• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Laba

B. Laba 1. Pengertian Laba

Laba atau keuntungan dapat didefenisikan dengan dua cara. Laba dalam ilmu ekonomi murni didefenisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang

investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya kesempatan). Sementara itu, laba dalam akuntansi didefenisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi. Perbedaaan antara keduanya adalah dalam pendefenisian biaya.

Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Akan tetapi, teori akuntansi sampai saat ini belum mencapai kemantapan dalam pemaknaan dan pengukuran laba. Oleh karena itu, berbeda dengan elemen statemen keuangan lainnya, pembahasan laba meliputi tiga tataran, yaitu : semantik, sintatik, dan pragmatik.

Dari sudut pandang perekayasa akuntansi, konsep laba dikembangkan untuk memnuhi tujuan menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan secara luas. Sementara itu, pemakai informasi mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Teori akuntansi laba menghadapai dua pendekatan : satu laba untuk berbagai tujuan atau beda tujuan beda laba. Teori akuntansi diarahkan untuk memformulasi laba dengan pendekatan pertama.

Konsep dalam tataran semantik meliputi pemaknaan laba sebagai pengukur kinerja, pengkonfirmasi harapan investor, dan estimator laba ekonomik. Meskipun akuntansi tidak harus dapat mengukur dan menyajikan laba ekonomik, akuntansi paling tidak harus menyediakan informasi laba yang dapat digunakan pemakai untuk mengukur laba ekonomik yang gilirannya untuk menentukan nilai ekonomik perusahaan.

Makna laba secara umum adalah kenaikan kemakmuran dalam suatu periode yang dapat dinikmati (di distribusi atau ditarik) asalkan kemakmuran awal masih tetap dapat dipertahankan. Pengertian semacam ini didasarkan pada konsep pemertahanan kapital. Konsep ini membededakan antara laba dan kapital. Kapital bermakna sebagai persediaan (stock) potensi jasa atau kemakmuran, sedangkan laba bermakna aliran (flow) kemakmuran. Dengan konsep pemertahanan kapital dapat dibedakan antara kembalian atas investasi dan pengembalian investasi serta antara transaksi operasi dan transaksi pemilik. Lebih lanjut, laba dapat dipandang sebagai perubahan aset bersih sehingga berbagai dasar penilaian kapital dapat diterapkan.

Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik.

Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (periode) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan dividen, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi.

Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba, akan tetapi pengertian laba di dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian laba menurut akuntansi. Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam

akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu.

Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per lembar saham. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih.

Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak seperti profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus, dan sebagainya. Hal ini menyebabkan adanya berbagai definisi untuk laba.

Penentuan laba atau profit merupakan salah satu fungsi penting dalam akuntansi konvensional, dimana transfer kesejahteraan bagi pihak-pihak yang berkaitan sangat ditentukan. Bonus karyawan dan deviden kepada para investor banyak dibagikan atas dasar besarnya laba yang dapat dihasilkan. Laba juga merupakan ukuran usaha dan prestasi manajemen, dimana mereka diberi imbalan atas dasar kinerja pekerjaannya. Laba juga merupakan penunjuk untuk melakukan investasi. Laba per saham (earning per share) yang berdasarkan jumlah laba merupakan indikator penting dimana nilai

saham tergantung pada pembuatan keputusan investor apakah akan membeli, menjual, atau tetap akan mempertahankan investasinya.

Definisi laba ada berbagai macam, banyak ahli yang mengemukakan definisi laba. Sterling (1975) dalam Condro (2005) memberikan definisi tentang laba sebagai berikut : “Income is the name given to a family of consepts in the world of ideas closely related to those of wealth and value”. Selanjutnya Sterling menambahkan bahwa yang termasuk 'keluarga' dalam pengertian tersebut mengarah pada berbagai nama, antara lain personal income, business income, gross income, net income, taxable income, national income dan sebagainya.

Kam (1990) dalam dalam Condro (2005) dalam mengungkapkan definisi tentang laba (income) yang semakin jelas, sebagai berikut : “Income is the change in the capital of an entity between two points in time, excluding changes due to investments by and distributions to owners, where capital is expressed in terms of value and based on a given scale”. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa konsep laba mempunyai tiga unsur penting yaitu : nilai (value), modal (capital), dan skala (scale). Nilai (value) berkaitan dengan konsep nilai ekonomis, dimana preferensi seseorang terhadap suatu komoditas berlainan dengan orang lain karena adanya harapan akan adanya keuntungan pada masa yang akan datang. Capital (modal) merupakan aset bersih yang merupakan selisih antara seluruh aset dengan seluruh kewajiban. Modal itu sendiri mempunyai dua arti yaitu modal uang dan modal fisik.

Sedangkan skala (scale) diperlukan dalam proses pengukuran agar dapat memberikan arti atas obyek yang diukur.

Sedangkan Schanz (1896) dalam dalam Condro (2005) seperti yang dikutip Sterling (1975) dalam dalam Condro (2005), mengemukakan definisi laba (income) sebagai : “The entire difference between the value of assets at the end of the fiscal period and their value at the beginning, thus including every accretion-in money or kind, regular or irregular, from continuous or temporary sources-deducting only interest payments and capital losses”. Definisi tersebut mengungkapkan pengertian laba ditinjau dari karakter laba itu sendiri. Laba dianggap sebagai selisih nilai aset diawal dan akhir periode fiskal yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan nilai dikurangi dengan pembayaran bunga dan kerugian yang timbul. Definisi laba dari Schanz tersebut dilanjutkan oleh Haig pada tahun 1920 (Sterling 1990) dalam Condro (2005) yaitu : “Income is the money value of net accretion to economic power between two points in time”.

Konsep laba dalam struktur teori akuntansi dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan sintaksis, semantis, dan pragmatis. Konsep laba secara sintaksis yaitu melalui aturan-aturan yang mendefinisikannya. Secara semantis yaitu melalui hubungan pada realitas ekonomi yang mendasari . Secara pragmatis yaitu melalui penggunaannya oleh investor tanpa memperhatikan bagaimana hal itu diukur atau apakah itu artinya ( Hendriksen dan Van Breda : 2000 dalam dalam Condro : 2005). Konsep laba juga menjadi pokok penafsiran dan aliran pemikiran yang berbeda-beda, yang

masing melontarkan keunggulan konseptual dan praktisnya masing-masing.

2. Konsep Pemikiran Laba

Pada dasarnya ada empat aliran pemikiran berkenaan dengan pengukuran yang lebih baik atas laba usaha (Belkaoui : 1997 dalam Condro : 2005 ), yaitu :

1. Aliran klasik yang dicirikan terutama oleh kepatuhan pada postulate unit pengukur dan prinsip biaya historis. Aliran ini dikenal secara umum dengan akuntansi biaya historis atau akuntansi historis. Aliran klasik menganggap 'laba akuntansi' sebagai laba usaha.

2. Aliran neo-klasik yang dicirikan terutama oleh pembangkangannya terhadap postulate unit-pengukur, pengakuannya atas perubahan tingkat harga umum, dan kepatuhan kepada prinsip biaya historis. Dikenal secara umum sebagai akuntansi biaya historis yang disesuaikan terhadap tingkat harga umum, konsep laba aliran neo-klasik ialah 'laba akuntansi yang disesuaikan dengan tingkat harga umum'.

3. Aliran radikal yang dicirikan oleh pilihannya atas nilai berjalan sebagai dasar penilaian. Aliran ini memilih harga sekarang (current value) sebagai dasar penilaian bukan historical cost lagi. Konsep ini dikenal dengan current value accounting, sedang perhitungan labanya disebut current income.

4. Aliran neo radikal yang menggunakan current value tetapi disesuaikan dengan perubahan tingkat harga umum. Konsep ini dikenal dengan general price level adjusted current value accounting, sedangkan perhitungan labanya disebut adjusted current income.

Aliran-aliran tersebut menunjukkan bahwa konsep laba terus mengalami perkembangan. Argumen-argumen tentang pengukuran laba dapat diperluas menjadi tidak terbatas.

Dokumen terkait