• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Deptan (2010) sistematika tanaman kacang tanah adalah sebagai

berikut: Divisio: Spermatophyta; Subdivisio: Angiospermae; Class: Dicotyledoneae; Ordo: Leguminales; Genus: Arachis; Spesies: Arachis hypogaea L.

Kacang tanah mempunyai susunan perakaran sebagai berikut: yang pertama adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar- akar cabang yang lurus. Akar cabang mempunyai akar- akar yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat penghisap. Kacang tanah memiliki akar serabut yang tumbuh kebawah sepanjang ± 20 cm. Selain itu, tanaman ini memiliki akar- akar lateral (cabang) yang tumbuh kesamping sepanjang 5-25 cm. Pada akar lateral terdapat akar serabut, fungsinya untuk menghisap air dan unsur hara. Pada akar lateral terdapat bintil akar (nodule) yang mengandung bakteri rhizobium, kegunaannya pengikat zat nitrogen di udara (Deptan, 2006).

Batangnya berbentuk bulat terdapat bulu dan komposisi ruas pendek. Batang utama pada tipe tegak tingginya 30 cm dengan sejumlah cabang lateral dan pada tipe menjalar tinggi batangnya mencapai 20 cm. Cabang lateral dekat dengan tanah dan menyebar (Weiss, 1983).

Kacang tanah berdaun majemuk bersirip genap, terdiri dari empat anak daun dengan tangkai daun yang agak panjang. Helaian anak daun ini melakukan gerakan ke atas untuk mendapatkan cahaya matahari. Permukaan daunnya sedikit berbulu. Daun mulai gugur pada akhir masa pertumbuhan dan dimulai dari bagian

kanan sisi tanaman, kemudian menyusul bagian kiri, lalu ke atas dan seterusnya (Tim Bina Karya Tani, 2009).

Bunga kacang tanah tumbuh pada ketiak daun. Kacang tanah mulai berbunga pada umur kurang lebih 4 sampai 5 minggu. Umur bunga hanya 1 hari, mekar di pagi hari dan layu di sore hari. Mahkota bunga (corolla) berwarna kuning dan bakal buahnya terletak dibawahnya (inferior) tepatnya pada pangkal tabung kelopak bunga di ketiak daun. Bunganya berbentuk kupu-kupu dan dapat melakukan pernyerbukan sendiri (Irwan, 2008).

Kacang tanah berbuah polong. Polongnya terbentuk setelah terjadi pembuahan. Buah kacang tanah berada didalam tanah setelah terjadi pembuahan bakal buah tumbuh memanjang dan nantinya akan menjadi polong. Mula- mula ujung ginofor yang runcing mengarah keatas, kemudian tumbuh mengarah kebawah dan selanjutnya masuk kedalam tanah sedalam 1-5 cm. Pada waktu menembus tanah, pertumbuhan memanjang ginofor berhenti. Panjang ginofor ada yang mencapai 18 cm. Tempat berhentinya ginofor masuk kedalam tanah tersebut menjadi tempat buah kacang tanah. Ginofor yang terbentuk dicabang bagian atas

dan tidak masuk ke dalam tanah akan gagal membentuk polong (Tim Bina Karya Tani, 2009).

Biji kacang tanah berwarna putih, merah, ungu, dan coklat. Bijinya berukuran kecil dengan ukuran 3mm – 7mm. Biji kacang tanah terdapat dalam polong. Kulit luar bertekstur keras. Biji terdiri atas lembaga dan keping biji diliputi oleh kulit ari tipis. Biji berbentuk bulat agak lonjong atau bulat dengan ujung agak datar karena berhimpitan dengan butir biji yang lain yang berada di

Syarat Tumbuh Tanah

Kacang tanah memberikan hasil terbaik jika ditanam di tanah remah dan berdrainase baik, terutama di tanah berpasir. Tanah bertekstur ringan memudahkan penembusan dan perkembangan polong, yang biasanya terjadi di bawah permukaan tanah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya kacang tanah adalah pH antara 6,0–6,5 (Tim MIG Corp Press, 2010).

Iklim

Kacang tanah baik ditanam di dataran rendah pada ketinggian dibawah 500 meter diatas permukaan laut. Jenis kacang tanah tertentu dapat

ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal (Tim MIG Corp Press, 2010).

Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman kacang tanah antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terus-menerus akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah. Tanah dengan kelembaban yang tinggi dapat memicu penyakit pada tanaman kacang tanah (Tim MIG Corp Press, 2010).

Tanaman kacang tanah dapat tumbuh dengan baik apabila didukung oleh iklim yang cocok. Iklim yang dibutuhkan tanaman kacang tanah adalah bersuhu tinggi antara 250C-320

Kacang tanah merupakan tanaman C3. Kacang tanah termasuk tanaman hari pendek sehingga terbukanya bunga dan jumlah bunga yang terbentuk sangat tergantung pada cahaya (Adisarwanto, 2008).

C. Kacang tanah menghendaki iklim yang panas, tetapi sedikit lembab rata-rata 65%-75% (Tim Bina Karya Tani, 2009).

Pupuk Kandang Sapi

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran padat, kotoran cair dari hewan yang dikandangkan dan dapat bercampur dengan alas kandang maupun sisa-sisa makanan (Damanik dkk, 2010).

Pemberian pupuk organik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah seperti pembajakan atau penggemburan tanah agar pupuk organik dapat mencapai lapisan tanah yang lebih dalam. Jika harus menggunakan pupuk organik yang belum terurai sempurna (rasio C/N masih tinggi) harus diberi jeda waktu antara pemberian pupuk organik dan penanaman bibit, yakni minimal satu minggu. Hal itu dilakukan untuk menghindari dampak buruk yang mungkin terjadi pada tanaman ketika proses penguraian pupuk organik berlangsung (Novizan, 2005).

Menurut Kaya (2009) dalam jurnal penelitiannya, pemberian bahan organik (pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk jerami, dan lain-lain) dapat meningkatkan pH tanah, P tersedia, N total, KTK, Kdd dan menurunkan Al-dd, serapan fosfat, fraksi Al dan Fe dalam tanah, sehingga dapat meningkatkan kandungan fosfat tanaman, sehingga pada akhirnya hasil tanaman juga terus meningkat.

Pemberian pupuk kandang dapat dilakukan baik dengan cara sebar merata ataupun dengan cara dibenamkan kedalam tanah. Pupuk kandang harus dibenamkan atau disebar di atas permukaan tanah sangat tergantung dari jenis tanaman yang akan ditanam. Jika pupuk kandang halus dan sempurna terlapuk, maka dapat dibenamkan dengan menggaru tanah seperti yang sering dilakukan

Pupuk dari kotoran sapi dan kerbau termasuk pupuk dingin, dikatakan pupuk dingin karena perubahan yang ditimbulkan oleh jasad renik berlangsung perlahan-lahan dan tidak banyak menghasilkan panas. Unsur hara tanaman dilepaskan secara berangsur-angsur, oleh karena itu kerjanya lambat. Hal ini disebabkan oleh kotoran padatnya banyak mengandung air dan lendir yang membentuk kerak apabila kena udara, akibatnya udara dan air sukar masuk ke dalamnya (Damanik dkk, 2010).

Pupuk kandang yang berasal dari sapi banyak mengandung mikroorganisme pengurai yang bermanfaat untuk meningkatkan jenis dan populasi mikroorganisme tanah. Ciri-ciri pupuk kandang yang baik dapat dilihat secara fisik atau kimiawi. Ciri fisiknya yakni berwarna coklat kehitaman, cukup kering, tidak menggempal, dan tidak berbau menyengat. Ciri kimiawinya adalah C/N rasio kecil (bahan pembentuknya sudah tidak terlihat) dan temperaturnya relatif stabil (Novizan, 2005).

Pemupukan dengan pupuk-pupuk organik seperti pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, guano dan lain-lain bertujuan utama untuk menambah kandungan bahan organik tanah. Hasil perombakan bahan organik seperti pembebasan unsur-unsur hara, asam-asam organik dan terakhir adalah humus. Asam-asam organis dan humus di dalam tanah dapat berfungsi sebagai bahan perekat agregrat tanah (cementing agent) membentuk struktur tanah yang baik dan mantap. Kandungan humus yang tinggi di dalam tanah dapat menahan atau mempertahankan kelembaban tanah sehingga cadangan air di dalam tanah selalu tersedia. Oleh karena itu umumnya penggunaan pupuk organik lebih diutamakan untuk memperbaiki sifat-sifat fisik tanah (Damanik dkk, 2010).

Manfaat dari pemberian pupuk organik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman antara lain:

1. Pupuk organik mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro

2. Memperbaiki granulasi tanah berpasir dan tanah padat sehingga dapat meningkatkan kualitas aerasi, memperbaiki drainase tanah, dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air

3. Mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah

4. Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah

5. Pada tanah asam, penambahan pupuk organik dapat membantu meningkatkan pH tanah

(Novizan, 2005).

Manfaat pupuk organik bagi tanaman diantaranya: menggantikan atau mengefektifkan penggunaan pupuk anorganik, menyediakan unsur hara, meningkatkan mikroba tanah, mempermudah pengolahan tanah karena membaiknya struktur tanah, memperbaiki pH tanah, meningkatkan daya tahan tanah terhadap erosi, meningkatkan produksi 10-30%, berfungsi sebagai growth stimulant dan soil conditioner, dan untuk tanaman biji-bijian membuat biji lebih berisi (Nugroho, 2012).

Pemberian bahan organik yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan bila hanya menggunakan bahan organik atau pupuk anorganik secara tunggal (Sudarkoco, 1992).

Pupuk Fosfat

Pupuk fosfat sangat dianjurkan sebagai pupuk dasar yaitu digunakan pada saat tanam atau sebelum tanam. Hal ini disebabkan karena pupuk ini merupakan pupuk yang unsurnya tidak cepat/segera tersedia dan juga sangat dibutuhkan pada stadia permulaan tumbuh. Pemberiannya sangat lebih baik bila ditempatkan pada daerah rangkuman akar. Keuntungan pemberian pupuk seawal mungkin dalam pertumbuhan tanaman akan mendorong pertumbuhan akar permulaan yang memberikan tanaman berdaya ambil/serap hara lebih baik (Hakim dkk, 1986).

Pupuk SP-36 mengandung 36% fosfat dalam bentuk P2O5.

Didalam tubuh tanaman, fosfat berperanan penting dalam beberapa hal seperti: (1) pembelahan sel, pembentukan lemak dan albumin, (2) pembentukan bunga, buah, dan biji, (3) mempercepat pematangan, (4) merangsang perkembangan akar, (5) meningkatkan kualitas hasil tanaman, (6) ketahanan terhadap hama dan penyakit. Fosfat sangat diperlukan dalam penyediaan energi yang diperlukan untuk proses metabolik. Fosfat juga berperan dalam menstimulir pertumbuhan akar. Hal ini dibuktikan dari hasil percobaan pada tanah yang kurang fosfat, bila ditambahkan fosfat ternyata bagian akar lebih besar pertambahannya dibandingkan dengan bagian atas tanaman terutama daun (Damanik dkk, 2010).

Pupuk ini terbuat dari fosfat alam dan sulfat. Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu. Sifatnya agak sulit larut di dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar. Reaksi kimia tergolong netral, tidak higroskopis, dan tidak bersifat membakar (Novizan, 2005).

Pemupukan fosfat pada tanaman dapat merangsang pertumbuhan awal dari bibit tanaman. Fosfat akan menstimulir pembentukan bunga, buah, dan biji. Selain itu mampu mempercepat pemasakan buah serta meningkatkan kebernasan biji yang dihasilkan. Pemupukan fosfat sangat diperlukan oleh tanaman yang tumbuh di daerah dingin, tanaman dengan perkembangan akar yang lambat atau terhambat, dan tanaman yang seluruh bagiannya dipanen. Contoh tanaman yang perlu fosfat dalam jumlah besar antara lain kubis dan kacang-kacangan (Novizan, 2005).

Menurut penelitian Sumaryo dan Suryono (2000) unsur hara P berfungsi dalam proses pertumbuhan awal dan pertumbuhan akhir. Sifat karakteristik dari pupuk SP-36 sulit larut atau lama larut, sehingga pada pertumbuhan awal SP-36 belum dapat digunakan secara maksimal oleh tanaman, maka parameter pertumbuhan awal dan pertumbuhan menengah kurang terpengaruh pupuk SP-36, sedangkan pada pertumbuhan akhir secara nyata sangat terpengaruhi oleh pemberian SP-36 yang tercermin pada berat polong kering.

Terdapat hubungan yang erat antara bentuk fosfat tanah dengan reaksi tanah. Besi dan aluminium-fosfat mempunyai kelarutan minimum pada pH sekitar 3 hingga 4. Pada pH yang mendekati normal sebagian fosfat akan dibebaskan dan kelarutan Fe dan Al rendah karena terbentuk hidroksida oleh OH, tetapi pada pH mendekati 6, fosfat telah mulai di fiksasi oleh kalsium dan pada pH 6,5 pembentukan senyawa CH-Fosfat akan menurunkan fosfat tersedia, dan pada pH itu juga sebagian fosfat masih berada dalam kombinasi dengan besi dan aluminium. Jadi untuk sementara dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

ketersediaan fosfat akan lebih banyak pada kisaran pH tanah antara 6 – 7 (Hakim dkk, 1986).

Fosfat sebagian besar berasal dari pelapukan batuan mineral alami, sisanya berasal dari pelapukan bahan organik. Walaupun sumber fosfat didalam tanah mineral cukup banyak, tanaman masih bisa mengalami kekurangan fosfat. Pasalnya, sebagian besar fosfat terikat secara kimia oleh unsur lain sehingga menjadi senyawa yang sukar larut didalam air. Mungkin hanya 1% fosfor yang dapat dimanfaatkan tanaman. Ketersediaan fosfat dalam tanah ditentukan oleh banyak faktor, tetapi yang paling penting adalah pH tanah. Pada tanah ber pH rendah (asam) fosfat akan bereaksi dengan ion besi dan aluminium. Reaksi ini membentuk besi fosfat atau aluminium fosfat yang sukar larut didalam air sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman. Pada tanah ber pH tinggi (basa) fosfat akan bereaksi dengan ion kalsium. Reaksi ini membentuk kalsium fosfat

yang sifatnya sukar larut dan tidak dapat digunakan oleh tanaman (Novizan, 2005).

PENDAHULUAN

Dokumen terkait