• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usaha Ternak Kelinci

Usaha ternak kelinci merupakan komponen penting dalam usaha tani penduduk pedesaan karena pemeliharaan ternak kelinci dapat membantu pendapatan rakyat pedesaan dengan pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia di sekitarnya (Kusnadi, 2004).

Menurut Priyanto et al., (2004) usaha ternak kelinci yang dikelola masyarakat pedesaan secara umum masih merupakan usaha pola budidaya yang sifatnya sebagai tabungan, yang pengolahannya bersifat usaha campuran (diversifikasi) dan berperan dalam mendukung memperbaiki ekonomi rumah tangga. Kondisi demikian memperlihatkan kecendrungan peternak memelihara ternak belum mempertimbangkan manajemen pemeliharaan ternak yang baik sehingga optimalisasi sebagai sumber pendapatan keluarga belum tercapai.

Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994) analisis usaha ternak merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu usaha ternak yang mempunyai prospek cerah yang dapat dilihat analisis usahanya. Analisis dapat juga memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya untuk bibit (bakalan), pakan dan kandang, lamanya modal kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh.

Total Biaya Produksi

Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan yang tidak dapat dihindarkan dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Pengeluaran atau biaya bagi perusahaan adalah sebagai nilai input

yang digunakan untuk memproduksi suatu output tertentu. Pengeluaran perusahaan adalah semua uang yang dikeluarkan sebagai biaya produksi (Kadarsan, 1995).

Biaya tetap adalah jumlah biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah output tertentu sedangkan biaya yang berkaitan langsung dengan output yang bertambah besar dengan meningkatnya produksi dan berkurang dengan menurunnya produksi disebut biaya tidak tetap (Lipsey et al.,1995). Menurut Hermanto (1996) termasuk dalam biaya tetap ini adalah sewa lahan, bangunan kandang, dan peralatan. Biaya variabel jumlahnya dapat berubah sesuai hasil produksi atau hasil di pasaran pada waktu itu, contohnya: biaya pakan, biaya pembelian pakan, biaya pembelian ternak, biaya obat-obatan, biaya kandang dan peralatan kandang.

Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha ternak. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap misalnya: biaya penyusutan, biaya gaji, biaya asuransi, biaya sewa, biaya bunga dan biaya pemeliharaan. Biaya tidak tetap (variabel) adalah jenis biaya yang besar kecilnya tergantung pada banyak sedikitnya volume produksi apabila volume produksi bertambah, sehingga biaya variabel akan meningkat. Sebaliknya apabila volume produksi berkurang maka biaya variabel akan menurun. Biaya variabel adalah biaya-biaya langsung seperti bahan baku tenaga kerja langsung pakan dan lain-lain. Biaya total (total cost) adalah jumlah biaya tetap total ditambah dengan biaya variabel total pada masing-masing tingkat atau volume suatu produksi (Jumingan, 2006).

Biaya Bibit

Biaya bibit adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit. Harga biaya bibit diperoleh dari hasil perkalian antara bobot badan awal dengan harga bobot hidup per kilo gramnya. Harga bobot hidup kelinci peranakan rex per kilo gramnya Rp. 30.000 (Yunus, 2013). Pemilihan bibit didasarkan pada jenis ternak, keturunan dan postur tubuh, bibit harus jelas jenisnya, berasal dari peternakan yang memiliki catatan tetuanya dengan kriteria - kriteria dari bibit tersebut dan sesuai harapan konsumen. Bibit tidak terserang penyakit, terlihat sehat dan mampu berkembang biak (Raharjo, 1994).

Biaya Pakan

Biaya pakan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli pakan yang diperoleh dari hasil perkalian antara pakan yang dikonsumsi dengan harga pakan per kilo gramnya. Efisiensi penggunaan pakan diharapkan mampu mengurangi dampak dari kenaikan harga pakan yang seringkali berfluktuasi dan sangat mempengaruhi tingkat pendapatan peternak. Raharjo (1994) menyatakan bahwa harga pakan yang cenderung naik dan berfluktuasi dipengaruhi oleh kondisi tingkat harga bahan baku pembuatan pakan. Biaya yang di keluarkan untuk pembelian pakan kelinci yang berjumlah 20 ekor ialah sebesar Rp 3.000.000 dimana biaya ini terdiri dari rumput dan konsentrat (pakan tambahan) (http://www.ristek.go.id, 2014)

Biaya Obat-obatan

Biaya obat-obatan adalah biaya yang diperoleh dari harga obat-obatan yang diberikan pada ternak yang terserang penyakit. Pengobatan pada ternak yang sedang terserang penyakit diharapkan dapat mengurangi resiko kematian,

menghambat penyebaran penyakit ke lingkungan, baik ke manusia maupun ternak lainnya. Aziz (2009) menyatakan bahwa obat-obatan, vaksin dan vitamin dapat digunakan sebagai alternatif manajemen resiko produksi pada usaha ternak domba jantan lokal lepas sapih. Menurut Bappenas (2009) biaya yang dikeluarkan untuk membeli vitamin dan obat-obatan untuk kelinci sebesar Rp 50.000/bulan yang terdiri dari vitamin dan obat kembung.

Biaya Sewa Kandang dan Peralatan Kandang

Biaya sewa kandang adalah biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan kandang yang diperhitungkan berdasarkan nilai sewa kandang. Kandang berfungsi untuk melindungi ternak dari hujan dan mengurangi stimulasi yang dapat menyebabkan ternak stres, dengan cara mengurangi kontak dengan manusia. Biaya peralatan kandang adalah biaya yang digunakan untuk membeli perlengkapan kandang selama pemeliharaan ternak. Menurut Bappenas (2009) biaya perlengkapan kandang sebesar Rp. 500.000 untuk 16 ekor kelinci antara lain meliputi kandang, botol minum dan tempat pakan. Biaya sewa lahan kandang kelinci rex dengan menggunakan kandang baterai dengan 16 ekor kelinci rex selama 2 tahun sebesar Rp. 1.000.000,- atau Rp. 2.064,-/bulan/ekor. Peralatan kandang antara lain meliputi, instalasi listrik, instalasi air minum, tempat pakan, alas kandang, pemanas ruangan, tirai kandang

(

Santoso, 2009).

Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja atau upah tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk memelihara beberapa ternak. Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai. Berdasarkan UMRP SUMUT 2014 (Upah Minimum

Regional Propinsi Sumatera Utara) saat ini sebesar Rp. 1.851.000/bulan. Menurut Antono (2006) bahwa 1 orang tenaga kerja dapat memelihara kelinci 5 ST (Satuan Ternak) yaitu sebanyak 5.000 ekor kelinci. Menurut Jalafarm (2009), 1 ekor kelinci = 0,001 ST. Biaya tenaga kerja pemeliharaan 1 ekor kelinci/bulan adalah sebesar Rp. 1.851.000/5.000 ekor kelinci = Rp. 370,2,-/ekor/bulan. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan ini memang masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja (Rasyaf, 2009).

Total Hasil Produksi

Budiono (1990) menyatakan bahwa pendapatan adalah seluruh penerimaan uang yang diperoleh dari penjualan produk dari suatu kegiatan usaha. Penjualan ternak hidup, kotoran, urin dan pupuk dan produk-produk lainnya yang dihasilkan

merupakan komponen pendapatan. Menurut Aritonang (1993), pendapatan usaha adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dalam suatu

usaha. Pendapatan dapat berupa pendapatan utama, seperti hasil penjualan kelinci dari kegiatan usaha penggemukan kelinci dan pendapatan berupa hasil ikutan (by product), misalnya pupuk kandang.

Penerimaan dapat diklarifikasikan menjadi penerimaan nyata dan penerimaan yang diperhitungkan. Penerimaan nyata adalah penerimaan yang diterima dari hasil penjualan baik tunai maupun piutang (kredit). Penerimaan yang diperhitungkan ialah nilai output yang dikonsumsi peternak atau yang dihadiahkan (Kadarsan, 1995).

Hasil Penjualan Kelinci

Penjualan kelinci yaitu perkalian perkalian antara bobot badan akhir dengan harga bobot hidup per kilo gramnya. Menurut Kotler (1994) harga jual ditetapkan oleh pembeli dan penjual dalam suatu proses tawar menawar penjual akan meminta harga jual yang lebih tinggi dari yang diharapkan diterimanya, sedangkan pembeli akan menawarkan lebih rendah dari yang diharapkan akan dibayarnya. Dengan tawar menawar mereka akan sampai pada suatu kesepakatan tentang harga yang disetujui.

Potensi kelinci sampai saat ini masih terbuka lebar. Hal ini berdasarkan informasi bahwa jumlah peternak dan penyedia daging kelinci masih sangat terbatas. Menurut Yunus (2013) harga penjualan daging kelinci segar untuk per kilo gramnya ialah Rp 55.000. Untuk kelinci anakan umur 3 bulan seharga Rp. 75.000 - 100.000/ekor dan calon indukan umur 4 bulan dengan harga Rp. 150.00 - 300.000/bulan (Bappenas, 2009).

Hasil Penjualan Kotoran dan Urin Kelinci

Penjualan kotoran kelinci rex diperoleh dari harga jual kotoran kelinci per kilo gramnya. Harga pupuk yang berasal dari kotoran kelinci di pasaran mencapai Rp. 7.500/kg (Imam, 2006). Penjualan urin kelinci rex diperoleh dari harga jual urine kelinci perliternya dan harga penjualan urine kelinci di pasaran berkisar antara Rp 10.000 - Rp15.000/liter. Harganya yang masih cukup tinggi ini menjadi potensi bisnis yang cukup besar dan bisa dijadikan usaha bisnis (Bappenas, 2009). Analisis Laba – Rugi

pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Laporan laba-rugi (balance sheet) adalah laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu. Hasil usaha tersebut didapat dengan cara membandingkan penghasilan dan biaya selama jangka waktu tertentu. Besarnya laba atau rugi akan diketahui dari hasil perbandingan tersebut (Kasmir dan Jakfar, 2005).

Laporan laba rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan jasa barang dan ongkos-ongkos yang timbul dalam proses pencapaian hasil tersebut. Laporan ini juga memperlihatkan adanya pendapatan bersih atau kerugian bersih sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan ini merupakan laporan aktivitas dan hasil dari aktivitas itu merupakan ringkasan yang logis dari penghasilan, dan biaya dari suatu perusahaan untuk periode tertentu. Besarnya laba ditentukan berdasarkan selisih antara nilai penjualan (total revenue) dengan total biaya (biaya tetap ditambah biaya variabel) pada tingkat volume produksi tertentu. Perlu diperhatikan bahwa volume penjualan yang menghasilkan laba hanyalah volume penjualan yang berada diatas titik impas (Jumingan, 2006).

Keuntungan (laba) suatu usaha ditentukan oleh selisih antara total penerimaan (total reserve) dan total pengeluaran (total cost) atau secara matematis dapat dituliskan K= TR-TC (Soekartawiet al., 1986).

Analisis R/C Ratio (revenue cost ratio)

Kadariah (1987) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya korbanan, dimana bila :

R/C Ratio = 1 = Impas

R/C Ratio < 1 = Tidak efisien

R/C Ratio = produksi biaya Total produksi hasil Total

Suatu usaha dikatakan memberikan manfaat bila nilai R/C Ratio > 1. Semakin besar nilai R/C Ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya semakin kecil nilai R/C Rationya, maka semakin tidak efisien usaha tersebut (Soekartawi, 1995).

IOFC (income over feed cost)

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total pendapatan dengan total biaya pakan digunakan selama usaha penggemukan ternak. IOFC ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya pakan yang merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. IOFC diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya pakan. Dalam usaha ternak, biaya terbesar yang dikeluarkan adalah biaya variabel terutama biaya pakan dan biaya tenaga kerja. Besarnya biaya pakan berkisar antara 60-80% dari total biaya. Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau

pertambahan bobot badan akibat perlakuan dengan harga jual (Prawirokusumo, 1990).

Selain pegangan berproduksi secara teknis juga diperlukan pegangan berproduksi dari segi ekonomi, beberapa tolak ukur yang dapat digunakan untuk pegangan berproduksi adalah IOFC (income over feed cost) atau selisih pendapatan usaha peternakan dengan biaya pakan. Pendapatan merupakan perkalian antara hasil produksi peternakan (kilo gram hidup) dengan harga jual.

Sedangkan biaya pakan adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan kilo gram bobot hidup (Hermanto, 1996).

Pemasaran Kelinci Rex

Prospek pasar dapat dilihat dari produk usaha peternakan yang terus-menerus memiliki nilai pasar yang tinggi, permintaan pasar tinggi (dalam dan luar negeri) dan sedang dibutuhkan oleh pasar. Pasar adalah terminal terakhir produk suatu usaha bisnis yang dapat dinikmati oleh konsumen. Seorang pengusaha sebelum mendirikan usaha bisnisnya perlu perencanaan pasar terlebih dahulu

sehingga potensi pasar dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya (Rahardi et al., 1993).

Karakteristik dan Potensi Ternak Kelinci

Potensi kelinci sebenarnya masih sangat memungkinkan untuk dikembangkan. Bukan hanya sebagai penghasil daging, melainkan juga sebagai penghasil bulu, fur (kulit dan bulu) atau sebagai ternak hias. Menurut informasi dari BLPP Ciawi, Bogor, pasar komoditas kulit bulu kelinci semakin meningkat (Prasetyo, 2002).

Manfaat lain ternak kelinci adalah sebagai penghasil kulit bulu, kotoran (feses) dan sebagai ternak kesayangan. Semua manfaat tersebut dapat menjadi tambahan pendapatan peternak. Usaha peternakan kelinci selain sebagai pemenuhan gizi (subsisten) perlu adanya dukungan untuk mengarah pada usaha komersial berorientasi pasar (Wibowo et al., 2005).

Menurut Sumadia dan Rossuartini (2003) kelinci adalah salah satu ternak penghasil daging yang potensial, karena kandungan lemak dan kolesterol yang relatif rendah dibandingkan dengan daging yang berasal dari ternak lain. Menurut

Imam (2006) kadar kolesterol kelinci sekitar 164 mg/100 gr daging, sedangkan ayam, sapi, domba dan babi berkisar 220—250 mg/100 gr daging dan kandungan proteinnya mencapai 21 persen sementara ternak lain hanya 17-20 %. Dengan demikian kelinci mempunyai peluang untuk dikembangbiakkan sebagai ternak penghasil daging sekaligus menambah penghasilan bagi masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan.

Kelinci merupakan ternak yang memiliki kemampuan biologis tinggi, selang beranak pendek, mampu beranak banyak, dapat hidup dan berkembangbiak dari limbah pertanian dan hijauan. Hijauan dan limbah pertanian yang spesifik daerah merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan kelinci (Muslih et al., 2009).

Potensi Kulit Daging Buah Kopi Sebagai Pakan Ternak

Pada masa yang lalu kulit kopi yang diletakkan di sekeliling pohon untuk menjadi kompos tidak menjadi masalah. Menurut (Anthoni, 2009) dalam karya tulis Napitulu, L tahun 2010, menyatakan bahwa produksi perkebunan kopi selama lima tahun terakhir tumbuh sekitar 6%, pada tahun 2008 diperkirakan mencapai 683 ribu ton. Berdasarkan hasil produksi kopi tahunan Indonesia dapat diestimasikan bahwa dari 683 ribu ton yang dihasilkan per tahun juga dihasilkan limbah kulit kopi sebesar 310 ribu ton. Jumlah ini merupakan suatu potensi yang layak dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan.

Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar dalam ransum. Bahan pakan konvensional yang sering digunakan dalam penyusunan ransum sebagian besar

berasal dari limbah dan pencarian bahan pakan yang belum lazim digunakan (Sianipar, 1995).

Dalam kondisi segar buah kopi terdiri dari kulit buah 45%, mucilage 10%, kulit biji 5% dan biji 40%. Kandungan air yang tinggi pada kulit buah kopi yang diolah secara basah merupakan masalah tersendiri dalam penanganan dan pengangkutan. Karena itu kulit buah kopi harus segera mungkin dikeringkan guna menghindari penjamuran (Murni et al., 2008). Kadungan nutrisi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan nutrisi kulit buah kopi berdasarkan pengolahannya Metode pengolahan BK (%) % Bahan Kering PK SK Abu LK BETN Basah 23 12,8 24,1 9,5 2,8 50,8 Kering 90 9,7 32,6 7,3 1,8 48,6 Sumber: Murni (2008).

Menurut data analisa laboratorium nutrisi Loka Penelitian Kambing Potong (2014) dapat dilihat perbedaan kandungan zat gizi antara kulit daging buah kopi sebelum dan sesudah difermentasi pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Kandungan nutrisi kulit daging buah kopi sebelum dan sesudah difermentasi

Zat Nutrisi Tanpa Fermentasi Setelah Difermentasi

Bahan Kering (%) 94,62 86,45 Lemak Kasar (%) 2,31 2,33 Serat Kasar (%) 26,59 26,24 Protein Kasar (%) 16,06 18,19 Abu (%) 14,88 17,69 Kadar Air (%) 5,38 13,55

Gross energy (GE) 3,9733 3,4074

Fermentasi

Fermentasi adalah segala macam proses metabolis dengan bantuan dari enzim mikrobia (jasad renik) untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa dan reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk tertentu. Fermentasi merupakan proses biokimia yang dapat menyebabkan perubahan sifat bahan pangan sebagai akibat dari pemecahan kandungan bahan tersebut (Winarno et al.,1979).

Mikroorganisme Lokal (MOL)

Mikroorganisme lokal (MOL) merupakan pengembangbiakan mikroorganisme yang akan mampu mendegradasi bahan organik. Mikroorganisme ini diperoleh dari ragi tape (Saccharomyces sp), ragi tempe (Rhizopus sp) dan yoghurt (Lactobacillus sp) dikembangkan dengan cara pencampuran air sumur dan air gula. Tujuan tahapan ini adalah untuk membiakkan mikroorganisme yang mampu memfermentasi bahan organik, kulit daging buah kopi. Mikroorganisme dasar adalah Saccharomyces yang berasal dari ragi tape, Rhizopus dari ragi tempe dan Lactobacillus yang berasal dari yoghurt. Mikroorganisme ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: Sifat amilolitik, mikroorganisme yaitu Saccharomyces akan menghasilkan enzim amilase yang berperan dalam mengubah karbohidrat menjadi volatile fatty acids dan keto acids yang kemudian akan menjadi asam amino. Sifat proteolitik, mikroorganisme yaitu Rhizopus akan mengeluarkan enzim protease yang dapat merombak protein menjadi polipeptida-polipeptida, lalu menjadi peptide sederhana dan akhirnya menjadi asam amino bebas, CO2 dan air. Sifat lipopiltik, mikroorganisme yaitu Lactobacillus akan menghasilkan enzim lipase yang berperan dalam perombakan lemak (Compost Centre, 2009).

Rhizopus sp.

Rhizopus sp merupakan kapang yang penting dalam industri makanan sebagai penghasil berbagai macam ezim seperti amilase, protease, pektinase dan lipase. Kapang dari Rhizopus sp juga telah diketahui sejak lama sebagai kapang yang memegang peranan utama pada proses fermentasi kedele menjadi tempe. Jenis-jenis kapang yang ditemukan diketahui sebagai Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti) atau Rh. Arrhizus (Wulandari, 2012).

Saccaromyces sp.

S. Cerevisiae merupakan kelompok mikroba yang tergolong dalam khamir (yeast). S. Cereviceae secara morfologis umumnya memiliki bentuk elipsodial dengan diameter yang tidak besar, hanya sekitar 1-3µm sampai 1-7µm3. Saccahromyses Cerevisiae bersifat fakultatif anaerobik mengandung 68-83% air, nitrogen, karbohidrat, lipid, vitamin, mineral dan 2,5-14% kadar N total. Cara hidupnya kosmopolitan dan mudah dijumpai pada permukaan buah-buahan, nektar bunga dan dalam cairan yang mengandung gula, namun ada pula yang ditemukan pada tanah dan serangga. Selain kosmopolitan, S. Cerevisiae ini dapat pula hidup secara saprofit maupun bersimbiosis. Komposisi kimia S. cerevisiae terdiri atas : protein kasar 50-52%, karbohidrat ; 30-37%; lemak 4-5%; dan mineral 7-8% S. cerevisiae mempunyai beberapa enzim yang mempunyai fungsi penting yaitu intervase, peptidase dan zimase (Mayasari, 2012).

Lactobacillus sp.

Lactobacillus casei adalah bakteri Gram-positif, anaerob, tidak memiliki alat gerak, tidak menghasilkan spora, berbentuk batang dan menjadi salah satu

bakteri yang berperan penting. Lactobacillus adalah bakteri yang bisa memecah protein, karbohidrat, dan lemak dalam makanan, dan menolong penyerapan elemen penting dan nutrisi seperti mineral, asam amino, dan vitamin yang dibutuhkan manusia dan hewan untuk bertahan hidup (Damika, 2006).

Pakan Ternak Kelinci

Pakan merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tingginya produktivitas ternak. Penerapan tata laksana pemberian pakan yang berorientasi pada kebutuhan kelinci dan ketersediaan bahan pakan, merupakan upaya yang tepat untuk meningkatkan produktivitas ternak kelinci secara efisien (Muslih et al., 2011).

Menurut Sarwono (2002), pertumbuhan, kesehatan, dan perkembangan ternak kelinci ditentukan dari jenis, jumlah, dan mutu pakan yang diberikan. Pakan yang diperoleh kelinci tidak bersaing dengan manusia atau ternak industri seperti ayam. Dalam peternakan kelinci intensif, selain hijauan sebagai pakan pokok diberikan juga pakan kering seperti konsentrat, hay, dan biji-bijian sebagai pakan tambahan.

Pelet

Keuntungan pakan dalam bentuk pelet selain untuk efisiensi ruang penyimpanan/pengangkutan, juga dapat menghilangkan suasana berdebu, mengurangi sisa pakan, mencegah selektivitas pakan oleh ternak, menyebabkan pati lebih dapat dicerna, meningkatkan palatabilitas dan meningkatkan konsumsi pakan dengan waktu yang lebih pendek (Winoswiski, 1995).

Proses pengolahan ransum di pabrik pakan merupakan proses produksi dengan menggunakan mesin-mesin pemprosesan yang menghasilkan ransum dalam

bentuk mash, pellet dan crumble. Dewasa ini ada kecenderungan pakan diberikan kepada ternak bentuk komplit (complete feed), karena dinilai sangat efektif, apalagi pakan tersebut dikemas dalam bentuk pelet. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pakan komplit berbentuk pelet lebih acceptable (bisa diterima) bagi ternak, disamping pemberiannya relatif lebih mudah dan tidak berbau (Rantan Krisnan dan Ginting, 2004).

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Daging merupakan salah satu komoditi ternak yang ikut berperan dalam pemenuhan gizi berupa protein hewani, namun penyediaan daging belum mencukupi kebutuhan konsumsi yang terus meningkat. Salah satu penyebabnya adalah laju perkembangan ternak penghasil daging tidak sejalan dengan meningkatnya permintaan akan daging dan perkembangan populasi penduduk.

Pada saat ini usaha ternak alternatif mulai banyak dikembangkan, salah satu ternak alternatif yang mulai dikembangkan adalah ternak kelinci. Pada umumnya ternak ini dikembangkan untuk diambil dagingnya. Meskipun belum sebanyak konsumen daging-daging konvensional (sapi, kambing dan ayam), konsumen daging kelinci juga menunjukkan perkembangan.

Ternak kelinci adalah salah satu komoditas peternakan yang dapat menghasilkan daging yang berkualitas tinggi dan kandungan protein hewani yang tinggi pula. Ternak kelinci bila dipelihara secara intensif dapat beranak sampai 10 kali dalam setahun dengan kemampuan menghasilkan anak 4-10 ekor per kelahiran dan menghasilkan daging 50-55% setiap kilo gram bobot badan, sehingga usaha ternak ini cukup menjanjikan keuntungan. Ternak ini mudah dan sederhana dalam pemeliharaannya serta tidak memerlukan lahan yang luas.

Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kelangsungan jalannya peternakan, mengingat bahwa pakan merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan oleh usaha peternakan. Pada pola pemeliharaan intensif, biaya produksi ternak terbesar berasal dari pakan yaitu sebesar 60-70%. Kebutuhan pakan yang terus meningkat menyebabkan harganya juga ikut mengalami kenaikan.

Limbah perkebunan seperti kulit daging buah kopi yang bisa dijadikan pakan alternatif dan sampai saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Penggunaannya dalam pakan ternak kelinci akan memberikan makna ganda yaitu menambah variasi persediaan pakan dan mengurangi pencemaran lingkungan.

Kulit daging buah kopi merupakan komponen terbesar dari pengolahan buah kopi yang sampai sekarang kebanyakan hanya dimanfaatkan sebagai kompos di perkebunan itu sendiri. Dalam pengolahan kopi akan dihasilkan 35% kulit kopi, 10% lendir, 5% kulit ari dan 40% biji kopi (untuk manusia). Sementara ini pemanfaatanya belum optimal dan terbatas untuk pakan ternak, karena mempunyai kendala kandungan serat kasar yang tinggi (33,14%) dan protein kasar yang rendah (8,8%).Kulit daging buah kopi yang belum menerima tindakan pengolahan

Dokumen terkait