• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1

SUSU DAN PRODUK SUSU

Susu adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih. yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya (BSN 1998). Susu merupakan bahan pangan yang bergizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang lengkap yaitu protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia. Kandungan gizi susu secara lengkap seperti yang ditampilkan pada Tabel 1. Susu mempunyai peranan yang strategis dalam kehidupan manusia karena mengandung komponen gizi yang lengkap serta kompleks.

Tabel 1. Komposisi susu sapi segar

No. Komponen Konsentrasi (g/liter)

1. Lemak 37

Trigliserida 35.15-35.5

Digliserida 0.48-0.59

Asam lemak bebas 0.04-0.18

Total pospolipid 0.3-0.37 2. Protein 34 Casein 26 α S1 11.1 α S2 1.7 8.2 1.2 κ 3.7 Whey protein 0.7 α –lactalbumin 3.0 –lactoglobulin 0.3 serum albumin 0.6 Immunoglobulins 1.9 3. Non-Protein Nitrogen 1.9 4. Laktosa 45 5. Asam sitrat 1.75 6. Abu 7.0 7. Kalsium 1.25 8. Pospor 0.96

Sumber : Adams & Moss (2008)

Mikroorganisme yang terdapat dalam susu segar dapat berasal dari sapi ataupun alat pemerahan susu dan penanganannya. Dengan penanganan dan kondisi penyimpanan yang semestinya mikroba dalam susu umumya adalah bakteri gram positif. Susu segar yang disimpan dalam refrigerator dapat mengandung beberapa bakteri dari genus antara lain : Enterococcus, Lactococcus,

4 Streptococcus, Lactobacillus, Microbacterium, Oerskavia, Propionibacterium, Micrococcus, Proteus, Pseudomonas, Bacillus, Listeria, dan sedikitnya satu jenis bakteri koliform (Jay 2000).

Susu memiliki water activity (aw) yang tinggi, pH netral (6.4-6.6), dan nutrien yang tinggi yang membuat susu menjadi media yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroba (Adams dan Moss 2008). Kandungan nilai gizi yang tinggi pada susu merupakan media yang sangat disukai oleh mikroba untuk pertumbuhannya, sehingga apabila tidak dilakukan penanganan yang tepat susu akan mudah rusak oleh kehadiran mikroba. Untuk itu susu biasanya telah mengalami pengolahan seperti susu pasteurisasi, susu kental manis, susu UHT, susu fermentasi, maupun susu bubuk. Tabel 2, 3, dan 4 menunjukkan jumlah cemaran mikroba yang dipersyaratkan SNI untuk beberapa produk susu cair.

Tabel 2. Persyaratan mutu mikrobiologi pada susu cair (SNI 01-6366-2000) No Jenis cemaran mikroba

Batas maksimum cemaran mikroba Susu segar Susu

pasteurisasi

Susu steril/UHT 1 Total Pate count (cfu/mL) 1 x 106 <3 x 104 < 10/0.1

2 Coliform 20/ ml < 0.1 x 101 0

3 E. coli (patogen) (*) 0 0 0

4 Enterococci 1 x 102 1 x 102 0

5 S. aureus (cfu/mL) 1 x 102 1 x 101 0

6 Clostridium sp. 0 0 0

7 Salmonella sp (**) Negatif Negatif Negatif

8 Camphylobacter sp. 0 0 0

9 Listeria sp. 0 0 0

Keterangan :

(*) : dalam satuan MPN/ gram atau ml (**) : dalam satuan kualitatif

Tabel 3. Persyaratan mutu mikrobiologi produk susu bubuk (SNI 01-2970-2006)

No Jenis Satuan Persyaratan Susu bubuk berlemak Susu bubuk rendah lemak Susu bubuk tanpa lemak 1 ALT Koloni/g Maks. 5 x 104 Maks. 5 x 104 Maks. 5 x 104

2 Coliform APM Maks 10 Maks 10 Maks 10

3 E. coli Koloni/g < 3 < 3 < 3

4 Salmonella Koloni/100gr Negatif Negatif Negatif 5 S. aureus Koloni/g 1 x 102 1 x 102 1 x 102

Tabel 4. Persyaratan mutu mikrobiologi produk susu fermentasi (SNI 2981-2009) No Kriteria uji Satuan

Persayaratan Yogurt tanpa perlakuan

panas setelah fermentasi

Yogurt dengan perlakuan panas setelah fermentasi

1 Bakteri koliform APM/g Maks 10 Maks 10

2 Salmonella - Negatif/25 g Negatif/25 g

3 L. monocytogenes - Negatif/25 g Negatif/25 g 4. Jumlah bakteri

starter

5

2.2

BAKTERI ASAM LAKTAT

Bakteri asam laktat adalah kelompok bakteri yang mampu mengubah karbohidrat (glukosa) menjadi asam laktat (Ray dan Bhunia 2008). Pada umumnya bakteri asam laktat dihubungkan dengan habitat yang kaya akan nutrisi seperti susu, daging, sayuran, tetapi beberapa merupakan mikroflora mulut, usus, dan vagina dari mamalia (Axelsson 2004). Bakteri asam laktat dapat disolasi dari saluran pencernaan atau air susu ibu hewan dan manusia dan atau buah terfermentasi. Salah satu yang berpontesi penghasil bakteri asam laktat adalah air susu ibu yang kaya akan nutrien yang menunjang untuk pertumbuhan bakteri asam laktat.

Bakteri asam laktat umumnya termasuk bakteri fakultatif anaerobik yang dapat tumbuh pada kondisi dengan atau tanpa oksigen. Bakteri asam laktat merupakan kelompok bakteri gram positif yaitu suatu mikroorganisme yang dapat menahan kompleks pewarna primer ungu kristal iodium. Bakteri asam laktat umumnya tidak membentuk spora, berbentuk bulat atau batang, tidak menghasilkan katalase, dan merupakan kemoorganotrof yang hanya bisa tumbuh pada media kompleks (Axelsson 2004).

Bakteri asam laktat erat kaitannya dengan fermentasi pangan secara tradisisonal dan termasuk golongan mikroorganisme yang aman untuk ditambahkan dalam pangan, karena sifatnya yang tidak toksik dan tidak menghasilkan toksin yang sering disebut dengan sebutan food grade microorganism atau disebut juga dengan mikroorganisme generally recognized as safe (GRAS) yaitu mikroorganisme yang tidak beresiko terhadap kesehatan (Holzapfel et al. 1995). Selain itu bakteri asam laktat juga termasuk bakteri probiotik yaitu mikroorganisme hidup yang bila diberikan dalam jumlah tertentu memberikan manfaat bagi inangnya seperti mencegah diare menjaga keseimbangan flora usus, mencegah kanker dan menurunkan kolesterol (Reid et al. 2003).

Sejauh ini diketahui bahwa bakteri asam laktat tidak bersifat patogen dan aman untuk dikonsumsi sehingga dapat dipakai untuk meningkatkan kesehatan baik manusia maupun ternak. Asam laktat yang dihasilkan bakteri asam laktat dalam saluran pencernaan dapat mencegah pertumbuhan bakteri yang merugikan dan sebagai kontrol pembuangan kotoran dengan cara merangsang dinding saluran pencernaan. Asam-asam organik seperti asam laktat dan asam asetat yang diproduksi bakteri asam laktat sebagai hasil fermentasi laktosa dalam susu dapat membantu aktivitas usus dengan merangsang peristaltis, meningkatkan kecernaan dan penyerapan (Widyastuti dan Sofarianawati 1999).

Terdapat 12 genus bakteri yang menunjukkan kemampuannya dalam menghasilkan asam laktat dari karbohidrat. Genus yang termasuk ke dalam grup bakteri asam laktat yaitu Lactococcus, Leuconostoc, Pediococcus, Lactobacillus, Streptococcus, Enterococcus, Aerococcus, Vagococcus, Tetragenococcus, Carnobacterium, Weisella, dan Oenococcus. Beberapa genus bakteri merupakan hasil pemisahan dari genus sebelumnya, sebagai contoh Lactococcus dan Enterococcus sebelumnya merupakan genus Streptococcus Grup N dan Grup D (Ray dan Bhunia 2008). Beberapa genus bakteri asam laktat yang umumnya dibahas diantaranya adalah Lactococcus, Lactobacillus, Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus, dan Bifidobacterium.

Lactococcus berbentuk oval dengan diameter sel 0.5 sampai 1.0 μm, dapat ditemui dalam bentuk berpasangan atau rantai pendek. Lactococcus bersifat non-motil, tidak berspora, fakultatif anaerob hingga microaerofilik. Pada umumnya bakteri tumbuh dengan baik pada suhu 20 sampai 30oC, namun tidak dapat tumbuh pada pH 9.6 atau larutan 6.5% NaCl. Bakteri ini dapat menghasilkan 1% L(+)-lactic acid dan menurunkan pH hingga 4.5. Habitat alami bakteri ini adalah sayuran hijau, silase, dan susu segar (Ray dan Bhunia 2008).

6 Lactobacillus merupakan bakteri yang berbentuk batang yang sangat beragam ukurannya ada yang berbentuk batang pendek maupun panjang dan merupakan bakteri fakultatif anaerob. Sebagian besar bakteri non-motil, mesofilik (tetapi ada sebagian yang psikotropik), dapat bersifat homo atau heterofermentatif. Bakteri dapat ditemukan pada tumbuhan, susu, daging, maupun feses. Ada beberapa spesies yang digunakan untuk menghasilkan produk pangan seperti Lactobacillus bulgaricus dan Lactobacillus plantarum, ada juga beberapa spesies yang merupakan probiotik seperti Lactobacillus casei, Lactobacillus reutei, dan Lactobacillus acidophilus. Sebagian ada yang menghasilkan bakteriosin yang dapat digunakan sebagai pengawet alami (Ray dan Bhunia 2008).

Streptococcus thermophilus merupakan bakteri asam laktat yang biasa digunakan untuk menghasilkan susu fermentasi. Bakteri ini merupakan bakteri Gram positif yang memiliki bentuk bulat dengan diameter 0.7 hingga 0.9 μm. Pertumbuhan optimum pada suhu 37 sampai 40 o

C, tetapi dapat juga tumbuh pada suhu 52 oC. Bakteri ini merupakan bakteri fakultatif anaerob dan pada larutan gula dapat menurunkan pH hingga 4.0 dan menghasilkan L(+)-lactic acid. Bakteri ini dapat memfermentasi manosa, fruktosa, dan laktosa, tetapi umumnya tidak dapat memfermentasi galaktosa dan sukrosa. Sel bakteri dapat bertahan pada suhu 60oC selama 30 menit. Habitat asli dari bakteri ini tidak diketahui tetapi bakteri ini dapat ditemukan secara alami di susu (Ray dan Bhunia 2008).

Leuconostoc merupakan bakteri Gram positif, berbentuk bulat, tidak membentuk spora, non motil, katalase negatif, dan bersifat fakultatif anaerob. Bakteri ini dapat tumbuh dengan baik pada suhu 20 sampai 30oC, dengan kisaran 1 sampai 37 oC. Glukosa difermentasi menjadi D(-)-lactic acid, CO2, ethanol atau asam asetat, dan menurunkan pH hingga 4.5 sampai 5.0. Jenis bakteri ini dapat tumbuh di susu tetapi tidak membuat susu mengental arginin tidak terhidrolisis. Sitrat dimanfaatkan untuk menghasilkan diasetil dan CO2. Leuconostoc ditemukan di tanaman, sayuran, susu, beberapa produk susu. dan daging segar atau yang sudah diolah (Axelsson 2004).

Pediococcus memiliki bentuk bulat dan membentuk tetrad tetapi ada yang berpasangan. Pediococcus tidak dijumpai dalam bentuk tunggal ataupun rantai. Bakteri ini termasuk bakteri Gram positif, non motil, tidak berspora, dan bersifat fakultatif anaerob. Bakteri tumbuh pada suhu 25 sampai 40oC, namun beberapa ada yang tumbuh pada suhu 50oC. Bakteri ini memfermentasi glukosa menjadi L(+)- atau DL-lactic acid dan beberapa dapat menurunkan pH hingga 3.6. Tergantung dari jenis bekteri, mereka dapat memfermentasi sukrosa, arabinosa, xilosa, dan ribosa. Laktosa umumnya tidak difermentasi, terutama pada susu dan tidak membuat susu menjadi mengental. Ada sebagian dari strain bakteri ini yang memiliki kemampuan hidrolisis laktosa yang lemah, terutama pada larutan yang berisi laktosa sebagai sumber karbohidratnya. Bakteri ini dapat ditemukan pada tanaman, sayuran, bir, silase, susu, sayuran fermentasi, daging, dan ikan tergantung dari jenisnya. Genus Pediococcus ini memiliki tujuh hingga delapan jenis bakteri (Ray dan Bhunia 2008).

Bifidobacterium memiliki bentuk morfologi yang sama dengan beberapa jenis Lactobacilus spp. dan sebelumnya dikelompokkan dalam genus Lactobacillus. Bakteri ini merupakan bakteri Gram positif yang memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, serta dapat ditemui dalam bentuk tunggal ataupun rantai. Bifidobacterium tidak berspora, tidak motil danbersifat anaerob obligat, meskipun ada sebagian yang masih mentoleransi adanya O2 jika didalamnya masih terdapat CO2. Bakteri jenis ini memiliki pertumbuhan pada kisaran suhu 25 sampai 45 oC, tetapi tumbuh optimal pada suhu 37 sampai 41oC. Biasanya bakteri tidak tumbuh pada pH > 8.0 dan pH < 4.5. Bakteri ini dapat diisolasi dari feses manusia, burung, dan binatang, selain itu juga ditemukan pada usus. Sebagian dari spesies bakteri ini ditambahkan dalam produk susu dan memiliki manfaat bagi kesehatan usus manusia (Ray dan Bhunia 2008). Beberapa jenis bakteri Bifidobacterium yang bersifat obligat anaerob diantaranya adalah Bifidobacterium longum, Bifidobacterium infantis, dan Bifidobacterium bifidum (Ballongue 2004).

7

2.3

METODE ANALISIS

Metode analisis dapat dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu: (1) metode standar, (2) metode resmi, (3) metode pustaka, (4) metode yang dikembangkan oleh laboratorium, dan (5) metode yang dikembangkan oleh organisasi professional (Sukarno 2005).

Metode standar adalah metode yang dikembangkan oleh organisasi/badan standarisasi baik nasional maupun internasional. Metode ini dikerjakan oleh banyak ahli divalidasi oleh banyak laboratorium dan memiliki keakuratan tinggi. Contoh beberapa metode standar/baku/acuan antara lain: Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dikembangkan oleh BSN, Bacteriological Analytical Manual (BAM) yang dikembangkan oleh US Food and Drug Administration, dan ISO yang dikembangkan oleh International Organization for Standarization.

Metode resmi adalah metode yang dipersyaratkan oleh undang-undang atau peraturan untuk digunakan oleh pemerintah atau organisasi/lembaga/ industri yang diatur oleh pemerintah. Metode yang dikembangkan oleh laboratorium adalah metode yang dirancang, diujicoba, dan divalidasi secara luas oleh suatu laboratorium sehingga metode tersebut dapat dipercaya dan memberikan hasil yang akurat. Laboratorium yang menggunakan metode baku acuan tidak perlu melakukan validasi primer (full validation) terhadap metode tersebut, tetapi cukup melakukan validasi sekunder (verifikasi). Validasi sekunder diperlukan dalam laboratorium yang hanya memverifikasi suatu metode agar dapat diterapkan untuk aplikasi analitik yang diinginkan (Sac-Singlas 2002).

Metode analisis dibedakan menjadi dua yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif yaitu metode analisis yang responnya berupa ada atau tidaknya yang dideteksi baik secara langsung atau tidak langsung terhadap sejumlah sampel. Metode kuantitatif yaitu metode analisis yang responnya berupa jumlah analit, baik yang diukur secara langsung (misalnya : enumerasi jumlah mikroba) maupun secara tidak langsung (misalnya : nilai absorbans, intensitas warna ) terhadap sejumlah sampel (Feldsine et al. 2002). Beberapa contoh metode analisis mikrobiologi secara kualitatif antara lain: (1) uji langsung terhadap mikroba indikator, (2) metode alternatif ( Dye reduction, Electrical methods, ATP determination), (3) metode cepat deteksi mikroba spesifik dan toksinnya (metode imunokimia, metode biologi molekuler). Beberapa contoh metode analisis kuantitatif antara lain : (1) Angka Lempeng Total (Total Plate Count), (2) MPN (Most Probable Number), (3) uji potensi antibiotik, (4) uji sterilitas, (5) Uji koefisien fenol (uji disinfektan dan antiseptik), dan (6) uji efektifitas pengawet.

2.4

METODE ANALISIS BAKTERI ASAM LAKTAT

Untuk menganalisis adanya bakteri asam laktat, SNI telah mengeluarkan metode analisis yaitu SNI 2981-2009 tentang pengujian kultur starter pada yogurt. Prinsip dari metode ini adalah pertumbuhan bakteri fakultatif anaerob setelah contoh diinkubasikan dalam pembenihan yang sesuai selama tiga hari pada suhu 35 °C dengan media MRSA dengan kondisi aerob. Dalam metode SNI disebutkan pula jika memungkinkan inkubasi dilakukan dalam suatu jar anaerob yang diperkaya gas CO2 . Metode yang kedua yaitu ISO 7889-2003(E) tentang penghitungan jumlah bakteri kultur starter pada yogurt. Prinsip dari metode ini yaitu pertumbuhan Lactobacillus bulgaricus setelah diinkubasikan selama tiga hari pada suhu 37 oC dengan media MRSA pada kondisi anaerob dan pertumbuhan bakteri Streptococcus thermophilus pada kondisi aerob setelah diinkubasikan selama dua hari pada suhu 37oC dengan media M17.

8 Media MRSA merupakan media selektif yang dikembangkan oleh de Man, Rogosa, dan Sharpe. Media ini sangat cocok digunakan untuk pertumbuhan bakteri asam laktat termasuk Lactobacillus, Pediococcus, dan Leuconoctoc (De Man 1960). Komposisi dari media MRSA yaitu pepton dari kasein, ekstrak daging, ekstrak yeast, D(+)-glukosa, dipotasium hidrogen fosfat, tween 80, diamonium hidrogen sitrat, sodium asetat, magnesium sulfat, mangan sulfat, dan agar. Pada pH rendah, amonium sitrat berfungsi untuk menghambat pertumbuhan sebagian besar mikroorganisme, namun memungkinkan pertumbuhan Lactobacillus. Dipotasium posfat dan sodium asetat adalah agen buffer yang mempertahankan pH rendah. Tween 80 merupakan emulsifier. Mangan dan magnesium sulfat adalah sumber ion dan sulfat. Pepton bakteriologis dan ekstrak daging sapi menyediakan nitrogen, vitamin, mineral, dan asam amino esensial untuk pertumbuhan. Ekstrak yeast merupakan sumber vitamin khususnya B kompleks. Meskipun media MRSA merupakan media selektif bagi bakteri asam laktat, tetapi ada sebagian kecil bakteri lain yang dapat tumbuh pada media tersebut seperti Escherichia coli (Tabel 5).

Tabel 5. Karakteristik kultur yang dapat tumbuh pada media MRSA

Organisme (ATCC) Pertumbuhan

Lactobacillus acidophilus (4356) ++ Lactobacillus fermentum (9338) ++

Bifidobacterium bifidum (11863) ++ (anaerob)

Escherichia coli (25922) -/+

Pseudomonas aeruginosa (27853) -/+

Dalam penelitian ini kondisi inkubasi bakteri dibuat secara anaerob dengan menggunakan jar anaxomat. Menurut penelitian Shahin et al (2002) bakteri yang bersifat anaerob memiliki pertumbuhan yang lebih optimum jika diinkubasi dalam jar anaxomat dari pada dengan jar anaerob konvensional. Bakteri dapat memiliki ukuran koloni yang lebih besar bila diinkubasi dalam suatu jar anaxomat. Jar anaxomat merupakan suatu jar yang dapat dikondisikan dengan kondisi mikroaerofilik maupun anaerob dengan komposisi gas yang dapat diatur.

Untuk mengisolasi bakteri asam laktat dari sampel biasanya digunakan media MRSA yang ditambahkan CaCO3. Isolasi bakteri asam laktat pada media MRSA yang mengandung CaCO3 sangat mudah karena ditandai dengan adanya zona terang di sekeliling koloninya. Adanya zona terang merupakan akibat diproduksinya asam yang menetralkan CaCO3 yang terdapat pada media selama pertumbuhan bakteri asam laktat tersebut (Widyastuti dan Sofarianawati 1999). Bakteri yang menunjukkan zona bening yang luas berarti memiliki efektifitas yang tinggi.

Penelitian ini menggunakan bakteri jenis Lactobacillus sehingga digunakan media MRSA dengan mengacu pada metode ISO 7889-2003(E) (kondisi anaerob) dan SNI 2981-2009 (kondisi aerob).

2.5

VALIDASI DAN VERIFIKASI METODE

Menurut ISO/IEC 17025-2005, validasi adalah konfirmasi melalui pengujian dan pengadaan bukti yang objektif bahwa persyaratan tertentu untuk suatu maksud khusus terpenuhi. Validasi metode analisis bertujuan untuk memastikan dan mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut sudah sesuai untuk peruntukannya. Laboratorium harus memvalidasi metode analisis jika, (1) metode tidak baku, (2) metode yang didesain/dikembangkan laboratorium, (3) metode baku yang digunakan di

9 luar lingkup yang dimaksudkan, dan (4) modifikasi dari metode baku, untuk mengkonfirmasi bahwa metode itu sesuai untuk penggunaan yang dimaksudkan. Validasi harus seluas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan penerapan yang ditetapkan atau bidang penerapan. Laboratorium harus merekam hasil yang diperoleh, prosedur yang digunakan untuk validasi, dan pernyataan bahwa metode tersebut tepat untuk penggunaan yang dimaksud.

Verifikasi adalah proses konfirmasi kembali untuk menunjukkan metode sesuai dalam memenuhi kebutuhan laboratorium. Verifikasi diperlukan karena adanya perbedaan kondisi antara saat metode tersebut dibuat dengan metode tersebut diadopsi oleh suatu laboratorium. Tujuan verifikasi adalah untuk memastikan bahwa laboratorium atau personel penguji dapat menerapkan metode tersebut dengan baik ( ketersediaan peralatan, fasilitas pereaksi, penguji, keterampilan, dan kompetensi). Verifikasi juga bertujuan untuk menjamin mutu hasil pengujian. Menurut USP (2007) dalam Ismail (2009), dalam melakukan verifikasi terdapat beberapa parameter yang harus diukur, yaitu untuk pengujian kualitatif yang harus diukur adalah spesisfitas, sedangkan untuk pengujian kuntitatif yang harus diuji adalah akurasi dan presisi, seperti pada Tabel 6.

Tabel 6. Parameter verifikasi untuk uji mikrobiologi

Parameter Uji kualitatif Uji kuantitatif

Akurasi Tidak Ya

Presisi Tidak Ya

Spesifisitas Ya Tidak

Limit deteksi Tidak Tidak

Limit kuantifikasi Tidak Tidak

Linieritas Tidak Tidak

Kiasaran hitung Tidak Tidak

Ketahanan Tidak Tidak

Repitabilitas Tidak Tidak

Kekasaran Tidak Tidak

Sumber : USP (2007) dalam Ismail (2009)

Dalam ISO 16140-2003 disebutkan beberapa karakteristik kinerja yang harus diperhatikan dalam melakukan validasi metode kuantitatif yaitu akurasi, presisi, penetapan batas terendah dari kisaran hitung (limit deteksi), limit kuantifikasi, dan linieritas.

Akurasi adalah kemampuan suatu metode untuk mengukur suatu nilai yang aktual atau sebenarnya dari suatu analit, misalnya mikroba target. Apabila suatu analit (mikroba target) secara alami berada di dalam sampel atau di-spike ke dalam sampel sebagai bagian dari suatu tantangan atau uji profisiensi, metode tersebut harus mampu mendeteksi atau memunculkan kembali analit atau mikroorganisme tersebut dalam konsentrasi yang benar atau frekuensinya mendekati akurat. Akurasi biasanya dinyatakan sebagai persen recovery (Sac-Singlas 2002).

Presisi adalah tingkat kesamaan antara hasil uji individual ketika metode tersebut diterapkan secara berulang sampai dengan penggandaan sampling dari suatu sampel yang homogen. Presisi dari suatu metode biasanya ditunjukkan dengan simpangan baku relatif (relative standard deviation) dari suatu seri pengukuran. Presisi dapat diukur dari tingkat repitabilitas atau tingkat reproduksibilitas dari metode analisis yang dilakukan pada kondisi normal. Repitabilitas adalah mengukur variasi dalam hasil uji independen yang diperoleh dengan metode yang sama terhadap sampel uji yang identik dalam laboratorium yang sama oleh analis yang sama dengan menggunakan peralatan yang sama dalam interval waktu singkat. Reproduktivitas adalah mengukur variasi dalam hasil uji independen yang

10 diperoleh dengan metode yang sama terhadap sampel uji yang identik dalam laboratorium yang berbeda dan peralatan yang berbeda atau dengan analis dan peralatan berbeda di dalam laboratorium yang sama. Untuk analisis dalam matriks biologis, presisi harus diukur pada minimum 5 kali pengukuran per konsentrasi (Sac-Singlas 2002).

Menurut ISO 16140-2003 batas terendah dari kisaran hitung (limit deteksi) adalah konsentrasi terendah dari mikroorganisme dalam contoh yang dapat terdeteksi, tetapi tidak terhitung sebagai nilai sebenarnya, di bawah kondisi pengujian yang disepakati. Limit kuantifikasi adalah konsentrasi terendah dari mikroorganisme yang dapat ditentukan dengan tingkat presisi dan akurasi yang dapat diterima di bawah kondisi pengujian yang disepakati.

Linieritas adalah kemampuan metode analisis yang menunjukkan bahwa larutan sampel yang berada dalam rentang konsentrasi memiliki respon analit yang proporsional dengan konsentrasi secara langsung atau melalui transformasi matematika. Linieritas biasanya dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arah garis regresi yang dihitung berdasarkan persamaan matematik data yang diperoleh dari hasil uji analit dalam sampel dengan berbagai konsentrasi analit. Perlakuan matematik dalam pengujian linieritas adalah melalui persamaan garis lurus dengan metode kuadrat terkecil antara hasil analisis terhadap konsentrasi analit. Dalam beberapa kasus. untuk memperoleh hubungan proporsional antara hasil pengukuran dengan konsentrasi analit, data yang diperoleh diolah melalui transformasi matematik dulu sebelum dibuat analisis regresinya (Harmita 2004).

Ketangguhan metode adalah derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari analisis sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji normal, seperti laboratorium, analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu, dan hari yang berbeda. Ketangguhan biasanya dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh perbedaan operasi atau lingkungan kerja pada hasil uji. Ketangguhan metode merupakan ukuran ketertiruan pada kondisi operasi normal antara laboratorium dan antar analis (Harmita 2004). Untuk memvalidasi kekuatan suatu metode perlu dibuat perubahan metodologi yang kecil dan terus menerus dan mengevaluasi respon analitik dan efek presisi dan akurasi.

Dokumen terkait