• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumberdaya Hutan

Purnawan (2006) dalam Karisma (2010) menyatakan bahwa hutan dengan segala ekosistem yang terkandung didalamnya merupakan cerminan keunikan alam raya secara universal. Hutan yang merupakan tempat berkembangbiak flora dan fauna serta organisme lain yang memiliki keterkaitan sebagai simbiosis mutualisme adalah suatu kekayaan alam dan keniscayaan yang tidak bisa diabaikan. Eksistensi hutan memegang peranan penting dalam menjaga proses kehidupan, dimana tanah yang subur, mata air yang jernih, udara yang bersih dan sejuk serta bebas dari pencemaran adalah Gambaran nyata tentang arti pentingnya hutan bagi makhluk hidup dalam tatanan ruang lingkup yang dinamis dan berkelanjutan

Keseluruhan manfaat yang dapat diperoleh dari hutan berdasarkan wujudnya dapat dikelompokkan kedalam barang dan jasa. Keluaran hutan yang berbentuk barang menyatakan keluaran yang dapat dilihat, dirasakan, diraba, dan diukur secara langsung, antara lain kayu, rotan, getah, buah, kayu bakar, satwa liar dan air. Keluaran hutan berupa jasa menyatakan keluaran yang dapat diperoleh dari hutan yang bersifat maya, antara lain kemampuan hutan untuk memberikan pemandangan alam, menyerap, dan menyimpan karbon (Suhendang, 2002). Jasa Lingkungan

Jasa lingkungan adalah produk sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berupa manfaat langsung (tangible) dan manfaat tidak langsung (intangible) yang meliputi antara lain jasa wisata alam (rekreasi), jasa perlindungan tata air

(hidrologi), kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan, keunikan, keanekaragaman hayati, penyerapan dan penyimpanan karbon. Jasa lingkungan yang ada saat ini suatu saat akan mengalami penurunan kualitas. Salah satu instrumen ekonomi yang dapat mengatasi penurunan kualitas lingkungan adalah pembayaran jasa lingkungan. Pembayaran jasa lingkungan adalah suatu transaksi sukarela yang mengGambarkan suatu jasa lingkungan yang perlu dilestarikan dengan cara memberikan nilai oleh penerima manfaat kepada penerima manfaat jasa lingkungan (Merryna, 2009).

Menurut Badan Konservasi Sumber Daya Alam (2005) beberapa peluang pengembangan jasa lingkungan antara lain:

1. Carbon offset; merupakan jasa lingkungan yang memberikan kontribusi dalam upaya mencegah dampak negatif perubahan iklim, dimana pemanfaatan jasa lingkungan ini nantinya diatur melalui Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism) di bawah Protokol Kyoto.

2. Pemanfaatan air; dengan adanya indikasi menyusutnya suplai air di bumi, maka air merupakan jasa lingkungan yang berpeluang untuk dikembangkan.

3.

Eco-tourism; potensi fenomena /keindahan/keunikan alam, keanekaragaman

hayati dan budaya memberikan peluang usaha di bidang wisata alam. Pengertian Ekowisata

Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat (Fandeli dan Mukhlison, 2000).

Ciri Ekowisata

Ada beberapa karakteristik dari ekowisata, yakni sebagai berikut (Wood, 2002):

1. Bentang alam alaminya masih terpelihara dengan sebuah pemanfaatan yang terjaga

2. Pembangunan lanskap artifisial/buatan tidak mendominasi

3. Adanya aktifitas perekonomian lokal dalam skala kecil, termasuk warung makanan dan toko cinderamata

4. Pembuatan zonasi untuk kegiatan rekreasi, seperti lintasan untuk sepeda dan pejalan kaki

5. Pengembangan beberapa even dan atraksi yang menampilkan budaya lokal 6. Pembangunan fasilitas publik yang bersih dan terjaga, yang dapat

dimanfaatkan oleh wisatawan dan penduduk lokal.

7. Interaksi yang bersahabat antara penduduk lokal dan wisatawan.

Air Terjun

Air terjun adalah formasi geologi dari arus air yang mengalir melalui suatu formasi bebatuan yang mengalami erosi dan jatuh ke bawah dari ketinggian. Air terjun dapat berupa buatan yang biasa digunakan di taman. Beberapa air terjun terbentuk di lingkungan pegunungan dimana erosi kerap terjadi. Menurut Sujatmiko (2014), air terjun adalah aliran air yang terbentuk ketika aliran air jatuh dari tempat yang tinggi. Air yang jatuh akan menggerus dasar sungai hingga terbentuk cekungan menyerupai kolam. Air terjun dapat juga terjadi karena adanya patahan yang diatasnya terdapat aliran sungai.

Ekowisata Kawasan Hutan

Sesuai dengan UU No. 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan dan UU No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta UU No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, agar diperoleh manfaat yang optimal dari potensi sumber daya alam tersebut. Kebijaksanaan pembangunan bidang kehutanan didasarkan atas asas manfaat dan lestari serta konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Salah satu manfaat yang dapat dikembangkan di dalam kawasan hutan dan perairan, sesuai fungsinya adalah sebagai obyek rekreasi dan wisata alam (Rahmawati, 2005).

Undang-Undang Dasar No. 23 Tahun 1997, menyebutkan bahwa dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila, perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan.

Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2012 menyatakan bahwa penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan untuk kegiatan yang mempunyai tujuan strategis yang tidak dapat dielakkan. Kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan meliputi kegiatan:

a. Religi;

c. Instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik, serta teknologi energi baru dan terbarukan;

d. Pembangunan jaringan telekomunikasi, stasiun pemancar radio, dan stasiun relay televisi;

e. Jalan umum, jalan tol, dan jalur kereta api;

f. Sarana transportasi yang tidak dikategorikan sebagai sarana transportasi umum untuk keperluan pengangkutan hasil produksi;

g. Sarana dan prasarana sumber daya air, pembangunan jaringan instalasi air, dan saluran air bersih dan/atau air limbah;

h. Fasilitas umum;

i. Industri selain industri primer hasil hutan; j. Pertahanan dan keamanan;

k. Prasarana penunjang keselamatan umum;

l. Penampungan sementara korban bencana alam; atau

m. Pertanian tertentu dalam rangka ketahanan pangan dan ketahanan energi. Pengembangan Pariwisata

Panduan dan pembangunan destinasi wisata antara lain dapat mengacu pada konsep pengembangan pemukiman terpadu yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (SK No. 4 tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Kegiatan Pembangunan Pemukiman Terpadu). Pengembangan yang berwawasan lingkungan harus memperhatikan lima kaidah berikut:

1. Mempertahankan dan memperkaya ekosistem yang ada. 2. Penggunaan energi yang minimal

3. Pengendalian limbah dan pencemar

4. Menjaga kelanjutan sistem sosial-budaya lokal 5. Peningkatan pemahaman konsep lingkungan hidup. (Hakim, 2004).

Perkembangan kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat memberikan kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tempat tujuan wisata. Dalam perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi, keduanya menguntungkan wisatawan dan warga setempat, sebaliknya kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan tempat tujuan wisata (Marpaung, 2002).

Analisis SWOT

Kotler (2009) menyatakan bahwa analisis SWOT (strenghts, weakness, opportunity, threaths) merupakan cara untuk mengamati lingkungan pemasaran eksternal dan internal. Menurut Rangkuti (2009) analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan organisasi. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang telah dilakukan mengenai potensi dan strategi pengembangan wisata alam antara lain oleh Kartini et al. (2011) dengan judul penelitian Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Kepulauan Banda. Kartini et al. (2011) mendapati bahwa faktor- internal yang mendukung adalah keragaman atraksi, image kawasan yang sudah terkenal sejak VOC, sifat keterbukaan, keamanan, dan kemudahan mencapai lokasi. Sementara yang menghambat adalah belum adanya pusat informasi wisata, sifat terhadap lingkungan yang sangat rendah, SDM bidang pariwisata masih rendah, dan belum memadainya infrastruktur pendukung. Faktor-faktor eksternal yang mendukung adalah aksesibilitas, perkembangan teknologi dan informasi, regulasi, serta tingginya potensi dan minat wisatawan. Sementara yang menghambat adalah interusi budaya dan perusakan lingkungan. Strategi prioritas berdasarkan SWOT adalah pengembangan wisata diving dan snorkeling, membangun jaringan dengan wisata lain, bekerjasama dengan agen perjalanan, dan membuat website.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Tatag et al. (2011) dengan judul penelitian Kajian Potensi dan Strategi Pengembangan Ekowisata di Cagar Alam Pulau Sempu Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur, mendapati bahwa hasil dari analisis SWOT dan analisis AHP, strategi pengembangannya adalah mengevaluasi fungsi dan status lahan, membangun persepsi dan konsep pengembangan ekowisata oleh penentu kebijakan. Pengembangan ekowisata di dua regional yaitu Cagar Alam Pulau Sempu sebagai penyedia produk wisata dan atraksi alam sedangkan Pantai Blue Spring sebagai penyedia fasilitas dan aksesibilitas, penguatan komunitas dalam manajemen Cagar Alam Pulau Sempu

dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi ekowisata, meningktakan pengetahuan dan kualitas produk maupun SDM.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Tiara dan Darsiharjo (2013) yang berjudul Analisis Potensi Pariwisata di Pulau Karimun Provinsi Kepulauan Riau

mendapati bahwa strategi yang didapat dari hasil analisis SWOT adalah: (1) mengembangkan potensi daya tarik wisata misalnya event-event wisata (2) meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan wisata yang dilakukan. (3) menambah variasi objek daya tarik wisata yang lebih inovatif seperti olahraga air, outbond dll (4) memperbaiki kualitas aksesibilitas dan meningkatkan fasilitas wisata yang terdiri dari tempat peribadatan, sarana informasi dan juga keamanan.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Dharmawan et al. (2014) yaitu Strategi Pengembangan Desa Wisata Di Desa Belimbing Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan, mendapati bahwa strategi pengembangan yang perlu dilakukan dalam analisis SWOT adalah: (1) Strategi S-O adalah pengembangan pada pengunjung desa untuk mempertahankan atraksi dan promosi di Desa Belimbing. (2) Strategi W-O adalah dengan meningkatkan fasilitas dan infrastruktur. (3) Strategi S-T adalah menargetkan penduduk lokal untuk meningkatkan keamanan dan pertahanan. (4) Strategi W-T adalah melakukan strategi administrasi dan manajemen Desa Belimbing dengan pelatihan bahasa dan tour guiding kepada penduduk lokal.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumberdaya hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Affandi dan Patana (2002) menyatakan bahwa berdasarkan wujud/bentuknya manfaat hutan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat tangible dan intangible. Manfaat tangible antara lain kayu, hasil hutan ikutan dan lain-lain. Sedangkan manfaat intangible antara lain pengaturan tata air, rekreasi, pendidikan, kenyamanan lingkungan dan sebagainya.

Jasa lingkungan merupakan hasil yang diperoleh dari keberadaan sumberdaya alam atau lingkungan berupa jasa tata air, penyerapan karbon, penghasil oksigen, dan sebagainya. Pemandangan yang dihasilkan oleh bentang alam seperti gunung, danau, pantai sungai dan air terjun juga dapat dikategorikan sebagai jasa lingkungan yang dapat dirasakan oleh setiap orang yang menikmatinya. Perjalanan untuk menikmati keindahan bentang alam ini biasa disebut dengan ekowisata. Fandeli (2000) meyatakan bahwa ekowisata mempunyai pengertian suatu perjalanan wisata daerah yang masih alami, dimana ekowisata selalu menjaga kualitas, keutuhan dan kelestarian alam serta budaya dengan menjamin keberpihakan kepada masyarakat.

Air terjun Silimalima merupakan salah satu obyek wisata yang ada di Desa Simaninggir, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Air terjun Silimalima memiliki ketinggian kurang lebih 70 meter dan memiliki lanskap yang sangat indah dan masih sangat terjaga kealamiannya. Selain itu akses ke lokasi obyek wisata ini cukup baik walau pengunjung perlu berjalan kaki untuk melewati jalan setapak melewati sawah perkebunan masyarakat sekitar serta menuruni

lereng ke lokasi air terjun. Obyek wisata air terjun Silimalima ini masih sangat jarang diketahui keberadaannya namun sangat berpotensi untuk menggerakkan perekonomian masyarakat sekitar. Oleh karenanya perlu dilakukan analisis mengenai potensi dan strategi pengembangan obyek wisata air terjun ini.

Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Pengumpulan data primer dan sekunder

2. Mencari strategi yang tepat untuk pengembangan Air Terjun Silimalima Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis potensi obyek wisata air terjun Silimalima

2. Menganalisis permasalahan dan strategi pengembangan obyek wisata air terjun Silimalima dengan metode SWOT.

Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini antara lain:

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk penerapan kebijakan dan pengambilan keputusan

2. Sebagai bahan kajian bagi pengelola dalam pengembangan obyek wisata Air Terjun Silima-lima.

3. Sebagai pedoman bagi masyarakat setempat untuk berperan aktif dalam pengelolaan obyek wisata air terjun Silimalima.

ABSTRACT

MHD RIZKY AZHARI NASUTION: Analysis of Potential and Development Strategy for Silimalima Waterfall As An Natural Attraction on South Tapanuli Regency. Under Guidence by Dr. AGUS PURWOKO, S.Hut, M.Si and Dr. KANSIH SRI HARTINI, S.Hut, M.P.

Forest resources have so much benefits for human being. One of the example is environmental services such as natural attraction. Silimalima Waterfall is one of the natural attractions that can be found on Simaninggir Village, Marancar Districts, South Tapanuli Regency, North Sumatera Province. This waterfall needs some developments to be ready to be a natural attraction that will give some benefitis for local communities and to minimize the environmental damage that oftenly caused by the tourism activity. The purpose of the research is to analyze the potential of Silimalima Waterfall and to analyze the problems along with strategies of Silimalima Waterfall development. The research did by giving the questioner about internal and external factors to the respondents, local communities and the employers of the Government’s Youth, Sport, Cultural and Tourism Office. Respondents will choose if they agree or disagree for every available statements. Data results will be treated to find the strengths, weaknesses, opportunities and threats of Silimalima Waterfall as a natural attrction on South Tapanuli Regency.

The result of the research shows that the worthiness percentage of Silimalima Waterfall developments is 72,72%, that make it worthed to do the developments. The result of SWOT Analysist shows that Silimalilma Waterfall is on the first quadrant that means Siimalima Waterfall is on a very profitable position because the strengths that it owns could covers the weaknesses and the threats and also make it possible to take all of the opportunities

ABSTRAK

MHD RIZKY AZHARI NASUTION: Analisis Potensi dan Pengembangan Wisata Alam Air Terjun Silimalima di Kabupaten Tapanuli Selatan. Dibimbing oleh Dr. AGUS PURWOKO, S.Hut, M.Si dan Dr. KANSIH SRI HARTINI, S.Hut, M.P.

Sumberdaya hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, salah satu contoh nya adalah pemanfaatan jasa lingkungan seperti wisata alam. Air Terjun Silimalima merupakan salah satu obyek wisata alam yang terdapat di Desa Simaningir, Kabupaen Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Air Terjun ini masih memerlukan beberapa pengembangan agar lebih siap untuk dijadikan obyek wisata yang akan memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar dan untuk memperkecil kerusakan alam yang sering terjadi akibat adanya kegiatan pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi obyek wisata Air Terjun Silimalima dan menganalisis permasalahan serta strategi pengembangan Air Terjun Silimalima. Penelitian ini dilakukan dengan cara memberi daftar pernyataan (kuisioner) mengenai faktor-faktor internal dan eksternal yang ada kepada pengunjung, dinas pariwisata, dan masyarakat sekitar. Data yang didapat kemudian diolah unuk mendapatkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atas keberadaan Air Terjun Silimalima sebagai obyek wisata alam di Tapanuli Selatan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kelayakan untuk pengembangan Air Terjun Silimalima adalah sebesar 72,72%, sehingga membuatnya layak untuk dikembangkan. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa obyek wisata Air Terjun Silimalima berada pada kuadran 1, hal ini diartikan bahwa obyek wisata Silimalima berada pada posisi yang sangat menguntungkan karena kekuatan yang dimilikinya dapat menutupi kelemahan dan ancaman sehingga dapat mengambil semua peluang yang ada.

ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

Dokumen terkait