• Tidak ada hasil yang ditemukan

Domba tergolong ke dalam famili Bovidae, sub family Caprinae, ordo

Artiodactyla, genus Ovis (Mulyono, 1999). Domba yang dikenal sekarang

merupakan hasil domestikasi manusia dari tiga jenis domba liar, yaitu Muoflon (Ovis

musimon) yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia Kecil, Argali (Ovis amon)

berasal dari Asia Tenggara dan Urial (Ovis vignei) yang berasal dari Asia (Pangestu, 1999). Domba asli Indonesia terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu domba ekor tipis (local thin-tailed), domba ekor gemuk (Javanese fat-tailed) dan domba priangan atau yang biasa dikenal dengan domba Garut (priangan of west java) (Mulliadi, 1989).

Domba lokal memiliki keunggulan antara lain dapat beranak sepanjang tahun, beranak banyak (prolifik), mempunyai daya adaptasi yang baik dan tahan terhadap serangan endoparasit (Inounu et al., 2006). Domba Garut merupakan salah satu domba lokal Indonesia yang merupakan domba tipe penghasil daging (Heriyadi et

al., 2002). Domba Garut jantan sering digunakan sebagai domba aduan (fighting art),

karena mempunyai leher yang kuat dan kokoh, juga tampilan tanduknya yang besar dan melingkar seperti pada domba Merino jantan (Heriyadi et al., 2002). Bobot hidup jantan dewasa mencapai 40-85 kg, sedangkan domba betina tidak memiliki tanduk, dengan bobot hidup dewasa dapat mencapai 34-59 kg (Damayanti et al., 2001). Rataan produksi susu domba Garut yaitu sebesar 53,41 kg/delapan minggu laktasi (Inounu et al., 2006). Domba Garut memiliki warna bulu putih, coklat gelap, atau campuran diataranya. Domba Garut mempunyai telinga sangat kecil baik pada jantan maupun betina. Daerah sebaran domba Garut kebanyakan di Jawa Barat (Heriyadi et al., 2002).

Domba lokal lain yang sering diternakkan di Indonesia adalah domba ekor tipis. Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia yang tersebar di seluruh pulau Jawa. Domba ekor tipis dapat beradaptasi dengan baik pada iklim tropis, dan tidak mengenal adanya musim pembiakan (non seasonal breeding) sehingga perkembangbiakan dapat berlangsung sepanjang tahun atau memiliki sifat seasonal

polyestroes (Natasasmita et al., 1979). Domba ekor tipis dapat menghasilkan 3 anak

selama 2 tahun. Menurut Mason (1980), domba ekor tipis memiliki ciri-ciri ukuran tubuh yang relatif kecil, warna bulunya beragam, ekor tipis dan tidak terlalu panjang

4 (Devendra dan McLeroy, 1992). Berdasarkan pengamatan yang di laporkan Manalu

et al. (2000) produksi susu domba lokal ekor tipis adalah 269,64 g/ekor/hari.

Domba lokal lain adalah Domba ekor gemuk. Domba ekor gemuk merupakan ternak tipe potong atau pedaging yang mempunyai ciri khas yaitu ekor panjang dan bagian pangkal ekor besar (Sugeng, 1991). Ekor tersebut merupakan tempat penyimpanan zat makanan dalam bentuk lemak yang dapat dimanfaatkan jika terjadi kekurangan pakan (Devendra dan Mcleroy, 1992). Domba ekor gemuk mempunyai tingkat prolifikasi yang cukup tinggi, namun dikarenakan ekor domba yang relatif tebal dan lebar pada domba ekor gemuk betina sehingga sering menyebabkan kesulitan kawin dan menyebabkan tingkat fertilitas rendah yaitu sebesar 42% (Sutama et al., 1993).

Konsumsi Pakan

Konsumsi pada umumnya diperhitungkan sebagai jumlah makanan yang dimakan oleh ternak, dimana kandungan zat makanan di dalamnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk keperluan produksi ternak tersebut (Tillman et al., 1998). Tingkat konsumsi ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor hewan itu sendiri seperti kebutuhan fisiologis hewan tersebut untuk hidup pokok dan produksi, faktor pakan yang diberikan dan faktor lingkungan (suhu dan kelembaban) (Prakkasi, 1999).

Anak domba yang baru lahir tidak dapat mencerna jenis pakan lainnya kecuali susu sampai rumen anak domba dapat berfungsi dengan sempurna, yaitu saat berusia ± 4 minggu (Tiesnamurti, 2002). Anak domba yang baru lahir harus diberikan kolostrum agar memiliki antibodi yang kuat. Pemberian kolostrum sangat penting pada anak domba atau ternak lain yang baru dilahirkan. Pemberian setidaknya 1 jam setelah kelahiran, dan harus berkelanjutan sampai setidaknya 18 sampai 36 jam setelah kelahiran (Brandono et al., 2004).

Kolostrum tidak hanya mempunyai kandungan nutrien yang tinggi, tetapi juga mempunyai bahan biologis aktif yang sangat dibutuhkan untuk kesehatan dan nutisi anak. Anak domba akan menyusu lebih sering pada minggu pertama dibandingkan minggu-minggu sesudahnya dan lebih sering pada siang hari dibandingkan malam hari (Tiesnamurti et al., 2006). Frekuensi menyusu pada anak domba dilaporkan oleh Fraser (1980) pada domba yang dipelihara pada empat musim

5 yaitu sebanyak 60-70 kali menyusu dalam kurun waktu 24 jam, dengan lama menyusu berkisar antara 1-3 menit. Pada domba lokal, yaitu domba Garut Tiesnamurti et al. (2006) melaporkan rataan frekuensi menyusunya sebanyak 42,3 kali menyusu dalam kurun waktu 24 jam dengan lama menyusu 20,8 detik/sekali menyusu.

Konsumsi susu pada anak domba akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia anak domba (Tiesnamurti et al., 2000). Hal tersebut dikarenakan produksi susu induk yang semakin menurun dan mulai berfungsinya rumen anak domba yaitu pada usia 4 minggu, sehingga anak akan mulai beralih mengkonsumsi pakan padat berupa konsentrat dan hijauan lebih banyak dari sebelumnya (Tiesnamurti et al., 2002). Ketika anak domba sudah tidak terlalu bergantung lagi terhadap susu sebagai pakan tunggalnya, maka anak domba tersebut sudah dapat di sapih dari induknya dan mulai mengkonsumsi pakan padat 100%. Kebutuhan bahan kering per ekor per hari untuk domba Indonesia lepas sapih dengan bobot tubuh 10- 20 kg adalah 3,1% - 4,7% dari bobot tubuh untuk pertambahan bobot tubuh hingga 100 g/ekor/hari (Haryanto dan Djajanegara, 1993).

Protein Kasar

Protien merupakan salah satu zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh ternak. Protein dalam tubuh ternak berperan sebagai bahan pembangun tubuh dan pengganti sel – sel yang sudah rusak serta bahan penyusun beberapa hormon dan enzim (Sutardi, 1981). Fungsi utama protein adalah membentuk jaringan tubuh dengan kandungan asam aminonya.

Anak domba yang belum disapih akan memperoleh protein yang berasal dari susu induknya dan sedikit tambahan protein dari hijauan dan konsentrat. Kandungan protein susu domba berbeda-beda tergantung jenis dombanya. Talevski et al. (2009) melaporkan bahwa susu domba memiliki kandungan protein 4% - 6%, sedangkan protein susu pada domba lokal yaitu 3,2% - 4,4% (Mathius et al., 2003) tergantung pada kualitas pakan yang dikonsumsi oleh induk.

Konsumsi protein sangat dipengaruhi oleh kandungan protein yang terkandung dalam pakan, semakin tinggi kandungan protein maka konsumsi protein akan semakin meningkat (Boorman, 1980). Konsumsi protein juga berkorelasi positif dengan konsumsi bahan kering, konsumsi bahan organik, dan konsumsi energi (Putra

6 dan Puger, 1995). Semakin tinggi konsumsi bahan kering, konsumsi bahan organik, dan semakin tinggi konsumsi energi maka konsumsi protein juga akan semakin tinggi. Chowdhury dan Orskov (1997) menyatakan bahwa pemanfaatan protein untuk diubah menjadi protein tubuh memerlukan ketersediaan energi yang cukup, oleh sebab itu, konsumsi energi yang tinggi akan memicu peningkatan pemanfaatan protein dalam tubuh. Boorman (1980) juga menyatakan bahwa konsumsi protein akan sangat dipengaruhi oleh level pemberian pakan. Pemberian pakan yang tidak dibatasi (melebihi hidup pokok) akan meningkatkan konsumsi protein karena ternak mempunyai kesempatan untuk makan lebih banyak (Haryanto dan Djajanegara, 1993).

Menurut NRC (2006) domba yang sedang tumbuh membutuhkan protein dalam jumlah yang tinggi dibandingkan domba yang dewasa. Domba lepas sapih yang sedang tumbuh dan memiliki taraf kenaikan bobot hidup harian 100 g membutuhkan 119 g protein kasar atau sebesar 95 g protein kasar tercerna, sedangkan dalam bobot metabolis domba lepas sapih yang sedang tumbuh dengan taraf kenaikan bobot badan harian 100 g diperlukan konsumsi protein sebesar 7,5 g/kg BB0,75. Jumlah tersebut akan meningkat dengan makin bertambahnya bobot hidup ternak tersebut (Kearl, 1982).

Energi

Energi sama halnya dengan protein merupakan kandungan nutrien yang biasanya dijadikan faktor pembatas dalam pakan ternak. Kebutuhan energi diperuntukkan dalam proses metabolisme tubuh, pembentukan protein dan lemak tubuh, tenaga untuk kegiatan harian, seperti berdiri, berjalan dan sebagainya. Nutrien yang terkandung dalam pakan sangat dibutuhkan oleh ternak yang pada awalnya demi memenuhi kebutuhan hidup pokok. Selanjutnya kelebihan nutrien seperti proteindan energi yang dikonsumsi digunakan untuk tumbuh dan berkembang. Kebutuhan zat makanan tersebut sangat tergantung pada jenis kelamin, status fisiologis ternak, bobot hidup dan tingkat kenaikan bobot hidup harian yang diharapkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi energi adalah umur,

bangsa, ukuran tubuh, aktivitas, laju pertumbuhan, metabolisme, suhu lingkungan (Ensminger, 1990), pertambahan bobot hidup dan konsumsi pakan (Soeparno, 1998).

7 Konsumsi energi sangat tergantung pada besarnya kandungan energi yang terdapat dalam pakan. Hidajati et al. (2002) melaporkan konsumsi energi pada ransum yang memiliki kandungan energi 3,0 dan 3,5 Mcal/kg adalah berturut-turut 1,82 dan 2,16 Mcal/ekor/hari. Konsumsi energi ternyata juga mempengaruhi pertambahan bobot badan harian. Hidjajati et al. (2002) juga melaporkan pertambahan bobot badan harian domba yang mengkonsumsi ransum 3,0 dan 3,5 Mcal/kg adalah berturut-turut 102,08 dan 120,71 kg. Selanjutnya Purbowati (2001) menyatakan bahwa balance energi berkorelasi positif dengan pertambahan bobot badan harian. Peningkatan nilai balance energi dapat meningkatkan PBBH. Purbowati (2001) mendapatkan bahwa peningkatan nilai balance energi (3,31 ; 3,73 dan 4,76 Mkal/h) dapat meningkatkan PBBH (96,83; 120,04 dan 142,86 g/e/h) .

Kearl (1982) melaporkan bahwak ebutuhan energi ternak domba lepas sapih yang sedang tumbuh adalah 5,941 MJ energi metabolis (EM) per hari. Sedangkan untuk kehidupan pokok adalah 392 kJ/BH0,75. Mathius et al. (1996) juga melaporkan konsumsi energi untuk kehidupan pokok domba lepas sapih yang sedang tumbuh dengan bobot awal 20 dan 13,8 kg berturut-turut adalah 6,234 MJEM/ekor atau setara dengan 670 kJ/hari BB0,75 dan 481,56 kJ EM/hari BB0,75.

Milk Replacer

Milk replacer adalah susu buatan untuk menggantikan susu induk yang

biasanya dibuat dari susu dan olahannya serta hasil sampingan susu dan ditambahkan dengan minyak hewani, vitamin dan mineral (Moran, 2002). Milk replacer yang berkualitas baik harus memiliki komposisi yang hampir sama dengan susu aslinya.

Milk replacer harus mengandung komposisi nutrien yang dapat dicerna oleh ternak

dengan proporsi yang tepat. Milk replacer untuk anak domba harus mengandung 30% - 32% lemak, dan juga 22% - 24% protein (Brandono et al., 2004). Milk

replacer diberikan 3 kali sehari dari botol susu. Kuantitas yang diberikan dari setiap

pemberian pakan adalah 3% - 5% dari bobot badan hewan (0,15-0,20 l/pemberian

milk replacer atau 0,5-0,61 l/hari) (Brandono et al., 2004).

Salah satu kandungan yang penting dalam susu adalah laktosa. Laktosa adalah gula yang dapat dimanfaatkan oleh anak domba dengan efisien. Laktosa dapat diperoleh dari susu skim yang mengandung 50% laktosa, atau dari hasil sampingan susu yaitu keju dengan kandungan laktosa sebesar 70%. Tidak ada batas pemberian

8 pada susu skim, namun pemberian maksimum whey adalah 15% dari total milk

replacer (Brandono et al., 2004). Protein susu juga dapat diperoleh dari susu skim.

Susu skim mengandung casein yang merupakan protein utama dari susu. Protein juga dapat di ambil dari albumin dan globulin yang terdapat pada whey keju (Moran, 2002). Kandungan milk replacer dicantumkan pada Table 1 dan kandungan susu domba dicantumkan pada Tabel 2.

Tabel 1. Kandungan milk replacer untuk domba

Zat Makanan Milk Replacer (%BK)

Protein Kasar 24.00 Lemak Kasar 35.00 Serat Kasar 0.15 Ca (%) 0.90 P (%) 0.70 Cu (ppm) 5.00–10.00 Se (ppm) 0.30 Vitamin A (IU/kg) 44000.00 Vitamin D (IU/kg) 5500.00 Vitamin E (IU/kg) 44.00

Sumber : Lewis et al., 2008

Tabel 2. Kandungan Susu Domba

Zat Makanan Susu Domba (%BK)

Bahan Kering 18,10

Protein Kasar 30,88

Lemak Kasar 34,25

Casein 23,37

Laktosa 26,96

Sumber :Raynal-Ljutovacet al., 2008

Bahan-bahan seperti susu skim dan whey adalah contoh bahan yang sering digunakan dalam pembuatan milk replacer, namun bahan-bahan tersebut termasuk bahan yang sulit diperoleh di Indonesia dan memiliki harga yang cukup mahal, sehingga akan menyulitkan untuk diterapkan dikalangan paternak. Pembuatan milk

replacer sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang mudah diperoleh seperti susu

sapi murni, telur ayam, dan minyak ikan yang dapat diperoleh dengan harga yang tidak terlalu mahal.

9 Susu Sapi Murni (Whole Milk)

Susu merupakan bahan pangan sumber hewani yang memiliki daya cerna tinggi dan kaya akan zat-zat gizi seperti protein, laktosa, mineral, dan vitamin. Secara kimia susu adalah emulsi lemak dalam air yang mengandung gula, garam- garam mineral dan protein dalam bentuk suspensi kolodial (Varnam dan Sutherland, 1994). Berdasarkan kandungan lemak yang terdapat di dalamnya, produk susu dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu susu murni (whole milk), susu kurang lemak

(reduced fat milk), susu rendah lemak (low fat milk), dan susu bebas lemak (free-fat

Milk) atau susu skim (skim milk).

Komponen utama susu ialah air, lemak, protein (kasein dan albumin), laktosa (gula susu) dan abu (Rahman et al., 1992). Komposisi susu yang terpenting adalah lemak dan protein (McDonald, 2002). Menurut SNI 01-3141-1998, susu yang baik harus memiliki berat jenis minimum 1,0280, selain itu, kadar minimum lemak yang harus terdapat dalam susu yaitu sebesar 3,0% dan kadar minimum protein yang harus terkandung dalam susu adalah 2,7% (Badan Standarisasi Nasional, 1998). Susu segar dalam bentuk powder mengandung laktosa (36% - 40%), lemak (30% - 40%) dan protein susu (28% - 32%) (Moran, 2002).

Kuning Telur

Telur merupakan salah satu sumber protein yang dapat digunakan dalam pembuatan milk replacer. Kandungan yang terdapat pada telur memiliki kualitas yang tinggi yang dapat digunakan dalam bahan pakan hewan. Telur mengandung 54% protein, 37% lemak, dan 4,2% abu, sedangkan pada kuning telurnya mengandung 29,64% protein dan 63,13% lemak. Telur terutama kuning telur juga dapat bermanfaat sebagai sumber dari mineral besi, pospor, mineral mikro, dan vitamin (Touchette et al., 2003). Kuning telur merupakan sumber vitamin A, D, dan vitamin E. Kuning telur segar juga mengandung senyawa nutrisi berupa choline yang bermanfaat bagi pertumbuhan otak dan jantung sebesar 682,3 mg/100 g bahan (USDA, 2009).

Lemak telur mengandung lecithin sebanyak 8% - 9% yang terdapat dalam kuning telurnya. Lechitin tersebut bermanfaat dalam penyediaan emulsifying dan juga sebagai antioxidant yang sangat baik untuk kulit dan rambut (Quigley, 2003).

10 Penambahan telur dalam milk replacer sebanyak 5% diketahui dapat meningkatkan bobot badan sapi (Touchette et al., 2003).

Minyak Ikan

Minyak ikan merupakan produk sampingan dari hasil pengalengan ikan. Minyak ikan diketahui memiliki kandungan asam lemak arachidonat yang merupakan bahan pembentuk hormon prostaglandin-E2, dimana hormon prostaglandin-E2 tersebut berfungsi untuk membantu proses penyerapan zat-zat makanan di saluran pencernaan (Adawiah et al., 2006). Minyak ikan juga diketahui kaya akan omega-3.Asam lemak omega-3 merupakan asam lemak tak jenuh yang esensial bagi kesehatan.

Asam lemak omega-3 terdiri dari asam alfa-linolenat, eicosapentaenoic acid (EPA) and docosahexaenoic acid (DHA) (Ritter-Gooder et al., 2008). Asam lemak tak jenuh ganda kelas omega-3 dihasilkan oleh tanaman yang tumbuh dalam air dingin. Ikan yang memakan organisme ini dalam jaringannya mengandung banyak omega-3 ikatan tak jenuh ganda (Montgomery et al., 1993). Asam lemak omega-3 diduga berperan dalam produksi leukotrinea (LT4) yang merupakan komponen sel darah putih dan merupakan mediator dalam sistem pembentukan kekebalan tubuh (Sinclair, 1993). Fritsche et al. (1992) melaporkan bahwa penambahan minyak ikan sebagai sumber asam lemak omega-3 dapat meningkatkan antibodi pada ayam. Damsgaard et al. (2007) juga melaporkan bahwa pemberian minyak ikan dapat meningkatkan kematangan kekebalan tubuh pada bayi manusia. Sumber utama asam alfa-linolenat adalah kacang-kacangan dan biji-bijian misalnya minyak kedelai dan minyak jagung, sedangkan EPA dan DHA banyak terdapat dalam minyak ikan khususnya ikan laut (Ritter-Gooder et al., 2008), namun asam alfa-linolenat dapat di konversi menjadi DHA dan EPA di dalam tubuh dengan tingkat konversi bervariasi (Burdge, 2004).

11 Pertambahan Bobot Badan Harian

Pertambahan bobot badan Bobot badan anak domba yang di sapih sangat berkorelasi positif dengan asupan nutrisi (produksi susu) yang diberikan oleh induk. PBBH anak domba pra sapih akan berbanding terbalik dengan tipe kelahiran induk. Induk yang melahirkan anak banyak akan mendapatkan anaknya memiliki PBBH yang rendah dibandingkan dengan induk yang melahirkan anak sedikit. Induk yang melahirkan anak banyak akan mendapatkan anaknya memiliki bobot lahir dan bobot sapih yang rendah dibandingkan dengan induk yang melahirkan anak yang sedikit. Tabel 3 dan Tabel 4 memperlihatkan bahwa bobot lahir, bobot sapih dan pertambahan bobot badan harian (PBBH) berbanding terbalik dengan tipe kelahiran.

Tabel 3. Bobot Lahir, Bobot Sapih dan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Domba Lokal Ekor Tipis Berdasarkan Tipe Kelahiran

Materi Tipe Kelahiran

Tunggal Kembar Triplet

Bobot Lahir (kg) 2,60 1,83 1,43

Bobot Sapih (kg) 15,20 10,50 8,10

PBBH 0-3 bulan (g) 140,00 96,00 74,00

Sumber : Inounu et al. (1996)

Tabel 4. Bobot Lahir, Bobot Sapih dan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Domba Garut Berdasarkan Tipe Kelahiran

Materi Tipe Kelahiran

Tunggal Kembar Triplet

Bobot Lahir (kg) 3,52 2,68 2,01

Bobot Sapih (kg) 15,91 12,19 9,92

PBBH 0-3 bulan (g) 118,24 91,76 88,40

Sumber : Inounu et al. (2003)

Menurut McDonald et al. (2002), pertumbuhan ternak ditandai dengan peningkatan ukuran, bobot, dan adanya perkembangan. Pengukuran bobot badan sangat berguna untuk menentukan tingkat konsumsi, efisiensi pakan, dan harga pakan. Laju pertumbuhan adalah rataan pertambahan bobot persatuan waktu. Penimbangan ternak pada setiap jangka waktu tertentu misalnya setiap minggu atau

12 setiap bulan akan dapat mengetahui besarnya pertambahan bobot badan ternak. Pertambahan bobot badan ternak tersebut dapat digunakan untuk mengontrol kecepatan pertumbuhan. Pertambahan bobot badan juga dipengaruhi oleh jenis kelamin domba. Ramsey et al. (1994) menyatakan bahwa bobot lahir domba jantan lebih berat dari domba betina, dan bobot lahir ini akan berkorelasi positif dengan bobot sapih dan pertambahan bobot badan. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh sistem hormonal. Testosteron yang muncul pada domba jantan dapat meningkatkan daya ikat Cytosol dari gluteus yang berhubungan dengan metabolisme protein (Dukes, 2004).

Bobot Sapih

Bobot sapih adalah bobot pada saat anak dipisahkan pemeliharaannya dari induknya. Bobot sapih juga dapat diartikan bobot ketika anak domba berhenti menyusu. Bobot sapih anak domba dipengaruhi oleh bobot lahir, pertambahan bobot badan harian, jumlah anak sekelahiran, dan jenis kelamin. Perbedaan bobot lahir sebesar 1 kg akan menghasilkan perbedaan bobot sapih antara 3 sampai dengan 4 kg (Edey, 1983).

Rahmat (2006) melaporkan bobot sapih domba jantan tunggal yaitu 12,22 kg, jantan kembar 11,64 kg, betina tunggal 10,95 kg dan betina kembar 10,61 kg, sedangkan Nafiu (2003) memperoleh rataan bobot sapih individual domba Garut sebesar 12,17 kg dengan koefisien variasi 26,14%. Bobot sapih mempunyai korelasi positif dengan pertambahan bobot badan pra sapih serta bobot dewasa sehingga bobot sapih sering digunakan sebagai kriteria seleksi.

Konversi Pakan

Konversi pakan merupakan perbandingan jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan (Rianto et al., 2006). Konversi pakan menggambarkan seberapa efisien ternak memanfaatkan pakan untuk memenuhi kebutuhan produksinya. Efisiensi penggunaan pakan dapat dilihat dari rasio konversi pakan yaitu jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram pertambahan bobot badan. Secara umum semakin rendah rasio konversi pakan berarti efisiensi penggunaan pakan semakin baik karena jumlah pakan yang dibutuhkan

13 untuk menghasilkan satu kilogram pertambahan bobot badan semakin sedikit (Sianturi et al., 2006).

Efisiensi pakan antara lain dipengaruhi oleh bobot hidup ternak dan komposisi pakan yang dikonsumsi (Forbes, 1995). Konversi pakan juga sangat dipengaruhi oleh tingkat kecernaan, semakin tinggi kecernaan pakan maka semakin banyak jumlah nutrisi pakan yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ternak guna keperluan hidup pokok dan produksi (Bondi, 1987). Nilai konversi pakan yang semakin kecil menandakan bahwa ternak tersebut semakin efisien dalam memanfaatkan pakan (Purbowati et al., 2009). NRC (2006) menyatakan konversi pakan domba dengan bobot 10-20 kg sebesar 2,5-4.

Mortalitas

Kemampuan hidup anak domba merupakan salah satu parameter yang harus diperhatikan dalam perkembangan produktivitas. Tingginya kemampuan hidup dalam satu populasi ditunjukkan dengan rendahnya tingkat kematian (mortalitas). Adiati dan Subandriyo (2007) melaporkan bahwa tingkat mortalitas pada domba Garut yang lahir kembar lebih dari dua lebih tinggi dibandingkan domba yang lahir kembar dua dan domba yang lahir tunggal (Tabel 5).

Table 5. Jumlah Kematian Anak Domba Sejak Lahir Sampai Sapih

Sumber : Adiati dan Subandriyo (2007)

Usaha yang dapat dilakukan untuk menekan laju kematian anak prasapihantara lain melalui perbaikan dalam perawatan induk bunting tua, induk menyusui dan perbaikan tatalaksana pemberian pakan (Subandriyo et al., 1994).

Tipe kelahiran Mortalitas (%)

0-3 hari 14 hari 90 hari

1 10 20 30

2 30 - 40

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan selama lima bulan dari bulan September 2011 sampai dengan Februari 2012.

Materi Ternak Percobaan

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga pasang anak domba kembar dua hasil persilangan domba lokal ekor tipis dan domba Garut yang berasal dari tiga induk berbeda. Ternak tersebut dikandangkan secara individu, dengan anak yang diberi perlakuan dipisah dari induknya, sedangkan anak sebagai kontrol dikandangkan bersama dengan induknya.

Milk Replacer

Milk replacer yang digunakan selama penelitian terdiri dari satu jenis milk

replacer yang dibuat dari susu sapi murni, kuning telur, minyak ikan dan premix.

Kandungan milk replacer dan susu domba dicantumkan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan Nutrien Milk Replacer dan Susu Domba

Zat Makanan Milk replacer Susu Domba*

BK (%) 15,31 16,9

PK (%) 26,27 27,8

LK (%) 31,76 33,13

GE (kal/g) 3.684 -

Keterangan: Hasil analisis Laboratorium Ilmu Hayati, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, IPB (2012)

*) Susu domba yang berasal dari induk yang digunakan pada saat penelitian Pakan

Pakan yang digunakan selama penelitian berupa rumput lapang dan konsentrat dengan perbandingan 50 : 50 serta air minum diberikan secara ad libitum.

Ransum yang diberikan terdiri dari rumput lapang dan konsentrat komersil. Kandungan nutrient rumput lapang dan konsentrat komersil dicantumkan pada Tabel 7.

15 Tabel 7. Kandungan NutrienHijauan dan Konsentratyang Digunakan

Zat Makanan* Hijauan Konsentrat

---%BK--- Bahan Kering 23,31 86,76 Protein Kasar 8,7 19,2 Abu 6,46 9,19 Lemak Kasar 1,50 7,49 Serat Kasar 27,78 17,87 GE (kal/g) 4.294 4.693

Keterangan: *) Hasil Analisa Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, IPB (2012) Kandang dan Peralatan

Domba dipelihara selama 46 hari. Domba tersebut dipelihara di kandang individu yang terbuat dari bambu dan beralaskan papan yang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum. Alat lain yang digunakan adalah termometer untuk mengukur suhu dalam kandang, timbangan gantung kapasitas 50 kg untuk menimbang bobot domba, timbangan duduk dengan kapasitas 2 kg untuk menimbang bahan-bahan pembuat milk replacer dan hijauan dan konsentrat yang akan diberikan, timbangan digital untuk menimbang sisa konsumsi pakan, botol susu dengan

Dokumen terkait