• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

H. Uji Model

1. Uji koefisien Determinasi (R2)

Uji ini digunakan untuk menguji besar pengaruh variabel independen dengan dependen dari model regresi dimana untuk mengukur seberapa jauh kemampuan menerangkan variasi variabel dependen maka dapat dilihat dari nilia adjust R2.(Ghozali, 2011).

2. Uji – Test (Hipotesis)

Uji Statistik F dan Uji t ini digunakan untuk menguji tingkat signifikan pengaruh masing-masing variabel independen terhadap terhadap variabel dependen secara parsial. Pengujian ini dilakukan menggunakan signifikansi tingkat 0,05 (alpha=5%) (Sugiyono, 2017).

Secara Parsial

Jika signifikansi t > (α= 0,05), maka H0diterima Haditolak Jika signifikansi t < (α= 0,05), maka H0ditolak Haditerima.

Secara simultan

Jika signifikansi F > (α= 0,05), maka H0diterima Ha ditolak Jika signifikansi F < (α= 0,05), maka H0ditolak Ha diterima.

36

A. Hasil Penelitian

1. Objek Umum Tempat Penelitian

a. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk (INDF)

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk berdiri tanggal 14 Agustus 1990 nama awalnya PT Panganjaya Intikusuma dan mulai kegiatan operasi usahanya pada tahun 1990. Kantor pusat INDF berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 21, Jl. Jend.

Sudirman Kav. 76 – 78, Jakarta 12910 – Indonesia. Sedangkan pabrik dan perkebunan INDF dan anak usaha berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Malaysia.

Indofood telah memiliki produk antara lain produk andalan mi instan (Indomie, Supermi, Sarimi, Sakura, Pop Mie, Pop Bihun dan Mi Telur Cap 3 Ayam), dairy (Indomilk, Cap Enaak, Tiga Sapi, Indomilk Champ, Calci Skim, Orchid Butter dan Indoeskrim), penyedap makan (Indofood, Piring Lombok, Indofood Racik dan Maggi), nutrisi dan makanan khusus (Promina, Govit dan Provita), minuman-minuman (Ichi Ocha, Tekita, Caféla, Club, 7Up, Tropicana Twister, Fruitamin, dan Indofood Freiss), tepung terigu

& Pasta (Cakra Kembar, Segitiga Biru, Kunci Biru, Lencana Merah, Chesa, La Fonte), minyak goreng dan mentega (Bimoli dan Palmia).

b. PT. Multi Bintang, Tbk (MLBI)

Sejarah panjang perusahaan dimulai dengan didirikannya N.V Nederlandsch-Indische Bierbrouwerijen di Medan pada tahun 1921. Brewery pertama berada di Surabaya dan secara Resmi beroperasional secara komersial pada 21 November 1931. Pada tahun 1936, tempat kedudukan perusahaan dipindahkan dari Medan ke Surabaya dan Heineken menjadi pemegang saham terbesar perusahaan dan berubah nama menjadi N.V Heineken’s Nederlandsch-Indische Bierbrouweerijen Maatschappij. Lalu pada tahun 1951, Perusahaan kembali berubah nama menjadi Heineken’s Indonesische Bierbrouwerijen MaatschappijN.V.

c. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (AISA)

PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (TPSF) merupakan perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003 yang pada awalnya hanya bergerak di bisnis makanan (TPS Food). Sejalan dengan proses transformasi bisnis yang dimulai pada 2009, TPSF telah menjadi salah satu perusahaan yang termasuk dalam Indeks Kompas 100. Pada 2011, TPSF menjadi salah satu perusahaan yang termasuk dalam daftar “A List of the Top 40 Best Performing Listed Company” dari Majalah Forbes Indonesia dan pada 2012, TPSF mendapatkan penghargaan Indonesia Best Corporate Transformation dari Majalah SWA.

d. PT Akasha Wira International, Tbk (ADES)

Akasha Wira International Tbk (dahulu Ades Waters Indonesia Tbk) (ADES) didirikan dengan nama PT Alfindo Putrasetia pada tahun 1985 dan mulai beroperasional secara komersial pada tahun 1986. Kantor pusat ADES berlokasi di Perkantoran Hijau Arkadia, Jl. Letjend. T.B. Simatupang Kav. 88, Jakarta 12520 – Indonesia.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ADES adalah industri air minum dalam kemasan, industri roti dan kue, kembang gula, makaroni, kosmetik dan perdagangan besar. Kegiatan utama Akasha International adalah bergerak dalam bidang usaha pengolahan dan distribusi air minum dalam kemasan (merek Nestle Pure Life dan Vica) serta perdagangan besar produk-produk kosmetika.

e. PT. Mayora Indah, Tbk (MYOR)

Mayora Indah Tbk (MYOR) didirikan 17 Februari 1977 dan mulai beroperasional secara komersial pada bulan Mei 1978.

Kantor pusat Mayora berlokasi di Gedung Mayora, Jl.Tomang Raya No. 21-23, Jakarta 11440 – Indonesia, dan pabrik terletak di Tangerang dan Bekasi.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Mayora adalah menjalankan usaha dalam bidang industri, perdagangan serta agen/perwakilan. Saat ini, Mayora menjalankan bidang usaha industri biskuit (Roma, Danisa, Royal Choice, Better, Muuch Better, Slai O Lai, Sari Gandum, Sari

Gandum Sandwich, Coffeejoy, Chees’kress.), kembang gula (Kopiko, KIS, Tamarin dan Juizy Milk), wafer (beng beng, Astor, Roma), coklat (Choki-choki), kopi (Torabika dan Kopiko) dan makanan kesehatan (Energen) serta menjual produknya di pasar lokal dan luar negeri.

f. PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk (ULTJ)

Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) didirikan tanggal 2 Nopember 1971 dan mulai beroperasional secara komersial pada awal tahun 1974. Kantor pusat dan pabrik Ultrajaya berlokasi di Jl. Raya Cimareme 131 Padalarang – 40552, Kab. Bandung Barat.

g. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI)

Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) (Sari Roti) didirikan 08 Maret 1995 dengan nama PT Nippon Indosari Corporation dan mulai beroperasional komersial pada tahun 1996. Kantor pusat dan salah satu pabrik ROTI berkedudukan di Kawasan Industri MM 2100 Jl. Selayar blok A9, Desa Mekarwangi, Cikarang Barat, Bekasi 17530 – Jawa Barat, dan pabrik lainnya berlokasi di Kawasan Industri Jababeka Cikarang blok U dan W – Bekasi, Pasuruan, Semarang, Makassar, Purwakarta, Palembang, Cikande dan Medan.

Pada tanggal 18 Juni 2010, ROTI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ROTI (IPO) kepada masyarakat sebanyak

151.854.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham saham dengan harga penawaran Rp1.250,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 28 Juni 2010.

h. PT. Prasidha Aneka Niaga, Tbk (PSDN)

Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN) didirikan tanggal 16 April 1974 dengan nama PT Aneka Bumi Asih dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1974. Kantor pusat PSDN terletak di Gedung Plaza Sentral, Lt. 20, Jln. Jend. Sudirman No. 47, Jakarta 12930 dan pabriknya berlokasi di Jl. Ki Kemas Rindho, Kertapati, Palembang.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Prasidha Aneka Niaga Tbk, antara lain: Innovest Offshore Ventures Ltd (pengendali) (46,93%), Igianto Joe (18,92%), PT Aneka Bumi Prasidha (9,48%), PT Aneka Agroprasidha (7,92%) dan Lion Best Holdings Limited (7,77%).

i. PT. Delta Djakarta, Tbk (DLTA)

Delta Djakarta Tbk (DLTA) didirikan tanggal 15 Juni 1970 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1933. Kantor pusat DLTA dan pabriknya berlokasi di Jalan Inspeksi Tarum Barat, Bekasi Timur – Jawa Barat.

DLTA merupakan salah satu anggota dari San Miguel Group, Filipina. Induk usaha DLTA adalah San Miguel Malaysia (L) Private Limited, Malaysia. Sedangkan Induk usaha utama DLTA

adalah Top Frontier Investment Holdings, Inc, berkedudukan di Filipina. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Delta Djakarta Tbk, antara lain: San Miguel Malaysia (L) Pte. Ltd (pengendali) (58,33%) dan Pemda DKI Jakarta (23,34%).

j. PT Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk (ICBP)

Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) didirikan 02 September 2009 dan mulai beroperasional secara komersial pada tahun 1 Oktober 2009. ICBP merupakan hasil pengalihan kegiatan usaha Divisi Mi Instan dan Divisi Penyedap Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), pemegang saham pengendali. Kantor pusat Indofood CBP berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 23, Jl. Jend. Sudirman, Kav. 76-78, Jakarta 12910, Indonesia.

Merek-merek yang dimiliki Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, antara lain: untuk produk Mi Instan (Indomei, Supermi, Sarimi, Sakura, Pop Mie, Pop Bihun dan Mi Telur Cap 3 Ayam), Dairy (Indomilk, Enaak, Tiga Sapi, Kremer, Orchid Butter, Indoeskrim dan Milkuat), penyedap makan (bumbu Racik, Freiss, Sambal Indofood, Kecap Indofood, Maggi, Kecap Enak Piring Lombok, Bumbu Spesial Indofood dan Indofood Magic Lezat), Makanan Ringan (Chitato, Chiki, JetZ, Qtela, Cheetos dan Lays), nutrisi dan makanan khusus (Promina, Sun, Govit dan Provita).

2. Deskripsi Variabel Penelitian

a. IFRS pada Sub Sektor PerusahaanFood And BaveragesYang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017

IFRS merupakan standar akuntansi international yang disusun oleh International Accounting Standards Board(IASB), yang pada awal terbentuknya bernama International Accounting Standars (IASC). IASC terbentuk di London, Inggris pada tahun 1973 disaat sering terjdi perubahan mendasar pada peraturan berkaitan dengan akuntansi. Di bawah ini merupakan besar IFRS dari 10 perusahaan Food And Baverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017, adalah sebagai berikut:

TABEL 4.1

IFRS PADA SUB SEKTOR PERUSAHAANFOOD AND BAVERAGESYANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA PERIODE 2013-2017

No Kode 2013 2014 2015 2016 2017 Jumlah %

1 INDF 4 4 4 4 4 20 13,89

Sumber : Data Diolah, 2019

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai IFRS terbesar dimiliki oleh PT. Indofood, Tbk sebesar 13,89% artinya perusahaan ini sudah mampu memasuki pasar global, dengan

IFRS investor lokal maupun internasional akan lebih mudah dalam akses, memiliki tingkat revelansi laporan keuangan yang tinggi, sedangkan terendah berada di PT. Nippon Indosari Corporindo, Tbk dan PT. Prashida Aneka Niaga, Tbk sebesar 6,25%.

b. Kualitas Audit pada Sub Sektor Perusahaan Food And Baverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode

2013-2017

Auditing adalah pengumpulan serta pengevalusian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

TABEL 4.2

KUALITAS AUDIT PADA SUB SEKTOR PERUSAHAANFOOD AND BAVERAGESYANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA PERIODE 2013-2017

No Kode 2013 2014 2015 2016 2017 Jumlah

1 INDF 1 1 1 1 1 5

Sumber : Data Diolah, 2019

Berdasarkan data di atas yang memiliki kualitas audit yang baik dan mampu diterima di publik maupun para investor di pasar

saham adalah PT. Indofood, Tbk, PT. Multi Bintang, Tbk, PT. PT.

Nippon Indosari Corporindo, Tbk dan PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk. Perusahaan ini memiliki kualitas audit Big 4. Ukuran dari kantor akuntan Audit dengan kualitas yang lebih tinggi dan memungkinkan untuk menerbitkan laporan audit yang berkelanjutan dan klien di kantor yang besar mampu membuktikan managemen laba yang kurang agresif.

Variabel ukuran kantor akuntan publik (KAP) memiliki nilai minimum 0 artinya perusahaan food and beverages di Indonesia menggunakan KAP non Big Fouratau KAP kecil untuk mengaudit laporan keuangannya, nilai maksimum sebesar 1 artinya perusahaan food and beverages di Indonesia menggunakan KAP Big Four atau KAP besar untuk mengaudit laporan keuangannya, menunjukan bahwa perusahaan food and beverages di Indonesia yang menggunakan KAP besar atau Big Four untuk mengaudit laporan keuangannya masih sedikit.

c. Manajemen Laba pada Sub Sektor Perusahaan Food And Baverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode

2013-2017

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba yang diukur denganDiscretionary Accrual yakni selisih antara Total Accruall dengan Non Discretionary Accruall. Dari tabel statistika deskriptif, besarnya Manajemen Laba (DA) dari 10 sampel mempunyai nilai ratarata (mean) sebesar -322,88 yang artinya rata-rata perusahaan yang menjadi observasi

melakukan tindakan manajemen laba. Manajemen laba sangat penting bagi perusahaan yang sudah go publik, perusahaan go publik memiliki laporan keuangan yang terbuka, sehingga siapapun bisa menilai laporan keuangan perusahaan.

TABEL 4.3

MANAJEMEN LABA PADA SUB SEKTOR PERUSAHAAN FOOD AND BAVERAGESYANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA PERIODE 2013-2017

KODE Tahun TAC NDAC Manajemen

Laba (DAC)

2017 773 0,041 772,959

Sumber : Data Diolah, 2019

Berdasarkan data manajemen laba di atas diketahui bahwa nilai manajemen laba terbesar berada pada tahun 2016 berada pada PT. Mayora, Tbk sebesar 1018,751 dan terendah berada di tahun 2014 di PT. Indofood, Tbk sebesar -4403, dengan standar deviasi 925,608. Semakin besar manajemen laba perusahaan

maka akan semakin baik perusahaan menghasilkan laba maksimal. Salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan kepada stakeholder di akhir periode adalah membuat laporan keuangan.

Selain berfungsi sebagai bentuk tanggung jawab, laporan keuangan juga merupakan media komunikasi perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.

3. Analisis Data

a. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas

Hasil yang di dapat dari hasil pengolahan SPSS versi 21 memperlihatkan data yang diperoleh berada menyebar disekitar diagram dan mengikuti model regresi sehingga dapat diartikan data berdistribusikan normal sehingga dapat dikatakan uji normalitas terpenuhi.

GAMBAR 4.1 UJI NORMALITAS

TABEL 4.4

UJI NORMALITAS DATA

Hipotesis Sig Keputusan

1 Data IFRS Berdistribusi Normal dengan rata-rata 14.400 dan standar deviasi 4,1

0,965 > 0,05 Hipotesis Diterima 2 Data QA Berdistribusi Normal

dengan rata-rata 3.000 dan standar deviasi 2,26

0,455 > 0,05 Hipotesis Diterima 3 Data IFRS Berdistribusi Normal

dengan rata-rata -322,882 dan standar deviasi 761,66

0,172 > 0,05 Hipotesis Diterima

Berdasarkan hasil ouput SPSS di atas nilai normalitas IFRS 0,965 > 0,05, QA 0,455 < 0,05 dan ML 0,172 < 0,05.

Artinya ketiga variabel tersebut memiliki data yang berdistribusi normal.

2) Uji Multikolinearitas

Uji multikolonieritas bertujuan menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

TABEL 4.5

UJI MULTIKOLINEARITAS

t Sig. Korelasi Statistik Kolinearitas

Tanpa urutan Parsial Part Toleransi VIF 2,532 ,039

-2,328 ,053 -,326 -,661 -,529 ,911 1,098 -3,208 ,015 -,599 -,772 -,729 ,911 1,098

Dari hasil pengujian SPSS versi 21 mendapatkan hasil pada kolomtolerancemenunjukan bahwa IFRS (0,911 > 0,10) dan Kualitas Audit (0,911 > 0,10) selain itu pada kolom VIF IFRS (1,098 < 10) dan Kualitas Audit (1,098 < 10). Maka

dapat disimpulkan bahwa variabel IFRS dan Kualitas Audit tidak terjadi multikolinearitas sehingga uji multikolinearitas terpenuhi.

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi diterjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.

GAMBAR 4.2

UJI HETEROSKEDASTISITAS

Dari hasil data yang telah diolah, dapat diketahui tidak terjadi heteoskedastisitas karena tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga dapat dikatakan uji heteroskedastisitas terpenuhi.

4) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah terjadi korelasi suatu periode t dengan periode sebelumnya (t-1).

Pada penelitian ini alat analisisnya yaitu uji Durbi-Watson

Model regresi ini dapat digunakan untuk penelitian dan menguji hipotesis.

b. Model Regresi Bertahap

Data yang digunakan adalah data panel dari 10 perusahaan selama lima tahun dengan runtun waktu (time series) dan terdiri banyak sampel (cross section). Keuntungan jika menggunakan data panel lebih efektif dan efisien dalam mengerjakan penelitian.

Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi dua

tahap karena data yang digunakan memiliki tiga jenis, yaitu

variabel independen, mediator, dan dependen dan peneliti

hanya ingin mengetahui pengaruh variabel IFRS terhadap

variabel Manajemen Laba melalui Kualitas Audit, dapat

mengetahui hubungan antar variabel X dengan mediator

yaitu IFRS melaui Kualitas Audit, apakah memberikan

pengaruh atau tidak kualitas audit sebagai variabel

moderate.

Besarnya pengaruh IFRS Terhadap Manajemen Laba Melalui Kualitas Auditpada Sub Sektor PerusahaanFood And Baverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017, dengan menggunakan analisis regresi bertahap.

Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi dua tahap karena data yang digunakan memiliki tiga jenis, yaitu variabel independen, moderasi, dan dependen dan peneliti hanya ingin mengetahui pengaruh variabel IFRS terhadap variabel Manajemen Laba melalui Kualitas Audit, dapat mengetahui hubungan antar variabel X dengan moderasi yaitu IFRS melaui Kualitas Audit. Manfaat dari hasil analisis regresi bertahap adalah membuat keputusan apakah naik dan menurunnya variabel dependen dapat dilakukan melalui peningkatan variabel independen atau tidak.

Berdasarkan output SPSS, diperoleh persamaan Jalur Model Regresi Bertahap sebagai berikut:

1 Konstanta 546,633 922,937 ,592 ,570

IFRS -60,383 61,860 -,326 -2,976 ,002

Y = 546,633 – 60,383 X + e (Jalur 1) Dimana:

Y = Manajemen Laba

546,633 = Konstanta

X = IFRS

– 60,383 = Koefisien Regresi IFRS Interprestasi:

a. Konstanta sebesar 546,633 menunjukan bahwa jika variabel IFRS (0) maka Manajemen Laba yang terjadi sebesar 546,633.

b. Koefisien regresi IFRS(X) sebesar – 60,383, artinya setiap 1 kenaikanIFRSakan menurunkan Manajemen Laba sebesar – 60,383. Sebaliknya setiap 1 penurunan IFRS akan meningkatkan Manajemen Laba sebesar – 60,383.

TABEL 4.8

Konstanta 1927,100 761,051 2,532 ,039

IFRS -102,615 44,085 -,554 -2,328 ,053

QA -257,444 80,243 -,764 -3,208 ,015

Y = 1927,100 - 102,615 X - 257,444 Y1 + e (Jalur 2) Dimana:

Y = Manajemen Laba

1927,100 = Konstanta

X =IFRS

-102,615 = Koefisien RegresiIFRS Y1 = Kualitas Audit

-257,444 = Koefisien Regresi Kualitas Audit

Interprestasi:

a. Konstanta sebesar 1927,100 menunjukan bahwa jika variabel IFRS (0) maka Manajemen Laba yang terjadi sebesar 1927,100.

b. Koefisien regresi IFRS(X) sebesar -102,615, artinya setiap 1 kenaikan IFRS akan menurunkan Manajemen Laba sebesar 102,615. Sebaliknya setiap 1 penurunan IFRS akan meningkatkan Manajemen Laba sebesar 102,615.

c. Koefisien regresi Kualitas Audit (Y1) sebesar -257,444, artinya setiap 1 kenaikan Kualitas Audit akan menurunkan Manajemen Laba sebesar -257,444. Sebaliknya setiap 1 penurunan Kualitas Audit akan meningkatkan Manajemen Laba sebesar 257,444.

Dari persamaan regresi (Jalur 2) ini diperoleh angka β1 = -0,554 (negatif) dan β2 = -0,764 (negatif). Hal ini menjelaskan bahwa pengaruh variabel independen Kualitas Audit (Y1) tidak searah dengan variabel dependennya Manajemen Laba (Y).

Demikian juga dengan Setiap meningkatnya nilaiIFRSakan diikuti menurunkan nilai Kualitas Audit (Y1).

Pengaruh Mediasi dengan metode sobel Mendeteksi pengaruh Kualitas Audit dalam memediasi hubungan IFRS terhadap Manajemen Laba, adalah sebagai berikut:

Perhitungan = β1 . β2 = -0,554 x -0,764 = -0,423 (β4) Pengaruh mediasi yang ditunjukkan oleh perkalian (β2.β3) diuji dengan Sobel test. Berdasarkan perhitungan sobel test

didapat t hitung = 3,208 > t tabel 1.676 dengan 0,015 < sig 0,05.

Maka dapat disimpulkan bahwa koefisien mediasi -0,423 signifikan dan berarti Kualitas Audit (Y1) tidak terbukti mampu memediasi pengaruh IFRS (X) terhadap Manajemen Laba (Y). Dengan kata lain manajemen laba tidak mampu meningkat dengan dimediasi oleh kualitas audit yang baik dengan walaupun IFRS berpengaruh negatif. IFRS di moderasi melalui kualitas audit maka akan memperkuat terhadap kenaikan dan penurunan manajemen laba perusahaan. Kualitas auditor yang baik akan memberikan hasil audit yang berkualitas.

c. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel dalam memberikan arah, apakah positif atau negatif.

Semakin besar nilai koefisien determinasi, maka kemampuan variabel - variabel bebas dalam menerangkan variabel terikatnya semakin besar. Koefisien determinasi yang digunkan dalam penelitian ini adalahcorelationsdan RSquare.

TABEL 4.9

KOEFISIEN DETERMINASI JALUR 1

Model R R Square Disesuaikan R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,799a ,638 ,535 519,40898

Berdasarkan output SPSS (Jalur 1), nilai R-Square adalah sebesar 0,638 atau 63,8%. Artinya besarnya pengaruh IFRS terhadap Manajemen Laba secara simultan sebesar 63,8%, sedangkan sisanya sebesar 36,2% adalah pengaruh faktor lain.

TABEL 4.10

KOEFISIEN DETERMINASI JALUR 2

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 ,926a ,857 ,725 763,66318

Berdasarkan output SPSS (Jalur 2), nilai R-Square adalah sebesar 0,857 atau 85,7%. Artinya besarnya pengaruh IFRS secara simultan sebesar 85,7%, sedangkan sisanya sebesar 14,3% adalah pengaruh faktor lain.

d. Pengujian Hipotesis 1) Uji Simultan (F-test)

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari variabel IFRS terhadap Manajemen Laba, dapat ditentukan dengan membandingkan hasil Fhitungdan Ftabel.

TABEL 4.11 UJI SIMULTAN

Model Jumlah Kuadrat df Mean Square F Sig.

1

Regresi 3332618,378 2 1666309,189 6,176 ,028b Residu 1888499,809 7 269785,687

Total 5221118,188 9

Dimana Fhitung sebesar 6,176 > dari Ftabel sebesar 3,232, artinya IFRS berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba. Dalam hal ini tingkat signifikansi α yang digunakan adalah 5% atau 0,05 jika sig-F < sig-α, maka di tolak H0 dan diterima Ha. Sedangkan jika sig-F > sig-α, maka ditolak Hadan diterima H0.

Berikut adalah hasil uji simultan: Berdasarkan output SPSS, nilai sig F adalah sebesar 0,028 < 0,05. Karena sig F <

sig-α yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima, maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan IFRS berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba pada Sub Sektor Perusahaan Food And Baverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017.

2) Uji Parsial (t-test)

Uji-t dilakukan untuk mengetahui apakah secara parsial (masing-masing variabel bebas) IFRS terhadap Manajemen Laba melalui Kualitas Audit pada Sub Sektor Perusahaan Food And BaveragesYang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017. Dengan menggunakan tingkat signifikansi α sebesar 0,05 sebagai pembanding, maka kriteria pengambilan keputusannya adalah ditolak H0, diterima Ha jika probabilitas t < sig α, dan ditolak Ha, diterima H0 jika probabilitas 1 > sig α. Hasil uji hipotesis secara parsial adalah sebagai berikut:

a) Pengaruh IFRS terhadap Manajemen Laba pada Sub Sektor PerusahaanFood And BaveragesYang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017

TABEL 4.12

Konstanta 1927,100 761,051 2,532 ,039

IFRS -102,615 44,085 -,554 -2,328 ,053

QA -257,444 80,243 -,764 -3,208 ,015

Berdasarkan output SPSS, dapat diketahui bahwa IFRS mempunyai nilai probabilitas sebesar 0,053 > sig α 0,05. Dengan demikian Ha ditolak dan H0 diterima, dan t hitung sebesar 2,328 > dari t tabel sebesar 1,676, maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial IFRS berpengaruh tidak searah yaitu negatif tetapi tidak signifikan terhadap Manajemen Laba pada Sub Sektor PerusahaanFood And Baverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017.

b) Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba pada Sub Sektor Perusahaan Food And Baverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017

TABEL 4.13

KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN LABA

Model Koefisien Tidak

Konstanta 1927,100 761,051 2,532 ,039

IFRS -102,615 44,085 -,554 -2,328 ,053

QA -257,444 80,243 -,764 -3,208 ,015

Berdasarkan output SPSS, dapat diketahui bahwa Kualitas Audit mempunyai nilai probabilitas sebesar 0,015

< sig α 0,05. Dengan demikian Ha diterima dan H0 ditolak, dan t hitung sebesar 3,208 > dari t tabel sebesar 1,676 maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial Kualitas Audit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Manajemen Laba pada Sub Sektor PerusahaanFood And Baverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017.

c) Pengaruh IFRS terhadap Manajemen Laba Melalui Kualitas Audit pada Sub Sektor Perusahaan Food And Baverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017.

Berdasarkan perhitungan sobel test didapat t hitung = 3,208 > t tabel 1.676 dengan sig 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa koefisien mediasi -0,423 signifikan dan berarti Kualitas Audit (Y1) tidak terbukti mampu memediasi pengaruhIFRS(X) terhadap Manajemen Laba (Y). Dengan kata lain manajemen laba tidak mampu meningkat dengan dimediasi oleh kualitas audit yang baik dengan walaupun IFRS berpengaruh negatif. Bahwa IFRS mempunyai nilai probabilitas sebesar 0,053 > sig α 0,05. Dengan demikian Ha ditolak dan H0 diterima, dan t hitung sebesar 2,328 >

dari t tabel sebesar 1,676 maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial IFRS berpengaruh negatif tetapi tidak

signifikan terhadap Manajemen Laba pada Sub Sektor PerusahaanFood And BaveragesYang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017. sayangnya dengan variabel moderate kualitas audit berpengaruh negatif signifikan sebesar -0,423 atau -42,3% dalam memediasi IFRS dalam mempengaruhi kenaikan manajemen laba.

B. Pembahasan

1. Pengaruh IFRS terhadap Manajemen Laba

Hasil uji regresi dari IFRS terhadap manajemen laba menunjukkan nilai R² sebesar 0,857 atau dapat dikatakan bahwa variabel IFRS hanya menjelaskan sebesar 85.7% manajemen laba. IFRS mempunyai nilai probabilitas sebesar 0,053 > sig α 0,05. Dengan demikian Ha ditolak dan H0 diterima, dan t hitung sebesar 2,328 > dari t tabel sebesar 1,676 maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial IFRS berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap Manajemen Laba pada Sub Sektor PerusahaanFood And Baverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017.

Hasil uji regresi dari IFRS terhadap manajemen laba menunjukkan nilai R² sebesar 0,857 atau dapat dikatakan bahwa variabel IFRS hanya menjelaskan sebesar 85.7% manajemen laba. IFRS mempunyai nilai probabilitas sebesar 0,053 > sig α 0,05. Dengan demikian Ha ditolak dan H0 diterima, dan t hitung sebesar 2,328 > dari t tabel sebesar 1,676 maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial IFRS berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap Manajemen Laba pada Sub Sektor PerusahaanFood And Baverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017.

Dokumen terkait