• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Definisi Remaja

2.1.1.1 Remaja adalah suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang ditandai dengan berbagai perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial, yang berlangsung antara usia 12-19 tahun (Kartono, 2007).

2.1.1.2 Remaja atau adolescent adalah mereka yang berusia antara 10-19 tahun dan anak muda (youth) untuk usia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan kedalam terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun. Seiring dengan usia yang semakin meningkat maka akan berlaku pubertas, yang merupakan suatu tahap perkembangan yang sangat penting bagi wanita (WHO, 2011).

2.1.1.3 Remaja adalah masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-24 tahun (Notoatdmojo, 2007).

2.1.2 Tahapan Tumbuh Kembang Remaja

Dalam tumbuh kembang menuju masa dewasa, semua remaja akan melewati tahapan seperti berikut, yaitu masa remaja awal (early adolsence) usia 11-13 tahun, masa remaja pertengahan (middle adolsence) usia 14-16 tahun, dan remaja lanjut (late adolsence) usia 17-20 tahun (Waryana, 2010 dan Soetjiningsih, 2010).

2.1.2.1 Remaja awal (early adolescent)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan tersebut. Pada tahap ini, remaja mengalami perubahan fisik yang mulai matang. Mereka sudah mulai mencoba melakukan onani karena telah sering kali terangsang secara seksusal akibat pematangan yang dialami. Rangsangan ini diakibatkan oleh faktor internal yakni meningkatnya hormon testosteron pada laki-laki dan estrogen pada perempuan serta terjadi stadium TKS 1 dan 2. 2.1.2.2Remaja madya (middle adolescent)

Pada tahap remaja madya ini para remaja sudah mengalami pematangan fisik secara penuh yakni pada anak laki-laki sudah mengalami mimpi basah sedangkan pada anak perempuan akan mengalami menstruasi. Pada tahap ini terjadi TKS 3 dan 4 serta gairah seksual remaja sudah mencapai puncak, sehingga mereka mempunyai kecenderungan untuk menggunakan sentuhan fisik. Namun perilaku seksual mereka masih secara alamiah.

2.1.2.3Remaja akhir (late adolescent)

Pada tahap ini, remaja sudah mengalami perkembangan fisik dan maturitas seksual secara penuh (TKS 5), seperti orang dewasa. Mereka sudah mempunyai perilaku seksual yang sudah jelas dan sudah mulai mengembangkan dalam bentuk pacaran.

2.2 Pubertas

2.2.1 Definisi Pubertas

Pubertas adalah fase peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yakni pada umur 12-15 tahun (Sarwono, 2009). Dimulainya sekresi estrogen menjadi tanda awitan proses pubertas pada seorang wanita. Produksi estrogen akan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada umur 10-11 tahun payudara mulai berkembang dan ini dikenal sebagai telarche, pertumbuhan payudara yang sempurna akan berakhir pada 2-4 tahun pascamenarche. Pada umur 12 tahun, kelenjar adrenal mulai aktif menghasilkan hormon. Peningkatan pengeluaran androgen menyebabkan pembentukan rambut pubis (pubarche), yang disusul dengan pembentukan rambut ketiak 6-12 bulan kemudian. Selain itu pada umur 12 tahun mulai terjadi pigmentasi puting dan proliferasi mukosa vagina. Vagina terlihat memanjang dan melebar, epitel vagina mengandung banyak glikogen, dan pH vagina berkisar antara 4,5-5. Oleh karena pengaruh FSH, ovarium pun mulai berkembang dan terjadi pertumbuhyan folikel sesaat sebelum menars dimulai. Meningkatnya fungsi ovarium menyebabkan sekresi estrogen bertambah sehingga terbentuk organ genitalia interna.

2.2.2 Perubahan Komposisi Tubuh Selama Pubertas

Secara umum pada masa pubertas terjadi perubahan komposisi tubuh yang antara lain adalah sebagai berikut (Soetjiningsih, 2010) :

2.2.2.1 Massa tubuh bersih/MTB (Learn body mass/LBM)

Pada remaja perempuan MTB (berat badan tanpa lemak) menurun dari 80% berat badan pada awal pubertas, menjadi sekitar 75% pada saat maturitas. MTB meningkat dalam keseluruhan, tetapi menurun dalam prosentase karena jaringan lemak meningkat dengan kecepatan yang lebih besar. Sedangkan pada remaja laki-laki MTB meningkat dari 80% menjadi 85%-90% pada waktu maturitas. Keadaan ini akibat dari meningkatnya massa otot karena pengaruh hormon androgren.

2.2.2.2 Jaringan lemak (Adipose mass)

Selama pubertas jaringan lemak meningkat pada remaja perempuan dan berkurang pada remaja laki-laki

Tabel 2.1 Prosentase lemak tubuh selama masa pubertas

Stadium Pubertas % Lemak Tubuh

Perempuan 1 2 3 4 Laki-laki 1 2 15,7 18,9 21,6 26,7 14,3 11,2 Sumber : Soetjiningsih, 2010

Prosentase lemak tubuh pada remaja laki-laki tidak mengalami banyak perubahan pada stadium TKS 3, 4, dan 5.

2.2.1.3 Tulang pelvis pada perempuan (Pelvic remodeling in female)

Selama pubertas, terjadi penigkatan ukuran pada tulang pelvis dari anteroposterior serta bagian depan pelvis menjadi lebih besar dan lebih bulat dibandingkan sebelum pubertas.

2.2.1.4 Massa skeleat (Skeletal mass)

Perubahan yang terjadi pada masa tulang atau densitas mineral tulan (bone mineral density/BMD), sejajar dengan perubahan MTB, ukuran tubuh maupun kekuatan otot. Penentu utama BMD ialah, antara lain: aktifitas fisik, herediter, nutrisi, fungsi endokrin sertra gaya hidup. Pertumbuhan tulang selama pubertas adalah kritis dan akan mencapai puncak pada tahap remaja awal. Dimana keadaan ini akan menentukan “bone bank” pada kehidupan selanjutnya. Struktur tulang skelet juga mengalami maturasi epifisis dibawah pengaruh hormon Estradiol (E2) dan testoteron, dimana umur tulang merupakan salah satu faktor petunjuk terjadinya maturasi fisiologi yang menggambarkan sejauh mana proses pertumbuhan remaja terjadi.

2.2.1.5 Organ dalam

Pertumbuhan organ-organ seperti otak, jantung, hati, dan ginjal selama pubertas terjadi lebih rendah dibandingkan otot dan tulang. Oleh sebab itu, prosentase berat badan yang menggambarkan otak,

jantung, hati serta ginjal menurun dari 10% menjadi 5% saat maturitas.

2.2.1.6 Eritrosit

Jumlah eritrosit lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan, hal ini disebabkan oleh hormon androgen.

2.2.1.7 Perubahan biokimia

Perubahan biokimia pada masa pubertas mencerminkan pertumbuhan tulang. Selama pacu tumbuh, kadar alkaline phosphatase yang diproduksi osteoblast selama selama pembentukan tulang meningkat. Kadar alkaline phospatase yang diproduksi oleh

osteoblast selama pembentukan tulang meningkat. Kadar alkaline berubah sesuai dengan tingkat maturasi. Kadar alkaline cenderung naik sampai remaja menengah dan akan turun sampai kadar dewasa dicapai.

2.2.3 Perubahan Somatik Selama pubertas

Terdapat ciri yang pasti dari pertumbuhan somatik pada remaja, yakni peningkatan massa tulang, otot, massa lemak, pertambahan berat badan dan tinggi badan, serta terdapat kekhusuhan (sex specific). Hal ini dipengaruhi oleh adanya kerja hormon pada 4 daerah utama seperti pada tumbuh kembang, reproduksi, mempertahankan lingkungan internal, serta produksi penggunaan dan penyimpanan energi. Hormon-hormon yang telibat di dalamnya, terutama pada masa pubertas adalah hormon seks steroid dan hormon pertumbuhan yang berperan pada proses pacu tumbuh. Dan pada

akhir pacu tumbuh terjadi penutupan epifise yang disebabkan oleh kerja homon seks steroid, sedangkan tingkat kematangan seksual (TKS) selain dipengaruhi oleh hormon seks steroid juga hormon androgen adrenal dimana hipotalamus sebagai pusat regulasi aktifitas hormonal (Soetjiningsih, 2010).

2.2.3.1 Pertumbuhan tinggi badan dan tulang

Tinggi badan (TB) merupakan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek, dimana tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu dan dinyatakan dalam indeks TB/U (tinggi badan menurut usia) (Depkes RI, 2004). Segera sebelum pubertas, kecepatan pertumbuhan tinggi badan (height velocity) akan menurun, kemudian selama pubertas terjadi akselerasi secara mendadak yang disebut dengan pacu tumbuh (height spurt). Pada saat pertumbuhan linier berada pada kecepatan maksimal maka dapat dikatakan bahwa remaja tersebut telah mengalami puncak kecepatan tinggi badan (peak height velocity/PHV). Dimana pada kurva kecepatan tinggi badan (height velocity curve) tampak kurva naik (akselerasi) yang belangsung sekitar 2 tahun, dan mencapai puncak, kemudian akan mengalami penurunan (deselerasi) yang berlangsung sekitar 3 tahun. Remaja yang matur 2 SD lebih cepat dari umur rata-rata, akan mencapai PHV sekitar 1 cm/tahun lebih tinggi dan terjadi 2 tahun sebelum umur rata-rata. Sebaliknya remaja yang matur 2 SD lebih lambat dari umur rata-rata akan mempunyai PHV 1 cm/tahun lebih rendah dan

terjadi 2 tahun sesudah umur rata-rata. Pertumbuhan pertahun yang normal adalah sebelum dimulainya pacu tumbuh, remaja perempuan tumbuh dengan kecepatan 5,5 cm/tahun. Kemudian setelah sekitar 2 tahun mulainya pacu tumbuh, remaja perempuan mencapai PHV-nya dengan kecepatan sekitar 8 cm/tahun dan kecepatan maksimal dicapai 6-12 bulan sebelum menarche. Secara garis besar, tinggi badan anak umur 13 tahun diperkirakan adalah 3 kali TB lahir. Puncak kecepatan tinggi badan (PHV) pada remaja perempuan terjadi 18-24 bulan lebih cepat daripada remaja laki-laki. Selain itu pada masa pubertas, semua tulang akan mengalami perubahan kuantitatif maupun kualitatif. Dimana terjadi perbedaan pada pertumbuhan tulang memanjang dan melebar. Pertumbuhan akan terus berlangsung sampai dengan epifise menutup dan pertumbuhan tinggi berhenti. Tulang-tulang wajah mengalami transformasi yang pesat, dimana terdapat perbedaan pertumbuhan tulang wajah yang mencolok adalah pada hidung dan rahang serta pertumbuhan pada lebar panggul.

2.2.3.2 Pertumbuhan berat badan

Berat badan sering digunakan untuk menyatakan pertumbuhan, tetapi berat badan menggambarkan jumlah dari berbagai massa jaringan tubuh oleh sebab itu secara klinis sulit di intrerpretasikan. Sehingga tinggi badan dan TKS lebih disukai karena bisa mencerminkan perubahan pertumbuhan yang substantif. Pacu tumbuh pra-adolesen (pre-adolescent growth spurt) dengan rata-rata

kenaikan berat badan adalah 3-3,5 kg/tahun yang akan dilanjutkan dengan pacu tumbuh adolesen. Kenaikan berat badan selama pubertas sekitar 50% dari berat dewasa ideal. Dibandingkan dengan anak laki-laki pacu tumbuh anak perempuan lebih cepat yakni sekitar umur 8 tahun, tetapi pertumbuhan anak perempuan juga akan lebih cepa berhenti dibandingkan anak laki-laki. Anak perempuan pada usia 18 tahun sudah tidak tumbuh lagi.

2.2.3.3 Pertumbuhan jaringan lemak

Banyak dan besarnya sel lemak menentukan gemuk atau kurusnya seseorang. Pada remaja perempuan terjadi penambahan yang kontinu dari lemak selama masa pubertas. Selama masa pubertas, remaja perempuan tidak pernah kehilangan lemak. Setelah masa percepatan tinggi badan, tejadi akumulasi lemak lebih cepat dan ekstensif yaitu sel lemak lebih besar dan lebih banyak daripada remaja laki-laki, sehingga lemak keseluruhan sekitar 25% dari berat badannya. Akumulasi lemk pada remaja perempuan terdapat pada anggota gerak maupun tubuhnya terutama pada bagian tubuh bawah dan paha bagian belakang. Pertumbuhan jaringan lemak pada anak akan melambat sampai dengan berusia 6 tahun, sehingga anak akan terlihat lebih kurus/langsing. Kemudian jaringan lemak akan mengalami peningkatan pada saat anak perempuan mencapai usia 8 tahun sampai menjelang pubertas dan akan terus bertambah serta akan mengalami reorganisasi hingga dicapai bentuk tubuh seorang perempuan dewasa.

2.2.3.4 Pertumbuhan organ-organ reproduksi

Pertumbuha organ-organ reproduksi, mengukuti pola genitalia dimana pertumbuhannya lambat pada anak yang kemudian akan mengalami percepatan pacu tumbuh yang pesat pada masa pubertas. Pertumbuhan organ reproduksi (rambut pubis dan payudara) akan mengalami banyak perubahan. Tanner membuat klasifikasi Tingkat Kematangan Seksual (TKS) remaja dalam 5 stadium, yaitu dari TKS 1 sampai dengan TKS 5. Dimana pembagian ini berdasarkan pertumbuhan rambut pubis dan payudara.

Tabel 2.2 Klasifikasi Tingkat Kematangan Seksual pada anak perempuan menurut Tanner JM

Stadium TKS

Rambut Pubis Payudara

1

2

3

4

Pra pubertas

Jarang, pigmen sedikit, lurus, di sekitar labia

Lebih hitam, mulai ikal, jumlah bertambah

Keriting, kasar, lebat, lebih

Pra pubertas

Payudara dan papila menonjol, diameter areola bertambah

Payudara dan areola membesar, batas tidak jelas

5

sedikit dari dewasa

Bentuk segitiga dan menyebar ke bagian medial paha

membentuk bukit kedua

Bentuk dewasa, papila menonjol, areola merupakan bagian dari bentuk payudara

Sumber : Soetjiningsih, 2010

Tabel 2.3 Hubungan pertumbuhan dengan TKS pada perempuan Stadium

TKS

Payudara Rambut pubis Kecepatan tumbuh Umur tulang 1 2 3 4 5 Pubertas Teraba penonjolan areola melebar Payudara & areola membesar, batas tidak jelas Areola dan Papilla membentuk bukit kedua Bentuk dewasa areola tidak menonjol Prapubertas Jarang, pigmen sedikit, lurus sekitar labia Lebih hitam, mulai ikal, jumlah bertambah Keriting, kasar, seperti dewasa, belum ke paha atas Bentuk segitiga seperti dewasa, ke paha atas Prapubertas (5 cm/tahun) Awal pacu pertumbuhan Pacu tumbuh Pertumbuhan melambat Pertumbuhan minimal <11 11-11,5 12 13 14-15 Sumber : Soetjiningsih, 2010

2.2.4 Kecepatan Pertumbuhan

Remaja tumbuh pada kecepatan yang bervariasi, sehingga terjadi variasi ukuran dan bentuk pada dimana pada waktu anak-anak masih belum tampak. Seorang remaja yang tumbuh dengan kecepatan lebih pesat nantinya akan tumbuh lebih tinggi pula dibandingkan dengan remaja yang tumbuh dengan kecepatan lambat. Kecepatan pertumbuhan remaja ditentukan bila pertumbuhannya telah selesai. Faktor genentik merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tinggi badan lebih dari 50% (Soetjiningsih, 2010).

Pengaruh kecepatan pertumbuhan adalah sebagai berikut : remaja yang tumbuh lebih awal dengan kecepatan yang pelan, maka akan menjadi dewasa yang pendek sedangkan remaja yang tumbuh lebih lambat dengan kecepatan yang pesat maka akan menjadi seorang dewasa yang tinggi. Untuk memperkirakan kecepatan pertumbuhan adalah secara tidak langsung yakni dengan menggunakan umur tulang atau dengan menggunakan kecepatan tercapainya stadium TKS. Dengan memperkirakan kecepatan pertumbuhan berdasarkan stadium TKS merupakan cara yang baik untuk penilaian klinis. Tanner menyatakan bahwa 3 dari 1000 remaja perempuan normal tidak mengalami menarche sampai dengan umur 15,5 tahun (Soetjiningsih, 2010).

2.3 Menars

2.3.1 Definisi Menars

Menars adalah perdarahan yang terjadi pertama kali dari uterus yang rata-rata terjadi pada usia 11-13 tahun dan merupakan ciri khas kedewasaan seorang perempuan, dimana keluarnya darah secara periodik dan siklik dari

uterus disertai oleh pelepasan (deskuamasi) endometrium (Jurnal delima harapan vol 3, 2014 dan Sarwono, 2009). Panjang siklus haid rata-rata pada wanita usia 12 tahun ialah 25,1 hari dan kira-kira 97% wanita yang berovulasi siklus haidnya berkisar antara 18-42 hari. Lama siklus haid normal antara lain 3-5 hari dan 7-8 hari, serta jumlah darah yang keluar adalah kurang lebih 16 cc (Sarwono, 2009).

Sedangkan menurut Winkjosastro, 2008 usia seorang remaja putri pada saat pertama kali mendapat haid atau menars bervariasi yakni antara 10-16 tahun, tapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. Menars terjadi di tengah-tengah masa pubertas, yaitu peralihan dari anak-anak ke wanita dewasa.

Pubertas dini pada remaja putri ditandai dengan payudara membesar sejak usia 8 tahun, muncul rambut pubis sebelum usia 9 tahun, menstruasi sebelum usia 9,5 tahun. Dan seorang remaja putri dikatakan pubertasnya terlambat apabila payudara tidak membesarnya sampai usia 13 tahun dan tidak menstruasi sampai usia 15 tahun (Soetjiningsih, 2010)

Terjadinya menars didukung oleh kematangan hormon reproduksi pada wanita (Goldman, 2000). Menars merupakan hasil proliferasi endometrium yang mrupakan hasil dari respon sekresi hormon reproduksi di ovarium (Silva, 2005). Sekresi hormon di ovarium terjadi oleh karena hormon yang dilepaskan dari hipofisis anterior yakni FSH dan LH. Sedangkan sekresi hormon hipofisis anterior sendiri dikontrol oleh pelepasan GnRH dari hipotalamus. Menars sendiri berarti dimulainya menstruai, sedangkan pubertas adalah dimulainya kehidupan seksual seseorang. Periode pubertas dapat terjadi oleh karena kenaikan sekresi hormon gonadotropin oleh

hipofisis terjadi secara perlahan dan telah dimulai pada tahun ke-8 kehidupan. Puncak pubertas sendiri adalah ketika menarche yakni pada usia 11-16 tahun.

Selama masa fetus, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium distimulasi sangat minimal oleh hormon plasenta. Efek dari stimulasi tersebut bermanifestasi klnis sangat minimal pula selama bayi, sedangkan pada masa kanak-kanak hipotalamus mesekresikan GnRH tetapi dalam jumlah yang tidak bermakna dan tidak ada sinyal dari bagian tertentu di otak yang dikirim ke hipotalamus (Uche-Nwachi, 2007).

Menurut Rebar, 2002 menars terjadi karena proses kompleks di susunan saraf pusat, khususnya otak yang menjelaskan perubahan pada aksis hipotalamushipofisis. Perubahan yang pertama adalah penurunan sensitifitas terhadap efek inhibisi oleh kadar steroid seks yang rendah. Kedua, pada akhir masa pubertas terjadi maturasi dari respon stimulasi positif dari hormon gonadotropin terhadap estrogen.

2.3.2 Fisiologi Menstruasi

Hari pertama mulainya perdarahan haid, yang lamanya kurang lebih 2-6 hari. Dimana hari ke 5-14 merupakan fase folikuler atau fase proliferasi yang dimulai setelah perdarahan berakhir dan berlangsung sampai dengan saat ovulasi. Fase ini berguna untuk menumbuhkan endometrium agar siap untuk menenrima ovum yang telah dibuahi (persiapan kehamilan). Pada fase ini terjadi pematangan folikel di dalam ovarium. Akibat pengaruh dari FSH folikel akan menghasilkan estradiol dalam jumlah besar. Mulut serviks kecil dan tertutup, getahnya dapat ditarik seperti benang (spinnbar-keit).

Pembentukan estradiol semakin meningkat saat akan terjadi ovulasi (hari ke 13). Kemudian kadar estradiol akan menurun lagi dan mengalami peningkatan kembali untuk yang ke 2 kalinya pada fase sekresi. Pada peningkatan kedua, membuktikan bahwa korpus luteum tidak hanya memproduksi progesteron, tetapi juga estrogen. Peningkatan estradiol ketika akan terjadi ovulasi mengakibatkan terjadinya pengeluaran LH yang banyak (umpak balik positif dari estradiol). Lonjakan LH akan memicu ovarium sehingga terjadi ovulasi pada hari ke 14. Dalam waktu yang sama, suhu basal tubuh juga mengalami peningkatan. Selama ovulasi, getah serviks encer dan bening serta mulut serviks sedikit terbuka, sehingga memungkinkan spermatozoa untuk masuk (Hanafiah, 2007 dan Sarwono, 2009)..

Pada hari ke 14-28 merupakan fase luteal atau sekresi dimana terbentuk korpus luteum dan terjadi penebalan endometrium. Pengaruh besar progesteron terhadap endometrium terjadi pada hari ke 22 yakni pada saat ovulasi berlangsung. Setelah terjadinya ovulasi terjadi peningkatan progesteron sehingga sekresi FSH terhambat dari hipofisis yang akan mengakibatkan pertumbuhan folikel selama fase luteal terhambat pula. Apabila tidak terjadi nidasi, estradiol dan progesteron akan menghambat FSH dan LH sehingga mengakibatkan korpus luteum tidak berkembang lagi serta terjadi penyempitan pembuluh darah endometrium dan terjadi iskemi oleh sebab itu endometrium terlepas kemudian timbul menstruasi (Sarwono, 2009).

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Menars

Menurut Kartono dalam Waryana (2010), menars dini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah : Berat Badan yang berlebih, Aktivitas Fisik dan Genetik. Selain itu faktor lain yang dapat menyebabkan menars lebih dini pada remaja putri adalah rangsangan-rangsangan kuat seperti film, buku-buku bacaan dan majalah orang dewasa. Dengan kata lain adalah faktor informasi atau paparan media massa (Kartono dalam Kartika, 2009). Menurut Karapnou dan Papadimitrou (2010) faktor yang berpengaruh terhadap menars antara lain adalah : Genetik, Etnis, Psikologis, Lemak Tubuh, Nutrisi atau Status Gizi dan Aktivitas Fisik. Selain itu faktor lingkungan seperti kediaman di kota atau luar kota, pendapatan keluarga, besarnya keluarga, dan tingkat pendidikan orang tua akan mempengaruhi perkembangan pubertas pada remaja. Selain faktor diatas faktor sosial ekonomi keluarga juga sangat menentukan seorang remaja mendapatkan menars (Malina 2004, Parent 2003 dan N.amaliah 2012)

2.4 Antropometri

2.4.1 Definisi Antropometri

Antropometri berasal dari 2 kata yakni anthrophos dan metros, anthropos

yang berarti tubuh dan metros yang berarti ukuran. Sehingga dapat diartikan antropometri adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan perubahan proporsi serta komposisi tubuh dari berbagai tingkat usia. Penggunaan antropometri secara umum adalah untuk melihat

ketidak seimbangan asupan protein dan energi yang akan terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2013).

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dimana pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur (Depkes, 2004). Tinggi badan sangat menentukan proporsi tubuh seorang remaja akhir nantinya, pengukuran proporsi tubuh (body proportion) sendiri dengan cara (Nicol et al, 2010) :

1. Mengukur tinggi badan duduk untuk menentukan segmen tubuh bagian atas : TB duduk mengukur dari bagian kepala sampai dengan tumit (upper body segment)

2. Mengurangi tinggi badan duduk yang diukur dari kepala sampai dengan tumit dengan tinggi kursi untuk menentukan segmen tubuh bagian bawah (lower body segment)

3. Rasio upper-lower body dengan cara: TB Duduk

TB Berdiri

2.4.2 Cara Pengukuran Tinggi Badan

1. Pengukuran Tinggi Badan Berdiri (Standing Height) dengan cara (Supariasa, 2013) :

a. Tempelkan stadiometer dengan paku pada dinding yang lurus datar setinggi 2 meter, angka 0 (nol) mengarah pada lantai yang datar rata. b. Lepaskan alas kaki.

c. Subjek berdiri tegak seperti sikap siap sempurna dalam baris berbaris, kaki lurus, tumit, pantat, punggung, dan kepala bagian

belakang menenmpel pada dinding dan muka menghadap lurus dengan pandangan ke depan.

d. Turunkan stadiometer sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku menempel pada dinding.

e. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan stadiometer, dimana angka tersebut menunjukkan tinggi anak yang diukur.

2. Pengukuran Tinggi Badan Duduk (Sitting Height) dengan cara (Fatmah dkk, 2008) :

a. Subjek duduk tegak menghadap ke depan, bahu dan lengan bagian atas santai, lengan bagian bawah dan kedua tangan dijulurkan ke depan secara horizontal dengan telapak tangan saling berhadapan. Kedua paha sejajar, dan lutut ditekuk 90◦ dengan kaki segaris paha. b. Ukur jarak vertikal antara permukaan tempat duduk dengan bagian

atas kepala menggunakan antrophometer. Bahu dan bagian atas ekstremitas rileks. Ukur pada titik maksimum saat respirasi tenang. c. Pengukuran harus dilakukan setidaknya dua kali

2.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tinggi Badan

Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh M.D Artaria (2010) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi TB seseorang antara lain : seberapa lama terjadinya pacu tumbuh dan seberapa tinggi lompatan pertumbuhan. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi yang akan berdampak pada terpenuhinya gizi, kondisi kesehatan

seorang anak, jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama, kondisi psikologis dan faktor genetis yang akan mempengaruhi menars yang dialami oleh remaja putri. Cepat lambatnya usia menars akan menentukan kapan seorang anak perempuan berhenti mengalami tumbuh kembang dan cepat lambatnya maturasi seorang remaja putri akan berpengaruh terhadap TB akhirnya nanti.

2.5 Hubungan Usia Menars dengan Tinggi Badan

Menurut richard e behrman, 2006 menyatakan bahwa pada prapubertas

Dokumen terkait