• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam dokumen PROSPEK BUDIDAYA IKAN LELE DI KABUPATEN (Halaman 44-47)

KABUPATEN SAROLANGUN

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum

Peran sub-sektor perkebunan sangat besar bagi perekonomian Kabupaten Sarolangun maupun Propinsi Jambi. Karet adalah salah satu komoditas perkebunan andalan bagi Kabupaten Sarolangun, serta berperan besar sebagai sumber pendapatan daerah dan juga sumber mata pencaharian bagi sebagian besar penduduknya. Perkebunan karet rakyat sangat dominan dengan luas 118.399 ha dan jumlah produksi 54.224 ton/tahun (BPS Sarolangun, 2010). Karena itu pemerintah Kabupaten telah memberikan perhatian sangat besar terhadap pembangunan karet rakyat.

Dari beberapa literature hasil penelitian tentang produktivitas karet pada umumnya banyak melakukan penelitian dari segi teknik budidaya seperti kualitas benih atau bibit, pola tanam, teknologi pemanenan dan penanganan pasca panen, sedangkan penelitian yang berkaitan dengan sistem kelembagaan terutama kelompok tani belum banyak dilakukan.

Banyak usaha telah dilakukan pemerintah dalam pembangunan dan pengembangan perkebunan karet-rakyat, seperti melalui SRDP1, TCSDP2, dan PRPTE3, dsb. Tapi strategi pembangunan (proyek) perkebunan yang ditempuh saat itu bertujuan untuk meningkatkan devisa negara melaui ekspor yang dapat mempercepat laju pertumbuhan ekonomi melalui berbagai langkah modernisasi dengan mengadopsi dan menggunakan teknologi diberbagai bidang pertanian (seperti pemakian bibit unggul, pupuk kimia, pengendalian hama/penyakit, dll, sampai ke teknik-teknik pengolahan).

Menyadari kekeliruan tersebut, untuk mengimbangi peningkatan kemampuan teknologi juga dilakukan upaya pembinaan kelompok tani melalui berbagai pelatihan ataupun

trainning sebagai penguatan kelembagaandalam upaya menunjang kinerja kelompok tani

dalam meningkatkan produktivitas petani karet. Salah satunya pelatihan dinamika kelompok tani yang merupakan project Direktorat Jendral Perkebunan Kementrian Pertanian.

2.2. Dinamika Kelompok

Paradigma pembinaan kelompok tani dari waktu ke waktu terus mengalami pergeseran tidak hanya sebatas pembentukan kelompok yang berorientasi kebutuhan project tetapi bagaimana membangun kelompok mandiri atau kelompok sejati. Kelompok tani sebagai wadah dari individu petani terus bergerak dinamis, beberapa definisi kelompok dapat disajikan pada Tabel 1.sebagai berikut :

Tabel 1. Definisi Kelompok

No Pengertian

1 Menurut pendapat Mayor Polak (1979), kelompok didefinisikan adalah sejumlah orang yang ada diantara hubungan satu sama lain dan antar hubungan itu bersifat sebagai sebuah struktur.

2 Pengertian kelompok menurut Mardikanto (1993) adalah himpunan yang terdiri dari dua atau lebih individu (manusia) yang memiliki ciri-ciri: (1) memiliki ikatan yang nyata, (2) memiliki interaksi dan interrelasi sesama anggotanya, (3) memiliki struktur dan pembagian tugas yang jelas, (4) memiliki kaidah-kaidah atau norma tertentu yang disepakati bersama, dan (5) memiliki keinginan dan tujuan bersama.

3 Menurut Horton dan Hunt (1999) adalah sejumlah orang yang memiliki pola interaksi yang terorganisasi dan terjadi secara berulang-ulang.

4 Definisi lain diungkapkan oleh Kartono (2001) yakni kelompok adalah kumpulan dua atau lebih individu yang kehadirannya masing-masing individu memiliki arti dan nilai bagi individu lainnya satu sama lain.

5 Sedangkan Page dan Mac. Iver (Soekanto, 2006) menjelaskan kelompok sebagai himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, memiliki hubungan timbal balik, dan memiliki kesadaran untuk saling tolong-menolong.

6 Definisi kelompok menurut Slamet (2010) adalah dua atau lebih orang yang berhimpun atas dasar adanya kesamaan (tujuan, kebutuhan, minat, jenis) yang saling berinteraksi melalui pola/struktur tertentu guna mencapai tujuan bersama, dalam kurun waktu yang relatif panjang.

2.3. Unsur-unsurpentingdinamikakelompok

Slamet (2010) mengemukakan unsur-unsur dinamika kelompok yang menjadi kekuatan-kekuatan atau penggerak dalam kelompok ditinjau dari psikologi sosial berfungsi sebagai sumber energi bagi kelompok yang bersangkutan. Adanya keyakinan yang sama akan menghasilkan kelompok yang dinamis. Adapun unsur-unsur tersebut terdiri dari ; (1) Tujuan Kelompok, (2) Struktur Kelompok, (3) Fungsi Tugas, (4) Pembinaan dan Pengembangan Kelompok, (5) Kekompakan Kelompok, (6) Suasana Kelompok, (7) Ketegangan Kelompok, (8) Keefektifan Kelompok, dan (9) Maksud Tersembunyi.

2.4 Tujuan Dinamika Kelompok

Untuk membangun kelembagaan kelompok, meningkatkan kebersamaan, dan kerjasama kelompok melalui pelatihan dinamika kelompok menjadi tujuan utama pelatihan tersebut. Hal inisen ada dengan pendapat yang disampaikan oleh Thomas (2008)bahwa tujuan dinamika kelompok adalah :

1. Meningkatkan proses interaksi antara anggota kelompok sehingga menyebabkan terjalinnya hubungan psikologi yang nyata di antara anggota kelompok, seperti rasa solidaritas kelompok, rasa memiliki kelompok, rasa saling tergantung diantara anggota kelompok, dan sebagainya.

2. Meningkatkan produktivitas kelompok melalui peningkatan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan (PKS) anggota kelompok.

4. Meningkatkan kesejahteraan hidup anggota kelompok.

Berdasarkan hal tersebut di atas jelas bahwa pelatihan dinamika kelompok erat kaitannya dengan peningkatan kapasitas individu baik secara internal (perbaikan pola perilaku, sikap, dan pengetahuan) dan external yaitu perbaikan sistem, teknologi yang digunakan, sarana dan prasarana serta dukungan kebijakan atau program baik melalui pemerintah dan non pemerintah.

Menurut United Nation Development Program (UNDP 1998) mendefinisikan

"capacity asthe ability of individuals, institutions and societies to perform functions, solveproblems, and set and achieve objectives in a sustainable manner.Hal ini dengan jelas

menyatakan bahwa kapasitas adalah kemampuan individu, lembaga atau masyarakat dalam menjalankan fungsi-fungsinya, memecahkan masalah, dan dalam menyusun dan mencapai tujuan secaraber kesinambungan.

Pengembangan kemampuan (kapasitas) melalui penguatan kelembagaan tetap mengacu padatigaranah yang mendasarinya, yaituranahpengetahuan, sikap dan keterampilan atau tindakan(konatif). Menurut Kenneth dan Stanley (McKenzie 1991),pengetahuan (knowladge) merujuk pada konteks segala sesuatu yang diketahui, dengan demikian cakupannya sangat luas terhadap segala sesuatu yang diketahui manusia.

Thurstone, Likert, dan Osgood (Azwar 1997) menyatakan bahwa sikap diartikan sebagai bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap juga diartikan sebagai kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, seperti yang dinyatakan oleh Chave, Borgadus, La Piere, Mead, Allport (Azwar 1997). Pengertian sikap yang lain adalah sikap sebagai konstelasi komponen-konponen kognitif, afektif, dankonatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek, seperti yang dinyatakan oleh Secord & Backman (Azwar 1997).

Spencer dan Spencer (1993) mendefinisikan keterampilan sebagai kemampuan untuk mengerjakan tugas secara fisik dan mental. Adapun kategori keterampilan oleh Yukl (1998) dibagi menjadi tiga jenis, yaitu keterampilan teknis, keterampilan antar pribadi, dan keterampilan konseptual. Kapasitas yang dimiliki oleh seseorang tidak serta merta diperoleh dengan sendirinya, melainkan berkembang sesuai dengan perkembangan dirinya sebagai manusia yang meliputi perkembangan biologi, psikologi, dan tingkah laku.

Dalam dokumen PROSPEK BUDIDAYA IKAN LELE DI KABUPATEN (Halaman 44-47)

Dokumen terkait