• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Resiko Rantai Pasok

Menurut (Pujawan 2005) rantai pasok adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir dimana perusahaan-perusahaan tersebut termasuk supplier, pabrik, distributor, toko atau ritel seta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik. (Chopra and Meindl 2007) mendefinisikan rantai pasok sebagai keterlibatan fungsi keseluruhan bagian didalam jaringan pasokan baik pabrik, suppliers, perusahaan jasa pengiriman, pergudangan, retail, bahkan konsumen seta dalam memenuhi permintaan pelanggan baik secara langsung maupun tidak langsung. Istilah manajemen rantai pasok pertama kali dikemukakan oleh Oliver & Weber pada tahun 1982. Kalau pada rantai pasok adalah jaringan fisiknya maka, manajemen rantai pasok adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya.

Manajemen rantai pasok dipopulerkan sebagai pendekatan manajemen persediaan yang ditekankan pada pasokan bahan baku. Isu ini terus berkembang sebagai kebijakan strategis perusahaan yang menyadari bahwa keunggulan bersaing perlu didukung oleh manajemen aliran barang dari pemasok hingga pengguna akhir yang baik. Menurut The Council of Supply Chain Management Professionals (CSCMP) manajemen rantai pasok adalah perencanaan dan pengelolaan semua kegiatan yang terlibat dalam sumber dan pengadaan, konversi, dan semua kegiatan manajemen logistik yang mencakup koordinasi dan kolaborasi dengan mitra penyalur, yang dapat berupa pemasok, perantara, penyedia layanan pihak ketiga, dan pelanggan, Dengan tujuan mengintegrasikan manajemen penawaran dan permintaan didalam dan antar perusahaan. Menurut Vorst (2004) manajemen rantai pasok adalah keterpaduan antara perencanaan, koordinasi seluruh proses dan atktifitas bisnis untuk menghantarkan nilai keutamaan produk ke tangan konsumen sebagai keseluruhan untuk memenuhi kebutuhan kepuasan para pihak yang berkepentingan dalam system rantai pasok.

Beberapa tahun belakangan, perusahaan tidak hanya memfokuskan perhatian kepada bagaimana mengelola rantai pasok tetapi juga bagaimana

mengatasi ganguan yang terjadi di sepanjang jaringan rantai pasok untuk menjaga keberlasungan jaringan rantai pasok itu sendiri. Gangguan-gangguan inilah yang menyebabkan timbulnya resiko di sepanjang aliran nilai jaringan rantai pasok. Sehingga pendekatan manajemen rantai pasok lebih difokuskan kepada bagaimana mengelola resiko yang timbul di sepanjang jaringan rantai pasok. Dalam literatur, istilah resiko didefinisikan sebagai suatu ketidakpastian di masa yang akan datang tentang kerugian (Christopher and H 2004). Resiko adalah ketidakpastian dari kejadian yang akan datang (Olsson 2002) resiko berarti kemunculan kemungkinan terjadinya suatu hal yang tidak baik (Borge 2011). Resiko adalah ancaman yang terjadi secara internal ataupun eksternal yang akan berpengaruh merugikan kemampuan untuk mencapai sasaran dan menimbulkan dampak pada nilai capaian. Kemungkinan bahwa sesuatu yang tidak baik akan terjadi atau sesuatu yang jelek yang akan terjadi (Shimell 2002). Resiko adalah setiap sumber kejadian secara random yang bisa mempunyai dampak berlawanan terhadap nilai pertanggungjawaban asset bersih suatu perusahaan pada pendapatan dan atau arus kasnya. Resiko adalah tingkat ketidakpastian dimana melibatkan beberapa kemungkinan diantaranya kerugian, bencana atau hasil yang tidak dinginkan lainnya (Hubbard 2009).

Dalam teori statistik resiko dimodelkan dalam nilai kemungkinan dari beberapa hasil yang dilihat sebagai bentuk yang tidak diinginkan (Dantzig, 2001). Resiko bisa juga diartikan sebagai akumulasi dari resiko yang timbul dari beberapa kejadian sehingga resiko bisa diformulasikan dalam bentuk :

...(1)

Menurut Norrman dan Lindroth (2004) resiko adalah peluang suatu kejadian terhadap dampak tingkat keparahan terhadap bisnis. Saat ini menurut March dan Saphira resiko tidak hanya diartikan sebagai deviasi negatif tetap tetapi bisa diartikan sebagai peluang dan kesempatan.

Dalam perspektif yang berbeda, risiko pada masa sekarang dipandang sebagai peluang dalam meningkatkan profit dan kompetitif perusahaan di masa yang akan datang. Variabel tidak terduga dan dampak dari definisi risiko

   

ker

kejadian

dipandang sebagai nilai positif sebagai peningkatan peluang dan profit. Menurut Luhmann (1996) risiko dipandang sebagai dampak positif melalui peningkatan kewaspadaan sebagai atribut peluang sukses di masa yang akan datang.

Resiko rantai pasok dapat didefinisikan sebagai potensi terjadinya insiden atau kegagalan untuk merebut peluang dengan pasokan inbound di mana hasil tersebut mengakibatkan kerugian finasial untuk setiap pengadaan yang dilakukan perusahaan (Zsidisin dan Ritchie 2009). Menurut Kersten et. al (2004) resiko rantai pasok adalah kerusakan yang dikaji dengan kemungkinan terjadinya disebabkan oleh oleh suatu kejadian dalam sebuah perusahaan, dalam rantai pasok atau lingkungannya menimbulkan pengaruh negatif terhadap proses bisnis pada lebih dari satu perusahaan dalam rantai pasok. Menurut Kumar et al (2010) resiko rantai pasok adalah potensi penyimpangan dari keseluruhan tujuan awal tersebut, yang menjadi akibat pemicu penurunan kegiatan nilai tambah kegiatan di berbagai tingkatan. Menurut Zsidisin dan Ritchie (2009) resiko dalam konteks rantai pasok dapat dikategorikan berdasarkan jumlah dimensinya :

a) Gangguan terhadap pasokan barang dan jasa termasuk kualitas yang buruk yang menyebabkan downtime dan kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.

b) Volatilitas dalam masalah harga yang menyebabkan kesulitan dalam mengatasi perubahan harga di tingkat konsumen dan berpotensi menyebabkan kerugian.

c) Mutu dan jasa pelayanan produk yang buruk, dapat mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan dengan konsekuensi terhadap pendapatan di masa yang akan datang dan kemungkinan klaim yang lebih cepat untuk kompensasi finansial.

d) Reputasi perusahaan, dihasilkan dari isu-isu yang tidak terkait langsung terhadap rantai pasok itu sendiri sehingga dapat menimbulkan resiko.

Tingginya kompleksitas dan ketergantungan merupakan karakteristik dari rantai pasok saat ini. Globalisasi, e-bisnis, permintaan mengambang dan bergesernya filosofi bisnis (seperti outsourcing) merupakan beberapa faktor yang membuat anggota rantai pasok menjadi lebih bergantung terhadap yang lain. Sebagai akibatnya rantai pasok menjadi lebih rentan terhadap gangguan. Jika

suatu gangguan terjadi pada salah satu pemain rantai pasok, hal ini akan mengganggu keseluruhan jaringan. Risiko dalam rantai pasok dapat diakibatkan dari suatu perusahaan dalam rantai pasok, atau keterhubungan antar organisasi dalam jaringan pasokan, atau antar jaringan pasokan dan lingkungannya, yang akan menyebabkan kerugian finansial secara menyeluruh atau bahkan mengakibatkan berhentinya kegiatan bisnis. Oleh karena itu perlu pengendalian risiko rantai pasok agar dapat menghindarkan akibat berkelanjutan yang dapat terjadi pada setiap titik dalam jaringan pasokan.

Menurut (Wu dan Blackhurst 2009) resiko yang terjadi dengan hasil yang diharapkan dapat dipetakan (Gambar 2).

A B C Rendah Tinggi Rendah Tinggi Resiko yang dihadapi

Hasil kinerja yang diharapkan

Gambar 2 Hubungan antara resiko dengan kinerja (Zsidisin 2009)

Dalam kondisi tertentu, penilaian resiko yang dihadapi akan menjadi penilaian bagi setiap pemangku kepentingan atau pengambil keputusan mengenai kinerja yang diinginkan dan dampak potensial dari resiko pada kinerja yang dihasilkan. Pengelolaan resiko rantai pasok intinya berlandaskan dari tujuan pengelolaan jaringan rantai pasok itu sendiri, dimana optimalisasi difokuskan pada tiga prinsip : 1) Responsiveness, 2) Leanness, 3) Agility dalam bentuk segitiga seperti yang ditunjukkan Gambar 3.

waktu Biaya