• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Pada hakikatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dengan komunikan. Komunikasi ini paling efektif mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang. Komunikasi interpersonal bersifat dialogis. Artinya, arus balik terjadi langsung. Komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga. Komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif, negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak berhasil maka komunikator dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.

Menurut Kumar (2000) efektivitas komunikasi interpersonal mempunyai lima ciri, sebagai berikut:

1.Keterbukaan (openess). Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan interpersonal;

2.Empati (empathy). Kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain melalui kaca mata orang lain.

3.Dukungan (supportiveness). Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif.

4.Rasa positif (positiveness). Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.

5.Kesetaraan (equality). Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Sumber-sumber informasi di pedesaan dari negara-negara berkembang, seperti Indonesia, cenderung melalui jalur komunikasi interpersonal. Caranya menggunakan jasa juru penerangan, penyuluh, tokoh masyarakat dan tokoh agama. Peranan keempat sumber informasi tersebut cukup penting sebagai agen perubahan dalam menyebarkan ide-ide baru. Kredibilitas keempat sumber sangat terpercaya untuk mengajak orang lain dalam menerima ide-ide baru. Ketika seseorang tidak mempunyai banyak informasi mengenai isu tertentu, maka pesan

dari sumber yang mempunyai kredibilitas tinggi dapat dengan mudah diterima tanpa banyak berpikir. Umpan balik yang diperoleh dalam komunikasi interpersonal adalah berupa umpan balik positif, negatif, netral.

Komunikasi interpersonal mempunyai peranan cukup besar untuk mengubah sikap. Hal itu karena komunikasi ini merupakan proses penggunaan informasi secara bersama (sharing process). Peserta komunikasi memperoleh kerangka pengalaman (frame of experience) yang sama menuju saling pengertian yang lebih besar mengenai makna informasi tersebut. Kerangka pengalaman yang sama diartikan sebagai akumulasi dari pengetahuan, nilai-nilai kepercayaan dan sifat-sifat lain yang terdapat dalam diri seseorang. Komunikasi berlangsung efektif apabila kerangka pengalaman peserta komunikasi tumpang tindih (overlapping), yang terjadi saat individu mempersepsi, mengorganisasi dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima dari lingkungannya. Derajat hubungan antarpribadi turut mempengaruhi keluasan (breadth) dari informasi yang dikomunikasikan dan kedalaman (depth) hubungan psikologis seseorang.

Taylor dan Altman diacu dalam DeVito (2001) menekankan, bahwa dengan berkembangnya hubungan sosial, maka keluasan dan kedalaman komunikasi interpersonal akan meningkat. Tingkat keluasan informasi yang dibicarakan dalam proses komunikasi interpersonal dapat diilustrasikan dengan lingkaran. Pada lingkaran luar, informasi dibicarakan masih dangkal. Interaksi tersebut biasanya berlangsung antara individu dan kenalan. Lingkaran tengah menggambarkan hubungan yang lebih akrab, misalnya dengan kawan. Pada tahap informasi dibicarakan lebih mendalam, lingkaran dalam memperlihatkan hubungan sangat dekat. Jenis hubungan ini terjadi di antara saudara kandung, orangtua atau sahabat karib.

Di masa lalu pendekatan komunikasi interpersonal ditekankan pada situasi dua orang atau kelompok kecil. Dengan adanya perubahan perspektif tentang bagaimana komunikasi berlangsung, pendekatan komunikasi interpersonal berubah menjadi bersifat hubungan. Perubahan perspektif teoritis ini menyebabkan komunikasi interpersonal lebih melihat hubungan di antara individu. Individu sebagai personal communication network. Hal ini meningkatkan lingkaran pergaulan seseorang pada suatu isu tertentu, seperti: gizi

bayi, kesehatan anak atau kampanye publik lainnya. Variasi hubungan seseorang bergantung pada isu yang didiskusikan. Di samping itu, orang-orang tertentu mungkin saja menjadi pemuka pendapat pada suatu isu tertentu, tetapi tidak pada isu-isu yang lain.

Kumar (2000) menemukan bahwa orang-orang sering berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki karakteristik serupa. Istilah sosiologi yang dipakai untuk menunjukkan keserupaan di antara orang-orang itu adalah homofili.

Prinsip yang paling dasar dalam komunikasi antar manusia (human communication) adalah berupa penerusan gagasan-gagasan. Paling sering terjadi karena antara sumber dan penerima terdapat kesamaan-kesamaan tertentu. Konsep

homofili digunakan untuk menerangkan tingkat pasangan individu-individu yang berkomunikasi dengan memiliki kesamaan atribut-atribut tertentu. Hal tersebut ditandai kesamaan keyakinan, nilai-nilai sosial, pendidikan dan status sosial.

Individu-individu yang mempunyai kesamaan atribut tadi kemungkinan besar merupakan anggota kelompok tertentu, hidup saling berdekatan dan terikat kepada kepentingan yang sama. Persamaan secara fisik dan sosial mendorong ke arah homofili. Apabila sumber dan penerima informasi saling berbagi makna yang sama (common meanings), maka komunikasi akan berlangsung efektif. Bagian terbesar dari individu-individu yang berinteraksi satu sama lain. Mempunyai kesamaan dan persamaan dalam status sosial, pendidikan, keyakinan.

Komunikasi efektif antara petani dan sumber-sumber informasi juga harus dibangun berdasarkan hubungan interpersonal yang efektif. Menurut Rogers (2003) hubungan interpersonal akan terjadi secara efektif apabila kedua belah pihak memenuhi kondisi sebagai berikut: (a) bertemu satu sama lain secara personal, (b) empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami satu sama lain secara berarti, (c) menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau keberatan, (d) menghayati pengalaman satu sama lain dengan bersunguh-sungguh, bersikap menerima dan empati satu sama lain, (e) merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung dan mengurangi kecenderungan ganguan arti, (f) memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat persamaan aman terhadap yang lain.

Perilaku Komunikasi Interpersonal

Perilaku adalah segala tindakan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Ilmu psikologi menjelaskan bahwa perilaku merupakan hasil interaksi antara faktor personal berupa instink individu dengan lingkungan psikologinya (Rakhmat 2007). Berlo (1960) menyatakan bahwa perilaku komunikasi seseorang akan menjadi kebiasaan perilaku seseorang dalam mencari informasi. Perilaku seseorang terbentuk karena adanya stimulus, verbal maupun nonverbal yang sering menimpanya. Sementara itu, menurut kamus komunikasi istilah perilaku komunikasi (communication behavior) berarti tindakan atau aktivitas seseorang, kelompok atau khalayak, ketika terlibat dalam proses komunikasi (Effendy 2004).

Perilaku komunikasi dapat berarti tindakan atau respons seseorang terhadap sumber dan pesan bila ditinjau dari pengertian model komunikasi linier. Pendekatan komunikasi interpersonal, di mana komunikasi ditekankan pada konsep saling berbagi pengalaman (the sharing of experience) maka tindakan atau respons seseorang terjadi dalam kapasitasnya sebagai pelaku komunikasi (Tubbs & Moss 2000). Salah satu cara untuk memahami perilaku manusia adalah dengan mengamati atau memahami hubungan-hubungan sosialnya yang tercipta karena adanya proses komunikasi interpersonal (Setiawan 1983).

Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian pesan secara langsung dari komunikator ke komunikan, yang biasa juga disebut komunikasi tatap muka (face to face communication). Komunikasi yang demikian dinilai efektif untuk suatu sifat pesan tertentu, tetapi tidak bagi pesan yang lain (Rogers 2003). Komunikasi interpersonal dikatakan efektif untuk pesan-pesan tertentu karena komunikator dapat melihat secara langsung tanggapan dari komunikan, berupa kata-kata, gerak-gerik, ekspresi wajah, sehingga komunikator dapat segera mengambil langkah-langkah lebih lanjut.

Komunikasi merupakan suatu proses dimana partisipan membuat dan berbagi informasi satu sama lain dalam upaya mencapai saling pengertian. Tujuan komunikasi dalam konteks komunikasi interpersonal adalah “berkomunikasi dengan (to communicate with)” daripada sekedar mempengaruhi. Komunikasi lebih merupakan suatu proses berbagi informasi (sharing information). Pencapaian

pengertian bersama untuk menaksir dan mendefinisikan realitas menjadi sangat penting karena keberhasilan berbagai upaya manusia tergantung pada ada tidaknya pengertian bersama. Komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses sosial yaitu sesuatu yang bekerja atau berjalan antar manusia (Rogers & Kincaid 1981). Komunikasi yang efektif adalah penting bahkan menurut Tubbs dan Moss (2000) komunikasi efektif merupakan salah satu keahlian paling penting untuk mencapai keberhasilan dan kebahagian hidup. Komunikasi dirasakan efektif apabila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Karena pada hakekatnya tujuan komunikasi adalah menciptakan hubungan dan kerjasama yang saling pengertian di antara orang-orang yang berkomunikasi.

Secara umum, komunikasi interpersonal mempunyai karakteristik, yaitu: (1) komunikasi terjadi dengan berhadapan langsung antara satu orang dengan orang lainnya; (2) penggunaan indera mutlak terjadi, sehingga satu sama lainnya saling melihat dan mendengar; (3) komunikasi bersifat spontan, intensif dan dapat dilakukan setiap saat (Wiryanto 2004). Menurut DeVito (2001) terdapat enam ciri komunikasi interpersonal, yaitu: (1) komunikasi interpersonal adalah verbal dan nonverbal, artinya komunikasi terjadi pengemasan pesan dalam bentuk verbal. Isi pesan dan bagaimana isi tersebut dapat dilakukan, baik secara verbal maupun nonverbal, merupakan dua unsur utama dalam komunikasi interpersonal; (2) komunikasi interpersonal mencakup perilaku tertentu. Perilaku yang terjadi karena adanya desakan emosi merupakan perilaku spontan. Perilaku menurut kebiasaan merupakan perilaku yang didasarkan pada situasi tertentu, dapat dimengerti oleh orang lain dan dipelajari dari kebiasaan kita. Perilaku sadar, merupakan perilaku yang sesuai dengan situasi yang ada dan disesuaikan dengan orang yang akan dihadapi; (3) komunikasi interpersonal mengandung umpan balik, interaksi dan koherensi. Dalam hal ini umpan balik (feed back) besar sekali, mengingat; (4) komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang semakin berkembang, umpan balik dan interaksi antar pihak-pihak yang terlibat juga akan semakin intensif; (5) komunikasi interpersonal saling mengubah. Pada tahapan ini komunikasi interpersonal akan berjalan baik, jika peraturan yang ditetapkan mampu untuk mengikutinya. Peraturan tersebut seringkali dikembangkan dan ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan situasi tertentu. Adanya proses interaksi dalam

komunikasi, maka pihak-pihak yang terlibat komunikasi dapat saling memberi inspirasi, semangat, dorongan untuk mengubah pemikiran, perasaan dan sikap; (6) komunikasi interpersonal merupakan kegiatan aktif, artinya sudah terjadi hubungan timbal balik antar pengirim dan penerima pesan.

Dalam komunikasi interpersonal, komunikan sebagai penerima pesan dapat merespons secara langsung informasi yang diperoleh dari komunikator. Murtiyeni (2002) menyebutkan bahwa efektivitas komunikasi tatap muka (personal

communication) didapatkan dari berbagai peluang individu untuk menyampaikan pesan dan memperoleh umpan balik secara personal. Menurut Rogers (2003) untuk mendapatkan suatu keputusan dari seseorang akan melalui proses keputusan inovasi yang biasanya dalam pandangan tradisional disebut sebagai proses adopsi, yaitu: (1) Tahap kesadaran, (2) Tahap menaruh minat, (3) Tahap penilaian, (4) Tahap percobaan, (5) Tahap penerimaan.

Dalam konsep komunikasi yang dimaksud dengan umpan balik adalah perubahan karena bertambahnya pengetahuan, perubahan sikap dan perubahan perilaku yang diketahui secara langsung maupun tidak langsung. Effendy (2004) menambahkan dengan adanya umpan balik dapat diterima secara langsung, yaitu menyampaikan bentuk pertanyaan, komunikator memperoleh jawaban/ umpan balik langsung. Secara umum, kualitas hubungan yang terjadi lebih bersifat informal dan akrab.

Sistem komunikasi adalah tata cara komunikasi dalam paduan seluruh unsur dan faktor yang terlibat guna mencapai suatu tujuan tertentu. Unsur-unsur komunikasi dalam pertanian adalah; komunikator, pesan dan komunikan, sedangkan faktor dalam komunikasi adalah saluran yang menunjang tercapainya tujuan penyampaian pesan (Soekartawi 2005). Saluran komunikasi meliputi saluran interpersonal dan media massa. Saluran interpersonal adalah saluran yang melibatkan tatap muka (antara sumber dengan penerima) antara dua orang atau lebih; misalnya rapat, pertemuan langsung dan lain-lainnya (Rogers 2003).

Menurut Robbins (2001) tidak ada kelompok yang dapat eksis tanpa komunikasi: pentransferan makna di antara anggota-anggotanya. Hanya lewat pentransferan makna dari satu orang ke orang lain informasi dan gagasan dapat dihantarkan. Di samping untuk menanamkan makna, komunikasi juga harus

dipahami. Komunikasi menjalankan empat fungsi utama di dalam suatu kelompok atau organisasi: kendali (kontrol, pengawasan), motivasi, penguatan emosional dan informasi. Informasi baru tentang pertanian yang dikomunikasi melalui berbagai macam saluran, secara umum dapat diklasifikasikan (Rogers 1966) sebagai berikut :

1. Media massa, terdiri dari majalah pertanian, surat kabar, siaran pertanian melalui radio dan televisi.

2. Sumber informal terdiri dari tetangga petani/peternak dan teman, kelompok usaha, kelompok profesi dan kelompok sosial.

3. Sumber komersial terdiri dari hubungan petani/peternak dengan pedagang dan

dealer, demonstrator dan buletin komersial.

4. Sumber agen pemerintah terdiri dari buletin, pertemuan dan hubungan petani/peternak dengan penyuluh dan ahli.

Sumber informasi yang digunakan melalui sumber informal dan agen pemerintah, seperti hubungan petani/petani dengan penyuluh dan ahli pertanian merupakan kegiatan dari bentuk komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antara dua orang atau lebih, baik secara verbal dan nonverbal. Komunikasi interpersonal yang efektif membutuhkan pemahaman terhadap orang lain yang menjadi partner komunikasi. Memahami orang lain adalah untuk mengurangi ketidakpastian dan perbandingan, khususnya bagi orang yang baru saling mengenal.

Hubungan antar pribadi sangat diperlukan oleh setiap orang yaitu untuk perasaan dan ketergantungan. Perasaan adalah mengacu pada hubungan yang secara emosional berlangsung intensif. Sedangkan ketergantungan adalah mengacu pada instrumen perilaku antarpribadi seperti membutuhkan pertolongan, memerlukan persetujuan, mencari kedekatan. Komunikasi merupakan sebuah proses sosial di masyarakat, proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai kehidupan bersama. Semakin majunya peradaban dalam masyarakat, semakin banyak tantangan yang dihadapi dalam mengkomunikasikan hal-hal baru yang mungkin masuk dalam sistem sosial masyarakat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan pola pikir masyarakat tidak akan bermakna jika tidak disebarluaskan dan dikomunikasikan.

Frekuensi dan Intensitas pada Komunikasi Interpersonal

Frekuensi dan Intensitas dengan sesama masyarakat dalam hal ini petani padi sawah merupakan bagian dari komunikasi interpersonal yang berupa perilaku tatap muka. Perilaku ini pada dasarnya sudah mencakup perilaku mencari dan menyampaikan informasi secara bersamaan. Pada situasi komunikasi

interpersonal, proses umpan balik sangat berkaitan dengan selang waktu yang mungkin ada dan mungkin juga tidak ada. Menurut Jahi (1988), pada komunikasi tatap muka, umpan balik umumnya lebih segera. Pada pihak lain, umpan balik memerlukan waktu jika partisipan dalam suatu situasi komunikasi satu sama lain terpisah oleh suatu jarak.

Kontak dengan sesama petani merupakan bagian dari komunikasi interpersonal yang dapat berupa perilaku membicarakan informasi. Perilaku ini pada dasarnya sudah mencakup perilaku mencari dan menyampaikan informasi secara bersamaan. Pada situasi komunikasi interpersonal, dikenal umpan balik yang bercirikan kedua aspek mencari dan menyampaikan informasi. Proses umpan balik sangat berkaitan dengan selang waktu yang mungkin ada dan mungkin juga tidak ada. Saluran komunikasi interpersonal yang disampaikan secara tatap muka memiliki beberapa keunggulan, antara lain: (1) bersifat langsung, pribadi dan manusiawi, (2) teknik penyampaian fleksibel dan lebih rinci, (3) keterlibatan khayalak tinggi, (4) umpan balik dapat langsung diperoleh sehingga tingkat pemahaman pesan akan lebih tinggi. Sebaliknya, keterbatasan media interpersonal adalah keterbatasan cakupan khalayak (DeVito 2001).

Intensitas komunikasi merupakan aktivitas dalam mencari atau menerima informasi melalui kontak dengan petugas. Hal ini penting untuk diketahui karena berhubungan dengan jumlah pencarian informasi oleh khalayak. Menurut Rogers (2003) petugas pemberi informasi/penyuluh menyediakan mata rantai komunikasi antara sistem sumberdaya (umumnya disebut agen perubahan) dan sistem klien.

Seseorang untuk meyakinkan informasi yang diperolehnya, akan melakukan kontak interpersonal dengan tokoh masyarakat maupun agen pembaharu/ pembangunan (agent of change). Pada tahap ini petani memerlukan pendapat dan nasehat dari orang yang dipercayainya. Sastropoetro (1988) mengemukakan bahwa, kepemimpinan tokoh masyarakat sekitarnya atau orang yang memiliki

kompetensi teknis dapat memberikan fungsi legitimasi terhadap keputusan yang akan dibuatnya. Hal tersebut selaras dengan pendapat Rogers (2003) bahwa seseorang lebih cepat mengadopsi inovasi, apabila ia lebih banyak melakukan kontak interpersonal dengan agen pembaharu dan tokoh masyarakat.

Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor perilaku komunikasi petani dalam hal ini komunikasi interpersonal merupakan suatu keterbukaan terhadap hubungan interpersonal yang meliputi: kegiatan mencari informasi mengenai cara bercocok tanam padi sawah, melalui hubungan dengan tokoh masyarakat, petani dalam kelompok, antar petani dan hubungan dengan pihak luar kelompok seperti dengan petugas pemerintah/penyuluh, peneliti, LSM, konsultan.

Kebutuhan seseorang akan informasi mampu menggerakkannya untuk secara aktif melakukan pencarian informasi sampai dengan perolehan informasi dan juga memberikan berbagai informasi yang dimilikinya yang berkaitan dengan kebutuhan akan informasi tersebut. Hal ini sependapat dengan Soekanto (2001) yang menjelaskan bahwa arti penting komunikasi dapat memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik badaniah atau sikap) dan perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut, selanjutnya orang tersebut memberikan reaksi terhadap perasaan tersebut. Hasil penelitian Saleh (1988), menggambarkan bahwa perilaku komunikasi interpersonal pemuka tani DAS Citanduy, menunjukkan kecenderungan menghubungi atau bertanya kepada Pembina (penyuluh, tokoh LSM) bila mereka menghadapi permasalahan. Perilaku menyebarkan informasi yang diperoleh dari saluran interpersonal dan media massa dilakukan ketika bertemu dengan teman yang berminat.

Keterdedahan dengan Pembina ini penting diketahui, karena terkait dengan aktivitas pencarian maupun penyampaian informasi oleh anggota kelompok. Kontak dengan Pembina di sini dimaksudkan sebagai interaksi antar atau dengan anggota orang lain yang mempunyai keterkaitan pembinaan dengan anggota yang bersangkutan, seperti penyuluh pertanian. Menurut Soekanto (2001), kontak merupakan tahap awal dari terjadinya interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok maupun antara individu dan kelompok, yang hanya mungkin terjadi

apabila dipenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial (social contact) dan adanya komunikasi.

Frekuensi berhubungan dengan agen pembaharu, dalam hal ini petani berhubungan erat dengan tingkat penerapan suatu inovasi. Semakin sering petani berhubungan dengan agen pembaharu, semakin banyak informasi yang dapat dihimpun oleh petani, sehingga menyebabkan terjadinya penguatan dalam dirinya dan melahirkan motivasi untuk mencoba melaksanakan inovasi tersebut. Soekartawi (2005) mengatakan bahwa sumber informasi sangat berpengaruh terhadap proses adopsi inovasi. Sumber informasi dapat berasal dari media massa, tetangga, teman, petugas penyuluh pertanian, pedagang, pejabat desa atau informan lainnya. Proses penyebaran informasi pertanian menurut Lionberger dan Gwin (1982) melalui empat tahap, yaitu melalui penelitian, pengujian lokal, penyebaran informasi dan bimbingan kepada petani atau peternak.

Dalam perkembangan pemanfaatan ilmu komunikasi, telah banyak digunakan dalam bidang pertanian. Menurut Soekartawi (2005) komunikasi pertanian adalah suatu pernyataan antar manusia yang berkaitan dengan kegiatan di bidang pertanian, baik perorangan maupun secara berkelompok yang sifatnya umum dengan menggunakan lambang-lambang tertentu seperti yang sering dijumpai pada metode penyuluhan. Kemajuan teknologi dalam masyarakat modern sangat dipengaruhi oleh lingkungan, interaksi antar perorangan maupun antar kelompok menjadi faktor penting untuk keberhasilan penyampaian informasi dalam komunikasi. Pengkomunikasian teknologi ini dapat dikatakan berhasil apabila ada persamaan makna pada petani dan sumber informasi.

Diakui oleh para ahli bahwa komunikasi akan efektif dan efisien dalam menyampaikan pesan persuasif apabila dilakukan dengan tatap muka, karena kerangka acuan komunikan dapat diketahui oleh komunikator. Dalam proses komunikasinya umpan balik berlangsung seketika karena komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi komunikan pada saat itu. DeVito (2001) mengatakan bahwa tujuan dasar komunikasi antar manusia ialah mengenal diri sendiri dan orang lain serta membina hubungan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Komunikasi dinyatakan efektif apabila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Menurut Effendy (2004), komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih dalam situasi interaksi atau dialogis, dimana masing-masing memerankan diri sebagai penyampai pesan dan penerima pesan secara bergantian. Biasanya komunikasi interpersonal dilakukan oleh pribadi-pribadi, dan pribadi-pribadi inilah yang menjadi asal, sumber pesan dan sumber umpan balik. Dengan demikian, kepribadian orang juga sangat menentukan kelancaran dan keberhasilan komunikasi interpersonal. Sikap terhadap orang yang berkomunikasi dan sikap terhadap diri sendiri merupakan komponen utama dalam mempengaruhi mutu komunikasi interpersonal.

Kemajuan petani pada masa depan tergantung pada tersedianya informasi teknologi dalam jumlah yang mencukupi. Jadi pembangunan pertanian memerlukan adanya dukungan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif tidak hanya memberikan perintah atau sekedar menyampaikan pengetahuan, tetapi mampu menimbulkan pemahaman dan dapat membantu orang menggunakan pengetahuan itu. Dalam komunikasi interpersonal dilakukan pemahaman komunikasi dan hubungan interpersonal dari sudut individu, yang selanjutnya disebut dengan proses psikologis. Proses psikologis merupakan bagian penting dalam komunikasi interpersonal, karena dalam komunikasi interpersonal individu mencoba menginterpretasikan makna yang menyangkut diri sendiri, diri orang lain dan hubungan yang terjadi. Proses psikologis dapat berpengaruh pada komunikasi dan hubungan interpersonal, karena individu-individu menggunakan sebagai pedoman untuk bertindak dan berperilaku.

Dengan demikian komunikasi interpersonal menunjukkan ungkapan emosional dari perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial. Fungsi terakhir yang dilakukan oleh komunikasi berhubungan dengan perannya dalam mempermudah pengambilan keputusan. Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan kelompok untuk mengambil keputusan dengan meneruskan data guna mengenali dan menilai pilihan-pilihan alternatif.

Karakteristik Individu

Karakteristik individu merupakan sifat-sifat atau ciri-ciri yang dimiliki seseorang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungannya. Karakteristik individu pada dasarnya adalah karakteristik personal. Karakteristik tersebut terbentuk oleh faktor-faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Faktor biologis mencakup genetik, sistem syaraf dan sistem hormonal. Menurut Sampson (Rakhmat 2005) faktor sosiopsikologis terdiri dari komponen-komponen kognitif (intelektual) yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia, aspek konatif yang berhubungan dengan kebiasaan dan aspek afektif (faktor emosional). Mendalami karakteristik individu petani padi sawah, maka akan dapat mengetahui

Dokumen terkait