ

" adalah ẓarf zamân yang dinaṣabkan dengan harkat fatḥah.

سرﺪﳌا مﺎﻣأ ﺐﻟﺎﻄﻟا ﻒﻗو

/waqafa al-ṭâlibu amâma al-mudarrisi/ “siswa itu berdiri di depan guru”. Kata “

مﺎﻣأ

"/amâma/ adalah ẓarf makân yang dinaṣabkan dengan harkat fatḥah.

Demikianlah beberapa pembagian objek atau al-maf’ûl dalam bahasa Arab yang penting untuk diketahui. Meskipun semuanya adalah merupakan objek tetapi bentuk kalimat yang diungkapkan dapat membedakan posisi dari maf’ûl itu sendiri. Jadi dapat dikatakan bahwa tidak semua objek atau maf’ûl yang ada dalam sebuah kalimat adalah maf’ûl bih tetapi bisa jadi adalah maf’ûl yang lainnya.

2.2 Pengertian dan Pembagian Maf’ûl Bih

Sebagaimana yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa yang menjadi objek penelitian penulis adalah maf’ûl bih dalam surat ar-Rahman, maka alangkah baiknya penulis menjelaskan terlebih dahulu tentang maf’ûl bih tersebut.

Untuk langkah awal, penulis akan memaparkan terlebih dahulu tentang makna maf’ul bih yang dikemukakan oleh para ahli.

Rofiq (2007:85-86) mengatakan bahwa

ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ

/maf’ulun bihi/ ialah isim yang dikenai pekerjaan oleh fa’il (objek). Fu’ad Nu’mah dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Sahkholid (Nu’mah: 2007) mengatakan bahwa

لﻮﻌﻔﻣ

ﻪﺑ

/maf’ulun bihi/ adalah isim yang dinaṣabkan yang menunjukkan terjadinya perbuatan pelaku dan ia tidak merubah bentuk fi’ilnya. Contoh:













/

Khalaqa al-insāna min ṣalṣālin ka al-fakhkhāri/ “Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar”. (QS.55: 14)



:

ﺢﺘﻔﻟا ﻰﻠﻋ ﲏﺒﻣ ﻰﺿﺎﳌا ﻞﻌﻓ

/Khalaqa: Fi’lu al-māḍi mabniyun a’la al-fatḥi/ “khalaqa: fiil madhi ditetapkan harkat akhirnya fathah”.



:

ﰲ ةﺮﻫﺎﻇ ﺔﺤﺘﻓ ﻪﺒﺼﻧ ﺔﻣ ﻼﻋ و بﻮﺼﻨﻣ ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ

ﻩﺮﺧآ

/Al-Insāna: Maf’ulun bihi manṣūbun wa ‘alamatu naṣbihi fatḥatun ẓahiratun fī ākhirihi/ “al-insāna:”Maf’ul bih manshub dengan tanda harkat fathah di akhirnya”.



:

ﺮﺟ فﺮﺣ

/Min: Ḥarfu jarrin/”min: huruf jar”.



:

ب ﻖﻠﻌﺘﻣ ﻩﺮﺧآ ﰲ ةﺮﻫﺎﻇ ةﺮﺴﻛ ﻩﺮﺟ ﺔﻣﻼﻋو روﺮﳎ ﻢﺳا

(ﻖﻠﺧ)

/Ṣalṣālin: Ismun majrūrun wa ‘alamatu jarrihi kasratun fī ākhirihi muta’alliq bi (khalaqa)/ “shalshalin: isim majrur tanda jar-nya harkat kasrah di akhirnya dan berkaitan dengan kata sebelumnya (khalaqa)”.



:

ﻩﺮﺧآ ﰲ ةﺮﻫﺎﻇ ةﺮﺴﻛ ﻩﺮﺟ ﺔﻣﻼﻋو روﺮﳎ ﻢﺳا

(لﺎﺼﻠﺻ)ب ﻖﻠﻌﺘﻣ

/Al-Fakhkhari: Ismun majrurun wa’alamatu jarrihi kasratun ẓahiratun fīākhirihi muta’alliq bi (ṣalṣālin)/”al-fakhkhari: isim majrur tanda jar-nya harkat kasrah di akhirnya serta berkaitan dengan kata sebelumnya (shalshalin)”.

ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ

/Maf’ulun bihi/dilihat dari segi bentuknya terbagi menjadi tiga, yaitu:

1.

ﺮﻫﺎﻇ ﻢﺳا

/Ismun ẓaḥirun/adalah : isim yang jelas harkat akhirnya. Contoh:















/Wa aqîmu al-wazna bi al-qisṭi wa lā tukhsirū al-mîzana/”Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu”. (QS.55: 9)



:

ﻒﻄﻌﻟا فﺮﺣ

/Wa: Ḥarfu al-‘aṭfi/ “wa: huruf ‘athaf”



:

ﺮﻣﻻا ﻞﻌﻓ

/Aqīmū: Fi’lu al-amri/ “aqiimuu: fiil amr”.



:

ﰲ ةﺮﻫﺎﻇ ﺔﺤﺘﻓ ﻪﺒﺼﻧ ﺔﻣﻼﻋو بﻮﺼﻨﻣ ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ

/Al-Wazna: Maf’ulun bihi manṣūbun wa ‘alamatu naṣbihi fatḥatun ẓahiratun fī ākhirihi/”al-wazna: maf’ul bih manshub dengan tanda harkat fathah di akhirnya”.

ﺮﺟ فﺮﺣ

/Bi: ḥarfu jarrin/”bi: huruf jar”.



:

ﻩﺮﺧآ ﰲ ةﺮﻫﺎﻇ ةﺮﺴﻛ ﻩﺮﺟ ﺔﻣﻼﻋو روﺮﳎ ﻢﺳا

/Al-Qisṭi: Ismun Majrūrun wa ‘alamatu jarrihi kasratun ẓāhiratun fī ākhirihi/” al-qisthi: isim majrur dengan tanda harkat kasrah di akhirnya”.

ﻒﻄﻌﻟا فﺮﺣ:و

/Wa: Ḥarfu al-‘aṭfi/ “wa: huruf ‘athaf”.

ﺔﻴﻫﺎﻨﻟا مﻻ:ﻻ

/Lam: Lamu an-nahiyati/”lam: lam yang berarti larangan”.



:

لﺎﻌﻓﻷا ﻦﻣ ﻪﻧﻷ نﻮﻧ فﺬﳛ و موﺰﳎ عرﺎﻀﳌا ﻞﻌﻓ

ﺔﺴﻤﳋا

/Tukhsirū: Fi’lu al-muḍāri’i majzumun wa yahżufu nūnun liannahu min af’ali al -khamsati/“tukhsiru: fiil mudhari’ berharkat sukun dan huruf nun-nya dibuang karena termasuk (fi’il-fi’il yang lima)”.



:

ةﺮﻫﺎﻇ ﺔﺤﺘﻓ ﻪﺒﺼﻧ ﺔﻣﻼﻋو بﻮﺼﻨﻣ ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ

ﻩﺮﺧا ﰲ

/Al-Mīzana: maf’ulun bihi manṣūbun wa ‘alamatu naṣbihi fatḥatun ẓāhiratun fī ākhirihi/”al-mizana: maf’ul bih dengan tanda harkat fathah di akhirnya”.

2.

ﲎﺒﻣ ﻢﺳا

/Ismun Mabniyyun/ adalah: isim yang tetap atau tidak berubah harkat akhirnya. Contoh:







/’Allamahu al-bayâna/ "Mengajarnya pandai berbicara”. (QS.55: 4)



:

ﺢﺘﻔﻟا ﻰﻠﻋ ﲏﺒﻣ ﻰﺿﺎﳌا ﻞﻌﻓ

/’Allama: fi’lu al-mâḍî mabnîyyun ‘ala al-fatḥi/ “`allama: fi’il madhi ditetapkan harkat akhirnya fathah”.



:

ﻞﺼﺘﻣ ﲑﻤﺿ ﻪﻧﻷ ﺐﺼﻧ ﻞﳏ ﰲ ﻢﻀﻟا ﻰﻠﻋ ﲏﺒﻣ ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ

/Hu: maf’ulun bihi mabniyyun ‘ala al-ḍammi fî maḥalli naṣbin liannahu ḍamîrun muttaṣilun/ “hu: maf’ul bih ditetapkan harkat akhirnya dhammah pada tempat nashab karena ia adalah dhamir muttashil (dhamir yang bersambung dengan kata)”.



:

ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ

ﺔﺤﺘﻓ ﻪﺒﺼﻧ ﺔﻣﻼﻋ و بﻮﺼﻨﻣ ﱐﺎﺛ

ﻩﺮﺧآ ﰲ ةﺮﻫﺎﻇ

/Al-bayâna: maf’ûlun bihi ṡânîyun manṣûbun wa ‘alâmatu naṣbihi fatḥatun

ẓāhiratun fī ākhirihi/ “al-bayan: maf’ul bih yang kedua dinashabkan dan tanda nashabnya adalah harkat fathah yang jelas di akhirnya”

3.

رﺪﺼﻣ

لوﺆﻣ

/Maṣdarun mua’awwalun/ adalah isim sebagai maf’ul bih yang terletak setelah huruf maṣdariyah (

نأ

). Contoh:



































/Yâ maʻsyara al-jinni wa al-insi in istaṭa’tum an tanfużû min aqṭâri al-samâwâati wa al-arḍi fa anfużû, la tanfużûna illâ bisul ṭânin/ “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan”. (QS.55: 33)

ءاﺪﻨﻟا فﺮﺣ :ﺂَﻳ

/Yâ: Ḥarfu al-nidâ`/ “ya: huruf nida` (memanggil)”.



:

بﻮﺼﻨﻣ فﺎﻀﻣ ىدﺎﻨﻣ

/Ma’syara’: Munâdâ muḍâfun manṣûbun/ “ma’syara: munada mudhaf yang dinashabkan”.



:

ﻪﻴﻟإ فﺎﻀﻣ

/Al-jinni: muḍâfun ilaihi/ “al-jinni: mudhaf ilaihi”.

ﻒﻄﻌﻟا فﺮﺣ:و

/Wa: Ḥarfu al-aṭfi/ “wa: huruf athaf”



:

/Al-Insi: ma’ṭûfun ‘ala al-jinni majrûrun/ “al-insi: ma’thuf terhadap al-jinni dan dijarkan”.



:

مزﺎﺟ طﺮﺷ فﺮﺣ

/In: ḥarfu syarṭin jâzimun/ “in: huruf syarat yang menjazamkan”.



:

ﻞﻌﻓ مﺰﺟ ﻞﳏ ﰱ نﻮﻜﺴﻟا ﻰﻠﻋ ﲏﺒﻣ ﻰﺿﺎﳌا ﻞﻌﻓ

طﺮﺸﻟا

/Istaṭa’: fi’lu al-mâḍîy mabnîyyun ‘ala al-sukûni fî maḥalli jazmin fi’lu al-syarṭi/“istatha’: fi’il madhi ditetapkan baris akhirnya sukun pada tempat jazam menjadi fi’il syarat”.



ﻞﺼﺘﻣ ﲑﻤﺿ ﻪﻧﻷ ﻊﻓر ﻞﳏ ﰲ نﻮﻜﺴﻟا ﻰﻠﻋ ﲏﺒﻣ ﻞﻋﺎﻓ :

/Tum: fâ’ilun mabnîyyun ‘ala al-sukuni fî maḥalli raf’in li annahu ḍamîrun muttaṣilun/ “tum: fa’il ditetapkan harkat akhirnya sukun pada tempat rafa’ karena ia adalah dhamir muttashil”.



:

ﺔﺒﺻﺎﻧ ﺔﻳرﺪﺼﻣ

/An : maṣdariyyatun nâṣibatun/ “an: huruf mashdariyyah yang menashabkan”.



ﻦﻣ ﻪﻧﻷ نﻮﻨﻟا فﺬﲝ بﻮﺼﻨﻣ عرﺎﻀﳌا ﻞﻌﻓ :

،ﻞﺼﺘﻣ ﲑﻤﺿ ﻪﻧﻷ ﻊﻓر ﻞﳏ ﰲ نﻮﻜﺴﻟا ﻰﻠﻋ ﲏﺒﻣ ﻞﻋﺎﻓ واﻮﻟاو ﺔﺴﻤﳋا لﺎﻌﻓﻷا





ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ ﺐﺼﻧ ﻞﳏ ﰲ لوﺆﳌا رﺪﺼﳌا :

/Tanfużû: fi’lu al-muḍari’ manṣûbun bi ḥażfi al-nûni li annahu min af’ali al-khamsati wa al-wawu fâ’ilun mabniyyun ‘ala al-sukûni fi maḥalli raf’in li annahu

maf’ûlun bihi/ “tanfudzu: fi’il mudhari’ dinashabkan dengan menghilangkan nun-nya karena ia adalah fi’il-fi’il yang lima dan huruf waw adalah fa’il ditetapkan baris akhirnya sukun (mati) pada tempat rafa’ karena ia adalah dhamir muttashil, an tanfudzu: mashdar muawwal pada tempat nashab menjadi maf’ul bih”



ب ﻖﻠﻌﺘﻣ ﺮﺟ فﺮﺣ :



/Min: ḥarfu jarrin muta’allaqun bi tanfużû/ huruf jar muta’allaq (berhubungan) dengan tanfudzu”.



ﺔﻣﻼﻋو روﺮﳎ ﻢﺳإ :

ﻖﻠﻌﺘﻣ ﻩﺮﺧآ ﰲ ةﺮﻫﺎﻇ ةﺮﺴﻛ ﻩﺮﺟ

ب



/aqṭâri: “ismun majrûrun wa ‘alâmatu jarrihi kasratun ẓāhiratun fî âkhirihi muta’allaqun bi tanfużû/ “aqthar: isim yang dijarkan dan tanda jar-nya kasrah yang zahir di akhirnya muta’allaq dengan tanfudzu”



ﻪﻴﻟإ فﺎﻀﻣ :

/al-samâwâti: muḍâfun ilaihi/ “al-samawat: mudhaf ilaih

ﻒﻄﻌﻟا فﺮﺣ :

/waw: ḥarfu al-‘aṭfi/ “waw: huruf ‘athaf”



ﻰﻠﻋ فﻮﻄﻌﻣ :



/al-arḍi: ma’ṭûfun ‘ala al-samâwâti/ “al-ardhi: ma’thuf pada al-samawat



طﺮﺸﻟا باﻮﳉ ﺔﻄﺑار :

/fa: râbiṭatu li jawâbi al-syarṭi/ “fa: pengikat bagi jawab syarat”.

/unfużû: fi’lu al-amri mabniyyun ‘ala al-sukuni wa al-wawu fâ’ilun/ “unfudzu: fi’il amar ditetapkan harkat akhirnya sukun dan waw menjadi fa’il”



:

ﺔﻴﻓﺎﻧ

/lâ: nâfiyatun/ “la: nafiyah (menidakkan)”



ﻞﻋﺎﻓ واﻮﻟاو عﻮﻓﺮﻣ عرﺎﻀﳌا ﻞﻌﻓ :

/tanfużûna: fi’lu al-muḍâri’i marfu’un wa al-wawu fâ’ilun/ “tanfudzuna: fi’il mudhari’ dirafa’kan dan waw menjadi fa’il”



ﺮﺼﺤﻠﻟ :

/Illâ: lilḥaṣri/ “illa: untuk hashr



ﻖﻠﻌﺘﻣ ﺮﺟ فﺮﺣ ءﺎﺒﻟا :

ب



و



ﻩﺮﺟ ﺔﻣﻼﻋ و روﺮﳎ ﻢﺳإ

ب ﻖﻠﻌﺘﻣ ﻩﺮﺧآ ﰲ ةﺮﻫﺎﻇ ةﺮﺴﻛ



/bisulṭânin: al-bâ`u ḥarfu jarrin muta’allaqun bi tanfużûna wa sulṭânin ismuun majrûrun wa ‘alâmatu jarrihi kasratun ẓāhiratun fî âkhirihi muta’allaqun bi tanfużûna/ “bisulthanin: ba adalah huruf jar muta’allaq dengan tanfudzuna dan sulthan adalah isim majrur tanda jar-nya adalah kasrah yang jelas di akhirnya muta’allaq dengan tanfudzuna”.

Pada dasarnya sesuai tata bahasa Arab, maf’ul bih terletak setelah fa’il. Namun, dalam kasus-kasus tertentu keadaannya bisa berubah di mana maf’ul bih boleh mendahului fa’il dan objeknya lebih dari satu, seperti pada keadaan berikut ini:

1. Maf’ûl bih yang boleh mendahului fa’il Contoh:









/Wa al-arḍa waḍa’ahā lil ׳anāmi/“Dan bumi telah dibentangkan-Nya untuk makhluk (-Nya)”. (QS.55:10)

ﻒﻄﻌﻟا فﺮﺣ

/Wa: Ḥarfu al-‘aṭfi/ “wa: huruf athaf”.



:

ﻞﺒﻗ ﺔﻤﻠﻜﻟا لوا ﰲ ﻊﻘﻳ ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ

)ﲑﻤﺿ ﲏﻌﻳ:ﻞﻋﺎﻔﻟا

(ﷲا:ﻮﻫ

/

Al-Arḍa: Maf’ûlun bihi yaqa’u fī awwali al-kalimati qabla al-fa’il: ya’ni

ḍamīrun (huwa: Allah)/ al-ardha: maf’ul bih yang terdapat di awal kalimat sebelum fa’il: yaitu dhamir (Allah).

:ﻊﺿو

ﺢﺘﻔﻟا ﻰﻠﻋ ﲏﺒﻣ ﻲﺿﺎﳌا ﻞﻌﻓ

/Waḍa’a: Fi’lu al-maḍi mabniyun ‘ala al-fatḥi/ “wada’a: fiil madhi yang ditetapkan harkat akhirnya fathah”.

:ﺎﻫ

ﻞﺼﺘﻣ ﲑﻤﺿ

/Ha: Ḍamīrun muttaṣilun/ “ha: damir muttashil (kata ganti)”.

ﺮﺟ فﺮﺣ

/Al-Anāmi: Ismun majrûrun wa ‘alāmatu jarrihi fatḥatun ẓahiratun fī ākhirihi/

“al-anami: isim majrur yang ditandai dengan harkat kasrah di akhirnya”.

2. Maf’ul Bih yang wajib mendahului fa’il apabila berupa

ﻞﺼﻔﻨﻣ ﲑﻤﺿ

(ḍamirun munfaṣilun) Contoh:











/Fa bi ׳ayyi ׳ā lā׳i rabbikumā tukażżibāni /”Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS.55:13)

طﺮﺸﻟا باﻮﳉ ﺔﻄﺑ ار

/Fa: Rābiṭatun li jawabi al-syarṭi/ “fa: berkaitan dengan jawabi asyarthi”.

ﺮﺟ فﺮﺣ

/Bi: Ḥarfu jarrin/”bi: huruf jar”.

:يا

اﺪﺘﺒﻣ نﻮﻜﻳ و ﻊﻓﺮﻟا ﻞﳏ ﰲ نﻮﻜﺳ ﻩءﺎﻨﺑ طﺮﺸﻟا ﻢﺳا

/Ayyi: Ismu asy-syarṭi binā`uhu sukûnun fī maḥalli ar-raf’i wa yakūnu

mubtada’an/ “ayyi: isim syarath ber-harkat sukun tetapi kedudukannya rafa’ sebagai mubtada”.

:ءﻻا

(يا) طﺮﺸﻟا ﻢﺳا ﻦﻣ ﺧ ﻞﺼﻔﻨﻣ ﲑﻤﺿ:ﻞﻋﺎﻔﻟا ﻞﺒﻗ ﻊﻘﻳ ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ

/Ālãī: Maf’ul bih yaqa’u qabla al-fa’ili: ḍamīrun munfaṣilun khabarun min ismi asy-syarthi (ayyi)/ “alaaii: maf’ul bih yang terletak sebelum fa’il: dhamir munfashil khabar dari isim syarath (ayyi).

:بر

فﺎﻀﻣ و روﺮﳎ ﻢﺳﻼﻟ ﻊﺑﺎﺘﻟا

/Rabbi: At-tãbi’u lil ismi majrûrun wamuḍāfun/ “rabbi: mengikuti isim majrur yang sebelumnya dan mudhaf”.

:ﺎﻤﻛ

ﻪﻴﻟا فﺎﻀﻣ و ﻞﺼﺘﻣ ﲑﻤﺿ

/Kumā: Ḍamīrun muttaṣilun wamuḍafun ilaihi/ “kumaa: dhamir muttashil (kata ganti) dan mudhafun ilaihi”.

:نﺎﺑﺬﻜﺗ

ﻩﺮﺧا ﰲ ةﺮﻫﺎﻇ ﺔﻤﺿ ﻪﻌﻓر ﺔﻣﻼﻋو عﻮﻓﺮﻣ عرﺎﻀﳌا ﻞﻌﻓ

/Tukażżibāni: Fi’lu al-muḍāri’i marfû’un wa ‘alamatu raf’ihi ḍammatun

ẓāhiratun fī ākhirihi/ “tukadzdzibaan: fiil mudhari’ marfu’ tanda rafa’-nya harkat dhammah di akhir kata”.

3. Maf’ûl bih dapat lebih dari satu, tergantung fi’ilnya:

a. Fi’il menaabkan dua maf’ûl bih asalnya mubtada’dan khabar, terbagi tiga: 1.

ﻦﻈﻟا لﺎﻌﻓا

/ Afʼālu aẓẓanni

/: ﻦﻇ/

ẓanna

/, لﺎﺧ/

khāla

,

ﺐﺴﺣ

/

hasiba

/, ﻢﻋز/

zaʼama

/, ﻞﻌﺟ/

jaʼala

/, ﺐﻫ/

haba

/.

Contoh:

ﺎﻤﺋﺎﻧ ﻞﺟﺮﻟا ﺖﻨﻨﻇ

/Zanantu ar-rajula nā׳iman/ “Saya kira laki-laki itu tidur”.

:ﺖﻨﻨﻇ

نﻮﻜﺴﻟا ﻰﻠﻋ ﲏﺒﻣ ﻲﺿﺎﳌا ﻞﻌﻓ

/Ẓanantu: Fi’lu al-māḍi mabniyyun ‘ala as-sukûni/ “zhanantu: fiil madhi ditetapkan harkatnya sukun”.

ت

ﻞﻋﺎﻓ نﻮﻜﻳ ﻞﺼﺘﻣ ﲑﻤﺿ

/Tu: ḍamīrun muttaṣilun yakūnu fā’ilun/ “tu: dhamir muttashil (kata ganti) sebagai fa’il”.

:ﻞﺟﺮﻟا

ﻩﺮﺧا ﰲ ةﺮﻫﺎﻇ ﺔﺤﺘﻓ ﻪﺒﺼﻧ ﺔﻣﻼﻋو بﻮﺼﻨﻣ ﱃوﻻا ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ

/Ar-Rajula: Maf’ûlun bihi al-ūla manṣubun wa ‘alāmatu naṣbihi fatḥatun ẓāhiratun fī ãkhirihi/ “ar-rajula: maf’ul bih yang pertama tandanya ber-harkat fathah di akhir katanya”.

:ﺎﻤﺋﺎﻧ

ﻩﺮﺧا ﰲ ةﺮﻫﺎﻇ ﺔﺤﺘﻓ ﻪﺒﺼﻧ ﺔﻣﻼﻋو بﻮﺼﻨﻣ ﱐﺎﺜﻟا ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ

/Nāiman: Maf’ūl bih aṡ-ṡāni manṣūbun wa ‘alāmatu naṣbihi fatḥatun

ẓāhiratun fī ākhirihi/ “naaiman: maf’ul bih yang kedua tandanya ber-harkat fathah di akhir katanya”.

2.

ﲔﻘﻴﻟا لﺎﻌﻓأ

/ Af-ʻālu Al-yaqīni

/:ىأر

/ra׳ā/,

ﻢﻠﻋ

/ʻalima/

,

ﺪﺟو

/wajada/,

ﻰﻔﻟأ

/alfa/,

:ﻢﻠﻋ ﲏﻌﲟ

ﻢﻠﻌﺗ

/

taʻallama bima’na ‘alima/.

Contoh:

اﺮﻋو ﻖﻳﺮﻄﻟا ﺮﺋﺎﺴﻟا ﺪﺟو

/Wajada as-sā׳iru aṭ-ṭarīqa wa’ran/ “Seorang musafir menemukan jalan yang sukar”.

:ﺪﺟو

ﺢﺘﻔﻟا ﻰﻠﻋ ﲏﺒﻣ ﻲﺿﺎﳌا ﻞﻌﻓ

/Wajada: Fi’lu al-māḍi mabniyyun ‘ala al-fatḥi/ “wajada: fiil madhi yang ditetapkan ber-harkat fathah”.

:ﺮﺋﺎﺴﻟا

ﻩﺮﺧا ﰲ ةﺮﻫﺎﻇ ﺔﻤﺿ ﻪﻌﻓر ﺔﻣﻼﻋو عﻮﻓﺮﻣ ﻞﻋﺎﻓ

/As-Sā’iru: Fā’ilun marfū’un wa ‘alamatu raf’ihi ḍammatun ẓāhiratun fī ākhirihi/”as-sa’iru: fail dengan tanda dhammah di akhir katanya”.

:ﻖﻳﺮﻄﻟا

ﻩﺮﺧا ﰱ ةﺮﻫﺎﻇ ﺔﺤﺘﻓ ﻪﺒﺼﻧ ﺔﻣﻼﻋو بﻮﺼﻨﻣ ﱃوﻻا ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ

/

Aṭ-Ṭarīqu: Maf’ūlun bihi al-ūla manṣūbun wa ‘alāmatu naṣbihi fatḥatun ẓahiratun fī ākhirihi/ “ath-thariqu: maf’ul bih pertama dengan tanda fathah di akhir katanya”.

:اﺮﻋو

ﻩﺮﺧا ﰲ ةﺮﻫﺎﻇ ﺔﺤﺘﻓ ﻪﺒﺼﻧ ﺔﻣﻼﻋو بﻮﺼﻨﻣ ﱐﺎﺜﻟا ﻪﺑ لﻮﻌﻔﻣ

/Wa’ran: maf’ūlun bihi aṡ-ṡani manṣūbun wa ‘alāmatu naṣbihi fatḥatun

ẓāhiratun fī ākhirihi/ “wa’ran: maf’ul bih kedua dengan tanda fathah di

Dokumen terkait