HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT PELAKSANA DENGAN
PERILAKU CARING PERAWAT DI ICU RUMAH SAKIT UMUM
PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
TESIS
Oleh
DONI SIMATUPANG
117046035/ADMINISTRASI KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT PELAKSANA DENGAN
PERILAKU CARING PERAWAT DI ICU RUMAH SAKIT UMUM
PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep) dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi Administrasi Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Oleh
DONI SIMATUPANG
117046035/ADMINISTRASI KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : Hubungan Beban Kerja Perawat Pelaksana dengan Perilaku Caring Perawat di ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Nama Mahasiswa : Doni Simatupang
Nomor Induk Mahasiswa : 117046035
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Minat Studi : Administrasi Keperawatan
Telah Diuji
Pada Tanggal : 27Agustus 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Drs. Heru Santosa, MS., Ph.D
Anggota : 1. Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep 2. Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D
PERNYATAAN
HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT PELAKSANA DENGAN PERILAKU CARING PERAWAT DI ICU RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
Tesis
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademis di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
Judul Tesis : Hubungan Beban Kerja Perawat Pelaksana dengan Perilaku Caring Perawat di ICU Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Nama Mahasiswa : Doni Simatupang
Nomor Induk Mahasiswa : 117046035
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan
Minat Studi : Administrasi Keperawatan
ABSTRAK
Perilaku Caring Perawat Pelaksana selain dipengaruhi faktor individu juga
dapat dipengaruhi oleh lingkungan kerja yaitu beban kerja, sebab beban kerja
yang tinggi dapat menyebabkan kelelahan, keletihan dan berakibat menurunnya
perilaku caring. Penelitian ini berjenis deskriptif analitik dengan pendekatan
cross sectional dan bertujuan mengetahui hubungan beban kerja perawat
pelaksana dengan perilaku caring perawat di ICU Rumah Sakit Umum Pusat H.
Adam Malik Medan. Teknik pengambilan sampling adalah total sampling dan
jumlah sampel 43 perawat pelaksana di ICU. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian adalah instrumen caring behaviorinventory/CBI-42 (Wolf,2006), dan
lembar observasi beban kerja perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
beban kerja perawat ≤360 menit 88.9% . Perilaku caring perawat di ICU 92,1%
caring behavior. Hasil analisis dengan Chi Square terdapat hubungan yang
signifikan antara beban kerja perawat dengan perilaku caring perawat (p-value =
Pusat H. Adam Malik Medan mempertahankan perilaku caring perawat untuk
mencapai pelayanan prima.
Title of the Thesis : The Correlation Between Nurse Practitioners Work Load And Their Caring
Behavior In The ICU of General Hospital
Centre Haji Adam Malik Medan
Name of Student : Doni Simatupang
Student ID Number : 117046035
Study Program : Master of Nursing
Field of Specialization : Nursing Administration
ABSTRACT
Caring behavior of nurse practitioners is not only influenced by individual
factor but also by work environment because high work load and fatigue which
cause the decrease in caring behavior.The research was descriptive analytic with
cross sectional design which involved 43 nurse practitioners in the ICU (Intensive
Care Unit). The instrument used in the research was CBI (caring behavior
inventory) of Wolf, 2006 and the observation sheets of nurses’ work load in order
to know the correlation between the work load of nurse practitioners and nurses’
caring behavior in the ICU of General Hospital Center H. Adam Malik, Medan.
The result of the research showed that nurses’ work load was ≤ 360 minutes
(88.9%), and their caring behavior in the ICU was 92.1% and in the good
category. The result of chi square analysis showed that there was significant
correlation between nurses’ work load and their caring behavior (p value = 0.000).
Malik, Medan, should maintain nurses’ caring behavior in order to achieve prime
service.
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya atas segala berkat dan kasihNya sehingga penyusunan tesis dengan judul
“Hubungan Beban Kerja Perawat Pelaksana dengan Perilaku Caring Perawat di
ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan” dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Tesis ini disusun dalam rangka dalam rangka memenuhi
salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar Magister Administrasi Keperawatan
program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara Medan
Peneliti menyadari dalam menyusun tesis ini, peneliti telah dibimbing
dengan baik oleh para dosen pembimbing dan mendapat banyak dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu sebagai bentuk rasa syukur, penulis mengucapkan
terima kasih kepada : dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti Program Magister Keperawatan, Setiawan, S.Kp,
MNS, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Magister Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Drs. Heru Santosa, MS, Ph. D, selaku
pembimbing I dan Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku pembimbing
II, yang dengan sabar memberikan bimbingan ilmiah melalui berbagai
pengarahan, sharing, dan usul/saran, yang juga dengan sabar memberikan
berbagai bimbingan ilmiah melalui pengarahan, sharing, dan usul/saran. Keluarga,
terutama suami dan anak-anakku tercinta yang selalu mendukung dalam doa dan
perhatian. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Program Magister Keperawatan
terlesaikannya penelitian ini. Seluruh mahasiswa Akper Depkes Medan yang telah
ikut membantu sehingga penelitian dapat dilaksanakan. Semua pihak yang tidak
dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah banyak memberi bantuan dalam
penyusunan tesis ini.
Tesis ini masih jauh dari sempurna, peneliti terbuka terhadap kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tesis ini.
Medan, Juli 2013
RIWAYAT HIDUP
Nama : Doni Simatupang, S.Kep., Ns.
Tempat/Tanggal Lahir : Pekan Baru, 5 Juli 1964
Alamat : Jl. Amal Gg. Horas No. 98 Medan
No. Telp./Hp : 081 264 97 5830
Riwayat Pendidikan :
Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus
SD SDN 6 Duri-Pk. Baru 1976
SLTP SMP Budi Luhur Rumbai-Pk. Baru 1980
SMU SMAN 3 Rumbai-Pk. Baru 1984
Diploma III Akper Depkes RI Jakarta 1987
Ners PSIK Universitas Sumatera Utara 2002
Magister Fakultas Keperawatan 2013
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Pekerjaan:
Perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Pusat Pirngadi Medan mulai
Oktober 1988 s.d Juli 1992
Staf Dosen di Poltekkes Kepmenkes Jurusan Keperawatan Medan mulai
1992 sampai sekarang
Kegiatan akademik selama studi:
Workshop Analisis data dengan Kontents Analysis & WEFT-QDA diMedan
tanggal 31 Januari 2012 sebagai Peserta
Seminar Penelitian Kualitatif sebagai Landasan Pengembangan
Pengetahuan Disiplin Ilmu Kesehatan di Medan tanggal 31 Januari
2012 sebagai Pembicara
In The 3 rd International Nursing Conference “Bringing Current Research
Into Nursing Practice for Improving Quality of Care” di Bandung
Optimalisasi Kolaborasi Perawat –Dokter dalam Upaya Peningkatan Mutu
Pelayanan Kesehatan di Medan tanggal 20 Juli 2012 sebagai Peserta
Oversea study visit “Nursing Administration in Hospital and Healthcare
System in Thailand” di Thailand tanggal 18 – 20 Februari 2013
sebagai peserta
Publikasi :
Simatupang, D., Santosa, H, Wahyuni, E.K. (2013). Hubungan beban kerja
perawat pelaksana dengan perilaku caring perawat di ICU Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Jurnal Riset Keperawatan
Indonesia,1 (2).
Proceeding :
Simatupang, D., Santosa, H, Wahyuni, E.K. (2013,1-2 April). Nursing Work Load
in ICU : Systemic riview. Oral Presentation at 2013 Medan International
Nursing on The Application of Caring Science on Nursing Advanced and
DAFTAR ISI
2.3 Paradigma Keperawatan Menurut Watson... 13
3.7 Variabel dan Definisi Operasional ... 53
3.8 Metode Pengukuran ... 53
3.8.1 Variabel Independen ... 53
3.8.2 Variabel Dependen ... 53
3.9 Metode Analisis Data ... 54
3.10 Pertimbangan Etik ... 54
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 56
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 56
4.2 Beban Kerja ... 57
4.3 Perilaku Caring ... 60
BAB 5 PEMBAHASAN ... 61
5.1 Beban Kerja Perawat Pelaksana di RSUP H. Adam Malik Medan ... 61
5.2 Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Ruang ICU RSUP H. Adam Malik Medan ... 64
5.3 Hubungan Beban Kerja Perawat Pelaksana dengan Perilaku Caring Perawat Di ICU RSUP.H. Adam Malik Medan ... 67
5.4 Keterbatasan Penelitian ... 69
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 70
6.1 Kesimpulan ... 70
6.2 Saran ... 70
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Lima Kategori Karatif yang Berhubungan dengan Intervensi Karatif dari Teori Watson (Watson Theory) ... 23
Tabel 2.2. Kebutuhan Waktu untuk Pendidikan Kesehatan, Pengobatan dan Tindakan untuk Setiap Shift ... 30
Tabel 2.3. Format Observasi Kegiatan Keperawatan (Formulir Work Sampling) ... 36
Tabel 2.4. Format Observasi Kegiatan Keperawatan ... 38
Tabel 3.1. Variabel dan Definisi Oprasional ... 53
Tabel 4.1. Karakteristik Perawat Pelaksana di ICU RSUP.H. Adam Malik Medan Juni 2013 (n = 43) ... 58
Tabel 4.2. Beban Kerja Perawat Pelaksana di ICU RSUP.H. Adam Malik Medan Juni 2013 (n = 43) ... 58
Tabel 4.3. Beban Kerja Perawat Pelaksana Per di ICU RSUP.H. Adam Malik Medan Juni 2013 (n = 43) ... 58
Tabel 4.4. Perilaku Caring Perawat Pelaksana di ICU RSUP.H. Adam Malik Medan Juni 2013 (n = 43) ... 59
Tabel 4.5. Perilaku Caring Perawat Pelaksana Per ICU di RSUP.H. Adam Malik Medan Juni 2013 (n = 43) ... 59
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 77
a. Informed Consent ... 78
b. Kuesioner Perilaku Caring Perawat ... 79
c. Lembar Observasi Beban Kerja Perawat ... 80
Lampiran 2 Biodata Expert ... 85
a. Kuesioner Perilaku Caring Perawat ... 86
Lampiran 3 Ijin Penelitian ... 88
a. Surat Pengambilan Data dari Dekan Fakultas Keperawatan.. 88
b. Surat Persetujuan Etik Penelitian ... 89
c. Surat Ijin Pengambilan Data dari Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan ... 90
d. Surat Telah Selesai Melakukan Penelitian dari Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan ... 91
Title of the Thesis : The Correlation Between Nurse Practitioners Work Load And Their Caring
Behavior In The ICU of General Hospital
Centre Haji Adam Malik Medan
Name of Student : Doni Simatupang
Student ID Number : 117046035
Study Program : Master of Nursing
Field of Specialization : Nursing Administration
ABSTRACT
Caring behavior of nurse practitioners is not only influenced by individual
factor but also by work environment because high work load and fatigue which
cause the decrease in caring behavior.The research was descriptive analytic with
cross sectional design which involved 43 nurse practitioners in the ICU (Intensive
Care Unit). The instrument used in the research was CBI (caring behavior
inventory) of Wolf, 2006 and the observation sheets of nurses’ work load in order
to know the correlation between the work load of nurse practitioners and nurses’
caring behavior in the ICU of General Hospital Center H. Adam Malik, Medan.
The result of the research showed that nurses’ work load was ≤ 360 minutes
(88.9%), and their caring behavior in the ICU was 92.1% and in the good
category. The result of chi square analysis showed that there was significant
correlation between nurses’ work load and their caring behavior (p value = 0.000).
Malik, Medan, should maintain nurses’ caring behavior in order to achieve prime
service.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau hasil yang harus dicapai
dalam suatu satuan waktu (Kep. Menpan No.75/2004). Sementara menurut
Marquis dan Houston (2010) beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau
aktifitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit
pelayanan keperawatan.
Beban kerja perawat menjadi isu yang selalu menarik untuk
diperbincangkan baik pada pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun swasta,
karena masalah beban kerja memiliki karakterstik yang berbeda antara unit
pelayanan dan antar rumah sakit. Masalah beban kerja perawat memiliki dampak
yang luas sehingga harus menjadi perhatian bagi institusi pelayanan kesehatan
terlebih bagi profesi perawat, seperti penelitian (Carayon dan Gurses, 2007)
menyatakan bahwa beban kerja perawat yang tinggi dapat menyebabkan kurang
atau buruknya komunikasi antara pasien dan perawat, berdampak pada buruknya
kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan serta berpengaruh terhadap
kondisi pasien. Soschalski (2004) menyatakan bahwa perawat dengan beban kerja
yang tinggi lebih sering melakukan kesalahan yang menyebabkan kejadian pasien
jatuh pada saat perawat bertugas. Kone (2007) menyatakan bahwa rumah sakit
dengan tenaga perawat yang kurang menghadapi resiko terhadap hal-hal yang
merugikan bagi pasien, seperti angka kejadian infeksi, shock. Tetapi jumlah
kepuasan kerja, sedangkan menurut Tarnow, Hauc, Warden, Shearer (2000)
kelebihan beban kerja menyebabkan terjadinya kesalahan dalam tindakan
keperawatan dan pengobatan oleh karena faktor human error/iatrogenic,
komplikasi, lambat dalam memberikan kebutuhan klien, menghentikan ventilasi
mekanik belum pada waktunya, menjadi faktor yang berkonstribusi terhadap
akibat yang merugikan.
Menurut Azwar (1996) mutu pelayanan kesehatan bagi pasien lebih terkait
pada dimensi ketanggapan petugas untuk memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran
komunikasi antar petugas dan pasien, keprihatinan dan keramah tamahan petugas
dalam melayani untuk kesembuhan penyakit pasien. Kepuasan pasien terhadap
pelayanan keperawatan didasarkan pada perilaku caring perawat, seperti: ramah,
respon cepat terhadap kebutuhan pasien, mau mendengar kebutuhan pasien dan
mendahulukan kepentingan pasien. Perilaku caring memiliki beberapa pengertian.
Beberapa ahli keperawatan mengartikan caring sebagai ciri atau karakter dari
manusia, caring sebagai ideal moral perawat. Pengertian caring sebagai hubungan
interaksi manusia di jelaskan oleh Watson (2002, dalam Tomey 2006).
Caring memiliki fungsi esensial pada keperawatan di ICU dan merupakan
aktifitas penting perawat dalam bentuk pemberian dukungan teknis yang
terintegrasi dalam asuhan keperawatan. Bentuk-bentuk wujud caring perawat
dilakukan dengan menumbuhkan sikap sensitif, tenang, sabar, jujur, tulus,
menghormati, tidak mengharapkan imbalan terhadap apa yang dilakukan,
mendorong klien untuk dapat mengekspresikan perasaannya dan dapat menerima
keberadaannya, melibatkan pasien dalam setiap tindakan yang akan dilakukan,
pasien melalui proses asuhan keperawatan, memberi penjelasan tentang penyakit
pasien, menyiapkan lingkungan yang kondusif, meyakinkan pasien akan
kesediaan perawat memberikan informasi, pertolongan dan memfasilitasi pasien
bertemu dengan pemuka agama. Keseluruhan sikap caring tersebut merupakan
aplikasi dari 10 faktor karatif (Watson, 2007).
Intensive Care Unit adalah tempat pasien dalam kondisi kritis/kondisi
hidup mengancam, tingkat ketergantungan total terhadap perawat, penggunaan
alat medis modern untuk mendukung hidup pasien karena mengalami berbagai
masalah kesehatan sehingga keadaan tersebut menyebabkan tingginya mobilitas
perawat, peningkatan beban kerja yang berdampak pada kurang optimalnya
pelayanan terhadap pasien dan beresiko meningkatnya angka kematian
(Nedleman, Buerhaus, 2003, Numata, et al, 2006)
Perawatan di Intensive Care Unit di dominasi perawatan yang berteknologi
tinggi karena kondisi pasien yang dirawat berada dalam periode rentan akibat
tindakan invasif, tidak stabil (Ashworth, 1990), sehingga perawat dituntut bekerja
sesuai aturan untuk menjamin efisiensi, presisi, standarisasi, dan regulasi
(Hamilton, 1998). Tindakan perawat untuk mengatasi berbagai gangguan yang
dihadapi pasien memberi kesan bahwa perawat hanya mengatasi masalah fisik dan
mengabaikan masalah fisiologi pasien dan berpotensi pada merosotnya perilaku
caring perawat.Peristiwa tersebut menjadi tantangan bagi perawat yang bekerja di
ICU untuk tidak kehilangan karakter dengan tetap fokus pada praktek
keperawatan yang harmonis, holistik dengan mengelola teknologi yang ada di
teknologi yang ada dan mampu merespon data yang muncul dari berbagai monitor
(Wilkin, 2003).
Perilaku caring tidak sekedar bersikap ramah, sabar, sensitif, namun
perilaku caring dapat disikapi dalam bentuk lain, misal klien yang dirawat di
ruang ICU banyak sekali menggunakan peralatan dengan teknologi canggih dan
kompetensi perawat terhadap teknologi dapat dipandang sebagai bentuk caring di
ICU (Locsin, 2005), karena peralatan dan teknologi canggih di ICU dapat
digunakan perawat untuk melakukan pengkajian, evaluasi melalui respon
fisiologis pasien.
Pryzby (2004) menyatakan Perilaku caring perawat di ICU memiliki
potensi yang besar terhadap penurunan respon stres keluarga karena anggota
keluarga dari penderita yang dirawat di ICU mengalami gejolak emosional, tidak
percaya, cemas (Azoulay, et al, 2003). Wilkin & Slevin, 2003 dalam penelitian
kualitatif tentang makna caring di ICU menyatakan bahwa teknologi merupakan
bagian integral dari perilaku caring pada lingkungan ICU dan penguasaan
teknologi merupakan sarana penunjang dalam praktek keperawatan dan sekaligus
memperhatikan aspek kemanusiaan dalam keperawatan.
Sobirin (2006) dan Juliati (2009) pada penelitian terkait hubungan beban
kerja dan motivasi penerapan perilaku caring, bahwa perawat dengan beban kerja
rendah memiliki motivasi yang tinggi dalam penerapan perilaku caring dan
perawat dengan beban kerja tinggi memiliki motivasi rendah dalam penerapan
perilaku caring. Meilati (2010), dalam penelitiannya bahwa pengaturan beban
kerja perawat yang baik dapat menciptakan perilaku caring.
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit tipe
A milik pemerintah dan menjadi pusat rujukan untuk wilayah Sumatera. Memiliki
keperawatan) memberikan pelayanan kesehatan Paripurna, bermutu dan
terjangkau oleh lapisan masyarakat, menyelenggarakan pendidikan dan latihan
yang bermutu untuk menghasilkan SDM yang professional dibidang kesehatan,
menyelenggarakan penelitian dan pengembagan dibidang kesehatan,
menyelenggarakan pelayanan penunjang kesehatan yang berkualitas dalam rangka
meningkatan mutu pelayanan. Penelitian Arlinda (2008) tentang pelaksanaan
karatif caring Perawat di ruang rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan adalah
58% dan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan 52%, sedangkan
menurut Qomariah (2012), perilaku caring perawat dalam praktek keperawatan di
ruang rawat inap RSUP. H. Adam Malik Medan adalah 53,3%.
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik telah melaksanakan
akreditasi nasional pada tahun 2003, 2006, dan 2010. Saat ini Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik mempersiapkan diri untuk pelaksanaan akreditasi
internasional. Hasil studi dokumentasi periode Jan-Des 2011 didapatkan bed
occupancy rate ( BOR ) 69,5%. Standard DepKes 2010 adalah 60-85 %, artinya
BOR) RS berada dalam standar ,length of stay ( LOS) 4,8 hr. Standar DepKes
2010, 6-9 hr, turn over interval ( TOI) 2 hr, bed turn over ( BTO) 52 kali.
1.2Perumusan Masalah
Perilaku Caring harus merupakan perilaku melekat pada perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan, dan menjadi indikator mutu pelayanan di rumah
sakit karena perawat ada dalam proporsi terbesar tenaga kesehatan, namun
kenyataan perilaku caring perawat di RSUP. H. Adam Malik Medan baru
mencapai 53,5% (Qomariah, 2012). Artinya bahwa hampir sebagian besar
berperilaku caring dan kondisi yang menyebabkan keadaan tersebut belum
diketahui penyebabnya.
Perilaku caring dapat dipengaruhi beberapa faktor, salah satu diantaranya
adalah faktor eksternal beban kerja perawat. Perawat yang berkerja pada unit
pelayanan intensif menghadapi beban kerja lebih besar daripada perawat yang
bekerja pada unit pelayanan lain, hal ini karena kondisi kritis yang dihadapi
pasien sehingga membutuhkan pelayanan keperawatan yang intensif/total care.
Hasil wawancara dengan kepala ruangan ICU bahwa perawat belum berperilaku
caring secara optimal karena beban kerja yang banyak sehingga perawat setiap
hari bekerja lebih berorientasi pada tugas rutinitas yang tinggi. Berdasarkan fakta
tersebut maka rumusan masalah penelitian yang ingin diketahui adalah hubungan
beban kerja perawat pelaksana dan perilaku caring perawat di ICU RSUP. H.
Adam Malik Medan.
1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan beban kerja perawat pelaksana dengan
perilaku Caring perawat di ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi beban kerja perawat pelaksana di ICU RSUP.
H. Adam Malik Medan.
b. Untuk mengidentifikasi perilaku Caring perawat pelaksana di ICU
RSUP. H. Adam Malik Medan.
c. Untuk mengidentifikasi hubungan beban kerja perawat pelaksana
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah Terdapat hubungan
antara beban kerja perawat pelaksana dengan perilaku Caring perawat di ICU
Rumah Sakit Umum Pusat Haji. A. Malik Medan.
1.5 Manfaat Penelitian a. Rumah Sakit
Menjadi bahan masukan bagi bidang keperawatan untuk menilai
ketepatan dalam menetapkan kebutuhan tenaga perawat yang disesuaikan
dengan beban kerja di ruang perawatan intensif.
Menjadi bahan masukan bagi bidang keperawatan untuk menyusun
program pengembangan dalam meningkatkan perilaku caring perawat.
b. Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian dapat menjadi dasar untuk pengembangan penelitian
tentang beban kerja perawat pada unit pelayanan intensif dan perilaku
caring perawat dengan menggunakan pendekatan metode yang berbeda.
c. Pendidikan Keperawatan
Menjadi bahan masukan pada pendidikan keperawatan untuk
meningkatkan pembelajaran mengenai perilaku caring pada pasien untuk
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Konsep Caring
Watson (1985), menjelaskan keperawatan merupakan pengetahuan
kemanusiaan dengan fokus utamanya adalah proses kepedulian pada manusia
sebagai individu, keluarga, dan kelompok. Dasar teorinya merupakan bentuk
kemanusiaan dan merupakan dasar mula philosophy being and knowing.
Sebagaimana tujuan dari teorinya adalah berpusat pada pertolongan
terhadap manusia untuk mencapai harmoni yang tinggi dalam pikiran, tubuh, dan
jiwa dapat tercapai melalui perilaku Caring. Untuk dapat melaksanakan Caring
dalam aktifitas sehari-hari, watson juga mengidentifikasi teorinya kedalam 10
karatif faktor, juga dihubungkan dengan transpersonal Caring yang digambarkan
sebagai ideal antar pasien dan perawat. Roach’s (1984), Caring dalam bentuk
human mode merupakan dasar pemikiran dalam tulisannya. Dasar teori kerjanya
konteks philosophy theology, dimana Roach menyatakan Caring sebagai sesuatu
yang unik dalam keperawatan. Selanjutnya dia menghadirkan salah satu konsep
karakteristik penting perawat sebagai disiplin yang memberikan pertolongan.
Dengan konsep pemikiran atribut Caring dikenal dengan istilah 5C : Compassion
(keharuan dan kasih sayang), Competence (kompetensi), Confidence (percaya
diri), Concience (hati nurani), Comitment (komitmen).
Boykin dan Schoenhofer (1993), menyajikan fokus unik keperawatan
sebagai nurturing (memelihara) manusia hidup dan berkembang di dalam Caring.
memperlakukan individu sebagai manusia seutuhnya (human mode of being) dan
merupakan gagasan penting yang harus diekspresikan manusia. Dasar
pemikirannya tergambar dalam pernyataan all persons are Caring (setiap orang
adalah Caring). Untuk mempertahankan gagasan tersebut setiap orang harus
terlibat dan memiliki komitmen untuk tahu diri sendiri dan orang lain sebagai
wujud Caring, serta gagasan akan menjadi lengkap dan bernilai penting dengan
memperlihatkan rasa hormat pada setiap orang ketika berkomunikasi.
Donabedians (1980), menyatakan bahwa praktek Caring dalam
keperawatan terdiri dari struktur, proses, dan outcome. Struktur terdiri dari
kategori dan sub kategori. Kategori struktur mencakup atribut perawat, isu
organisasi, atribut pasien. Atribut perawat yaitu kompetensi profesional,
komitmen dalam tugas, keterampilan interpersonal, karakteristik personal. Isu
organisasi adalah waktu, keterampilan yang beragam, peran perawat. Kategori
proses mencakup aktifitas perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien yaitu
kebutuhan pasien akan pemeriksaan, kebutuhan psikologi adalah komunikasi dan
pemberian informasi, kenyamanan, penuh perhatian (being attentive), mengetahui
pasien lebih dalam, mengambil waktu bersama pasien, memperlihatkan perilaku
respek, being firm dengan mengatakan hal-hal yang menarik bagi pasien dan
memberi sentuhan. Hasil dari proses Caring Donabedian (outcome) adalah pasien
merasa puas, pasien merasa nyaman, suasana lingkungan yang mendukung.
Berdasarkan kerangka konsep Donabedian jelas bahwa, kategori struktur
merupakan sumber daya dari Caring, sedangkan proses merupakan segala
aktifitas untuk mewujudkan Caring, dan outcome adalah hasil dari aktifitas
Beberapa pakar menguraikan pengertian serta konsep Caring sebagai
suatu sistem yang terbuka dan dalam pelaksanaannya dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor lingkungan individu. Faktor internal Caring sebagai
kemurahan hati, serta Caring sebagai nilai-nilai yang sangat tinggi yang sulit
didefenisikan sebagai compassion, concern, comitment, dan respect (Lea &
Watson, 1988).
Caring sebagai esensi keperawatan dalam memberikan pelayanan
keperawatan kepada individu, keluarga, dan masyarakat dengan penuh perhatian.
Memberikan pelayanan keperawatan Caring menjadi sangat penting baik dari
pihak perawat sebagai pemberi pelayanan tetapi juga bagi pihak keluarga pasien
dengan anggota keluarga yang dirawat (Hegedus,1999). Hasil riset O’connell,
Landers, 2008 tentang persepsi keluarga terhadap perilaku Caring perawat di
ruang kritikal adalah perlakukan klien sebagai individu, perawat mengerti
terhadap apa yang akan dilakukan, perawat tahu bagaimana memberikan suntikan
dan infus, perawat tahu menggunakan peralatan, memberikan pengobatan pasien
dengan tepat waktu, perlakukan klien dengan hormat, membuat klien atau
keluarga merasakan keberadaan perawat dan memberikan waktu yang fleksibel
untuk kunjungan keluarga. Pada penelitian yang sama, perilaku Caring yang
dipersepsikan perawat adalah perawat tahu apa yang akan dilakukan,
memperlakukan pasien dengan hormat, perlakukan pasien sebagai individu,
yakinkan pasien dalam kondisi yang baik dan diperhatikan, mengerti akan
kebutuhan pasien untuk kunjungan, pertahankan cara yang tenang, berikan
perhatian yang penuh pada pasien saat bersamanya, bantu pasien dalam
perawatannya sampai pasien mampu melakukannya, tahu kapan memanggil
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa lebih banyak persamaan
daripada perbedaan tentang persepsi Caring dari pihak perawat maupun dari pihak
keluarga pasien. Menggabungkan pandangan keluarga dan perawat dalam konteks
perawatan klien kritis dapat membuat perawat lebih kreatif dan berpusat pada
klien.
Perawatan pada ruang kritikal care adalah perawatan yang berfokus pada
klien, dengan peralatan yang serba modern, dan kolaborasi tim medis yang sangat
baik, sehingga faktor keluarga pada klien yang dirawat di ruang kritikal care
terabaikan. Penelitian lain yang dilakukan di ruang kritikal tentang dampak
perilaku Caring perawat terhadap respon stres keluarga (Pryzby, 2004), bahwa
pentingnya melibatkan keluarga pada klien yang dirawat di ruang kritikal, karena
perilaku Caring perawat terhadap keluarga merupakan bagian dari perilaku
Caring terhadap klien. 60% keluarga yang memiliki anggota keluarga dirawat di
ruang kritikal care mengalami kecemasan karena mengalami masalah hidup dan
mati.
Perilaku Caring perawat berdasarkan pengalaman perawat yang bekerja di
intensive care unit (Wilkin & Slavin, 2004). Ada tiga perilaku Caring perawat
dalam melaksanakan tugasnya terlibat, mempertahankan, dan frustasi. Terlibat
dapat dilakukan perawat bila perawat melibatkan diri dan hadir pada saat
momen-momen pemenuhan kebutuhan klien sebagai bagian dari keluarga, empati dan
memahami bahwa setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda.
Mempertahankan merupakan perilaku perawat dengan menunjukkan dukungan
hemodinamik pasien, perilaku Caring perawat dengan memberi dukungan
terhadap pasien dan keluarga terhadap kebutuhan informasi dan dukungan
emosional. Frustasi dapat terjadi bila perawat kurang mampu dalam bekerja sama
dalam tim untuk mencapai tujuan terhadap pasien, perawat tidak mampu
berkomunikasi secara efektif dengan keluarga atau karena adanya hambatan
dalam proses Caring. Perawatan kritikal merupakan bentuk pelayanan dimana
perilaku Caring perawat kepada klien lebih mengutamakan kemampuan
pengetahuan perawat. Seorang perawat harus memiliki kompetensi terhadap
penggunaan teknologi dan diaplikasikan sebagai salah satu wujud Caring kepada
klien (Wilkin & Slavin 2004). Informasi yang diperoleh perawat melalui berbagai
monitor dan mesin-mesin yang digunakan klien akan menjadi acuan perawat
untuk berespon terhadap kebutuhan klien untuk melakukan berbagai prosedur
pelayanan keperawatan maupun pengobatan klien.
2.2Tujuan Caring
Tujuan Caring adalah perilaku perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan, terdiri dari upaya melindungi, meningkatkan, dan menjaga/
mengabadikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain dalam proses
penyembuhan penyakit, penderitaan, dan keberadaannya, membantu orang lain
untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri dengan sentuhan
2.3Paradigma Keperawatan Menurut Watson 2.3.1 Keperawatan
Keperawatan adalah penerapan art dan human science melalui transaksi
transpersonal caring untuk membantu manusia mencapai keharmonisan pikiran,
jiwa, dan raga, yang menimbulkan self knowlodge, self control, self care, dan self
healing.
2.3.2 Klien
Klien adalah individu atau kelompok yang mengalami ketidak harmonisan
pikiran, jiwa, dan raga, yang membutuhkan bantuan terhadap pengambilan
keputusan tentang kondisi sehat-sakitnya untuk meningkatkan harmonisasi, self
control, pilihan, dan self determinant.
2.3.3 Kesehatan
Kesehatan adalah kesatuan dan keharmonisan di dalam pikiran, jiwa, dan
raga antara diri dengan orang lain dan antara diri dengan lingkungan.
2.3.4 Lingkungan
Lingkungan adalah dimana interaksi transpersonal caring terjadi antara
klien dan perawat.
2.4Asumsi Dasar Science Caring
Watson mengidentifikasi banyak asumsi dan beberapa prinsip dasar dari
transpersonal caring. Watson meyakini bahwa jiwa seseorang tidak dapat dibatasi
oleh ruang dan waktu. Watson menyatakan tujuh asumsi tentang science of
caring.
a. Caring dapat didemonstrasikan dan di praktekkan dengan efektif hanya secara
interpersonal.
b. Caring terdiri dari carative factor yang menghasilkan kepuasan terhadap
kebutuhan manusia tertentu.
c. Efektif caring meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan individu dan
keluarga
d. Respon Caring menerima seseorang tidak hanya sebagai dia saat ini, tetapi
juga menerima akan jadi apa dia kemudian
e. Lingkungan caring adalah sesuatu yang menawarkan perkembangan dari
potensi yang ada, dan disaat yang sama membiarkan seseorang untuk memilih
tindakan terbaik bagi dirinya saat itu
f. Caring lebih Healthogenic dari pada Curing
g. Praktek Caring merupakan sentral bagi keperawatan
2.5Elemen Caring
Sepuluh faktor karatif membentuk komponen utama dari Caring menurut
Watson (Watson, dalam Tomey, 2006). Faktor-faktor ini dapat diaktualisasikan
dalam setiap kegiatan ketika pasien berada bersama pasien dan membutuhkan
aktualisasi perawat secara personal, sosial, moral, dan spiritual. Sepuluh faktor
karatif tersebut meliputi:
a. Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistic
Pandangan Watson tentang manusia yaitu individu merupakan totalitas
dari bagian-bagian memiliki harga diri di dalam dan dari dirinya yang
dibimbing. Disamping itu lingkungan perawat yang memiliki sifat Caring
dapat meningkatkan dan membangun potensi seseorang untuk membuat
pilihan tindakan terbaik bagi dirinya (Tomey, 2006).
Manifestasi perilaku Caring perawat berdasarkan pengertian humanistic
dan altruistic adalah memanggil nama klien dengan nama yang paling disukai,
memenuhi dan merespon panggilan klien dengan segera, menghormati dan
melindungi privacy klien, menghargai dan menghormati pendapat dan
keputusan klien, menghargai dan mengakui sistem nilai klien, malakukan
pengakuan terhadap kebutuhan klien. Perilaku ini dilakukan perawat saat
pengkajian, perencanaan, tindakan dan eveluasi.
b. Menanamkan perilaku penuh pengharapan (Faith Hope)
Dapat dilakukan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan
keperawatan yang holistik. Disamping itu, perawat meningkatkan perilaku
klien dalam mencari pertolongan kesehatan dan membantu memahami
alternatif terapi yang diberikan, memberi keyakinan akan adanya kekuatan
penyembuahan dan kekuatan spiritual dengan penuh pengharapan (Tomey,
2006).
Manifestasi perilaku Caring perawat berdasarkan pengertian faith hope
adalah memberi motivasi kepada klien untuk terus berusaha mencari
pengobatan dan perawatan, melaksanakan perawatan dengan kepedulian yang
tinggi, menganjurkan klien untuk terus berdoa demi kesembuhannya,
c. Menumbuhkan sensitifitas terhadap diri dan orang lain
Perawat harus bisa belajar menghargai kesensitifan dan perasaan kepada
klien, sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan berperilaku
wajar pada orang lain karena penerimaan terhadap perasaan diri merupakan
kualitas personal yang harus dimiliki perawat sebagai orang yang memberi
bantuan kepada klien (Tomey, 2006).
Manifestasi perilaku Caring perawat berdasarkan pengertian
menumbuhkan sensitifitas terhadap diri dan orang lain adalah menunjukkan
perilaku tenang dan sabar, menemani atau mendampingi klien, menawarkan
bantuan dan memenuhi kebutuhan klien.
d. Mengembangkan hubungan saling percaya dan membantu
Perilaku ini merupakan hubungan saling menguntungkan dan sangat
penting bagi terbentuknya transcultural Caring atau berperilakuCaring antara
perawat dan klien yang dapat meningkatkan penerimaan perwujudan perasaan
baik positif maupun negatif. Hubungan ini menyangkut 3 hal, kecocokan
yang meliputi kesesuaian dengan kenyataan, kejujuran, ketulusan (tidak minta
imbalan) dan nyata, non possessive warmth ditunjukkan dengan bicara
dengan volume suara rendah, rileks, perilaku terbuka dan ekspresi wajah
sesuai dengan komunikasi orang lain (Tomey, 2006).
Manifestasi perilaku Caring perawat berdasarkan pengertian
mengembangkan hubungan saling percaya dan membantu adalah
mengucapkan salam dan memperkenalkan diri serta menyepakati dan
berbicara dengan suara lembut, posisi berhadapan, menjelaskan prosedur,
mengorintasikan klien baru, melakukan terminasi. Perawat memberikan
informasi dengan jujur, dan memperlihatkan perilaku empati yaitu, turut
merasakan apa yang dialami klien.
e. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien
Tujuan dari perilaku ini adalah untuk menciptakan hubungan
perawat-klien yang terbuka, saling menghargai perasaan dan pengalaman antara
perawat, klien dan keluarga. Perawat harus memahami dan menerima pikiran
dan perasaan baik positif ataupun negatif yang berbeda pada situasi berbeda.
Manifestasi perilaku Caring perawat berdasarkan meningkatkan dan
menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien adalah memberi
kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaannya, perawat
mengungkapkan penerimaannya terhadap klien, mendorong klien untuk
mengungkapkan harapannya, menjadi pendengar yang aktif.
f. Menggunakan metode secara sistematis dalam penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan.
Perawat menggunakan metode proses keperawatan sebagai pola pikir dan
pendekatan dalam penyelesaian masalah dan mengambil keputusan secara
sistematis.
Manifestasi perilaku Caring perawat berdasarkan penggunaan metode
secara sistematis dalam penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan
adalah melakukan proses keperawatan sesuai masalah klien, memenuhi
kebutuhan klien, melibatkan kliien, menetapkan rencana keperawatan bersama
klien, melibatkan klien dan keluarga dalam setiap tindakan dan evaluasi
g. Meningkatkan pembelajaran dan pengajaran interpersonal
Caring efektif bila dilakukan melalui hubungan interpersonal sehingga
dapat memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan persoanal, dan
memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal klien.
Manifestasi perilaku Caring perawat berdasarkan meningkatkan
pembelajaran dan pengajaran interpersonal adalah menciptakan lingkungan
yang kondusif untuk pemberian pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan klien,
menjelaskan keluhan secara rasional dan ilmiah, meyakinkan klien tentang
kesediaan perawat untuk memberikan informasi.
h. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spiritual yang mendukung
Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal klien
terhadap kesehatan kondisi penyakit klien. Manifestasi perilaku Caring
perawat berdasarkan menciptakan lingkunagn fisik, mental, sosiokultural, dan
spiritual yang mendukung adalah menyetujui keinginan dan memfasilitasi
klien untuk bertemu dengan pemuka agama dan menghadiri pertemuannya,
bersedia mencarikan alamat atau menghubungi keluarga yang ingin ditemui
oleh klien, menyediakan tempat tidur yang selalu rapih dan bersih, menjaga
kebersihan dan ketertiban ruang perawatan. Dari uraian tentang elemen
Caring diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa elemen Caring terdiri dari
komponen pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dilakukan oleh
perawat. Komponen pengetahuan diwakili dengan pernyataan seperti
masalah. Komponen keterampilan diwakili oleh pernyataan seperti membantu
kebutuhan dasar pasien dan menciptakan lingkungan yang mendukung
kesembuhan pasien. Komponen perilaku yang diwakili dengan pernyataan
seperti mampu berperilaku empati, jujur, menghargai, memiliki kerendahan
hati. Komponen perilaku memiliki proporsi yang lebih banyak dibandingkan
dengan komponen pengetahuan dan keterampilan, maksudnya telah
disinggung oleh para ahli dalam keperawatan sebagai elemen dari perilaku
Caring. Walaupun demikian, tidak ada komponen yang tidak penting karena
pasien juga mengharapkan perawat yang melakukan asuhan keperawatan
kepada mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang adekuat untuk
mendukung proses penyembuhan.
i. Membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan penuh penghargaan dalam rangka mempertahankan keutuhan dan martabat manusia
Perawat harus mengenal kebutuhan biofisical, psikofisical, dan
interpersonal dirinya dan klien. Kebutuhan klien pada tahap paling rendah
adalah kebutuhan biofisikal misalnya : makan, minum, eliminasi, ventilasi.
Kebutuhan yang lebih tinggi : psikososial misalnya, kemampuan aktivitas dan
seksual. Sedangkan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang lebih tinggi dari
kebutuhan intrapersonal dan interpersonal.
Hal ini sesuai dengan asumsi dasar teori caring, bahwa caring menjamin
adanya kepuasan terhadap kebutuhan manusia, karena caring
mengintegrasikan pengetahuan biofisikal dengan pengaruh perilaku manusia
sakit. Faktor ini juga sesuai dengan definisi sehat menurut Watson yaitu
dicapainya level yang tinggi secara menyeluruh dari fungsi-fungsi fisik,
mental dan sosial serta kemampuan adaptasi dan pemeliharaan kesehatan pada
level fungsional setiap hari (Tomey, 1996).
Manifestasi perilaku caring perawat adalah selalu bersedia memenuhi
kebutuhan dasar dengan selalu menyatakan bangga dapat menajdi orang yang
bermanfaat bagi klien, dan mampu menghargai klien dan privasi klien ketika
sedang memenuhi kebutuhannya, dan mampu menunjukkan pada klien bahwa
klien adalah orang yang pantas dihormati dan dihargai (Tomey, 1996).
Perilaku caring ini dapat dilakukan perawat pada saat pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi asuhan keperawatan.
j. Mengizinkan untuk terbuka pada eksistensial ; phenomenological dan dimensi spiritual caring serta penyembuhan yang tidak dapat dijelaskan secara utuh dan ilmiah melalui pemikiran masyarakat modern
Fenomenologi menguraikan tentang data suatu situasi yang membantu
pemahaman klien terhadap fenomena psikologi eksitensial adalah keberadaan
ilmu tentang manusia yang digunakan untuk menganalisis fenomenological.
Watson menyatakan faktor ini sulit untuk dipahami dan yang termasuk hal ini
adalah pengalaman berpikir dan memprovokasi untuk pemahaman yang lebih
baik (Tomey, 1996).
Manifestasi perilaku caring adalah memberi kesempatan kepada klien
dan keluarga untuk melakukan hal-hal yang bersifat ritual demi proses
penyembuhannya, mampu memfasilitasi kebutuhan klien dan keluarga
memotivasi klien dan keluarga untuk berserah diri pada Tuhan Yang Maha
Esa dan mampu menyiapkan klien dan keluarganya ketika menghadapi fase
berduka (proses kematian). Perilaku caring ini dapat dilakukan perawat pada
saat perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan (Tomey, 1996).
2.6Alat Mengukur Caring 2.6.1 CARE Q dan CARE/SAT
Caring Assesment Report evaluation-Q merupakan intrumen kuantitatif
pertama dan yang paling sering digunakan dalam mengukur perilaku Caring.
Instrumen ini dikembangkan oleh Larson pada tahun 1984 dan pada
perkembangannya dikembangkan untuk mengukur kepuasan pasien terhadap
pelayanan keperawatan yang diterima (CARE/SAT) (Watson, 2009).
Instrumen awal dikembangkan pada pasien yang meliputi 50 subskala
perilaku Caring yang terdiri dari accessible, comfort, anticipate, trusting
relationship, monitor and follow through. Penelitian dilakukan pada dua sampel
perawat profesional (n=57 dan n=112) memiliki total alfa cronbach 0,95.
2.6.2 Caring Behavior Assesment (CBA)
Instrumen ini dikembangkan oleh Cronin dan Harrison (1988, dalam
Watson, 2009) untuk mengukur perilaku Caring perawat yang ditinjau dari
persepsi pasien. Instrumen pernah dipakai pada pasien dengan infark miokard,
pasien di ruang bedah sebanyak 19 orang, serta 46 orang pasien dengan AIDS
(Parson, et all, 1993 dalam Watson, 2008). Kebenaran isi (content validity) sudah
dibuktikan oleh 4 orang yang berpengalaman dalam teori Caring. Kebenaran isi
melakukan penelitian di ruang UGD dan jumlah sampel pasien sebanyak 288
orang. Instrumen ini terdiri dari 63 pernyataan yang dikembangkan berdasarkan
sepuluh faktor karatif yang dikemukakan oleh Watson.
2.6.3 Caring Behavior Inventory (CBI)
Caring Behavior Inventory merupakan alat ukur perilaku Caring yang
dikembangkan dari konsep dasar teori Watson tentang transpersonal Caring
(1998). Uji coba dilakukan pada perawat dengan jumlah populasi 278 dan jumlah
klien 263. Instrumen ini terdiri dari 42 item pertanyaan dan memiliki nilai alfa
cronchbach antara 0,81 – 0,92 serta memiliki nilai reliabilitas 0,96. Instrumen ini
memiliki kelebihan yaitu penggunana waktu yang cukup singkat dalam pengisian
(12,38 menit, pada peringkat 2 dari 5 instrumen caring), konsisten dalam
penggunaan bahasa, instruksi mudah dimengerti, dapat menggambarkan persepsi
caring perawat dan pasien. Caring Behavior Inventory/CBI, Wolf, et al (2006)
membuat konsep lima kategori dimensi perilaku Caring tersebut tergambar pada
Tabel 2.1. Lima Kategori Karatif yang Berhubungan dengan Intervensi Karatif dari Teori Watson (Watson Theory)
Kategori Karatif Berhubungan dengan Intervensi Karatif dari Teori Watson
I Mengakui keberadaan manusia
• Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik
• Memberikan kepercayaan-harapan
• Menumbuhkan sensitifitas terhadap diri dan orang lain.
II Menanggapi dengan rasa hormat
• Mengembangkan hubungan saling percaya
• Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien
III Pengetahuan dan
keterampilan profesional
• Penggunaan sistematis metoda penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan
• Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal
IV Menciptakan hubungan positif
• Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spiritual yang mendukung
V Perhatian terhadap yang dihadapi orang lain
• Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manusiawi
• Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomologis agar pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai
Kategori 1) Mengakui keberadaan manusia, kategori ini merupakan
kombinasi dari tiga intervensi karatif yaitu pembentukan sistem nilai humanistik
dan altruistik, memberikan kepercayaan, harapan dan menumbuhkan sensitifitas
terhadap diri sendiri dan orang lain. Kategori mengakui keberadaan manusia
terdiri dari aktifitas Caring seperti menolong klien, berbicara dengan klien,
menghargai klien sebagai manusia dan bertindak cepat jika klien memanggil.
Kategori 2) Menanggapi dengan rasa hormat, kategori ini merupakan
kombinasi dari dua intervensi karatif yaitu : mengembangkan hubungan saling
klien. Kategori menanggapi dengan rasa hormat terdiri dari aktifitas Caring
seperti jujur, tulus hati, terus terang dengan klien, menunjukkan perilaku tanggap
terhadap klien dan memberikan informasi kepada klien untuk dapat mengambil
keputusan.
Kategori 3) Pengetahuan dan keterampilan profesional, kategori ini
merupakan kombinasi dari dua intervensi karatif yaitu, penggunaan sistematis
metode penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan dan peningkatan
pembelajaran dan pengajaran interpersonal. Kategori ini terdiri dari aktivitas
Caring seperti menjaga klien, mempercayai klien, dan memberikan perhatian
khusus pada saat kunjungan klien pertama kali.
Kategori 4) Menciptakan hubungan positif, kategori ini hanya terdiri dari
satu intervensi karatif yaitu menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural,
dan spiritual yang mendukung. Kategori ini terdiri dari aktivitas Caring seperti
memberi harapan kepada klien, membiarkan klien mengekspresikan perasaannya
dan mempercayai klien.
Kategori 5) Perhatian terhadap yang dialami orang lain, kategori ini
mencakup dua intervensi karatif yaitu memberi bimbingan dalam memuaskan
kebutuhan manusiawi dan mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat
fenomenologis agar pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai.
Kategori ini terdiri dari aktifitas membebaskan klien dari gejala-gejala, melakukan
perawatan klien dengan lembut dan baik.
2.7Caring Perawat di ruang ICU
Berdasarkan hasil penelitian O’Connel (2008) tentang pentingnya perilaku
perawat dan keluarga pasien. Perilaku Caring perawat sangat penting dan menjadi
sangat berharga bila dilakukan dengan kemampuan teknik perawat sehingga,
dapat mempersatukan perbedaan persepsi antara perawat dan keluarga pasien.
Pada penelitian lain tentang pengaruh perilaku Caring perawat terhadap respon
stres keluarga pada unit critical care diketahui bahwa perilaku Caring perawat
pada keluarga merupakan bagian dari perilaku Caring kepada pasien dengan
memberi kesempatan kepada keluarga terlibat dalam proses penyembuhan
(Pryzby, 2004).
2.8 Beban Kerja
Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau hasil yang harus dicapai
dalam suatu satuan waktu (Kep. Menpan no.75/2004). Sementara menurut
Marquis dan Houston (2010) beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau
aktifitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit
pelayanan keperawatan, Workload atau beban kerja diartikan sebagai patients
days yang merujuk pada jumlah prosedur, pemeriksaan kunjungan (visite) pada
klien. Hasil penelitian tentang beban kerja di bagian pelayanan intensive
Norwegia didapatkan bahwa score aktifitas perawat 75-90% per perawat
(Stafseth, 2011). Hasil penelitian tentang pengukuran beban kerja pada sumber
daya perawat bagian unit kritikal di Kanada, bahwa dengan menempatkan seorang
sekretaris dan seorang farmasi dapat menurunkan kebutuhan 2 perawat RPS dan 1
perawat RP untuk setiap shift (Vanderberg, 1998).
Berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa beban kerja perawat
prestasi yang ditetapkan dalam satuan waktu tertentu. Gillies (1996) menyatakan
bahwa untuk memperkirakan beban kerja perawat pada sebuah unit, manajer harus
mengumpulkan data tentang : jumlah pasien yang masuk pada unit itu setiap
hari/bulan/tahun, kondisi atau tingkat ketergantungan pasien, di unit tersebut,
rata-rata hari perawatan pasien, jenis tindakan keperawatan yang dibutuhkan pasien,
frekuensi masing-masing tindakan keperawatan yang dibutuhkan pasien, rata-rata
waktu yang dibutuhkan untuk memberikan tindakan keperawatan.
Perkiraan beban kerja perawat pada tiap unit dapat dilakukan dengan
mengumpulkan data tentang jumlah klien yang masuk pada unit itu setiap
hari/bulan/tahun, kondisi atau tingkat ketergantungan klien di unit tersebut,
rata-rata hari perawatan, jenis tindakan yang dibutuhkan klien, frekuensi
masing-masing tindakan keperawatan yang dilakukan, rata-rata waktu yang dibutuhkan
untuk memberi tindakan keperawatan (Gillies, 1996).
2.9 Tujuan Menghitung Beban Kerja (Work Load)
Menghitung beban kerja perawat memiliki beberapa alasan penting,
seperti yang dikemukakan Gillies (1999), menyebutkan alasan diukurnya beban
kerja perawat untuk mengkaji status kebutuhan perawatan klien, menentukan dan
mengelola staf, kondisi kerja dan kualitas asuhan, menentukan dan mengeluarkan
biaya alokasi sumber-sumber yang adekuat dan untuk mengukur hasil intervensi
keperawatan.
2.10 Mengukur Beban Kerja Perawat
Untuk mengukur beban kerja dikembangkan berdasarkan sistem
kerja yang lebih akurat karena dalam sistem klasifikasi klien dikelompokkan
sesuai tingkat ketergantungan klien atau sesuai waktu, tingkat kesulitan serta
kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan. Lebih jauh
Swansburg & Swansburg (1999) membagi tingkat ketergantungan klien menjadi
lima kategori :
1. Kategori 1 Perawatan Mandiri
a. Aktifitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai berikut
: dapat melakukan makan, minum sendiri atau dengan bantuan yang
minimal, merapikan diri dapat melakukan sendiri, dan kebutuhan eliminasi
dapat ke kamar mandi sendiri serta mengatur kenyamanan posisi tubuh
dapat dilakukan sendiri.
b. Keadaan umum baik, masuk ke rumah sakit untuk prosedur diagnosik
sederhana, check-up, bedah minor.
c. Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi, membutuhkan
penjelasan untuk tiap prosedur tindakan, membutuhkan
penjelasan/orientasi waktu, tempat dan orang tiap shift.
d. Tindakan dan pengobatan tidak ada atau hanya tindakan dan pengobatan
sederhana.
2. Kategori 2 Perawatan Minimal
a. Aktifitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai berikut
: makan/minum perawat membantu dalam mempersiapkan, masih dapat
makan dan minum sendiri, merapikan diri perlu sedikit bantuan demikian
juga dengan penggunaan urinal, kenyamanan posisi tubuh perlu sediikit
b. Keadaan umum : tampak sakit sedang, perlu monitoring tanda-tanda vital,
urine diabetik, drainage atau infus.
c. Kebutuhan pendidikan kesehatan dibutuhkan 5-10 menit setiap shift, klien
mungkin sedikit bingung atau agitasi tetapi dapat dikendalikan dengan
obat.
d. Pengobatan dan tindakan diperlukan waktu 20-30 menit setiap shift.
Diperlukan evaluasi terhadap aktifitas pengobatan dan tindakan. Perlu
observasi status mental setiap 2 jam.
3. Kategori 3 Perawatan Moderat
a. Aktifitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai berikut
: makan dan minum disuapi, masih dapat mengunyah dan menelan
makanan, merapikan diri tidak dapat dilakukan sendiri, eliminasi
disediakan pispot atau urinal, ngompol dua kali setiap shift, kenyamanan
posisi tergantung kepada perawat.
b. Keadaan umum mencakup gejala sakit dapat hilang timbul, perlu observasi
fisik dan emosi setiap 2-4 jam. Infus monitoring setiap 7 jam.
c. Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi perlu 10-30 menit
setiap shift, gelisah, menolak bantuan dapat dikendalikan dengan obat.
d. Pengobatan dan tindakan perlu 30-60 menit per shift, perlu sering diawasi
terhadap efek samping atau reaksi alergi. Perlu observasi status mental
setiap 1 jam.
4. Kategori 4 Perawatan Ekstensif (Semi Total)
a. Aktifitas kehidupan sehari-hari pada kategori ini diuraikan sebagai berikut
merapikan diri perlu dibantu semua, dimandikan, perawatan rambut dan
kebersihan gigi dan mulut harus dibantu, eliminasi sering ngompol lebih
dari dua kali setiap shift. Kenyamanan posisi perlu dibantu dua orang.
b. Keadaan umum : tampak sakit berat, dapat kehilangan cairan atau darah,
gangguan sistem pernapasan akut, perlu sering dipantau.
c. Kebutuhan pendidikan dan kesehatan dan dukungan emosi : perlu lebih
dari 30 menit setiap shift, klien gelisah, agitasi dan tidak dapat dikontrol
atau dikendalikan dengan obat.
d. Pengobatan atau tindakan : perlu lebih dari 60 menit per shift. Pengobatan
lebih banyak dilakukan dalam satu shift. Observasi status mental perlu
lebih sering (kurang dari 1 jam).
5. Kategori 5 Perawatan Intensif (Total)
Klien yang termasuk dalam kategori ini memerlukan pengawasan secara
intensif terus-menerus dalam setiap shift dan dilakukan satu perawatan untuk
satu klien. Semua kebutuhan klien diurus/dibantu oleh perawat.(Johnson, 1984
dalam Swansburg and Swansburg, 1999). Sedangkan kebutuhan waktu untuk
Tabel 2.2. Kebutuhan Waktu untuk Pendidikan Kesehatan, Pengobatan dan Tindakan untuk Setiap Shift
No. Kategori Pendidikan Kesehatan
Pengobatan dan
Tindakan Lain Jumlah
1 Mandiri Minimal
Waktu yang diperlukan untuk melakukan pendidikan kesehatan pada
klien dengan kategori mandiri relatif lebih tinggi dari kategori klien minimal
karena pada klien mandiri memerlukan pendidikan kesehatan yang terkait
dengan perawatan diri di rumah (discharge planning). Menurut Meyer (dalam
Gillies, 1994) dibutuhkan waktu 15 menit untuk pendidikan kesehatan. Untuk
shift malam hari kegiatan langsung diterima oleh klien hanya berupa tindakan
dan pengobatan, sebab klien perlu beristirahat dan tidur. Jadi pendidikan
kesehatan pada umumnya diberikan pada shift pagi dan sore.
Perhitungan beban kerja berdasarkan tingkat ketergantungan atau
klasifikasi klien dapat dilakukan berdasarkan kegiatan keperawatan selama
memberi asuhan keperawatan. Kegiatan keperawatan seperti kegiatan
keperawatan langsung dan kegiatan keperawatan tidak langsung (Johnson,
1984 dalam Swansburg and Swansburg, 1999). Lebih lanjut Situmorang
(1994), mengatakan bahwa kegiatan keperawatan selama memberikan asuhan
a. Kegiatan keperawatan langsung (direct care)
Kegiatan keperawatan langsung adalah kegiatan yang difokuskan kepada
klien dan keluarganya, meliputi komunikasi dengan klien dan keluarganya,
pemeriksaan atau kontrol klien, mengukur tanda-tanda vital, tindakan atau
prosedur keperawatan atau pengobatan, nutrisi dan eliminasi, kebersihan
klien, mobilisasi, transfusi, serah terima klien, pemeriksaan specimen
untuk pemeriksaan laboratorium, termasuk pendidikan kesehatan. Menurut
Gillies (1994) kebutuhan waktu untuk perawatan langsung setiap klien
adalah 4 jam/hari, sedangkan untuk klasifikasi perawatan mandiri (self
care) dibutuhkan waktu 1/2 x 4 jam = 2 jam; partial care dibutuhkan
waktu 3/4 x 4 jam = 3 jam; total care dibutuhkan waktu 1-1 1/2
b. Kegiatan keperawatan tidak langsung (indirect care)
x 4 jam =
4-6 jam; intensif care dibutuhkan waktu 2 x 4 jam = 8 jam. Penyuluhan
kesehatan tiap klien = 0,25 jam.
Kegiatan keperawatan tidak langsung (indirect care) adalah kegiatan yang
tidak langsung pada klien tetapi berhubungan dengan persiapan atau
kegiatan untuk melengkapi asuhan keperawatan seperti
mendokumentasikan hasil pengkajian, membuat diagnosa keperawatan,
menyusun intervensi, mendokumentasikan tindakan keperawatan yang
telah dilakukan, mendokumentasikan hasil evaluasi keperawatan,
melakukan kolaborasi dengan dokter tentang program terapi,
mempersiapkan status klien, mempersiapkan formulir untuk memeriksa
laborarium/radiologi, mempersiapkan alat untuk pelaksanaan tindakan
Masih merupakan kegiatan tidak langsung yaitu merapikan
lingkungan klien, menyiapkan atau memeriksa alat dan obat emergensi,
melakukan koordinasi/konsultasi dengan tim kesehatan lainnya,
mengadakan atau mengikuti pre dan post konferes, keperawatan/kegiatan
ilmiah keperawatan dan medis, memberikan bimbingan dalam melakukan
tindakan keperawatan, melakukan komunikasi tentang obat klien dengan
pihak farmasi/apotik, mengirim/menerima berita klien melalui telepon dan
membaca status klien.
Waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan tidak langsung tidak
dipengaruhi oleh tingkat ketergantungan klien. Apapun tingkat
ketergantungan klien, waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan tidak
langsung tetap sama, yaitu 38 menit/hari/klien (Gillies, 1989). Sedang
menurut Wolf & Young dalam Gillies, 1994 = 60 menit/hari/klien, hal
yang sama berdasar hasil riset di John hopkins Hospital dibutuhkan 60
menit/hari/klien untuk kegiatan tidak langsung (Gillies, 1994).
c. Kegiatan non-keperawatan (pribadi perawat)
Kegiatan pribadi perawat adalah kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan perawat, seperti sholat, makan,minum, kebersihan diri, duduk
di nurse station, ganti pakaian, dan ke toilet, dengan lokasi 15% dari total
waktu kerja setiap shift. Kegiatan lain perawat dan tidak produktif adalah
kegiatan yang tidak terkait dengan tugas dan tanggung jawab sebagai
perawat, merupakan kegiatan pribadi, misalnya : nonton TV, baca koran,
mengobrol, telepon, urusan pribadi, pergi ke luar ruangan, pergi untuk
keperluan pribadi, atau keluarga, datang terlambat dan pulang lebih awal
Perhitungan beban kerja juga dapat dilihat dengan
mengkategorikan kegiatan ke dalam kegiatan produktif atau tidak
produktif. Waktu produktif adalah waktu maksimum atau optimum yang
dipakai/digunakan karyawan atau staf untuk kegiatan uatma (sesuai tugas,
peran, dan fungsinya), artinya disini dilakukan dengan cara benar oleh
orang yang benar dan menggunakan alat/peralatan yang benar (Mochal,
2001). Lebih lanjut disebutkan secara umum rata-rata jam produktif
perhari karyawan adalah 6 – 6,5 jam perhari dari 8 jam perhari atau
75%-80%, sedang sisanya digunakan untuk kegiatan yang non produktif seperti
aktifitas administratif, bersifat pribadi seperti kebutuhan utuk berobat, ke
kamar mandi (toilet) dan lainnya. Sedangkan menurut Marquis (2010),
karyawan memiliki waktu tidak produktif selama 1 jam dari waktu kerja
terdiri dari 30 menit istirahat makan siang, dan 2 kali 15 menit untuk
istirahat. Ilyas (2004), waktu kerja produktif optimum perawat adalah
berkisar dari 80% waktu kerja, digunakan untuk menilai apakah beban
kerja perawat tinggi. Berdasarkan Undang Undang No. 13 Tahun 2003
Pasal 77 ayat 1 bahwa jam kerja karyawan dalam 1 minggu adalah 40 jam,
jika menggunakan 5 hari kerja maka jam kerja per hari adalah 8 jam, dan
jika menggunakan 6 hari kerja/minggu maka jam kerja per hari adalah 7
jam.
2.11 Teknik Perhitungan Beban Kerja
Menghitung beban kerja personal secara sederhana dapat dilakukan
dengan mengobservasi apakah beban kerja yang ada dapat diselesaikan dengan
bersifat kualitas sehingga sulit untuk menggambarkan beban kerja personal
tersebut dan sangat subjektif.
Swansburg and Swansburg (1999), mengatakan bahwa ada empat teknik
perhitungan beban kerja perawat, yaitu :
1. Time study and task frequency
Adalah studi untuk menghitung beban kerja dari segi kualitas yang dikaitkan
pekerjaan dengan waktu yang dibutuhkan. Tujuannya untuk mengetahui
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan,
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Menentukan sampel yang akan diambil setelah diklasifikasikan
b. Membuat formulir kesehatan yang akan diamati serta waktu yang
digunakan
c. Menentukan observer, harus yang mengetahui kompetensi responden
d. Satu observer mengamati satu orang perawat selama 24 jam.
2. Work sampling (merupakan variasi dari time study and task frequncy)
Work sampling adalah mengamati apa yang dilakukan perawat. Informasi
yang dibutuhkan dengan teknik ini adalah waktu da kegiatan yang dilakukan
oleh perawat melalui pengamatan interval waktu tertentu atau secara random
sebagai sample kegiatan. Pada work sampling orang yang diamati harus
dilihat/amati dari kejauhan.
Ilyas (2004), menjelaskan pada work sampling dapat diamati hala-hal
spesifik terhadap pekerjaan seperti : a) aktifitas apa yang sedang dilakukan
dengan fungsi dan tugasnya pada waktu jam kerja; c) proporsi waktu kerja
yang digunakan untuk kegiatan produktif atau tidak produktif; d) pola beban
kerja personel dikaitkan dengan waktu dan jadwal jam kerja. Masih menurut
Ilyas (2004) dengan cara work sampling peneliti akan mendapatkan informasi
yang tepat dari sejumlah personal yang diteliti mengenai kegiatan dan
banyaknya pengamatan kegiatan dari mulai datang sampai pulangnya
responden.
Beberapa tahap yang harus dilakukan dalam melakukan survey adalah :
a. Menentukan jenis personal perawat yang ingin diteliti
b. Bila jenis personel ini jumlahnya banyak, perlu dilakukan simple random
sampling.
c. Membuat formulir daftar kegiatan perawat yang diklasifikasikan sebagai
kegiatan produktif atau tidak produktif atau diklasifikasikan kegiatan
langsung dan tidak langsung.
d. Melatih pelaksana peneliti tentang cara pengamatan kerja dengan
menggunakan work sampling. Pengamat diharapkan memiliki latar
belakang sejenis dengan subjek yang ingin diamati. Setiap peneliti/
pengamat akan mengamati 5-8 orang perawat yang bertugas saat itu.
e. Pengamatan kegiatan perawat dilakukan dengan interval 2 – 15 menit
tergantung karakteristik pekerjaan yang dilakukan perawat. Semakin tinggi
tingkat mobilitas pekerjaan yang diamati, maka makin pendek waktu
pengamatan. Semakin pendek jarak pengamatan semakin banyak sampel