• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN USIA MENARS DENGAN TINGGI BADAN REMAJA PUTRI DI SMPN 2 PRAMBON NGANJUK Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN USIA MENARS DENGAN TINGGI BADAN REMAJA PUTRI DI SMPN 2 PRAMBON NGANJUK Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN USIA MENARS DENGAN TINGGI BADAN

REMAJA PUTRI DI SMPN 2 PRAMBON NGANJUK

Oleh:

Eka Rulli Marita Kusuma 011411223042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

(2)

SKRIPSI

HUBUNGAN USIA MENARS DENGAN TINGGI BADAN

REMAJA PUTRI DI SMPN 2 PRAMBON NGANJUK

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan Dalam

Program Studi Pendidikan Bidan Pada Fakultas Kedokteran UNAIR

Oleh:

Eka Rulli Marita Kusuma 011411223042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

(3)
(4)
(5)

PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Skripsi dengan judul Hubungan Usia Menarche Dengan Tinggi Badan Remaja Putri Di SMPN 2 Prambon Nganjuk

Telah diuji pada Tanggal: 03 Juni 2016 Panitia penguji Skripsi:

Ketua : K.Kasiati, Spd, AM.Keb, M.Kes NIP. 19640430 198503 2 003

Anggota Penguji : 1. Bambang Trijanto, dr. SpOG (K) NIP. 19520914 197912 1 002

(6)
(7)

MOTTO

Science without Religion is Lame,

Religion without Science is Blind

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

bimbingannya kami dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Hubungan Usia

Menars Dengan Tinggi Badan Remaja Putri Di SMPN 2 Prambon Nganjuk “.

Skrpsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sajana kebidanan

(S.Keb) pada Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga.

Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimaksih yang

sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. Agung Pranoto, dr, M.Kes, Sp.PD., K-EMD, FINASIM selaku

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya yang telah

memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan program studi pendidikan bidan

2. Baksono Winardi, dr., Sp.OG (K), selaku koordinator Program Studi

Pendidikan Bidan Universitas Airlangga yang telah memberikan

kesempatan dan dorongan kepada kami untuk menyelesaikan program

pendidikan bidan

3. Dr. Bambang Purwanto, dr., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang

telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan dan

motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

4. Bambang Trijanto, dr. SpOG (K), selaku dosen pembimbing 2 yang telah

(9)

5. Ibu K.Kasiati, Spd, AM.Keb, M.Kes, selaku Penguji yang telah banyak

memberi masukan dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik

6. Para dosen serta staf sekretariat Program Studi Pendidikan Bidan yang

telah banyak membantu dan memberikan ilmu

7. Orang tua tercinta, terkhusus Ibu terimaksih untuk doa, cinta, kasih

sayang, keikhalasan, kesabaran serta dukungan yang teramat luar biasa

dan tidak akan pernah bisa tergantikan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan baik dengan tepat waktu

8. Seluruh keluarga terimaksih atas segala doa, dukngan serta motivasi dan

semangat yang telah diberikan

9. Untuk someone yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan

motivasi menyelesaikan skripsi ini dengan baik

10.Untuk teman-temanku berlima yang selalu memberikan semangat, doa,

membantu, dan berdiskusi serta seluruh teman PSPB yang telah

memberikan semangat dan doa sehingga dapat terselesaikan dengan baik

dan sidang tepat waktu.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi

kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan usulan penelitian ini.

Kami sadari bawa usulan ini jauh dari sempurna tapi kami berharap bermanfaat

bagi pembaca

Surabaya, Mei 2016

(10)

ABSTRAK

Menars adalah perdarahan yang terjadi pertama kali dari uterus. Rata-rata terjadi pada usia 11-13 tahun dan merupakan ciri khas kedewasaan seorang perempuan, dimana darah keluar secara periodik dan siklik dari uterus disertai oleh pelepasan (deskuamasi) endometrium. Menars terjadi di tengah-tengah masa pubertas, yaitu peralihan dari anak-anak ke wanita dewasa. Menstruasi menandakan bahwa seorang anak perempuan telah masuk masa pubertas. Pubertas akan memicu munculnya tanda seks dan mengakibatkan pertumbuhan yang cepat dari Tinggi Badan (TB). Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara usia menars dengan tinggi badan remaja putri di SMPN 2 Prambon Nganjuk.

Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional pada bulan April 2016. Populasi sebanyak 134 siswi kelas 2 diambil secara total sampling dan yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 121 siswi. Variabel bebas pada penelitian ini adalah usia menars sedangkan variabel terikat adalah TB. Instrumen penelitian menggunakan lembar pengumpul data. Sumber data dari pengukuran TB langsung. Analisis data mengguanakan uji pearson product moment.

Hasil penelitian dari 121 siswi kelas 2 SMP mengalami usia menars pada usia 13-14 tahun dan memiliki rata-rata TB dibawah kurva normal. Hasil uji statistik menggunakan SPSS 15 dengan α = 0,01 didapatkan nilai signifikansi (p) = 0,0001, karena p < α, maka H0 ditolak, artinya ada hubungan antara usia menars dengan TB remaja putri. Sedangkan nilai r = -0,332 yang berarti bahwa hubungan negatif, semakin lambat usia menars maka semakin pendek pula TB remaja putri.

Kesimpulan penelitian ini, ada hubungan antara usia menras dengan TB remaja putri dimana keterlambatan usia menars berpengaruh terhadap TB remaja putri pada kelompok usia SMP.

(11)

ABSTRACT

Menarche is the first pandemic bleeding of uterine. That occurs at 11-13 age which the one of characteristic girls maturity, blood out periodic and cyclic endometrium of the uterus by desquamation. Menarche occure in the the middle of puberty, the transision from child to adult women. Menstruation signifies that girls has entered puberty. Puberty will trigger the appearance signs of sex and result in rapid growth of height. The objective of this research was to analyze relationship between menarche of age with girls height in SMPN 2 Prambon Nganjuk.

The research use observasional analytic method with cross sectional approach conducted on April 2016. The population are 134 girls students class 2 which take with total sampling and including inclussion criteria are 121 girls. Independent variable on this research is menarche of age meanwhile dependent varible is height. Instruments used lembar pengumpul data. Data analysis used person product moment test.

Result of 121 respondents students class 2 junior high school menarche on 13-14 age and have short stature. Result of pearson product moment test with SPSS 15 α = 0,01, significance available (p) = 0,0001. Because of p < α, so H0

was rejected, means that there is a relationship between menarche of age and girls height. Available r score = -0,332, means that there is negative relationship between menarche of age and girls height. The slower age of menarche is getting shorter girls height.

These data show that relationship between menarche of age with girls height, which delays the age of menarche effect on height girls of junior high school group .

(12)

DAFTAR ISI PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... LEMBAR PENGESAHAN... 1.4 Manfaat Penelitian... 1.4.1 Subjek... 1.4.2 Pengembangan Studi... 1.4.3 Masyarakat... 1.5 Resiko Penelitian...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Remaja... 2.2 Konsep Pubertas... 2.3 Konsep Menars... 2.4 Konsep Antropometri... 2.5 Hubungan Usia Menarche dengan Tinggi Badan...

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian... 3.2 Hipotesis Penelitian...

BAB IV METODE PENELITIAN

(13)

4.3 Populasi dan Sampling... 4.3.1 Populasi... 4.3.2 Sampel... 4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel... 4.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian... 4.5 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional... 4.5.1 Variabel Penelitian... 4.5.2 Definisi Operasional... 4.6 Teknik Dan Prosedur Pengumpulan Data... 4.7 Pengolahan Dan Analisis Data... 4.8 Kerangka Operasional... 4.9 Ethical Clearence... 4.9.1 Informed Consent... 4.9.2 Anonimity... 4.9.3 Confedential...

BAB V HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian... 5.2 Analisis Hasil Penelitian...

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Identifikasi Usia Menars Dan Tinggi Badan... 6.2 Hubungan Usia Menars Dengan Tinggi Badan...

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Prosentase Lemak Tubuh Selama Pubertas... Tabel 2.2 Klasifikasi TKS Menurut Tanner JM... Tabel 2.3 Hubungan Pertumbuhan Dengan TKS... Tabel 2.4 Batasan Tinggi Badan Berasarkan Usia (TB/U)... Tabel 4.1 Definisi Operasional... Tabel 4.2 Kekuatan Hubungan Dua Variabel... Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Usia Menars... Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi TB dan Rasio Berdasarkan Usia Menars... Tabel 5.3 Hubungan Usia Menars Dengan TB... Tabel 5.4 Hubungan Usia Menars Dengan Rasio...

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Pertumbuhan Rambut Pubis dan Payudara... Gambar 3.1 Kerangka Konseptual... Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian... Gambar 5.1 Distribusi Frekuensi umur... Gambar 5.2 Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi... Gambar 5.3 Distribusi Frekuensi Lama Menstruasi... Gambar 5.4 Distribusi Frekuensi Keluhan Menars... Gambar 5.5 Distribusi TB/Usia Menars... Gambar 5.6 Distribusi Rasio/Usia Menars...

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Jadwal Kegiatan... Lampiran 2 Surat Ijin Studi Pendahuluan... Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian... Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian ... Lampiran 5Lembar Informasi Protokol Penelitian... Lampiran 6 Lembar Permohonan Menjadi Responden... Lampiran 7 Lembar Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden... Lampiran 8 Lembar Pengumpul Data... Lampiran 9 Sertifikat Etik... Lampiran 10 Kurva TB... Lampiran 11 Data Hasil Penelitian... Lampiran 12 Data Hasil Penelitian... Lampiran 13 Data Uji SPSS... Lampiran 14 Berita Acara Perbaikan Usulan Penelitian... Lampiran 15 Lembar Konsultasi... Lampiran 16 Lembar Konsultasi... Lampiran 17 Berita Acara Perbaikan Skripsi... Lampiran 18 Kurva Rasio Upper-Lower Body...

(17)

DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

Riskesdas : Riset Kesehataan Dasar

TB/U : Tinggi Bdan Berdasarkan Usia SMPN : Sekolah Menengah Pertama Negeri FSH : Folikel Stimulsi Hormon

MTB : Massa Tubuh Bersih LBM : Learn Body Mass

TKS : Tingkat Kematangan Seksual BMD : Bone Mineral Density

E2 : Estradiol

Depkes : Departemen Kesehatan PHV : Peak Height Velocity

SD : Standart Deviasi

GnRH : Gonadotropin Releasing Hormone

LH : Luteinizing Hormone

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Remaja merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa

dimana menurut WHO terjadi pada usia 10-18 tahun, dan terjadi pacu

tumbuh (growth spurt), serta timbul ciri-ciri seks sekunder. Data demografi

menunjukkan bahwa remaja perempuan merupakan populasi yang besar.

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukan bahwa jumlah

penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa, 63,4 juta diantaranya adalah

remaja yang terdiri dari Laki-laki sebanyak 32.164.436 jiwa (50,70 persen)

dan perempuan sebanyak 31.279.012 jiwa (49,30 persen).Populasi kelompok

remaja ini akan mempengaruhi pertumbuhan penduduk di masa yang akan

datang sehingga membutuhkan perhatian khusus agar tercapai generasi

mendatang yang lebih baik,antara lain dengan meningkatkan upaya kesehatan

reproduksi yang berkualitas pada remaja.

Semakin membaiknya kondisi sosial ekonomi pada abad 20

menjadikan permulaan waktu pubertas remaja lebih awal yang ditandai

dengan usia menars yang semakin dini. Menars merupakan perdarahan yang

terjadi pertama kali dari uterus dan rata-rata terjadi pada usia 11-13 tahun.

Menurut World Health Organization (WHO), menars yang semakin dini

memungkinkan remaja putri lebih cepat bersentuhan dengan kehidupan

(19)

Menars yang lambat juga akan berpengaruh terhadap keterlambatan

kematangan seksual seorang remaja, baik hormonal maupun pertumbuhan

organ tubuh. Usia menars yang terlambat dalam jangka waktu yang panjang

akan meningkatkan resiko seorang perempuan terkena osteoporosis karena

penurunan produksi estrogen yang akan mempengaruhi masa tulang.

Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010,

rerata usia menars perempuan usia 10-59 tahun di Indonesia adalah 13 tahun

adalah 20% dengan kejadian lebih awal pada usia kurang dari 9 tahun.

Remaja yang mengalami gizi kurang ditandai dengan Tinggi Badan kurang

berdasarkan usia mencapai 35,6% yakni pada usia 6-12 tahun dan 35,2% pada

usia 13-15.

Menstruasi menandakan bahwa seorang anak perempuan telah masuk

masa pubertas. Pada masa pubertas itu sendiri terjadi perubahan sistem

regulasi hormon baik di hipotalamus, pituitari, kelamin (gonad), serta kelenjar

adrenal yang akan menyebabkan perubahan secara kualitatif dan kuantitatif.

Pubertas memicu tanda seks (primer dan sekunder) muncul, dan

mengakibatkan pertumbuhan yang cepat dari tinggi badan serta berat badan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi usia menars dan maturasi seorang

remaja adalah status gizi. Korelasi yang kuat diperoleh antara masa pubertas

dengan IMT. Anak yang mempunyai nilai rerata IMT yang lebih tinggi akan

mengalami maturitas lebih awal (Soetjiningsih, 2010).

Hasil penelitian Simondon et al di Sinegal, menunjukkan bahwa

remaja putri yang pendek secara signifikan mengalami keterlamatan usia

(20)

normal. Pada populasi penelitian Leenstra et al di Kenya Barat, remaja yang

terlambat menars rata-rata di alami oleh remaja yang mengalami malnutrisi

dibandingkan dengan remaja pada umur yang sama tetapi memiliki status gizi

normal, populasi ini mengalami menars dengan permulaan pubertas terlambat

yakni 1,5-2 tahun.

Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Yulianto menunjukkan

bahwa responden dengan status gizi normal indeks (TB/U) sebagian besar

mengalami menars pada usia <12,5 tahun (62,26%) sedangkan responden

dengan status gizi kurang, sebagian besar pada usia >12,5 tahun (94,12%).

Perbedaan tinggi badan yang bermakna diperoleh antara usia menars dengan

status gizi normal dengan status gizi kurang.

Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan penulis di SMPN 2

Prambon-Nganjuk, dari 7 responden yakni siswa putri kelas 2 di dapatkan

hasil bahwa rata-rata dari mereka memiliki tinggi badan antara 140 cm dan

mendapatkan haid pada usia 13 dan 14 tahun dimana sampai dengan saat ini

tinggi badan dan usia menars belum di analisis. Dan dampak dari TB yang

pendek akan berakibat pada persalinan operatif pada seorang wanita nantinya.

Oleh karena itu peran bidan sangatlah penting yaitu dalam melakukan upaya

prevensi terhadap gangguan pertumbuhan dan TB pendek pada remaja putri

serta melakukan promosi kesehatan dengan penyuluhan penyebab tinggi

badan pendek.

Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik

untuk mengambil judul “ Hubungan Usia Menars dengan Tinggi Badan

(21)

1.2 RUMUSAN MASALAH

Apakah usia menars berkolerasi dengan tinggi badan remaja putri di SMPN 2

Prambon Nganjuk ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum Penelitian

Untuk menganalisis hubungan antara usia menars dengan tinggi badan

remaja putri di SMPN 2 Prambon Nganjuk

1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian

1) Mengetahui sebaran tinggi badan siswi berdasarkan usia menars di

SMPN 2 Prambon Nganjuk

2) Membuktikan hubungan antara usia menars dengan tinggi badan

remaja putri di SMPN 2 Prambon Nganjuk

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Subjek

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan prediksi Tinggi Badan

(22)

1.4.2 Pengembangan Studi

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan upaya prevensi terhadap

gangguan pertumbuhan dan TB pendek pada remaja putri. Serta

mendukung promosi kesehatan dalam rangka penyuluhan penyebab

TB pendek pada remaja putri

1.4.3 Masyarakat

Sebagai masukan bagi masyarakat luas khususnya para remaja putri

dalam menambah wawasasn dan menerapkan ilmu yang berhubungan

dengan masalah menars khususnya berkaitan dengan TB pendek yang

merupakan langkah awal pencegahan persalinan dengan tindakan

operatif

1.5RESIKO PENELITIAN

Dalam hal ini resiko yang akan diterima oleh responden adalah data diri

yang disampaikan akan bocor ke orang lain. Sehingga untuk mengantisipasi

hal tersebut, peneliti akan merahasiakan seluruh informasi yang berkaitan

dengan responden. Serta pada penyampaian hasil penelitian, peneliti hanya

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Definisi Remaja

2.1.1.1 Remaja adalah suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan

masa dewasa, yang ditandai dengan berbagai perubahan fisik umum

serta perkembangan kognitif dan sosial, yang berlangsung antara usia

12-19 tahun (Kartono, 2007).

2.1.1.2 Remaja atau adolescent adalah mereka yang berusia antara 10-19

tahun dan anak muda (youth) untuk usia 15-24 tahun. Ini kemudian

disatukan kedalam terminologi kaum muda (young people) yang

mencakup usia 10-24 tahun. Seiring dengan usia yang semakin

meningkat maka akan berlaku pubertas, yang merupakan suatu tahap

perkembangan yang sangat penting bagi wanita (WHO, 2011).

2.1.1.3 Remaja adalah masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13

tahun dan berakhir pada usia 18-24 tahun (Notoatdmojo, 2007).

2.1.2 Tahapan Tumbuh Kembang Remaja

Dalam tumbuh kembang menuju masa dewasa, semua remaja akan

melewati tahapan seperti berikut, yaitu masa remaja awal (early adolsence)

usia 11-13 tahun, masa remaja pertengahan (middle adolsence) usia 14-16

tahun, dan remaja lanjut (late adolsence) usia 17-20 tahun (Waryana, 2010

(24)

2.1.2.1 Remaja awal (early adolescent)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran terhadap

perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan dorongan-dorongan yang

menyertai perubahan tersebut. Pada tahap ini, remaja mengalami

perubahan fisik yang mulai matang. Mereka sudah mulai mencoba

melakukan onani karena telah sering kali terangsang secara seksusal

akibat pematangan yang dialami. Rangsangan ini diakibatkan oleh

faktor internal yakni meningkatnya hormon testosteron pada laki-laki

dan estrogen pada perempuan serta terjadi stadium TKS 1 dan 2.

2.1.2.2Remaja madya (middle adolescent)

Pada tahap remaja madya ini para remaja sudah mengalami

pematangan fisik secara penuh yakni pada anak laki-laki sudah

mengalami mimpi basah sedangkan pada anak perempuan akan

mengalami menstruasi. Pada tahap ini terjadi TKS 3 dan 4 serta

gairah seksual remaja sudah mencapai puncak, sehingga mereka

mempunyai kecenderungan untuk menggunakan sentuhan fisik.

Namun perilaku seksual mereka masih secara alamiah.

2.1.2.3Remaja akhir (late adolescent)

Pada tahap ini, remaja sudah mengalami perkembangan fisik dan

maturitas seksual secara penuh (TKS 5), seperti orang dewasa.

Mereka sudah mempunyai perilaku seksual yang sudah jelas dan

(25)

2.2 Pubertas

2.2.1 Definisi Pubertas

Pubertas adalah fase peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yakni pada umur 12-15 tahun (Sarwono, 2009). Dimulainya sekresi

estrogen menjadi tanda awitan proses pubertas pada seorang wanita.

Produksi estrogen akan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada umur

10-11 tahun payudara mulai berkembang dan ini dikenal sebagai telarche,

pertumbuhan payudara yang sempurna akan berakhir pada 2-4 tahun

pascamenarche. Pada umur 12 tahun, kelenjar adrenal mulai aktif

menghasilkan hormon. Peningkatan pengeluaran androgen menyebabkan

pembentukan rambut pubis (pubarche), yang disusul dengan pembentukan

rambut ketiak 6-12 bulan kemudian. Selain itu pada umur 12 tahun mulai

terjadi pigmentasi puting dan proliferasi mukosa vagina. Vagina terlihat

memanjang dan melebar, epitel vagina mengandung banyak glikogen, dan

pH vagina berkisar antara 4,5-5. Oleh karena pengaruh FSH, ovarium pun

mulai berkembang dan terjadi pertumbuhyan folikel sesaat sebelum menars

dimulai. Meningkatnya fungsi ovarium menyebabkan sekresi estrogen

bertambah sehingga terbentuk organ genitalia interna.

2.2.2 Perubahan Komposisi Tubuh Selama Pubertas

(26)

2.2.2.1 Massa tubuh bersih/MTB (Learn body mass/LBM)

Pada remaja perempuan MTB (berat badan tanpa lemak) menurun

dari 80% berat badan pada awal pubertas, menjadi sekitar 75% pada

saat maturitas. MTB meningkat dalam keseluruhan, tetapi menurun

dalam prosentase karena jaringan lemak meningkat dengan

kecepatan yang lebih besar. Sedangkan pada remaja laki-laki MTB

meningkat dari 80% menjadi 85%-90% pada waktu maturitas.

Keadaan ini akibat dari meningkatnya massa otot karena pengaruh

hormon androgren.

2.2.2.2 Jaringan lemak (Adipose mass)

Selama pubertas jaringan lemak meningkat pada remaja perempuan

dan berkurang pada remaja laki-laki

Tabel 2.1 Prosentase lemak tubuh selama masa pubertas

Stadium Pubertas % Lemak Tubuh

Perempuan

(27)

Prosentase lemak tubuh pada remaja laki-laki tidak mengalami

banyak perubahan pada stadium TKS 3, 4, dan 5.

2.2.1.3 Tulang pelvis pada perempuan (Pelvic remodeling in female)

Selama pubertas, terjadi penigkatan ukuran pada tulang pelvis dari

anteroposterior serta bagian depan pelvis menjadi lebih besar dan

lebih bulat dibandingkan sebelum pubertas.

2.2.1.4 Massa skeleat (Skeletal mass)

Perubahan yang terjadi pada masa tulang atau densitas mineral tulan

(bone mineral density/BMD), sejajar dengan perubahan MTB,

ukuran tubuh maupun kekuatan otot. Penentu utama BMD ialah,

antara lain: aktifitas fisik, herediter, nutrisi, fungsi endokrin sertra

gaya hidup. Pertumbuhan tulang selama pubertas adalah kritis dan

akan mencapai puncak pada tahap remaja awal. Dimana keadaan ini

akan menentukan “bone bank” pada kehidupan selanjutnya. Struktur

tulang skelet juga mengalami maturasi epifisis dibawah pengaruh

hormon Estradiol (E2) dan testoteron, dimana umur tulang

merupakan salah satu faktor petunjuk terjadinya maturasi fisiologi

yang menggambarkan sejauh mana proses pertumbuhan remaja

terjadi.

2.2.1.5 Organ dalam

Pertumbuhan organ-organ seperti otak, jantung, hati, dan ginjal

selama pubertas terjadi lebih rendah dibandingkan otot dan tulang.

(28)

jantung, hati serta ginjal menurun dari 10% menjadi 5% saat

maturitas.

2.2.1.6 Eritrosit

Jumlah eritrosit lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan

perempuan, hal ini disebabkan oleh hormon androgen.

2.2.1.7 Perubahan biokimia

Perubahan biokimia pada masa pubertas mencerminkan

pertumbuhan tulang. Selama pacu tumbuh, kadar alkaline

phosphatase yang diproduksi osteoblast selama selama pembentukan

tulang meningkat. Kadar alkaline phospatase yang diproduksi oleh

osteoblast selama pembentukan tulang meningkat. Kadar alkaline

berubah sesuai dengan tingkat maturasi. Kadar alkaline cenderung

naik sampai remaja menengah dan akan turun sampai kadar dewasa

dicapai.

2.2.3 Perubahan Somatik Selama pubertas

Terdapat ciri yang pasti dari pertumbuhan somatik pada remaja, yakni

peningkatan massa tulang, otot, massa lemak, pertambahan berat badan dan

tinggi badan, serta terdapat kekhusuhan (sex specific). Hal ini dipengaruhi

oleh adanya kerja hormon pada 4 daerah utama seperti pada tumbuh

kembang, reproduksi, mempertahankan lingkungan internal, serta produksi

penggunaan dan penyimpanan energi. Hormon-hormon yang telibat di

dalamnya, terutama pada masa pubertas adalah hormon seks steroid dan

(29)

akhir pacu tumbuh terjadi penutupan epifise yang disebabkan oleh kerja

homon seks steroid, sedangkan tingkat kematangan seksual (TKS) selain

dipengaruhi oleh hormon seks steroid juga hormon androgen adrenal

dimana hipotalamus sebagai pusat regulasi aktifitas hormonal

(Soetjiningsih, 2010).

2.2.3.1 Pertumbuhan tinggi badan dan tulang

Tinggi badan (TB) merupakan gambaran fungsi pertumbuhan yang

dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek, dimana tinggi

badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu dan

dinyatakan dalam indeks TB/U (tinggi badan menurut usia) (Depkes

RI, 2004). Segera sebelum pubertas, kecepatan pertumbuhan tinggi

badan (height velocity) akan menurun, kemudian selama pubertas

terjadi akselerasi secara mendadak yang disebut dengan pacu

tumbuh (height spurt). Pada saat pertumbuhan linier berada pada

kecepatan maksimal maka dapat dikatakan bahwa remaja tersebut

telah mengalami puncak kecepatan tinggi badan (peak height

velocity/PHV). Dimana pada kurva kecepatan tinggi badan (height

velocity curve) tampak kurva naik (akselerasi) yang belangsung

sekitar 2 tahun, dan mencapai puncak, kemudian akan mengalami

penurunan (deselerasi) yang berlangsung sekitar 3 tahun. Remaja

yang matur 2 SD lebih cepat dari umur rata-rata, akan mencapai

PHV sekitar 1 cm/tahun lebih tinggi dan terjadi 2 tahun sebelum

umur rata-rata. Sebaliknya remaja yang matur 2 SD lebih lambat dari

(30)

terjadi 2 tahun sesudah umur rata-rata. Pertumbuhan pertahun yang

normal adalah sebelum dimulainya pacu tumbuh, remaja perempuan

tumbuh dengan kecepatan 5,5 cm/tahun. Kemudian setelah sekitar 2

tahun mulainya pacu tumbuh, remaja perempuan mencapai PHV-nya

dengan kecepatan sekitar 8 cm/tahun dan kecepatan maksimal

dicapai 6-12 bulan sebelum menarche. Secara garis besar, tinggi

badan anak umur 13 tahun diperkirakan adalah 3 kali TB lahir.

Puncak kecepatan tinggi badan (PHV) pada remaja perempuan

terjadi 18-24 bulan lebih cepat daripada remaja laki-laki. Selain itu

pada masa pubertas, semua tulang akan mengalami perubahan

kuantitatif maupun kualitatif. Dimana terjadi perbedaan pada

pertumbuhan tulang memanjang dan melebar. Pertumbuhan akan

terus berlangsung sampai dengan epifise menutup dan pertumbuhan

tinggi berhenti. Tulang-tulang wajah mengalami transformasi yang

pesat, dimana terdapat perbedaan pertumbuhan tulang wajah yang

mencolok adalah pada hidung dan rahang serta pertumbuhan pada

lebar panggul.

2.2.3.2 Pertumbuhan berat badan

Berat badan sering digunakan untuk menyatakan pertumbuhan,

tetapi berat badan menggambarkan jumlah dari berbagai massa

jaringan tubuh oleh sebab itu secara klinis sulit di intrerpretasikan.

Sehingga tinggi badan dan TKS lebih disukai karena bisa

mencerminkan perubahan pertumbuhan yang substantif. Pacu

(31)

kenaikan berat badan adalah 3-3,5 kg/tahun yang akan dilanjutkan

dengan pacu tumbuh adolesen. Kenaikan berat badan selama

pubertas sekitar 50% dari berat dewasa ideal. Dibandingkan dengan

anak laki-laki pacu tumbuh anak perempuan lebih cepat yakni sekitar

umur 8 tahun, tetapi pertumbuhan anak perempuan juga akan lebih

cepa berhenti dibandingkan anak laki-laki. Anak perempuan pada

usia 18 tahun sudah tidak tumbuh lagi.

2.2.3.3 Pertumbuhan jaringan lemak

Banyak dan besarnya sel lemak menentukan gemuk atau kurusnya

seseorang. Pada remaja perempuan terjadi penambahan yang kontinu

dari lemak selama masa pubertas. Selama masa pubertas, remaja

perempuan tidak pernah kehilangan lemak. Setelah masa percepatan

tinggi badan, tejadi akumulasi lemak lebih cepat dan ekstensif yaitu

sel lemak lebih besar dan lebih banyak daripada remaja laki-laki,

sehingga lemak keseluruhan sekitar 25% dari berat badannya.

Akumulasi lemk pada remaja perempuan terdapat pada anggota

gerak maupun tubuhnya terutama pada bagian tubuh bawah dan paha

bagian belakang. Pertumbuhan jaringan lemak pada anak akan

melambat sampai dengan berusia 6 tahun, sehingga anak akan

terlihat lebih kurus/langsing. Kemudian jaringan lemak akan

mengalami peningkatan pada saat anak perempuan mencapai usia 8

tahun sampai menjelang pubertas dan akan terus bertambah serta

akan mengalami reorganisasi hingga dicapai bentuk tubuh seorang

(32)

2.2.3.4 Pertumbuhan organ-organ reproduksi

Pertumbuha organ-organ reproduksi, mengukuti pola genitalia

dimana pertumbuhannya lambat pada anak yang kemudian akan

mengalami percepatan pacu tumbuh yang pesat pada masa pubertas.

Pertumbuhan organ reproduksi (rambut pubis dan payudara) akan

mengalami banyak perubahan. Tanner membuat klasifikasi Tingkat

Kematangan Seksual (TKS) remaja dalam 5 stadium, yaitu dari TKS

1 sampai dengan TKS 5. Dimana pembagian ini berdasarkan

pertumbuhan rambut pubis dan payudara.

Tabel 2.2 Klasifikasi Tingkat Kematangan Seksual pada anak

perempuan menurut Tanner JM

Stadium TKS

Rambut Pubis Payudara

1

2

3

4

Pra pubertas

Jarang, pigmen sedikit,

lurus, di sekitar labia

Lebih hitam, mulai ikal,

jumlah bertambah

Keriting, kasar, lebat, lebih

Pra pubertas

Payudara dan papila

menonjol, diameter

areola bertambah

Payudara dan areola

membesar, batas tidak

jelas

(33)

5

sedikit dari dewasa

Bentuk segitiga dan

menyebar ke bagian

medial paha

membentuk bukit kedua

Bentuk dewasa, papila

menonjol, areola

merupakan bagian dari

bentuk payudara

Sumber : Soetjiningsih, 2010

(34)

Tabel 2.3 Hubungan pertumbuhan dengan TKS pada perempuan

Stadium

TKS

Payudara Rambut pubis Kecepatan

tumbuh

(35)

2.2.4 Kecepatan Pertumbuhan

Remaja tumbuh pada kecepatan yang bervariasi, sehingga terjadi variasi

ukuran dan bentuk pada dimana pada waktu anak-anak masih belum tampak.

Seorang remaja yang tumbuh dengan kecepatan lebih pesat nantinya akan

tumbuh lebih tinggi pula dibandingkan dengan remaja yang tumbuh dengan

kecepatan lambat. Kecepatan pertumbuhan remaja ditentukan bila

pertumbuhannya telah selesai. Faktor genentik merupakan faktor yang sangat

berpengaruh terhadap tinggi badan lebih dari 50% (Soetjiningsih, 2010).

Pengaruh kecepatan pertumbuhan adalah sebagai berikut : remaja yang

tumbuh lebih awal dengan kecepatan yang pelan, maka akan menjadi dewasa

yang pendek sedangkan remaja yang tumbuh lebih lambat dengan kecepatan

yang pesat maka akan menjadi seorang dewasa yang tinggi. Untuk

memperkirakan kecepatan pertumbuhan adalah secara tidak langsung yakni

dengan menggunakan umur tulang atau dengan menggunakan kecepatan

tercapainya stadium TKS. Dengan memperkirakan kecepatan pertumbuhan

berdasarkan stadium TKS merupakan cara yang baik untuk penilaian klinis.

Tanner menyatakan bahwa 3 dari 1000 remaja perempuan normal tidak

mengalami menarche sampai dengan umur 15,5 tahun (Soetjiningsih, 2010).

2.3 Menars

2.3.1 Definisi Menars

Menars adalah perdarahan yang terjadi pertama kali dari uterus yang

rata-rata terjadi pada usia 11-13 tahun dan merupakan ciri khas kedewasaan

(36)

uterus disertai oleh pelepasan (deskuamasi) endometrium (Jurnal delima

harapan vol 3, 2014 dan Sarwono, 2009). Panjang siklus haid rata-rata pada

wanita usia 12 tahun ialah 25,1 hari dan kira-kira 97% wanita yang berovulasi

siklus haidnya berkisar antara 18-42 hari. Lama siklus haid normal antara lain

3-5 hari dan 7-8 hari, serta jumlah darah yang keluar adalah kurang lebih 16

cc (Sarwono, 2009).

Sedangkan menurut Winkjosastro, 2008 usia seorang remaja putri pada

saat pertama kali mendapat haid atau menars bervariasi yakni antara 10-16

tahun, tapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. Menars terjadi di tengah-tengah

masa pubertas, yaitu peralihan dari anak-anak ke wanita dewasa.

Pubertas dini pada remaja putri ditandai dengan payudara membesar

sejak usia 8 tahun, muncul rambut pubis sebelum usia 9 tahun, menstruasi

sebelum usia 9,5 tahun. Dan seorang remaja putri dikatakan pubertasnya

terlambat apabila payudara tidak membesarnya sampai usia 13 tahun dan

tidak menstruasi sampai usia 15 tahun (Soetjiningsih, 2010)

Terjadinya menars didukung oleh kematangan hormon reproduksi pada

wanita (Goldman, 2000). Menars merupakan hasil proliferasi endometrium

yang mrupakan hasil dari respon sekresi hormon reproduksi di ovarium

(Silva, 2005). Sekresi hormon di ovarium terjadi oleh karena hormon yang

dilepaskan dari hipofisis anterior yakni FSH dan LH. Sedangkan sekresi

hormon hipofisis anterior sendiri dikontrol oleh pelepasan GnRH dari

hipotalamus. Menars sendiri berarti dimulainya menstruai, sedangkan

pubertas adalah dimulainya kehidupan seksual seseorang. Periode pubertas

(37)

hipofisis terjadi secara perlahan dan telah dimulai pada tahun ke-8 kehidupan.

Puncak pubertas sendiri adalah ketika menarche yakni pada usia 11-16 tahun.

Selama masa fetus, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium distimulasi

sangat minimal oleh hormon plasenta. Efek dari stimulasi tersebut

bermanifestasi klnis sangat minimal pula selama bayi, sedangkan pada masa

kanak-kanak hipotalamus mesekresikan GnRH tetapi dalam jumlah yang

tidak bermakna dan tidak ada sinyal dari bagian tertentu di otak yang dikirim

ke hipotalamus (Uche-Nwachi, 2007).

Menurut Rebar, 2002 menars terjadi karena proses kompleks di susunan

saraf pusat, khususnya otak yang menjelaskan perubahan pada aksis

hipotalamushipofisis. Perubahan yang pertama adalah penurunan sensitifitas

terhadap efek inhibisi oleh kadar steroid seks yang rendah. Kedua, pada akhir

masa pubertas terjadi maturasi dari respon stimulasi positif dari hormon

gonadotropin terhadap estrogen.

2.3.2 Fisiologi Menstruasi

Hari pertama mulainya perdarahan haid, yang lamanya kurang lebih 2-6

hari. Dimana hari ke 5-14 merupakan fase folikuler atau fase proliferasi yang

dimulai setelah perdarahan berakhir dan berlangsung sampai dengan saat

ovulasi. Fase ini berguna untuk menumbuhkan endometrium agar siap untuk

menenrima ovum yang telah dibuahi (persiapan kehamilan). Pada fase ini

terjadi pematangan folikel di dalam ovarium. Akibat pengaruh dari FSH

folikel akan menghasilkan estradiol dalam jumlah besar. Mulut serviks kecil

(38)

Pembentukan estradiol semakin meningkat saat akan terjadi ovulasi (hari ke

13). Kemudian kadar estradiol akan menurun lagi dan mengalami

peningkatan kembali untuk yang ke 2 kalinya pada fase sekresi. Pada

peningkatan kedua, membuktikan bahwa korpus luteum tidak hanya

memproduksi progesteron, tetapi juga estrogen. Peningkatan estradiol ketika

akan terjadi ovulasi mengakibatkan terjadinya pengeluaran LH yang banyak

(umpak balik positif dari estradiol). Lonjakan LH akan memicu ovarium

sehingga terjadi ovulasi pada hari ke 14. Dalam waktu yang sama, suhu basal

tubuh juga mengalami peningkatan. Selama ovulasi, getah serviks encer dan

bening serta mulut serviks sedikit terbuka, sehingga memungkinkan

spermatozoa untuk masuk (Hanafiah, 2007 dan Sarwono, 2009)..

Pada hari ke 14-28 merupakan fase luteal atau sekresi dimana terbentuk

korpus luteum dan terjadi penebalan endometrium. Pengaruh besar

progesteron terhadap endometrium terjadi pada hari ke 22 yakni pada saat

ovulasi berlangsung. Setelah terjadinya ovulasi terjadi peningkatan

progesteron sehingga sekresi FSH terhambat dari hipofisis yang akan

mengakibatkan pertumbuhan folikel selama fase luteal terhambat pula.

Apabila tidak terjadi nidasi, estradiol dan progesteron akan menghambat FSH

dan LH sehingga mengakibatkan korpus luteum tidak berkembang lagi serta

terjadi penyempitan pembuluh darah endometrium dan terjadi iskemi oleh

sebab itu endometrium terlepas kemudian timbul menstruasi (Sarwono,

(39)

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Menars

Menurut Kartono dalam Waryana (2010), menars dini disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain adalah : Berat Badan yang berlebih, Aktivitas

Fisik dan Genetik. Selain itu faktor lain yang dapat menyebabkan menars

lebih dini pada remaja putri adalah rangsangan-rangsangan kuat seperti

film, buku-buku bacaan dan majalah orang dewasa. Dengan kata lain

adalah faktor informasi atau paparan media massa (Kartono dalam

Kartika, 2009). Menurut Karapnou dan Papadimitrou (2010) faktor yang

berpengaruh terhadap menars antara lain adalah : Genetik, Etnis,

Psikologis, Lemak Tubuh, Nutrisi atau Status Gizi dan Aktivitas Fisik.

Selain itu faktor lingkungan seperti kediaman di kota atau luar kota,

pendapatan keluarga, besarnya keluarga, dan tingkat pendidikan orang tua

akan mempengaruhi perkembangan pubertas pada remaja. Selain faktor

diatas faktor sosial ekonomi keluarga juga sangat menentukan seorang

remaja mendapatkan menars (Malina 2004, Parent 2003 dan N.amaliah

2012)

2.4 Antropometri

2.4.1 Definisi Antropometri

Antropometri berasal dari 2 kata yakni anthrophos dan metros, anthropos

yang berarti tubuh dan metros yang berarti ukuran. Sehingga dapat diartikan

antropometri adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran

dimensi tubuh dan perubahan proporsi serta komposisi tubuh dari berbagai

(40)

ketidak seimbangan asupan protein dan energi yang akan terlihat pada pola

pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan

jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2013).

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan skeletal. Dimana pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh

seiring dengan pertambahan umur (Depkes, 2004). Tinggi badan sangat

menentukan proporsi tubuh seorang remaja akhir nantinya, pengukuran

proporsi tubuh (body proportion) sendiri dengan cara (Nicol et al, 2010) :

1. Mengukur tinggi badan duduk untuk menentukan segmen tubuh

bagian atas : TB duduk mengukur dari bagian kepala sampai dengan

tumit (upper body segment)

2. Mengurangi tinggi badan duduk yang diukur dari kepala sampai

dengan tumit dengan tinggi kursi untuk menentukan segmen tubuh

bagian bawah (lower body segment)

3. Rasio upper-lower body dengan cara:

TB Duduk TB Berdiri

2.4.2 Cara Pengukuran Tinggi Badan

1. Pengukuran Tinggi Badan Berdiri (Standing Height) dengan cara

(Supariasa, 2013) :

a. Tempelkan stadiometer dengan paku pada dinding yang lurus datar

setinggi 2 meter, angka 0 (nol) mengarah pada lantai yang datar rata.

b. Lepaskan alas kaki.

c. Subjek berdiri tegak seperti sikap siap sempurna dalam baris

(41)

belakang menenmpel pada dinding dan muka menghadap lurus

dengan pandangan ke depan.

d. Turunkan stadiometer sampai rapat pada kepala bagian atas,

siku-siku menempel pada dinding.

e. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan

stadiometer, dimana angka tersebut menunjukkan tinggi anak yang

diukur.

2. Pengukuran Tinggi Badan Duduk (Sitting Height) dengan cara (Fatmah

dkk, 2008) :

a. Subjek duduk tegak menghadap ke depan, bahu dan lengan bagian

atas santai, lengan bagian bawah dan kedua tangan dijulurkan ke

depan secara horizontal dengan telapak tangan saling berhadapan.

Kedua paha sejajar, dan lutut ditekuk 90◦ dengan kaki segaris paha.

b. Ukur jarak vertikal antara permukaan tempat duduk dengan bagian

atas kepala menggunakan antrophometer. Bahu dan bagian atas

ekstremitas rileks. Ukur pada titik maksimum saat respirasi tenang.

c. Pengukuran harus dilakukan setidaknya dua kali

2.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tinggi Badan

Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh M.D Artaria (2010)

menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi TB seseorang antara lain :

seberapa lama terjadinya pacu tumbuh dan seberapa tinggi lompatan

pertumbuhan. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial

(42)

seorang anak, jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama, kondisi

psikologis dan faktor genetis yang akan mempengaruhi menars yang dialami

oleh remaja putri. Cepat lambatnya usia menars akan menentukan kapan

seorang anak perempuan berhenti mengalami tumbuh kembang dan cepat

lambatnya maturasi seorang remaja putri akan berpengaruh terhadap TB

akhirnya nanti.

2.5 Hubungan Usia Menars dengan Tinggi Badan

Menurut richard e behrman, 2006 menyatakan bahwa pada prapubertas

sejumlah besar steroid akan menenkan sekresi gonadotropin sepenuhnya

tetapi selama perkembangan pubertas, sensitivitas lengkung umpan balik ini

menurun. Dengan demikian peningkatan produksi steroid seks yang

menyebabkan terjadinya perubahan fisik pubertas terjadi sebelum

gonadotropin disupresi oleh steroid seks. Sehingga estrogen sangat berperan

untuk menekan hormon pertumbuhan (GH) yang berlebih dan efek dari itu

akan menyebabkan kemajuan pubertas cepat serta fusi lebih awal pada anak

dengan perawakan tinggi.

Frisch dan revel dalam Karapanou and Papadimitriou menyatakan bahwa

seorang anak perempuan yang tinggi, mencapai kematangan seksual lebih

dahulu dibandingkan dengan anak perempuan yang lebih pendek, karena anak

perempuan yang lebih tinggi mempunyai status gizi yang lebih baik sehingga

memacu pertumbuhan hormon dan memacu datangnya menars lebih awal.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh N.amaliah yang sejalan

(43)

menarche responden dengan status tinggi badan normal lebih cepat

dibandingkan dengan status tinggi badan pendek dimana terdapat perbedaan

(44)

BAB III

KERANGKA KOSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1Kerangka Konseptual Penelitian

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Usia Menars dengan Tinggi Badan Remaja Putri di SMPN 2 Prambon Nganjuk.

Keterangan :

Pada gambar 3.1 menunjukkan bahwa pubertas dan kejadian percepatan

pertumbuhan merupakan manifestasi dari berbagai pengaruh endokrin dan : Di teliti

: Tidak diteliti Pola Istirahat

Status Gizi

Maturitas (Usia Menars)

GH Gonadotropin

Pertumbuhan

TB

Rasio Upper : Lower

(45)

non endokrin. Perubahan-perubahan regulasi neuroendokrin berupa

perubahan pada gonadotropin, growht hormon dan seks steroid

(Soetjiningsih, 2010). Regulasi hormonal dalam tubuh sebagian besar

dipengaruhi oleh Hipotalamus-hipofisis seperti growht hormon (GH) yang

dikeluarkan oleh hipofisis anterior oleh karena pengaruh dari Growht

Hormon Releasing Hormon (GH-RH) yang dikeluarkan hipotalamus, dimana

sekresi hormon GH-RH dipengaruhi oleh pola istirahat terutama pada malam

hari dan status gizi pada masa anak-anak (Soetjiningsih, 2010). GH sendiri

berperan dalam proses pertumbuhan linier Tinggi Badan. Sedangkan periode

pubertas dapat terjadi oleh karena kenaikan sekresi hormon gonadotropin oleh

hipofisis yang terjadi secara perlahan dan telah dimulai pada tahun ke-8

kehidupan. Pada saat pubertas peningkatan kadar FSH akan memacu

berkembangnya sel granulosa pada ovarium dan dilanjutkan dengan sekresi

LH yang meningkat serta merangsang pengeluaran esrogen oleh sel

granulose. Dimana puncak pubertas sendiri adalah ketika menarche yakni

pada usia 11-16 tahun. Menars sendiri berarti dimulainya menstruasi,

sedangkan pubertas adalah dimulainya kehidupan seksual seseorang (Silva,

2005). Peningkatan kadar gonadotropin yaitu FSH dan LH akan

mematangkan sel leidig dan mengeluarkan hormon estrogen pada perempuan

sebelum menstruasi. Menars terjadi karena proses kompleks di susunan saraf

pusat, khususnya otak yang menjelaskan perubahan pada aksis

hipotalamushipofisis. Perubahan yang pertama adalah penurunan sensitifitas

(46)

masa pubertas terjadi maturasi dari respon stimulasi positif dari hormon

gonadotropin terhadap estrogen

Pada ciri pubertas remaja putri ditandai oleh menars yang disebabkan dari

meningkatnya aktifitas sekresi Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH)

yang akan berpengaruh terhadap maturitas seorang remaja putri dimana akan

mempengaruhi perubahan fisik atau proporsi tubuh seorang remaja akhir

nantinya, salah satunya adalah Tinggi Badan (TB) (soetjiningsih, 2010).

Dimana penilaian proporsi tubuh dilakukan dengan membandingkan upper

body segment atau segmen atas tubuh dengan lower body segment atau

segmen bawah tubuh.

3.2 Hipotesis penelitian

Ada hubungan antara usia menars dengan tinggi badan remaja putri di

(47)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara analitik observasional dengan menelaah

hubungan antara usia menars dengan tinggi badan melalui pendekatan cross

sectional. Pendekatan cross sectional adalah penelitian dimana

variabel-variabel yang termasuk efek dan faktor resiko diobservasi sekaligus dalam

waktu yang sama. Dan pendekatan ini dipilih mengingat waktu yang

dibutuhkan dalam penelitian relatif lebih singkat dibandingkan menggunakan

metode kohort.

4.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional yaitu peneliti melakukan pengukuran atau

pengamatan secara langsung pada saat bersamaan (sekali waktu) antara

variabel bebas (Usia Menars) dengan variabel terikat (Tinggi badan)

(48)

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa putri kelas 2 SMPN 2

Prambon Nganjuk dengan jumlah 134 siswa putri.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat diambil sebagai subjek

penelitian melalui sampling (Nursalam, 2013). Sampel dalam penelitian

ini adalah seluruh siswa remaja putri SMPN 2 Prambon Nganjuk yang

memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi (Nursalam, 2013) dan berjumlah

121 siswi.

1) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,

2013). Pada penelitian ini kriteria inklusinya adalah

a. Siswi putri

b. Kelas 2

c. Bersedia menjadi sampel dalam penelitian

2) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri – ciri anggota populasi yang tidak dapat

dijadikan sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini

kriteria eksklusinya adalah:

(49)

c. Masih belum menars

4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat

mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2013). Teknik sampling

merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar

memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan

subyek penelitian.

Cara pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

teknik total sampling. Teknk total sampling dilakukan dengan

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel (Sugiyono, 2012). Jumlah sampel sebanyak 121 siswi kelas 2

SMPN 2 Prambon Nganjuk dari total siswi sebanyak 134 siswi.

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di SMPN 2 Prambon Nganjuk dengan objek

siswi remaja putri kelas 2 yang akan dilakukan pada bulan April 2016.

4.5 Variabel Penelitian, Definisi Operasional

4.5.1 Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini yaitu Usia Menars remaja

(50)

2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu Tinggi badan (TB).

4.5.2 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi operasional Hubungan usia menars dengan tinggi badan remaja putri di SMPN 2 Prambon Nganjuk

N

o Variabel OperasionalDefinisi Cara Ukur Hasil Ukur PengukuranSkala

(51)

4.6 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2013). Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan

meliputi :

1. Peneliti mengajukan permohonan ijin penelitian kepada kepala sekolah SMPN

2 Prambon Nganjuk.

2. Setelah menentukan calon responden, peneliti menjelaskan tujuan, manfaat,

peran serta responden, jaminan kerahasiaan responden, hak responden, dan

pengisian lembar pengumpul data oleh responden.

3. Penilaian antropometri dilakukan dengan pengukuran secara langsung Tinggi

Badan berdiri dan Tinggi Badan duduk serta menghitung rasio upper dan lower

body.

4. Pengambilan sampel dilakukan oleh 1 orang yakni peneliti sendiri yang

melakukan pengukuran TB dan hasilnya akan di catat oleh rekan 1 orang rekan

kerja

4.7 Pengolahan dan Analisis Data

4.7.1 Pengolahan Data

Hidayat (2007) menjelaskan setelah data terkumpul, maka dilanjutkan

dengan langkah-langkah berikut :

1) Editing, merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran yang

(52)

2) Coding, setelah data di edit maka akan dilakukan coding, yaitu

mengubah data yang ada dalam bentuk kalimat atau huruf menjadi data

angka atau bilangan dan dimasukkan dalam kategori yang sama.

3) Entry, kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam

master tabel atau data base komputer kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontingensi.

4) Cleaning, mengecek kembali data untuk melihat

kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya,

kemudian dilakukan pembetulan dan koreksi.

5) Melakukan tehnik analisis, dalam melakukan analisis pada penelitian

akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan

yang hendak dianalisis.

4.7.2 Analisis Data

Data yang telah terkumpul, diteliti dan di analisis secara komputerisasi

dengan program SPSS. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan dideskripsikan dalam bentuk narasi. Uji Pearson Product

Moment pada analisis bivariat digunakan untuk menggambarkan pengaruh

variabel.

1) Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan secara deskriptif untuk melihat karakter

masing-masing variabel yang diteliti, dimana hasil analisis ini adalah

(53)

2) Analisis Bivariat

Analisis dilakukan terhadap dua variabel yang diduga memiliki

hubungan yaitu usia menarche dan tinggi badan (variabel bebas) dengan

usia menarche (variabel terikat). Analisis bivariat dilakukan dengan uji

Pearson Product Moment. Untuk mengiterpretasikan besar pengaruh

dinyatakan dengan interpretasi koefisien korelasi nilai r sebagai berikut

(Riyanto, 2011) :

r = 0 ; berarti bahwa tidak ada hubungan linier

r = -1 ; berarti bahwa hubungan linier negatif sempurna

r = +1 ; berarti bahwa hubungan linier positif sempurna

Sedangkan untuk menyatakan kekuatan dua variabel secara kualitatif

dapat dibagi sebagai berikut :

Tabel 4.2 Kekuatan Hubungan dua variabel

Korelasi (r) Tingkat Hubungan

0,00-0,025

0,26-0,50

0,51-0,75

0,76-1

Tidak ada hubungan/hubungan lemah

Hubungan sedang

Hubungan kuat

Hubungan sangat kuat/sempurna

Untuk melakukan uji hipotesa pada pearson product moment bisa

dilakukan dengan cara :

1. Membandingkan nilai r hitung dengan r tabel

2. Meggunakan pengujian dengan pendekatan distribusi t

thitung = r√𝑛−2 √1−𝑟2

(54)

df = n-2

n = jumlah sampel

4.8 Kerangka Operasional

Kerangka operasional merupakan langkah-langkah yang akan

dilakukan dalam penelitian yang berbentuk kerangka atau alur penelitian.

Penulisan kerangka kerja disajikan dalam bentuk alur penelitian mulai dari

desain hingga analisis data (Hidayat, 2007).

Gambar 4.2 Kerangka kerja penelitian Hubungan Usia Menars dengan Tinggi Badan Remaja Putri di SMPN 2 Prambon Nganjuk

Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putri kelas 2 SMPN 2 Prambon Nganjuk dengan jumlah 134 siswi.

Sampel

Seluruh siswi kelas 2 SMPN 2 Prambon Nganjuk yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 121 sisiwi

Pengambilan data dengan menggunakan data primer (TB dan usia menars) dengan lembar pengumpul data dan pemeriksaan langsung

TB duduk serta TB berdiri dan rasio upper-lower body

Pengolahan data dengan langkah-langkah editing, coding, tabulasi dan cleaning

Analisis data dengan menggunakan uji Pearson Product Moment

Penyajian data hasil penelitian

(55)

4.9 Ethical Clearence

Aspek penting dalam etika penelitian yang berkaitan dengan responden

yang akan diteliti meliputi :

4.9.1 Informed Consent ( Lembar Persetujuan)

Salah satu aspek penting dalam etika penelitian, yaitu suatu keharusan adanya

persetujuan dan penjelasan dari kemanusiaan yang digunakan. Lembar

pengesahan ini diberikan pada subjek penelitian. Dimana tujuannya adalah

agar subjek mengetahui maksud dan tujuan penelitian. Sebelum menjadi

responden, subjek yang bersedia diteliti harus menandatangani persetujuan

tersebut.

4.9.2 Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak mencantumkan

nama responden pada lembar pengumpulan data. Sebagai tanda keikutsertaan

responden, peneliti menuliskan nomor untuk masing-masing responden.

4.9.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

Informasi yang telah diberikan oleh responden dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

(56)

BAB V

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMPN 2 Prambon Nganjuk. SMPN 2 Prambon

Nganjuk merupakan salah satu dari 2 SMP Negeri yang ada di Kecamatan

Prambon Kabupaten Nganjuk yang berlokasi di Ds.Bandung, Baleturi,

Prambon Kabupaten Nganjuk. Penelitian dilakukan pada tanggal 08 April 2016

dengan jumlah responden sebanyak 121 siswi putri kelas 2 SMPN 2 Prambon.

Kecamatan Prambon merupakan daerah dataran rendah dimana sebagian besar

mata pencaharian penduduknya adalah bertani dan sebagai buruh tani di sawah.

5.1.2 Data Umum

1. Karakteristik Remaja Putri Berdasarkan Umur dan Siklus Menstruasi

Sebagian besar responden siswi kelas 2 di SMPN 2 Prambon yaitu

sebanyak 85 sisiwi (69%) berusia 14 tahun dan hampir seluruhnya mempunyai

(57)

Gambar 5.1 Distribusi frekuensi umur siswi kelas 2 SMPN 2 Prambon Nganjuk

Gambar 5.2 Distribusi frekuensi siklus menstruasi siswi kelas 2 SMPN 2 Prambon Nganjuk

2. Karakteristik Remaja Putri Berdasarkan Lama Menstruasi dan Keluhan Menars

Hampir Seluruhnya responden sisiwi di SMPN 2 Prambon lama

menstruasinya yaitu 7 hari sebanyak 86 siswi (71%) dan sebagian besar

mempunyai keluhan menars keluar darah berwarna merah sebanyak 97 siswi

(32%), mudah emosi dan marah sebanyak 86 siswi (28%), nyeri perut bawah

sebanyak 80 siswi (27%), dan sebagian kecil nafsu makannya meningkat

sebanyak 38 siswi (13%) (Gambar 5.3) (Gambar 5.4)

16%

69% 13%

2%

Umur

13 tahun

14 tahun

15 tahun

16 tahun

89% 11%

Siklus Mens

lancar

(58)

Gambar 5.3 Distribusi frekuensi lama menstruasi siswi kelas 2 SMPN 2 Prambon Nganjuk

Gambar 5.4 Distribusi frekuensi keluhan menars siswi kelas 2 SMPN 2 Prambon Nganjuk

5.1.3 Data Khusus

1. Identifikasi Usia Menars

Didapatkan sebagian besar responden siswi kelas 2 di SMPN 2 Prambon

memiliki rata-rata usia menars pada umur >12 tahun yaitu sebanyak 65

(53,7%) siswi dengan rata-rata usia menars 13-14 tahun.

(59)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi usia menars siswi kelas 2 SMPN 2 Prambon Nganjuk

2. Hasil Pengukuran Tinggi Badan (TB), Rasio Upper-Lower Body Berdasarkan

Usia Menars

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada sejumlah responden

didapatkan hasil Tinggi Badan siswi kelas 2 di SMPN 2 Prambon pada

rata-rata usia menars 13-14 th sebagian besar adalah dibawah kurva normal tinggi

badan yaitu sebanyak 77 siswa (64%). Sedangkan untuk hasil pemeriksaan

Rasio Upper-Lower Body didapatkan hasil bahwa hampir seluruh responden

sisiwi kelas 2 mempunyai rasio upper-lower body lebih dari 1,01 yaitu

sebanyak 110 siswa (91%).

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi TB dan Rasio Upper-Lower berdasarkan usia menars siswi kelas 2 SMPN 2 Prambon Nganjuk

No Karakteristik Jumlah

(Prosante) 1. TB/Usia Menars

Dibawah Kurva Normal

Diatas Kurva Normal 77 (64%) 44 (36%)

2. Rasio up-low/Usia Menars ≤ 1,01

>1,01 110 (91%) 11 (9%)

No Usia Jumlah (Prosentase)

1. ≤ 12 tahun 56 (46,3%)

(60)

5.2 Analisis Hasil Penelitian

5.2.1 Hubungan Usia Menars Dengan Tinggi Badan (TB)

Gambar 5.5 Distribusi TB berdasarkan usia menars Siswi Kelas 2 di SMPN 2 Prambon Nganjuk

Berdasarkan gambar 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar siswi kelas 2 di

SMPN 2 Prambon mendapatkan menars pada usia lebih dari 12 tahun yaitu 13-14

tahun, siswi yang memperoleh usia menars > 12 tahun memiliki rata-rata TB

dibawah kurva normal sebanyak 51 siswi (42%). Hasil uji statistik korelasi

spearmen rank, diperoleh nilai p value yaitu 0,0001. Jika p value < nilai α maka

Ho ditolak, diketahui bahwa p value > nilai α 0,01. Hal ini menunjukkan ada

hubungan antara usia menars dengan tinggi badan siswi. Pada tabel 5.3 diperoleh

nilai r = -0,332. Tanda negatif menunjukkan ada hubungan negatif, yang artinya

semakin lambat usia menars seorang remaja putri maka semakin pendek TB nya.

Keterlambatan usia menars berpengaruh terhadap TB remaja putri pada kelompok

usia SMP. Adapun hasil uji korelasi spearmen dapat dilihat pada tabel 5.3.

(25%)

(21%) (42%)

(12%)

TB/Usia Menars

TB tinggi/Usia ≤ 12 tahun TB pendek/Usia ≤ 12 tahun

TB tinggi/Usia > 12 tahun

TB pendek/Usia > 12 tahun

51 siswi

30 siswi 26 siswi

(61)

Tabel 5.3 Hubungan Usia Menars dengan Tinggi Badan Siswi Kelas 2 di SMPN 2 Prambon Nganjuk

Uji Statistik Umur Menars Tinggi Badan

Spearmen’s

**korelasi signifikan pada α 0.01

5.2.2 Hubungan Usia Menars Dengan Rasio Upper-Lower Body

Gambar 5.6 Distribusi Rasio berdasarkan usia menars Siswi Kelas 2 di SMPN 2 Prambon Nganjuk

Berdasarkan gambar 5.6 menunjukkan bahwa sebagian besar siswi kelas 2 di

SMPN 2 Prambon yang mendapatkan menars pada usia lebih dari 12 tahun yaitu

13-14 tahun, siswi yang memperoleh usia menars < 12 tahun memiliki rata-rata

rasio upper-lower body yang nomal (> 1,01) sebanyak 58 siswi (48%). Hasil uji

statistik korelasi spearmen rank, diperoleh nilai p value yaitu 0,493. Jika p value <

nilai α maka Ho ditolak, diketahui bahwa p value < nilai α 0,01. Hal ini

Rasio > 1,01 usia > 12 tahun

58 siswi 52 siswi

(62)

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia menars dengan rasio

upper-lower body siswi. Pada tabel 5.4 diperoleh nilai r = -0,063. Tanda negatif

menunjukkan hubungan negatif yang artinya semakin lambat usia menars seorang

remaja putri maka semakin pendek rasio upper-lower body nya. Keterlambatan

usia menars tidak berpengaruh terhadap rasio upper-lower body pada kelompok

usia SMP. Adapun hasil uji korelasi spearmen dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Hubungan Usia Menars dengan Rasio Upper-Lower Body Siswi Kelas 2 di SMPN 2 Prambon Nganjuk

Uji Statistik Umur Menars Rasio Up-Low

Spearmen’s rho

Koefisien korelasi Sig. (2-tailed)

N

1,000

121

-0,063 0,493

(63)

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Identifikasi Usia Menars dan Tinggi Badan

Tinggi Badan dalam penelitian ini didasarkan pada hasil pengukuran

secara langsung menggunakan stadiometer. Pemeriksaan meliputi pengukuraan

TB berdiri dan TB duduk untuk mengetahui rasio upper-lower body. Analisis data

Tinggi Badan dilakukan dengan menggunakan indeks tinggi badan menurut usia

(TB/U). Perhitungan tinggi badan dengan usia menars dilakukan dengan

menggunakan program software komputer.

Pada penelitian yang dilakukan terhadap 121 responden siswi kelas 2 SMP

didapatkan hasil sebagian besar sampel berusia 14 tahun sebanyak 69%, dan

hampir seluruhnya mempunyai siklus haid yang lancar sebanyak 89%.

Berdasarkan data hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori Waryana dan

Soetjiningsih (2010) bahwa usia 14-16 tahun tergolong kedalam tahapan middle

adolesence (remaja pertengahan). Seorang remaja putri akan mengalami

menstruasi serta terjadi TKS 3 dan 4. Hampir seluruh responden siswi SMP

mempunyai lama menstruasi 7 hari sebanyak 71% serta sebagian besar

mempunyai keluhan keluar darah merah saat menars sebanyak 32%, mudah emosi

dan marah sebanyak 28%, sebanyak 27% mengalami nyeri perut bawah. Menars

adalah perdarahan yang pertama kali dari uterus yang rata-rata terjadi pada usia

(64)

pelepasan (deskuamasi) endometrium (Jurnal delima harpan vol 3, 2014 dan

sarwono, 2009). Panjang siklus haid rata-rata pada wanita usia 12 tahun adalah

25,1 hari dan ± 97% wanita yang berovulasi, memiliki siklus haid berkisar antara

18-42 hari. Lama siklus haid yang normal antara lain 3-5 hari dan 7-8 hari

(Sarwono, 2009). Hasil data tentang keluhan menars diatas juga sesuai dengan

penelitian Sumini Jurnal delima harapan, 2014 yang mengatakan bahwa seorang

wanita remaja secara psikologi yang pertama kali akan mengeluh rasa nyeri, perut

tersa pegal dan kurang nyaman. Hal ini disebabkan oleh gizi yang kurang atau

terbatas sehingga menyebabkan gangguan pada saat haid, namun akan berangsur

baik apabila asupan makanan bernutrisi baik (proverawati, 2009).

Hasil identifikasi usia menars pada penelitian ini didapatkan sebagian besar

siswi SMP kelas 2 memiliki rerata usia menars pada umur >12 tahun (13-14

tahun) sebanyak 53,7% siswi. Menurut Winkjosastro, 2008 usia seorang remaja

putri pada saat pertama kali mendapat haid atau menars bervariasi yakni antara

10-16 tahun, tapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. Pubertas dini pada remaja putri

ditandai dengan payudara membesar sejak usia 8 tahun, muncul rambut pubis

sebelum usia 9 tahun, menstruasi sebelum usia 9,5 tahun. Seorang remaja putri

dikatakan pubertasnya terlambat apabila payudara tidak membesarnya sampai usia

13 tahun dan tidak menstruasi sampai usia 15 tahun (Soetjiningsih, 2010).

Identifikasi pemeriksaan TB didapatkan bahwa sebagian besar TB pada rerata

usia menars siswi 13-14 tahun adalah dibawah kurva normal tinggi badan

sebanyak 64% yang berarti bahwa rata-rata TB siswi kelas 2 di SMPN 2 Prambon

Nganjuk dengan usia menars 13-14 tahun status TBnya pendek. Hal ini berkaitan

Gambar

Tabel 2.1 Prosentase lemak tubuh selama masa pubertas
Tabel 2.2 Klasifikasi Tingkat Kematangan Seksual pada anak
Gambar 2.1 Pertumbuhan rambut pubis dan payudara remaja putri
Tabel 2.3 Hubungan pertumbuhan dengan TKS pada perempuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti membuktikan bahwa penurunan tingkat sensasi nyeri pada kelompok intervensi yang lebih besar dari kelompok kontrol tidak dipengaruhi oleh pemberian

Untuk menunjang fasilitas pusat pertunjukan seni tari Bali yang dapat.. dinikmati dan dimanfaatkan oleh para pengunjung maka

Y: “kalau masalahnya “S” lalu torang dua apa dibicara kan saja bagaimana depe jalan kaluar , diator bae-bae supaya anu , barangkali begitu sudah dorang bikin

Dari penelitian dapat diketahui bahwa pemberian kalium gamavuton (KGVT-0) dapat menghambat reaksi anafilaksis kutaneus aktif yang diinduksi oleh ovalbumin sebagai antigen,

1) Pendekatan sosio-historis; Pendekatan historis untuk pemahaman al-Qur’an ini sebenarnya bukanlah hal baru. Karena dalam ilmu tafsir konvensional sudah sering

Hasil akhirnya adalah perbandingan error warping path untuk semua radius tersebut pada setiap menghitung dan melakukan nilai di atas maka dapat diambil kesimpulan seberapa

Intermedia Capital (MDIA) berencana untuk melakukan penerbitan obligasi global dimana sebagian besar dana hasil penerbitan surat utang tersebut akan dialokasikan untuk melakukan

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa dan mengetahui respon siswa setelah dilakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan