• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

TINJAUAN PUSTAKA

Digital Watermarking

Digital watermarking adalah suatu teknik yang mengijinkan seorang individu untuk menambahkan catatan hak cipta yang tersembunyi atau pesan verifikasi lain ke dalam dokumen-dokumen atau sinyal-sinyal audio, video, atau citra. Watermark sebenarnya muncul pertama kali dalam bentuk kertas buatan tangan sejak 700 tahun yang lalu. Setelah penemuan tersebut, watermark digunakan secara luas di seluruh Eropa. Kata “digital watermark” pertama kali disebutkan pada tahun 1992 oleh Andrew Tirkel dan Charlos Osborne, dalam paper: Tirkel et al.

Electronic Watermark”. DICTA 93,

Macquarie University, p.666-673.

Watermarking sebenarnya berkaitan

dengan steganografi, tetapi digunakan dalam konteks dan cara pandang yang berbeda. Secara literatur, kata Steganografi berasal dari bahasa Yunani yaitu Steganographia, yang berarti tulisan tersembunyi (covered writing). Steganografi adalah ilmu dan seni menyembunyikan pesan rahasia (hiding

message) sedemikian sehingga keberadaan

pesan tidak terdeteksi oleh manusia (Munir 2004). Tujuan dari steganografi sendiri adalah untuk menyembunyikan informasi yang tidak ingin diketahui oleh pihak lain ke dalam suatu media yang dapat mengalihkan perhatian dan tidak membuat pihak lain curiga. Jadi, perbedaan mendasar antara steganografi dan kriptografi adalah kriptografi berusaha

menyembunyikan arti dari suatu informasi, sedangkan steganografi berusaha menyembunyikan keberadaan dari suatu informasi. Baik watermarking maupun steganografi digunakan untuk menyembunyikan informasi atau memindahkan informasi ke dalam suatu media

cover. Perbedaan antara steganografi dan

watermarking antara lain:

x steganografi bersifat tidak robust atau memiliki robustness yang terbatas, sedangkan watermarking didesain untuk bersifat robust,

x steganografi mencoba untuk

menyembunyikan fakta bahwa terdapat informasi yang tersembunyi, sedangkan

watermarking didesain untuk

memindahkan informasi yang tersembunyi meskipun tidak selalu terlihat, dan

x pada steganografi, informasi rahasia disimpan ke dalam media cover yang tidak berarti apa-apa, sedangkan pada watermarking justru media cover tersebut yang akan dilindungi kepemilikannya dengan pemberian label hak cipta.

Secara garis besar, watermark terbagi menjadi dua tipe, yaitu visible watermark dan invisible watermark.

x Visible watermark

Watermark jenis ini dapat terlihat oleh indera manusia. Visible watermark bersifat sangat robust karena keberadaan

watermark dapat dikenali dengan mudah

dan biasanya sangat sulit untuk dihapus. Watermark yang disisipkan dapat bersifat solid ataupun semitransparan, dan untuk

memindahkannya membutuhkan cropping yang signifikan. Contoh hasil penyisipan visible watermark dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Contoh visible watermark (Kipper G. 2004).

PENDAHULUAN Latar Belakang

Sekarang ini, hampir semua orang sudah mengenal komputer. Komputer sudah digunakan di berbagai aspek kehidupan, seperti untuk menyimpan data perusahaan, mengatur keuangan, bahkan untuk sekedar sarana hiburan seperti untuk mendengarkan lagu, menonton video, main game, dan sebagainya.

Seiring dengan perkembangan komputer digital dan perangkat-perangkat lainnya yang serba digital, kebanyakan orang lebih memilih untuk menggunakan data digital. Beberapa keunggulan dari data yang berbentuk digital antara lain:

• mudah dan murah dalam penduplikasian dan hasilnya sama dengan aslinya, • mudah dan murah dalam penyimpanan

untuk kemudian dapat diolah atau diproses lebih lanjut, dan

• mudah didistribusikan, baik melalui media seperti disk maupun melalui jaringan seperti internet.

Selain itu, dengan berkembangnya teknologi internet sebagai jaringan terluas yang menghubungkan hampir semua komputer yang ada di seluruh dunia, maka semakin mempermudah setiap komputer untuk saling memperoleh data orang lain. Melalui internet, setiap komputer di dunia dapat saling bertukar data satu sama lain dengan mudah.

Kemudahan-kemudahan yang dimiliki oleh data digital tersebut tanpa disadari dapat berbalik menjadi kelemahan-kelemahan dari data digital itu sendiri. Kemudahan dalam memperoleh, menduplikasi, dan mengolah data digital, akan semakin membuka jalan bagi semua orang untuk menggunakan data orang lain dengan sewenang-wenang dan bahkan tanpa ijin dari pemilik data. Keamanan data menjadi sesuatu yang sangat penting dan menjadi kebutuhan yang vital dalam penggunaan data digital. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode atau alat yang dapat digunakan untuk mengamankan data digital.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengamankan data adalah dengan menyisipkan keterangan hak cipta pada data yang akan diamankan, yang dapat digunakan sebagai bukti jika ada orang yang menggunakan data dengan tidak semestinya. Copyright protection mungkin merupakan aplikasi watermarking yang paling terkenal sekarang ini. Tujuannya adalah untuk menambahkan informasi mengenai sumber,

biasanya hak cipta dari pemilik, dari data untuk mencegah pihak lain yang akan meng- claim hak cipta dari data tersebut (Katzenbeisser & Petitcolas 2000). Data digital yang akan diterapkan pada penelitian kali ini hanya data yang berupa citra digital.

Sekarang ini sudah terdapat beberapa metode watermarking yang dapat diterapkan pada citra digital, seperti metode: Least Significant Bit Coding, Patchwork (diperkenalkan oleh Bender), Pitas and Kaskalis, Caroni, Cox, Randomly Sequenced Pulse Position Modulated Code (RSPPMC), dan lain-lain. Akan tetapi penulis tertarik dengan metode-metode yang memanfaatkan karakteristik Discrete Cosine Transform (DCT). Hal ini dikarenakan perubahan nilai DCT pada suatu citra pengaruhnya lebih kecil dibandingkan perubahan nilai piksel dari citra tersebut. Metode watermarking yang akan digunakan pada penelitian kali ini adalah metode Cox yang diusulkan oleh Ingemar J. Cox, Joe Kilian, Tom Leighton, dan Talal Shamoon, karena metode ini memanfaatkan karakteristik Discrete Cosine Transform (DCT) pada metode penyisipan maupun pengekstraksian label hak cipta. Metode ini mendukung ketahanan terhadap operasi- operasi sinyal (seperti konversi digital-analog dan analog-digital, resampling, requantization, dan signal enhancement), ketahanan terhadap operasi-operasi geometris (seperti rotasi, translasi, dan lainnya), dan ketahanan terhadap serangan (Cox et al. 1997).

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1 Mempelajari kinerja proses watermarking dengan metode Cox pada citra digital dengan format bitmap (BMP).

2 Menganalisis pengaruh perubahan nilai koefisien DCT terpilih pada proses watermarking terhadap besarnya distorsi pada watermarked image dan pengaruh perubahan yang terjadi pada watermark setelah watermark diekstrak kembali dibandingkan dengan watermark yang asli.

3 Mengetahui seberapa besar ketahanan metode Cox terhadap beberapa jenis serangan sebagai berikut:

• operasi rotasi citra, baik 900, 1800, maupun 2700,

• kompresi JPEG, • operasi cropping, dan • operasi resizing.

Ruang Lingkup

Pesan gambar dan cover image yang akan digunakan dalam penelitian ini hanya dibatasi untuk citra digital yang memiliki format bitmap (BMP), baik yang memiliki tiga warna (RGB) maupun satu warna (grayscale), dimana pesan gambarnya harus memiliki ukuran yang lebih kecil daripada cover image- nya. Pada penelitian kali ini, metode watermarking yang akan digunakan adalah metode Cox.

Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui pengaruh perubahan nilai DCT pada metode Cox terhadap perubahan kualitas citra. Dengan penelitian ini juga diharapkan dapat diketahui ketahanan dari penerapan metode Cox terhadap perlakuan operasi rotasi citra, kompresi JPEG pada citra, operasi cropping, dan operasi resizing.

TINJAUAN PUSTAKA

Dokumen terkait