TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teoritis 1. Prestasi Belajar
a. Pengertian prestasi belajar
Prestasi adalah hasil belajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990:700) sedangkan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Menurut para penulis buku psikologi belajar, mereka mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman (Ali Imron 1996:3).
Apabila seseorang belajar maka ia akan memperoleh hasilnya. Hasil belajar adalah perubahan dalam diri siswa, ketika ia dapat mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak diketahuinya. Setiap orang mempunyai hasil yang berbeda dari yang telah dipelajarinya. Keberhasilan siswa dalam kegiatan yang disebut belajar akan nampak pada prestasi belajar yang diraihnya. Prestasi belajar dapat diketahui dari evaluasi belajarnya (Sudjana, 1990:28).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Menurut Handitono, (1994:229) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, antara lain:
1) Faktor intern yaitu faktor yang berasal dari individu, yang meliputi: a) faktor psikologis yaitu faktor yang berhubungan dengan
kejiwaan misalnya intelegensi, perhatian, minat, bakat, emisi, dan kesiapan maupun kelelahan.
b) faktor biologis yaitu hal-hal atau hambatan-hambatan yang secara langsung berhubungan dengan siswa yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh.
2) Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar individu
Faktor ekstern ini meliputi keluarga, masyarakat, dan sekolah. Keluarga merupakan tempat pertama kali seorang anak belajar. Sekolah merupakan tempat seorang anak mendapatkan pendidikan formal ditempat ini pula biasanya pengukuran prestasi belajar dilakukan, dan masyarakat merupakan lingkungan seorang anak belajar lebih banyak dibandingkan belajar di keluarga dan sekolah.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994: 235-523) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, antara lain:
1) Faktor internal
a) Sikap terhadap belajar, merupakan kemampuan memberikan
penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak atau mengabaikan kesempatan belajar.
b) Motivasi belajar, merupakan kekuatan mental yang mendorong
terjadinya proses belajar. Jika motivasi melemah akan mengakibatkan melemahnya kegiatan belajar, maka mutu hasil belajar akan menjadi rendah.
c) Konsentrasi belajar, merupakan kemampuan memusatkan
perhatian pada pelajaran yang tertuju pada isi bahan pelajaran maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta istirahat.
d) Mengolah bahan pelajaran, merupakan kemampuan untuk
menerima isi dan cara perolehan ajaran yang dikembangkan diberbagai mata pelajaran, sehingga menjadi bermakna.
e) Menyimpan perolehan hasil belajar, merupakan kemampuan
menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek (hasil belajar cepat dilupakan) dan waktu yang lama (hasil belajar tetap dimiliki). Proses belajar terdiri dari penerimaan, pengolahan, penyimpanan, dan pengaktifan yang berupa penguatan serta pembangkitan kembali untuk dipergunakan.
f) Menggali hasil belajar yang tersimpan, merupakan proses pengaktifan pesan yang telah diterima. Dalam pesan baru, mahasiswa akan memperkuat pesan dengan cara memperbaiki kembali atau mengaitkan dengan bahan lama. Proses menggali pesan lama tersebut dapat berwujud transfer belajar atau unjuk prestasi belajar. Gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama dapat bersumber dari kesukaran penerimaan, pengolahan dan penyimpanan.
g) Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, merupakan
suatu puncak proses belajar yang membuktikan keberhasilan belajar dalam memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar.
h) Rasa percaya diri, timbul dari keinginan mewujudkan diri
bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan.
i) Intelegensi dan keberhasilan belajar, adalah salah satu
kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Faktor yang mempengaruhi intelegensi meliputi kurangnya fasilitas belajar, mahasiswa makin dihadapkan oleh berbagai pilihan dan mereka merasa ragu dan takut gagal, kurangnya dorongan mental dari orang
tua karena tidak memahami apa yang dipelajari oleh anaknya di sekolah, keadaan gizi yang rendah.
j) Kebiasaan belajar, dalam kegiatan sehari-hari ditemukan
adanya kebiasaan belajar yang kurang baik antara lain berupa belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur menyia-nyiakan kesempatan belajar, datang terlambat.
k) Cita-cita, merupakan eksplorasi dan emansipasi diri
mahasiswa.
2) Faktor eksternal
a) Guru adalah pengajar yang mendidik, ia tidak hanya mengajar
bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya.
b) Prasarana dan Sarana, kelengkapannya merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal itu tidak berarti lengkapnya sarana dan prasarana menentukan jaminan terselenggaranya proses belajar yang baik.
c) Faktor Keluarga, hubungan yang baik antara anggota keluarga dapat membantu dalam kegiatan belajar, sehingga dimungkinkan prestasi belajar lebih baik.
d) Faktor lingkungan, lingkungan dimana mengemukakan siswa tinggal, berpengaruh pada kegiatan belajarnya.
e) Kurikulum, program pembelajaran mendasarkan diri pada suatu kurikulum.
Menurut Masrun dan Sri Mulyani Martiniah, (1976:21) seorang siswa dalam studinya dapat mencapai prestasi belajar yang baik apabila didukung oleh adanya usaha-usaha sebagai berikut:
1. Mempunyai tujuan belajar yang jelas.
2. Mempunyai motivasi intrinsik.
3. Mempunyai minat belajar.
4. Mempunyai kecakaapan dalam penguasaan bahan.
5. Mempunyai kecakapan dalam mengikuti pelajaran.
2. Persepsi Siswa Tentang Variasi Gaya Mangajar Guru
a. Persepsi Siswa
Persepsi pada hakekatnya adalah proses pemahaman yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat pendengaran, penglihatan, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi (Thoha, 1983:38).
Persepsi dapat pula diartikan sebagai proses pemahaman yang terorganisir dan menggabungkan data-data indera atau penginderaan untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita (Davidoff, 1981:232).
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pemahaman, menerima, pengorganisasian, dan menginterpretasikan rangsang dari lingkungan
melalui panca indera, sehingga individu menyadari dan mengerti tentang yang diinderakan.
Persepsi siswa terhadap proses belajar mengajar sangat berpengaruh pada prestasi belajar mereka, karena guru sangat dominan dalam menentukan keberhasilan masing-masing siswa. Profesionalitas guru dalam mengelola kelas merupakan kunci utama dalam strategi belajar mengajar.
Guru hendaknya harus senantiasa menggunakan variasi gaya mengajar, misalnya dengan memberikan acungan jempol bagi siswa yang mampu mengerjakan soal di depan kelas dengan baik atau berjalan mendekati siswa sambil memberikan penjelasan apabila siswa mengalami kesulitan dalam belajar atau mengerjakan soal. Dengan demikian siswa akan merasa bahwa di dalam proses belajar mengajar dihargai oleh guru sehingga proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan apa yang didengar dan dilihat dapat dimengerti secara maksimal dan pada akirnya siswa dapat memberikan penilaian.
b. Pengertian Mengajar
Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan (Mohamad, 1984:3). Mengajar dapat pula diartikan sebagai suatu upaya pendidikan dalam
memberikan perangsang, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.
Menurut Gane and Briggs (Mohamad, 1984:4) menyatakan bahwa “instruction is a set of event which affect learners in such a way that learning is facilitated”, yang dapat disimpulkan bahwa mengajar pada hakekatnya merupakan upaya guru dalam memberi kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses belajar. Gane dan Briggs juga melihat pentingnya proses belajar siswa secara aktif dalam pengajaran. Jadi, yang penting dalam mengajar bukan upaya guru dalam menyampaikkan bahan, tetapi bagaimana siswa dapat mempelajari bahan sesuai tujuan. Dalam hal ini guru bertindak sebagai director dan
facilitator of learning yaitu sebagai pengarah dan pemberi fasilitas untuk terjadinya proses belajar.
Menurut Sardiman (1986:47), mengajar adalah menyampaikan pengetahuan. Menurut pengertian ini berarti tujuan belajar dari siswa itu hanya sekedar ingin mendapat atau menguasai pengetahuan. Konsekuensi dari pengertian semacam ini akan membuat kecenderungan anak menjadi pasif, karena hanya menerima informasi atau pengetahuan yang diberikan gurunya, sehingga pengajarannya
bersifat teacher centered, jadi gurulah yang memegang posisi kunci
Mengajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai salah satu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan siswa, sehingga terjadi proses belajar yang nyaman. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu cara atau upaya yang digunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa yang bertujuan untuk menyampaikkan informasi atau pengetahuan yang berguna bagi siswa.
c. Gaya Mengajar
Gaya mengajar adalah sikap yang harus dilakukan untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung bagi proses belajar mengajar. Gaya mengajar sangat dipengarui oleh cara guru memandang diri mereka sendiri dan cara guru memandang siswa. Hal ini bisa berarti bahwa perasaan guru, mewarnai corak pengajaran dan pola interaksi dengan siswa (M. Entang, 1981:4). Gaya mengajar menurut Winkel (1996:204) adalah keseluruhan tingkah laku guru yang khas bagi dirinya dan agak bersifat menetap pada setiap kali mengajar.
Menurut Roggema dalam Winkel (1996:205) membedakan gaya mengajar menjadi dua, antara lain:
1). Formal
a) guru sangat terikat dengan kurikulum pengajaran yang telah ditetapkan;
b) menuntut banyak prestasi hafalan; c) berpegang pada buku pelajaran; d) bergaya memimpin lebih otoriter;
e) kurang bersedia menerima sumbangan pikiran dari siswa; f) menekankan perlunya siswa belajar untuk lulus ujian. 2). Informal
a) penentuan luas materi pelajaran tergantung dari kebutuhan
siswa;
b) mendorong siswa untuk berdiskusi mengenai materi pelajaran;
c) memberikan pandangan sendiri terhadap pelajaran;
d) bergaya memimpin lebih demokratis;
e) menanggapi dengan baik pikiran kritis siswa;
f) menekankan agar siswa belajar demi perkembangan diri
sendiri.
d. Variasi Gaya Mengajar
Kebosanan merupakan salah satu masalah penting di dalam kelas. Siswa duduk dengan tenang mendengar dan melihat guru mengajar selama berjam-jam, sambil terkantuk-kantuk dan penuh kebosanan. Gaya mengajar yang monoton akan membuat siswa malas untuk mengikuti proses belajar mengajar.
Hal yang diperlukan oleh guru adalah mengadakan variasi dalam mengajar. Variasi dalam mengajar banyak sekali bila dilakukan dengan
sungguh-sungguh akan sangat menarik dan dapat mempertahankan
minat dan semangat siswa dalam belajar. Menurut Raflis Kosasi, (1984:6-7) biasanya variasi muncul dalam komponen-komponen, sebagai berikut:
1) Penggunaan variasi suara
Variasi suara adalah perubahan nada suara keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat, dari suara gembira menjadi sedih, atau pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.
2) Pemusatan perhatian
Memusatkan perhatian pada hal yang dianggap penting dapat dilakukan oleh guru dengan perkataan atau kalimat dan ungkapan senada dengan itu dan biasanya diikuti dengan isyarat.
3) Kesenyapan
Adanya kesenyapan yang tiba-tiba yang disengaja selagi guru menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian. Perubahan stimulasi dari adanya suara ke keadaan tenang atau senyap atau dari keadaan adanya kesibukan kegiatan dan kemudian dihentikan, akan dapat menarik perhatian karena siswa ingin tahu apa yang terjadi.
4) Mengadakan kontak pandang
Bila guru berbicara berinteraksi dengan siswanya hendaknya pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat ke mata siswanya untuk menunjukkan hubungan yang intim dengan mereka.
5) Gerakan badan dan mimik
Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala, gerakan badan adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi. Hal ini tidak hanya sekedar menarik perhatian, tetapi lebih dari itu dapat menyampaikkan arti dari pesan lisan yang disampaikan.
6) Pergantian posisi guru dalam kelas
Pergantian posisi guru dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa. Hal yang penting diingat adalah variasi ini digunakan dengan maksud tetentu, dan dilakukan secara wajar tidak berlebihan.
Salah satu tujuan untuk mendapatkan hasil dalam belajar, guru tidak terikat pada teknik atau metode atau media tertentu akan tetapi guru dapat memanfaatkan salah satu atau semuanya secara berkombinasi. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa cara efektif untuk memperoleh hasil pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan melibatkan penuh pembelajar bersama siswa, variasi dan keragaman dalam metode mengajar, motivasi internal, dan integritas belajar menyeluruh.
3. Intensitas Belajar
Seorang siswa tidak bisa lepas dari kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar, waktu merupakan salah satu faktor penting sehingga perlu diperhatikan. Seperti berapa lama waktu yang digunakan untuk belajar atau berapa jumlah jam belajar yang digunakan untuk belajar, berapa kali waktu yang disediakan untuk belajar dalam sehari perlu mendapat perhatian. Intensitas belajar adalah banyaknya waktu yang digunakan untuk belajar dengan baik. Dalam sehari berapa lama siswa melakukan aktivitas belajar yang benar-benar menghasilkan. Setiap siswa umumnya mempunyai waktu rata–rata 11 jam setiap hari untuk keperluan kegiatan belajar. Sedang sisa waktu yang lain, 8 jam digunakan untuk tidur, 3 jam untuk pemeliharaan diri, dan 2 jam digunakan untuk keperluan pribadi dan urusan sosial (Gie, 1995:171). Jika dalam 11 jam tersebut 7 jam digunakan untuk belajar disekolah maka sisanya sebanyak 4 jam digunakan untuk belajar diluar sekolah, seperti dirumah, dilembaga bimbingan belajar atau kelompok belajar dimasyarakat.
Dalam waktu belajar dalam sehari yang relatif banyak tersebut, siswa hendaknya, dapat memanfaatkan sebaik-baiknya sehingga hasil belajar yang dicapai optimal. Intensitas belajar dalam arti seberapa banyak waktu yang digunakan untuk belajar akan mempengaruhi kegiatan belajarnya sehingga akan mementukan tinggi rendah hasil belajarnya. Semakin
banyak intensitas belajar yang digunakan untuk belajar maka hasil yang dicapai akan semakin tinggi.
4. Sarana Belajar
Pengertian sarana menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (1976:123) sarana belajar adalah segala sesuatu yang memudahkan. Dari pengertian tersebut dapat diidentifikasi arti sarana belajar adalah segala sesuatu yang memudahkan siswa melakukan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai tujuan belajar yang baik dan memuaskan. Sarana belajar merupakan salah satu faktor eksteren yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar. Sarana belajar mempunyai fungsi, untuk menunjang dan menggalakan kegiatan belajar siswa agar kegiatan belajar tersebut berjalan dengan baik dan lancar. Jadi kelengkapan sarana belajar yang dimiliki siswa sangat berpengaruh terhadap prestasi belajarnya, maka orang tua tidak boleh melupakan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan anak-anaknya dalam membantu meningkatkan proses belajar anak, menurut Thamrin Nasution dan Nurhalijah Nasution, (1995: 64) sarana belajar antara lain sebagai berikut:
a. Peralatan sekolah
Peralatan ini bisa berwujud buku pelajaran, buku tulis, bolpoint, pensil, karet penghapus dan lain-lain. Siswa mempunyai peralatan yang lengkap akan cenderung bersemangat dalam belajar karena alat-alat yang menunjang dalam belajarnya terpenuhi. Berbeda dengan siswa
yang peralatanya tidak lengkap, mereka akan cenderung malas untuk belajar karena apa yang dibutuhkan sebagai penunjang tidak ada. Jadi kelengkapan peralatan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
b. Kamar belajar
Kamar belajar adalah sarana yang penting bagi anak. Dengan adanya tempat yang khusus bagi anak untuk belajar maka anak akan lebih terbantu dalam berkonsentrasi dalam belajarnya. Oleh karena itu, kamar belajar sangat penting bagi siswa dalam kegiatan belajar di rumah sehingga proses pemahaman dapat tercapai secara maksimal dan pada akirnya prtestasi belajar meningkat.
c. Meja belajar dan kursi belajar
Meja belajar dan kursi belajar merupakan sarana yang diperlukan anak. Dengan adanya meja dan kursi sendiri, maka dalam belajar anak merasa nyaman. Kenyamanan dalam belajar akan mempengarhui itensitasnya dalam belajar pula. Anak yang itensitas belajarnya tinggi cenderung prestasinya tinggi pula.
d. Penerangan
Penerangan merupakan sarana penting dalam mendukung belajar anak. Dengan penerangan yang cukup maka belajar anak akan lebih tahan lama, karena dengan lampu yang terang, maka anak akan lebih jelas dalam membaca buku dan mata anak tidak akan merasa terganggu.
Dengan demikian adanya penerangan yang cukup akan cenderung mempengarui prestasi belajar anak.
5. Lingkungan Belajar
Selain faktor individu, faktor lingkungan lebih-lebih lingkungan belajar sangat menentukan motivasi belajar seseorang untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik. Sebab individu secara sadar atau tidak senantiasa tersosialisai oleh lingkungannya. Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang terdapat ditempat belajar. Lingkungan belajar ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial (Ali Imron, 1996:103).
a. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik adalah tempat dimana pembelajaran tersebut belajar, sehingga si pembelajar dapat merasakan kalau tempat belajarnya nyaman atau tidak, segar ataukah pengap. Hal-hal yang demikian sangat berpengaruh pada motivasi belajar yang pastinya akan berpengaruh pada pencapaian prestasi belajar seseorang. Tempat belajar yang berantakan, tidak tertata rapi, tidak akan memberikan gairah untuk belajar seseorang. Sebaliknya, tempat belajar yang teratur, yang tertata rapi, akan mendorong seseorang bergairah belajar. Tempat belajar yang bising juga menggangu belajar seseorang, sebaliknya tempat belajar yang tenang bisa menimbulkan gairah belajar.
b. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial adalah suatu lingkungan dimana seseorang itu ada keterkaitan dengan orang lain. Lingkungan sosial ini bisa berupa lingkungan sepermainan, lingkungan teman sebaya, kelompok belajar, lingkungan keluarga. Walaupun faktor pribadi seseorang lebih menentukan terhadap diri sendiri haruslah diakui bahwa kelompok belajar, lingkungan sepermainan, lingkungan teman sebaya, maupun lingkungan keluarga ini pun sangat menentukan motivasi belajar seseorang dalam pencapaian prestasi belajar yang baik.
Misalnya, jika dalam suatu lingkungan sosial seseorang tidak terbiasa dengan aktivitas belajar, atau dapat disebut belajar belum membudaya maka seseorang itu kurang memotivasi atau bahkan tidak termotivasi sama sekali untuk belajar. Begitu pula dalam lingkungan keluarga yang kurang mendukung bahkan tidak adanya dorongan dan pengertian dari orang tua maupun anggota keluarga lainnya, terkadang seseorang mengalami lemah semangat untuk belajar.
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan topik ini memberikan suatu masukan baik bagi siswa untuk senantiasa termotivasi dalam belajar sehingga prestasi belajar yang sudah tinggi dapat dipertahankan dan terus ditingkatkan (Indriawati, 1999:86). Hasil penelitian Subagyono (1996) menemukan bahwa
ada hubungan yang positif dan signifikan antara variasi gaya mengajar guru dengan prestasi belajar siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi dapat diprediksi dari variasi gaya mengajar guru. Hal ini berarti semakin bervariasi gaya mengajar guru maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa.
Hasil penelitian Isti Rahayu (2000), menemukan bahwa sarana belajar mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini berarti tersedianya sarana belajar sebagai pendukung dalam belajar ikut menentukan prestasi belajar siswa.
Hasil penelitian Alfonsa Mintarti (1998), menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar siswa dengan prestasi belajar siswa. Hal ini berarti bahwa lingkungan yang mendukung bagi siswa untuk belajar ikut menentukan prestasi belajar siswa.
Berdasar penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan variasi gaya mengajar yang digunakan seoran guru, intensitas belajar, sarana belajar, dan lingkungan belajar secara langsung akan meningkatkan semangat untuk belajar siswa di kelas maupun di rumah. Dengan meningkatnya semangat untuk belajar pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa lebih optimal.
C. Hubungan diantara Variabel Penelitian
Variasi gaya mengajar guru sangat berpengaruh terhadap kondisi siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, demikian pula intensitas belajar,
sarana belajar dan lingkungan belajar, keempat hal tersebut hal sangat mempengarui prestasi belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, variasi gaya mengajar diperlukan oleh seorang guru yang ahli dibidangnya untuk membantu siswa mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Intensitas belajar sangat diperlukan bagi siswa untuk lebih memahami apa yang telah diajarkan oleh guru di sekolah. Rasa senang dalam diri siswa akan menimbulkan motivasi untuk belajar sehingga intensitas belajar yang digunakan siswa bertambah. Sarana belajar yang baik akan lebih mendukung dalam proses belajar. Dimana siswa akan lebih memahami dan mengerti tentang apa yang telah disampaikan oleh guru melalui sarana belajar. Demikian pula lingkungan belajar dimana siswa tersebut belajar. Lingkungan yang tenang dan nyaman akan lebih membantu siswa untuk berkonsentrasi dan lebih bergairah dalam belajar. Pencapaian perubahan-perubahan dalam diri siswa sebagai tanda bahwa ia telah belajar berdasar materi yang telah diberikan oleh guru yang telah mengajarnya.
Persepsi dalam diri siswa terhadap guru akan timbul dengan melihat cara guru menyampaikan materi pelajaran. Persepsi ini sendiri bisa bersifat positif dan bersifat negatif. Persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar yang digunakan oleh guru berpengaruh terhadap intensitas belajar siswa. Apabila
persepsi yang dimiliki siswa bersifat positif terhadap variasi gaya mengajar guru yang profesional dibidangnya akan menimbulkan perasaan senang atau suka terhadap guru tersebut, lalu perasaan itu akan memotivasi siswa untuk
belajar lebih sering, yang akirnya akan berpengaruh positif terhadap prestasi belajarnya. Jika persepsi yang dimiliki oleh siswa bersifat negatif akan menimbulkan perasan tidak senang atau tidak suka, lalu sikap tersebut tidak akan memotivasi untuk belajar dalam berprestasi, serta tidak mengambil sikap