• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jamur merupakan salah satu jenis tumbuhan yang banyak dijumpai di alam bebas terutama muncul pada waktu musim penghujan atau di tempat lembab lainnya. Beberapa jenis jamur yang dapat dikonsumsi antara lain: jamur kancing atau champignon (Agaricus bisporus), jamur tiram atau hiratake (Pleurotus sp.), jamur merang (Volvariella volvaceae), jamur shiitake (Lentinus edodes), jamur kuping (jamur kuping putih: Tremella fuciformis, jamur kuping hitam: Auriculariapolytricha, jamur kuping merah: Auricularia auricula-judae) (Chew, et al., 2008).

Jamur yang bermanfaat tentu saja ialah jamur pangan (edible mushrooms) dan jamur obat (medicinal mushrooms). Jamur pangan misalnya, jamur merang (Volvarfelia votvacea), jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dan jamur kuping (Auricularia auricula). Jamur rayap (Termitomyces sp.), di samping sebagai jamur pangan, juga dapat berkhasiat sebagai obat, karena dapat memperkuat perut dan menyembuhkan ambeyen (bawazir) . Jamur-jamur pangan ini selain enak rasanya, juga bemilai gizi tinggi, karena mengandung asam amino esensial yang relatif lengkap (Winaro, et al., 1999).

Jamur makroskopis dapat tumbuh di banyak habitat dari artik hingga tropis, dan beberapa jamur makroskopis menunjukkan habitat spesifik. Umumnya jamur makroskopis tumbuh di atas kayu lapuk, serasah atau tanah, daun, dan kotoran hewan, serta ada juga yang tumbuh pada jamur yang telah membusuk (Asnah, 2010).

Sentra Informasi Keracunan Nasional BPOM (2010) menyatakan bahwa banyak spesies tumbuhan di dunia tidak dapat dimakan karena kandungan racun

yang dihasilkannya. Proses domestikasi atau pembudidayaan secara berangsur- angsur dapat menurunkan kadar zat racun yang dikandung oleh suatu tanaman sehingga tanaman pangan yang kita konsumsi mengandung racun dengan kadar yang jauh lebih rendah daripada kerabatnya yang bertipe liar (wild type). Penurunan kadar senyawa racun pada tanaman yang telah dibudidaya antara lain dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat tumbuhnya.

Kadar racun pada tanaman dapat sangat bervariasi. Hal itu dipengaruhi antara lain oleh perbedaan keadaan lingkungan tempat tanaman tumbuh (kelembaban, suhu atau kadar mineral) serta penyakit yang potensial. Varietas yang berbeda dari spesies tanaman yang sama juga mempengaruhi kadar racun dan nutrien yang dikandungnya (Samsudin, 2008).

Menurut Arora, et all (1996), beberapa senyawa beracun yang terkandung pada jamur makroskopis diantaranya sebagai berikut:

1. Amatoksin

Memiliki gejala kram perut, pusing-pusing, muntah, buang air besar berdarah. Akibatnya kerusakan hati dan pankreas. Contoh jamur Amanita phalloides, A. verna, A. virosa, Conocybe flaris, Lepiota castanea.

2. Gyromitrin

Memiliki gejala kram perut, pusing-pusing, muntah, buang air besar berdarah. Akibatnya adalah kerusakan hati dan pankreas. Contoh jamur Gyromitra spp., Verpa spp., Cudonis spp., Helve spp.

3. Muscarine

Memiliki gejala hipersalivasi, nafas tak teratur, menangis, laktai pada wanita hamil, muntah-muntah, buang air besar. Akibatnya adalah

kerusakan jaringan saraf. Contoh jamur Inocybe spp., Clitocybe dealbata, Omphalotus spp., Boletus spp.

4. Asam Ibotenat / Muscimol

Memiliki gejala mual-mual, bingung, hilang kontrol otot, berkeringat, ketakutan distorsi visual, halusinasi. Akibatnya adalah kerusakan sistem saraf pusat. Contoh jamur Amanita muscaria, A. pantherina, A. Gemmata. 5. Psilocybin / Psilocin

Memiliki gejala distorsi visual, halusinasi, tidak bisa melihat dengan baik. Akibatnya adalah terganggunya sistem saraf. Contoh jamur Psilocybe spp., Conocybe spp., Gymnopilus spp.,

Hutan Taman Wisata Alam Sicike-cike terletak di Kabupaten Dairi, sekitar 450 km dari Medan dan sekitar 30 menit dari kota Sidikalang. Hutan Taman Wisata Alam Sicike-cike diresmikan sebagai kawasan konservasi melalui SK Menteri Kehutanan No. 78/Kpts-II/1989 tanggal 7 Februari 1989 dengan luas kawasan 575 ha. Secara administratif pemerintahan Hutan Taman Wisata Alam Sicike-cike terletak di Dusun Pansur Nauli, Desa Lae Hole I dan Desa Lae Hole II, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara.

Secara geografis terbentang antara 98020’-98030’ BT dan 2035’-22041’ LU. Secara administrasi pemangkuan kawasan Hutan Taman Wisata Alam Sicike-cike termasuk kedalam wilayah Seksi Konservasi Wilayah I Bidang KSDA Sumatera Utara dengan batas administrasi :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Hutan Lindung Adian Tinjoan b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Hutan Lindung Adian Tinjoan

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lae Hole 2 Pancur Nauli d. Sebelah Barat berbatasan dengan Hutan Lindung Adian Tinjoan dan

Kecamatan Kerajaan.

Peneliti memilih kawasan Hutan Wisata Alam Sicike-cike yang terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat sebagai tempat penelitian dikarenakan kawasan hutan ini masih memiliki kekayaan sumber daya alam hayati, khususnya keanekaragaman jenis jamur beracun. Perlu dilakukan berbagai penelitian untuk mengetahui potensi keanekaragaman sumber daya alam hayati yang ada di kawasan hutan ini sehingga keanekaragaman hayatinya dapat dimanfaatkan masyarakat serta dapat dilestarikan.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengetahuan masyarakat akan jamur beracun cenderung minim. Hal ini diakibatkan ketidaktauan masyarakat akan manfaat dan kegunaan dari jamur beracun tersebut. Senyawa yang terkandung pada jamur beracun umumnya mengandung senyawa alkaloid dimana senyawa tersebut merupakan senyawa utama dalam pembuatan biopestisida (Restuati, 2004).

Pemanfaatan jamur beracun kurang dimaksimalkan oleh masyarakat pada umumnya. Masyarakat menggangap bahwa jamur beracun hanya merupakan parasit yang tumbuh pada pohon yang hidup ataupun yang mati yang tidak dapat dimanfaatkan sehingga keberadaannya dibiarkan begitu saja. Padahal jamur beracun tersebut dapat digunakan sebagai biopestisida ataupun sebagai bahan insektisida nabati. Jamur beracun yang mengandung nilai racun (toksik) tinggi dapat digunakan sebagai bahan pembuatan insektisida (Taofik 2010).

Masyarakat pada umumnya juga sangat sulit dalam membedakan mana yang termasuk jamur beracun dan mana yang tidak. Padahal pada sekarang ini sangat mudah untuk membedakannya seperti warna lebih mencolok, baunya kurang sedap, bersifat korosif bila di sayat pada pisau, berubah warna apabila di panaskan (Zubair, 2006).

Kurangnya pengetahuan dan pemanfaatan jamur beracun tersebut mengakibatkan kurangnya pembudidayaan akan jamur beracun tersebut. Padahal jamur beracun ini dapat menjadi bahan alfternatif dalam pembuatan biopestisida dan insektisida.

Hutan di Taman Wisata Alam Sicike-cike sangat kaya akan tumbuhan semak, liana, herba dan anggrek. Kelimpahannya tinggi karena hutan masih terjaga. Pohon yang sangat tua pun masih ditemukan yaitu sampinur tali yang berdiameter lebih dari 60 cm. Hutan ini cenderung landai, kemiringan hanya berkisar 40%, dengan tingkat kemiringan 10°-90°. Hutan ini secara umum mudah dilalui, hanya bagian-bagian tertentu yang sulit karena curam atau bergambut.

Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini antara lain :

1. Mengidentifikasi jenis-jenis jamur beracun yang berada pada Kawasan Hutan Taman Wisata Alam Sicike-cike Kabupaten Dairi.

2. Menganalisis metabolit sekunder jenis-jenisjamur beracun padaKawasan Hutan Taman Wisata Alam Sicike-cike Kabupaten Dairi.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah observasi awal untuk menjawab kekurangan pengetahuan tentang bermacam-macam jamur beracun yang belum dapat dijadikan referensi bagi yang berkepentingan khususnya masyarakat.

ABSTRAK

MOSES WALTER RIHAD SIPAYUNG. 101201110.Eksplorasi Jamur Beracun pada Kawasan Hutan Taman Wisata Alam Sicike-cike, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Dibimbing oleh YUNUS AFIFUDDIN dan ASWITA HAFNI LUBIS.

Hutan di Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat tinggi.Baru dalam beberapa tahun terahir ini, setelah era keemasan kayu bulat terlewati dengan meninggalkan banyak masalah akibat degradasi hutan yang luar biasa berat, Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) mulai mendapat perhatian yang lebih serius. Pergeseran paradigma pengelolaan hutan dari semula berbasis kayu (timber-based management) menjadi berbasis sumberdaya (resource based management) menjadi titik balik arah pembangunan kehutanan. Penelitian tentang Jamur Beracun ini dilaksanakan di Hutan Taman Wisata Alam Sicike-cike. Penelitian ini diharapkan menjadi metode penelitian dasar dalam pengembangan jamur beracun di Indonesia. Penelitian ini memiliki 3 tahap. Tahap yang pertama adalah aspek pengetahuan lokal dengan survei pengetahuan lokal. Tahap yang kedua adalah aspek keanekaragaman hayati dengan analisis pengumpulan data vegetasi. Tahap terakhir adalah aspek fitokimia dengan mendeteksi kandungan metabolit sekunder. Jenis jamur beracunyang ditemukan adalah Trametes versicolor, Ganoderma applanatum, Ganoderma sp. 1, Ganoderma sp. 2, Trametes sp. 1, Colitricia sp dan Trametes sp. 2. Semua sampel yang diidentifikasi mengandung senyawa metabolit sekunder.

Kata kunci: Jamur Beracun, Hutan Taman Wisata Alam Sicike-cike, dan Metabolit Sekunder.

ABSTRACT

MOSES WALTER RIHAD SIPAYUNG. 101201110. Exploration Poisonous Mushrooms in Sicike-Cike Forest Areas Parks Nature, Dairi, North Sumatra. Supervisor by YUNUS AFIFUDDIN and ASWITA HAFNI LUBIS.

Forests in Indonesia hada high wealth of natural resources. Just by the last few years, after the golden era of logs passed by leaved a lot of problems due to unusually heavy degradation, Non-Timber Forest Products (NTFP) began to receive serious attention. Paradigm shift in forest management based on the original wood (timber-based management) to be based resource (resource-based management) become a turning point in the direction of forestry development. This toxic mushrooms research was appliedin Sicike-Cike’sforest park nature. This study is expected to be the basis of research methods in the development of toxic mold in Indonesia. This research had three phases. The first phase was the aspect of local knowledge with local knowledge survey. The second phase was the aspect of biodiversity with the analysis of data vegetation. The last phase was to detect the content of phytochemical aspects of secondary metabolites. Type of toxic mold founded in this research was Trametes versicolor, Ganoderma applanatum, Ganoderma sp. 1, Ganoderma sp. 2, Trametes sp. 1, Colitricia Trametes sp and sp. 2. All samples were identified as containing secondary metabolites.

Keywords: Poisonous Mushrooms, Sicike-Cike Forest Park Nature, and Metabolit Secondary.

EKSPLORASI JAMUR BERACUN PADA KAWASAN HUTAN

Dokumen terkait