• Tidak ada hasil yang ditemukan

x DAFTAR ISTILAH

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.

KEAMANAN PANGAN

Menurut UU RI No. 7 tahun 1996, pangan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman. Sedang Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia (PP No. 28 Tahun 2004). Mutu Pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi, dan standar perdagangan terhadap bahan makanan, makanan dan minuman (PP No. 28 Tahun 2004).

Keamanan pangan sudah menjadi masalah global, sehingga mendapat perhatian utama dalam perdagangan internasional. Memasuki era perdagangan bebas, masalah mutu dan keamanan pangan memegang peranan yang sangat strategis. Perhatian masyarakat internasional terhadap keamanan pangan yang dikonsumsinya sudah sangat tinggi, sehingga mereka mensyaratkan standar yang tinggi pada bahan pangan yang akan diterima dan dikonsumsinya (Hariyadi 2007). Menurut Suryana (2006), era globalisasi perdagangan menuntut diterapkannya jaminan mutu seperti, Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP) untuk pangan dan persyaratan produksi yang berwawasan lingkungan (Ecolabelling), serta sistem pengelolaan keamanan pangan dalam ISO 22000: 2005. Produk pangan ekspor yang tidak memenuhi jaminan mutu dan keamanan dapat ditahan dan ditolak masuk ke negara pengimpor.

Banyak produk pangan ekspor yang ditolak oleh negara-negara pengimpor karena tidak terjamin keamanannya. Indonesia sebagai salah satu negara yang mengekspor produk pangan ke luar negeri telah banyak mendapat kasus penolakan oleh FDA dan RASFF. Menurut data dari FDA, mulai dari Januari 2001 sampai dengan September 2005, setiap tahunnya tercatat setidaknya sebanyak lebih dari 300 kasus (bahkan sampai lebih dari 700 kasus pada tahun 2001) penolakan produk Indonesia untuk masuk ke AS. Sebanyak lebih dari 80 % kasus dari produk tersebut adalah produk pangan. Keamanan pangan digunakan oleh FDA sebagai alasan penolakan produk-produk pangan Indonesia (Hariyadi 2007). Pada tahun 2009 terjadi sekitar 239 kasus penolakan terhadap produk pangan ekspor Indonesia. Jadi, kinerja produk Indonesia untuk menembus pasar AS, dilihat dari aspek mutu masih sangat memprihatinkan. Sebagian besar penolakan karena alasan keamanan pangan tersebut, yaitu sekitar 33-80 % (rata-rata 62 %),

ditolak karena alasan “filthy”. Secara umum, filthy dapat diartikan bahwa pada produk tersebut

mengandung “sesuatu yang tidak selayaknya ada dalam bahan pangan tersebut”. Penyebab

adanya filthy adalah karena masih kurang atau tidak diterapkannya prinsip-prinsip penanganan dan pengolahan yang baik. Dengan kata lain, kepada produsen produk pangan dan hasil pertanian Indonesia masih perlu diperkenalkan, disosialisasikan, dan diawasi untuk menerapkan good practices (Hariyadi dan Andarwulan 2007). Selain itu jenis produk pangan yang ditolak oleh pasar AS sebagian besar berupa produk segar seafood dan sejenisnya. Hal ini dikarenakan praktek GHP, GMP, dan GT/DP belum sempurna dilakukan di industri pangan di Indonesia (Hariyadi 2007).

4

Tidak hanya di AS saja terjadi kasus penolakan produk pangan Indonesia. Di Eropa oleh RASFF, produk pangan Indonesia juga banyak ditolak masuk karena alasan yang sama yaitu keamanan pangan. Berdasarkan data dari RASFF menyebutkan bahwa terjadi 11 kasus penolakan produk perikanan Indonesia pada tahun 2010. Produk perikanan ini mengandung Salmonella sp. yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia jika mengkonsumsinya.

B.

US-FDA (UNITED STATES - FOOD AND DRUG ADMINISTRATION)

FDA adalah lembaga di bawah Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat yang terdiri atas kantor dan pusat layanan. FDA bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin keamanan, khasiat dan keamanan obat-obatan manusia dan hewan, produk biologi, peralatan medis, suplai makanan untuk negara, kosmetik dan produk radiasi, dan mengatur pembuatan, pemasaran dan distribusi produk tembakau. FDA juga bertanggung jawab untuk memajukan kesehatan masyarakat dengan membantu mempercepat inovasi untuk membuat obat-obatan dan makanan lebih efektif, aman dan terjangkau, dan membantu masyarakat mendapatkan informasi yang akurat berbasis ilmiah untuk obat-obatan dan makanan, dan untuk mengurangi penggunaan tembakau untuk meningkatkan kesehatan.

Dalam menjamin kesehatan masyarakat, FDA memiliki undang-undang yang disahkan

oleh Presiden George W. Bush yang disebut “Public Health Security and Terorism Prepardnes

and Response Act of 2002” (Undang-Undang Mengenai Perlindungan Kesehatan Masyarakat dan Penangkalan Terorisme). Undang-undang ini selanjutnya disebut “Bioterorism Act” (Undang- Undang Bio-terorisme). Undang-undang Bio-terorisme terdiri atas judul lima judul:

1. National Preparedness for Bioterrorism and Other Public Health Emergencies 2. Enhancing Controls on Dangerous Biological Agents and Toxins

3. Protecting Safety and Security of Food and Drug Supply 4. Drinking Water Security and Safety

5. Additional Provisions

Pada undang-undang tersebut yang erat kaitannya dengan aktivitas ekspor dari negara luar AS adalah ketentuan yang tertuang pada judul III (Protecting Safety and Security of Food and Drug Supply). Peraturan ini berlaku untuk pengusaha atau importir bahan makanan di AS. Sebagian besar pasokan bahan pangan berasal dari luar AS sehingga importir AS akan meminta eksportir terkait mengirim data atau informasi untuk memenuhi persyaratan yang diminta oleh Pemerintah AS. Judul III memuat empat pasal yang menjelaskan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Keharusan mendaftar fasilitas yang digunakan (Pasal 305). Ketentuan ini mengharuskan pemilik atau pengelola atau agen yang mengelola suatu fasilitas pangan baik di dalam negeri (AS) maupun diluar negeri untuk mendaftar (alamat, pemilik, dan lain-lain) kepada US-FDA. Pengertian fasilitas adalah pabrik, gudang, pabrik pengemas yang membuat, memproses, mengemas, dan menyimpan bahan pangan. Pendaftaran ini dapat dilakukan oleh importir yang berasal di AS dengan meminta eksportir Indonesia mengisi formulir yang telah disediakan.

2. Penyusunan dan pemeliharaan catatan atau data (Pasal 306). Ketentuan ini memberi wewenang kepada Menteri Pertanian untuk menentukan sumber terdekat dari asal dan penerimaan bahan pangan yang dikirim atau diterima. Ketentuan ini ditujukan untuk memudahkan US-FDA menilai atau melacak bila ditemui ancaman yang serius membahayakan kesehatan manusia dan hewan. Mereka yang terkena ketentuan ini

5

adalah yang membuat, memproses, mengemas, membawa, mendistribusikan, menerima, menyimpan, dan mengimpor bahan pangan.

3. Pemberitahuan awal bagi bahan pangan impor yang dikapalkan (Pasal 307). Ketentuan ini mengatur importir agar menyampaikan pemberitahuan awal kepada US- FDA mengenai bahan pangan yang akan dikapalkan. Pemberitahuan ini harus mencakup deskripsi lengkap produk, nama pembuat (pabrik), nama kapal, nama petani bila diketahui, negara asal, negara di mana produk dikapalkan, dan pelabuhan tujuan.

4.

Penahanan administratif (Pasal 303). Ketentuan ini memberi wewenang kepada Menteri Pertanian AS melalui US-FDA untuk memerintahkan penahanan bahan pangan bila seorang pejabat atau petugas yang berwenang menemukan bukti yang meyakinkan atau informasi yang menunjukan bahan yang dapat memberikan dampak negartif atau buruk atau kematian bagi manusia atau hewan.

Selain UU Bio-terorisme, FDA juga memiliki peraturan dalam hal impor produk pangan yaitu Food, Drug, and Cosmetic Act. (UU FD&C). Dalam peraturan tersebut FDA dapat melakukan penahanan terhadap produk pangan yang masuk tanpa ada pemerikasaan fisik terlebih dahulu jika produk pangan tersebut berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat. Penahanan ini dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari lembaga negara atau lokal yang telah melakukan analisis terhadap produk pangan yang masuk dan FDA telah menetapkan bahwa pengambilan sampel dan pengujian yang dilakukan adalah akurat, diterima dan mewakili dari

produk tersebut. Pada Pasal 801 (a) UU FD&C menyatakan, “jika dalam pemeriksaan sampel

tersebut atau dinyatakan pada Pasal (1) produk tersebut telah diproduksi, diproses, atau dikemas dalam kondisi tidak bersih atau fasilitas atau pengendalian dalam pembuatan, pengepakan, penyimpanan, atau instalasi tidak memenuhi pesyaratan Pasal 520 (f), atau Pasal (2) produk tersebut dilarang atau dibatasi dalam penjualan di negara dimana produk diproduksi atau dari mana produk diekspor, atau Pasal (3) produk tersebut tercemar, misbranded, atau melanggar

Pasal 505, maka produk tersebut akan ditolak masuk.”

FDA akan melakukan penahanan terhadap beberapa produk seperti berikut: 1. Produk tersebut dapat menyebabkan resiko kesehatan yang tidak diinginkan.

2. Produk (segar, beku, atau olahan) yang memiliki tingkat residu pestisida, alfatoksin, dan kontaminan kimia diatas batas.

3. Produk makanan kaleng asam rendah atau makanan yang diasamkan (kegagalan dalam proses pada suatu produk atau tidak terregristrasi).

4. Produk dengan informasi tentang bahan produk atau formulasi yang tidak jelas. 5. Produk yang tidak memberitahukan perubahan perangkat dan tidak sesuai dengan

Pasal 510 (k) atau tentang permohonan persetujuan untuk pemasaran.

6. Produk yang memiliki pelanggaran pada pelabelan atau tidak sesuai dengan NLEA (Nutritional Labeling and Education Act).

C.

UNI EROPA-RASFF (RAPID ALERT SYSTEM FOR FOOD AND FEED)

Diluncurkan pada tahun 1979, RASFF pada dasarnya merupakan alat untuk pertukaran informasi antara badan yang berwenang pada pengiriman pangan dan pakan dalam kasus di mana resiko terhadap kesehatan manusia telah diidentifikasi dan langkah-langkah telah diambil, seperti penanganan, penarikan, penyitaan atau penolakan terhadap produk tersebut. Pertukaran cepat informasi ini memungkinkan semua negara anggota untuk memverifikasi segera apakah mereka

6

juga dipengaruhi oleh masalah. Setiap kali produk sudah ada di pasar dan tidak boleh dikonsumsi, pemerintah negara-negara anggota akan dalam posisi untuk mengambil langkah-langkah mendesak, termasuk memberikan informasi langsung kepada masyarakat.

Jaringan RASFF melibatkan negara anggota Uni Eropa, negara-negara European Economic Area (EEA) seperti Norwegia, Liechtenstein dan Islandia, Sekretariat Economic Free Trade Association (EFTA) mengkoordinasikan masukan dari negara-negara EEA, European Food Safety Authority (EFSA) dan Komisi sebagai pengelola sistem.

Sistem pertukaran cepat merupakan hasil konkret dan nyata tentang integrasi Eropa. Petukaran cepat informasi tentang resiko pangan dan pakan terkait, memastikan tindakan yang koheren dan simultan oleh semua negara anggota. Negara-negara anggota menggunakan template (lembaran) untuk menyediakan semua informasi yang relevan dan berguna seperti identifikasi produk, bahaya yang ditemukan, kebijakan yang diambil dan informasi penelusuran produk. Jika produk berbahaya terdapat di pasar, maka negara-negara anggota akan melapor kepada Komisi Eropa melalui RASFF tentang apa yang telah ditemukan dan langkah-langkah yang telah dilakukan.

Anggota RASFF masing-masing memiliki penghubung yang ditunjuk untuk bertanggung jawab mengirimkan pemberitahuan RASFF kepada Komisi dimana sebelumnya telah dilakukan suatu tindakan yaitu inspektur pangan atau pakan telah memerikasa produk di pasar atau di perbatasan. Mereka mungkin telah mengambil sampel dan telah menerima hasil dari laboratorium. Jika ditemukan bahwa tidak ada keluhan pada produk maka perlu dilaporkan di dalam sistem nasional. Kewenangan memutuskan masalah berada di bawah lingkup RASFF dan melaporkan ke penghubung nasional RASFF. Penghubung nasional memverifikasi dan melengkapi pemberitahuan RASFF yang diperlukan dan meneruskannya kepada Komisi Eropa dengan menggunakan template. Template merupakan formulir pemberitahuan RASFF untuk memberikan rincian dari temuan dan tindakan yang diambil serta menambahkan dokumen yang relevan seperti tagihan, daftar perusahaan, laporan analitis, dll.

Beberapa tipe pemberitahuan yang diinformasikan melalui RASFF adalah sebagai berikut: 1. Alert notifications

Sebuah „pemberitahuan peringatan‟ atau „peringatan‟ akan dikirim melalui RASFF ke

negara anggota apabila pangan atau pakan memiliki resiko serius di pasar atau ketika tindakan cepat diperlukan. Peringatan yang dilakukan oleh anggota jaringan yang mendeteksi masalah dan telah melakukan tindakan yang relevan seperti penarikan. Pemberitahuan ini bertujuan untuk memberikan informasi ke semua anggota jaringan untuk memverifikasi apakah produk yang bersangkutan telah beredar di pasar, sehingga anggota jaringan dapat mengambil tindakan yang diperlukan. Produk yang bersangkutan telah ditarik atau sedang dalam proses penarikan dari pasar. Negara- negara anggota memiliki mekanisme sendiri untuk melakukan tindakan, seperti menyediakan informasi secara detail melalui media jika perlu.

2. Information notifications

Sebuah „pemberitahuan informasi‟ menyangkut suatu pangan atau pakan di pasar

negara yang memberitahukan dimana resiko telah diidentifikasi dan tidak memerlukan tindakan cepat, karena pangan atau pakan belum mencapai pasar atau tidak ada di pasar (pada negara-negara anggota selain negara yang memberitahukan).

7

Suatu „pemberitahuan batas penolakan‟ menyangkut suatu pangan dan pakan yang

ditolak masuk masyarakat karena alasan resiko terhadap kesehatan manusia dan hewan.

4. News notifications

Suatu „pemberitahuan berita‟ menyangkut setiap jenis informasi yang berhubungan

dengan keamanan pangan atau pakan yang belum disampaikan sebagai peringatan, informasi atau batas penolakan, oleh pihak yang berwenang dalam hal pangan dan pakan di negara-negara anggota. Pemberitahuan berita seringkali dibuat berdasarkan informasi yang diambil di media atau yang disampaikan oleh bagian yang berwenang dalam pangan dan pakan di negara-negara ketiga, perwakilan EC atau organisasi internasional, setelah diverifikasi oleh negara-negara anggota yang bersangkutan. Ketika suatu produk teridentifikasi, RASFF memberitahu negara ketiga yang bersangkutan, untuk mencegah terulangnya masalah, dalam banyak kasus melalui platform jendela online RASFF. Ketika masalah serius terdeteksi, Komisi mengirim surat kepada otoritas nasional dari negara ketiga yang bersangkutan, meminta mereka untuk menerapkan langkah- langkah korektif seperti perusahaan delisting, memblokir ekspor atau mengintensifkan kontrol. Semua laporan hasil investigasi terhadap makan dan pakan yang berbahaya dipublikasikan dalam Database RASFF Portal. Database RASFF Portal membuat konsumen dapat melihat informasi yang berkaitan dengan pemberitahuan RASFF tentang pangan dan pakan secara online.

Dokumen terkait