• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Konsep Ekowisata Pesisir

Ekowisata dapat didefenisikan sebagai suatu konsep pengembangan

pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam pengelolaan yang konservatif, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat (Dirjen Parawisata, 1995). Sementara itu, Suhandi (2001) mengatakan bahwa ditinjau dari segi pengelolaannya, ekowisata dapat didefenisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan keindahan alam dan secara ekonomi berkelanjutan yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia (2001) mendefinisikan Ekowisata sebagai wisata dalam bentuk perjalanan ke tempat-tempat di alam terbuka yang relatif belum terjamah atau tercemar dengan tujuan khusus untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan dengan tumbuh-tumbuhan serta satwa liarnya (termasuk potensi kawasan berupa ekosistem, keadaan iklim, fenomena alam, kekhasan jenis tumbuhan dan satwa liar) juga semua manifestasi kebudayaan yang ada (termasuk tatanan lingkungan sosial budaya), baik dari masa lampau maupun masa kini di tempat-tempat tersebut dengan tujuan untuk melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Menurut MEI (1995) bahwa kunci utama dari pemahaman tentang Ekowisata dapat diuraikan sebagai berikut :

1 Perjalanan yang bertanggungjawab, yang diartikan sebagai upaya dari seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan wisata untuk melakukan perlindungan alam atau setidak-tidaknya meminimalkan pengaruh negatif terhadap lingkungan alam dan budaya di lokasi obyek wisata.

2 Lokasi wisata, merupakan wilayah yang alami atau wilayah yang dikelola dengan mengacu kepada kaidah alam, seperti kawasan konservasi hutan (taman nasional, taman wisata alam, taman hutan rakyat, cagar alam) dan

kawasan non konservasi (hutan adat) serta wilayah yang dikelola dengan kaidah alam (hutan wanagama, hutan produksi, taman hutan raya dan cagar budaya).

3 Tujuan melakukan perjalanan ke obyek wisata adalah untuk menikmati pesona alam, mendapatkan pengetahuan dan meningkatkan pemahaman berbagai fenomena alam dan budaya.

4 Mendukung konservasi alam dan budaya dengan tindakan nyata baik secara moral maupun materil. Melalui kegiatan wisata akan diperoleh dana yang dapat digunakan untuk kelestarian alam, memberikan penghasilan kepada pelaku wisata serta dapat memdukung pertumbuhan kegiatan dan usaha bagi masyarakat sekitarnya.

5 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitar lokasi wisata, melalui peningkatan peran masyarakat dalam penetapan perencanaan, pembangunan dan pengoperasiannya. Masyarakat berperan menjadi subjek yang akan merubah paradigmanya terhadap alam dan kegiatan usaha yang berpeluang berkaitan dengan kegiatan wisata.

Konsep ekowisata bahari merupakan satu-satunya konsep wisata yang dapat diterapkan untuk menjaga keseimbangan pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya pesisir dan laut. (Bjork, 1995 in Bjork, 2000) mendefinisikan wisata sebagai suatu aktivitas, dimana manusia (wisatawan) melakukan kunjungan ke daerah yang masih bersifat alami dengan mempelajari karakteristik dan menikmati keindahan alam dengan cara tidak memanfaatkan (mengambil) sumberdaya yang ada, tetapi justru memberikan kontribusi terhadap kelestarian lingkungan dan sumberdaya tersebut. Konsep ekowisata tidak memprioritaskan untuk memberikan fasilitas dan infrastruktur kepada wisatawan untuk menikmati pemandangan alam, tetapi memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk tinggal secara nyaman di tengah lingkungan untuk sementara waktu agar memperoleh kesan yang mendalam tentang lingkungan setempat. Pada umumnya wisatawan yang berminat mengunjungi obyek wisata adalah kalangan pecinta alam, yang tidak menuntut fasilitas penginapan yang mewah. Ekowisata bahari merupakan konsep pemanfaatan sumberdaya hayati yang berwawasan lingkungan, dimana kegiatan yang dilakukan memenuhi kaidah-kaidah pelestarian lingkungan. Istilah

ekowisata bahari kadangkala disamakan dengan wisata bahari, namun pada dasarnya merupakan suatu hal yang berbeda. Perbedaaan ekowisata bahari dengan wisata bahari tergantung pada konsep, dimana wisata bahari dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata dengan memanfaatkan sumberdaya pesisir sebagai obyek wisata. Sedangkan ekowisata bahari adalah konsep wisata yang ramah lingkungan, atau kegiatan wisata yang berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan (META, 2002). Sedangkan Allcock et al. (1993) mendefinisikan ekowisata sebagai salah satu kegiatan wisata yang berbasis sumberdaya alam termasuk didalamnya pendidikan dan pengelolaan berkelanjutan. Menurut The International Ecotourism Society atau TIES (1991), ekowisata adalah perjalanan wisata ke wilayah-wilayah alami dalam rangka mengkonservasi atau menyelamatkan lingkungan dan memberi penghidupan penduduk lokal. Sedangkan World Conservation Union (WCU) mendefinisikan ekowisata sebagai bentuk perjalanan wisata ke wilayah-wilayah yang lingkungan alamnya masih asli, dengan menghargai warisan budaya dan alamnya, mendukung upaya-upaya konservasi, tidak menghasilkan dampak negatif, dan memberikan keuntungan sosial ekonomi serta menghargai partisipasi penduduk lokal (Nugroho, 2004). Menurut Yulianda (2007) konsep pengelolaan ekowisata tidak hanya beriorientasi pada keberlanjutan tetapi lebih dari pada itu yaitu mempertahankan nilai sumberdaya dan manusia. Dengan demikian ekowisata bukan menjual tempat (destinasi) atau kawasan melainkan menjual filosofi. Hal inilah yang membuat ekowisata mempunyai nilai lestari dan tidak akan mengenal kejenuhan pasar. Sementara Ceballos dan Lascurian, (1991) dalam Wall (1995) menyatakan bahwa pariwisata yang menyangkut perjalanan ke kawasan alam yang secara relatif belum terganggu dengan tujuan untuk mengagumi, meneliti dan menikmati pemandangan yang indah, tumbuh-tumbuhan serta binatang liar maupun kebudayaan. Fennel (1999) mendefenisikan ekowisata sebagai wisata berbasis alam yang berkelanjutan dengan fokus pengalaman dan pendidikan tentang alam, dikelola dengan sistem tertentu dan memberikan dampak negatif paling rendah pada lingkungan, tidak bersifat konsumtif serta berorientasi lokal.

Ekowisata adalah kegiatan wisata bertanggungjawab yang berbasis utama pada kegiatan wisata alam dengan mengikutsertakan pula sebagian kegiatan wisata pedesaan dan wisata budaya. Ekowisata dan konservasi bagaikan dua sisi uang logam yang tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Yulianda (2007) menjelaskan bahwa konsep pengembangan ekowisata sejalan dengan misi konservasi yang mempunyai tujuan (1) menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan, (2) melindungi keanekaragaman hayati, (3) menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya, dan (4) memberikan kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat. Menurut Yulianda (2007), konsep pengembangan wisata hendaknya dilandasi pada prinsip dasar ekowisata yang meliputi :

1 Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat.

2 Pendidikan konservasi lingkungan; mendidik pengunjung dan masyarakat akan pentingnya konservasi.

3 Pendapatan langsung untuk kawasan; retribusi atau pajak konservasi (conversation tax) dapat digunakan untuk pengelolaan kawasan.

4 Partisipasi masyarakat dalam perencanaan; merangsang masyarakat agar terlibat dalam perencanaan dan pengawasan kawasan.

5 Penghasilan bagi masyarakat; masyarakat mendapat keuntungan ekonomi sehingga terdorong untuk menjaga kelestarian kawasan.

6 Menjaga keharmonisan dengan alam; kegiatan dan pengembangan fasilitas tetap mempertahankan keserasian dan keaslian alam.

7 Daya dukung sebagai batas pemanfaatan; daya tampung dan pengembangan fasilitas hendaknya mempertimbangkan daya dukung lingkungan.

8 Kontribusi pendapatan bagi Negara (pemerintah daerah dan pusat).

Prinsip-prinsip ekowisata menurut Ecotourism and Sustainable Development dalam Bahar (2004) antara lain : 1) Menyangkut perjalanan ke suatu tempat yang alami (involves travel to natural destinations). Sering tempat tersebut jauh, ada penduduk atau tidak ada penduduk, dan biasanya lingkungan tersebut dilindungi; 2) Meminimalkan dampak negatif (minimized negative impact);

3) Membangun kepedulian terhadap lingkungan (build environmental awareness); 4) Memberikan beberapa manfaat finansial secara langsung kepada kegiatan konservasi (provides direct financial benefits for conservation); 5) Memberikan manfaat/keuntungan finansial dan pemberdayaan pada masyarakat lokal (provides financial benefits and empowerment for local people); 6) Menghormati budaya setempat (Respect local culture) dan 7) Mendukung gerakan hak azasi manusia dan demokrasi (support human right and democratic movements).

Dalam upaya mencapai tujuan, maka penerapan ekowisata sebaiknya mencerminkan 3 (tiga) prinsip utama, yakni 1). Prinsip konservasi, 2). Prinsip partisipasi masyarakat dan 3). Prinsip ekonomi. Selain tiga prinsip tersebut perlu juga mempertimbangkan 2 (dua) prinsip penunjang yakni prinsip edukasi dan prinsip wisata.

2.2 Pariwisata Berkelanjutan.

Pariwisata berkelanjutan adalah suatu konsep yang meliputi seluruh tipe pariwisata dan tidak perlu/harus berhubungan dengan mengunjungi lokasi yang alamiah saja. Pariwisata berkelanjutan memiliki perspektif yang luas, berhubungan dengan generasi sekarang dan yang akan datang, adil secara etika dan sosial, cocok secara budaya, secara ekologi berkelanjutan dan juga secara ekonomi memungkinkan dan menguntungkan. Konsep pariwisata berkelanjutan meliputi empat dimensi yang saling berhubungan erat yaitu, dimensi ekologi, sosial budaya, ekonomi, dan dimensi politik/administrasi (Fennel, 1999). Pengembangan suatu wilayah yang akan dijadikan sebagai wilayah/kawasan wisata membutuhkan strategi perencanaan yang baik, komprehensif dan terintegrasi sehingga dapat mencapai sasaran sebagaimana yang dikehendaki dan dapat meminimalkan munculnya dampak-dampak negatif, baik dari sudut pandang ekologis, ekonomis, sosial budaya maupun hukum. Menurut Gunn (1994) dalam Yahya (1999), perencanaan pengembangan pariwisata ditentukan oleh keseimbangan potensi sumberdaya dan jasa yang dimiliki dan permintaan atau minat wisatawan. Proses perencanaan pengembangan pariwisata menurut Yoety (1996) dapat dilakukan dalam lima tahap:

1 Melakukan inventarisasi mengenai semua fasilitas yang tersedia dan potensi yang dimiliki.

2 Melakukan penaksiran (assessment) terhadap pasar pariwisata internasional dan nasional dan memproyeksikan aliran/lalulintas wisatawan

3 Memperhatikan analisis berdasarkan keunggunlan daerah (region) secara komparatif dan kompetitif sehingga dapat diketahui daerah yang permintaanya lebih besar dari pada persediaanya

4 Melakukan perlindungan terhadap sumberdaya alam dan budaya yang dimiliki 5 Melakukan penelitian kemungkinan perlunya penanaman modal.

Perencanaan pengembangan wisata seyogianya memperhatikan prinsip-prinsip dasar ekowisata dan kemudian menjadi suatu master plan untuk membangun eco-destination ekowisata. Master plan dimaksud berisikan kerangka kerja, stakeholders yang terkait dan tanggung jawab masing-masing stakeholders untuk kegiatan konservasi lingkungan, peningkatan ekonomi lokal dan apresiasi budaya lokal (Hadayati et al. 2003). Menurut Wood (2002), beberapa karakteristik dari eco-destination ekowisata adalah sebagai berikut :

1 Keaslian alam terpelihara dengan pemanfaatan yang terjaga 2 Pembangunan landscape tidak mendominasi.

3 Pemanfaatan bisnis lokal dalam skala kecil, termasuk warung makanan atau kerajinan tangan.

4 Pembuatan zonasi untuk kegiatan rekreasi, seperti jalur untuk sepeda, untuk pejalan kaki dimanfaatkan oleh penduduk lokal dan wisatawan (ecotourism).

5 Pengembangan berbagai acara dan atraksi yang menampilkan budaya lokal. 6 Pembangunan fasilitas publik yang bersih dan terjaga baik, seperti fasilitas

Mandi Cuci Kakus (MCK) yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk lokal maupun wisatawan.

7 Interaksi bersahabat antara pengunjung dan penduduk lokal di lokasi wisata. Menyadari akan pentingnya suatu kegiatan wisata bahari yang dapat menimbulkan hal-hal negatif terhadap kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan, maka perlu pengembangan wisata bahari harus memperhatikan aspek lingkungan, masyarakat dan pergerakan perekonomian yang terjadi sebelum dan selama kegiatan wisata dijalankan. Ekowisata mampu memberikan kontribusi secara langsung melalui konservasi, artinya mendapatkan dana untuk menyokong kegiatan konservasi dan pengelolaan lingkungan, termasuk didalamnya penelitian

untuk pengembangan dan wisatawan membantu dalam usaha perlindungan dengan memberikan informasi atas kegiatan ilegal. Sedangkan kontribusi wisata secara tidak langsung melalui konservasi yakni meningkatnya kesadaran publik terhadap konservasi pada tingkat lokal, nasional bahkan internasional dan pendidikan konservasi selama berwisata menjadi bagian pengalaman yang terbentuk selama wisatawan berwisata, yaitu dengan melibatkan wisatawan secara langsung terhadap kegiatan pelestarian lingkungan.

2.3 Pemanfaatan Keberlanjutan dan Daya Dukung.

Konsep daya dukung telah mendapat perhatian yang serius dengan pertimbangan terus meningkatnya kerusakan lingkungan akibat tekanan manusia (antropogenik). Konsep daya dukung pada dasarnya dibedakan berdasarkan tiga aspek, yakni aspek ekologi, ekonomi dan aspek sosial. Daya dukung secara ekologi secara sederhana merupakan suatu ukuran atau batas (threshold) kemampuan suatu ekosistem menerima tekanan atau menahan kerusakan/gangguan. Daya dukung ekologis merupakan tingkat maksimal penggunaan suatu kawasan. Konsep daya dukung wisata didasarkan pada semua kegiatan pembangunan, dimana secara alami dapat ditelorir oleh lingkungan atau kemampuan suatu ekosistem untuk menerima tekanan yang ditimbulkan kegiatan tertentu baik dari dalam ekosistem maupun diluar ekosistem. Daya dukung suatu ekosistem dapat diartikan juga sebagai tingkat pemanfaatan sumberdaya alam atau ekosistem secara berkesinambungan tanpa menimbulkan kerusakan sumberdaya dan lingkungan yang permanen. Pengukuran daya dukung lingkungan didasarkan pada pemikiran bahwa lingkungan memiliki kapasitas maksimum untuk mendukung suatu pertumbuhan organisme (Klaric et al. 1999; Busby et al. 1996). Daya dukung sosial merupakan hal yang penting dalam pengembangan wisata. Daya dukung sosial dapat digambarkan sebagai kepadatan maksimum pengunjung dimana kegiatan wisata yang dilakukan masih dirasahkan nyaman oleh wisatawan maupun penduduk lokal disekitar kawasan wisata (De Ruyck et al. 1997; Manning, 1997 in Lankford et al. 2006). Sedangkan daya dukung ekonomi menggambarkan suatu batasan pemanfaatan sumberdaya untuk kegiatan ekonomi yang terjadi dalam kawasan wisata (Reese, 1989).

Kesesuaian suatu kawasan untuk dikembangkan kegiatan ekowisata bahari yang menganut konsep ekowisata sangat tergantung dari aspek daya dukung, utamanya daya dukung ekologi yang berkaitan erat dengan kondisi sumberdaya yang menjadi obyek wisata. Aspek kesesuaian akan menentukan jenis kegiatan wisata yang akan dikembangkan, termasuk layak atau tidaknya suatu kawasan untuk dijadikan obyek wisata, atau justru sebaliknya dilakukan konservasi. Yulianda (2007) menyatakan bahwa penentuan kesesuaian suatu kawasan untuk dikembangkan sebagai obyek wisata berdasarkan skor dan bobot yang diperoleh dari setiap parameter kesesuaian. Paramater kesesuaian untuk masing-masing jenis kegiatan tesebut berbeda-beda antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya. Pengelompokan obyek wisata dapat dilakukan berdasarkan komoditi, ekosistem dan jenis kegiatan. Obyek komoditi terdiri dari potensi spesies biota laut dan material non-hayati yang mempunyai daya tarik wisata. Obyek ekosistem tediri dari ekosistem pesisir yang mempunyai daya tarik habitat dan lingkungan. Sedangkan obyek kegiatan merupakan kegiatan yang terintegrasi dalam kawasan yang mempunyai daya tarik wisata.

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.

Lokasi penelitian lapangan adalah di perairan pesisir Teluk Dodinga Sidangoli, Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara. Lokasi ini ditentukan dengan alasan bahwa pada perairan tersebut memiliki potensi terumbu karang serta biota lainnya sebagai tempat rekreasi dan aktifitas perikanan lainnya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan November 2009 dan peta lokasi penelitian seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian.

P U L A U H A L M A H E R A L A U T M A L U K U L A U T H A L M A H E R A T e r n a t e # Y T i d o r e P . M a y a u P . B a c a n P . M a k i a n P . O b i P . M o r o t a i P . H a l m a h e r a 1 2 7 ° 1 2 7 ° 1 2 9 ° 1 2 9 ° N E W S 2 0 0 2 0 4 0 k m c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c c T E L U K D O D I N G A P. Halmahera # YSidangoli 20 m 10m 20m 50m 50m 2 0m 10m 0 °51 '00" 0 °5 2' 30" 51 '0 0" 52 '30 " 127°30'00" 127°31'30" 127°33'00" 127°34'30" 127°36'00" 127°37'30" 127°30'00" 127°31'30" 127°33'00" 127°34'30" 127°36'00" 127°37'30" N E W S 400 0 400 800 m

c Titik Stasiun PengamatanKontur Kedalaman Darat

3.2 Metode Penentuan Zonasi

Metode ini bertujuan untuk melakukan konservasi sumberdaya pesisir dan laut dalam mendukung pengembangan ekowisata bahari dan kegiatan-kegiatan perikanan lainnya. Metode didasari pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan sebagai turunan dari Undang-undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan, yakni penentuan zonasi terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan dan zona pemanfaatan berkelanjutan. Penentuan zona ini dilakukan dengan penerapan kriteria yang dibagi kedalam tiga kelompok yakni kriteria ekologi, ekonomi dan sosial Salm et al. 2000 dalam Soselisa (2006); Baksir (2009).

Kelompok kriteria ekologi meliputi keanekaragaman hayati, kealamian, keunikan dan kerentanan. Kelompok kriteria ekonomi meliputi spesies penting, kepentingan perikanan, bentuk ancaman dan pariwisata. Sementara kelompok kriteria sosial meliputi tingkat dukungan masyarakat sekitarnya, rekreasi, budaya, estetika, konflik kepentingan, keamanan, aksesbilitas, kepedulian dan kepentingan penelitian dan pendidikan. Berdasarkan kriteria-kriteria ini dilakukan tampalan

(overlay) dengan pendekatan sistem informasi geografis (GIS) untuk menetukan zona-zona pemanfaatan tertentu.

3.3Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Adapun tahapannya sebagai berikut :

Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui survey, observasi dan wawancara langsung dengan masyarakat desa, wisatawan dan stakeholder terkait di lapangan. Data primer yang dikumpulkan meliputi komponen biofisik diperoleh dari 7 stasiun pengamatan di perairan Teluk Dodinga, sedangkan untuk data komponen sosial ekonomi masyarakat diperoleh dari hasil wawancara langsung di lapangan dengan berpedoman pada daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dirancang sesuai dengan tujuan penelitian ini (Tabel 1).

Tabel 1 Jenis dan Sumber Data Primer

No. Komponen Jenis Data Sumber Data

1 2 3 Biofisik Kunjungan Wisata Sosial ekonomi masyarakat 1.1.Fisika : - Kedalaman Perairan - Kecerahan Perairan - Kecepatan Arus 1.2.Suhu PerairanKimia : - Salinitas Perairan - Oksigen Teralarut 1.3. Biologi :

- Tutupan Karang Hidup

- Kelimpahan Ikan Karang

2.1Umur

2.2Pendidikan

2.3Jumlah Anggota Keluarga

2.4Pendapatan 2.5Jumlah kunjungan/tahun 2.6Jumlah rombongan 2.7Persepsi/pemahaman 2.8Profesi/mata pencaharian 3.1 Umur 3.2 Pendidikan 3.3 Lama tinggal

3.4 Jumlah Anggota Keluarga 3.5 Pendapatan 3.6 Persepsi/pemahaman 3.7 Profesi/mata pencaharian 3.8 Sikap/prilaku 3.9 Partisipasi/kesediaan 3.10 Keterlibatan pemerintah in situ in situ in situ in situ in situ in situ in situ in situ in situ in situ in situ in situ in situ in situ in situ in situ in situ in situ in situ in situ in situ in situ in situ Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan berupa kondisi umum biofisik perairan seperti persentase tutupan karang hidup, kondisi kualitas perairan. Sementara untuk data kondisi sosial ekonomi masyarakat seperti jumlah penduduk, struktur penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, sarana dan prasarana perekonomian, kondisi demografi dan data-data lainnya dari hasil penelitian sebelumnya. Penulusuran data-data sekunder tersebut diperoleh dari intansi terkait seperti ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Jenis dan Sumber Data Sekunder

No Komponen Jenis Data Sumber/Tahun

1 Biofisik 1.1 Fisika : - Kedalaman Perairan - Kecerahan Perairan - Kecepatan Arus - Suhu Perairan - Pasang Surut DKP Halbar, 2008; Dishidros TNI AL Jakarta, 2009 1.2 Kimia : - Salinitas Perairan - Oksigen Terlarut PSL Unkhair Ternate, 2008 ; DKP Halbar, 2008 1.3 Biologi :

- Tutupan Karang Hidup

- Kelimpahan Ikan Karang

- Kelimpahan Megabentos PSL Unkhair Ternate, 2008 ; DKP Halbar, 2008 2 Data Kunjungan Wisata

2.1 Jumlah Kunjungan Wisata 2.2 Jumlah Sarana dan

prasarana wisata

Disparbud Provinsi Maluku Utara; Kabupaten Halmahera Barat; Bappeda, 2008 3 Sosial dan Ekonomi Masyarakat 3.1 Jumlah Penduduk 3.2 Mata Pencaharian

3.3 Kondisi Demografi Sarana Perekonomian

Bappeda, BPS Halbar ; Profil Desa Sidangoli, 2008

a

3.4Metoda Pengambilan Contoh.

Metoda pengambilan contoh untuk komponen data biofisik, kunjungan wisata dan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat dalam penelitian ini dapat diuarikan sebagai berikut :

Metoda Pengambilan Contoh Komponen Biofisik.

Pengambilan data biofisik dalam penelitian ini dilakukan pada 7 stasiun penelitian dengan kedalaman perairan 3 dan 10 meter. Penentuan stasiun

penelitian dilakukan secara sengaja (pusposive sampling) didasarkan

pertimbangan bahwa lokasi/stasiun mewakili wilayah aktifitas masyarakat lokal dan wisata, daerah yang terbuka dan tertutup dari hempasan gelombang. Disamping itu berdasarkan pada pengamatan kualitatif, yaitu dengan melihat keragaman penutupan karang dan kondisi pantai yang dilakukan secara visual pada hasil pengolahan citra satelit. Komponen-komponen yang diteliti adalah sebagai berikut :

1 Kualitas Perairan

Kualitas perairan pada suatu kawasan ekosistem terumbu karang merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan keberlangsungan hidup organisme di kawasan tersebut. Pengukuran kualitas perairan Teluk Dodinga seperti ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Parameter Kualitas Perairan

Parameter Alat Ukur Satuan Ambang Batas

Oseanografi :

Kecepatan Arus Floating drough Cm/det -

Fisika :

Kecerahan Perairan Kedalaman Perairan Suhu Perairan

Secchi disk Tali dan meteran Thermometer % Meter o C 15 – 100 % < 50 meter 25 – 30 oC Kimia : Salinitas Perairan Oksigen Terlarut Refraktometer DO meter ‰ ppm 32 -35 ‰ 5.7 – 8.5 ppm

2 Bentuk Pertumbuhan (Lifeform) Karang.

Indentifikasi terhadap bentuk pertumbuhan (lifeform) karang atau tutupan

komunitas karang, pengukurannya dilakukan dengan metode transek garis (line

intersept transect/LIT) mengikuti English et al. 1997. Indentifikasi dilakukan pada 7 stasiun di perairan Teluk Dodinga dengan harapan agar pengukuran tersebut dapat mewakili keseluruhan kawasan tersebut. Teknik pelaksanaan di lapangan adalah penyelaman meletakkan roll meter sepanjang 50 meter dari arah sejajar dengan garis pantai kemudian dilakukan pencatatan terhadap jenis terumbu karang yang tepat berada pada garis transek dengan ketelitian hingga sentimeter, selanjutnya dari data tersebut dihitung nilai persentase tutupan karang.

3 Kelimpahan Ikan Karang.

Pengamatan ikan karang dilakukan dengan metoda Underwater Visual

Census (VUC), dimana ikan-ikan yang dijumpai pada jarak 2.5 meter disebelah kiri dan 2.5 meter disebelah kanan garis transek sepanjang 50 meter dicatat jenis

dan jumlahnya sehingga luas bidang yang teramati per tanseknya adalah 5 x 50 m = 250 m2. Spesies ikan yang didata terdiri dari 3 kelompok utama, (English et al. 1997), yakni :

1 Kelompok ikan target, yakni kelompok ikan ekonomis penting yang biasa ditangkap untuk komsumsi. Biasanya ikan-ikan ini menjadikan terumbu karang sebagai tempat pemijahan/daerah asuhan. Kelompok ikan-ikan ini terdiri dari family Acanthuridae (ikan pakol), Caesionidae (ekor kuning),

Haemulidae (ikan bibir tebal), Lethrinidae (ikan lencam), Lutjanidae (ikan kakap), Nemipteridae (ikan kurisi), Scaridae ( ikan kakak tua), Siganidae

(baronang) dan Serranidae (ikan kerapu).

2 Kelompok ikan indikator, yakni jenis ikan karang yang khas mendiami daerah

terumbu karang dan menjadikan indikator keseburan kawasan tersebut. Jenis ikan-ikan ini diwakili oleh family Chaetodontidae (ikan kepe-kepe).

3 Kelompok ikan major, yakni merupakan jenis ikan berukuran kecil, umumnya

5 - 25 cm dengan karakteristik pewarnaan yang beragam sehingga dikenal sebagai ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah, baik dalam jumlah individu maupun jenisnya. Ikan-ikan ini sepanjang hidupnya berada di

terumbu karang. Kelompok ikan ini diwakili oleh familiy Apogonidae ( ikan

serinding), Blenidae (ikan peniru), Labridae (ikan sapu-sapu) dan

Pomocentridae (ikan betok laut).

3.5Data Sosial Ekonomi

Pengumpulan data sosial ekonomi dilakukan dengan menggunakan metode survei melalui teknik wawancara secara mendalam dengan responden (indept interview). Wawancara dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai kondisi lokasi penelitian, kondisi sosial ekonomi dan persepsi atau pemahaman masyarakat lokal, wisatawan dan pemerintah daerah tentang pengelolaan dan pengembangan Teluk Dodinga sebagai kawasan ekowisata bahari di Kabupaten Halmahera Barat. Pengumpulan data ini dibantu dengan

daftar pertanyaan terstruktur (kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Unit populasi sebagai dasar penentuan responden dari unsur masyarakat adalah kepala keluarga (KK) yang tinggal di Desa Sidangoli Kecamatan Jailolo Selatan.

Penentuan responden dilakukan dengan sengaja (purposive sampling) dengan

pertimbangan bahwa responden adalah penduduk dewasa yang sekurang-kurangnya telah menetap selama 3 tahun atau lebih dan penduduk yang memanfaatkan sumberdaya dikawasan Teluk Dodinga. Penduduk dewasa dalam

hal ini adalah yang bersangkutan telah matang dalam mengambil keputusan dan berpikir secara positif tindakan dan diharapkan dapat memberikan jawaban atas

Dokumen terkait