• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Steenis (2003), tanaman jagung diklasifikasikan dalam Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas:

Monocotyledonae, Ordo : Poales, Famili : Poaceae, Genus : Zea dan Spesies: Zea mays L.

Jagung mempunyai akar serabut dengan dengan tiga macam akar, yaitu (a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil. Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah (Subekti et al., 2010).

Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Panjang batang jagung berkisar antara 60 cm – 300 cm atau lebih tergantung pada tipe jagung (Subekti et al., 2010).

dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun (Wirawan dan Wahab, 2007).

Jagung disebut juga tanaman berumah satu karena bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina (tongkol) muncul dari axillary apical tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh apical di ujung tanaman. Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang matang pada tongkol. Hampir 95% dari persariannya berasal dari serbuk sari tanaman lain dan hanya 5% yang berasal dari serbuk sari tanaman sendiri. Karena itu disebut juga tanaman bersari bebas (Subekti et al., 2010).

Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang jumlahnya selalu genap (Suprapto dan Marzuki, 2002).

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman jagung berasal dari daerah tropis dan tidak menuntut persyaratan lingkungan yang begitu ketat. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan terbaik antara 27 0C – 32 0C. Akan tetapi, untuk pertumbuhan yang

mm/bulan selama masa pertumbuhan, atau sekitar 200 mm/tahun (Panggabean, 2014).

Variabilitas iklim dan perubahan berperan langsung dalam budidaya tanaman jagung, sering merugikan, pengaruh pada kuantitas dan kualitas produksi pertanian. Iklim suatu daerah sangat berhubungan dengan vegetasi dan dengan ekstensi jenis tanaman yang dapat dibudidayakan. Suhu, curah hujan, kelembaban, sinar matahari (panjang hari) adalah iklim penting elemen yang mempengaruhi produksi tanam. Keseluruhan prediktabilitas dari unsur-unsur iklim sangat penting untuk hari-hari dan perencanaan jangka menengah pertanian operasi ( Sowunmi dan Akintola, 2009 ).

Tanah

Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan baik. Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsur hara terutaman

nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang banyak (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008).

Tanaman jagung dapat tumbuh pada ketinggian 50-1800 m dpl. Tetapi ketinggian optimal adalah 50 - 600 mdpl. Untuk berproduksi secara optimal memerlukan tanah yang gembur, subur dan kaya akan unsur hara, aerasi dan

sulfur. Pupuk kandang juga mengandung hormon creatin, asam indol asetat dan auksin yang dapat merangsang pertumbuhan (Musnawar, 2003).

Di antara jenis pukan, pukan sapi yang mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa, hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter C/N rasio yang cukup tinggi >40. Tingginya kadar C dalam pukan sapi menghambat penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan menekan pertumbuhan tanaman utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba dekomposer akan menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan organik tersebut sehingga tanaman utama akan kekurangan N. Untuk memaksimalkan penggunaan pukan sapi harus dilakukan pengomposan agar menjadi kompos pukan sapi dengan rasio C/N di bawah 20 (Hartatik dan Widowati, 2010).

Tabel 1. Kandungan hara dari Pupuk Kandang % Sumber Pukan Kadar Air Bahan Organik N P2 O5 K2O CaO Rasio C/N Sapi 80 16 0,3 0,2 0,15 0,2 20-25 Kerbau 81 12,7 0,25 0,18 0,17 0,4 25-28 Kambing 64 31 0,7 0,4 0,25 0,4 20-25 Ayam 57 29 1,5 1,3 0,8 4,0 9-11 Babi 78 17 0,5 0,4 0,4 0,07 19-20 Kuda 73 22 0,5 0,25 0,3 0,2 24

Sumber : Pinus Lingga (1991)

Aplikasi pupuk kandang untuk lahan pertanian tanaman jagung manis yang sudah terlanjur rusak, harus lebih dari 5 ton/ha. Dosis 5 ton/ha per musim tanam adalah untuk kondisi normal. Dalam keadaan lahan sudah rusak berat, dosis

Pupuk N

Dalam klasifikasi pupuk, pupuk nitrogen ialah pupuk yang mempunyai komponen utama unsur N sebagian unsur hara, pupuk N terdiri dari pupuk N organik yang terdapat pada pupuk-pupuk organik dan pupuk N anorganik (buatan). Kedua golongan pupuk tersebut dapat dibedakan menkjadi tiga bentuk yaitu : (1) bentuk organik, (2) bentuk ammonia (NH4+) dan (3) bentuk nitrat (NO3-) (Damanik et al., 2010).

Pupuk P dan K memegang peranan penting dalam peningkatan produksi tanaman selain pupuk N. Saat ini penggunaan pupuk pada tanaman jagung belum rasional dan berimbang. Pupuk yang rasional dan berimbang dapat tercapai apabila takaran pupuk memperhatikan status hara serta kebutuhan tanaman untuk mencapai hasil yang optimal (Balai Penelitian Tanah 2008). Pupuk N memegang peran sangat penting dalam peningkatan produksi jagung. Saat ini penggunaan pupuk pada tanaman jagung belum rasional dan berimbang. Petani pada umumnya memberikan pupuk, terutama N sangatlah berlebih mencapai 700 kg/ha seperti yang terjadi di Jawa Timur. Padahal harga pupuk semakin mahal dari tahun ke tahun sehingga mengurangi keuntungan petani.

Kondisi kekurangan cahaya berakibat terganggunya metabolisme, sehingga menyebabkan menurunnya laju fotosintesis dan sintesis karbohidrat. Pada kondisi kekurangan cahaya, tanaman berupaya untuk mempertahankan

Pupuk P

Efektivitas pupuk fosfat yang diberikan kedalam tanah dipengaruhi oleh dua faktor yakni ukuran butiran pupuk dan cara pemberian pupuk. Makin halus ukuran butir, efektivitasnya makin tinggi, artinya pupuk yang diberikan akan cepat larut dan membentuk H2PO4 didalam larutan tanah sehingga dapat mempercepat tanaman menyerap unsur tersebut (Damanik et al., 2010).

Pemupukan P akan meningkatkan percabangan akar dan perkembangan akar lateral serta ini akan meningkatkan penggunaan dan pengangkutan P oleh tanaman. Dengan meningkatnya akar maka pertumbuhan trubus juga akan semakin baik karena suplai nutrisi ke bagian batang dan daun juga menjadi tercukupi (Poerwowidodo, 1991).

Santoso et al., (2000) telah melakukan penelitian pemupukan SP-36 pada tanah Typic Dystropept di Desa Pauh Menang, Provinsi jambi yang menunjukkan bahwa pemberian pupuk SP-36 dengan dosis 57 kg P/ha dapat meningkatkan hasil jagung 600%. Juga dilaporkan bahwa pemberian SP-36 yang terus menerus setiap musim tanam menghasilkan penimbunan residu pupuk P dan meningkatkan status P tanah. Pemberian SP-36 dengan dosis 40 kg P/ha meningkatkan bobot pipilan jagung kering 1,5 kali dibanding tanpa pupuk P (Purnomo, 2007).

Ketersediaan unsur hara P, dalam bentuk H2PO4- dan HPO42-, menurun secara nyata pada tanah masam. Ion Al dan Fe, yang larut dalam tanah masam,

Pupuk K

Kandungan K dalam daun tanaman jagung tanpa pengolahan lebih rendah daripada untuk tanaman jagung yang ditanam dengan pengolahan konvensional. Hal ini mungkin disebabkan oleh letak K yang diberikan ataupun aerasi tanah yang lebih buruk. K yang cukup dapat dipasok dengan menggunakan suatu takaran yang lebih tinggi dan tanpa pengolahan (Damanik et al., 2010).

Kalium (K) merupakan unsur hara utama ketiga setelah N dan P,mempunyai valensi satu dan diserap dalam bentuk ion K+. Kalium tergolong unsur yang mobil dalam tanaman baik dalam sel, dalam jaringan tanaman, maupun dalam xylem dan floem. Tanaman yang kekurangan kalium memperlihatkan gejala lemahnya batang tanaman sehingga tanaman mudah roboh dan produksi merosot, walaupun sering tidak menampakkan gejala defisiensi, serta menyebabkan kadar karbohidrat berkurang dan rasa manis buah berkurang (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Kalium berfungsi untuk pembentukan protein dan karbohidrat. Memperkuat jaringan tanaman dan berperan dalam pembentukan antibodi tanaman yang bisa melawan penyakit dan kekeringan (Parnata,2004). Kebutuhan K dalam pembentukan karbohidrat sebesar 120 ppm (Winarso, 2005).

Kebutuhan K pada tanaman jagung berubah sesuai dengan proses yang terjadi, misalnya proses fotosintesis.Pemupukan N, P dan K secara berimbang

Sebenarnya K mempunyai peranan penting dalam tanaman, yaitu dalam peristiwa-peristiwa fisiologis, misalnya sebagai berikut: berperan dalam metabolisme karbohidrat (berperan dalam pembentukan pati, pemecahannya, serta translokasi pati tersebut), berperan dalam metabolisme nitrogen dan sintesa protein, mengaktifkan berbagai enzim (invertase, peptase, diatase, dan katalase), mempercepat pertumbuhan jaringan meristimatik, menambah resistensi tanaman, dan mengatur pergerakan stomata dan hal yang berhubungan dengan air atau mempertahankan turgor tanaman yang dibutuhkan dalam proses fotosintesa dan proses-proses lainnya agar dapat berlangsung dengan baik. Oleh tanaman pupuk K diserap dalam bentuk K+ (Sutejo, 2002).

Pupuk Mg

Sumber utama pupuk magnesium diperoleh dari batuan dolomit, garam pahit, dan kieserit. Pupuk dolomit sebenarnya banyak digunakan sebagai bahan pengapur pada tanah-tanah masam. Efisiensi pupuk dolomit sangant tergantung pada kehalusannya, semakin halus pupuk tersebut semakin efektif sebagai pupuk (Damanik et al., 2010).

Untuk meningkatkan produksi jagung dan mengurangi fiksasi P pada Andisol dapat dilakukan dengan tindakan penambahan pupuk buatan, bahan organik, dan kapur. Kapur merupakan salah satu bahan mineral kalsit atau dolomit yang dihasilkan melalui proses penggilingan atau pembakaran (Hakim, 2006).

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung (Zea mays L.) termasuk bahan pangan utama kedua setelah beras. Sebagai tanaman serealia, jagung biasa tumbuh hampir di seluruh dunia. Sebagai salah satu sumber bahan pangan, jagung telah menjadi komoditas utama. Bahkan, dibeberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan bahan pangan utama. Tidak hanya sebagai bahan pangan, jagung juga dikenal sebagai salah satu bahan pakan ternak dan industri (Bakhri, 2007).

Menurut data Badan Pusat Statistik produksi jagung tahun 2012 sebesar 19,38 juta ton pipilan kering atau meningkat sebanyak 1,73 juta ton (9,83 persen) dibanding tahun 2011. Peningkatan produksi tersebut terjadi di Jawa sebesar 1,24 juta ton dan di luar Jawa sebesar 0,49 juta ton. Peningkatan produksi terjadi karena adanya peningkatan luas panen seluas 95,22 ribu hektar (2,46 persen) dan produktivitas sebesar 3,28 kuintal/hektar (7,19 %) (Badan Pusat Statistik, 2013).

Untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal, tanaman jagung memerlukan hara yang cukup selama pertumbuhannya. Karena itu, pemupukan merupakan faktor penentu keberhasilan budidaya jagung. Dalam hal pemupukan, kendala utama yang dihadapi petani dalam penerapan teknologi adalah tingginya harga pupuk terutama pupuk N, P, dan K. Harga pupuk buatan terus mengalami

ditingkat petani, peningkatan harga pupuk dan kelangkaan pupuk buatan akhir-akhir ini, maka kita perlu mencari alternatif menggantikan pemakaian pupuk

kimia tanpa menurunkan hasil (Murni dan Arief, 2008). Alternatif tersebut adalah melalui penggunaan pupuk organik seperti pemakaian pupuk kandang sapi.

Salah satu alternatif untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah melalui penggunaan pupuk organik yaitu pupuk kandang kotoran sapi. Beberapa kelebihan pupuk kandang kotoran sapi antara lain adalah untuk memperbaiki struktur tanah, dan berperan juga sebagai penguraian bahan organik oleh mikro organisme tanah. Bahan organik mempunyai daya serap yang besar terhadap air tanah, oleh karena itu pupuk kandang kotoran sapi padat mempunyai pengaruh yang positif terhadap hasil tanaman (Tawakkal, 2009)

Dengan menggunakan pupuk kandang sapi dan pemberian pupuk kimia diharapkan kita dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pertanian.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara/bahan organik tanah dengan pemberian pupuk kandang dan pupuk kimia sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi jagung hibrida pada berbagai campuran pupuk kandang sapi dan NPKMg.

Kegunaan Penelitian

1. Skripsi sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

ABSTRAK

YOZIE DHARMAWAN. Pertumbuhan dan produksi jagung hibrida pada berbagai campuran pupuk kandang sapi dan NPKMg dibawah bimbingan JONATAN GINTING dan LISA MAWARNI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi jagung hibrida pada berbagai campuran pupuk sandang sapi dan NPKMg. Penelitian dilakukan di lahan masyarakat di Desa Tanjung Anom pada Oktober 2015 sampai Januari 2016.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non Faktorial, Parameter yang digunakan adalah tinggi tanaman, luas daun, diameter batang, bobot kering akar, panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah baris per tongkol, bobot biji kering per sampel, bobot 100 biji per sampel, produksi per plot, produksi per hektar. Perlakuan campuran pupuk kandang sapi dan NPKMg memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 6, 7 MST dan diameter batang. Perlakuan campuran pupuk kandang sapi NPKMg berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun, jumlah baris per tongkol, diameter tongkol, panjang tongkol, bobot kering akar, bobot kering per sampel, bobot kering 100 biji, bobot kering per plot dan bobot kering per hektar. Perlakuan campuran pupuk kandang sapi dan NPKMg terbaik pada perlakuan pupuk kandang sapi (5 ton/ha) + N (300 kg urea/ha) + K (120 kg KCl/ha) + Mg (400 kg Dolomit/ha) yakni 9,20 per hektar.

ABSTRACT

YOZIE DHARMAWAN. The growth and production of hybrid corn at

various manure cow mixture and NPKMg, supervised by JONATAN GINTING and LISA MAWARNI. The purpose of research is to find out the growth and production of hybrid corn at various manure cow mixture and NPKMg. This research was conducted at Tanjung Anom Village from October 2015 until January 2016.

This research used Randomized Design Non Factorial, The parameterswhich used were plant height, leaf area, steam diameter, dry root weight, cob length, cob diameter, number of rows per cob, dry seed weight per sample, 100 seeds weight per sample, production per plot, production per hectare. Application of manure cow mixture and NPKMg significant effect to plant height 6, 7 MST and steam diameter. Application of manure cow mixture and NPKMg no signifacant effect to leaf area, number of rows per co, cob diameter, cob length, dry root weight, dry weight per sample, dry 100 seeds weight, dry weight per plot, dry weight per hectare. The best application of manure cow mixture (5 ton/ha) + N (300 kg urea/ha) + K (120 kg KCl/ha) + Mg (400 kg Dolomit/ha) is 9,20 per hectare.

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG HIBRIDA PADA BERBAGAI

Dokumen terkait