PROVINSI MALUKU UTARA
ABDULLAH ISHAK
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
Kajian Sumberdaya Terumbu Karang untuk Pengembangan Ekowisata Bahari di Teluk Dodinga, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara.
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Agustus 2010
Abdullah Ishak NRP.C252070091
ABDULLAH ISHAK, Coral Reef Assesment For Developing Marine Ecotourism at Dodinga Bay, West Halmahera Regency, North Maluku Province, Supervised by ACHMAD FAHRUDIN and AGUSTINUS M. SAMOSIR.
This research is aimed to formulate a zonation of conservation area and development plan of marine ecotourism in Dodinga Bay, West Halmahera Regency, North Maluku Province. The primary data consist of biophysical condition, social economic, accessibility, and level of tourist visits, which were collected by survey method, observation and interview with local community, tourist and other stakeholders at 7 observation station. Analysis data consisted of two approaches; geographyc information system (GIS) for formulating zonation area and analitycal hierarchy process (AHP) for formulating development plan of marine ecotourism. Based on zonation analysis, this area was devided using ecologycal, social and economical criteria approach into 3 management zones: sanctuary zone (station 5) with the total areas 141.86 ha, utilization zone spreaded on station 1, 2, 4, 6 and 7 with the total areas 1 383.51 ha and suistainable utilization zone (station 3) with the total areas 138.01 ha. The total area for diving tourism is 96.44 ha with 75.91% of coral cover 71.73% and its carrying capacity is 189 people/area/day. The total area of snorkeling tourism is 53.93 ha with 70.98% of coral cover and its carrying capacity is 535 people/area/day. The economic value of tourism is $US. 5 957 562.67/year. Based on AHP analysis, alternative of tourism development provided the highest scoring of 70.25% on the full community involvement. Its involvement was collaboration between private sector and community which is facilitated by local government with the scoring value 14.77% and 14.99% respectively. Based on zonation analysis using ecological criteria, economical and social criteria, Dodinga Bay area was devided on three zones ; sanctuary zone located at 0⁰ 52' 11.82" N - 127⁰ 33' 15.66" E, utilization zone located at 0⁰ 52' 44.00" N – 127o 35' 5.57" E and suistainable utilization zone located at 0⁰ 51' 11.27" N – 127o 37' 28.81" E. Management policy and development of Dodinga Bay as a marine ecotourism must be supported by its community or community based management.
Keywords : Dodinga Bay, marine ecotourism, carryng capasity, policy.
ABDULLAH ISHAK, Kajian Sumberdaya Terumbu Karang untuk Pengembangan Ekowisata Bahari di Teluk Dodinga, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara dibimbing oleh ACHMAD FAHRUDIN dan AGUSTINUS M. SAMOSIR.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan zonasi kawasan konservasi dan aktifitas yang sesuai di kawasan Teluk Dodinga dan sekitarnya serta merumuskan rencana pengembangan ekowisata bahari di Kawasan Teluk Dodinga Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Pengumpulan data primer yang terdiri dari kondisi biofisik, sosial ekonomi, aksesbilitas, tingkat kunjungan wisatawan dilakukan dengan metode survey, observasi dan wawancara dengan masyarakat, wisatawan dan stakeholder terkait pada 7 stasiun pengamatan. Metoda analisis data menggunakan dua pendekatan, yakni pendekatan sistem informasi geografis (GIS) untuk menentukan zonasi kawasan Teluk Dodinga dan pendekatan
analitycal hierarchy process (AHP) dalam memntukan rencana pengembangan ekowisata bahari di kabuaten Halmahera Barat. Berdasarkan hasil analisis zonasi, Kawasan ini dibagi atas tiga zona pengelolaan dengan menggunakan pendekatan kriteria ekologi, ekonomi dan sosial [Salm et al. 2000 dalam Soselisa (2006); Baksir (2009)] yakni zona inti (stasiun 5) dengan luas kawasan 141.86 ha, zona pemanfaatan yang tersebar pada stasiun 1, 2, 4, 6 dan 7 dengan luas kawasan 1 383.51 ha, dan zona pemanfaatan berkelanjutan (stasiun 3) dengan luas kawasan 138.01ha. Luas kawasan wisata selam adalah 96.44 ha dengan rata-rata persentase pentupan karang 75.91%, daya dukung 189 orang/kawasan/hari, luas kawasan wisata snorkeling adalah 53.93 ha dengan rata-rata persentase pentupan karang 71.73%, daya dukung 535 orang/kawasan/hari. Sementara untuk menghitung nilai ekonomi di lokasi wisata (Teluk Dodinga) dengan menggunakan pendekatan individu yakni menghitung total nilai manfaat dari kawasan ekowisata bahari Teluk Dodinga dan menghitung consumer surplus berdasarkan pendekatan utilitas
bagi luasan terumbu karang yang sangat sesuai untuk wisata selam dan snorkeling adalah Rp 637 474 042.40 per tahun. Pengembangan Teluk Dodinga sebagai kawasan wisata bahari secara terpadu, maka berdasarkan analisis AHP, menunjukkan bahwa alternatif pengembangan wisata memberikan nilai skoring tertinggi sebesar 70.25% pada keterlibatan masyarakat secara penuh dan selanjutnya keterlibatan masyarakat dikoordinir oleh pihak swasta serta kerjasama masyarakat dengan pihak swasta yang difasilitasi oleh pemerintah, dengan nilai skoring masing-masing 14.77% dan 14.99%. Dengan demikian kebijakan pengelolaan dan pengembangan kawasan Teluk Dodinga sebagai kawasan ekowisata bahari perlu didukung oleh seluruh lapisan masyarakat atau pengelolaan yang berbasis masyarakat.
yakni Pertama adalah kebijakan yang berkaitan dengan upaya-upaya penyelamatan dari kerusakan ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang, Kedua adalah kebijakan yang berhubungan dengan berbagai kegiatan penelitian dan pengkajian tentang seluruh aspek kehidupan keanekaragaman dari sumberdaya ekosistemnya dan ketiga adalah kebijakan yang bertalian dengan cara-cara memanfaatkan ekosistem tersebut secara optimal dan lestari serta upaya pencegahan dan pengendalian terhadap semberdayanya.
© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2010
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PROVINSI MALUKU UTARA
ABDULLAH ISHAK
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
SEKOLALH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama : Abdullah Ishak
NRP : C252070091
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si Ir. Agustinus M. Samosir, M.Phil
Ketua Anggota
Diketahui Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Pesisr dan Lautan
Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S
Tanggal Ujian : 03 Agustus 2010 Tanggal Lulus :
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc
maka tuntutlah ilmu” (H.R.Bukhari Muslim).
Karya ilmiah ini kupersembahkan kepada isteriku tercinta Ramlah Hasyim dan
anak-anakku tersayang : Rizka Maulani, Adhya Fitri dan Imam Mawardi
atas segala dukungan dan doanya,
semangat dan kasih sayang serta ketabahan yang selalu diberikan kepadaku
Terima kasih yang tulus dan ikhlas untuk semuanya
Kalianlah sumber inspirasiku
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tesis dengan judul Kajian Sumberdaya Terumbu Karang untuk Pengembangan Ekowisata Bahari di Teluk Dodinga, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Dalam tesis ini dikaji mengenai potensi sumberdaya Kawasan Teluk Dodinga yang merupakan salah satu kawasan yang memiliki daya tarik tersendiri untuk pengembangan wisata bahari di Kabupaten Halmahera Barat. Untuk keberlanjutan pengelolaan dan pengembangan wisata bahari dititikberatkan pada pengelolaan yang berbasis masyarakat. Sedangkan aplikasinya lebih ditekankan pada daya dukung kawasan dalam upaya menjaga kelestarian sumberdaya serta dampaknya terhadap pendapatan masyarakat.
Kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Agustinus M. Samosir, M.Phil selaku Anggota Komisi Pembimbing. Arahan dan peran dari komisi pembimbing ini sangat berarti dalam proses penelitian, penulisan hingga akhirnya tesis ini dapat diselesaikan. Ungkapan terima kasih juga, penulis sampaikan kepada Bapak Ir.Namto H. Roba (Bupati Halmahera Barat) dan Bapak Dr.Ir.H.Abjan Sofyan, MT (Sekreatris Daerah Kabupaten Halmahera Barat) atas izin dan rekomendasinya kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan Pascasarjana di IPB. Disamping itu, penghargaan juga disampaikan kepada rekan-rekan (Mufti A.Marhum, S.Pi.M.Si, Salim Abubakar, S.Pi.M.Si dan Aditiyawan Ahmad, S.Pi.M.Si) yang telah membantu dalam pengumpulan data di lapangan. Ungkapan terima kasih juga kepada seluruh handai taulan dan rekan-rekan yang telah banyak membantu dan mengajari penulis untuk dapat lebih bersabar dalam menghadapi berbagai masalah. Dan diiringi doa kepada Allah SWT untuk ayahanda dan ibunda tercinta (alm.Ishak Sau dan alm. Nuria Muhammad) yang telah mendidik dan membesarkan penulis semasa hidupnya di dunia, semoga mereka mendapat tempat yang layak disisi Allah SWT. Teristimewa dan spesial ungkapan terima kasih penulis khusus buat Istri tercinta (Ramlah Hasyim, SH) dan buah hati tersayang (Rizka Maulani, Adhya Fitri dan Imam Mawardi) atas segala doa dan kasih sayangnya.
Kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangsi pemikiran terhadap penulisan tesis ini, penulis juga menghaturkan terima kasih atas segala masukannya, kamipun menyadari sepenuhnya bahwa karya yang dihasilkan ini masih jauh dari kesempurnaan, saran dan masukan sangat diharapkan, karena tak ada gading yang tak retak dan bila retakpun masih bisa menjadi barang antik yang tak ternilai harganya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermafaat.
Penulis dilahirkan di Jailolo pada tanggal 9 Juni 1970 sebagai anak ke tujuh dari sembilan bersaudara dari ayah alm. Ishak Sau dan ibu alm. Nuria Muhammad. Tahun 1990 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Ternate. Pendidikan Sarjana ditempuh di Universitas Pattimura Ambon dengan Jurusan Menajemen Sumberdaya Perairan Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan lulus pada tahun 1996.
Pada tahun 1999 penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil Kabupaten Maluku Utara dan ditempatkan pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Utara. Pada tahun 2003 seiring dengan Pemekaran Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara, dimana Kabupaten Maluku Utara sebagai Kabupaten Induk dan berubah namanya menjadi Kabupaten Halmahera Barat, sehingga sampai saat ini penulis bekerja pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara.
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Kerangka Pemikiran ... 4
2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Konsep Ekowisata Pesisir ... 7
2.2 Pariwisata Berkelanjutan ... 11
2.3 Pemanfaatan Keberlanjutan dan Daya Dukung ... 13
3 METODE PENELITIAN ... 15
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15
3.2 Metode Penentuan Zonasi ... 16
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 16
3.4 Metoda Pengambilan Contoh ... 18
3.5 Data Sosial Ekonomi ... 20
3.7 Metoda Analisa Data ... 21
4 PROFIL KAWASAN TELUK DODINGA ... 31
4.1 Gambaran Umum ... 31
4.2 Kondisi Fisik Kawasan Teluk Dodinga ... 31
4.3 Kondisi Batimetri dan Oseanografi ... 33
4.4 Kondisi Flora dan Fauna ... 36
4.5 Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat ... 38
4.5.1 Kependudukan ... 39
4.5.2 Sosial Budaya ... 40
4.5.3 Budaya Lokal ... 41
4.7 Kondisi Sanara dan Prasarana Wilayah ... 44
5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48
5.1 Potensi Sumberdaya Alam Teluk Dodinga ... 48
5.1.1Potensi Terumbu Karang ... 48
5.1.2Potensi Ikan Karang ... 51
5.2 Perencanaan Zonasi Teluk Dodinga ... 54
5.3.2 Kesesuaian Wisata Snorkeling ... 64
5.3.3 Daya Dukung Kawasan ... 64
5.4 Nilai Ekonomi Total Ekowisata Bahari ... 68
5.5 Strategi dan Kebijakan Pengembangan Ekowisata Bahari ... 70
5.6 Peran Masing-masing Pemangku Kepentingan ... 73
6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 85
6.1 Kesimpulan ... 85
6.2 Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 86
Halaman
1 Jenis dan Sumber Data Primer. ... 17
2 Jenis dan Sumber Data Sekunder. ... 18
3 Parameter Kualitas Perairan ... 19
4 Estimasi Kelimpahan Spesies Ikan Dominan. ... 23
5 Matriks Kesesuaian Wisata Selam ... 25
6 Matriks Kesesuaian Wisata Snorkeling ... 26
7 Potensi Ekologis Pengunjung dan Luas Area Kegiatan ... 27
8 Waktu yang dibutuhkan untuk Setiap Kegiatan Wisata ... 27
9 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan ... 29
10 Rangkuman Data Klimatologi Tahunan... 33
11 Hasil Pengukuran Parameter Lingkungan ... 36
12 Kondisi Terumbu Karang Kabupaten Halmahera Barat ... 38
13 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 39
14 Laju Tangkap dan Estimasi Produksi Ikan. ... 40
15 Distribusi Penilaian Zona konservasi ... 55
16 Pemanfaatan Kawasan Konservasi Berdasarkan Potensi Sumberdaya ... 57
17 Luas Area Berdasarkan Kelas Kesesuaian Wisata Selam ... 63
Halaman
1 Bagan Alir Penelitian ... 6
2 Peta Lokasi Penelitian ... 15
3 Hirarki Desain Pengembangan Ekowisata Bahari ... 30
4 Peta Distribusi Kedalaman Perairan ... 35
5 Prediksi Sirkulasi Pasang Surut Bulan September 2009 ... 36
6 Kondisi Transportasi Penyeberangan ... 46
7 Kondisi Sarana dan Prasarana Pendukung Wisata ... 47
8 Kondisi Komunitas Karang pada Kedalamaan 3 meter ... 49
9 Kondisi Komunitas Karang pada Kedalamaan 10 meter ... 50
10 Bentuk Pertumbuhan Karang Hidup (lifeform) ... 51
11 Jumlah Spesies Ikan Karang ... 53
12 Kepadatan Ikan Karang tiap Kedalaman Perairan ... 53
13 Peta Rencana Zonasi Kawasan Teluk Dodinga ... 56
14 Peta Ekosistem Sumberdaya Kawasan Teluk Dodinga ... 58
15 Peta Kesesuaian Wisata Selam ... 66
16 Peta Kesesuaian Wisata Snorkeling ... 67
17 Peta Arahan Kesesuaian Ekowisata Bahari ... 68
18 Faktor Pendukung Pengembangan Ekowisata Bahari ... 71
19 Peran Aktor dalam Pengembangan Ekowisata Bahari ... 72
20 Tujuan yang dicapai dalam Pengembangan Ekowisata Bahari ... 79
21 Alternatif Kebijakan dalam Pengembangan Ekowisata Bahari ... 80
Halaman
1 Alat, Bahan dan Tenaga dalam Penelitian Lapang ... 95
2 Bentuk, Jumlah Lifeform dan Persen Tutupan Karang pada kedalaman 3 meter ... 96
3 Bentuk, Jumlah Lifeform dan Persen Tutupan Karang pada kedalaman 10 meter ... 97
4 Jenis-jenis Ikan Karang pada Kedalaman 3 meter ... 98
5 Jenis-jenis Ikan Karang pada Kedalaman 10 meter ... 100
6 Format Penilaian Kriteria Penentuan Kawasan Konservasi ... 102
7 Daftar Penggolongan Komunitas Karang ... 104
8 Evaluasi Parameter dan Kesesuaian Wisata Selam ... 105
9 Evaluasi Parameter dan Kesesuaian Wisata Snorkeling ... 110
10 Evaluasi penggunaan Lahan untuk kegiatan Wisata Selam ... 116
11 Evaluasi penggunaan Lahan untuk kegiatan Wisata Snorkeling ... 118
12 Analisis Nilai Total Wisata ... 120
13 Rekapitulasi Jumlah Kunjungan Wisatawan ... 121
14 Kuisioner untuk Kunjungan Wisatawan ... 122
15 Karakteristik Responden dari Unsur Wisatawan ... 123
16 Karakteristik Responden dari Unsur Pakar dan Pemerintah ... 125
Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan bagian sumberdaya alam yang perlu dijaga kelestarian dan dimanfaatkan bagi kemakmuran rakyat, baik generasi sekarang maupun yang akan datang (UU No. 27 tahun 2007). Wilayah pesisir memiliki beragamam sumberdaya alam yang tinggi dan sangat penting untuk pengembangan berbagai aspek pembangunan. Salah satu pengembangan kawasan pesisir adalah pembangunan kepariwisataan bahari, dimana pembangunan kepariwisataan bahari pada hakekatnya adalah upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan obyek dan daya tarik ekowisata bahari yang terwujud dalam bentuk kekayaan pesisir dan laut memiliki kekayaan dan keanekaragaman hayati (ombak yang membentuk gua, pantai yang indah, keragaman flora dan fauna seperti terumbu karang dan berbagai jenis ikan hias dan ikan karang lainnya) menjadi daya tarik tersendiri dalam upaya pengelolaannya.
manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat. Dari segi pengelolaannya, ekowisata merupakan suatu penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab ditempat alami atau daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam, dan secara ekonomi berkelanjutan untuk mendukung upaya pelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara dalam Rencana Tata Ruang Wilayah tahun 2007 telah menetapkan beberapa kawasan di perairan Halmahera Barat yang akan dijadikan sebagai kawasan pariwisata terutama pengembangan wisata bahari. Dalam mengembangkan sektor pariwisata ini tentunya memperhatikan aspek daya dukung dan kesesuaian kawasan serta potensi sumberdaya pesisir dan laut secara terpadu.
1.2 Perumusan Masalah
Kawasan Teluk Dodinga yang merupakan salah satu kawasan pesisir di Kabupaten Halmahera Barat selama ini belum dilakukan suatu kajian yang komprehensif mengenai kesesuaian, sistem zonasi dan daya dukung kawasan serta dampak ekonomi bagi masyarakat dan daerah berkaitan dengan kegiatan wisata bahari di kawasan tersebut, padahal pengembangan wisata bahari di kawasan ini mutlak memerlukan dukungan data dan informasi yang benar dan ilmiah yang meliputi, kondisi kawasan, kesesuain lahan, daya dukung kawasan, serta kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat. Disisi lain kesalahan pengelolaan kawasan ini akan memberikan dampak negatif bagi kelestarian ekosistem sumberdayanya, karena sebagian kawasan ini terutama di kawasan hutan mengrove telah terjadi pengalihan fungsi lahannya sebagai lahan pertanian dan pemukiman serta sering terjadi penangkapan ikan secara destruktif dengan menggunakan bahan kimia atau potasium lainnya juga akan berpengaruh terhadap habitat suatu ekosistem dan terputusnya rantai ekosistem tersebut maka akan berpengaruh terhadap populasi suatu spesies. Aktivitas pemanfaatan yang dilakukan di kawasan ini sebagai obyek wisata belum memberikan kontribusi bagi masyarakat maupun pendapatan bagi daerah.
kawasan ekowisata bahari maupun kawasan konservasi perlu memperhatikan potensi sumberdaya, kesesuaian dan daya dukung (carrying capacity) serta pembagian kawasan-kawasan untuk pemanfaatan tertentu, karena itu dalam upaya pengembangan ekowisata bahari dan pelestarian sumberdaya kawasan ini perlu dilakukan suatu kajian mengenai penentuan kawasan konservasi, menganalisis kesesuaian dan daya dukung kawasan terhadap jenis kegiatan wisata serta kebijakan pengembangan wisata yang sangat sesuai sehingga dapat meminimalkan dampak negatif yang mengarah pada kerusakan ekosistem terumbu karang dan ekosistem lainnya yang dapat menurunkan kualitas perairan Teluk Dodinga. Pada konteks inilah maka dibutuhkan sebuah penelaan yang komprehensif atas potensi di kawasan Teluk Dodinga tentang pengkajian sumberdaya terumbu karang untuk pengembangan ekowisata bahari di Kabupaten Halmahera Barat.
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka dalam penelitian ini diarahkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1 Bagaimana sistem zonasi kawasan Teluk Dodinga sebagai kawasan konservasi.
2 Bagaimana kesesuaian dan daya dukung kawasan Teluk Dodinga untuk kegiatan wisata bahari dengan pendekatan konsep ekowisata.
3 Apakah aktivitas masyarakat lokal dan wisatawan selama ini telah menimbulkan pengaruh negatif terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang.
4 Bagaimanakan kebijakan pemerintah daerah dalam pengembangan ekowisata bahari sehingga dapat memberikan konstribusi bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal dan daerah.
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan :
1 Menentukan zonasi kawasan konservasi dan aktifitas yang sesuai di kawasan Teluk Dodinga dan sekitarnya.
Manfaat Penelitian :
1 Sebagai bahan acuan bagi Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat dalam merencakan dan menentukan kebijakan pengembangan ekowisata bahari di kawasan Teluk Dodinga
2 Sebagai informasi dasar yang ilmiah bagi upaya pengelolaan wilayah pesisir dan laut secara lestari dan berkelanjutan.
3 Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam usaha pengembangan ekowisata bahari di kawasan Teluk Dodinga. Kabupaten Halmahera Barat.
1.4 Kerangka Pikir
Kawasn Teluk Dodinga memiliki komponen biofisik yang mendukung untuk pengembangan ekowisata bahari. Sebagai kawasan teluk yang memiliki pulau-pulau kecil yang dikelilingi oleh mangrove dan disekitarnya terdapat pemukiman masyarakat, tentunya rentan terhadap berbagai tekanan baik dari masyarakat dengan segala aktifitas pemanfaatan sumberdaya alam untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, juga dari wisatawan yang mengunjungi dan memanfaatkan sumberdaya dan jasa lingkungan di kawasan tersebut untuk kebutuhan wisata. Dalam pengembangan kawasan ini, keseimbangan dalam menempatkan dimensi-dimensi lingkungan, sosial dan ekonomi perlu mendapat perhatian serius. Disatu sisi pengembangan ekowisata bahari di kawasan ini ditujukan untuk menghasilkan keuntungan secara ekonomi, namum disisi lain pengembangannya juga harus memperhatikan aspek kelestarian lingkungannya.
Perumusan masalah tersebut diatas merupakan landasan bagi kerangka pikir terhadap penelitian yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hal tersebut, maka kerangka pikir penelitian ini dapat diuraian sebagai berikut:
1 Menentukan zonasi dari kawasan Teluk Dodinga dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk kepentingan konservasi sumberdaya alam dan kegiatan ekowisata bahari.
2 Mengkaji potensi sumberdaya terumbu karang sebagai obyek dan daya tarik wisata.
4 Melakukan analisis ekonomi yakni analisis terhadap permintaan wisata.
5 Melakukan analisis kebijakan dengan pendekatan Analityc Hierarki Proces (AHP).
6 Melakukan optimasi untuk mencapai sasaran dari jumlah wisatawan dengan tetap berpatokan dengan potensi Teluk Dodinga
Gambar 1 Bagan Alir Penelitian
TELUK DODINGA
SIDANGOLI
Potensi dan Kondisi Ekonomi dan Sosial
Budaya Masyarakat
Potensi dan Kondisi Alam
- Terumbu Karang
- Ikan Karang
- Pemandangan Alam
- Kekhasan Budaya
Zonasi Kawasan untuk Konservasi
Sumberdaya Alam
Analisis SIG
Kegiatan Ekowisata
Bahari
Analisa Kesesuaian dan
Daya dukung
Analisis Ekonomi Sumberdaya
Analisis Kebijakan
(AHP)
OPTIMASI
Sasaran untuk Menetukan Kawasan Konservasi dan Pengembangan Ekowisata
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Ekowisata Pesisir
Ekowisata dapat didefenisikan sebagai suatu konsep pengembangan
pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan yang konservatif, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat (Dirjen Parawisata, 1995). Sementara itu, Suhandi (2001) mengatakan bahwa ditinjau dari segi pengelolaannya, ekowisata dapat didefenisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan keindahan alam dan secara ekonomi berkelanjutan yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia (2001) mendefinisikan Ekowisata sebagai wisata dalam bentuk perjalanan ke tempat-tempat di alam terbuka yang relatif belum terjamah atau tercemar dengan tujuan khusus untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan dengan tumbuh-tumbuhan serta satwa liarnya (termasuk potensi kawasan berupa ekosistem, keadaan iklim, fenomena alam, kekhasan jenis tumbuhan dan satwa liar) juga semua manifestasi kebudayaan yang ada (termasuk tatanan lingkungan sosial budaya), baik dari masa lampau maupun masa kini di tempat-tempat tersebut dengan tujuan untuk melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Menurut MEI (1995) bahwa kunci utama dari pemahaman tentang Ekowisata dapat diuraikan sebagai berikut :
1 Perjalanan yang bertanggungjawab, yang diartikan sebagai upaya dari seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan wisata untuk melakukan perlindungan alam atau setidak-tidaknya meminimalkan pengaruh negatif terhadap lingkungan alam dan budaya di lokasi obyek wisata.
kawasan non konservasi (hutan adat) serta wilayah yang dikelola dengan kaidah alam (hutan wanagama, hutan produksi, taman hutan raya dan cagar budaya).
3 Tujuan melakukan perjalanan ke obyek wisata adalah untuk menikmati pesona alam, mendapatkan pengetahuan dan meningkatkan pemahaman berbagai fenomena alam dan budaya.
4 Mendukung konservasi alam dan budaya dengan tindakan nyata baik secara moral maupun materil. Melalui kegiatan wisata akan diperoleh dana yang dapat digunakan untuk kelestarian alam, memberikan penghasilan kepada pelaku wisata serta dapat memdukung pertumbuhan kegiatan dan usaha bagi masyarakat sekitarnya.
5 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitar lokasi wisata, melalui peningkatan peran masyarakat dalam penetapan perencanaan, pembangunan dan pengoperasiannya. Masyarakat berperan menjadi subjek yang akan merubah paradigmanya terhadap alam dan kegiatan usaha yang berpeluang berkaitan dengan kegiatan wisata.
Ekowisata adalah kegiatan wisata bertanggungjawab yang berbasis utama pada kegiatan wisata alam dengan mengikutsertakan pula sebagian kegiatan wisata pedesaan dan wisata budaya. Ekowisata dan konservasi bagaikan dua sisi uang logam yang tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Yulianda (2007) menjelaskan bahwa konsep pengembangan ekowisata sejalan dengan misi konservasi yang mempunyai tujuan (1) menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan, (2) melindungi keanekaragaman hayati, (3) menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya, dan (4) memberikan kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat. Menurut Yulianda (2007), konsep pengembangan wisata hendaknya dilandasi pada prinsip dasar ekowisata yang meliputi :
1 Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat.
2 Pendidikan konservasi lingkungan; mendidik pengunjung dan masyarakat akan pentingnya konservasi.
3 Pendapatan langsung untuk kawasan; retribusi atau pajak konservasi (conversation tax) dapat digunakan untuk pengelolaan kawasan.
4 Partisipasi masyarakat dalam perencanaan; merangsang masyarakat agar terlibat dalam perencanaan dan pengawasan kawasan.
5 Penghasilan bagi masyarakat; masyarakat mendapat keuntungan ekonomi sehingga terdorong untuk menjaga kelestarian kawasan.
6 Menjaga keharmonisan dengan alam; kegiatan dan pengembangan fasilitas tetap mempertahankan keserasian dan keaslian alam.
7 Daya dukung sebagai batas pemanfaatan; daya tampung dan pengembangan fasilitas hendaknya mempertimbangkan daya dukung lingkungan.
8 Kontribusi pendapatan bagi Negara (pemerintah daerah dan pusat).
3) Membangun kepedulian terhadap lingkungan (build environmental awareness); 4) Memberikan beberapa manfaat finansial secara langsung kepada kegiatan konservasi (provides direct financial benefits for conservation); 5) Memberikan manfaat/keuntungan finansial dan pemberdayaan pada masyarakat lokal (provides financial benefits and empowerment for local people); 6) Menghormati budaya setempat (Respect local culture) dan 7) Mendukung gerakan hak azasi manusia dan demokrasi (support human right and democratic movements).
Dalam upaya mencapai tujuan, maka penerapan ekowisata sebaiknya mencerminkan 3 (tiga) prinsip utama, yakni 1). Prinsip konservasi, 2). Prinsip partisipasi masyarakat dan 3). Prinsip ekonomi. Selain tiga prinsip tersebut perlu juga mempertimbangkan 2 (dua) prinsip penunjang yakni prinsip edukasi dan prinsip wisata.
2.2 Pariwisata Berkelanjutan.
Pariwisata berkelanjutan adalah suatu konsep yang meliputi seluruh tipe pariwisata dan tidak perlu/harus berhubungan dengan mengunjungi lokasi yang alamiah saja. Pariwisata berkelanjutan memiliki perspektif yang luas, berhubungan dengan generasi sekarang dan yang akan datang, adil secara etika dan sosial, cocok secara budaya, secara ekologi berkelanjutan dan juga secara ekonomi memungkinkan dan menguntungkan. Konsep pariwisata berkelanjutan meliputi empat dimensi yang saling berhubungan erat yaitu, dimensi ekologi, sosial budaya, ekonomi, dan dimensi politik/administrasi (Fennel, 1999). Pengembangan suatu wilayah yang akan dijadikan sebagai wilayah/kawasan wisata membutuhkan strategi perencanaan yang baik, komprehensif dan terintegrasi sehingga dapat mencapai sasaran sebagaimana yang dikehendaki dan dapat meminimalkan munculnya dampak-dampak negatif, baik dari sudut pandang ekologis, ekonomis, sosial budaya maupun hukum. Menurut Gunn (1994) dalam Yahya (1999), perencanaan pengembangan pariwisata ditentukan oleh keseimbangan potensi sumberdaya dan jasa yang dimiliki dan permintaan atau minat wisatawan. Proses perencanaan pengembangan pariwisata menurut Yoety (1996) dapat dilakukan dalam lima tahap:
2 Melakukan penaksiran (assessment) terhadap pasar pariwisata internasional dan nasional dan memproyeksikan aliran/lalulintas wisatawan
3 Memperhatikan analisis berdasarkan keunggunlan daerah (region) secara komparatif dan kompetitif sehingga dapat diketahui daerah yang permintaanya lebih besar dari pada persediaanya
4 Melakukan perlindungan terhadap sumberdaya alam dan budaya yang dimiliki 5 Melakukan penelitian kemungkinan perlunya penanaman modal.
Perencanaan pengembangan wisata seyogianya memperhatikan prinsip-prinsip dasar ekowisata dan kemudian menjadi suatu master plan untuk membangun eco-destination ekowisata. Master plan dimaksud berisikan kerangka kerja, stakeholders yang terkait dan tanggung jawab masing-masing stakeholders untuk kegiatan konservasi lingkungan, peningkatan ekonomi lokal dan apresiasi budaya lokal (Hadayati et al. 2003). Menurut Wood (2002), beberapa karakteristik dari eco-destination ekowisata adalah sebagai berikut :
1 Keaslian alam terpelihara dengan pemanfaatan yang terjaga 2 Pembangunan landscape tidak mendominasi.
3 Pemanfaatan bisnis lokal dalam skala kecil, termasuk warung makanan atau kerajinan tangan.
4 Pembuatan zonasi untuk kegiatan rekreasi, seperti jalur untuk sepeda, untuk pejalan kaki dimanfaatkan oleh penduduk lokal dan wisatawan (ecotourism).
5 Pengembangan berbagai acara dan atraksi yang menampilkan budaya lokal. 6 Pembangunan fasilitas publik yang bersih dan terjaga baik, seperti fasilitas
Mandi Cuci Kakus (MCK) yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk lokal maupun wisatawan.
untuk pengembangan dan wisatawan membantu dalam usaha perlindungan dengan memberikan informasi atas kegiatan ilegal. Sedangkan kontribusi wisata secara tidak langsung melalui konservasi yakni meningkatnya kesadaran publik terhadap konservasi pada tingkat lokal, nasional bahkan internasional dan pendidikan konservasi selama berwisata menjadi bagian pengalaman yang terbentuk selama wisatawan berwisata, yaitu dengan melibatkan wisatawan secara langsung terhadap kegiatan pelestarian lingkungan.
2.3 Pemanfaatan Keberlanjutan dan Daya Dukung.
Kesesuaian suatu kawasan untuk dikembangkan kegiatan ekowisata bahari yang menganut konsep ekowisata sangat tergantung dari aspek daya dukung, utamanya daya dukung ekologi yang berkaitan erat dengan kondisi sumberdaya yang menjadi obyek wisata. Aspek kesesuaian akan menentukan jenis kegiatan wisata yang akan dikembangkan, termasuk layak atau tidaknya suatu kawasan untuk dijadikan obyek wisata, atau justru sebaliknya dilakukan konservasi. Yulianda (2007) menyatakan bahwa penentuan kesesuaian suatu kawasan untuk dikembangkan sebagai obyek wisata berdasarkan skor dan bobot yang diperoleh dari setiap parameter kesesuaian. Paramater kesesuaian untuk masing-masing jenis kegiatan tesebut berbeda-beda antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya. Pengelompokan obyek wisata dapat dilakukan berdasarkan komoditi, ekosistem dan jenis kegiatan. Obyek komoditi terdiri dari potensi spesies biota laut dan material non-hayati yang mempunyai daya tarik wisata. Obyek ekosistem tediri dari ekosistem pesisir yang mempunyai daya tarik habitat dan lingkungan. Sedangkan obyek kegiatan merupakan kegiatan yang terintegrasi dalam kawasan yang mempunyai daya tarik wisata.
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.
Lokasi penelitian lapangan adalah di perairan pesisir Teluk Dodinga
Sidangoli, Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat Provinsi
Maluku Utara. Lokasi ini ditentukan dengan alasan bahwa pada perairan tersebut
memiliki potensi terumbu karang serta biota lainnya sebagai tempat rekreasi dan
aktifitas perikanan lainnya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September
sampai dengan bulan November 2009 dan peta lokasi penelitian seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian.
P U L A U H A L M A H E R A
127°30'00" 127°31'30" 127°33'00" 127°34'30" 127°36'00" 127°37'30"
127°30'00" 127°31'30" 127°33'00" 127°34'30" 127°36'00" 127°37'30"
N E W
S
400 0 400 800 m
3.2 Metode Penentuan Zonasi
Metode ini bertujuan untuk melakukan konservasi sumberdaya pesisir dan
laut dalam mendukung pengembangan ekowisata bahari dan kegiatan-kegiatan
perikanan lainnya. Metode didasari pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun
2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan sebagai turunan dari Undang-undang
Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan, yakni penentuan zonasi terdiri dari zona
inti, zona pemanfaatan dan zona pemanfaatan berkelanjutan. Penentuan zona ini
dilakukan dengan penerapan kriteria yang dibagi kedalam tiga kelompok yakni
kriteria ekologi, ekonomi dan sosial Salm et al. 2000 dalam Soselisa (2006);
Baksir (2009).
Kelompok kriteria ekologi meliputi keanekaragaman hayati, kealamian,
keunikan dan kerentanan. Kelompok kriteria ekonomi meliputi spesies penting,
kepentingan perikanan, bentuk ancaman dan pariwisata. Sementara kelompok
kriteria sosial meliputi tingkat dukungan masyarakat sekitarnya, rekreasi, budaya,
estetika, konflik kepentingan, keamanan, aksesbilitas, kepedulian dan kepentingan
penelitian dan pendidikan. Berdasarkan kriteria-kriteria ini dilakukan tampalan
(overlay) dengan pendekatan sistem informasi geografis (GIS) untuk menetukan
zona-zona pemanfaatan tertentu.
3.3Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.
Adapun tahapannya sebagai berikut :
Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui survey,
observasi dan wawancara langsung dengan masyarakat desa, wisatawan dan
stakeholder terkait di lapangan. Data primer yang dikumpulkan meliputi
komponen biofisik diperoleh dari 7 stasiun pengamatan di perairan Teluk
Dodinga, sedangkan untuk data komponen sosial ekonomi masyarakat diperoleh
dari hasil wawancara langsung di lapangan dengan berpedoman pada daftar
pertanyaan (kuisioner) yang telah dirancang sesuai dengan tujuan penelitian ini
Tabel 1 Jenis dan Sumber Data Primer
- Kecerahan Perairan
- Kecepatan Arus
1.2.Suhu PerairanKimia : - Salinitas Perairan - Oksigen Teralarut 1.3. Biologi :
- Tutupan Karang Hidup
- Kelimpahan Ikan Karang
2.1Umur
2.2Pendidikan
2.3Jumlah Anggota Keluarga
2.4Pendapatan
2.5Jumlah kunjungan/tahun
2.6Jumlah rombongan
2.7Persepsi/pemahaman
2.8Profesi/mata pencaharian
3.1 Umur 3.2 Pendidikan 3.3 Lama tinggal
3.4 Jumlah Anggota Keluarga 3.5 Pendapatan
3.6 Persepsi/pemahaman 3.7 Profesi/mata pencaharian 3.8 Sikap/prilaku
3.9 Partisipasi/kesediaan 3.10 Keterlibatan pemerintah
in situ
Data sekunder yang dikumpulkan berupa kondisi umum biofisik perairan
seperti persentase tutupan karang hidup, kondisi kualitas perairan. Sementara
untuk data kondisi sosial ekonomi masyarakat seperti jumlah penduduk, struktur
penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin, sarana dan prasarana
perekonomian, kondisi demografi dan data-data lainnya dari hasil penelitian
sebelumnya. Penulusuran data-data sekunder tersebut diperoleh dari intansi
Tabel 2 Jenis dan Sumber Data Sekunder
No Komponen Jenis Data Sumber/Tahun
1 Biofisik 1.1 Fisika :
- Kedalaman Perairan
- Kecerahan Perairan
- Kecepatan Arus
- Suhu Perairan
- Pasang Surut
DKP Halbar, 2008; Dishidros TNI AL Jakarta, 2009
1.2 Kimia :
- Salinitas Perairan
- Oksigen Terlarut
PSL Unkhair Ternate, 2008 ; DKP Halbar, 2008
1.3 Biologi :
- Tutupan Karang Hidup
- Kelimpahan Ikan Karang
- Kelimpahan Megabentos
PSL Unkhair Ternate, 2008 ; DKP Halbar, 2008
2 Data Kunjungan Wisata
2.1 Jumlah Kunjungan Wisata 2.2 Jumlah Sarana dan
prasarana wisata
Disparbud Provinsi Maluku Utara; Kabupaten Halmahera Barat; Bappeda, 2008
3 Sosial dan
Ekonomi Masyarakat
3.1 Jumlah Penduduk
3.2 Mata Pencaharian
3.3 Kondisi Demografi Sarana Perekonomian
Bappeda, BPS Halbar ; Profil Desa Sidangoli, 2008
a
3.4Metoda Pengambilan Contoh.
Metoda pengambilan contoh untuk komponen data biofisik, kunjungan
wisata dan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat dalam penelitian ini dapat
diuarikan sebagai berikut :
Metoda Pengambilan Contoh Komponen Biofisik.
Pengambilan data biofisik dalam penelitian ini dilakukan pada 7 stasiun
penelitian dengan kedalaman perairan 3 dan 10 meter. Penentuan stasiun
penelitian dilakukan secara sengaja (pusposive sampling) didasarkan
pertimbangan bahwa lokasi/stasiun mewakili wilayah aktifitas masyarakat lokal
dan wisata, daerah yang terbuka dan tertutup dari hempasan gelombang.
Disamping itu berdasarkan pada pengamatan kualitatif, yaitu dengan melihat
keragaman penutupan karang dan kondisi pantai yang dilakukan secara visual
pada hasil pengolahan citra satelit. Komponen-komponen yang diteliti adalah
1 Kualitas Perairan
Kualitas perairan pada suatu kawasan ekosistem terumbu karang
merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan keberlangsungan hidup
organisme di kawasan tersebut. Pengukuran kualitas perairan Teluk Dodinga
seperti ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Parameter Kualitas Perairan
Parameter Alat Ukur Satuan Ambang Batas
Oseanografi :
Kecepatan Arus Floating drough Cm/det -
Fisika :
Kecerahan Perairan Kedalaman Perairan Suhu Perairan
Secchi disk Tali dan meteran Thermometer
% Meter
o
C
15 – 100 % < 50 meter 25 – 30 oC Kimia :
Salinitas Perairan Oksigen Terlarut
Refraktometer DO meter
‰ ppm
32 -35 ‰ 5.7 – 8.5 ppm
2 Bentuk Pertumbuhan (Lifeform) Karang.
Indentifikasi terhadap bentuk pertumbuhan (lifeform) karang atau tutupan
komunitas karang, pengukurannya dilakukan dengan metode transek garis (line
intersept transect/LIT) mengikuti English et al. 1997. Indentifikasi dilakukan pada
7 stasiun di perairan Teluk Dodinga dengan harapan agar pengukuran tersebut
dapat mewakili keseluruhan kawasan tersebut. Teknik pelaksanaan di lapangan
adalah penyelaman meletakkan roll meter sepanjang 50 meter dari arah sejajar
dengan garis pantai kemudian dilakukan pencatatan terhadap jenis terumbu
karang yang tepat berada pada garis transek dengan ketelitian hingga sentimeter,
selanjutnya dari data tersebut dihitung nilai persentase tutupan karang.
3 Kelimpahan Ikan Karang.
Pengamatan ikan karang dilakukan dengan metoda Underwater Visual
Census (VUC), dimana ikan-ikan yang dijumpai pada jarak 2.5 meter disebelah
kiri dan 2.5 meter disebelah kanan garis transek sepanjang 50 meter dicatat jenis
dan jumlahnya sehingga luas bidang yang teramati per tanseknya adalah
5 x 50 m = 250 m2. Spesies ikan yang didata terdiri dari 3 kelompok utama,
1 Kelompok ikan target, yakni kelompok ikan ekonomis penting yang biasa
ditangkap untuk komsumsi. Biasanya ikan-ikan ini menjadikan terumbu
karang sebagai tempat pemijahan/daerah asuhan. Kelompok ikan-ikan ini
terdiri dari family Acanthuridae (ikan pakol), Caesionidae (ekor kuning),
Haemulidae (ikan bibir tebal), Lethrinidae (ikan lencam), Lutjanidae (ikan
kakap), Nemipteridae (ikan kurisi), Scaridae ( ikan kakak tua), Siganidae
(baronang) dan Serranidae (ikan kerapu).
2 Kelompok ikan indikator, yakni jenis ikan karang yang khas mendiami daerah
terumbu karang dan menjadikan indikator keseburan kawasan tersebut. Jenis
ikan-ikan ini diwakili oleh family Chaetodontidae (ikan kepe-kepe).
3 Kelompok ikan major, yakni merupakan jenis ikan berukuran kecil, umumnya
5 - 25 cm dengan karakteristik pewarnaan yang beragam sehingga dikenal
sebagai ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah, baik dalam
jumlah individu maupun jenisnya. Ikan-ikan ini sepanjang hidupnya berada di
terumbu karang. Kelompok ikan ini diwakili oleh familiy Apogonidae ( ikan
serinding), Blenidae (ikan peniru), Labridae (ikan sapu-sapu) dan
Pomocentridae (ikan betok laut).
3.5Data Sosial Ekonomi
Pengumpulan data sosial ekonomi dilakukan dengan menggunakan
metode survei melalui teknik wawancara secara mendalam dengan responden
(indept interview). Wawancara dimaksudkan untuk memperoleh informasi
mengenai kondisi lokasi penelitian, kondisi sosial ekonomi dan persepsi atau
pemahaman masyarakat lokal, wisatawan dan pemerintah daerah tentang
pengelolaan dan pengembangan Teluk Dodinga sebagai kawasan ekowisata
bahari di Kabupaten Halmahera Barat. Pengumpulan data ini dibantu dengan
daftar pertanyaan terstruktur (kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Unit populasi sebagai dasar penentuan responden dari unsur masyarakat adalah
kepala keluarga (KK) yang tinggal di Desa Sidangoli Kecamatan Jailolo Selatan.
Penentuan responden dilakukan dengan sengaja (purposive sampling) dengan
pertimbangan bahwa responden adalah penduduk dewasa yang
sekurang-kurangnya telah menetap selama 3 tahun atau lebih dan penduduk yang
hal ini adalah yang bersangkutan telah matang dalam mengambil keputusan dan
berpikir secara positif tindakan dan diharapkan dapat memberikan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan. Responden terdiri atas tokoh masyarakat, tokoh agama,
nelayan, petani, pedagang, pemilik penginapan dan tokoh pemuda. Penentuan
jumlah responden (sampel) dari populasi dimaksud menggunakan persamaan yang
dikemukakan oleh Slovin (1960) dalam Sevilla et al. 1993 yaitu:
………(1)
Dimana ; n : Ukuran sampel
N : Ukuran populasi masyarakat Sidangoli Jailolo selatan
e : Persentase ketidaktelitian karena pengambilan contoh (10%)
Jumlah kepala keluarga di Desa Sidangoli Jailolo Selatan pada tahun
2007-2008 tercatat sebanyak 119 kepala keluarga, sehingga berdasarkan
perhitungan dengan menggunakan rumus diatas dan persentase ketidaktelitian
10% diperoleh jumlah sampel sebanyak 54 KK. Pemilihan sampel responden dari
unsur wisatawan dilakukan secara accidental sampling, yaitu sampel yang diambil
dari siapa saja yang kebetulan ada di lokasi penelitian dan bersedia menjadi
responden dan dalam penelitian ini jumlah responden dari unsur wisatawan
sebanyak 59 orang. Pemilihan responden dari unsur Pemerintah Daerah dilakukan
secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa responden
adalah individu atau lembaga yang berperan dalam pengambilan kebijakan
sehubungan dengan pengelolaan dan pengembangan Teluk Dodinga sebagai
kawasan ekowisata bahari, baik langsung maupun tidak langsung. Selain
masyarakat, responden yang diperlukan dari para pejabat yang berasal dari Badan
Perencanaan Pembanguna Daerah, Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata, Dinas
Kelautan dan Perikanan dan Dinas Perhubungan Kabupaten Halmahera Barat
masing-masing 1 orang, unsur Perguruan Tinggi 1 orang dan unsur LSM 1 orang.
3.6Metode Analisis Data. 3.6.1 Analisis Zonasi.
Analisa zonasi yang diperuntukan bagi Kawasan Teluk Dodinga, yakni
dengan menggunakan persentasi total nilai kriteria stasiun-i (Salm et al. 2000
total nilai stasiun-i dengan niali keseluruhan kriteria dikalikan 100% :
NT
=
x
%
……….. (2)Dimana : NT = Nilai total stasiun-i
Tn = Total nilai stasiun-i
Tn = Total nilai keseluruhan kriteria
Teknik interval kelas digunakan untuk membagi zona Kawasan Teluk
Dodinga yang dibagi dalam tiga zona dengan kisaran nilai masing-masing, yaitu :
untuk zona inti kisaran nilainya >70%, zona pemanfaatan dengan kisaran antara
60% - ≤70% dan zona pemanfaatan berkelanjutan dengan kisaran antara
50% - 60%.
3.6.2 Analisis Tutupan Karang.
Analisis tutupan karang adalah untuk mengetahui kondisi ekosistem
terumbu karang pada lokasi penelitian, dianalisis berdasarkan pada kategori
karang dan persentase tutupan karang hidup (lifeform). Semakin tinggi persentasi
tutupan karang hidup maka kondisi terumbu karang semakin baik. Persentase
penutupan karang hidup ini diperoleh dengan pengamatan metoda line intersept
transect (LIT) yang dihitung berdasarkan persamaan (English et al. 1997) yakni :
N
=
L
x
%
……….….……….. (3)Dimana : N = Persentase penutupan karang (%)
l = Panjang total lifeform/jenis ke-i
L = Panjang Garis Transek (50 m)
Kondisi penilaian terhadap komunitas ekosistem terumbu karang
berdasarkan persentase penutupan karang (Gomez dan Yap, 1988), adalah
sebagai berikut :
1 Persentase penutupan karang antara 75 – 100 : Sangat baik
2 Persentase penutupan karang antara 50 – 74.9 : Baik
3 Persentase penutupan karang antara 25 – 49.9 : Sedang
3.6.3 Analisis Kondisi Ikan Karang.
Metode pemantauan ikan karang didasarkan pada kategori kelimpahan dari
ikan yang dominan terlihat. Estimasi kelimpahan ikan karang (Russ, 1985)
(Tabel 4).
Tabel 4 Estimasi Kelimpahan dari Jumlah Spesies Ikan Dominan
Kategori kelimpahan Jumlah ikan karang (spesies)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2-4 5-16 17-64 65-256 257-1024 1025-4096 4097-16384
Kelimpahan ikan karang adalah banyaknya ikan pada masing-masing luas
daerah pengambilan contoh. Untuk menghitung kelimpahan ikan karang dapat
menggunakan formula dibawah ini (Odum, 1971) sebagai berikut :
∑ A
……….…….. (4)
Dimana : n = Kelimpahan ikan karang jenis ke-i
∑ n = Jumlah individu dari jenis ke-i
A = Luas daerah pengambilan contah (250 m2)
3.6.4 Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung.
Analisis kesesuaian lahan merupakan suatu kajian untuk menilai
kecocokan dan kelayakan berbagai macam aktifitas yang akan dilakukan disuatu
kawasan sesuai dengan potensi sumberdaya dan peruntukannya dengan
mempertimbangkan berbagai parameter. Hal ini mengingat walaupun secara
visual suatu lokasi kelihatan indah dijadikan lokasi wisata, namun belum tentu
sesuai secara ekologis mengingat ada berbagai parameter baik fisik maupun
biologi yang harus diamati dan dinilai secara ilmiah untuk menentukan sesuai
tidaknya lokasi tersebut untuk kegiatan wisata. Analisis kesesuaian yang
dilakukan dalam penelitian ini hanya difokuskan untuk peruntukan kawasan
juga merupakan suatu pola pikir yang mengarah pada pertimbangan bahwa
betapapun besarnya daya tarik dari suatu lokasi, secara ekologis tetap akan
memiliki keterbatasan (scarcity), sehingga jumlah dan frekuensi kunjungan
dalam suatu ruang dan waktu tertentu harus disesuaikan dengan kaidah yang
berlaku. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan
lingkungan yang sesuai dengan obyek wisata yang akan dikembangkan. Formula
yang digunakan untuk menentukan kesesuaian wisata (Yulianda, 2007) adalah
sebagai berikut :
IKW ∑
NNx
%
……….. (5)Dimana : IKW = Indeks kesesuaian wisata
N = Nilai parameter ke-i (bobot x skor)
Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata
3.6.4.1Analisis Kesesuaian Wisata Selam.
Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan
lingkungan yang sesuai dengan obyek wisata. Masing-masing jenis kegiatan
wisata memiliki parameter kesesuaian yang berbeda-beda. Parameter kesesuaian
tersebut disusun kedalam kelas kesesuaian untuk masing-masing jenis kegiatan
wisata dibagi dalam 4 kategori kesesuaian, yakni : sangat sesuai (S1), sesuai
(S2), sesuai bersyarat (S3) dan tidak sesuai (N) dengan defenisi sebagai berikut :
1 Kelas S1: kelas ini tergolong sangat sesuai (highly suitable), tidak mempunyai
faktor pembatas yang berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari,
atau hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak berpengaruh
secara nyata terhadap produksi lahan tersebut, serta tidak akan menambah
masukan dari pengusahaan lahan tersebut.
2 Kelas S2: sesuai (suitable), pada kelas kesesuaian ini mempunyai faktor
pembatas yang agak berat (sedang) untuk suatu penggunaan tertentu secara
lestari. Pembatas tersebut akan mengurangi produktivitas lahan dan
keuntungan yang diperoleh serta meningkatkan masukan untuk mengusahakan
3 Kelas S3: sesuai bersyarat (conditional suitable), pada kelas kesesuaian ini
mempunyai faktor pembatas yang sangat berat untuk suatu penggunaan
tertentu secara lestari.
4 Kelas N: tidak sesuai (not suitable), yakni mempunyai faktor pembatas
berat/parmanen, sehingga tidak mungkin dipergunakan terhadap suatu
penggunaan tertentu yang lestari.
Kelas kesesuaian diperoleh dari perkalian bobot dan skor dari tiap-tiap
variabel untuk masing-masing kegiatan wisata. Kesesuaian wisata selam
mempertimbangkan 6 parameter dengan empat klasifikasi penilaian. Parameter
tersebut meliputi kecerahan perairan, tutupan komunitas karang, jumlah lifeform,
jenis ikan karang, kecepatan arus dan kedalaman terumbu karang (Tabel 5).
Tabel 5 Matriks Kesesuaian Wisata Selam
No Parameter Bobot Kelas Kesesuaian dan Skor
S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Skor 1 Kecerahan Perairan (%) 5 > 80 3 50 - 80 2 20 - <50 1 < 20 0
2 Tutupan Kom. Karang (%) 5 >75 3 > 50 -75 2 25 – 50 1 < 25 0
3 Jenis life form 3 > 12 3 < 7-12 2 4 - 7 1 < 4 0
4 Jenis ikan Karang 3 > 100 3 50 - 100 2 20 -<50 1 < 20 0
5 Kec.Arus(cm/det) 1 0 - 15 3 > 15 - 30 2 >30 – 50 1 > 50 0
6 KedalamanT. Karang (m) 1 6 - 15 3 > 15 - 20 2 >20 – 30 1 > 30 0
3 - < 6 < 3
Sumber : Yulianda (2007).
Keterangan :
Nilai maksimum = 54
S1 = Sangat sesuai, dengan IKW 83 – 100
S2 = Sesua, dengan IKW 50 - < 83
S3 = Sesua bersyarat, dengan IKW 17 - < 50
N = Tidak sesuai, dengan IKW < 17
3.6.4.2 Analisis Kesesuaian Wisata Snorkeling.
Kesesuaian wisata bahari kategori wisata snorkeling, yaitu dengan
mempertimbangkan 7 parameter, yakni kecerahan perairan, tutupan komunitas
karang, jumlah lifeform, jenis ikan karang, kecepatan arus, kedalaman terumbu
Tabel 6 Matriks Kesesuaian Wisata Snorkeling
No Parameter Bobot
Kelas Kesesuaian dan Skor
S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Skor 1 Kecerahan Perairan (%) 5 100 3 80-< 100 2 20-<50 1 < 20 0
2 Tutupan Kom. Karang (%) 5 >75 3 >50 -75 2 25-50 1 < 25 0 3 Jenis life form 3 > 12 3 <7-12 2 4 - 7 1 < 4 0 4 Jenis ikan Karang 3 > 50 3 30 - 50 2 10-<30 1 < 10 0 5 Kec.Arus(cm/det)
1 0 - 15 3 >15 - 30 2 >30-50 1 > 50 0 6 KedalamanTerumbu Karang (m) 1 1 - 3 3 >3 - 6 2 >6 - 10 1 > 10 0
< 1
7 Lebar hamparan datar karang (m) 1 > 500 3 >100-500 2 20-100 1 <20 0
Sumber : Yulianda (2007)
Keterangan :
Nilai maksimum = 57
S1 = Sangat sesuai, dengan IKW 83 - 100
S2 = Sesua, dengan IKW 50 - < 83
S3 = Sesua bersyarat, dengan IKW 17 - < 50
N = Tidak sesuai, dengan IKW < 17
3.6.4.3 Analisis Daya Dukung Kawasan.
Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung
pengembangan ekowisata bahari adalah menggunakan konsep daya dukung
kawasan (DDK) yakni jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat
ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan
gangguan pada alam dan manusia (Yulianda, 2007) dengan rumus sebagai
berikut :
DDK K
LLWW ………. (6)
Dimana : DDK = Daya dukung kawasan
K = Maksimum wisatawan per satuan unit area
L = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan
L = Unit area untuk kategori tertentu
W = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan
wisata dalam satu hari
W = Waktu yang dihabiskan pengunjung untuk setiap kegiatan
Potensi ekologis pengunjung (K) ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan
jenis kegiatan yang akan dikembangkan (Tabel 7).
Tabel 7 Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (L )
No Jenis
Kegiatan
Jumlah Kunjungan (K)
Unit
Area (L ) Keterangan
1 Selam 2 2000 m2 Setiap 2 orang dalam 200 x 10 m
2 Snorkeling 1 500 m2 Setiap 1 orang dalam 100 x 10 m
Sumber : Yulianda (2007)
Selanjutnya untuk waktu yang dibutuhkan bagi setiap kegiatan wisata pada
area tertentu, yakni dengan melakukan evaluasi terhadap kegitan yang dilakukan
pada waktu tertentu (Tabel 8).
[
Tabel 8 Waktu yang Dibutuhkan untuk Setiap Kegiatan Wisata
No Kegiatan Waktu yang dibutuhkan W -(jam) Total waktu 1 hari
W-(jam)
1 2
Selam Snorkeling
2 3
8 6
Sumber : Yulianda (2007)
3.6.5 Analisis Nilai Ekonomi Wisata.
Nilai Ekonomi wisata di kawasan Teluk Dodinga dapat dihitung dengan
menggunakan pendekatan-pendekatan sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan pendekatan individu
Pendekatan ini digunakan untuk menghitung total nilai manfaat dari suatu
kawasan Teluk Dodinga diperoleh dari hasil perkalian Consumer Surplus Individu
dengan jumlah pengunjung rill dengan formula sebagai berikut :
TB
=
CS
ixTV
...(7)Dimana : TB = Total Manfaat Ekonomi Lokasi Wisata
CS = Consumer Surplus Individu- i
TV = Total Kunjungan Per Tahun (diambil data sekunder)
2. Dengan menggunakan regresi linear
Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis total biaya yang dikeluarkan
(TC) terhadap jumlah kunjungan (V), sementara fungsi utilitas (U) merupakan
dihitung dari total utilitas sumberdaya yang termanfaatkan setelah dikurangi total
biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung (TCtotal), dengan rumus sebagai berikut :
3.6.6 Analisis Kebijakan.
Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk menentukan
elemen-elemen kunci untuk ditangani. Analisis AHP ini diharapkan dapat
mengatasi persoalan-persoalan yang kompleks dalam proses pengambilan
keputusan. Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan suatu persoalan yang
kompleks dan tidak terstruktur, serta bersifat strategik dan dinamis melalui upaya
penataan rangkaian variabel dalam suatu hirarki. Pengolahan data dengan metode
AHP ini dapat dilakukan dengan aplikasi perangkat lunak CDP V3.04.
Langkah-langkah dalam metode ini adalah : 1) Penyusunan hirarki, 2)
Penyusunan kriteria, 3) Penilaian kriteria, Alternatif, dan 4) Penetuan prioritas.
Analisis ini didasarkan pada hasil pendapat pakar (Expert Judgement). Skala
penilaian pakar didasarkan pada skala nilai yang dikeluarkan oleh Saaty (1993)
Tabel 9 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan
Intensitas
Kepentingan Defenisi Keterangan
1 Kedua elemen sama
pentingnya (equal)
Dua mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan
3 Elemen yang satu sedikit
lebih penting dari pada elemen yang
lainnya (moderate)
Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya
5 Elemen satu lebih penting
dari pada pengalaman dan penilaian sangat kuat
elemen lainnya (strong).
Menyokong satu elemen dibandingkan
Pengalaman dan penilaian sangat kuat elemen lainnya
(strong). Menyokong satu
elemen di bandingkan elemen lainnya.
7 Satu elemen jelas lebih
mutlak penting dari pada
elemen lainnya (very
strong)
Satu elemen yang kuat disokong dan dominan teriihat dalam praktek
9 Satu elemen mutfak penting
pada elemen lainnya
(extreme)
Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat
2, 4, 6 Elemen satu lebih penting
dari pada pengalaman dan penilaian sangat kuat
elemen lainnya (strong).
Menyokong satu elemen dibandingkan
Pengalaman dan penilaian sangat kuat elemen lainnya
(strong). Menyokong satu
elemen di bandingkan elemen lainnya.
Sumber : Saaty (1993)
Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan urutan prioritas setiap
elemen dinyatakan dalam nilai numerik atau persentasi. Elemen-elemen yang
dikaji disusun dalam 5 level, yakni fokus dalam menentukan skenario tahap awal
sampai dapat menentukan alternatif kebijakan dalam pengembangan ekowisata
bahari. Desain kebijakan untuk pengembangan ekowisata bahari di Teluk Dodinga
Kabupaten Halmahera Barat yang berbasis masyarakat seperti ditunjukkan pada
Gambar 3 Hirarki Desain Pengembangan Ekowisata Bahari di Teluk Dodinga Kabupaten Halmahera Barat
4.1 Gambaran Umum.
KawasanTeluk Dodinga Sidangoli merupakan salah satu kawasan yang terletak di wilayah Kecamatan Jailolo Selatan Kabupaten Halmahera Barat. Secara geografis terletak pada posisi 00 50’28.93” Lintang Utara sampai 00 53’33.86” Lintang Utara dan 1270 29’39.12” Bujur Timur sampai 1270
37’42.96” Bujur Timur. Secara adminstratif memiliki batas-batas, sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Jailolo Timur
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Tidore Kepulauan
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Ternate dan Laut Maluku
- Sebelah Timur dengan Kota Sofifi (Ibukota Provinsi Maluku Utara).
Luas Kawasan Teluk Dodinga adalah 7 397.99 ha. Wilayah daratannya sebagian besar berada pada ketinggian dibawah 550 meter diatas permukaan laut. Kondisi fisiografi kawasan ini terdiri dari perbukitan seluas 3 311.20 ha, dataran tinggi seluas 1 972.53 ha, dan daratan pantai seluas 2 096.26 ha. Kawasan ini juga terdapat kawasan konservasi Tanah Putih, yang terletak sekitar 12 km dari ibukota kecamatan. Kawasan ini telah lama menjadi tujuan wisatawan terutama pengamat burung Bidadari (Semioptera wallaci) yang merupakan spesies endemik di Pulau Halmahera.(Halmahera Barat dalam Angka 2007).
Aksesbilitas ke teluk ini sangat mudah dan dapat ditempuh dengan menggunakan speed boat maupun motor laut milik masyarakat dari pelabuhan Sidangoli denganwaktu yang dibutuhkan antara 7 - 10 menit menggunakan speed boat, sedangkan menggunakan mator laut, dibutuhkan waktu sekitar 15 – 20 menit untuk mencapai Teluk Dodinga.
4.2 Kondisi Fisik Kawasan Teluk Dodinga.
bulan April dan November. Curah hujan juga bervariasi antara 1000-2500 mm/tahun. Musim kemarau berlangsung dari bulan Oktober-Maret. Musim hujan pada bulan Desember-Pebruari dan yang paling deras terjadi pada bulan Desember dan Pebruari. Angin kencang bertiup pada bulan Desember dan Pebruari diikuti dengan hujan deras dan laut yang bergelora (BMG Babullah Ternate, 2009). Tabel 10 menunjukkan data klimatologi rata-rata bulanan selama 5 tahun terakhir (2005-2009).
Tabel 10 Rangkuman Data Klimatologi Tahunan BMG Babbulllah Ternate
Tahun Suhu Udara (0C) Curah Hujan Matahari P
(%)
Tekanan Udara (minibar)
Kelembaban Udara (%)
Kec. Angin (knot/de t) Rata-rata
Max Min
Jumlah (mm)
Hari Hujan
Januari 27,68 30,43 24,93 220 22 45 1 018.5 83,70 6,10
Pebruari 27,08 30,37 23,80 178 14 53 1 009.7 75,28 4,59
Maret 27,15 30,67 23,63 240 22 56 1 010.2 83,94 3,97
April 27,52 30,80 24,23 194 15 58 1 011.1 80,47 3,95
Mei 27,48 31,07 23,90 245 17 63 1 012.4 84,22 3,24
Juni 27,17 30,57 23,77 240 20 64 1 012.9 82,18 2,88
Juli 27,02 30,30 23,73 120 19 71 1 014.0 82,01 3,46
Agustus 26,78 30,23 23,33 63 18 84 1 014.4 82,19 3,23
September 27,22 30,63 23,80 153 14 93 1 013.9 78,98 3,60
Oktober 27,57 31,33 23,80 163 19 91 1 012.4 84,30 3,27
November 27,25 30,50 24,00 382 24 69 1 010 6 83,10 2,99
Desember 27,33 30,63 24,03 248 22 54 1 009.7 85,57 3,63
Sumber : BMG Stasiun Meteorlogi Babbullah Ternate (2009)
4.3 Kondisi Batimetri dan Oseanografi. Batimetri.
Distribusi kedalaman perairan dangkal menyebar pada perairan pantai. Kelandaian perairan yang dihitung terhadap kontur kedalaman referensi 200 meter menunjukkan bahwa kelandaian perairan Teluk Dodinga sebesar 3% (DKP Halmahera Barat, 2008) seperti ditunjukkan pada Gambar 4.
Pasang Surut.
Letak geografis perairan Maluku Utara yang berada di daerah khatulistiwa memungkinkan terjadinya ketidakstabilan perairan sehingga mempengaruhi sirkulasi arus dan struktur suhu dalam kolom air. Sementara terganggunya struktur kolom air dari setiap perairan mempunyai implikasi penting untuk produktivitas perairan terutama dekat lapisan permukaan (Transter et. al., 1986). Pasang surut di perairan Teluk Dodinga digolongkan sebagai Pasang Surut Campuran dengan dominasi Pasang Surut Ganda (predominantly semi diurnal tide) . Ciri utama tipe pasang surut ini adalah terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dimana pasang pertama selalu lebih besar dari pasang kedua. Tunggang air (tidal range) perairan Teluk Dodinga umumnya berkisar antara 0.3 - 1.6 meter.
Pasang surut terendah yang terjadi selama bulan September 2009 atau pada saat melakukan penelitian terjadi pada tanggal 6, 7, 19, 20 dan 21 September 2009, jam 01.00 - 02.00 WIT dini hari dan pada siang hari terjadi pada tanggal 18, 19 dan 20 September 2009, jam 012.00 - 13.00 WIT, (Dishidros TNI AL, 2009). Kondisi pasang surut berdasarkan ramalam pasut bulan September seperti ditunjukkan pada Gambar 5.
Kecerahan Perairan.
Kecepatan Arus.
Sirkulasi arus yang terjadi disuatu perairan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain musim, angin, topografi perairan, morfologi pantai dan kedalaman laut (Pond and Pichard, 1983). Secara keseluruhan arus disekitar perairan Teluk Dodinga bervariasi. Kecepatan arus atau perpindahan massa air di perairan Teluk Dodinga merupakan kombinasi arus angin dan arus pasang surut. Arus angin mendominasi bagian selatan teluk karena berhadapan langsung dengan perairan terbuka, sedangkan arus pasang surut lebih dominan pada bagian utara karena perairannya merupakan bagian dalam teluk. Kecepatan arus angin pada bulan Oktober di perairan ini dominan bergerak dari arah timur dan timur laut dengan kecepatan berkisar antara 0.25 – 0.65 m.s-1. Kecepatan arus pasang surut yang terekam bervariasi antara 0.07 – 0.15m.s-1 dengan nilai kecepatan rata-rata 0.9m.s-1.(Dinas Kelautan dan Perikanan Halmahera Barat, 2008). Ketika penelitian ini berlangsung, kecepatan arus dibeberapa stasiun penelitian berkisar antara 6.95 – 9.35 cm/det atau0.069 – 0.093 m.s-1.
Kualitas Air.
Pengukuran parameter suhu, salinitas, oksigen terlarut, pH air dan pH tanah di perairan Teluk Dodinga bervariasi, dimana suhu antara 28.33 – 29.67°C dengan nilai rata-rata 29.13°C, salinitas berkisar anatar 31.00 – 33.3‰ dengan nilai rata-rata 32.40‰, pH air yakni antara 7.00 – 7.20 dengan nilai rata-rata adalah 7.13 dan pH tanah berkisar antara 6.23 – 6.80 dengan nilai rata-rata adalah 6.48 (Tabel 11).
Gambar 4 Peta Distribusi Kedalaman Perairan Teluk Dodinga
35
P. T e r n a te
P. T id o re
P. H a lm a h e ra
LO K A S I P E N E LI T IA N P e t a In s e rt
20 m
1 0 m
2 0 m
2 0m
5 0m
5 0m
1 0 m
33 3 0 0 0 33 4 5 0 0 33 6 0 0 0 33 7 5 0 0 33 9 0 0 0 34 0 5 0 0 34 2 0 0 0 34 3 5 0 0 34 5 0 0 0 34 6 5 0 0
94
500
9
6000
97500
9450
0
96000
P e t a K o n d isi K e d a lam an D i T elu k D o d in g a K ec . Ja ilo lo S ela ta n
N
E W
S
50 0 0 5 0 0 1 00 0 m
D a ra t G a ris P a n t a i
#
Y Ib uk o ta K e c a m a t a n
K e t e ra n g a n :
S u m b e r P e t a :
1. P e t a R B I Le m b a r S id an g o li S k a la 1 : 5 0 .0 0 0 2 00 8 2. C it ra L a n d sa t E TM 7
3. P e t a B a t im et r i P . H a lm a h e ra B a g ia n B a ra t S k a la 1 : 1 0 0 .0 00 Ta hu n 2 0 0 2