• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

TINJAUAN PUSTAKA

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit bisa tumbuh dan berbuah hingga ketinggian tempat 1 000 meter di atas permukaan laut (dpl). Akan tetapi, pertumbuhan tanaman dan produktivitas yang optimal akan tercapai jika ditanam di lokasi dengan ketinggian maksimum 400 meter dpl (Sukamto, 2008).

Menurut Pahan (2008), lahan adalah matriks tempat tanaman berada. Tanpa lahan, tanaman kelapa sawit tidak akan ekonomis untuk diusahakan secara komersial. Lahan yang optimal untuk kelapa sawit harus mengacu pada tiga faktor yaitu lingkungan, sifat fisik lahan dan sifat kimia tanah atau kesuburan tanah. Tanah yang baik digunakan untuk perkebunan kelapa sawit adalah Latosol, Podzolik, Alluvial, dan Gambut. Untuk memperoleh hasil maksimal dalam budidaya kelapa sawit perlu memperhatikan sifat fisik dan kimia tanah di antaranya struktur tanah dan drainase tanah baik, kedalaman solum tanah lebih dari 80 cm, tekstur tanah ringan serta memiliki reaksi tanah (pH) 4.0 - 6.0.

Jumlah curah hujan dan lamanya penyinaran matahari memiliki korelasi dengan fluktuasi produksi kelapa sawit. Curah hujan ideal untuk tanaman kelapa sawit berkisar 2 000 – 2 500 mm per tahun dan tersebar merata sepanjang tahun. Jumlah penyinaran rata-rata sebaiknya tidak kurang dari 6 jam per hari. Temperatur optimum untuk tanaman kelapa sawit antara 22 – 23 oC. Keadaan angin tidak terlalu berpengaruh karena tanaman kelapa sawit lebih tahan terhadap angin kencang dibandingkan dengan tanaman lainnya.

Kelapa sawit tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti Podsolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Regosol, Andosol, Organosol, dan Aluvial. Tanaman kelapa sawit akan tumbuh baik pada tanah yang gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan membuat solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan

padas (Fauzi et al., 2006).

Derajat keasaman (pH) tanah sangat terkait dengan ketersediaan hara yang

diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4.0 – 6.0, tetapi pH

dengan cara pengapuran. Tanah tersebut biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut (Lubis, 1992).

Pemupukan

Budidaya kelapa sawit meliputi beberapa tahapan kegiatan yaitu persiapan areal, pembibitan, penanaman, sensus pokok, penyulaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman (HPT), pengendalian gulma, kastrasi, penunasan, pemanenan, dan pemanfaatan limbah.

Salah satu dari kegiatan pemeliharaan yang memerlukan perhatian intensif yaitu pemupukan. Hal tersebut karena biaya pemupukan tergolong tinggi, kurang lebih 30 % dari total biaya produksi atau 40 – 60 % dari biaya pemeliharaan sehingga menuntut pihak praktisi perkebunan untuk secara tepat menentukan jenis dan kualitas pupuk yang akan digunakan dan mengelolanya mulai dari pengadaan hingga aplikasinya di lapangan baik secara teknis maupun manajerial (Winarna, Darmosarkoro dan Sutarta, 2003).

Praktik pemupukan memberikan kontribusi yang sangat luas dalam meningkatkan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu efek pupuk yang bermanfaat yaitu meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produktivitas tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan. Selain itu, pemupukan bermanfaat melengkapi persediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil (produktivitas) yang maksimal. Pupuk juga menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian dan terangkut melalui hasil panen (TBS) serta memperbaiki kondisi yang tidak menguntungkan atau mempertahankan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit.

Persiapan pemupukan terbagi menjadi tiga yaitu persiapan pupuk, organisasi penguntilan dan persiapan lapangan. Karung bekas (bekas pembungkus pupuk) dikumpulkan oleh tim pengecer dan disusun di tempat untilan. Selanjutnya, karung tersebut diserahkan ke kantor afdeling guna memastikan jumlah untilan yang dibawa ke lapangan sekaligus mengecek apakah seluruh pupuk sudah ditabur dan tidak ada yang hilang (Pahan, 2008).

Aspek manajerial pemupukan tanaman kelapa sawit terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

Perencanaan

Rencana pemupukan untuk setiap aplikasi dibuat oleh asisten afdeling. Rencana tersebut dibuat empat rangkap yaitu untuk administratur, asisten kepala, bagian gedung dan asisten afdeling yang bersangkutan. Lembar rencana pemupukan berisi afdeling, tahun tanam, blok, luas, jumlah pokok produktif, jenis pupuk, dosis per pohon, jumlah pupuk dan waktu pemupukan (Winarna et al., 2003).

Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan asisten afdeling. Asisten afdeling harus membuat rencana pemupukan mingguan dan harian. Rencana tersebut merupakan pedoman dalam pelaksanaan di lapangan. Selain itu, asisten juga harus membuat peta rencana pemupukan harian dan menggambarkan arah pelaksanaan pemupukan. (Winarna et al., 2003).

Organisasi

Dalam satu afdeling, kegiatan pemupukan dipimpin oleh asisten afdeling dibantu oleh mandor I dan mandor pupuk. Mandor pupuk membawahi 25 – 60 karyawan bergantung pada luas areal divisi atau afdeling. Kegiatan pemupukan tersebut menggunakan norma prestasi penabur 2 – 3.5 ha/HK atau 400 – 500 kg/HK, bergantung pada dosis per pokok, topografi areal dan keterampilan penabur. Sebaiknya, diusahakan agar tidak terjadi penggantian tenaga penabur. Selain itu, jumlah takaran harus sesuai dengan jumlah penabur (Pahan, 2008).

Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan pemupukan, pupuk diecer ke blok oleh tenaga kerja yang tersedia. Penaburan pupuk sesuai jalurnya (barisan) masing-masing. Pupuk ditabur di sekeliling piringan penuh, tidak dibenarkan penaburan yang terputus-putus. Pada sistem benam, lubang bekas pemupukan ditutup kembali. Jarak tabur pupuk bergantung pada perkembangan pohon, tepatnya jalur penaburan harus di bawah proyeksi ujung tajuk (Winarna et al., 2003).

Pengawasan

Mengingat biaya pemupukan cukup mahal, maka diperlukan pengawasan di lapangan dengan intensif dan ketat oleh mandor pupuk, mandor besar, asisten serta asisten kepala hingga manajer. Kebutuhan unsur hara bagi tanaman kelapa sawit pada setiap fase pertumbuhannya berbeda-beda. Jumlah unsur hara yang ditambahkan melalui pupuk harus mempertimbangkan kehilangan hara akibat pencucian, penguapan, penambahan hara dari tanaman penutup tanah, hara yang terikat dari udara, serta potensi fisik dan kimia tanah. Menurut Sianturi (2005) untuk mencapai keseimbangan unsur hara yang optimum pada perkebunan kelapa sawit dibutuhkan pamupukan yang berdasarkan rekomendasi dari penelitian lebih lanjut dalam kurun waktu yang relatif lama.

Pupuk merupakan salah satu sarana produksi yang penting dalam kegiatan produksi tanaman, tetapi dalam pelaksanaannya tidak mudah karena harus memperhatikan tingkat efisiensi atau penghematan. Hal yang menyangkut efisiensi meliputi tingkat keefektifan pemupukan (tepat jenis, dosis, waktu, cara, tempat, formulasi, dan rotasi), perimbangan hara, dan harga pupuk (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Selain itu, di dalam pelaksanaan pemupukan harus memperhitungkan tingkat keefisienan dari segi waktu dan tenaga kerja.

Dokumen terkait