• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Beban Kerja Perawat Pelaksana dengan Perilaku Caring Perawat di ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Beban Kerja Perawat Pelaksana dengan Perilaku Caring Perawat di ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT PELAKSANA DENGAN

PERILAKU CARING PERAWAT DI ICU RUMAH SAKIT UMUM

PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Oleh

DONI SIMATUPANG

117046035/ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT PELAKSANA DENGAN

PERILAKU CARING PERAWAT DI ICU RUMAH SAKIT UMUM

PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep) dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi Administrasi Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Oleh

DONI SIMATUPANG

117046035/ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : Hubungan Beban Kerja Perawat Pelaksana dengan Perilaku Caring Perawat di ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Nama Mahasiswa : Doni Simatupang

Nomor Induk Mahasiswa : 117046035

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Minat Studi : Administrasi Keperawatan

(4)

Telah Diuji

Pada Tanggal : 27Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Heru Santosa, MS., Ph.D

Anggota : 1. Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep 2. Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D

(5)

PERNYATAAN

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT PELAKSANA DENGAN PERILAKU CARING PERAWAT DI ICU RUMAH SAKIT

UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

Tesis

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademis di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

(6)

Judul Tesis : Hubungan Beban Kerja Perawat Pelaksana dengan Perilaku Caring Perawat di ICU Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Doni Simatupang

Nomor Induk Mahasiswa : 117046035

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi : Administrasi Keperawatan

ABSTRAK

Perilaku Caring Perawat Pelaksana selain dipengaruhi faktor individu juga

dapat dipengaruhi oleh lingkungan kerja yaitu beban kerja, sebab beban kerja

yang tinggi dapat menyebabkan kelelahan, keletihan dan berakibat menurunnya

perilaku caring. Penelitian ini berjenis deskriptif analitik dengan pendekatan

cross sectional dan bertujuan mengetahui hubungan beban kerja perawat

pelaksana dengan perilaku caring perawat di ICU Rumah Sakit Umum Pusat H.

Adam Malik Medan. Teknik pengambilan sampling adalah total sampling dan

jumlah sampel 43 perawat pelaksana di ICU. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian adalah instrumen caring behaviorinventory/CBI-42 (Wolf,2006), dan

lembar observasi beban kerja perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

beban kerja perawat ≤360 menit 88.9% . Perilaku caring perawat di ICU 92,1%

caring behavior. Hasil analisis dengan Chi Square terdapat hubungan yang

signifikan antara beban kerja perawat dengan perilaku caring perawat (p-value =

(7)

Pusat H. Adam Malik Medan mempertahankan perilaku caring perawat untuk

mencapai pelayanan prima.

(8)

Title of the Thesis : The Correlation Between Nurse Practitioners Work Load And Their Caring

Behavior In The ICU of General Hospital

Centre Haji Adam Malik Medan

Name of Student : Doni Simatupang

Student ID Number : 117046035

Study Program : Master of Nursing

Field of Specialization : Nursing Administration

ABSTRACT

Caring behavior of nurse practitioners is not only influenced by individual

factor but also by work environment because high work load and fatigue which

cause the decrease in caring behavior.The research was descriptive analytic with

cross sectional design which involved 43 nurse practitioners in the ICU (Intensive

Care Unit). The instrument used in the research was CBI (caring behavior

inventory) of Wolf, 2006 and the observation sheets of nurses’ work load in order

to know the correlation between the work load of nurse practitioners and nurses’

caring behavior in the ICU of General Hospital Center H. Adam Malik, Medan.

The result of the research showed that nurses’ work load was ≤ 360 minutes

(88.9%), and their caring behavior in the ICU was 92.1% and in the good

category. The result of chi square analysis showed that there was significant

correlation between nurses’ work load and their caring behavior (p value = 0.000).

(9)

Malik, Medan, should maintain nurses’ caring behavior in order to achieve prime

service.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

hanya atas segala berkat dan kasihNya sehingga penyusunan tesis dengan judul

“Hubungan Beban Kerja Perawat Pelaksana dengan Perilaku Caring Perawat di

ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan” dapat diselesaikan

tepat pada waktunya. Tesis ini disusun dalam rangka dalam rangka memenuhi

salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar Magister Administrasi Keperawatan

program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara Medan

Peneliti menyadari dalam menyusun tesis ini, peneliti telah dibimbing

dengan baik oleh para dosen pembimbing dan mendapat banyak dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu sebagai bentuk rasa syukur, penulis mengucapkan

terima kasih kepada : dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk mengikuti Program Magister Keperawatan, Setiawan, S.Kp,

MNS, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Magister Keperawatan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Drs. Heru Santosa, MS, Ph. D, selaku

pembimbing I dan Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku pembimbing

II, yang dengan sabar memberikan bimbingan ilmiah melalui berbagai

pengarahan, sharing, dan usul/saran, yang juga dengan sabar memberikan

berbagai bimbingan ilmiah melalui pengarahan, sharing, dan usul/saran. Keluarga,

terutama suami dan anak-anakku tercinta yang selalu mendukung dalam doa dan

perhatian. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Program Magister Keperawatan

(11)

terlesaikannya penelitian ini. Seluruh mahasiswa Akper Depkes Medan yang telah

ikut membantu sehingga penelitian dapat dilaksanakan. Semua pihak yang tidak

dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah banyak memberi bantuan dalam

penyusunan tesis ini.

Tesis ini masih jauh dari sempurna, peneliti terbuka terhadap kritik dan

saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tesis ini.

Medan, Juli 2013

(12)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Doni Simatupang, S.Kep., Ns.

Tempat/Tanggal Lahir : Pekan Baru, 5 Juli 1964

Alamat : Jl. Amal Gg. Horas No. 98 Medan

No. Telp./Hp : 081 264 97 5830

Riwayat Pendidikan :

Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus

SD SDN 6 Duri-Pk. Baru 1976

SLTP SMP Budi Luhur Rumbai-Pk. Baru 1980

SMU SMAN 3 Rumbai-Pk. Baru 1984

Diploma III Akper Depkes RI Jakarta 1987

Ners PSIK Universitas Sumatera Utara 2002

Magister Fakultas Keperawatan 2013

Universitas Sumatera Utara

Riwayat Pekerjaan:

Perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Pusat Pirngadi Medan mulai

Oktober 1988 s.d Juli 1992

Staf Dosen di Poltekkes Kepmenkes Jurusan Keperawatan Medan mulai

1992 sampai sekarang

Kegiatan akademik selama studi:

Workshop Analisis data dengan Kontents Analysis & WEFT-QDA diMedan

tanggal 31 Januari 2012 sebagai Peserta

Seminar Penelitian Kualitatif sebagai Landasan Pengembangan

Pengetahuan Disiplin Ilmu Kesehatan di Medan tanggal 31 Januari

2012 sebagai Pembicara

In The 3 rd International Nursing Conference “Bringing Current Research

Into Nursing Practice for Improving Quality of Care” di Bandung

(13)

Optimalisasi Kolaborasi Perawat –Dokter dalam Upaya Peningkatan Mutu

Pelayanan Kesehatan di Medan tanggal 20 Juli 2012 sebagai Peserta

Oversea study visit “Nursing Administration in Hospital and Healthcare

System in Thailand” di Thailand tanggal 18 – 20 Februari 2013

sebagai peserta

Publikasi :

Simatupang, D., Santosa, H, Wahyuni, E.K. (2013). Hubungan beban kerja

perawat pelaksana dengan perilaku caring perawat di ICU Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Jurnal Riset Keperawatan

Indonesia,1 (2).

Proceeding :

Simatupang, D., Santosa, H, Wahyuni, E.K. (2013,1-2 April). Nursing Work Load

in ICU : Systemic riview. Oral Presentation at 2013 Medan International

Nursing on The Application of Caring Science on Nursing Advanced and

(14)

DAFTAR ISI

2.3 Paradigma Keperawatan Menurut Watson... 13

(15)

3.7 Variabel dan Definisi Operasional ... 53

3.8 Metode Pengukuran ... 53

3.8.1 Variabel Independen ... 53

3.8.2 Variabel Dependen ... 53

3.9 Metode Analisis Data ... 54

3.10 Pertimbangan Etik ... 54

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 56

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 56

4.2 Beban Kerja ... 57

4.3 Perilaku Caring ... 60

BAB 5 PEMBAHASAN ... 61

5.1 Beban Kerja Perawat Pelaksana di RSUP H. Adam Malik Medan ... 61

5.2 Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Ruang ICU RSUP H. Adam Malik Medan ... 64

5.3 Hubungan Beban Kerja Perawat Pelaksana dengan Perilaku Caring Perawat Di ICU RSUP.H. Adam Malik Medan ... 67

5.4 Keterbatasan Penelitian ... 69

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

6.1 Kesimpulan ... 70

6.2 Saran ... 70

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Lima Kategori Karatif yang Berhubungan dengan Intervensi Karatif dari Teori Watson (Watson Theory) ... 23

Tabel 2.2. Kebutuhan Waktu untuk Pendidikan Kesehatan, Pengobatan dan Tindakan untuk Setiap Shift ... 30

Tabel 2.3. Format Observasi Kegiatan Keperawatan (Formulir Work Sampling) ... 36

Tabel 2.4. Format Observasi Kegiatan Keperawatan ... 38

Tabel 3.1. Variabel dan Definisi Oprasional ... 53

Tabel 4.1. Karakteristik Perawat Pelaksana di ICU RSUP.H. Adam Malik Medan Juni 2013 (n = 43) ... 58

Tabel 4.2. Beban Kerja Perawat Pelaksana di ICU RSUP.H. Adam Malik Medan Juni 2013 (n = 43) ... 58

Tabel 4.3. Beban Kerja Perawat Pelaksana Per di ICU RSUP.H. Adam Malik Medan Juni 2013 (n = 43) ... 58

Tabel 4.4. Perilaku Caring Perawat Pelaksana di ICU RSUP.H. Adam Malik Medan Juni 2013 (n = 43) ... 59

Tabel 4.5. Perilaku Caring Perawat Pelaksana Per ICU di RSUP.H. Adam Malik Medan Juni 2013 (n = 43) ... 59

(17)

DAFTAR GAMBAR

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 77

a. Informed Consent ... 78

b. Kuesioner Perilaku Caring Perawat ... 79

c. Lembar Observasi Beban Kerja Perawat ... 80

Lampiran 2 Biodata Expert ... 85

a. Kuesioner Perilaku Caring Perawat ... 86

Lampiran 3 Ijin Penelitian ... 88

a. Surat Pengambilan Data dari Dekan Fakultas Keperawatan.. 88

b. Surat Persetujuan Etik Penelitian ... 89

c. Surat Ijin Pengambilan Data dari Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan ... 90

d. Surat Telah Selesai Melakukan Penelitian dari Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan ... 91

(19)

Title of the Thesis : The Correlation Between Nurse Practitioners Work Load And Their Caring

Behavior In The ICU of General Hospital

Centre Haji Adam Malik Medan

Name of Student : Doni Simatupang

Student ID Number : 117046035

Study Program : Master of Nursing

Field of Specialization : Nursing Administration

ABSTRACT

Caring behavior of nurse practitioners is not only influenced by individual

factor but also by work environment because high work load and fatigue which

cause the decrease in caring behavior.The research was descriptive analytic with

cross sectional design which involved 43 nurse practitioners in the ICU (Intensive

Care Unit). The instrument used in the research was CBI (caring behavior

inventory) of Wolf, 2006 and the observation sheets of nurses’ work load in order

to know the correlation between the work load of nurse practitioners and nurses’

caring behavior in the ICU of General Hospital Center H. Adam Malik, Medan.

The result of the research showed that nurses’ work load was ≤ 360 minutes

(88.9%), and their caring behavior in the ICU was 92.1% and in the good

category. The result of chi square analysis showed that there was significant

correlation between nurses’ work load and their caring behavior (p value = 0.000).

(20)

Malik, Medan, should maintain nurses’ caring behavior in order to achieve prime

service.

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau hasil yang harus dicapai

dalam suatu satuan waktu (Kep. Menpan No.75/2004). Sementara menurut

Marquis dan Houston (2010) beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau

aktifitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit

pelayanan keperawatan.

Beban kerja perawat menjadi isu yang selalu menarik untuk

diperbincangkan baik pada pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun swasta,

karena masalah beban kerja memiliki karakterstik yang berbeda antara unit

pelayanan dan antar rumah sakit. Masalah beban kerja perawat memiliki dampak

yang luas sehingga harus menjadi perhatian bagi institusi pelayanan kesehatan

terlebih bagi profesi perawat, seperti penelitian (Carayon dan Gurses, 2007)

menyatakan bahwa beban kerja perawat yang tinggi dapat menyebabkan kurang

atau buruknya komunikasi antara pasien dan perawat, berdampak pada buruknya

kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan serta berpengaruh terhadap

kondisi pasien. Soschalski (2004) menyatakan bahwa perawat dengan beban kerja

yang tinggi lebih sering melakukan kesalahan yang menyebabkan kejadian pasien

jatuh pada saat perawat bertugas. Kone (2007) menyatakan bahwa rumah sakit

dengan tenaga perawat yang kurang menghadapi resiko terhadap hal-hal yang

merugikan bagi pasien, seperti angka kejadian infeksi, shock. Tetapi jumlah

(22)

kepuasan kerja, sedangkan menurut Tarnow, Hauc, Warden, Shearer (2000)

kelebihan beban kerja menyebabkan terjadinya kesalahan dalam tindakan

keperawatan dan pengobatan oleh karena faktor human error/iatrogenic,

komplikasi, lambat dalam memberikan kebutuhan klien, menghentikan ventilasi

mekanik belum pada waktunya, menjadi faktor yang berkonstribusi terhadap

akibat yang merugikan.

Menurut Azwar (1996) mutu pelayanan kesehatan bagi pasien lebih terkait

pada dimensi ketanggapan petugas untuk memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran

komunikasi antar petugas dan pasien, keprihatinan dan keramah tamahan petugas

dalam melayani untuk kesembuhan penyakit pasien. Kepuasan pasien terhadap

pelayanan keperawatan didasarkan pada perilaku caring perawat, seperti: ramah,

respon cepat terhadap kebutuhan pasien, mau mendengar kebutuhan pasien dan

mendahulukan kepentingan pasien. Perilaku caring memiliki beberapa pengertian.

Beberapa ahli keperawatan mengartikan caring sebagai ciri atau karakter dari

manusia, caring sebagai ideal moral perawat. Pengertian caring sebagai hubungan

interaksi manusia di jelaskan oleh Watson (2002, dalam Tomey 2006).

Caring memiliki fungsi esensial pada keperawatan di ICU dan merupakan

aktifitas penting perawat dalam bentuk pemberian dukungan teknis yang

terintegrasi dalam asuhan keperawatan. Bentuk-bentuk wujud caring perawat

dilakukan dengan menumbuhkan sikap sensitif, tenang, sabar, jujur, tulus,

menghormati, tidak mengharapkan imbalan terhadap apa yang dilakukan,

mendorong klien untuk dapat mengekspresikan perasaannya dan dapat menerima

keberadaannya, melibatkan pasien dalam setiap tindakan yang akan dilakukan,

(23)

pasien melalui proses asuhan keperawatan, memberi penjelasan tentang penyakit

pasien, menyiapkan lingkungan yang kondusif, meyakinkan pasien akan

kesediaan perawat memberikan informasi, pertolongan dan memfasilitasi pasien

bertemu dengan pemuka agama. Keseluruhan sikap caring tersebut merupakan

aplikasi dari 10 faktor karatif (Watson, 2007).

Intensive Care Unit adalah tempat pasien dalam kondisi kritis/kondisi

hidup mengancam, tingkat ketergantungan total terhadap perawat, penggunaan

alat medis modern untuk mendukung hidup pasien karena mengalami berbagai

masalah kesehatan sehingga keadaan tersebut menyebabkan tingginya mobilitas

perawat, peningkatan beban kerja yang berdampak pada kurang optimalnya

pelayanan terhadap pasien dan beresiko meningkatnya angka kematian

(Nedleman, Buerhaus, 2003, Numata, et al, 2006)

Perawatan di Intensive Care Unit di dominasi perawatan yang berteknologi

tinggi karena kondisi pasien yang dirawat berada dalam periode rentan akibat

tindakan invasif, tidak stabil (Ashworth, 1990), sehingga perawat dituntut bekerja

sesuai aturan untuk menjamin efisiensi, presisi, standarisasi, dan regulasi

(Hamilton, 1998). Tindakan perawat untuk mengatasi berbagai gangguan yang

dihadapi pasien memberi kesan bahwa perawat hanya mengatasi masalah fisik dan

mengabaikan masalah fisiologi pasien dan berpotensi pada merosotnya perilaku

caring perawat.Peristiwa tersebut menjadi tantangan bagi perawat yang bekerja di

ICU untuk tidak kehilangan karakter dengan tetap fokus pada praktek

keperawatan yang harmonis, holistik dengan mengelola teknologi yang ada di

(24)

teknologi yang ada dan mampu merespon data yang muncul dari berbagai monitor

(Wilkin, 2003).

Perilaku caring tidak sekedar bersikap ramah, sabar, sensitif, namun

perilaku caring dapat disikapi dalam bentuk lain, misal klien yang dirawat di

ruang ICU banyak sekali menggunakan peralatan dengan teknologi canggih dan

kompetensi perawat terhadap teknologi dapat dipandang sebagai bentuk caring di

ICU (Locsin, 2005), karena peralatan dan teknologi canggih di ICU dapat

digunakan perawat untuk melakukan pengkajian, evaluasi melalui respon

fisiologis pasien.

Pryzby (2004) menyatakan Perilaku caring perawat di ICU memiliki

potensi yang besar terhadap penurunan respon stres keluarga karena anggota

keluarga dari penderita yang dirawat di ICU mengalami gejolak emosional, tidak

percaya, cemas (Azoulay, et al, 2003). Wilkin & Slevin, 2003 dalam penelitian

kualitatif tentang makna caring di ICU menyatakan bahwa teknologi merupakan

bagian integral dari perilaku caring pada lingkungan ICU dan penguasaan

teknologi merupakan sarana penunjang dalam praktek keperawatan dan sekaligus

memperhatikan aspek kemanusiaan dalam keperawatan.

Sobirin (2006) dan Juliati (2009) pada penelitian terkait hubungan beban

kerja dan motivasi penerapan perilaku caring, bahwa perawat dengan beban kerja

rendah memiliki motivasi yang tinggi dalam penerapan perilaku caring dan

perawat dengan beban kerja tinggi memiliki motivasi rendah dalam penerapan

perilaku caring. Meilati (2010), dalam penelitiannya bahwa pengaturan beban

kerja perawat yang baik dapat menciptakan perilaku caring.

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit tipe

A milik pemerintah dan menjadi pusat rujukan untuk wilayah Sumatera. Memiliki

(25)

keperawatan) memberikan pelayanan kesehatan Paripurna, bermutu dan

terjangkau oleh lapisan masyarakat, menyelenggarakan pendidikan dan latihan

yang bermutu untuk menghasilkan SDM yang professional dibidang kesehatan,

menyelenggarakan penelitian dan pengembagan dibidang kesehatan,

menyelenggarakan pelayanan penunjang kesehatan yang berkualitas dalam rangka

meningkatan mutu pelayanan. Penelitian Arlinda (2008) tentang pelaksanaan

karatif caring Perawat di ruang rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan adalah

58% dan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan 52%, sedangkan

menurut Qomariah (2012), perilaku caring perawat dalam praktek keperawatan di

ruang rawat inap RSUP. H. Adam Malik Medan adalah 53,3%.

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik telah melaksanakan

akreditasi nasional pada tahun 2003, 2006, dan 2010. Saat ini Rumah Sakit Umum

Pusat Haji Adam Malik mempersiapkan diri untuk pelaksanaan akreditasi

internasional. Hasil studi dokumentasi periode Jan-Des 2011 didapatkan bed

occupancy rate ( BOR ) 69,5%. Standard DepKes 2010 adalah 60-85 %, artinya

BOR) RS berada dalam standar ,length of stay ( LOS) 4,8 hr. Standar DepKes

2010, 6-9 hr, turn over interval ( TOI) 2 hr, bed turn over ( BTO) 52 kali.

1.2Perumusan Masalah

Perilaku Caring harus merupakan perilaku melekat pada perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan, dan menjadi indikator mutu pelayanan di rumah

sakit karena perawat ada dalam proporsi terbesar tenaga kesehatan, namun

kenyataan perilaku caring perawat di RSUP. H. Adam Malik Medan baru

mencapai 53,5% (Qomariah, 2012). Artinya bahwa hampir sebagian besar

(26)

berperilaku caring dan kondisi yang menyebabkan keadaan tersebut belum

diketahui penyebabnya.

Perilaku caring dapat dipengaruhi beberapa faktor, salah satu diantaranya

adalah faktor eksternal beban kerja perawat. Perawat yang berkerja pada unit

pelayanan intensif menghadapi beban kerja lebih besar daripada perawat yang

bekerja pada unit pelayanan lain, hal ini karena kondisi kritis yang dihadapi

pasien sehingga membutuhkan pelayanan keperawatan yang intensif/total care.

Hasil wawancara dengan kepala ruangan ICU bahwa perawat belum berperilaku

caring secara optimal karena beban kerja yang banyak sehingga perawat setiap

hari bekerja lebih berorientasi pada tugas rutinitas yang tinggi. Berdasarkan fakta

tersebut maka rumusan masalah penelitian yang ingin diketahui adalah hubungan

beban kerja perawat pelaksana dan perilaku caring perawat di ICU RSUP. H.

Adam Malik Medan.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan beban kerja perawat pelaksana dengan

perilaku Caring perawat di ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi beban kerja perawat pelaksana di ICU RSUP.

H. Adam Malik Medan.

b. Untuk mengidentifikasi perilaku Caring perawat pelaksana di ICU

RSUP. H. Adam Malik Medan.

c. Untuk mengidentifikasi hubungan beban kerja perawat pelaksana

(27)

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah Terdapat hubungan

antara beban kerja perawat pelaksana dengan perilaku Caring perawat di ICU

Rumah Sakit Umum Pusat Haji. A. Malik Medan.

1.5 Manfaat Penelitian a. Rumah Sakit

Menjadi bahan masukan bagi bidang keperawatan untuk menilai

ketepatan dalam menetapkan kebutuhan tenaga perawat yang disesuaikan

dengan beban kerja di ruang perawatan intensif.

Menjadi bahan masukan bagi bidang keperawatan untuk menyusun

program pengembangan dalam meningkatkan perilaku caring perawat.

b. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian dapat menjadi dasar untuk pengembangan penelitian

tentang beban kerja perawat pada unit pelayanan intensif dan perilaku

caring perawat dengan menggunakan pendekatan metode yang berbeda.

c. Pendidikan Keperawatan

Menjadi bahan masukan pada pendidikan keperawatan untuk

meningkatkan pembelajaran mengenai perilaku caring pada pasien untuk

(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep Caring

Watson (1985), menjelaskan keperawatan merupakan pengetahuan

kemanusiaan dengan fokus utamanya adalah proses kepedulian pada manusia

sebagai individu, keluarga, dan kelompok. Dasar teorinya merupakan bentuk

kemanusiaan dan merupakan dasar mula philosophy being and knowing.

Sebagaimana tujuan dari teorinya adalah berpusat pada pertolongan

terhadap manusia untuk mencapai harmoni yang tinggi dalam pikiran, tubuh, dan

jiwa dapat tercapai melalui perilaku Caring. Untuk dapat melaksanakan Caring

dalam aktifitas sehari-hari, watson juga mengidentifikasi teorinya kedalam 10

karatif faktor, juga dihubungkan dengan transpersonal Caring yang digambarkan

sebagai ideal antar pasien dan perawat. Roach’s (1984), Caring dalam bentuk

human mode merupakan dasar pemikiran dalam tulisannya. Dasar teori kerjanya

konteks philosophy theology, dimana Roach menyatakan Caring sebagai sesuatu

yang unik dalam keperawatan. Selanjutnya dia menghadirkan salah satu konsep

karakteristik penting perawat sebagai disiplin yang memberikan pertolongan.

Dengan konsep pemikiran atribut Caring dikenal dengan istilah 5C : Compassion

(keharuan dan kasih sayang), Competence (kompetensi), Confidence (percaya

diri), Concience (hati nurani), Comitment (komitmen).

Boykin dan Schoenhofer (1993), menyajikan fokus unik keperawatan

sebagai nurturing (memelihara) manusia hidup dan berkembang di dalam Caring.

(29)

memperlakukan individu sebagai manusia seutuhnya (human mode of being) dan

merupakan gagasan penting yang harus diekspresikan manusia. Dasar

pemikirannya tergambar dalam pernyataan all persons are Caring (setiap orang

adalah Caring). Untuk mempertahankan gagasan tersebut setiap orang harus

terlibat dan memiliki komitmen untuk tahu diri sendiri dan orang lain sebagai

wujud Caring, serta gagasan akan menjadi lengkap dan bernilai penting dengan

memperlihatkan rasa hormat pada setiap orang ketika berkomunikasi.

Donabedians (1980), menyatakan bahwa praktek Caring dalam

keperawatan terdiri dari struktur, proses, dan outcome. Struktur terdiri dari

kategori dan sub kategori. Kategori struktur mencakup atribut perawat, isu

organisasi, atribut pasien. Atribut perawat yaitu kompetensi profesional,

komitmen dalam tugas, keterampilan interpersonal, karakteristik personal. Isu

organisasi adalah waktu, keterampilan yang beragam, peran perawat. Kategori

proses mencakup aktifitas perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien yaitu

kebutuhan pasien akan pemeriksaan, kebutuhan psikologi adalah komunikasi dan

pemberian informasi, kenyamanan, penuh perhatian (being attentive), mengetahui

pasien lebih dalam, mengambil waktu bersama pasien, memperlihatkan perilaku

respek, being firm dengan mengatakan hal-hal yang menarik bagi pasien dan

memberi sentuhan. Hasil dari proses Caring Donabedian (outcome) adalah pasien

merasa puas, pasien merasa nyaman, suasana lingkungan yang mendukung.

Berdasarkan kerangka konsep Donabedian jelas bahwa, kategori struktur

merupakan sumber daya dari Caring, sedangkan proses merupakan segala

aktifitas untuk mewujudkan Caring, dan outcome adalah hasil dari aktifitas

(30)

Beberapa pakar menguraikan pengertian serta konsep Caring sebagai

suatu sistem yang terbuka dan dalam pelaksanaannya dipengaruhi oleh faktor

internal dan faktor lingkungan individu. Faktor internal Caring sebagai

kemurahan hati, serta Caring sebagai nilai-nilai yang sangat tinggi yang sulit

didefenisikan sebagai compassion, concern, comitment, dan respect (Lea &

Watson, 1988).

Caring sebagai esensi keperawatan dalam memberikan pelayanan

keperawatan kepada individu, keluarga, dan masyarakat dengan penuh perhatian.

Memberikan pelayanan keperawatan Caring menjadi sangat penting baik dari

pihak perawat sebagai pemberi pelayanan tetapi juga bagi pihak keluarga pasien

dengan anggota keluarga yang dirawat (Hegedus,1999). Hasil riset O’connell,

Landers, 2008 tentang persepsi keluarga terhadap perilaku Caring perawat di

ruang kritikal adalah perlakukan klien sebagai individu, perawat mengerti

terhadap apa yang akan dilakukan, perawat tahu bagaimana memberikan suntikan

dan infus, perawat tahu menggunakan peralatan, memberikan pengobatan pasien

dengan tepat waktu, perlakukan klien dengan hormat, membuat klien atau

keluarga merasakan keberadaan perawat dan memberikan waktu yang fleksibel

untuk kunjungan keluarga. Pada penelitian yang sama, perilaku Caring yang

dipersepsikan perawat adalah perawat tahu apa yang akan dilakukan,

memperlakukan pasien dengan hormat, perlakukan pasien sebagai individu,

yakinkan pasien dalam kondisi yang baik dan diperhatikan, mengerti akan

kebutuhan pasien untuk kunjungan, pertahankan cara yang tenang, berikan

perhatian yang penuh pada pasien saat bersamanya, bantu pasien dalam

perawatannya sampai pasien mampu melakukannya, tahu kapan memanggil

(31)

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa lebih banyak persamaan

daripada perbedaan tentang persepsi Caring dari pihak perawat maupun dari pihak

keluarga pasien. Menggabungkan pandangan keluarga dan perawat dalam konteks

perawatan klien kritis dapat membuat perawat lebih kreatif dan berpusat pada

klien.

Perawatan pada ruang kritikal care adalah perawatan yang berfokus pada

klien, dengan peralatan yang serba modern, dan kolaborasi tim medis yang sangat

baik, sehingga faktor keluarga pada klien yang dirawat di ruang kritikal care

terabaikan. Penelitian lain yang dilakukan di ruang kritikal tentang dampak

perilaku Caring perawat terhadap respon stres keluarga (Pryzby, 2004), bahwa

pentingnya melibatkan keluarga pada klien yang dirawat di ruang kritikal, karena

perilaku Caring perawat terhadap keluarga merupakan bagian dari perilaku

Caring terhadap klien. 60% keluarga yang memiliki anggota keluarga dirawat di

ruang kritikal care mengalami kecemasan karena mengalami masalah hidup dan

mati.

Perilaku Caring perawat berdasarkan pengalaman perawat yang bekerja di

intensive care unit (Wilkin & Slavin, 2004). Ada tiga perilaku Caring perawat

dalam melaksanakan tugasnya terlibat, mempertahankan, dan frustasi. Terlibat

dapat dilakukan perawat bila perawat melibatkan diri dan hadir pada saat

momen-momen pemenuhan kebutuhan klien sebagai bagian dari keluarga, empati dan

memahami bahwa setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda.

Mempertahankan merupakan perilaku perawat dengan menunjukkan dukungan

(32)

hemodinamik pasien, perilaku Caring perawat dengan memberi dukungan

terhadap pasien dan keluarga terhadap kebutuhan informasi dan dukungan

emosional. Frustasi dapat terjadi bila perawat kurang mampu dalam bekerja sama

dalam tim untuk mencapai tujuan terhadap pasien, perawat tidak mampu

berkomunikasi secara efektif dengan keluarga atau karena adanya hambatan

dalam proses Caring. Perawatan kritikal merupakan bentuk pelayanan dimana

perilaku Caring perawat kepada klien lebih mengutamakan kemampuan

pengetahuan perawat. Seorang perawat harus memiliki kompetensi terhadap

penggunaan teknologi dan diaplikasikan sebagai salah satu wujud Caring kepada

klien (Wilkin & Slavin 2004). Informasi yang diperoleh perawat melalui berbagai

monitor dan mesin-mesin yang digunakan klien akan menjadi acuan perawat

untuk berespon terhadap kebutuhan klien untuk melakukan berbagai prosedur

pelayanan keperawatan maupun pengobatan klien.

2.2Tujuan Caring

Tujuan Caring adalah perilaku perawat dalam memberikan pelayanan

keperawatan, terdiri dari upaya melindungi, meningkatkan, dan menjaga/

mengabadikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain dalam proses

penyembuhan penyakit, penderitaan, dan keberadaannya, membantu orang lain

untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri dengan sentuhan

(33)

2.3Paradigma Keperawatan Menurut Watson 2.3.1 Keperawatan

Keperawatan adalah penerapan art dan human science melalui transaksi

transpersonal caring untuk membantu manusia mencapai keharmonisan pikiran,

jiwa, dan raga, yang menimbulkan self knowlodge, self control, self care, dan self

healing.

2.3.2 Klien

Klien adalah individu atau kelompok yang mengalami ketidak harmonisan

pikiran, jiwa, dan raga, yang membutuhkan bantuan terhadap pengambilan

keputusan tentang kondisi sehat-sakitnya untuk meningkatkan harmonisasi, self

control, pilihan, dan self determinant.

2.3.3 Kesehatan

Kesehatan adalah kesatuan dan keharmonisan di dalam pikiran, jiwa, dan

raga antara diri dengan orang lain dan antara diri dengan lingkungan.

2.3.4 Lingkungan

Lingkungan adalah dimana interaksi transpersonal caring terjadi antara

klien dan perawat.

2.4Asumsi Dasar Science Caring

Watson mengidentifikasi banyak asumsi dan beberapa prinsip dasar dari

transpersonal caring. Watson meyakini bahwa jiwa seseorang tidak dapat dibatasi

oleh ruang dan waktu. Watson menyatakan tujuh asumsi tentang science of

caring.

(34)

a. Caring dapat didemonstrasikan dan di praktekkan dengan efektif hanya secara

interpersonal.

b. Caring terdiri dari carative factor yang menghasilkan kepuasan terhadap

kebutuhan manusia tertentu.

c. Efektif caring meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan individu dan

keluarga

d. Respon Caring menerima seseorang tidak hanya sebagai dia saat ini, tetapi

juga menerima akan jadi apa dia kemudian

e. Lingkungan caring adalah sesuatu yang menawarkan perkembangan dari

potensi yang ada, dan disaat yang sama membiarkan seseorang untuk memilih

tindakan terbaik bagi dirinya saat itu

f. Caring lebih Healthogenic dari pada Curing

g. Praktek Caring merupakan sentral bagi keperawatan

2.5Elemen Caring

Sepuluh faktor karatif membentuk komponen utama dari Caring menurut

Watson (Watson, dalam Tomey, 2006). Faktor-faktor ini dapat diaktualisasikan

dalam setiap kegiatan ketika pasien berada bersama pasien dan membutuhkan

aktualisasi perawat secara personal, sosial, moral, dan spiritual. Sepuluh faktor

karatif tersebut meliputi:

a. Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistic

Pandangan Watson tentang manusia yaitu individu merupakan totalitas

dari bagian-bagian memiliki harga diri di dalam dan dari dirinya yang

(35)

dibimbing. Disamping itu lingkungan perawat yang memiliki sifat Caring

dapat meningkatkan dan membangun potensi seseorang untuk membuat

pilihan tindakan terbaik bagi dirinya (Tomey, 2006).

Manifestasi perilaku Caring perawat berdasarkan pengertian humanistic

dan altruistic adalah memanggil nama klien dengan nama yang paling disukai,

memenuhi dan merespon panggilan klien dengan segera, menghormati dan

melindungi privacy klien, menghargai dan menghormati pendapat dan

keputusan klien, menghargai dan mengakui sistem nilai klien, malakukan

pengakuan terhadap kebutuhan klien. Perilaku ini dilakukan perawat saat

pengkajian, perencanaan, tindakan dan eveluasi.

b. Menanamkan perilaku penuh pengharapan (Faith Hope)

Dapat dilakukan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan

keperawatan yang holistik. Disamping itu, perawat meningkatkan perilaku

klien dalam mencari pertolongan kesehatan dan membantu memahami

alternatif terapi yang diberikan, memberi keyakinan akan adanya kekuatan

penyembuahan dan kekuatan spiritual dengan penuh pengharapan (Tomey,

2006).

Manifestasi perilaku Caring perawat berdasarkan pengertian faith hope

adalah memberi motivasi kepada klien untuk terus berusaha mencari

pengobatan dan perawatan, melaksanakan perawatan dengan kepedulian yang

tinggi, menganjurkan klien untuk terus berdoa demi kesembuhannya,

(36)

c. Menumbuhkan sensitifitas terhadap diri dan orang lain

Perawat harus bisa belajar menghargai kesensitifan dan perasaan kepada

klien, sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan berperilaku

wajar pada orang lain karena penerimaan terhadap perasaan diri merupakan

kualitas personal yang harus dimiliki perawat sebagai orang yang memberi

bantuan kepada klien (Tomey, 2006).

Manifestasi perilaku Caring perawat berdasarkan pengertian

menumbuhkan sensitifitas terhadap diri dan orang lain adalah menunjukkan

perilaku tenang dan sabar, menemani atau mendampingi klien, menawarkan

bantuan dan memenuhi kebutuhan klien.

d. Mengembangkan hubungan saling percaya dan membantu

Perilaku ini merupakan hubungan saling menguntungkan dan sangat

penting bagi terbentuknya transcultural Caring atau berperilakuCaring antara

perawat dan klien yang dapat meningkatkan penerimaan perwujudan perasaan

baik positif maupun negatif. Hubungan ini menyangkut 3 hal, kecocokan

yang meliputi kesesuaian dengan kenyataan, kejujuran, ketulusan (tidak minta

imbalan) dan nyata, non possessive warmth ditunjukkan dengan bicara

dengan volume suara rendah, rileks, perilaku terbuka dan ekspresi wajah

sesuai dengan komunikasi orang lain (Tomey, 2006).

Manifestasi perilaku Caring perawat berdasarkan pengertian

mengembangkan hubungan saling percaya dan membantu adalah

mengucapkan salam dan memperkenalkan diri serta menyepakati dan

(37)

berbicara dengan suara lembut, posisi berhadapan, menjelaskan prosedur,

mengorintasikan klien baru, melakukan terminasi. Perawat memberikan

informasi dengan jujur, dan memperlihatkan perilaku empati yaitu, turut

merasakan apa yang dialami klien.

e. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien

Tujuan dari perilaku ini adalah untuk menciptakan hubungan

perawat-klien yang terbuka, saling menghargai perasaan dan pengalaman antara

perawat, klien dan keluarga. Perawat harus memahami dan menerima pikiran

dan perasaan baik positif ataupun negatif yang berbeda pada situasi berbeda.

Manifestasi perilaku Caring perawat berdasarkan meningkatkan dan

menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien adalah memberi

kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaannya, perawat

mengungkapkan penerimaannya terhadap klien, mendorong klien untuk

mengungkapkan harapannya, menjadi pendengar yang aktif.

f. Menggunakan metode secara sistematis dalam penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan.

Perawat menggunakan metode proses keperawatan sebagai pola pikir dan

pendekatan dalam penyelesaian masalah dan mengambil keputusan secara

sistematis.

Manifestasi perilaku Caring perawat berdasarkan penggunaan metode

secara sistematis dalam penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan

adalah melakukan proses keperawatan sesuai masalah klien, memenuhi

kebutuhan klien, melibatkan kliien, menetapkan rencana keperawatan bersama

klien, melibatkan klien dan keluarga dalam setiap tindakan dan evaluasi

(38)

g. Meningkatkan pembelajaran dan pengajaran interpersonal

Caring efektif bila dilakukan melalui hubungan interpersonal sehingga

dapat memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan persoanal, dan

memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal klien.

Manifestasi perilaku Caring perawat berdasarkan meningkatkan

pembelajaran dan pengajaran interpersonal adalah menciptakan lingkungan

yang kondusif untuk pemberian pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan klien,

menjelaskan keluhan secara rasional dan ilmiah, meyakinkan klien tentang

kesediaan perawat untuk memberikan informasi.

h. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spiritual yang mendukung

Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal klien

terhadap kesehatan kondisi penyakit klien. Manifestasi perilaku Caring

perawat berdasarkan menciptakan lingkunagn fisik, mental, sosiokultural, dan

spiritual yang mendukung adalah menyetujui keinginan dan memfasilitasi

klien untuk bertemu dengan pemuka agama dan menghadiri pertemuannya,

bersedia mencarikan alamat atau menghubungi keluarga yang ingin ditemui

oleh klien, menyediakan tempat tidur yang selalu rapih dan bersih, menjaga

kebersihan dan ketertiban ruang perawatan. Dari uraian tentang elemen

Caring diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa elemen Caring terdiri dari

komponen pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dilakukan oleh

perawat. Komponen pengetahuan diwakili dengan pernyataan seperti

(39)

masalah. Komponen keterampilan diwakili oleh pernyataan seperti membantu

kebutuhan dasar pasien dan menciptakan lingkungan yang mendukung

kesembuhan pasien. Komponen perilaku yang diwakili dengan pernyataan

seperti mampu berperilaku empati, jujur, menghargai, memiliki kerendahan

hati. Komponen perilaku memiliki proporsi yang lebih banyak dibandingkan

dengan komponen pengetahuan dan keterampilan, maksudnya telah

disinggung oleh para ahli dalam keperawatan sebagai elemen dari perilaku

Caring. Walaupun demikian, tidak ada komponen yang tidak penting karena

pasien juga mengharapkan perawat yang melakukan asuhan keperawatan

kepada mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang adekuat untuk

mendukung proses penyembuhan.

i. Membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan penuh penghargaan dalam rangka mempertahankan keutuhan dan martabat manusia

Perawat harus mengenal kebutuhan biofisical, psikofisical, dan

interpersonal dirinya dan klien. Kebutuhan klien pada tahap paling rendah

adalah kebutuhan biofisikal misalnya : makan, minum, eliminasi, ventilasi.

Kebutuhan yang lebih tinggi : psikososial misalnya, kemampuan aktivitas dan

seksual. Sedangkan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang lebih tinggi dari

kebutuhan intrapersonal dan interpersonal.

Hal ini sesuai dengan asumsi dasar teori caring, bahwa caring menjamin

adanya kepuasan terhadap kebutuhan manusia, karena caring

mengintegrasikan pengetahuan biofisikal dengan pengaruh perilaku manusia

(40)

sakit. Faktor ini juga sesuai dengan definisi sehat menurut Watson yaitu

dicapainya level yang tinggi secara menyeluruh dari fungsi-fungsi fisik,

mental dan sosial serta kemampuan adaptasi dan pemeliharaan kesehatan pada

level fungsional setiap hari (Tomey, 1996).

Manifestasi perilaku caring perawat adalah selalu bersedia memenuhi

kebutuhan dasar dengan selalu menyatakan bangga dapat menajdi orang yang

bermanfaat bagi klien, dan mampu menghargai klien dan privasi klien ketika

sedang memenuhi kebutuhannya, dan mampu menunjukkan pada klien bahwa

klien adalah orang yang pantas dihormati dan dihargai (Tomey, 1996).

Perilaku caring ini dapat dilakukan perawat pada saat pengkajian,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi asuhan keperawatan.

j. Mengizinkan untuk terbuka pada eksistensial ; phenomenological dan dimensi spiritual caring serta penyembuhan yang tidak dapat dijelaskan secara utuh dan ilmiah melalui pemikiran masyarakat modern

Fenomenologi menguraikan tentang data suatu situasi yang membantu

pemahaman klien terhadap fenomena psikologi eksitensial adalah keberadaan

ilmu tentang manusia yang digunakan untuk menganalisis fenomenological.

Watson menyatakan faktor ini sulit untuk dipahami dan yang termasuk hal ini

adalah pengalaman berpikir dan memprovokasi untuk pemahaman yang lebih

baik (Tomey, 1996).

Manifestasi perilaku caring adalah memberi kesempatan kepada klien

dan keluarga untuk melakukan hal-hal yang bersifat ritual demi proses

penyembuhannya, mampu memfasilitasi kebutuhan klien dan keluarga

(41)

memotivasi klien dan keluarga untuk berserah diri pada Tuhan Yang Maha

Esa dan mampu menyiapkan klien dan keluarganya ketika menghadapi fase

berduka (proses kematian). Perilaku caring ini dapat dilakukan perawat pada

saat perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan (Tomey, 1996).

2.6Alat Mengukur Caring 2.6.1 CARE Q dan CARE/SAT

Caring Assesment Report evaluation-Q merupakan intrumen kuantitatif

pertama dan yang paling sering digunakan dalam mengukur perilaku Caring.

Instrumen ini dikembangkan oleh Larson pada tahun 1984 dan pada

perkembangannya dikembangkan untuk mengukur kepuasan pasien terhadap

pelayanan keperawatan yang diterima (CARE/SAT) (Watson, 2009).

Instrumen awal dikembangkan pada pasien yang meliputi 50 subskala

perilaku Caring yang terdiri dari accessible, comfort, anticipate, trusting

relationship, monitor and follow through. Penelitian dilakukan pada dua sampel

perawat profesional (n=57 dan n=112) memiliki total alfa cronbach 0,95.

2.6.2 Caring Behavior Assesment (CBA)

Instrumen ini dikembangkan oleh Cronin dan Harrison (1988, dalam

Watson, 2009) untuk mengukur perilaku Caring perawat yang ditinjau dari

persepsi pasien. Instrumen pernah dipakai pada pasien dengan infark miokard,

pasien di ruang bedah sebanyak 19 orang, serta 46 orang pasien dengan AIDS

(Parson, et all, 1993 dalam Watson, 2008). Kebenaran isi (content validity) sudah

dibuktikan oleh 4 orang yang berpengalaman dalam teori Caring. Kebenaran isi

(42)

melakukan penelitian di ruang UGD dan jumlah sampel pasien sebanyak 288

orang. Instrumen ini terdiri dari 63 pernyataan yang dikembangkan berdasarkan

sepuluh faktor karatif yang dikemukakan oleh Watson.

2.6.3 Caring Behavior Inventory (CBI)

Caring Behavior Inventory merupakan alat ukur perilaku Caring yang

dikembangkan dari konsep dasar teori Watson tentang transpersonal Caring

(1998). Uji coba dilakukan pada perawat dengan jumlah populasi 278 dan jumlah

klien 263. Instrumen ini terdiri dari 42 item pertanyaan dan memiliki nilai alfa

cronchbach antara 0,81 – 0,92 serta memiliki nilai reliabilitas 0,96. Instrumen ini

memiliki kelebihan yaitu penggunana waktu yang cukup singkat dalam pengisian

(12,38 menit, pada peringkat 2 dari 5 instrumen caring), konsisten dalam

penggunaan bahasa, instruksi mudah dimengerti, dapat menggambarkan persepsi

caring perawat dan pasien. Caring Behavior Inventory/CBI, Wolf, et al (2006)

membuat konsep lima kategori dimensi perilaku Caring tersebut tergambar pada

(43)

Tabel 2.1. Lima Kategori Karatif yang Berhubungan dengan Intervensi Karatif dari Teori Watson (Watson Theory)

Kategori Karatif Berhubungan dengan Intervensi Karatif dari Teori Watson

I Mengakui keberadaan manusia

• Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik

• Memberikan kepercayaan-harapan

• Menumbuhkan sensitifitas terhadap diri dan orang lain.

II Menanggapi dengan rasa hormat

• Mengembangkan hubungan saling percaya

• Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien

III Pengetahuan dan

keterampilan profesional

• Penggunaan sistematis metoda penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan

• Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal

IV Menciptakan hubungan positif

• Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spiritual yang mendukung

V Perhatian terhadap yang dihadapi orang lain

• Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manusiawi

• Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomologis agar pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai

Kategori 1) Mengakui keberadaan manusia, kategori ini merupakan

kombinasi dari tiga intervensi karatif yaitu pembentukan sistem nilai humanistik

dan altruistik, memberikan kepercayaan, harapan dan menumbuhkan sensitifitas

terhadap diri sendiri dan orang lain. Kategori mengakui keberadaan manusia

terdiri dari aktifitas Caring seperti menolong klien, berbicara dengan klien,

menghargai klien sebagai manusia dan bertindak cepat jika klien memanggil.

Kategori 2) Menanggapi dengan rasa hormat, kategori ini merupakan

kombinasi dari dua intervensi karatif yaitu : mengembangkan hubungan saling

(44)

klien. Kategori menanggapi dengan rasa hormat terdiri dari aktifitas Caring

seperti jujur, tulus hati, terus terang dengan klien, menunjukkan perilaku tanggap

terhadap klien dan memberikan informasi kepada klien untuk dapat mengambil

keputusan.

Kategori 3) Pengetahuan dan keterampilan profesional, kategori ini

merupakan kombinasi dari dua intervensi karatif yaitu, penggunaan sistematis

metode penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan dan peningkatan

pembelajaran dan pengajaran interpersonal. Kategori ini terdiri dari aktivitas

Caring seperti menjaga klien, mempercayai klien, dan memberikan perhatian

khusus pada saat kunjungan klien pertama kali.

Kategori 4) Menciptakan hubungan positif, kategori ini hanya terdiri dari

satu intervensi karatif yaitu menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural,

dan spiritual yang mendukung. Kategori ini terdiri dari aktivitas Caring seperti

memberi harapan kepada klien, membiarkan klien mengekspresikan perasaannya

dan mempercayai klien.

Kategori 5) Perhatian terhadap yang dialami orang lain, kategori ini

mencakup dua intervensi karatif yaitu memberi bimbingan dalam memuaskan

kebutuhan manusiawi dan mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat

fenomenologis agar pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai.

Kategori ini terdiri dari aktifitas membebaskan klien dari gejala-gejala, melakukan

perawatan klien dengan lembut dan baik.

2.7Caring Perawat di ruang ICU

Berdasarkan hasil penelitian O’Connel (2008) tentang pentingnya perilaku

(45)

perawat dan keluarga pasien. Perilaku Caring perawat sangat penting dan menjadi

sangat berharga bila dilakukan dengan kemampuan teknik perawat sehingga,

dapat mempersatukan perbedaan persepsi antara perawat dan keluarga pasien.

Pada penelitian lain tentang pengaruh perilaku Caring perawat terhadap respon

stres keluarga pada unit critical care diketahui bahwa perilaku Caring perawat

pada keluarga merupakan bagian dari perilaku Caring kepada pasien dengan

memberi kesempatan kepada keluarga terlibat dalam proses penyembuhan

(Pryzby, 2004).

2.8 Beban Kerja

Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau hasil yang harus dicapai

dalam suatu satuan waktu (Kep. Menpan no.75/2004). Sementara menurut

Marquis dan Houston (2010) beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau

aktifitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit

pelayanan keperawatan, Workload atau beban kerja diartikan sebagai patients

days yang merujuk pada jumlah prosedur, pemeriksaan kunjungan (visite) pada

klien. Hasil penelitian tentang beban kerja di bagian pelayanan intensive

Norwegia didapatkan bahwa score aktifitas perawat 75-90% per perawat

(Stafseth, 2011). Hasil penelitian tentang pengukuran beban kerja pada sumber

daya perawat bagian unit kritikal di Kanada, bahwa dengan menempatkan seorang

sekretaris dan seorang farmasi dapat menurunkan kebutuhan 2 perawat RPS dan 1

perawat RP untuk setiap shift (Vanderberg, 1998).

Berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa beban kerja perawat

(46)

prestasi yang ditetapkan dalam satuan waktu tertentu. Gillies (1996) menyatakan

bahwa untuk memperkirakan beban kerja perawat pada sebuah unit, manajer harus

mengumpulkan data tentang : jumlah pasien yang masuk pada unit itu setiap

hari/bulan/tahun, kondisi atau tingkat ketergantungan pasien, di unit tersebut,

rata-rata hari perawatan pasien, jenis tindakan keperawatan yang dibutuhkan pasien,

frekuensi masing-masing tindakan keperawatan yang dibutuhkan pasien, rata-rata

waktu yang dibutuhkan untuk memberikan tindakan keperawatan.

Perkiraan beban kerja perawat pada tiap unit dapat dilakukan dengan

mengumpulkan data tentang jumlah klien yang masuk pada unit itu setiap

hari/bulan/tahun, kondisi atau tingkat ketergantungan klien di unit tersebut,

rata-rata hari perawatan, jenis tindakan yang dibutuhkan klien, frekuensi

masing-masing tindakan keperawatan yang dilakukan, rata-rata waktu yang dibutuhkan

untuk memberi tindakan keperawatan (Gillies, 1996).

2.9 Tujuan Menghitung Beban Kerja (Work Load)

Menghitung beban kerja perawat memiliki beberapa alasan penting,

seperti yang dikemukakan Gillies (1999), menyebutkan alasan diukurnya beban

kerja perawat untuk mengkaji status kebutuhan perawatan klien, menentukan dan

mengelola staf, kondisi kerja dan kualitas asuhan, menentukan dan mengeluarkan

biaya alokasi sumber-sumber yang adekuat dan untuk mengukur hasil intervensi

keperawatan.

2.10 Mengukur Beban Kerja Perawat

Untuk mengukur beban kerja dikembangkan berdasarkan sistem

(47)

kerja yang lebih akurat karena dalam sistem klasifikasi klien dikelompokkan

sesuai tingkat ketergantungan klien atau sesuai waktu, tingkat kesulitan serta

kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan. Lebih jauh

Swansburg & Swansburg (1999) membagi tingkat ketergantungan klien menjadi

lima kategori :

1. Kategori 1 Perawatan Mandiri

a. Aktifitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai berikut

: dapat melakukan makan, minum sendiri atau dengan bantuan yang

minimal, merapikan diri dapat melakukan sendiri, dan kebutuhan eliminasi

dapat ke kamar mandi sendiri serta mengatur kenyamanan posisi tubuh

dapat dilakukan sendiri.

b. Keadaan umum baik, masuk ke rumah sakit untuk prosedur diagnosik

sederhana, check-up, bedah minor.

c. Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi, membutuhkan

penjelasan untuk tiap prosedur tindakan, membutuhkan

penjelasan/orientasi waktu, tempat dan orang tiap shift.

d. Tindakan dan pengobatan tidak ada atau hanya tindakan dan pengobatan

sederhana.

2. Kategori 2 Perawatan Minimal

a. Aktifitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai berikut

: makan/minum perawat membantu dalam mempersiapkan, masih dapat

makan dan minum sendiri, merapikan diri perlu sedikit bantuan demikian

juga dengan penggunaan urinal, kenyamanan posisi tubuh perlu sediikit

(48)

b. Keadaan umum : tampak sakit sedang, perlu monitoring tanda-tanda vital,

urine diabetik, drainage atau infus.

c. Kebutuhan pendidikan kesehatan dibutuhkan 5-10 menit setiap shift, klien

mungkin sedikit bingung atau agitasi tetapi dapat dikendalikan dengan

obat.

d. Pengobatan dan tindakan diperlukan waktu 20-30 menit setiap shift.

Diperlukan evaluasi terhadap aktifitas pengobatan dan tindakan. Perlu

observasi status mental setiap 2 jam.

3. Kategori 3 Perawatan Moderat

a. Aktifitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai berikut

: makan dan minum disuapi, masih dapat mengunyah dan menelan

makanan, merapikan diri tidak dapat dilakukan sendiri, eliminasi

disediakan pispot atau urinal, ngompol dua kali setiap shift, kenyamanan

posisi tergantung kepada perawat.

b. Keadaan umum mencakup gejala sakit dapat hilang timbul, perlu observasi

fisik dan emosi setiap 2-4 jam. Infus monitoring setiap 7 jam.

c. Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi perlu 10-30 menit

setiap shift, gelisah, menolak bantuan dapat dikendalikan dengan obat.

d. Pengobatan dan tindakan perlu 30-60 menit per shift, perlu sering diawasi

terhadap efek samping atau reaksi alergi. Perlu observasi status mental

setiap 1 jam.

4. Kategori 4 Perawatan Ekstensif (Semi Total)

a. Aktifitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai berikut

(49)

merapikan diri perlu dibantu semua, dimandikan, perawatan rambut dan

kebersihan gigi dan mulut harus dibantu, eliminasi sering ngompol lebih

dari dua kali setiap shift. Kenyamanan posisi perlu dibantu dua orang.

b. Keadaan umum : tampak sakit berat, dapat kehilangan cairan atau darah,

gangguan sistem pernapasan akut, perlu sering dipantau.

c. Kebutuhan pendidikan dan kesehatan dan dukungan emosi : perlu lebih

dari 30 menit setiap shift, klien gelisah, agitasi dan tidak dapat dikontrol

atau dikendalikan dengan obat.

d. Pengobatan atau tindakan : perlu lebih dari 60 menit per shift. Pengobatan

lebih banyak dilakukan dalam satu shift. Observasi status mental perlu

lebih sering (kurang dari 1 jam).

5. Kategori 5 Perawatan Intensif (Total)

Klien yang termasuk dalam kategori ini memerlukan pengawasan secara

intensif terus-menerus dalam setiap shift dan dilakukan satu perawatan untuk

satu klien. Semua kebutuhan klien diurus/dibantu oleh perawat.(Johnson, 1984

dalam Swansburg and Swansburg, 1999). Sedangkan kebutuhan waktu untuk

(50)

Tabel 2.2. Kebutuhan Waktu untuk Pendidikan Kesehatan, Pengobatan dan Tindakan untuk Setiap Shift

No. Kategori Pendidikan Kesehatan

Pengobatan dan

Tindakan Lain Jumlah

1 Mandiri Minimal

Waktu yang diperlukan untuk melakukan pendidikan kesehatan pada

klien dengan kategori mandiri relatif lebih tinggi dari kategori klien minimal

karena pada klien mandiri memerlukan pendidikan kesehatan yang terkait

dengan perawatan diri di rumah (discharge planning). Menurut Meyer (dalam

Gillies, 1994) dibutuhkan waktu 15 menit untuk pendidikan kesehatan. Untuk

shift malam hari kegiatan langsung diterima oleh klien hanya berupa tindakan

dan pengobatan, sebab klien perlu beristirahat dan tidur. Jadi pendidikan

kesehatan pada umumnya diberikan pada shift pagi dan sore.

Perhitungan beban kerja berdasarkan tingkat ketergantungan atau

klasifikasi klien dapat dilakukan berdasarkan kegiatan keperawatan selama

memberi asuhan keperawatan. Kegiatan keperawatan seperti kegiatan

keperawatan langsung dan kegiatan keperawatan tidak langsung (Johnson,

1984 dalam Swansburg and Swansburg, 1999). Lebih lanjut Situmorang

(1994), mengatakan bahwa kegiatan keperawatan selama memberikan asuhan

(51)

a. Kegiatan keperawatan langsung (direct care)

Kegiatan keperawatan langsung adalah kegiatan yang difokuskan kepada

klien dan keluarganya, meliputi komunikasi dengan klien dan keluarganya,

pemeriksaan atau kontrol klien, mengukur tanda-tanda vital, tindakan atau

prosedur keperawatan atau pengobatan, nutrisi dan eliminasi, kebersihan

klien, mobilisasi, transfusi, serah terima klien, pemeriksaan specimen

untuk pemeriksaan laboratorium, termasuk pendidikan kesehatan. Menurut

Gillies (1994) kebutuhan waktu untuk perawatan langsung setiap klien

adalah 4 jam/hari, sedangkan untuk klasifikasi perawatan mandiri (self

care) dibutuhkan waktu 1/2 x 4 jam = 2 jam; partial care dibutuhkan

waktu 3/4 x 4 jam = 3 jam; total care dibutuhkan waktu 1-1 1/2

b. Kegiatan keperawatan tidak langsung (indirect care)

x 4 jam =

4-6 jam; intensif care dibutuhkan waktu 2 x 4 jam = 8 jam. Penyuluhan

kesehatan tiap klien = 0,25 jam.

Kegiatan keperawatan tidak langsung (indirect care) adalah kegiatan yang

tidak langsung pada klien tetapi berhubungan dengan persiapan atau

kegiatan untuk melengkapi asuhan keperawatan seperti

mendokumentasikan hasil pengkajian, membuat diagnosa keperawatan,

menyusun intervensi, mendokumentasikan tindakan keperawatan yang

telah dilakukan, mendokumentasikan hasil evaluasi keperawatan,

melakukan kolaborasi dengan dokter tentang program terapi,

mempersiapkan status klien, mempersiapkan formulir untuk memeriksa

laborarium/radiologi, mempersiapkan alat untuk pelaksanaan tindakan

(52)

Masih merupakan kegiatan tidak langsung yaitu merapikan

lingkungan klien, menyiapkan atau memeriksa alat dan obat emergensi,

melakukan koordinasi/konsultasi dengan tim kesehatan lainnya,

mengadakan atau mengikuti pre dan post konferes, keperawatan/kegiatan

ilmiah keperawatan dan medis, memberikan bimbingan dalam melakukan

tindakan keperawatan, melakukan komunikasi tentang obat klien dengan

pihak farmasi/apotik, mengirim/menerima berita klien melalui telepon dan

membaca status klien.

Waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan tidak langsung tidak

dipengaruhi oleh tingkat ketergantungan klien. Apapun tingkat

ketergantungan klien, waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan tidak

langsung tetap sama, yaitu 38 menit/hari/klien (Gillies, 1989). Sedang

menurut Wolf & Young dalam Gillies, 1994 = 60 menit/hari/klien, hal

yang sama berdasar hasil riset di John hopkins Hospital dibutuhkan 60

menit/hari/klien untuk kegiatan tidak langsung (Gillies, 1994).

c. Kegiatan non-keperawatan (pribadi perawat)

Kegiatan pribadi perawat adalah kegiatan untuk memenuhi

kebutuhan perawat, seperti sholat, makan,minum, kebersihan diri, duduk

di nurse station, ganti pakaian, dan ke toilet, dengan lokasi 15% dari total

waktu kerja setiap shift. Kegiatan lain perawat dan tidak produktif adalah

kegiatan yang tidak terkait dengan tugas dan tanggung jawab sebagai

perawat, merupakan kegiatan pribadi, misalnya : nonton TV, baca koran,

mengobrol, telepon, urusan pribadi, pergi ke luar ruangan, pergi untuk

keperluan pribadi, atau keluarga, datang terlambat dan pulang lebih awal

(53)

Perhitungan beban kerja juga dapat dilihat dengan

mengkategorikan kegiatan ke dalam kegiatan produktif atau tidak

produktif. Waktu produktif adalah waktu maksimum atau optimum yang

dipakai/digunakan karyawan atau staf untuk kegiatan uatma (sesuai tugas,

peran, dan fungsinya), artinya disini dilakukan dengan cara benar oleh

orang yang benar dan menggunakan alat/peralatan yang benar (Mochal,

2001). Lebih lanjut disebutkan secara umum rata-rata jam produktif

perhari karyawan adalah 6 – 6,5 jam perhari dari 8 jam perhari atau

75%-80%, sedang sisanya digunakan untuk kegiatan yang non produktif seperti

aktifitas administratif, bersifat pribadi seperti kebutuhan utuk berobat, ke

kamar mandi (toilet) dan lainnya. Sedangkan menurut Marquis (2010),

karyawan memiliki waktu tidak produktif selama 1 jam dari waktu kerja

terdiri dari 30 menit istirahat makan siang, dan 2 kali 15 menit untuk

istirahat. Ilyas (2004), waktu kerja produktif optimum perawat adalah

berkisar dari 80% waktu kerja, digunakan untuk menilai apakah beban

kerja perawat tinggi. Berdasarkan Undang Undang No. 13 Tahun 2003

Pasal 77 ayat 1 bahwa jam kerja karyawan dalam 1 minggu adalah 40 jam,

jika menggunakan 5 hari kerja maka jam kerja per hari adalah 8 jam, dan

jika menggunakan 6 hari kerja/minggu maka jam kerja per hari adalah 7

jam.

2.11 Teknik Perhitungan Beban Kerja

Menghitung beban kerja personal secara sederhana dapat dilakukan

dengan mengobservasi apakah beban kerja yang ada dapat diselesaikan dengan

(54)

bersifat kualitas sehingga sulit untuk menggambarkan beban kerja personal

tersebut dan sangat subjektif.

Swansburg and Swansburg (1999), mengatakan bahwa ada empat teknik

perhitungan beban kerja perawat, yaitu :

1. Time study and task frequency

Adalah studi untuk menghitung beban kerja dari segi kualitas yang dikaitkan

pekerjaan dengan waktu yang dibutuhkan. Tujuannya untuk mengetahui

waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan,

langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

a. Menentukan sampel yang akan diambil setelah diklasifikasikan

b. Membuat formulir kesehatan yang akan diamati serta waktu yang

digunakan

c. Menentukan observer, harus yang mengetahui kompetensi responden

d. Satu observer mengamati satu orang perawat selama 24 jam.

2. Work sampling (merupakan variasi dari time study and task frequncy)

Work sampling adalah mengamati apa yang dilakukan perawat. Informasi

yang dibutuhkan dengan teknik ini adalah waktu da kegiatan yang dilakukan

oleh perawat melalui pengamatan interval waktu tertentu atau secara random

sebagai sample kegiatan. Pada work sampling orang yang diamati harus

dilihat/amati dari kejauhan.

Ilyas (2004), menjelaskan pada work sampling dapat diamati hala-hal

spesifik terhadap pekerjaan seperti : a) aktifitas apa yang sedang dilakukan

(55)

dengan fungsi dan tugasnya pada waktu jam kerja; c) proporsi waktu kerja

yang digunakan untuk kegiatan produktif atau tidak produktif; d) pola beban

kerja personel dikaitkan dengan waktu dan jadwal jam kerja. Masih menurut

Ilyas (2004) dengan cara work sampling peneliti akan mendapatkan informasi

yang tepat dari sejumlah personal yang diteliti mengenai kegiatan dan

banyaknya pengamatan kegiatan dari mulai datang sampai pulangnya

responden.

Beberapa tahap yang harus dilakukan dalam melakukan survey adalah :

a. Menentukan jenis personal perawat yang ingin diteliti

b. Bila jenis personel ini jumlahnya banyak, perlu dilakukan simple random

sampling.

c. Membuat formulir daftar kegiatan perawat yang diklasifikasikan sebagai

kegiatan produktif atau tidak produktif atau diklasifikasikan kegiatan

langsung dan tidak langsung.

d. Melatih pelaksana peneliti tentang cara pengamatan kerja dengan

menggunakan work sampling. Pengamat diharapkan memiliki latar

belakang sejenis dengan subjek yang ingin diamati. Setiap peneliti/

pengamat akan mengamati 5-8 orang perawat yang bertugas saat itu.

e. Pengamatan kegiatan perawat dilakukan dengan interval 2 – 15 menit

tergantung karakteristik pekerjaan yang dilakukan perawat. Semakin tinggi

tingkat mobilitas pekerjaan yang diamati, maka makin pendek waktu

pengamatan. Semakin pendek jarak pengamatan semakin banyak sampel

Gambar

Tabel 2.1.  Lima Kategori Karatif yang Berhubungan dengan Intervensi
Tabel 2.2. Kebutuhan Waktu untuk Pendidikan Kesehatan, Pengobatan
Tabel 2.3. Format Observasi Kegiatan Keperawatan (Formulir Work
Tabel 2.4. Format Observasi Kegiatan Keperawatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Based on this model, we can analyze the difference of EPI based on the Regions, Years, interaction Regions and Years, difference means of the level of ages and the interaction

fungsi dan arti penting angkutan peti kemas khususnya dengan kapal laut, meskipun di negara.. kita pada saat ini masih di dalam taraf pertumbuhan, namun

Hubungan persepsi perawat tentang manfaat discharge planning dengan pelaksanaan discharge planning di ruang rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, 9 orang

Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama

Salafi Hajuri menyebutkan bahwa kelompok Madkhali dan Rodja sudah tidak berpegang teguh dengan pendapat para ulama salaf dan ahlul hadits karena mereka telah terjatuh

Aji Sujatman , 201310225086, Fakultas Teknik Program Studi Teknik Informatika Universitas Bhayangkara Jakarta R aya, judul skripsi “ Sistem Pendukung Keputusan

Perkembangan ekonomi ditandai dengan adanya perubahan – perubahan yang menyebabkan perusahaan akan menghadapi berbagai kendala di dalam perkembangan bisnisnya. Aktivitas

Jadual 5.41:Peratusan Dan Kekerapan kalangan Ilmuwan Islam Tidak Mengetahui Perkaitan Sebenar Antara Qiraat Yang Dibaca Fuqaha Dengan Hukum Fiqh Dalam Mazhab.. xv