SKRIPSI
HUBUNGAN USIA MENARS DENGAN TINGGI BADAN
REMAJA PUTRI DI SMPN 2 PRAMBON NGANJUK
Oleh:
Eka Rulli Marita Kusuma 011411223042
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
SKRIPSI
HUBUNGAN USIA MENARS DENGAN TINGGI BADAN
REMAJA PUTRI DI SMPN 2 PRAMBON NGANJUK
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan Dalam
Program Studi Pendidikan Bidan Pada Fakultas Kedokteran UNAIR
Oleh:
Eka Rulli Marita Kusuma 011411223042
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Skripsi dengan judul Hubungan Usia Menarche Dengan Tinggi Badan Remaja Putri Di SMPN 2 Prambon Nganjuk
Telah diuji pada Tanggal: 03 Juni 2016 Panitia penguji Skripsi:
Ketua : K.Kasiati, Spd, AM.Keb, M.Kes NIP. 19640430 198503 2 003
Anggota Penguji : 1. Bambang Trijanto, dr. SpOG (K) NIP. 19520914 197912 1 002
MOTTO
Science without Religion is Lame,
Religion without Science is Blind
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbingannya kami dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Hubungan Usia
Menars Dengan Tinggi Badan Remaja Putri Di SMPN 2 Prambon Nganjuk “.
Skrpsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sajana kebidanan
(S.Keb) pada Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga.
Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimaksih yang
sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:
1. Prof. Dr. Agung Pranoto, dr, M.Kes, Sp.PD., K-EMD, FINASIM selaku
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan program studi pendidikan bidan
2. Baksono Winardi, dr., Sp.OG (K), selaku koordinator Program Studi
Pendidikan Bidan Universitas Airlangga yang telah memberikan
kesempatan dan dorongan kepada kami untuk menyelesaikan program
pendidikan bidan
3. Dr. Bambang Purwanto, dr., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang
telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan dan
motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
4. Bambang Trijanto, dr. SpOG (K), selaku dosen pembimbing 2 yang telah
5. Ibu K.Kasiati, Spd, AM.Keb, M.Kes, selaku Penguji yang telah banyak
memberi masukan dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik
6. Para dosen serta staf sekretariat Program Studi Pendidikan Bidan yang
telah banyak membantu dan memberikan ilmu
7. Orang tua tercinta, terkhusus Ibu terimaksih untuk doa, cinta, kasih
sayang, keikhalasan, kesabaran serta dukungan yang teramat luar biasa
dan tidak akan pernah bisa tergantikan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan baik dengan tepat waktu
8. Seluruh keluarga terimaksih atas segala doa, dukngan serta motivasi dan
semangat yang telah diberikan
9. Untuk someone yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan
motivasi menyelesaikan skripsi ini dengan baik
10.Untuk teman-temanku berlima yang selalu memberikan semangat, doa,
membantu, dan berdiskusi serta seluruh teman PSPB yang telah
memberikan semangat dan doa sehingga dapat terselesaikan dengan baik
dan sidang tepat waktu.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan usulan penelitian ini.
Kami sadari bawa usulan ini jauh dari sempurna tapi kami berharap bermanfaat
bagi pembaca
Surabaya, Mei 2016
ABSTRAK
Menars adalah perdarahan yang terjadi pertama kali dari uterus. Rata-rata terjadi pada usia 11-13 tahun dan merupakan ciri khas kedewasaan seorang perempuan, dimana darah keluar secara periodik dan siklik dari uterus disertai oleh pelepasan (deskuamasi) endometrium. Menars terjadi di tengah-tengah masa pubertas, yaitu peralihan dari anak-anak ke wanita dewasa. Menstruasi menandakan bahwa seorang anak perempuan telah masuk masa pubertas. Pubertas akan memicu munculnya tanda seks dan mengakibatkan pertumbuhan yang cepat dari Tinggi Badan (TB). Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara usia menars dengan tinggi badan remaja putri di SMPN 2 Prambon Nganjuk.
Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional pada bulan April 2016. Populasi sebanyak 134 siswi kelas 2 diambil secara total sampling dan yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 121 siswi. Variabel bebas pada penelitian ini adalah usia menars sedangkan variabel terikat adalah TB. Instrumen penelitian menggunakan lembar pengumpul data. Sumber data dari pengukuran TB langsung. Analisis data mengguanakan uji pearson product moment.
Hasil penelitian dari 121 siswi kelas 2 SMP mengalami usia menars pada usia 13-14 tahun dan memiliki rata-rata TB dibawah kurva normal. Hasil uji statistik menggunakan SPSS 15 dengan α = 0,01 didapatkan nilai signifikansi (p) = 0,0001, karena p < α, maka H0 ditolak, artinya ada hubungan antara usia menars dengan TB remaja putri. Sedangkan nilai r = -0,332 yang berarti bahwa hubungan negatif, semakin lambat usia menars maka semakin pendek pula TB remaja putri.
Kesimpulan penelitian ini, ada hubungan antara usia menras dengan TB remaja putri dimana keterlambatan usia menars berpengaruh terhadap TB remaja putri pada kelompok usia SMP.
ABSTRACT
Menarche is the first pandemic bleeding of uterine. That occurs at 11-13 age which the one of characteristic girls maturity, blood out periodic and cyclic endometrium of the uterus by desquamation. Menarche occure in the the middle of puberty, the transision from child to adult women. Menstruation signifies that girls has entered puberty. Puberty will trigger the appearance signs of sex and result in rapid growth of height. The objective of this research was to analyze relationship between menarche of age with girls height in SMPN 2 Prambon Nganjuk.
The research use observasional analytic method with cross sectional approach conducted on April 2016. The population are 134 girls students class 2 which take with total sampling and including inclussion criteria are 121 girls. Independent variable on this research is menarche of age meanwhile dependent varible is height. Instruments used lembar pengumpul data. Data analysis used person product moment test.
Result of 121 respondents students class 2 junior high school menarche on 13-14 age and have short stature. Result of pearson product moment test with SPSS 15 α = 0,01, significance available (p) = 0,0001. Because of p < α, so H0
was rejected, means that there is a relationship between menarche of age and girls height. Available r score = -0,332, means that there is negative relationship between menarche of age and girls height. The slower age of menarche is getting shorter girls height.
These data show that relationship between menarche of age with girls height, which delays the age of menarche effect on height girls of junior high school group .
DAFTAR ISI PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... LEMBAR PENGESAHAN... 1.4 Manfaat Penelitian... 1.4.1 Subjek... 1.4.2 Pengembangan Studi... 1.4.3 Masyarakat... 1.5 Resiko Penelitian...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Remaja... 2.2 Konsep Pubertas... 2.3 Konsep Menars... 2.4 Konsep Antropometri... 2.5 Hubungan Usia Menarche dengan Tinggi Badan...
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian... 3.2 Hipotesis Penelitian...
BAB IV METODE PENELITIAN
4.3 Populasi dan Sampling... 4.3.1 Populasi... 4.3.2 Sampel... 4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel... 4.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian... 4.5 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional... 4.5.1 Variabel Penelitian... 4.5.2 Definisi Operasional... 4.6 Teknik Dan Prosedur Pengumpulan Data... 4.7 Pengolahan Dan Analisis Data... 4.8 Kerangka Operasional... 4.9 Ethical Clearence... 4.9.1 Informed Consent... 4.9.2 Anonimity... 4.9.3 Confedential...
BAB V HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian... 5.2 Analisis Hasil Penelitian...
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Identifikasi Usia Menars Dan Tinggi Badan... 6.2 Hubungan Usia Menars Dengan Tinggi Badan...
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Prosentase Lemak Tubuh Selama Pubertas... Tabel 2.2 Klasifikasi TKS Menurut Tanner JM... Tabel 2.3 Hubungan Pertumbuhan Dengan TKS... Tabel 2.4 Batasan Tinggi Badan Berasarkan Usia (TB/U)... Tabel 4.1 Definisi Operasional... Tabel 4.2 Kekuatan Hubungan Dua Variabel... Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Usia Menars... Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi TB dan Rasio Berdasarkan Usia Menars... Tabel 5.3 Hubungan Usia Menars Dengan TB... Tabel 5.4 Hubungan Usia Menars Dengan Rasio...
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Pertumbuhan Rambut Pubis dan Payudara... Gambar 3.1 Kerangka Konseptual... Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian... Gambar 5.1 Distribusi Frekuensi umur... Gambar 5.2 Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi... Gambar 5.3 Distribusi Frekuensi Lama Menstruasi... Gambar 5.4 Distribusi Frekuensi Keluhan Menars... Gambar 5.5 Distribusi TB/Usia Menars... Gambar 5.6 Distribusi Rasio/Usia Menars...
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Jadwal Kegiatan... Lampiran 2 Surat Ijin Studi Pendahuluan... Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian... Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian ... Lampiran 5Lembar Informasi Protokol Penelitian... Lampiran 6 Lembar Permohonan Menjadi Responden... Lampiran 7 Lembar Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden... Lampiran 8 Lembar Pengumpul Data... Lampiran 9 Sertifikat Etik... Lampiran 10 Kurva TB... Lampiran 11 Data Hasil Penelitian... Lampiran 12 Data Hasil Penelitian... Lampiran 13 Data Uji SPSS... Lampiran 14 Berita Acara Perbaikan Usulan Penelitian... Lampiran 15 Lembar Konsultasi... Lampiran 16 Lembar Konsultasi... Lampiran 17 Berita Acara Perbaikan Skripsi... Lampiran 18 Kurva Rasio Upper-Lower Body...
DAFTAR SINGKATAN
WHO : World Health Organization
Riskesdas : Riset Kesehataan Dasar
TB/U : Tinggi Bdan Berdasarkan Usia SMPN : Sekolah Menengah Pertama Negeri FSH : Folikel Stimulsi Hormon
MTB : Massa Tubuh Bersih LBM : Learn Body Mass
TKS : Tingkat Kematangan Seksual BMD : Bone Mineral Density
E2 : Estradiol
Depkes : Departemen Kesehatan PHV : Peak Height Velocity
SD : Standart Deviasi
GnRH : Gonadotropin Releasing Hormone
LH : Luteinizing Hormone
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Remaja merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa
dimana menurut WHO terjadi pada usia 10-18 tahun, dan terjadi pacu
tumbuh (growth spurt), serta timbul ciri-ciri seks sekunder. Data demografi
menunjukkan bahwa remaja perempuan merupakan populasi yang besar.
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukan bahwa jumlah
penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa, 63,4 juta diantaranya adalah
remaja yang terdiri dari Laki-laki sebanyak 32.164.436 jiwa (50,70 persen)
dan perempuan sebanyak 31.279.012 jiwa (49,30 persen).Populasi kelompok
remaja ini akan mempengaruhi pertumbuhan penduduk di masa yang akan
datang sehingga membutuhkan perhatian khusus agar tercapai generasi
mendatang yang lebih baik,antara lain dengan meningkatkan upaya kesehatan
reproduksi yang berkualitas pada remaja.
Semakin membaiknya kondisi sosial ekonomi pada abad 20
menjadikan permulaan waktu pubertas remaja lebih awal yang ditandai
dengan usia menars yang semakin dini. Menars merupakan perdarahan yang
terjadi pertama kali dari uterus dan rata-rata terjadi pada usia 11-13 tahun.
Menurut World Health Organization (WHO), menars yang semakin dini
memungkinkan remaja putri lebih cepat bersentuhan dengan kehidupan
Menars yang lambat juga akan berpengaruh terhadap keterlambatan
kematangan seksual seorang remaja, baik hormonal maupun pertumbuhan
organ tubuh. Usia menars yang terlambat dalam jangka waktu yang panjang
akan meningkatkan resiko seorang perempuan terkena osteoporosis karena
penurunan produksi estrogen yang akan mempengaruhi masa tulang.
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010,
rerata usia menars perempuan usia 10-59 tahun di Indonesia adalah 13 tahun
adalah 20% dengan kejadian lebih awal pada usia kurang dari 9 tahun.
Remaja yang mengalami gizi kurang ditandai dengan Tinggi Badan kurang
berdasarkan usia mencapai 35,6% yakni pada usia 6-12 tahun dan 35,2% pada
usia 13-15.
Menstruasi menandakan bahwa seorang anak perempuan telah masuk
masa pubertas. Pada masa pubertas itu sendiri terjadi perubahan sistem
regulasi hormon baik di hipotalamus, pituitari, kelamin (gonad), serta kelenjar
adrenal yang akan menyebabkan perubahan secara kualitatif dan kuantitatif.
Pubertas memicu tanda seks (primer dan sekunder) muncul, dan
mengakibatkan pertumbuhan yang cepat dari tinggi badan serta berat badan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi usia menars dan maturasi seorang
remaja adalah status gizi. Korelasi yang kuat diperoleh antara masa pubertas
dengan IMT. Anak yang mempunyai nilai rerata IMT yang lebih tinggi akan
mengalami maturitas lebih awal (Soetjiningsih, 2010).
Hasil penelitian Simondon et al di Sinegal, menunjukkan bahwa
remaja putri yang pendek secara signifikan mengalami keterlamatan usia
normal. Pada populasi penelitian Leenstra et al di Kenya Barat, remaja yang
terlambat menars rata-rata di alami oleh remaja yang mengalami malnutrisi
dibandingkan dengan remaja pada umur yang sama tetapi memiliki status gizi
normal, populasi ini mengalami menars dengan permulaan pubertas terlambat
yakni 1,5-2 tahun.
Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Yulianto menunjukkan
bahwa responden dengan status gizi normal indeks (TB/U) sebagian besar
mengalami menars pada usia <12,5 tahun (62,26%) sedangkan responden
dengan status gizi kurang, sebagian besar pada usia >12,5 tahun (94,12%).
Perbedaan tinggi badan yang bermakna diperoleh antara usia menars dengan
status gizi normal dengan status gizi kurang.
Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan penulis di SMPN 2
Prambon-Nganjuk, dari 7 responden yakni siswa putri kelas 2 di dapatkan
hasil bahwa rata-rata dari mereka memiliki tinggi badan antara 140 cm dan
mendapatkan haid pada usia 13 dan 14 tahun dimana sampai dengan saat ini
tinggi badan dan usia menars belum di analisis. Dan dampak dari TB yang
pendek akan berakibat pada persalinan operatif pada seorang wanita nantinya.
Oleh karena itu peran bidan sangatlah penting yaitu dalam melakukan upaya
prevensi terhadap gangguan pertumbuhan dan TB pendek pada remaja putri
serta melakukan promosi kesehatan dengan penyuluhan penyebab tinggi
badan pendek.
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik
untuk mengambil judul “ Hubungan Usia Menars dengan Tinggi Badan
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apakah usia menars berkolerasi dengan tinggi badan remaja putri di SMPN 2
Prambon Nganjuk ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum Penelitian
Untuk menganalisis hubungan antara usia menars dengan tinggi badan
remaja putri di SMPN 2 Prambon Nganjuk
1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian
1) Mengetahui sebaran tinggi badan siswi berdasarkan usia menars di
SMPN 2 Prambon Nganjuk
2) Membuktikan hubungan antara usia menars dengan tinggi badan
remaja putri di SMPN 2 Prambon Nganjuk
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Subjek
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan prediksi Tinggi Badan
1.4.2 Pengembangan Studi
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan upaya prevensi terhadap
gangguan pertumbuhan dan TB pendek pada remaja putri. Serta
mendukung promosi kesehatan dalam rangka penyuluhan penyebab
TB pendek pada remaja putri
1.4.3 Masyarakat
Sebagai masukan bagi masyarakat luas khususnya para remaja putri
dalam menambah wawasasn dan menerapkan ilmu yang berhubungan
dengan masalah menars khususnya berkaitan dengan TB pendek yang
merupakan langkah awal pencegahan persalinan dengan tindakan
operatif
1.5RESIKO PENELITIAN
Dalam hal ini resiko yang akan diterima oleh responden adalah data diri
yang disampaikan akan bocor ke orang lain. Sehingga untuk mengantisipasi
hal tersebut, peneliti akan merahasiakan seluruh informasi yang berkaitan
dengan responden. Serta pada penyampaian hasil penelitian, peneliti hanya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
2.1.1 Definisi Remaja
2.1.1.1 Remaja adalah suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan
masa dewasa, yang ditandai dengan berbagai perubahan fisik umum
serta perkembangan kognitif dan sosial, yang berlangsung antara usia
12-19 tahun (Kartono, 2007).
2.1.1.2 Remaja atau adolescent adalah mereka yang berusia antara 10-19
tahun dan anak muda (youth) untuk usia 15-24 tahun. Ini kemudian
disatukan kedalam terminologi kaum muda (young people) yang
mencakup usia 10-24 tahun. Seiring dengan usia yang semakin
meningkat maka akan berlaku pubertas, yang merupakan suatu tahap
perkembangan yang sangat penting bagi wanita (WHO, 2011).
2.1.1.3 Remaja adalah masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13
tahun dan berakhir pada usia 18-24 tahun (Notoatdmojo, 2007).
2.1.2 Tahapan Tumbuh Kembang Remaja
Dalam tumbuh kembang menuju masa dewasa, semua remaja akan
melewati tahapan seperti berikut, yaitu masa remaja awal (early adolsence)
usia 11-13 tahun, masa remaja pertengahan (middle adolsence) usia 14-16
tahun, dan remaja lanjut (late adolsence) usia 17-20 tahun (Waryana, 2010
2.1.2.1 Remaja awal (early adolescent)
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran terhadap
perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan dorongan-dorongan yang
menyertai perubahan tersebut. Pada tahap ini, remaja mengalami
perubahan fisik yang mulai matang. Mereka sudah mulai mencoba
melakukan onani karena telah sering kali terangsang secara seksusal
akibat pematangan yang dialami. Rangsangan ini diakibatkan oleh
faktor internal yakni meningkatnya hormon testosteron pada laki-laki
dan estrogen pada perempuan serta terjadi stadium TKS 1 dan 2.
2.1.2.2Remaja madya (middle adolescent)
Pada tahap remaja madya ini para remaja sudah mengalami
pematangan fisik secara penuh yakni pada anak laki-laki sudah
mengalami mimpi basah sedangkan pada anak perempuan akan
mengalami menstruasi. Pada tahap ini terjadi TKS 3 dan 4 serta
gairah seksual remaja sudah mencapai puncak, sehingga mereka
mempunyai kecenderungan untuk menggunakan sentuhan fisik.
Namun perilaku seksual mereka masih secara alamiah.
2.1.2.3Remaja akhir (late adolescent)
Pada tahap ini, remaja sudah mengalami perkembangan fisik dan
maturitas seksual secara penuh (TKS 5), seperti orang dewasa.
Mereka sudah mempunyai perilaku seksual yang sudah jelas dan
2.2 Pubertas
2.2.1 Definisi Pubertas
Pubertas adalah fase peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yakni pada umur 12-15 tahun (Sarwono, 2009). Dimulainya sekresi
estrogen menjadi tanda awitan proses pubertas pada seorang wanita.
Produksi estrogen akan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada umur
10-11 tahun payudara mulai berkembang dan ini dikenal sebagai telarche,
pertumbuhan payudara yang sempurna akan berakhir pada 2-4 tahun
pascamenarche. Pada umur 12 tahun, kelenjar adrenal mulai aktif
menghasilkan hormon. Peningkatan pengeluaran androgen menyebabkan
pembentukan rambut pubis (pubarche), yang disusul dengan pembentukan
rambut ketiak 6-12 bulan kemudian. Selain itu pada umur 12 tahun mulai
terjadi pigmentasi puting dan proliferasi mukosa vagina. Vagina terlihat
memanjang dan melebar, epitel vagina mengandung banyak glikogen, dan
pH vagina berkisar antara 4,5-5. Oleh karena pengaruh FSH, ovarium pun
mulai berkembang dan terjadi pertumbuhyan folikel sesaat sebelum menars
dimulai. Meningkatnya fungsi ovarium menyebabkan sekresi estrogen
bertambah sehingga terbentuk organ genitalia interna.
2.2.2 Perubahan Komposisi Tubuh Selama Pubertas
2.2.2.1 Massa tubuh bersih/MTB (Learn body mass/LBM)
Pada remaja perempuan MTB (berat badan tanpa lemak) menurun
dari 80% berat badan pada awal pubertas, menjadi sekitar 75% pada
saat maturitas. MTB meningkat dalam keseluruhan, tetapi menurun
dalam prosentase karena jaringan lemak meningkat dengan
kecepatan yang lebih besar. Sedangkan pada remaja laki-laki MTB
meningkat dari 80% menjadi 85%-90% pada waktu maturitas.
Keadaan ini akibat dari meningkatnya massa otot karena pengaruh
hormon androgren.
2.2.2.2 Jaringan lemak (Adipose mass)
Selama pubertas jaringan lemak meningkat pada remaja perempuan
dan berkurang pada remaja laki-laki
Tabel 2.1 Prosentase lemak tubuh selama masa pubertas
Stadium Pubertas % Lemak Tubuh
Perempuan
Prosentase lemak tubuh pada remaja laki-laki tidak mengalami
banyak perubahan pada stadium TKS 3, 4, dan 5.
2.2.1.3 Tulang pelvis pada perempuan (Pelvic remodeling in female)
Selama pubertas, terjadi penigkatan ukuran pada tulang pelvis dari
anteroposterior serta bagian depan pelvis menjadi lebih besar dan
lebih bulat dibandingkan sebelum pubertas.
2.2.1.4 Massa skeleat (Skeletal mass)
Perubahan yang terjadi pada masa tulang atau densitas mineral tulan
(bone mineral density/BMD), sejajar dengan perubahan MTB,
ukuran tubuh maupun kekuatan otot. Penentu utama BMD ialah,
antara lain: aktifitas fisik, herediter, nutrisi, fungsi endokrin sertra
gaya hidup. Pertumbuhan tulang selama pubertas adalah kritis dan
akan mencapai puncak pada tahap remaja awal. Dimana keadaan ini
akan menentukan “bone bank” pada kehidupan selanjutnya. Struktur
tulang skelet juga mengalami maturasi epifisis dibawah pengaruh
hormon Estradiol (E2) dan testoteron, dimana umur tulang
merupakan salah satu faktor petunjuk terjadinya maturasi fisiologi
yang menggambarkan sejauh mana proses pertumbuhan remaja
terjadi.
2.2.1.5 Organ dalam
Pertumbuhan organ-organ seperti otak, jantung, hati, dan ginjal
selama pubertas terjadi lebih rendah dibandingkan otot dan tulang.
jantung, hati serta ginjal menurun dari 10% menjadi 5% saat
maturitas.
2.2.1.6 Eritrosit
Jumlah eritrosit lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan, hal ini disebabkan oleh hormon androgen.
2.2.1.7 Perubahan biokimia
Perubahan biokimia pada masa pubertas mencerminkan
pertumbuhan tulang. Selama pacu tumbuh, kadar alkaline
phosphatase yang diproduksi osteoblast selama selama pembentukan
tulang meningkat. Kadar alkaline phospatase yang diproduksi oleh
osteoblast selama pembentukan tulang meningkat. Kadar alkaline
berubah sesuai dengan tingkat maturasi. Kadar alkaline cenderung
naik sampai remaja menengah dan akan turun sampai kadar dewasa
dicapai.
2.2.3 Perubahan Somatik Selama pubertas
Terdapat ciri yang pasti dari pertumbuhan somatik pada remaja, yakni
peningkatan massa tulang, otot, massa lemak, pertambahan berat badan dan
tinggi badan, serta terdapat kekhusuhan (sex specific). Hal ini dipengaruhi
oleh adanya kerja hormon pada 4 daerah utama seperti pada tumbuh
kembang, reproduksi, mempertahankan lingkungan internal, serta produksi
penggunaan dan penyimpanan energi. Hormon-hormon yang telibat di
dalamnya, terutama pada masa pubertas adalah hormon seks steroid dan
akhir pacu tumbuh terjadi penutupan epifise yang disebabkan oleh kerja
homon seks steroid, sedangkan tingkat kematangan seksual (TKS) selain
dipengaruhi oleh hormon seks steroid juga hormon androgen adrenal
dimana hipotalamus sebagai pusat regulasi aktifitas hormonal
(Soetjiningsih, 2010).
2.2.3.1 Pertumbuhan tinggi badan dan tulang
Tinggi badan (TB) merupakan gambaran fungsi pertumbuhan yang
dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek, dimana tinggi
badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu dan
dinyatakan dalam indeks TB/U (tinggi badan menurut usia) (Depkes
RI, 2004). Segera sebelum pubertas, kecepatan pertumbuhan tinggi
badan (height velocity) akan menurun, kemudian selama pubertas
terjadi akselerasi secara mendadak yang disebut dengan pacu
tumbuh (height spurt). Pada saat pertumbuhan linier berada pada
kecepatan maksimal maka dapat dikatakan bahwa remaja tersebut
telah mengalami puncak kecepatan tinggi badan (peak height
velocity/PHV). Dimana pada kurva kecepatan tinggi badan (height
velocity curve) tampak kurva naik (akselerasi) yang belangsung
sekitar 2 tahun, dan mencapai puncak, kemudian akan mengalami
penurunan (deselerasi) yang berlangsung sekitar 3 tahun. Remaja
yang matur 2 SD lebih cepat dari umur rata-rata, akan mencapai
PHV sekitar 1 cm/tahun lebih tinggi dan terjadi 2 tahun sebelum
umur rata-rata. Sebaliknya remaja yang matur 2 SD lebih lambat dari
terjadi 2 tahun sesudah umur rata-rata. Pertumbuhan pertahun yang
normal adalah sebelum dimulainya pacu tumbuh, remaja perempuan
tumbuh dengan kecepatan 5,5 cm/tahun. Kemudian setelah sekitar 2
tahun mulainya pacu tumbuh, remaja perempuan mencapai PHV-nya
dengan kecepatan sekitar 8 cm/tahun dan kecepatan maksimal
dicapai 6-12 bulan sebelum menarche. Secara garis besar, tinggi
badan anak umur 13 tahun diperkirakan adalah 3 kali TB lahir.
Puncak kecepatan tinggi badan (PHV) pada remaja perempuan
terjadi 18-24 bulan lebih cepat daripada remaja laki-laki. Selain itu
pada masa pubertas, semua tulang akan mengalami perubahan
kuantitatif maupun kualitatif. Dimana terjadi perbedaan pada
pertumbuhan tulang memanjang dan melebar. Pertumbuhan akan
terus berlangsung sampai dengan epifise menutup dan pertumbuhan
tinggi berhenti. Tulang-tulang wajah mengalami transformasi yang
pesat, dimana terdapat perbedaan pertumbuhan tulang wajah yang
mencolok adalah pada hidung dan rahang serta pertumbuhan pada
lebar panggul.
2.2.3.2 Pertumbuhan berat badan
Berat badan sering digunakan untuk menyatakan pertumbuhan,
tetapi berat badan menggambarkan jumlah dari berbagai massa
jaringan tubuh oleh sebab itu secara klinis sulit di intrerpretasikan.
Sehingga tinggi badan dan TKS lebih disukai karena bisa
mencerminkan perubahan pertumbuhan yang substantif. Pacu
kenaikan berat badan adalah 3-3,5 kg/tahun yang akan dilanjutkan
dengan pacu tumbuh adolesen. Kenaikan berat badan selama
pubertas sekitar 50% dari berat dewasa ideal. Dibandingkan dengan
anak laki-laki pacu tumbuh anak perempuan lebih cepat yakni sekitar
umur 8 tahun, tetapi pertumbuhan anak perempuan juga akan lebih
cepa berhenti dibandingkan anak laki-laki. Anak perempuan pada
usia 18 tahun sudah tidak tumbuh lagi.
2.2.3.3 Pertumbuhan jaringan lemak
Banyak dan besarnya sel lemak menentukan gemuk atau kurusnya
seseorang. Pada remaja perempuan terjadi penambahan yang kontinu
dari lemak selama masa pubertas. Selama masa pubertas, remaja
perempuan tidak pernah kehilangan lemak. Setelah masa percepatan
tinggi badan, tejadi akumulasi lemak lebih cepat dan ekstensif yaitu
sel lemak lebih besar dan lebih banyak daripada remaja laki-laki,
sehingga lemak keseluruhan sekitar 25% dari berat badannya.
Akumulasi lemk pada remaja perempuan terdapat pada anggota
gerak maupun tubuhnya terutama pada bagian tubuh bawah dan paha
bagian belakang. Pertumbuhan jaringan lemak pada anak akan
melambat sampai dengan berusia 6 tahun, sehingga anak akan
terlihat lebih kurus/langsing. Kemudian jaringan lemak akan
mengalami peningkatan pada saat anak perempuan mencapai usia 8
tahun sampai menjelang pubertas dan akan terus bertambah serta
akan mengalami reorganisasi hingga dicapai bentuk tubuh seorang
2.2.3.4 Pertumbuhan organ-organ reproduksi
Pertumbuha organ-organ reproduksi, mengukuti pola genitalia
dimana pertumbuhannya lambat pada anak yang kemudian akan
mengalami percepatan pacu tumbuh yang pesat pada masa pubertas.
Pertumbuhan organ reproduksi (rambut pubis dan payudara) akan
mengalami banyak perubahan. Tanner membuat klasifikasi Tingkat
Kematangan Seksual (TKS) remaja dalam 5 stadium, yaitu dari TKS
1 sampai dengan TKS 5. Dimana pembagian ini berdasarkan
pertumbuhan rambut pubis dan payudara.
Tabel 2.2 Klasifikasi Tingkat Kematangan Seksual pada anak
perempuan menurut Tanner JM
Stadium TKS
Rambut Pubis Payudara
1
2
3
4
Pra pubertas
Jarang, pigmen sedikit,
lurus, di sekitar labia
Lebih hitam, mulai ikal,
jumlah bertambah
Keriting, kasar, lebat, lebih
Pra pubertas
Payudara dan papila
menonjol, diameter
areola bertambah
Payudara dan areola
membesar, batas tidak
jelas
5
sedikit dari dewasa
Bentuk segitiga dan
menyebar ke bagian
medial paha
membentuk bukit kedua
Bentuk dewasa, papila
menonjol, areola
merupakan bagian dari
bentuk payudara
Sumber : Soetjiningsih, 2010
Tabel 2.3 Hubungan pertumbuhan dengan TKS pada perempuan
Stadium
TKS
Payudara Rambut pubis Kecepatan
tumbuh
2.2.4 Kecepatan Pertumbuhan
Remaja tumbuh pada kecepatan yang bervariasi, sehingga terjadi variasi
ukuran dan bentuk pada dimana pada waktu anak-anak masih belum tampak.
Seorang remaja yang tumbuh dengan kecepatan lebih pesat nantinya akan
tumbuh lebih tinggi pula dibandingkan dengan remaja yang tumbuh dengan
kecepatan lambat. Kecepatan pertumbuhan remaja ditentukan bila
pertumbuhannya telah selesai. Faktor genentik merupakan faktor yang sangat
berpengaruh terhadap tinggi badan lebih dari 50% (Soetjiningsih, 2010).
Pengaruh kecepatan pertumbuhan adalah sebagai berikut : remaja yang
tumbuh lebih awal dengan kecepatan yang pelan, maka akan menjadi dewasa
yang pendek sedangkan remaja yang tumbuh lebih lambat dengan kecepatan
yang pesat maka akan menjadi seorang dewasa yang tinggi. Untuk
memperkirakan kecepatan pertumbuhan adalah secara tidak langsung yakni
dengan menggunakan umur tulang atau dengan menggunakan kecepatan
tercapainya stadium TKS. Dengan memperkirakan kecepatan pertumbuhan
berdasarkan stadium TKS merupakan cara yang baik untuk penilaian klinis.
Tanner menyatakan bahwa 3 dari 1000 remaja perempuan normal tidak
mengalami menarche sampai dengan umur 15,5 tahun (Soetjiningsih, 2010).
2.3 Menars
2.3.1 Definisi Menars
Menars adalah perdarahan yang terjadi pertama kali dari uterus yang
rata-rata terjadi pada usia 11-13 tahun dan merupakan ciri khas kedewasaan
uterus disertai oleh pelepasan (deskuamasi) endometrium (Jurnal delima
harapan vol 3, 2014 dan Sarwono, 2009). Panjang siklus haid rata-rata pada
wanita usia 12 tahun ialah 25,1 hari dan kira-kira 97% wanita yang berovulasi
siklus haidnya berkisar antara 18-42 hari. Lama siklus haid normal antara lain
3-5 hari dan 7-8 hari, serta jumlah darah yang keluar adalah kurang lebih 16
cc (Sarwono, 2009).
Sedangkan menurut Winkjosastro, 2008 usia seorang remaja putri pada
saat pertama kali mendapat haid atau menars bervariasi yakni antara 10-16
tahun, tapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. Menars terjadi di tengah-tengah
masa pubertas, yaitu peralihan dari anak-anak ke wanita dewasa.
Pubertas dini pada remaja putri ditandai dengan payudara membesar
sejak usia 8 tahun, muncul rambut pubis sebelum usia 9 tahun, menstruasi
sebelum usia 9,5 tahun. Dan seorang remaja putri dikatakan pubertasnya
terlambat apabila payudara tidak membesarnya sampai usia 13 tahun dan
tidak menstruasi sampai usia 15 tahun (Soetjiningsih, 2010)
Terjadinya menars didukung oleh kematangan hormon reproduksi pada
wanita (Goldman, 2000). Menars merupakan hasil proliferasi endometrium
yang mrupakan hasil dari respon sekresi hormon reproduksi di ovarium
(Silva, 2005). Sekresi hormon di ovarium terjadi oleh karena hormon yang
dilepaskan dari hipofisis anterior yakni FSH dan LH. Sedangkan sekresi
hormon hipofisis anterior sendiri dikontrol oleh pelepasan GnRH dari
hipotalamus. Menars sendiri berarti dimulainya menstruai, sedangkan
pubertas adalah dimulainya kehidupan seksual seseorang. Periode pubertas
hipofisis terjadi secara perlahan dan telah dimulai pada tahun ke-8 kehidupan.
Puncak pubertas sendiri adalah ketika menarche yakni pada usia 11-16 tahun.
Selama masa fetus, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium distimulasi
sangat minimal oleh hormon plasenta. Efek dari stimulasi tersebut
bermanifestasi klnis sangat minimal pula selama bayi, sedangkan pada masa
kanak-kanak hipotalamus mesekresikan GnRH tetapi dalam jumlah yang
tidak bermakna dan tidak ada sinyal dari bagian tertentu di otak yang dikirim
ke hipotalamus (Uche-Nwachi, 2007).
Menurut Rebar, 2002 menars terjadi karena proses kompleks di susunan
saraf pusat, khususnya otak yang menjelaskan perubahan pada aksis
hipotalamushipofisis. Perubahan yang pertama adalah penurunan sensitifitas
terhadap efek inhibisi oleh kadar steroid seks yang rendah. Kedua, pada akhir
masa pubertas terjadi maturasi dari respon stimulasi positif dari hormon
gonadotropin terhadap estrogen.
2.3.2 Fisiologi Menstruasi
Hari pertama mulainya perdarahan haid, yang lamanya kurang lebih 2-6
hari. Dimana hari ke 5-14 merupakan fase folikuler atau fase proliferasi yang
dimulai setelah perdarahan berakhir dan berlangsung sampai dengan saat
ovulasi. Fase ini berguna untuk menumbuhkan endometrium agar siap untuk
menenrima ovum yang telah dibuahi (persiapan kehamilan). Pada fase ini
terjadi pematangan folikel di dalam ovarium. Akibat pengaruh dari FSH
folikel akan menghasilkan estradiol dalam jumlah besar. Mulut serviks kecil
Pembentukan estradiol semakin meningkat saat akan terjadi ovulasi (hari ke
13). Kemudian kadar estradiol akan menurun lagi dan mengalami
peningkatan kembali untuk yang ke 2 kalinya pada fase sekresi. Pada
peningkatan kedua, membuktikan bahwa korpus luteum tidak hanya
memproduksi progesteron, tetapi juga estrogen. Peningkatan estradiol ketika
akan terjadi ovulasi mengakibatkan terjadinya pengeluaran LH yang banyak
(umpak balik positif dari estradiol). Lonjakan LH akan memicu ovarium
sehingga terjadi ovulasi pada hari ke 14. Dalam waktu yang sama, suhu basal
tubuh juga mengalami peningkatan. Selama ovulasi, getah serviks encer dan
bening serta mulut serviks sedikit terbuka, sehingga memungkinkan
spermatozoa untuk masuk (Hanafiah, 2007 dan Sarwono, 2009)..
Pada hari ke 14-28 merupakan fase luteal atau sekresi dimana terbentuk
korpus luteum dan terjadi penebalan endometrium. Pengaruh besar
progesteron terhadap endometrium terjadi pada hari ke 22 yakni pada saat
ovulasi berlangsung. Setelah terjadinya ovulasi terjadi peningkatan
progesteron sehingga sekresi FSH terhambat dari hipofisis yang akan
mengakibatkan pertumbuhan folikel selama fase luteal terhambat pula.
Apabila tidak terjadi nidasi, estradiol dan progesteron akan menghambat FSH
dan LH sehingga mengakibatkan korpus luteum tidak berkembang lagi serta
terjadi penyempitan pembuluh darah endometrium dan terjadi iskemi oleh
sebab itu endometrium terlepas kemudian timbul menstruasi (Sarwono,
2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Menars
Menurut Kartono dalam Waryana (2010), menars dini disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain adalah : Berat Badan yang berlebih, Aktivitas
Fisik dan Genetik. Selain itu faktor lain yang dapat menyebabkan menars
lebih dini pada remaja putri adalah rangsangan-rangsangan kuat seperti
film, buku-buku bacaan dan majalah orang dewasa. Dengan kata lain
adalah faktor informasi atau paparan media massa (Kartono dalam
Kartika, 2009). Menurut Karapnou dan Papadimitrou (2010) faktor yang
berpengaruh terhadap menars antara lain adalah : Genetik, Etnis,
Psikologis, Lemak Tubuh, Nutrisi atau Status Gizi dan Aktivitas Fisik.
Selain itu faktor lingkungan seperti kediaman di kota atau luar kota,
pendapatan keluarga, besarnya keluarga, dan tingkat pendidikan orang tua
akan mempengaruhi perkembangan pubertas pada remaja. Selain faktor
diatas faktor sosial ekonomi keluarga juga sangat menentukan seorang
remaja mendapatkan menars (Malina 2004, Parent 2003 dan N.amaliah
2012)
2.4 Antropometri
2.4.1 Definisi Antropometri
Antropometri berasal dari 2 kata yakni anthrophos dan metros, anthropos
yang berarti tubuh dan metros yang berarti ukuran. Sehingga dapat diartikan
antropometri adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan perubahan proporsi serta komposisi tubuh dari berbagai
ketidak seimbangan asupan protein dan energi yang akan terlihat pada pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan
jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2013).
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Dimana pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh
seiring dengan pertambahan umur (Depkes, 2004). Tinggi badan sangat
menentukan proporsi tubuh seorang remaja akhir nantinya, pengukuran
proporsi tubuh (body proportion) sendiri dengan cara (Nicol et al, 2010) :
1. Mengukur tinggi badan duduk untuk menentukan segmen tubuh
bagian atas : TB duduk mengukur dari bagian kepala sampai dengan
tumit (upper body segment)
2. Mengurangi tinggi badan duduk yang diukur dari kepala sampai
dengan tumit dengan tinggi kursi untuk menentukan segmen tubuh
bagian bawah (lower body segment)
3. Rasio upper-lower body dengan cara:
TB Duduk TB Berdiri
2.4.2 Cara Pengukuran Tinggi Badan
1. Pengukuran Tinggi Badan Berdiri (Standing Height) dengan cara
(Supariasa, 2013) :
a. Tempelkan stadiometer dengan paku pada dinding yang lurus datar
setinggi 2 meter, angka 0 (nol) mengarah pada lantai yang datar rata.
b. Lepaskan alas kaki.
c. Subjek berdiri tegak seperti sikap siap sempurna dalam baris
belakang menenmpel pada dinding dan muka menghadap lurus
dengan pandangan ke depan.
d. Turunkan stadiometer sampai rapat pada kepala bagian atas,
siku-siku menempel pada dinding.
e. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan
stadiometer, dimana angka tersebut menunjukkan tinggi anak yang
diukur.
2. Pengukuran Tinggi Badan Duduk (Sitting Height) dengan cara (Fatmah
dkk, 2008) :
a. Subjek duduk tegak menghadap ke depan, bahu dan lengan bagian
atas santai, lengan bagian bawah dan kedua tangan dijulurkan ke
depan secara horizontal dengan telapak tangan saling berhadapan.
Kedua paha sejajar, dan lutut ditekuk 90◦ dengan kaki segaris paha.
b. Ukur jarak vertikal antara permukaan tempat duduk dengan bagian
atas kepala menggunakan antrophometer. Bahu dan bagian atas
ekstremitas rileks. Ukur pada titik maksimum saat respirasi tenang.
c. Pengukuran harus dilakukan setidaknya dua kali
2.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tinggi Badan
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh M.D Artaria (2010)
menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi TB seseorang antara lain :
seberapa lama terjadinya pacu tumbuh dan seberapa tinggi lompatan
pertumbuhan. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial
seorang anak, jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama, kondisi
psikologis dan faktor genetis yang akan mempengaruhi menars yang dialami
oleh remaja putri. Cepat lambatnya usia menars akan menentukan kapan
seorang anak perempuan berhenti mengalami tumbuh kembang dan cepat
lambatnya maturasi seorang remaja putri akan berpengaruh terhadap TB
akhirnya nanti.
2.5 Hubungan Usia Menars dengan Tinggi Badan
Menurut richard e behrman, 2006 menyatakan bahwa pada prapubertas
sejumlah besar steroid akan menenkan sekresi gonadotropin sepenuhnya
tetapi selama perkembangan pubertas, sensitivitas lengkung umpan balik ini
menurun. Dengan demikian peningkatan produksi steroid seks yang
menyebabkan terjadinya perubahan fisik pubertas terjadi sebelum
gonadotropin disupresi oleh steroid seks. Sehingga estrogen sangat berperan
untuk menekan hormon pertumbuhan (GH) yang berlebih dan efek dari itu
akan menyebabkan kemajuan pubertas cepat serta fusi lebih awal pada anak
dengan perawakan tinggi.
Frisch dan revel dalam Karapanou and Papadimitriou menyatakan bahwa
seorang anak perempuan yang tinggi, mencapai kematangan seksual lebih
dahulu dibandingkan dengan anak perempuan yang lebih pendek, karena anak
perempuan yang lebih tinggi mempunyai status gizi yang lebih baik sehingga
memacu pertumbuhan hormon dan memacu datangnya menars lebih awal.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh N.amaliah yang sejalan
menarche responden dengan status tinggi badan normal lebih cepat
dibandingkan dengan status tinggi badan pendek dimana terdapat perbedaan
BAB III
KERANGKA KOSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Usia Menars dengan Tinggi Badan Remaja Putri di SMPN 2 Prambon Nganjuk.
Keterangan :
Pada gambar 3.1 menunjukkan bahwa pubertas dan kejadian percepatan
pertumbuhan merupakan manifestasi dari berbagai pengaruh endokrin dan : Di teliti
: Tidak diteliti Pola Istirahat
Status Gizi
Maturitas (Usia Menars)
GH Gonadotropin
Pertumbuhan
TB
Rasio Upper : Lower
non endokrin. Perubahan-perubahan regulasi neuroendokrin berupa
perubahan pada gonadotropin, growht hormon dan seks steroid
(Soetjiningsih, 2010). Regulasi hormonal dalam tubuh sebagian besar
dipengaruhi oleh Hipotalamus-hipofisis seperti growht hormon (GH) yang
dikeluarkan oleh hipofisis anterior oleh karena pengaruh dari Growht
Hormon Releasing Hormon (GH-RH) yang dikeluarkan hipotalamus, dimana
sekresi hormon GH-RH dipengaruhi oleh pola istirahat terutama pada malam
hari dan status gizi pada masa anak-anak (Soetjiningsih, 2010). GH sendiri
berperan dalam proses pertumbuhan linier Tinggi Badan. Sedangkan periode
pubertas dapat terjadi oleh karena kenaikan sekresi hormon gonadotropin oleh
hipofisis yang terjadi secara perlahan dan telah dimulai pada tahun ke-8
kehidupan. Pada saat pubertas peningkatan kadar FSH akan memacu
berkembangnya sel granulosa pada ovarium dan dilanjutkan dengan sekresi
LH yang meningkat serta merangsang pengeluaran esrogen oleh sel
granulose. Dimana puncak pubertas sendiri adalah ketika menarche yakni
pada usia 11-16 tahun. Menars sendiri berarti dimulainya menstruasi,
sedangkan pubertas adalah dimulainya kehidupan seksual seseorang (Silva,
2005). Peningkatan kadar gonadotropin yaitu FSH dan LH akan
mematangkan sel leidig dan mengeluarkan hormon estrogen pada perempuan
sebelum menstruasi. Menars terjadi karena proses kompleks di susunan saraf
pusat, khususnya otak yang menjelaskan perubahan pada aksis
hipotalamushipofisis. Perubahan yang pertama adalah penurunan sensitifitas
masa pubertas terjadi maturasi dari respon stimulasi positif dari hormon
gonadotropin terhadap estrogen
Pada ciri pubertas remaja putri ditandai oleh menars yang disebabkan dari
meningkatnya aktifitas sekresi Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH)
yang akan berpengaruh terhadap maturitas seorang remaja putri dimana akan
mempengaruhi perubahan fisik atau proporsi tubuh seorang remaja akhir
nantinya, salah satunya adalah Tinggi Badan (TB) (soetjiningsih, 2010).
Dimana penilaian proporsi tubuh dilakukan dengan membandingkan upper
body segment atau segmen atas tubuh dengan lower body segment atau
segmen bawah tubuh.
3.2 Hipotesis penelitian
Ada hubungan antara usia menars dengan tinggi badan remaja putri di
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara analitik observasional dengan menelaah
hubungan antara usia menars dengan tinggi badan melalui pendekatan cross
sectional. Pendekatan cross sectional adalah penelitian dimana
variabel-variabel yang termasuk efek dan faktor resiko diobservasi sekaligus dalam
waktu yang sama. Dan pendekatan ini dipilih mengingat waktu yang
dibutuhkan dalam penelitian relatif lebih singkat dibandingkan menggunakan
metode kohort.
4.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional yaitu peneliti melakukan pengukuran atau
pengamatan secara langsung pada saat bersamaan (sekali waktu) antara
variabel bebas (Usia Menars) dengan variabel terikat (Tinggi badan)
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa putri kelas 2 SMPN 2
Prambon Nganjuk dengan jumlah 134 siswa putri.
4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat diambil sebagai subjek
penelitian melalui sampling (Nursalam, 2013). Sampel dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa remaja putri SMPN 2 Prambon Nganjuk yang
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi (Nursalam, 2013) dan berjumlah
121 siswi.
1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,
2013). Pada penelitian ini kriteria inklusinya adalah
a. Siswi putri
b. Kelas 2
c. Bersedia menjadi sampel dalam penelitian
2) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah ciri – ciri anggota populasi yang tidak dapat
dijadikan sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini
kriteria eksklusinya adalah:
c. Masih belum menars
4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat
mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2013). Teknik sampling
merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar
memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan
subyek penelitian.
Cara pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
teknik total sampling. Teknk total sampling dilakukan dengan
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel (Sugiyono, 2012). Jumlah sampel sebanyak 121 siswi kelas 2
SMPN 2 Prambon Nganjuk dari total siswi sebanyak 134 siswi.
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini adalah di SMPN 2 Prambon Nganjuk dengan objek
siswi remaja putri kelas 2 yang akan dilakukan pada bulan April 2016.
4.5 Variabel Penelitian, Definisi Operasional
4.5.1 Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini yaitu Usia Menars remaja
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu Tinggi badan (TB).
4.5.2 Definisi Operasional
Tabel 4.1 Definisi operasional Hubungan usia menars dengan tinggi badan remaja putri di SMPN 2 Prambon Nganjuk
N
o Variabel OperasionalDefinisi Cara Ukur Hasil Ukur PengukuranSkala
4.6 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2013). Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan
meliputi :
1. Peneliti mengajukan permohonan ijin penelitian kepada kepala sekolah SMPN
2 Prambon Nganjuk.
2. Setelah menentukan calon responden, peneliti menjelaskan tujuan, manfaat,
peran serta responden, jaminan kerahasiaan responden, hak responden, dan
pengisian lembar pengumpul data oleh responden.
3. Penilaian antropometri dilakukan dengan pengukuran secara langsung Tinggi
Badan berdiri dan Tinggi Badan duduk serta menghitung rasio upper dan lower
body.
4. Pengambilan sampel dilakukan oleh 1 orang yakni peneliti sendiri yang
melakukan pengukuran TB dan hasilnya akan di catat oleh rekan 1 orang rekan
kerja
4.7 Pengolahan dan Analisis Data
4.7.1 Pengolahan Data
Hidayat (2007) menjelaskan setelah data terkumpul, maka dilanjutkan
dengan langkah-langkah berikut :
1) Editing, merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran yang
2) Coding, setelah data di edit maka akan dilakukan coding, yaitu
mengubah data yang ada dalam bentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan dan dimasukkan dalam kategori yang sama.
3) Entry, kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam
master tabel atau data base komputer kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontingensi.
4) Cleaning, mengecek kembali data untuk melihat
kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya,
kemudian dilakukan pembetulan dan koreksi.
5) Melakukan tehnik analisis, dalam melakukan analisis pada penelitian
akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan
yang hendak dianalisis.
4.7.2 Analisis Data
Data yang telah terkumpul, diteliti dan di analisis secara komputerisasi
dengan program SPSS. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan dideskripsikan dalam bentuk narasi. Uji Pearson Product
Moment pada analisis bivariat digunakan untuk menggambarkan pengaruh
variabel.
1) Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan secara deskriptif untuk melihat karakter
masing-masing variabel yang diteliti, dimana hasil analisis ini adalah
2) Analisis Bivariat
Analisis dilakukan terhadap dua variabel yang diduga memiliki
hubungan yaitu usia menarche dan tinggi badan (variabel bebas) dengan
usia menarche (variabel terikat). Analisis bivariat dilakukan dengan uji
Pearson Product Moment. Untuk mengiterpretasikan besar pengaruh
dinyatakan dengan interpretasi koefisien korelasi nilai r sebagai berikut
(Riyanto, 2011) :
r = 0 ; berarti bahwa tidak ada hubungan linier
r = -1 ; berarti bahwa hubungan linier negatif sempurna
r = +1 ; berarti bahwa hubungan linier positif sempurna
Sedangkan untuk menyatakan kekuatan dua variabel secara kualitatif
dapat dibagi sebagai berikut :
Tabel 4.2 Kekuatan Hubungan dua variabel
Korelasi (r) Tingkat Hubungan
0,00-0,025
0,26-0,50
0,51-0,75
0,76-1
Tidak ada hubungan/hubungan lemah
Hubungan sedang
Hubungan kuat
Hubungan sangat kuat/sempurna
Untuk melakukan uji hipotesa pada pearson product moment bisa
dilakukan dengan cara :
1. Membandingkan nilai r hitung dengan r tabel
2. Meggunakan pengujian dengan pendekatan distribusi t
thitung = r√𝑛−2 √1−𝑟2
df = n-2
n = jumlah sampel
4.8 Kerangka Operasional
Kerangka operasional merupakan langkah-langkah yang akan
dilakukan dalam penelitian yang berbentuk kerangka atau alur penelitian.
Penulisan kerangka kerja disajikan dalam bentuk alur penelitian mulai dari
desain hingga analisis data (Hidayat, 2007).
Gambar 4.2 Kerangka kerja penelitian Hubungan Usia Menars dengan Tinggi Badan Remaja Putri di SMPN 2 Prambon Nganjuk
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putri kelas 2 SMPN 2 Prambon Nganjuk dengan jumlah 134 siswi.
Sampel
Seluruh siswi kelas 2 SMPN 2 Prambon Nganjuk yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 121 sisiwi
Pengambilan data dengan menggunakan data primer (TB dan usia menars) dengan lembar pengumpul data dan pemeriksaan langsung
TB duduk serta TB berdiri dan rasio upper-lower body
Pengolahan data dengan langkah-langkah editing, coding, tabulasi dan cleaning
Analisis data dengan menggunakan uji Pearson Product Moment
Penyajian data hasil penelitian
4.9 Ethical Clearence
Aspek penting dalam etika penelitian yang berkaitan dengan responden
yang akan diteliti meliputi :
4.9.1 Informed Consent ( Lembar Persetujuan)
Salah satu aspek penting dalam etika penelitian, yaitu suatu keharusan adanya
persetujuan dan penjelasan dari kemanusiaan yang digunakan. Lembar
pengesahan ini diberikan pada subjek penelitian. Dimana tujuannya adalah
agar subjek mengetahui maksud dan tujuan penelitian. Sebelum menjadi
responden, subjek yang bersedia diteliti harus menandatangani persetujuan
tersebut.
4.9.2 Anonimity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak mencantumkan
nama responden pada lembar pengumpulan data. Sebagai tanda keikutsertaan
responden, peneliti menuliskan nomor untuk masing-masing responden.
4.9.3 Confidentiality (Kerahasiaan)
Informasi yang telah diberikan oleh responden dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
BAB V
HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPN 2 Prambon Nganjuk. SMPN 2 Prambon
Nganjuk merupakan salah satu dari 2 SMP Negeri yang ada di Kecamatan
Prambon Kabupaten Nganjuk yang berlokasi di Ds.Bandung, Baleturi,
Prambon Kabupaten Nganjuk. Penelitian dilakukan pada tanggal 08 April 2016
dengan jumlah responden sebanyak 121 siswi putri kelas 2 SMPN 2 Prambon.
Kecamatan Prambon merupakan daerah dataran rendah dimana sebagian besar
mata pencaharian penduduknya adalah bertani dan sebagai buruh tani di sawah.
5.1.2 Data Umum
1. Karakteristik Remaja Putri Berdasarkan Umur dan Siklus Menstruasi
Sebagian besar responden siswi kelas 2 di SMPN 2 Prambon yaitu
sebanyak 85 sisiwi (69%) berusia 14 tahun dan hampir seluruhnya mempunyai
Gambar 5.1 Distribusi frekuensi umur siswi kelas 2 SMPN 2 Prambon Nganjuk
Gambar 5.2 Distribusi frekuensi siklus menstruasi siswi kelas 2 SMPN 2 Prambon Nganjuk
2. Karakteristik Remaja Putri Berdasarkan Lama Menstruasi dan Keluhan Menars
Hampir Seluruhnya responden sisiwi di SMPN 2 Prambon lama
menstruasinya yaitu 7 hari sebanyak 86 siswi (71%) dan sebagian besar
mempunyai keluhan menars keluar darah berwarna merah sebanyak 97 siswi
(32%), mudah emosi dan marah sebanyak 86 siswi (28%), nyeri perut bawah
sebanyak 80 siswi (27%), dan sebagian kecil nafsu makannya meningkat
sebanyak 38 siswi (13%) (Gambar 5.3) (Gambar 5.4)
16%
69% 13%
2%
Umur
13 tahun
14 tahun
15 tahun
16 tahun
89% 11%
Siklus Mens
lancar
Gambar 5.3 Distribusi frekuensi lama menstruasi siswi kelas 2 SMPN 2 Prambon Nganjuk
Gambar 5.4 Distribusi frekuensi keluhan menars siswi kelas 2 SMPN 2 Prambon Nganjuk
5.1.3 Data Khusus
1. Identifikasi Usia Menars
Didapatkan sebagian besar responden siswi kelas 2 di SMPN 2 Prambon
memiliki rata-rata usia menars pada umur >12 tahun yaitu sebanyak 65
(53,7%) siswi dengan rata-rata usia menars 13-14 tahun.
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi usia menars siswi kelas 2 SMPN 2 Prambon Nganjuk
2. Hasil Pengukuran Tinggi Badan (TB), Rasio Upper-Lower Body Berdasarkan
Usia Menars
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada sejumlah responden
didapatkan hasil Tinggi Badan siswi kelas 2 di SMPN 2 Prambon pada
rata-rata usia menars 13-14 th sebagian besar adalah dibawah kurva normal tinggi
badan yaitu sebanyak 77 siswa (64%). Sedangkan untuk hasil pemeriksaan
Rasio Upper-Lower Body didapatkan hasil bahwa hampir seluruh responden
sisiwi kelas 2 mempunyai rasio upper-lower body lebih dari 1,01 yaitu
sebanyak 110 siswa (91%).
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi TB dan Rasio Upper-Lower berdasarkan usia menars siswi kelas 2 SMPN 2 Prambon Nganjuk
No Karakteristik Jumlah
(Prosante) 1. TB/Usia Menars
Dibawah Kurva Normal
Diatas Kurva Normal 77 (64%) 44 (36%)
2. Rasio up-low/Usia Menars ≤ 1,01
>1,01 110 (91%) 11 (9%)
No Usia Jumlah (Prosentase)
1. ≤ 12 tahun 56 (46,3%)
5.2 Analisis Hasil Penelitian
5.2.1 Hubungan Usia Menars Dengan Tinggi Badan (TB)
Gambar 5.5 Distribusi TB berdasarkan usia menars Siswi Kelas 2 di SMPN 2 Prambon Nganjuk
Berdasarkan gambar 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar siswi kelas 2 di
SMPN 2 Prambon mendapatkan menars pada usia lebih dari 12 tahun yaitu 13-14
tahun, siswi yang memperoleh usia menars > 12 tahun memiliki rata-rata TB
dibawah kurva normal sebanyak 51 siswi (42%). Hasil uji statistik korelasi
spearmen rank, diperoleh nilai p value yaitu 0,0001. Jika p value < nilai α maka
Ho ditolak, diketahui bahwa p value > nilai α 0,01. Hal ini menunjukkan ada
hubungan antara usia menars dengan tinggi badan siswi. Pada tabel 5.3 diperoleh
nilai r = -0,332. Tanda negatif menunjukkan ada hubungan negatif, yang artinya
semakin lambat usia menars seorang remaja putri maka semakin pendek TB nya.
Keterlambatan usia menars berpengaruh terhadap TB remaja putri pada kelompok
usia SMP. Adapun hasil uji korelasi spearmen dapat dilihat pada tabel 5.3.
(25%)
(21%) (42%)
(12%)
TB/Usia Menars
TB tinggi/Usia ≤ 12 tahun TB pendek/Usia ≤ 12 tahun
TB tinggi/Usia > 12 tahun
TB pendek/Usia > 12 tahun
51 siswi
30 siswi 26 siswi
Tabel 5.3 Hubungan Usia Menars dengan Tinggi Badan Siswi Kelas 2 di SMPN 2 Prambon Nganjuk
Uji Statistik Umur Menars Tinggi Badan
Spearmen’s
**korelasi signifikan pada α 0.01
5.2.2 Hubungan Usia Menars Dengan Rasio Upper-Lower Body
Gambar 5.6 Distribusi Rasio berdasarkan usia menars Siswi Kelas 2 di SMPN 2 Prambon Nganjuk
Berdasarkan gambar 5.6 menunjukkan bahwa sebagian besar siswi kelas 2 di
SMPN 2 Prambon yang mendapatkan menars pada usia lebih dari 12 tahun yaitu
13-14 tahun, siswi yang memperoleh usia menars < 12 tahun memiliki rata-rata
rasio upper-lower body yang nomal (> 1,01) sebanyak 58 siswi (48%). Hasil uji
statistik korelasi spearmen rank, diperoleh nilai p value yaitu 0,493. Jika p value <
nilai α maka Ho ditolak, diketahui bahwa p value < nilai α 0,01. Hal ini
Rasio > 1,01 usia > 12 tahun
58 siswi 52 siswi
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia menars dengan rasio
upper-lower body siswi. Pada tabel 5.4 diperoleh nilai r = -0,063. Tanda negatif
menunjukkan hubungan negatif yang artinya semakin lambat usia menars seorang
remaja putri maka semakin pendek rasio upper-lower body nya. Keterlambatan
usia menars tidak berpengaruh terhadap rasio upper-lower body pada kelompok
usia SMP. Adapun hasil uji korelasi spearmen dapat dilihat pada tabel 5.4.
Tabel 5.4 Hubungan Usia Menars dengan Rasio Upper-Lower Body Siswi Kelas 2 di SMPN 2 Prambon Nganjuk
Uji Statistik Umur Menars Rasio Up-Low
Spearmen’s rho
Koefisien korelasi Sig. (2-tailed)
N
1,000
121
-0,063 0,493
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Identifikasi Usia Menars dan Tinggi Badan
Tinggi Badan dalam penelitian ini didasarkan pada hasil pengukuran
secara langsung menggunakan stadiometer. Pemeriksaan meliputi pengukuraan
TB berdiri dan TB duduk untuk mengetahui rasio upper-lower body. Analisis data
Tinggi Badan dilakukan dengan menggunakan indeks tinggi badan menurut usia
(TB/U). Perhitungan tinggi badan dengan usia menars dilakukan dengan
menggunakan program software komputer.
Pada penelitian yang dilakukan terhadap 121 responden siswi kelas 2 SMP
didapatkan hasil sebagian besar sampel berusia 14 tahun sebanyak 69%, dan
hampir seluruhnya mempunyai siklus haid yang lancar sebanyak 89%.
Berdasarkan data hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori Waryana dan
Soetjiningsih (2010) bahwa usia 14-16 tahun tergolong kedalam tahapan middle
adolesence (remaja pertengahan). Seorang remaja putri akan mengalami
menstruasi serta terjadi TKS 3 dan 4. Hampir seluruh responden siswi SMP
mempunyai lama menstruasi 7 hari sebanyak 71% serta sebagian besar
mempunyai keluhan keluar darah merah saat menars sebanyak 32%, mudah emosi
dan marah sebanyak 28%, sebanyak 27% mengalami nyeri perut bawah. Menars
adalah perdarahan yang pertama kali dari uterus yang rata-rata terjadi pada usia
pelepasan (deskuamasi) endometrium (Jurnal delima harpan vol 3, 2014 dan
sarwono, 2009). Panjang siklus haid rata-rata pada wanita usia 12 tahun adalah
25,1 hari dan ± 97% wanita yang berovulasi, memiliki siklus haid berkisar antara
18-42 hari. Lama siklus haid yang normal antara lain 3-5 hari dan 7-8 hari
(Sarwono, 2009). Hasil data tentang keluhan menars diatas juga sesuai dengan
penelitian Sumini Jurnal delima harapan, 2014 yang mengatakan bahwa seorang
wanita remaja secara psikologi yang pertama kali akan mengeluh rasa nyeri, perut
tersa pegal dan kurang nyaman. Hal ini disebabkan oleh gizi yang kurang atau
terbatas sehingga menyebabkan gangguan pada saat haid, namun akan berangsur
baik apabila asupan makanan bernutrisi baik (proverawati, 2009).
Hasil identifikasi usia menars pada penelitian ini didapatkan sebagian besar
siswi SMP kelas 2 memiliki rerata usia menars pada umur >12 tahun (13-14
tahun) sebanyak 53,7% siswi. Menurut Winkjosastro, 2008 usia seorang remaja
putri pada saat pertama kali mendapat haid atau menars bervariasi yakni antara
10-16 tahun, tapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. Pubertas dini pada remaja putri
ditandai dengan payudara membesar sejak usia 8 tahun, muncul rambut pubis
sebelum usia 9 tahun, menstruasi sebelum usia 9,5 tahun. Seorang remaja putri
dikatakan pubertasnya terlambat apabila payudara tidak membesarnya sampai usia
13 tahun dan tidak menstruasi sampai usia 15 tahun (Soetjiningsih, 2010).
Identifikasi pemeriksaan TB didapatkan bahwa sebagian besar TB pada rerata
usia menars siswi 13-14 tahun adalah dibawah kurva normal tinggi badan
sebanyak 64% yang berarti bahwa rata-rata TB siswi kelas 2 di SMPN 2 Prambon
Nganjuk dengan usia menars 13-14 tahun status TBnya pendek. Hal ini berkaitan