• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Pemasaran (Marketing)

Definisi pemasaran menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2007:6) adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya. Konsep paling dasar yang mendasari pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah keadaan merasa tidak memiliki kepuasan dasar. Manusia membutuhkan makanan, pakaian, perlindungan, keamanan, hak milik, harga diri dan beberapa hal lain untuk bisa hidup. Kebutuhan ini tidak diciptakan oleh masyarakat atau pemasar, namun sudah ada terukir dalam hayati serta kondisi manusia. Sedangkan keinginan merupakan bentuk kebutuhan manusia yang telah dibentuk oleh budaya dan kepribadian individu. Manusia pada umumnya mempunyai keinginan yang tidak terbatas, namun sumber daya yang tersedia untuk memenuhi keinginan tersebut sangat terbatas. Selanjutnya, ketika keinginan tersebut didukung dengan daya beli maka keinginan tersebut telah berubah menjadi sebuah permintaan.

Menurut Ujang Suwarman (2009:3), bauran pemasaran (marketing mix: Product, Price, Place dan Promotion) yang merupakan instrumen atau alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan pemasarannya

dari pasar yang menjadi sasarannya.

Mc Carthy didalam buku Kotler dan Keller (2007:23) juga mempopulerkan sebuah klasifikasi empat unsur dari alat-alat yang dikenal dengan 4 P yang terdiri dari:

1. Produk (Product)

Produk adalah semua yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan pemakainya. Produk tidak hanya terdiri dari barang yang berwujud, namun juga meliputi objek fisik, jasa, kegiatan, orang, tempat, organisasi, ide, atau campuran dari hal-hal tersebut. Produk juga bisa berbentuk jasa yaitu, berbagai kegiatan atau manfaat yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud, dan tidak menghasilkan perpindahan kepemilikan.

2. Harga (Price)

Harga adalah sejumlah uang yang dibayarkan atas barang dan jasa, atau jumlah nilai yang konsumen tukarkan dalam rangka mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan barang dan jasa. Harga adalah satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan penerimaan. Sedangkan elemen bauran lainnya merupakan biaya. Selain itu, harga juga salah satu elemen bauran pemasaran yang paling fleksibel.

Saluran distribusi adalah sekumpulan organisasi yang saling bergantung yang terlibat dalam proses yang membuat produk atau jasa siap digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna bisnis.

Definisi lain tentang saluran pemasaran dikemukakan oleh The American Marketing Association, yang menekankan tentang banyaknya lembaga yang ada dalam aliran/arus barang. Asosiasi tersebut menyatakan bahwa aluran merupakan suatu struktur unit organisasi dalam perusahaan dan luar perusahaan yang terdiri dari atas agen, dealer, pedagang besar dan pengecer, dimana sebuah komoditi, produk, atau jasa dipasarkan.

4. Promosi (Promotion)

Bauran pemasaran yang terdiri dari pemasangan iklan (advertising), penjualan personal (personal selling), promosi penjualan (promotion), hubungan masyarakat (public relation), dan alat-alat pemasaran langsung (direct selling) yang digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan pemasangan iklan dan pemasaran.

B. Produk

1. Pengertian Produk

Menurut Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra (2005:25), produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk yang ditawarkan tersebut meliputi barang fisik (seperti sepeda motor, komputer, televisi, buku teks,

dll), jasa (restoran, penginapan, transportasi), orang atau pribadi (Madonna, Tom Hanks, Michael Jordan), tempat (Pantai Kuta, Danau Toba), organisasi (Ikatan Akuntan Indonesia, Pramuka, PBB), dan ide (KB). Jadi produk bisa berupa manfaat berwujud (tangible) maupun tidak berwujud (intangible) yang dapat memuaskan pelanggan.

Menurut Ujang Suwarman (2009:4), produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Kepuasan konsumen tidak hanya mengacu pada bentuk fisik produk melainkan satu paket kepuasan yang didapat dari pembelian produk. Kepuasan tersebut merupakan akumulasi kepuasan fisik, psikis, simbolis, dan pelayanan yang diberikan oleh produsen.

2. Klasifikasi Produk

Menurut Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra (2005:98) apabila ditinjau dari segi berwujud atau tidaknya, maka produk dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok utama, yaitu:

1) Barang (Goods)

Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, diraba/disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan dan perlakuan fisik lainnya. Barang juga dapat menciptakan kepemilikkan. Ditinjau dari aspek daya tahannya, terdapat dua macam barang, yaitu: (a) Barang tidak tahan lama (non durable goods)

Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsikan dalam satu atau beberapa kali pemakaian.

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa umur ekonomisnya dalam kondisi pemakaian normal kurang dari satu tahun. Contonya antara lain adalah makanan, minuman, sabun, gula, dan garam.

(b) Barang tahan lama (durable goods)

Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya mampu bertahan lama dengan banyak pemakaian, dimana umur ekonomisnya untuk pemakaian normal adalah satu tahun atau lebih. Contonhya adalah barang-barang elektronik, meja, kursi, dan kendaraan bermotor.

2) Jasa (services)

Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Contohnya bengkel reparasi, salon kecantikan, kursus, hotel, lembaga pendidikan, dan lain-lain.

Sedangkan menurut konsumen yang menggunakannya, produk dan jasa dibedakan menjadi dua kategori, yaitu produk konsumen dan produk industri. Produk konsumen (consumer product) adalah semua produk yang dibeli oleh konsumen akhir untuk dikonsumsi secara pribadi. Para pemasar pada umumnya mengklasifikasikan produk lebih lanjut berdasarkan cara konsumen membelinya. Produk konsumen meliputi produk sehari-hari (convenience product), produk belanja (shopping product), produk khusus (specialty product), dan produk yang tidak dicari (unsought product). Produk-produk tersebut berbeda menurut cara konsumen membelinya dan karenanya berbeda cara pemasarannya.

Menurut Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra (2005:103), atribut produk adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk meliputi merek, kemasan, jaminan (garansi), pelayanan, dan sebagainya.

(a) Merek, yaitu nama, istilah, tanda, simbol/lambang, desain, warna, gerak, atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing. Pada dasarnya suatu merek juga merupakan suatu janji penjual untuk secara konsisten menyampaikan serangkaian ciri-ciri, manfaat, dan jasa tertentu kepada para pembeli. Merek yang baik juga menyampaikan jaminan tambahan berupa jaminan kualitas.

(b)Kemasan, adalah sebuah wadah, tempat, atau pembungkus untuk suatu produk. Kemasan digunakan oleh sebuah produk untuk melindungi isi, memberikan kemudahan dalam penggunaan, bermanfaat untuk pemakaian ulang, memberikan daya tarik, sebagai identitas, distribusi, informasi, dan sebagai cermin dari inovasi produk.

(c) Label, adalah bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjual. Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan, atau bisa pula merupakan etiket (tanda pengenal) yang dicantelkan pada produk. Dengan demikian, ada hubungan erat antara labeling, packaging, dan branding.

(d)Layanan pelengkap. Layanan pelengkap menurut Lovelock (1994) dapat diklasifikasikan menjadi delapan kelompok, yaitu informasi,

konsultasi, order taking, hospitally, caretaking, exceptions, billing, dan pembayaran.

(e) Jaminan (garansi), adalah janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya kepada konsumen, dimana para konsumen akan diberi ganti rugi bila produknya ternyata tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan atau dijanjikan. Jaminan bisa meliputi kualitas produk, reparasi, ganti rugi (uang kembali atau produk ditukar), dan sebagainya. Dewasa ini jaminan seringkali dimanfaatkan sebagai aspek promosi, terutama pada produk-produk tahan lama.

Menurut Ujang Suwarman (2009:4), salah satu teknik yang cukup baik untuk memahami produk adalah Aspinwall Classification System. Sistem ini mengelompokan produk menggunakan lima variabel penilaian, yaitu:

1) Replacement rate – Berapa sering produk tersebut dipesan ulang oleh pengecer.

2) Gross margin – Berapa besar rata-rata keuntungan yang dihasilkan oleh tiap produk.

3) Buyer goal adjustment – Berapa besar rentang segmen konsumen yang dapat dicapai.

4) Duration of product satisfaction – Berapa lama produk tersebut bermanfaat bagi pembeli.

5) Duration of buyer search behaviour – Berapa lama konsumen tetap mencari dan membeli produk.

C. Jasa/Service 1. Pengertian Jasa

Menurut Philip Kotler (2000:372), definisi jasa adalah sebagai berikut: "A service is any act or performance that one party can offer to another that is essentially intangible and does not result in the ownership

of anything. It's production may or may not be tied to physical product".

Dari pengertian diatas, jasa adalah tindakan atau performa yang bersifat tidak dapat dilihat dan tidak menghasilkan suatu kepemilikan atas apapun yang ditawarkan suatu pihak kepada pihak lain. Produksinya bisa berkaitan ataupun tidak bcrkaitan dengan suatu barang. Menurut Fitzsimmons (2004:4), jasa adalah aktivitas atau serangkaian aktivitas dari hal-hal tak berwujud yang biasanya melibatkan interaksi antara customer dan pekerja jasa/system penyedia jasa, yang disediakan sebagai solusi atas persoalan customer.

Dapat disimpulkan bahwa jasa adalah setiap tindakan atau aktifitas dan bukan benda, yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat tidak berwujud fisik (Intangible), konsumen terlibat secara aktif dalam proses jasa dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu (Philip Kotler, 2000).

Menurut Lovelock (1987) yang dikutip dalam Fandy Tjiptono (2006:13) secara garis besar, klasifikasi jasa dapat dilakukan berdasarkan tujuh kriteria pokok, yaitu:

a. Segmen pasar

Jasa dapat dibedakan menjadi jasa yang ditujukan bagi konsumen akhir, contohnya salon kecantikan. Dan jasa bagi konsumen organisasional, contohnya konsultan manajemen.

b. Tingkat keberwujudan

Berhubungan dengan tingkat keterlibatan produk fisik dengan konsumen. Berdasarkan kriteria ini, jasa dapat dibedakan menjadi tiga macam: Rented-goods services yaitu konsumen hanya menggunakan produk tersebut karena kepemilikannya tetap di tangan pihak perusahaan yang menyewakannya. Contohnya penyewaan mobil. Yang ke dua Owned-goods services yaitu produk-produk yang dimilki konsumen, di reparasi atau di perbaiki serta dipelihara/dirawat oleh perusahaan jasa. Contohnya jasa reparasi (mobil, tv, computer, kulkas, dll). Yang ke tiga Non-goods services yaitu jasa personal yang bersifat intangible (tidak benvujud fisik) ditawarkan kepada para konsumen. Contohnya jasa supir, dosen, dan pemandu wisata.

c. Keterampilan penyedia jasa

Berdasarkan tingkat keterampilan, terdapat dua tipe pokok jasa, yaitu. Professional services (seperti dosen, konsultar, manajemen, pengacara, dokter, perawat, akuntan, dll) dan Non professional services (seperti

jasa supir taksi, tukang parkir, pengantar surat, pembantu rumah tangga, dll).

d. Tujuan organisasi jasa

Berdasarkan tujuan organisasi, jasa dapat diklasifikasikan menjadi Commercial services atau Profit services (misalnya restoran, bank, penyewaan mobil, biro iklan, dan hotel) dan Non-profit services (misalnya sekolah, panti asuhan, dan museum).

e. Regulasi

Berdasarkan aspek ini, jasa dapat dibagi menjadi Regulated services (misalnya angkutan umum, media massa, dan perbankan) dan Non-regulated services (misalnya katering, kos, dan asrama).

f. Tingkat intensitas karyawan

Berdasarkan tingkat intensitas karyawan, jasa dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: Equipment-based services (seperti mesin ATM, cuci mobil otomatis, jasa sambungan telepon interlokal dan internasional) dan People-based services (seperti satpam, akuntan, konsultan hukum, konsultan manajemen, dll).

g. Tingkat kontak penyedia jasa dan pelanggan

Pada tingkat penyedia jasa dan pelanggan ini, secara umum jasa dapat dikelompokkan menjadi High-contact services (seperti restoran, dokter, penata rambut, konsultan bisnis, dan bank) dan Low-contact services (misalnya bioskop, jasa PLN, jasa telekomunikasi, dan jasa layanan pos).

3. Jenis-jenis Jasa

Menurut Philip Kotler dalam Supranto (2006:228), jasa terbagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut:

a. Barang berwujud murni

Yaitu hanya terdiri dari barang berwujud, contohnya: buku atau alat tulis. Tidak ada jasa yang menyertai produk tersebut. b. Barang berwujud yang disertai jasa

Yaitu terdiri dari barang berwujud yang disertai dengan satu atau lebih jasa untuk mempertinggi daya tarik pelanggan. Contoh: produsen mobil yang tidak hanya menjual mobil, melainkan juga kualitas dan pelayanan kepada para pelanggannya (reparasi, layanan purnajual, dll.)

c. Campuran

Yaitu terdiri dari barang dan jasa dengan proporsi yang sama. Contohnya: Restoran yang harus didukung oleh makanan dan pelayanannya.

d. Jasa utama yang disertai barang dan jasa tambahan

Yaitu terdiri dari jasa utama dengan jasa tambahan dan/atau barang pelengkap. Contoh: Jasa penerbangan, komponen utamanya adalah jasa tetapi disertai penyediaan makanan atau minuman di dalam pesawat, potongan tiket, dll.

Yaitu penawaran yang hanya terdiri dari jasa. Contoh: Jasa privat dan psikiater

4. Kesenjangan Kualitas Jasa

Menurut Philip Kotler (2000) dalam Fandy Tjiptono (2005:121), kualitas jasa harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir dengan kepuasan pelanggan serta persepsi positif terhadap kualitas jasa.

Kualitas jasa ditentukan oleh pelayanan yang diberikan penyedia jasa yang sesuai dengan harapan konsumen. Kualitas jasa akan baik bila diterima sesuai dengan yang diharapkan konsumen, tapi jika tidak mencapai apa yang diharapkan oleh konsumen, maka jasa tersebut dikatakan tidak baik atau tidak memuaskan namun jika jasa yang diterima konsumen melampaui harapan konsumen maka kualitas jasa dapat dikatakan baik.

Hal tersebut terbentuk berdasarkan pengalaman mereka, saran teman-teman mereka dan iklan yang disampaikan perusahaan jasa. Konsumen memilih perusahaan jasa berdasarkan pengharapan ini dan setelah menikmati jasa tersebut mereka akan cenderung membandingkan dengan apa yang mereka harapkan.

Bila jasa yang diterima konsumen ternyata berbeda jauh dibawah jasa yang mereka harapkan, maka konsumen akan kehilangan minat terhadap penyedia jasa tersebut, namun sebaliknya jika jasa yang mereka

nikmati melebihi atau memenuhi pengharapan mereka, maka konsumen tersebut cenderung akan memakai jasa tersebut kembali.

Parasuraman, et al. (dalam Lupiyoadi dan Hamdani, 2006:184) mengidentifikasi lima kesenjangan yang mengakibatkan kegagalan penyampaian jasa. Kelima kesenjangan tersebut yaitu:

a. kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen. Manajemen tidak selalu memahami benar apa yang diinginkan oleh para pelanggan.

b. Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa. Manajemen mungkin benar dalam memahami keinginan para pelanggan tetapi tidak menetapkan standar pelaksanaan yang spesifik. c. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan jasa yang

disampaikan dikarenakan mungkin para karyawan tersebut kurang terlatih sehingga tidak seperti yang diharapkan parapelanggan.

d. Kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal. Harapan para pelanggan dipengaruhi oleh pernyataan yang dibuat oleh wakil-wakil dan iklan perusahaan.

e. Kesenjangan antara jasa yang dialami dan jasa yang diharapkan. Kesenjangan ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja perusahaan dengan cara yang berbeda dan memiliki persepsi yang keliru mengenai kualitas jasa.

Parasuraman, Valarie A. Zeithaml, dan Leonard L. Berry (dalam Fandy Tjiptono, 2005:133) mengidentifikasi lima dimensi pokok kualitas jasa melalui serangkaian penelitian terhadap berbagai macam industri jasa pada 1985, seperti jasa reparasi peralatan rumah tangga, kartu kredit, asuransi, sambungan telepon jarak jauh, perbankan, ritel, dan pialang sekuritas, yaitu :

a. Reliabilitas (Reliability)

Reliability atau keandalan, yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati, dan memuaskan pelanggannya.

b. Daya tanggap (Responssiveness)

Responsiveness atau ketanggapan, yaitu respon atau kesigapan karyawan untuk membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap, yang meliputi: kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi, penanganan keluhan pelanggan, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan. c. Jaminan (assurance)

Yakni perilaku para karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa para karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan.

d. Empati (Empathy)

Berarti perusahaan mengalami masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman. e. Bukti fisik (Tangibles)

Tangibles atau bukti fisik, yaitu meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan ruangan front office, tersedianya tempat parker, kebersihan, kerapihan dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan yang digunakan atau peralatan yang merupakan representasi fisik dari jasa seperti kartu plastic (Ariyani dan Yi, 2000:61), serta penampilan karyawan.

D. Musik

Musik bersumber dari akar kata "muse". Kata "muse" yang kemudian diambil alih ke dalam bahasa Inggris jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai bentuk 'renungan'. Menurut mitologi Yunani, sembilan saudara perempuan "muse" yang kemudian melahirkan lagu, puisi, seni, dan pengetahuan, lahir dari hasul perkawinan Dewa Zeus dan Dewi Mnemosyne. Zeus adalah dewa segala dewa, dan Mnemosyne adalah dewi ingatan. Jadi musik adalah putra kasih sayang yang keindahan, kemegahan, dan kekuatannya memiliki hubungan langsung dengan dunia para dewa. Hal ini menggambarkan bahwa telah berabad-abad lamanya manusia sesungguhnya menyadari bahwa musik

memiliki dampak spiritual yang besar bagi kesejahteraan hidup manusia. Musik lahir dari kecintaan manusia pada kehidupan dan dilandasi oleh ingatan manusia akan pengalaman-pengalaman hidupnya (Campbell, 1997 dikutip dalam Satiadarma, 2001) dalam Nurul Nurnenny (2006).

Didalam Ensiklopedia, musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya, dan selera seseorang. Definisi sejati tentang musik juga bermacam-macam, yaitu: bunyi yang dianggap enak oleh pendegarnya dan segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau kelompok dan disajikan sebagai musik.

Musik menurut Aristoteles mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme. Menurut Wiora (1963) dalam Nurul Nurnenny (2006), musik adalah permainan nada-nada atau irama, dengan kata lain merupakan perpaduan.

Sedangkan menurut Nattiez (1987) dalam Nurul Nurnenny (2006), musik adalah pergerakan dalam irama atau tempo.

1. Aspek-aspek Musik

Aspek dari sebuah musik adalah perpaduan beberapa karakteristik, dimensi, atau unsur-unsur yang dianggap sudah menjadi bagian atau pelengkap dari sebuah musik. Musik cenderung dipengaruhi oleh ciri khas dari sebuah aspek musik antara lain, yaitu:

a. Melody

Bunyi yang terdengar dari sebuah rangkaian not-not pendek dalam satu kesatuan. Menurut Fairfield dan London (2003:657), melodi adalah rangkaian nada-nada yang membentuk sebuah irama atau lagu, disusun sebagai satu kesatuan nilai estetika atau citra rasa seni. Melodi dapat bervariasi, mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks sekalipun, kadang mengalun secara lembut diantara dua pitch atau pola titik nada (tangga nada) dan terkadang sebaliknya, melompat-lompat secara liar.

b. Harmony

Hubungan antara dua atau lebih pola pitch yang mengalun secara bersamaan atau dikenal dengan pitch simultaneities (saat dimana pola pitch mengalun serempak). Menurut Fairfield dan London (2003:658) secara teknis, harmoni mempakan dua atau Iebih pola titik nada yang mengalun secara bersamaan. Dalam prakteknya, harmoni tercipta ketika pola-pola titik nada ini dirangkai menjadi sebuah corak tertentu yang khas dan saling melengkapi umuk menambah kesempurnaan sebuah lagu tunggal. Serangkaian perpaduan dari harmoni-harmoni tertentu dapat menciptakan perubahan terhadap suasana hati seseorang. Harmoni dapat juga dalam kondisi tertentu diartikan sebagai kebisingan atau kejanggalan bunyi. Disharmonisasi atau dissonance dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi orang yang mendeagarnya,

tetapi juga dapat berarti tambahan bagi peminatnya dan memberikan kesempatan kepada kelompok tertentu untuk mengeksplorasi Iebih jauh lagi, dalam kisaran suara yang masih dapat didengar oleh manusia

c. Rhythm

Cara pengaturan tempo atau durasi sebuah musik. Menurut Kent D Fairfield dan Michael B London (2003:658), penggambaran suatu rhythm atau irama meliputi pendengaran yang tajam, semangat, perasaan yang halus, penekanan dalam tempo dan pola-pola tertentu yang harus dilakukan dalam satu kesatuan.

d. Tone Color

Tone color merupakan timbre (warna nada). e. Form

Sebuah lembaran khusus terstruktur, tempat dirnana unsur-unsur tersebut diatas digabungkan dan diletakkan agar tercipta sebuah keharmonisan.

Mowen (2000) dalam Nurul Nurnenny (2006) menambahkan bahwa bagaimanapun juga ada beberapa hal penting yang tidak dapat dipisahkan dalam sebuah aspek bunyi, yaitu:

(a) Pitch

Pemahaman frekuensi satu bunyi melalui pengalaman atau banyak latihan, mengerti bagaimana tinggi atau rendahnya sebuah bunyi. (b)Timbre

Kualitas sebuah bunyi, ditentukan oleh dasar harmonisasi dan variasi antara suara, tipe suara dan jenis alat musik yang digunakan untuk menghasilkan bunyi tersebut. Termasuk didalamnya tone color dan artikulasi (pengucapan).

(c) Intensity atau Dynamics

Seberapa keras atau lemahnya bunyi, dan termasuk tingkat atau volume sebuah artikulasi (pengucapan).

(d)Duration

Tempo dari sebuah musik; irama waktu. Termasuk didalamnya adalah beat, rhythm (ritme), rhythmic (irama yang teratur), rhythmic density (kepadatan sebuah ritme), dan tempo.

Mowen (2000) dalam Nurul Nurnenny (2006) juga mengatakan bahwa aspek-aspek tersebut membaur dan menghasilkan beberapa aspek sekunder antara lain:

(a) Structure

Melingkupi motif atau alasan, subphrase, phrase, period, section, variation, development, dan unit-unit formal lainnya.

(b)Texture

Interaksi atau unsur yang berhubungan dengan tempo dan pitch. Termasuk didalamnya adalah homophpony (musik yang dominan melantunkan sebuah melodi atau untuk mendapatkan satu suara yang sama), polyphony (musik yang terdiri dari beberapa harmonisasi melodi), heterophony (musik yang menghasilkan banyak melodi atau

harmonisasi yang bervariasi) dan simultaneity (keseragaman/kekompakan).

(c) Style

Apa yang membedakan secara khusus seorang komposer atau kelompok, period (zaman), genre (aliran), region (wilayah), atau gaya/penampilan dalam suatu pertunjukan.

E. Loyalitas pelanggan

Menurut Dick & Basu (1994) dalam Fandy Tjiptono (2006:398), loyalitas pelanggan memiliki konsukuensi motivasional, perceptual, dan behavioral. Pertama, motivasi untuk mencari informasi mengenai produk, merek atau pemasok alternatif cenderung semakin berkurang seiring dengan meningkatnya pengalaman, pembelajaran, kepuasan, dan pembelian ulang konsumen bersangkutan. Motivasi pencarian informasi merupakan fungsi dari persepsi konsumen terhadap manfaat dan biaya aktivitas mencari alternatif. Manfaat pencarian akan berkurang apabila konsumen memiliki sikap relatif sangat positif dan mereka telah

Dokumen terkait