TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian
Pengetahuan adalah kedalaman peserta didik dapat menghadapi, mendalami, memperdalam perhatian seperti cara manusia menyelesaikan masalah tentang konsep-konsep baru dan kemampuan dalam belajar di kelas. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengukuran atau penelitian pada umumnya dilakukan melalui tes atau wawancara dengan alat bantu berupa kuesioner berisi materi yang diukur dari responden (Silberman, 2001).
Pengetahuan berasal dari kata tahu, artinya seseorang mempunyai pengetahuan tentang suatu tertentu yang didapat dari pendidikan formal, nonformal atau informal. Pengetahuan berarti segala sesuatu yang
diketahui, kepandaian yang berkenaan dengan suatu hal (Purwodarminto, 1998).
commit to user
Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagian hasil penggunaan panca indranya, yang berbeda kepercayaan (beliefs), takhayul(superstitions) dan penerangan yang keliru (misinformations)
(Soekanto, 2005).
Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu subjek tertentu. Pengindraan terjasi melalui panca indra manusia yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2007).
b. Domain kognitif pengetahuan
Pengetahaun yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tindakan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang telah diterima. Oleh sebab itu ”tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kita kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari, antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
commit to user 2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagaisuatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materitersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya nterhadap objel yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalamkonteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat meggambarkan (membuat bagan), membedakan, mengelompokan, dan sebagainya.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu komponen untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
commit to user
yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulais baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluatiaon)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan semdiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.
(Notoatmodjo, 2007).
Dalam penelitian ini tingkat pengetahuan yang diteliti difokuskan pada domain kognitif aplikasi.
c. Sumber Pengetahuan dan Faktor yang Mempengaruhi
Pengetahuan biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya : media massa, elektronika, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat berbentuk keyakinan tertentu (Soekonto, 2005).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah : 1) Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan, sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.
commit to user 2) Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.
3) Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.
4) Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengatahuan tentang sesuatu yang bersifat non formal.
5) Sosial Ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
d. Cara Memperoleh Pengetahuan
1) Penemuan secara kebetulan
Pengetahuan yang sifatnya tanpa direncanakan dan diperhitungksn terlebih dahulu. Penemuan semacam, walaupun kadang-kadang bermanfaat tidak dap[at dipakai dalam suatu cara kerja ilmiahkarena keadaannya yang tidak pasti/kurang mendekati kepastian. Dengan demikian hal datangnya penemuan tidak dapat diperhitungkansecara berencana dan tidak selalu memberikan gambaran yang sesungguhnya.
2) Hal untung-untungan
Penemuan melalui cara percobaan dan kesalahan-kesalahan. Perbedaan dengan penemuan secara kebetulan adalah
commit to user
pada metode ini. Manusia lebih bersikap aktif untuk mengadakan percobaan-percobaan berikutnya yang sifatnya memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi pada percobaan-percobaan terdahulu.
3) Kewibawaan
Penghormatan terhadap pendapat dan atau penemuan yang oleh seseorang atau lembaga tertentu yang dianggap mempunyai kewibawaan atau wewenang.
4) Usaha-usaha yang bersifat spekulatif
Dari sekian banyak kemungkinan dipilihkan salah satu kemungkinan walaupun pilihan tersebut tidaklah didasarkan pada keyakinan apakah pilihan tersebut merupakan cara yang setepat-tepatnya.
5) Pengalaman
Berdasarkan pikiran kritis, akan tetapi pengalaman belum tentu teratur dan bertujuan. Mungkin pengalaman tersebut hanya untuk dicatat saja.
6) Penelitian Ilmiah
Suatu metode yang bertujuan untuk memepelajari satu atau beberapa gejala denagn jalan analisis dan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta masalah yang disoroti untuk kemudian mengusahakan pemecahannya (Soekanto, 2005).
commit to user
e. Cara Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Silberman, 2001).
2. Praktek (Practice)
a. Pengertian
Praktek adalah respon nyata dari seseorang terhadap suatu objek, setelah seseorang mengetahui stimulus kemudian menmgadakan penilaian atau pendapat terhadap yang diketahui. Proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan hal-hal yang diharapkan atau yang disikapinya tersebut dalam bentuk tindakan. Praktek individu terhadap suatu obnjek dipengaruhi oleh persepsi individu tentang kegawatan objek, kerentanan, faktor sosio psikologi, pengaruh media masa, anjuran orang lain serta perhitungan untung ruginya dari praktek tersebut. Praktek ini dibentuk oleh pengalaman interaksi individu dengan lingkungan, khususnya yang menyangkut pengetahuan.
b. Tingkatan praktek : 1) Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objeksehubungan dengan tindakanyang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
commit to user 2) Respon Terpimpin (Guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3) Mekanisme (Mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencaoai praktek tingkat tiga.
4) Adopsi (Adoption)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, tindakan itu sudah dimodifiksikan tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Sarwono, 1993).
3. MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu)
a. Pengertian
MP-ASI adalah makanan tambahan selain ASI yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan. Selain MP-ASI, ASI harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai 24 bulan. MP-ASI merupakan makanan tambahan bagi bayi. Makanan ini harus menjadi pelengkap yang dapat memenuhi kebutuhan bayi. Hal ini menunjukkan bahwa MP-ASI berguna untuk menutupi kekurangan zat-zat gizi yang terkandung dalam ASI (Krisnatuti & Yenrina, 2000).
commit to user
MP-ASI dapat juga disebut makanan pelengkap atau makanan padat, adalah makanan tambahan yang secara berangsur-angsur diberikan kepada bayi untuk memenuhi kebutuhan gizi, sebelum bayi diberi makanan anak. Sesudah anak disapih, makanan tambahan lama-kelamaan akan menjadi makanan pokok. Sari buah atau buah-buahan segar, makanan lumat dan makanan lembek secara berturut-turut dapat diberikan sebagai makanan tambahan (RSCM & Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 1994).
b. Tujuan
Pemberian MP-ASI bertujuan untuk melengkapi zat gizi bayi yang sudah berkurang. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan. Dengan berbagai rasa dan bentuk mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan, mencoba beradaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi (Suhardjo, 2009).
Bayi perlu mendapatkan tambahan energi dan zat-zat gizi yang diperlukan, karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus. Perkembangan anak yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi motorik halus, motorik kasar, bahasa dan sosial anak (Krisnatuti, 2000).
c. Syarat-syarat MP-ASI
Agar pemberian MP-ASI dapat terpenuhi dengan sempurna maka perlu diperhatikan sifat-sifat bahan makanan yang akan
commit to user
digunakan. Makanan tambahan untuk bayi harus mempunyai sifat fisik yang baik, yaitu rupa dan aroma yang layak. Selain itu dilihat dari segi kepraktisannya, makanan tambahan bayi sebaiknya sudah disiapkan dengan waktu pengolahan yang singkat. Makanan pendamping ASI harus memenuhi persyaratan khusus tentang jumlah zat-zat gizi yang diperlukan bayi, seperti protein, energi, lemak, vitamin, mineral, dan zat-zat tambahan lainnya. MP-ASI hendaknya mengandung protein bermutu tinggi dengan jumlah yang mencukupi (Roger, 1999).
Makanan yang dianjurkan
1) Bubur tepung beras atau beras merah yang dimasak dengan menggunakan cairan atau kaldu daging dan sayuran, susu formula (ASI) atau air.
2) Buah-buahan yang dihaluskan atau menggunakan blender seperti pepaya, pisang, apel, melon dan alpukat.
3) Sayur-sayuran dan kacang-kacangan yang direbus kemudian dihaluskan menggunakan blender.
4) Daging pilihan yang tidak berlemak kemudian di blender
5) Ikan yang diblender Sebaiknya ikan yang digunakan adalah ikan yang tidak berduri.
Makanan yang tidak dianjurkan
1) Makanan yang mengandung protein gluten yaitu tepung terigu barley, biji gandum dan kue yang terbuat dari tepung terigu. Makanan tersebut dapat membuat perut bayi kembung , mual dam
commit to user
diare pada bayi. Hal ini disebabkan karena reaksi gluten intolerance.
2) Hindari pemberian gula, garam, bumbu masak atau penyedap rasa. 3) Makanan terlalu berlemak
4) Buah-buahnan yang terlalu asam seperti jeruk dan sirsak 5) Makanan terlalu pedas atau bumbu terlalu tajam
6) Buah-buahan yang mengandung gas seperti durian, cempedak. Sayuran yang mengandung gas seperti kol, kembang kol, lobak. Keduaq makanan tersebut dapat membuat perut bayi kembung. 7) Kacang tanah dapat menyebabkan alergi atau pembengkakanpada
tenggoroknan sehingga bayi sulit bernapas.
8) Kadangkala telur dapat memacu alergi, berikan secara bertahap dan denga porsi kecil. Jika bayi alergi segera dihentikan.
9) Madu dapat mengandung spora yang sangat membahayakan bayi (Lituhayu R, 2008).
d. Mutu MP-ASI
Mengingat MP-ASI sangat dibutuhkan untuk dapat memenuhi asupan zat gizi pada bayi usia 6-12 bulan yang sering disebut usia kritis, maka MP-ASI diharuskan memenuhi minimal empat kriteria atau indikator mutu yakni : a) mutu fisik, dan organoleptik, meliputi antara lain aroma, konsistensi kelenturan, penampilan dan rasa; b) mutu kimiawi yaitu berupa komposisi zat gizi dan jumlah masing-masing zat gizi yang terkandung dalam status tertentu; c) kepadatan
commit to user
energi atau energy density (ED) yaitu jumlah energi yang dihasilkan dalam satu gram produk siap makan menghasilkan 120-140 kalori; dan d) mutu biologi, meliputi mutu protein seperti nilai Protein Efficiency Ratio (PER) atau protein skor atau komposisi asam amino, dan ketersediaan hayati, vitamin dan mineral (Depkes, 2002).
Mempersiapkan MP-ASI yang bermutu baik tidak dapat didasari hanya kepada insting seorang ibu. Pengetahuan dan praktek diperlukan secara khusus dalam teknologi rumah tangga, agar dapat memenuhi kebutuhan bayi yang relatif lebih tinggi untuk setiap kilogram berat badan dibandingkan dengan kebutuhan orang dewasa (Sunawang, 2002). Susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang. Bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan faal bayi serta memperhatikan kebersihan lingkungan dan perorangan (Suhardjo,2009).
e. Pola Makan Anak
Pola makanan anak balita yang dianjurkan dalam sehari adalah makanan seimbang yang terdiri atas : (a) sumber zat tenaga, (b) sumber zat pembangun, (c) sumber zat pengatur. Semuanya dalam bentuk makanan pokok, lauk-pauk, buah-buahan, makanan kecil, air minum yang bersih, dan ASI (RSCM & Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 1994).
Menurut Lituhayu. R (2008) ada lima prinsip pemberian makanan pada bayi dan anak balita yaitu : a) Bayi usia 0-4 bulan cukup
commit to user
diberi ASI saja; b) Setelah bayi berumur 4 bulan baru diberi makanan berupa bubur encer dan pada usia 6 bulan mulai diberi nasi tim saring, selanjutnya pada usia 9 bulan bayi sudah mulai dikenalkan dengan nasi tim tanpa disaring; c) ikan, telur, kacang-kacangan, tempe dan bahan lainnya dapat ditambahkan pada bubur atau nasi tim; d) Beragam sayuran dan buah-buahan dapat diberikan sebagai sumber vitamin dan mineral; dan e) Anak diberi makan dengan frekuensi empat kali sehari.
f. Beberapa hal yang penting untuk pemberian makanan pertama
1) Berikan makanan pertama bayi pada waktu yang tepat
Bila bayi diberi ASI maka berikan makan waktu cadangan ASI agak sedikit, biasanya sore hari. Dan jangan memberikan makan setelah minum ASI atau saat bayi masih kelihatan kenyang.
2) Suasana yang tepat
Cari suasana yang lebih baik waktu bayi sedang segar ceria. Jangan memberikan makanan pada bayi pada saat mereka mengantuk 3) Siapkan waktu makan yang lama
Sebaiknay jangan memberikan makanan pada bayi saat orang tua sedang sibuk atau terburu-buru, karena proses pengenalan makanan pertama memerlukan waktu yang lumayan lama.
4) Persiapkan tempat untuk makan
Siapkan kursi atau kereta bayi. Pilihh sendok yang berlekuk dan pinggirnya lembutsehingga aman untuk gusi bayi.
commit to user 5) Mulailah dengan perlahan
Reaksi setiap bayi mungkin berbeda. Pertama mungkin hanya perlu menyisipkan makanan dibibirnya, jika dia suka pasti akan membuka mulutnya dan meminta lebih banyak.
6) Tahu kapan harus berhenti
Jika bayi sudah kehilangan minat sebaiknya makan jangan dilanjutkan lagi. Tandanya bisa berupa rewel, kepla dipalingkan, mulut ditutup atau makanan dikeluarkan lagi (Lituhayu R, 2008).
g. Waktu pemberian MP-ASI
Menurut Lituhayu R (2008) MP-ASI sebaiknya diberikan setelah anak berusia 6 bulan. Hal ini dikarenakan :
1) Pemberian makan setelah bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan besar dari berbagai macam penyakit. Hal ini disebabkan sistem imun bayi berusia kurang dari 6 bulan sempurna, sehingga pemberian makan yang terlalu dini sama saja denagn membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman. 2) Sistem pencernaan bayi berumur 6 bulan sudag relatif sempurna
dan siap menerima MP-ASI.
3) Mengurangi resiko terkena alergi akibat pada makanan. Saat bayi berumur kurang dari 6 bulan, sel-sel di sekitar usus belum siap mengolah kandungan dari makanan.
4) Menunda pemberian MP-ASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari.
commit to user
h. Jadwal Pemberian MP-ASI
Hasil penelitian Rosidah (2003) menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap dan paktek ibu dalam pemberian MP-ASI dengan baik berhubungan secara signifikan dengan perkembangan bayi. Penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh pemberian MP-ASI terhadap peningkatan berat badan bayi. Semakin baik cara pemberian MP-ASI maka semakin meningkat berat badannya dan berat badan bayi yang normal juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan bayi. Cara pemberian makanan tambahan yang dipraktekkan oleh ibu-ibu pada umumnya sudah memenuhi syarat pertumbuhan dan perkembangan bayinya. Sangat banyak alasan yang menyebabkan seseorang mengkonsumsi makanan tambahan (MP-ASI), selain agar kecukupan gizinya terpenuhi, yang paling penting adalah agar pertumbuhan dan perkembangan anak bisa tumbuh dengan baik (Clark, 1998). Hal-hal yang perlu diketahui mengenai cara pemberian makanan tambahan dapat dilihat pada Tabel 2.1
commit to user
Tabel 2.1 Jadwal Pemberian MP-ASI, Menurut Umur Bayi, Jenis Makanan dan Frekuensi Pemberian
Umur Bayi Jenis Makanan
Frekuensi Pemberian per hari
0-3 bulan - ASI Kapan diminta 4-6 bulan - ASI Kapan diminta
- Buah lunak/ sari buah - Bubur : bubur
Havermout/ bubur tepung beras merah
1 – 2 kali sehari
6-9 bulan - ASI Kapan diminta - Buah-buahan
- Hati ayam atau kacang-kacangan
- Beras merah atau ubi - Sayuran (wortel, bayam) - Minyak/ santan/ alpukat - Air tajin
3-4 kali sehari
9-12 bulan - ASI Kapan diminta - Buah-buahan
- Bubur/ roti
- Daging/ kacang-kacangan/ ayam/ ikan
- Beras merah/ kentang/ labu/ jagung
- Kacang tanah
- Minyak/ santan/ aplukat - Sari buah tanpa gula
4 – 6 kali
12 bulan atau lebih - ASI Kapan diminta - Makanan pada umumnya,
termasuk telur dengan kuning telurnya dan jeruk.
4 – 6 kali
commit to user
i. Cara Mengolah dan Menyimpan MP-ASI
1) Cara mengolah MP-ASI
Pada prinsipnya cara mengolah MP-ASI tak jauh berbeda dengan makanan keluarga. Cucilah bersih bahan-bahan yang akan dimasak. Untuk memudahkan bayi mencerna makanannya, amaka sayuran, daging atau ikan harus dimask terlebih dahulu. Teknik yang dapat digunakan adalahdirebus, dikukus, atau dengan menggunakan microwave. Selanjutnya makanan dapat dihaluskan dengan blender atau saringan. Tambahkan ASI atau susu atau jus buah. Gunakan air bekas merebus sayuran untuk mengencerkan. 2) Cara menyimpan dan menyajikan MP-ASI
a) Makanan siap saji atau makanan instan
- Simpan makanan jauh dari uap, suhu panas dan produk denagn aroma menyengat. Hindari tempat yang lembab. - Dengarkan bunyi penutup saat membuka kemasannya
(umumnya dalanm bentuk botol selai). Jika tidak ada bunyi jangan berikan pada bayi . Ini pertanda kemasan telah kemasukan udara sehinggga ada kemungkinan kemnasukan bakteri.
- Jangan memberikan makanan pada bayi langsung dari kemasannya , gunakan piring, jangan pula mengembalikan sisa makanan yang belum dimakan ke dalam kemasan.
commit to user
- Tutup kembali kemasan dan simpan di kulkas maksimum 3 hari. - Hati-hati saat akan memanaskan makanan instant untuk bayi.
Bisa-bisa makanan jadi terlalu panas. b) Makanan hasil olahan
- Dinginkan dalam waktu singkat sebelum disimpan di lemari es. Makanan yang disimpan dengan cara ini bisa tahan selama 24 jam.
- Simpan dalam wadah untuk sekali makan. Bila inginj di konsumsi untuk 3 kali. Bagi menjadi 3 bagian dan masing-masing ditaruh dalam wadah tertutup, kemudian simpan dalam lemari es.
- Untuk memanaskan kembali bisa dengan mengukus atau merendam dengan air panas.
- Cukup panaskan satu kali. Hindari pemanasan berulang kali. - Sisa makanan dipiring bayi sebaiknya segera dibuang karena
kemungkinan sudah terkontaminasi bakteri (Lituhayu R, 2008).
4. Status Gizi
Menurut Robinson dan Weighley (1984) (cit Paryanto, 1996) Status gizi adalah keadaan kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh. Sedangkan menurut Habicht (1979) (cit
Prawirohartono, 1996) menyebutkan status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh keadaan keseimbangan antara gizi di
commit to user
satu pihak dan pengeluaran oleh organisme di pihak lain yang terlihat melalui variabel tertentu. Variabel itu selanjutnya disebut indikator misalnya berat badan, tinggi badan, umur dan sebagainya.
Almatsier (2000) menyebutkan bahwa status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Kemudian PERSAGI (2004) mendefinisikan status gizi adalah keadaan keseimbangan antara asupan zat gizi dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai keperluan proses biologi. Selanjutnya Supariasa et al. (2002) mengatakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau kelompok diakibatkan oleh konsumsi dan penyerapan serta penggunaan zat gizi. Zat gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan antara perkembangan fisik dan mental orang tersebut, status gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu konsumsi makanan dan faktor kesehatan.
Keadaan kurang gizi menurut Suharjo (1996) disebabkan oleh masukan (make) energi dan protein yang sangat kurang dalam waktu yang cukup lama. Keadaan ini akan lebih cepat terjadi bila anak mengalami diare dan infeksi penyakit lain. Keadaan kehidupan yang miskin mempunyai hubungan yang erat dengan timbulnya kondisi kurang energi protein.
commit to user
a. Penilaian Status Gizi
Menurut Jelliffe (1989) (cit Supriarsa dkk, 2002) mengatakan penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara langsung dan cara tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu : antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung terdiri dari tiga yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
Pengertian dan penggunaan metode penilaian status gizi menurut Supriarsa dkk (2002) adalah
1) Penilaian Status Gizi secara Langsung
a) Antropometri
(1) Pengertian
Secara umum antropometri adalah artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri berhubungan dengan berbagai macam cara pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain : berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.
commit to user
(2) Penggunaan
Secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Indikator yang sering dipakai dalam penelitian status gizi anak balita di masyarakat secara antropometri adalah indikator berat badan menurut umur (BB/U) yang menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah berubah namun indikator BB/U tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan, indikator panjang badan menurut umur (PB/U) menggambarkan status gizi masa lalu, sedangkan indikator menurut berat badan panjang badan (BB/PB) menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini (Soekirnan, 2000).