• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Early Childhood Caries

Penelitian terbaru membawa kita kepada istilah Early Childhood Caries yang dulu dikenal dengan istilah nursing caries atau baby bottle tooth decay.6 ECC merupakan bagian dari karies gigi yang progresif terjadi segera setelah gigi anak erupsi, prosesnya sangat cepat berkaitan dengan infeksi yang menyeluruh dan berhubungan dengan diet serta mungkin saja berdampak buruk pada pertumbuhan anak.3,8 ECC merupakan suatu kondisi karies yang signifikan pada gigi anak, khususnya pada gigi insisivus atas dan bawah.19

Definisi ECC masih bermacam-macam dan selama ini beberapa definisi sudah dikeluarkan dan diterapkan. Hal ini menyebabkan susahnya membandingkan data epidemiologi dari penelitian yang berbeda.20 Ada yang mendefinisikan ECC sebagai karies pada gigi desidui.1 Tahun 1999, National Institude of Dental and Craniofasial

Research (NIDCR) mengeluarkan definisi ECC yaitu adanya satu atau lebih karies

pada permukaan gigi desidui.20 ECC juga didefinisikan sebagai bentuk karies yang destruktif pada anak. National Institutes of Health mendefinisikan ECC adalah adanya satu atau lebih kavitas, gigi hilang (karena karies) atau adanya permukaan gigi desidui yang ditambal pada anak di bawah 71 bulan.21 Ada pula yang mendefinisikan ECC adalah adanya minimal satu gigi insisivus desidui maksila yang terkena karies, hilang, atau ditambal karena karies.22 Definisi ECC yang dikeluarkan oleh AAPD

adalah satu atau lebih karies (tanpa kavitas atau lesi), adanya gigi yang hilang karena karies atau gigi yang ditambal pada gigi desidui anak usia 0-71 bulan. 2-3,7

Masalah utama ECC bukan pada definisinya saja, tapi mengenai penyebaran dan epidemiologinya pada anak dengan orang tua berpendapatan rendah.1 Penelitian Resine dan kawan-kawan menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pendapatan orang tua dengan risiko karies pada anak.23 Penelitian yang dilakukan A. Livny dan kawan-kawan di Jerusalem menunjukkan anak yang lahir dari keluarga yang memiliki anak lebih dari lima orang memiliki kemungkinan terkena karies sepuluh kali lebih besar.20 Penelitian lain yang dilakukan oleh I. Camacho dan kawan-kawan pada masyarakat dengan pendapatan rendah didapat hasil prevalensi

Severe Early Childhood Caries (S-ECC) sebesar 42,2% pada tahun 1996 sedangkan

pada tahun 2007 sebesar 34,95%.24

Prevalensi karies pada anak prasekolah mungkin lebih tinggi dari 90% di beberapa subpopulasi. Survei Kesehatan Rongga Mulut Nasional di Amerika pada tahun 1996 menemukan bahwa 38% anak usia 2-9 tahun memiliki karies pada gigi desidui. Di antara anak usia 2-4 tahun, didapat hasil 32% anak Mexican-American menderita karies, dibandingkan dengan 22% anak kulit hitam dan 13% anak kulit putih. Pada anak usia 24-36 bulan di Pulau Marianna Utara (Negara bagian Amerika Serikat), 73% memiliki white spot dan 65% memiliki kavitas pada enamel.1 Prevalensi karies di Mongolia berdasarkan penelitian S. Mashbaljir pada anak usia 6-18 bulan adalah 29% sedangkan pada anak usia 19-30 bulan prevalensinya adalah 59%.17

Hampir 30% dari 125 anak Mexican-American yang berusia 8-27 bulan bermukim di Lembah Yakima menderita ECC. Sebanyak 20% anak

Mexican-American berusia 18-36 bulan dirawat di Los Angeles karena ECC. Hasil studi

epidemiologi menunjukkan anak Native American berisiko tinggi terkena ECC. Prevalensi ECC pada anak Navajo dan Cherokee yang tinggal di daerah kumuh adalah 72% dan 55%. Prevalensi ECC di Ohio yang diamati pada 200 anak usia 3,5-5 tahun adalah 11% sedangkan di Virgins Island yang diamati pada 375 anak yang berusia 3-5 tahun adalah 12%. 8

Prevalensi ECC pada anak di negara berkembang mungkin saja lebih tinggi dari 70%.9 Penelitian yang dilakukan di Santiago, Chili pada anak prasekolah didapat hasil hanya 43,2% yang bebas karies.25 Prevalensi ECC di Filipina pada anak usia 2 tahun sebesar 59%, usia 3 tahun 85%, 4 tahun 90%, dan usia 5 tahun 94%.26 Penelitian Jigjid dan kawan-kawan di Mongolia menunjukkan hasil prevalensi ECC sebesar 72%.27 Di Thailand prevalensi karies pata anak usia 3 tahun tahun 2000-2001 yaitu 65,7%.28 Di Brazil, sebesar 27% anak usia 18-36 bulan dan hampir 60% anak usia 5 tahun memiliki sedikitnya satu gigi desidui yang karies. Secara rata-rata anak usia 1 tahun paling tidak memiliki satu gigi karies dan tiga gigi karies pada anak usia 5 tahun.5

Prevalensi karies pada anak prasekolah menurun di kebanyakan negara maju, tetapi meningkat di negara berkembang.28 Penurunan ini berhubungan dengan makin meningkatnya kebiasaan menjaga kebersihan rongga mulut sedangkan peningkatan terjadi berhubungan dengan pendapatan yang rendah.9

2.1.1 Gambaran Klinis Early Chidhood Caries

ECC pada tahap inisial terdapat lesi karies pada pemukaan halus mengenai gigi insisivus desidui maksila. Saat karies berkembang terlihat di permukaan oklusal molar pertama desisui maksila yang akhirnya menyebar ke gigi desidui yang lain kemudian menghancurkan pertumbuhan gigi desidui.8

Menurut literatur gambaran klinis ECC terdiri dari empat tahap yaitu:30 a. Tahap inisial

Tahap ini dikarakteristikkan dengan terlihatnya permukaan seperti kapur, lesi demineralisasi berwarna opak pada permukaan halus gigi desidui insisivus maksila. Hal ini terjadi saat anak berusia 10-20 bulan atau lebih muda. Suatu garis putih yang khas terlihat pada daerah servikal dari permukaan vestibular dan palatal gigi-gigi insisivus maksila.

Pada tahap ini, lesi reversibel tapi orang tua dan dokter yang pertama memeriksa mulut anak sering mengabaikan lesi tersebut. Lebih lanjut, lesi ini dapat didiagnosa hanya setelah seluruh gigi dikeringkan.

b. Tahap kedua

Tahap ini terjadi saat usia anak sudah mencapai 16-24 bulan. Dentin dipengaruhi saat lesi putih pada insisivus berkembang pesat menyebabkan enamel rusak. Dentin terpapar dan terlihat lunak serta berwarna kuning. Molar desidui maksila terkena lesi inisial pada permukaan servikal, proksimal dan oklusal.

Pada tahap ini, anak mulai mengeluh kalau giginya sensitif saat tersentuh makanan atau minuman yang dingin. Orang tua kadang-kadang memperhatikan perubahan warna pada gigi anak mereka dan mulai cemas.

Gambar 2. ECC tahap kedua 32

c. Tahap ketiga

Tahap ini terjadi saat usia anak 20-36 bulan. Lesi sudah luas pada salah satu insisivus maksila dan pulpa sudah teriritasi. Anak akan mengeluh sakit saat mengunyah dan menyikat gigi. Pada malam hari anak akan merasa kesakitan spontan. Pada tahap ini, molar desidui maksila pada tahap kedua sedangkan gigi molar desidui mandibula dan kaninus desidui maksila pada tahap inisial.

Gambar 3. ECC tahap ketiga 31

d. Tahap keempat

Tahap ini terjadi ketika anak sudah berusia 30-48 bulan. Mahkota gigi anterior maksila fraktur sebagai akibat dari rusaknya enamel dan dentin. Pada tahap ini insisivus desidui maksila biasanya sudah nekrosis dan molar desidui maksila berada pada tahap tiga. Molar kedua desidui dan kaninus desidui maksila serta molar pertama desidui mandibula pada tahap kedua. Anak sangat menderita, susah mengekspresikan rasa sakitnya, susah tidur, dan tidak mau makan.

2.1.2 Etiologi Early Chidhood Caries

Etiologi ECC hampir sama dengan etiologi karies pada umumnya, yaitu disebabkan multifaktorial. Faktor tersebut mempengaruhi perkembangan karies. Adapun faktor itu adalah substrat, host , mikroorganisme dalam plak, dan waktu .33-35

a. Substrat atau diet

Anak yang dietnya tinggi karbohidrat, khususnya sukrosa cenderung terkena karies lebih tinggi daripada anak yang dietnya mengandung banyak lemak dan protein.33-34 Hal ini disebabkan karena sukrosa adalah karbohidrat yang banyak difermentasikan tetapi perlu diingat bakteri bisa memakai semua karbohidrat untuk difermentasikan. Glukosa dapat difermentasikan menghasilkan asam yang lebih kuat bila dibandingkan dengan karbohidrat yang lain.35 Hal ini menunjukkan karbohidrat memegang peranan penting dalam proses karies.33-34

Diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu pembiakan dan kolonisasi bakteri pada permukaan enamel.33-34 Konsistensi makanan yang dikonsumsi juga mempengaruhi kecepatan pembentukan plak. Konsistensi makanan yang lunak atau yang sedikit memerlukan pengunyahan akan mempercepat pembentukan plak karena sedikit atau sama sekali tidak terjadi efek self cleansing.34

b. Host

Umumnya, karies dimulai dari enamel tapi bisa saja dimulai dari dentin atau sementum. Saliva memainkan peran penting dalam proses karies yaitu berperan dalam proses self cleansing dan sistem bufer, saliva membuat proses karies berjalan lebih lama. Saliva juga memiliki peranan penting pada proses remineralisasi dengan menghasilkan kalsium, fosfat, dan fluor.33-34

Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan gigi sebagai host terhadap karies yaitu morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan krisatalografis. Gigi posterior yang memiliki pit dan fisur khususnya pit dan fisur yang dalam sangat rentan terhadap karies karena sisa makanan sangat mudah menumpuk pada bagian itu. Plak juga mudah melekat pada permukaan gigi yang kasar dan mempercepat perkembangan karies.33

Enamel tersusun atas struktur kimia yang kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, dan fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Gigi desidui lebih mudah terkena karies daripada gigi permanen. Ini terjadi karena gigi desidui mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineral lebih sedikit daripada gigi permanen. Selain itu, secara kristalografis gigi desidui tidak sepadat gigi permanen. Hal ini mungkin yang menjadi salah satu alasan tingginya prevalensi karies pada anak.33-34

c. Mikroorganisme pada Dental Plak

Plak adalah lapisan tipis, padat dan menutupi permukaan enamel gigi.36 Peningkatan dental plak dapat dilihat sebagai biofilm yang dinamik. Secara tidak langsung plak memelihara lingkungan mikronya sendiri dan mempengaruhi kesehatan rongga mulut.35

Setiap miligram plak mengandung lebih besar dari 1010 CFU bakteri. Diperkirakan lebih dari 400 spesies bakteri terdapat di dalam plak.36 Dental plak mengandung bakteri yang menghasilkan asam dan bisa hidup dalam suasana asam. Mutans streptococci diyakini sebagai bakteri awal pada proses terjadi dan berkembangnya karies. Kemudian diikuti laktobasilus saat sudah terjadi kavitas pada

enamel. Pada proses terjadinya karies, segera setelah pH plak turun dan berada pada pH kritis yaitu sekitar 5,5 asam yang dihasilkan akan mulai mendemineralisasikan enamel. Ini akan berakhir sekitar 20 menit atau lebih lama tergantung dari ketersediaan substrat.35

Selain bakteri, di dalam plak juga terkandung sejumlah kecil sel epitel, leukosit dan makropag. Sel ini terdapat dalam sebuah matriks ekstraseluler yang dibentuk dari produk sel bakteri dan saliva. Matriks ekstraseluler ini mengandung protein, polisakarida, dan lemak.36-37

Hipotesa pembentukan plak yang sudah teruji adalah adanya polisakarida ekstraseluler menyebabkan perlekatan agregasi dan peningkatan koloni bakteri pada

acquired pelikel. Jika polisakarida ekstraseluler tidak ada maka plak tidak mungkin

matang. Polisakarida ekstraseluler ini terdiri dari glukan ikatan alfa yang disintesis oleh glukosiltransferase S. mutans dari sukrosa.38

Gambar 5. Memperlihatkan gambaran mikroskopis dari plak supragingival yang sudah matur.

Terlihat berbagai bentuk bakteri (cocci, rods, filamen dan sel eukariotik)36

Populasi mikrobial dari plak setelah 24 jam berkisar antara 72-103 juta/mg berat basah dan meningkat setelah tiga hari menjadi 80-132 juta. Organisme predominan adalah gram positif berbentuk kokus biasanya dijumpai Streptococcus

mitis, Streptococcus sanguis, dan S. mutans. Bakteri ini terdiri dari kira-kira 84%

flora cultivatable setelah 24 jam dan 70% flora plak setelah 72 jam. Bentuk filamen dari mikrooorganisme akan terlihat saat plak semakin matang dan bentuk ini paling besar setelah streptococci. Veilonella kokus anaerob gram-negatif juga banyak di plak.39

Tabel 1. SPESIES BAKTERI YANG DITEMUKAN DI DALAM PLAK 36

Golongan Fakultatif Anaerob Gram-Positif Streptococcus mutans

Streptococcus sanguis Actinomyces viscosus Gram-negatif Actinobacillus actinomycetemcomitans Capnocytophypa species Eikenella corrodens Porphyromonas gingivalis Fusobacterium nucleatum Prevotella intermedia Bacteroides forsythus Campylobacter rectus

Spirochetes Treponema denticola

(Spesies Treponema yang lain

d. Waktu

Ketika asam dihasilkan kristal enamel akan rusak dan terjadi kavitas. Proses ini bisa terjadi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun Di rongga mulut akan selalu terjadi proses demineralisasi dan remineralisasi.33-35 Waktu yang diperlukan untuk membentuk sebuah kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.33-34

2.1.3 Faktor Risiko Early Chidhood Caries

Adanya hubungan sebab akibat terjadinya karies sering diidentifikasikan sebagai faktor risiko karies. Adapun faktor risiko ECC adalah pola makan, pengalaman karies, penggunaan fluor, oral higiene, jumlah bakteri, transmisi bakteri dari rongga mulut ibu, saliva, umur, jenis kelamin, jumlah anak dalam keluarga, latar belakang sosial ekonomi keluarga, populasi minoritas, kurangnya pendidikan dan pengetahuan tentang kesehatan gigi, serta akses ke pelayanan kesehatan gigi, pencegahan, dan penyuluhan yang masih kurang.1,8-9,20,24,33 Penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang tua dan pengurus anak memiliki peranan yang amat besar pada kesuksesan pencegahan dan pengobatan ECC.9,33

2.2 Streptococcus mutans

S. mutans seperti telah disebutkan di atas merupakan bakteri utama penyebab

karies. 1-3,4,6,8,10-12 S. mutans masuk ke dalam genus mutans streptococci. S. mutans

merupakan bakteri gram positif. 1,13,39,40

S. mutans berbentuk kokus (bulat atau lonjong), diameter 1 mm, dan

berbentuk rantai. Bakteri ini nonmotil dan fakultatif anareob. Sebagai bakteri yang anaerob butuh CO2 5% dan nitrogen 95%. Tumbuh maksimal pada suhu 180-400 C.40-41

2.2.1 Karakteristik Streptococcus mutans

S. mutans merupakan bakteri penting dalam menyebabkan karies karena

bakteri ini bersifat menghasilkan asam (asidogenik) dan dapat hidup dalam suasana asam (asidurik).37,40 Ditemukan pertama kali oleh Clarke pada tahun 1924.29

S. mutans terdiri atas tiga serotipe yaitu serotipe c, e dan f. 11,40

2.2.2 Hubungan Streptococcus mutans dengan Karies

Penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat keparahan karies dengan jumlah koloni S. mutans. Penelitian yang dilakukan Karger menunjukkan pada 14 anak yang menderita S-ECC dalam semua rongga mulut anak terdapat S. mutans.42

Penelitian yang dilakukan Shuhairy juga menunjukkan adanya hubungan antara jumlah koloni S. mutans dengan tingkat keparahan karies. Penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan jumlah S. mutans pada anak dan ibu.10 Penelitian lain juga memperlihatkan adanya kesamaan DNA S. mutans yang diisolasi dari ibu dan anak.8

Penelitian yang dilakukan oleh Omar dan kawan-kawan menunjukkan bahwa pada ada hubungan yang signifikan antara risiko karies ibu dan adanya S. mutans dan

S. Sobrinus pada anak usia 19-31 bulan. Namun, pada anak usia 6-18 bulan tidak

ditemukan hubungan yang signifikan antara kedua hal tersebut.43 Hasil penelitian W. K. Seow di Australia menunjukkan hasil sebagian besar anak yang positif mempunyai S.mutans jika ibu mereka juga positif memiliki S. mutans.44

2.3. Pencegahan Karies

ECC merupakan penyakit yang dapat dicegah. Adapun cara untuk mencegah ECC adalah :

a. Memiliki diet yang baik.

Semakin sering mengkonsumsi sukrosa maka akan mempertinggi pertumbuhan S. mutans. Oleh karena itu, jangan berikan kepada anak minuman di dalam botol dengan komposisi utamanya adalah gula, jangan biarkan anak tidur dengan botol yang mengandung larutan selain air, dan batasi konsumsi minuman manis pada anak jangan lebih dari enam kali per hari.19,45

b. Memperbaiki gaya hidup

S. mutans seperti yang sudah disebutkan di atas dapat ditularkan dari ibu ke

anak. Oleh karena itu hindari memakai sendok yang sama dengan anak. Ibu dinasihatkan agar tidak memasukkan makanan ke dalam mulutnya sebelum memberikan makanan tersebut kepada anak.19,45

c. Instruksi kebersihan rongga mulut

Orang tua seharusnya mulai membersihkan gigi anak segera setelah gigi erupsi. Sehabis makan seharusnya gigi dan gusi anak dibersihkan agar tidak terjadi penumpukan plak. Orang tua juga harus mengajari anak untuk menyikat gigi. Selain itu dapat juga menggunakan dental floss. Metode lain untuk membersihkan plak dengan menggunakan obat kumur.19,33

d. Fluoridasi

Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies.Ini terjadi karena fluor dapat meningkatkan remineralisasi.9,33,35

e. Topikal aplikasi antimikrobial agen

Antimikrobial terapi pada anak dapat mengurangi risiko terkena ECC. Dengan mengaplikasi 10% povidone-iodine setiap dua bulan sekali dapat mengurangi risiko terkena ECC. Tapi pemberian antimikrobial langsung pada anak bukan hanya satu-satunya solusi. Sebuah penelitian menunjukkan saat kandungan ibu berusia 7 bulan dan rutin berkumur dengan sodiumfluoride dan klorheksidin, kolonisasi bakteri pada anak mereka terhambat sampai usia 4 bulan.1,8,35

f. Melakukan imunisasi

Perkembangan ilmu pengetahuan membawa kita pada pencegahan inovatif untuk mencegah karies gigi yaitu imunisasi karies, penggunaan sinar laser (laser CO2 dengan panjang gelombang 9,3 μm) dan metode prob molekuler. Penggunaan metode ini masih memerlukan perhatian khusus. Sampai sekarang metode ini masih dikembangkan untuk dapat digunakan secara klinis.13,33

g. Kontrol berkala. Orang tua seharusnya sudah membawa anaknya

melakukan kunjungan ke dokter gigi secara berkala sejak anak berumur 12-15 bulan.19,45

2.4 Kerangka Teori

Etiologi Early

Childhood Caries

Faktor risiko ECC : Substrat Risiko ECC ↑ Koloni S.mutans anak ↑ Waktu Mikroorganisme dalam plak Host

Faktor risiko langsung

- pola makan

- pengalaman karies

- penggunaan fluor

- oral higiene

- jumlah bakteri

- transmisi bakteri dari rongga mulut

ibu

- saliva

Faktor risiko tidak langsung :

- umur

- jumlah anak dalam keluarga

- jenis kelamin

- latar belakang sosial ekonomi

- populasi minoritas

- kurangnya pendidikan dan

pengetahuan tentang kesehatan gigi

- akses ke pelayanan kesehatan

gigi, pencegahan, dan penyuluhan yang masih kurang

Jumlah Koloni S.mutans pada ibu :

- tinggi

- rendah

Jumlah Koloni S.mutans pada anak :

- tinggi

- rendah

2.5 Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis Penelitian

a. Terdapat perbedaan jumlah koloni S. mutans pada anak pengalaman karies tinggi dan karies rendah.

b. Terdapat perbedaan jumlah koloni S. mutans pada ibu dari anak pengalaman karies tinggi dengan ibu dari anak karies rendah.

c. Ada hubungan jumlah koloni S.mutans pada ibu yang memiliki anak dengan karies tinggi dengan jumlah koloni S.mutans pada anak yang memiliki karies tinggi.

d. Ada hubungan jumlah koloni S.mutans pada ibu yang memiliki anak dengan karies rendah dengan jumlah koloni S.mutans pada anak yang memiliki karies rendah.

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik cross-sectional.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah anak yang berusia 36-71 bulan bersama dengan ibunya, tinggal di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Sampel pada penelitian ini dengan memilih anak yang menderita karies tinggi dan karies rendah

Kriteria inklusi :

- anak yang berusia 36-71 bulan

- ibu kandung anak yang berusia 36-71 bulan - anak berada pada periode gigi desidui

- keadaan umum anak baik dan tidak mengkonsumsi obat-obatan - anak pengalaman karies rendah (nilai rata-rata deft ≤ mean) - anak pengalaman karies tinggi (nilai rata-rata deft ≥ mean)

Kriteria eksklusi :

- anak yang tidak mendapatkan persetujuan dari orang tua - anak yang menolak untuk diperiksa

Besar sampel penelitian ini didapat dengan menggunakan rumus : n1= n2= 2X (Zα + Zß) S 2 (X1-X2) (n1-1)S12 + (n2-1)S22 S = n1+n2-2 α = 0,05 Zα = 1,96 Zß = 0,842

Nilai n1, n2, S1, dan S2 diperoleh dari penelitian terdahulu

(n1-1)S12 + (n2-1)S22 S = n1+n2-2 (14-1).1,52 + (8-1)1,52 S= 14+8-2 13.2,25 + 7.2,25 S= 20 S= 1,298 n1=n2= 2 X (Zα + Zß) S 2 (X1-X2) n1=n2= 2 X (1,96+0,842) 1,298 2 1,5

=2 X 2,804 X 1,298 2 1,5 = 2 X (2,42)2 = 2 X 5,8564 = 11,7 = 12

Sampel diambil secara acak stratifikasi. Setiap kelompok terdiri dari : a. Anak karies tinggi : 12 orang dan ibunya 12 orang

b. Anak karies rendah : 12 orang dan ibunya 12 orang Pada penelitian ini diperoleh :

a. Anak karies tinggi : 12 orang dan ibunya 12 orang b. Anak karies rendah : 15 orang dan ibunya 15 orang

3.3 Variabel Penelitian

a. Variabel bebas (faktor risiko) : Jumlah koloni S. mutans pada ibu b. Variabel tergantung (efek): Jumlah koloni S. mutans pada anak

3.4 Definisi Operasional

a. Early chidhood caries adalah satu atau lebih karies (tanpa kavitas atau lesi), adanya gigi yang hilang karena karies atau adanya gigi yang ditambal pada gigi desidui anak 0-71 bulan.

1. Pengalaman karies tinggi pada ECC adalah anak dengan nilai rata-rata deft ≥ (mean + 1SD)

Pengalaman karies tinggi= 7,85 + 5,15 = 12,99 ≈ 13

2. Pengalaman karies rendah pada ECC adalah anak dengan nilai rata-rata deft ≤ (mean - 1SD)

Pengalaman karies rendah = 7,85 – 5,15 = 2,69 ≈ 3

b. Indeks deft yang digunakan adalah menurut AAPD :

1. d=decayed=gigi dengan lesi karies dengan atau tanpa kavitas dan masih dapat ditambal

2. e=extracted=gigi yang proses kariesnya sudah sedemikian rupa sehingga tidak mungkin dapat ditambal lagi dan atau gigi yang hilang karena karies 3. f=filled=gigi yang mempunyai satu atau lebih tambalan yang sempurna 4. t=tooth= gigi

c. Usia 3-5 tahun adalah usia sesuai penanggalan kelahiran yang berumur di antara 36 bulan sampai 71 bulan.

d. Jumlah koloni S. mutans adalah jumlah koloni S. mutans yang didapat dari plak dan dibiakkan selama 48 jam dalam suasana aerob diinkubasi pada suhu 370 C kemudian yang dihitung dengan counter colony.

e. Ibu adalah orang tua yang melahirkan anak.

f. Media adalah TYCSB yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Air Langga dengan melarutkan 98 gr TYCSB dalam 1 L air. Didiamkan selama 10 menit, diaduk dan dimasukkan ke autoklaf selama 15 menit pada suhu 121 0C. Didinginkan sampai suhu 47 0C dan diaduk sebelum dituang ke cawan petri dan kemudian keringkan permukaan agar.

3.5 Alat dan Bahan Kerja 3.5.1 Alat penelitian : 1. Tiga serangkai 2. Masker 3. Gelas 4. Senter 5. Sarung tangan 6. Cotton steril 7. Box cooler 8. Inkubator 1 unit 9. Kompor 10.Autoklaf 1 unit 11.Colony counter 12.Ose 13.Lampu spiritus 14.Pinset 15.Cawan Petri 16.Tabung reaksi 17.Rak tabung reaksi 18.Gelas ukur

3.5.2 Bahan penelitian 1. Dettol 2. Alkohol 3. Media TYCSB 4. Aquadest 5. Larutan NaCl 0,9 % 6. Plak 3.6 Cara Kerja

a. Setelah proposal penelitian selesai dan mendapat persetujuan serta diperoleh Ethical Clearance dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera serta mendapatkan inform concern dari ibu maka penelitian segera dilakukan.

b. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pada rongga mulut anak yang memenuhi kriteria inklusi bersama dengan ibunya.

c. Data yang diperoleh diolah kemudian dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan pengalaman karies anak.

d. Subjek yang sudah dikelompokkan dikategorikan dengan pegalaman karies tinggi dan rendah yang kemudian diambil plaknya.

f. Plak diambil pada pagi hari antara pukul 08.00 WIB-10.00 WIB menggunakan metode swab pada seluruh permukaan gigi sampel dengan memakai

Dokumen terkait