• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanaman Karet

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea, disebut dengan nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Upaya peningkatan produktivitas tanaman karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidaya dan pasca panen (Damanik, dkk., 2010).

Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasiliensis (Setyamidjaja, 1993).

Karet dapat tumbuh pada suhu rataan harian berkisar 250-300C dengan curah hujan yang cukup tinggi antara 2000-2500 mm per tahun. Daerah tropis memiliki intensitas cahaya matahari yang melimpah yang dapat memenuhi kebutuhan tanaman karet akan intensitas cahaya matahari yang berkisar 5-7 jam dalam satu hari. Sebagian besar areal perkebunan karet Indonesia terletak di Sumatera (70%), Kalimantan (40%), dan Jawa (4%). Hasil karet yang maksimal akan diperoleh pada tanah-tanah yang kesuburannya tinggi. Derajat kemasaman

yang paling cocok bagi tanaman karet adalah adalah pH 5-6. Batas toleransi pH tanah adalah 4-8. Sifat-sifat tanah yang cocok bagi tanaman karet adalah aerasi dan drainase cukup, struktur tanah remah, tekstur tanah terdiri dari 35% tanah liat dan 30% tanah pasir, kemiringan lahan < 16% serta permukaan air tanah < 100 cm (Damanik, dkk., 2010).

Tanah Ultisol

Tanah adalah hasil pelapukan batuan induk yang tidak sederhana. Tanah adalah produk kombinasi dari berbagai faktor fisik yang dikendalikan iklim dan vegetasi yang dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah melalui berbagai macam perlakuan yang diberikan kepada tanah. Ditinjau dari sifat fisiknya, tanah adalah benda alami yang bersifat kompleks, heterogen, tersusun dari tiga fase yaitu fase padat (butir-butir bahan anorganik dan lapukan bahan organik), fase gas (udara), dan fase cair (air tanah). Bagian padat terdiri dari bahan anorganik dan bahan organik. Bagian gas adalah udara tanah, sedang bagian cair adalah tanah yang mengandung bahan-bahan terlarut di dalamnya. Top soil merupakan lapisan tanah bagian atas sampai kedalaman 20 cm yang kaya akan bahan organik tanah serta zat-zat mineral tanah lain yang sangat diperlukan tanaman (Yulipriyanto, 2010).

Ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan sehingga mengurangi daya resap air dan meningkatkan aliran permukaan dan erosi tanah. Erosi merupakan salah satu kendala fisik pada tanah ultisol dan sangat merugikan karena dapat mengurangi kesuburan tanah. Hal ini karena kandungan bahan organik tanah paling banyak terdapat pada lapisan atas. Bila lapisan ini tererosi maka tanah akan menjadi miskin bahan organik dan hara. Tanah ultisol dicirikan oleh penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi liat

7

seiring dengan kedalaman tanah, reaksi tanah masam, dan kejenuhan basa rendah. Pada umumnya tanah ini mempunyai potensi keracunan aluminium. Kandungan hara pada tanah ultisol umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).

Ultisol bersifat lebih lekat dan lebih berat kalau diolah. Kandungan pasir yang tinggi pada tanah ultisol menyebabkan jumlah pori yang berukuran besar lebih banyak dibandingkan jumlah pori yang berukuran kecil. Pori yang berukuran kecil berfungsi untuk menahan air, sedangkan pori yang berukuran besar merangsang pergerakan air dan udara. Kondisi ini mengakibatkan sebagian besar air hujan yang jatuh di atas permukaan tanah akan cepat mengalir ke bawah dan tidak sempat ditahan oleh tanah (Sanchez, 1992).

Pada kondisi kemasaman yang tinggi, biasanya tanah ultisol mempunyai kandungan aluminium dan besi yang tinggi. Aluminium dan besi yang tinggi dalam tanah menyebabkan kation-kation lainnya, seperti kalsium, magnesium, kalium, dan natrium menjadi rendah. Hal ini menyebabkan kejenuhan basanya juga rendah. Selain itu, Al dan Fe yang tinggi dapat mengikat P membentuk senyawa Al-P dan Fe-P yang menyebabkan P tersedia tanah menjadi rendah (Rosliani, dkk., 2009).

Kebun Gunung Para adalah salah satu kebun PTP.Nusantara III yang terletak di Kecamatan Dolok Merawan (terdapat 4 desa yaitu Desa Kalembak, Gunung Para II, Panglong dan Desa Bandarawan), Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara dengan jarak ±112 km dari Medan berada antara 03°09′52″ LU dan 99°06′27″ BT dengan ketinggian 96-114 meter diatas

permukaan laut, dengan jenis tanah podsolik merah-kuning (ultisol), topografi berbukit sampai dengan bergelombang. PTP.Nusantara III Gunung Para terdiri dari 6 afdeling yaitu 5 afdeling komoditas karet, 1 afdeling komoditas kelapa sawit, pabrik pengolahan karet ribbed smoked sheet dan pabrik pengolahan crumb rubber (PTPN III, 2014).

PTP.Nusantara III Gunung Para sampai saat ini memiliki luasan lahan tanaman menghasilkan karet seluas 1.564,03 ha, tanaman belum menghasilkan karet seluas 964,80 ha, tanaman utama karet seluas 394 ha, kebun enteres karet seluas 5 ha, bibitan seluas 15 ha, jumlah tanaman karet seluas 2.954,03 ha, tanaman menghasilkan kelapa sawit seluas 552,44 ha, jumlah tanaman kelapa sawit 552,44 ha, jumlah tanaman karet dan sawit seluas 3.495,29 ha, lain-lain seluas 523,533 ha, dan total luas lahan PTP.Nusantara III Gunung Para adalah 4.030,003 ha (PTPN III, 2014).

Sifat Fisika Tanah

Sifat fisika tanah adalah sifat yang berhubungan dengan peredaran udara, suhu, air, dan zat terlarut melalui tanah. Sifat ini sangat beragam dalam tanah tropika. Beberapa sifat fisika tanah memang dapat berubah karena pengolahan tanah. Banyak sifat fisika tanah memburuk akibat pengolahan tanah sehingga membuat tanah menjadi kurang lolos air dan lebih mudah hilang karena limpasan dan pengikisan (Sanchez, 1992).

Tekstur tanah

Tekstur tanah adalah perbandingan kandungan partikel tanah primer berupa fraksi liat, debu dan pasir dalam suatu massa tanah. Tekstur tanah merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kapasitas tanah untuk

9

menahan air dan permeabilitas tanah serta berbagai sifat fisik dan kimia tanah lainnya. Tanah terdiri dari bahan padat, bahan cair, gas, dan jasad hidup (Kartasapoetra, dkk., 1995).

Padatan tanah berdasarkan sifat dan ukurannya dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu yaitu pasir (ukuran > 2 mm dan bersifat kasar dan tidak lekat), debu (ukuran 0,05 hingga 0,002 mm dan bersifat licin tetapi tidak lekat), dan liat (ukuran < 0,002 mm dan bersifat licin dan lekat). Perbandingan antara fraksi pasir, debu, dan liat suatu tanah berdasarkan tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara pasir, debu, dan liat yang diatur oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) (Winarso, 2005).

Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar) atau lebih porous, tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori meso (sedang) atau agak porous, dan tanah yang didominasi liat akan mempunyai banyak pori-pori mikro (kecil) atau tidak porous. Tanah dengan fraksi pasir yang dominan akan memiliki jumlah partikel yang lebih sedikit dan luas permukaan yang lebih kecil sedangkan pada tanah yang didominasi fraksi liat akan memiliki jumlah partikel yang lebih banyak dan luas permukaan yang lebih besar (Hanafiah, 2005).

Luas permukaan partikel tanah mempengaruhi jumlah air dan udara dalam tanah. Pasir mengikat sedikit air disebabkan pori-pori yang terbentuk pada tanah pasir besar atau luas sehingga akan membiarkan air untuk bergerak secara bebas turun, keluar dari tanah oleh gaya gravitasi bumi tetapi tanah akan lebih banyak mengikat air apabila mengandung bahan organik yang tinggi. Tanah-tanah berpasir tidak dapat menyimpan banyak air seperti halnya tanah liat akan tetapi

persen ketersediaan airnya lebih tinggi sehingga tidak ada hubungan yang konstan antara tekstur tanah dengan air tanah. Tanah bertekstur halus (liat) mudah mengalami pemadatan yang akan mengurangi ruang pori tanah sehingga juga akan mengurangi pergerakan air dan udara dalam tanah. Pada kondisi ini air hujan tidak banyak masuk kedalam tanah tetapi mengalir melalui aliran permukaan yang dapat menyebabkan erosi (Winarso, 2005).

Gambar 1.Gambar segitiga tekstur tanah menurut USDA (Foth, 1951).

Bahan organik tanah

Bahan organik tanah didefinisikan sebagai pelapukan tanaman dan hewan di dalam tanah yang dapat berupa bagian-bagian tumbuhan seperti akar pohon, semak, rumput, dan sisa tanaman yang siap didekomposisikan dan dihancurkan oleh organisme tanah. Bahan organik di dalam tanah dapat memperbaiki sifat

11

fisika dan kimia tanah. Pengaruh bahan organik dalam usaha pertanian sangat penting setelah banyak masyarakat lebih menghargai hasil-hasil pertanian ramah lingkungan (Winarso, 2005).

Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah, yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah, sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi

dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil (Tolaka, dkk., 2013).

Kriteria unsur hara tanah dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Kriteria unsur hara tanah

Sifat tanah Satuan Sangat

rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat tinggi Nitrogen % < 0,1 0,1-0,2 0,21-0,50 0,51-0,75 > 0,75 P-avl Bray II ppm < 8,00 8,00-15,00 16-25 26-35 > 35 K-tukar me/100 < 0,10 0,1-0,2 0,30-0,50 0,60-1,00 >1,00 ( Notohadiprawiro, 1998).

Kadar bahan organik dalam tanah sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dan partikel yang ada di dalam tanah. Makin ke bagian bawah profil tanah, kadar bahan organik pada umumnya makin rendah hal ini mengingat bahwa sumber bahan organik terutama berasal dari serasah dan akar tumbuhan. Bahan organik tanah dapat memberikan pengaruh pada struktur tanah, permeabilitas tanah, dan daya menyimpan air (Notohadiprawiro, 1998).

Pengaruh bahan organik pada sifat fisika tanah adalah kemampuan menahan air meningkat, warna tanah menjadi coklat hingga hitam, merangsang granulasi agregat dan memantapkannya, menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk lainnya dari liat. Pengaruh bahan organik pada kimia tanah antara lain meningkatnya daya jerap (kapasitas simpan) dan kapasitas tukar kation, kation

yang mudah dipertukarkan meningkat, unsur N, P, S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali, pelarutan sejumlah unsur hara dari mineral oleh asam humus. Pengaruh bahan organik pada biologi tanah antara lain yaitu jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah meningkat, dan kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik juga meningkat (Hakim, dkk., 1986).

Bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah berlempung, sehingga tanah yang tadinya berat dengan bahan organik yang lebih banyak akan membuat tanah lebih ringan. Selain itu bahan organik dalam tanah akan meningkatkan kemampuan tanah menahan air sehingga tanah dapat lebih banyak menyediakan air bagi tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan menjaga kondisi fisik yang diinginkan (Murbandono, 1995).

Faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik dan nitrogen tanah adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah, dan drainase. Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N, kadar bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm makin ke bawah makin berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan organik memang terkonsentrasi di lapisan atas. Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Tekstur tanah juga cukup berperan, makin tinggi jumlah liat makin tinggi pula bahan organik dan N tanah bila kondisi lainnya sama. Tanah berpasir memungkinkan oksidasi yang baik sehingga bahan organik cepat habis. Pada tanah yang memiliki drainase buruk, oksidasi akan terhambat sehingga kadar bahan organik dan N tinggi daripada tanah berdrainase baik (Hakim, dkk., 1986).

13

Mempertahankan kandungan bahan organik tanah dapat dilakukan dengan cara yaitu mengembalikan sisa-sisa tanaman yang dianggap remah itu ke dalam tanahnya, menambahkan secara periodik sejumlah pupuk kandang ke dalam tanah, menanami kembali tanah dengan berbagai jenis tanaman penutup tanah keluarga leguminose atau jenis tanaman pupuk hijau lainnya (Kartasapoetra, dkk., 1995).

Karbon adalah komponen utama dari bahan organik yang terdiri dari 58% karbon dan unsur hara lain seperti nitrogen, fosfor, sulfur, oksigen, dan hidrogen. Pengukuran C organik secara tidak langsung dapat menentukan bahan organik melalui penggunaan faktor koreksi tertentu. Soil survey laboratory menetapkan untuk menggunakan kadar C-organik untuk mengukur kadar bahan organik. Rumus yang digunakan adalah:

Bahan organik (%) = % C organik × 1,724 ... (1) Faktor 1,724 adalah asumsi yang digunakan bahwa bahan organik mengandung 58% karbon. Beberapa studi menunjukkan bahwa kadar C organik dalam bahan organik cukup bervariasi di dalam tanah (Mukhlis, 2007).

Kriteria bahan organik tanah dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2. Kriteria bahan organik tanah

Bahan organik (%) Kriteria

Sangat rendah < 1,00 Rendah 1,00-2,00 Sedang 2,10-4,20 Tinggi 4,30-6,00 Sangat tinggi > 6,00 (Puslittanak, 2005)

Kandungan unsur hara dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kecepatan pelapukan mineral tanah, sifat bahan induk, keadaan tanaman yang hidup diatasnya, dan laju pencucian oleh air hujan. Jika laju pencucian unsur hara sangat besar dan intensitas pelapukan rendah, maka kehilangan unsur hara lebih

besar dibandingkan dengan pengambilan unsur hara oleh tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Keuntungan dari adanya bahan organik pada tanah adalah mengurangi kerapatan massa pada tanah sehingga dapat melarutkan mineral tanah. Kerapatan massa yang rendah biasanya berhubungan dengan naiknya porositas dikarenakan oleh adanya fraksi-fraksi organik dan anorganik pada tanah. Bahan organik dapat menahan air lebih besar dibandingkan beratnya sendiri. Bahan organik merupakan penyumbang nitrogen dan fosfat apabila tanah tidak diberikan pupuk. Sebelum adanya penambahan pupuk, bahan organik adalah satu-satunya cara yang digunakan untuk menambah berbagai unsur hara tanah (Yulipriyanto, 2010).

Kerapatan massa tanah

Kerapatan massa tanah adalah bobot massa tanah kondisi lapangan yang dikering ovenkan per satuan volume. Nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel-partikel tanah, makin kasar maka akan makin berat. Nilai kerapatan massa dari tanah dapat dituliskan sebagai:

Kerapatan massa tanah (Bd) = Berat tanah kering oven (g)

Volume tanah total (cm3) ... (2) (Dingus, 1999).

Berat isi (bulk density) menunjukkan berat tanah kering persatuan volume tanah (termasuk pori-pori tanah). Berat isi berguna untuk evaluasi terhadap kemungkinan akar menembus tanah. Pada tanah-tanah dengan berat isi yang tinggi akar tanaman tidak dapat menembus lapisan tanah tersebut. Nilai bulk

density 1,46 sampai 1,60 g/cm3 akan menghambat pertumbuhan akar karena

tanahnya memadat dan oksigen kurang tersedia sebagai akibat berkurangnya ruang/pori tanah yang dapat disebabkan karena kadar liat di lapisan bawah lebih

15

tinggi sehingga tanah pada lapisan tersebut lebih padat. Metode analisis bulk density di laboratorium adalah sampel tanah (ring) dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 1050C, kemudian ditimbang keseluruhan (tanah dan ring) kemudian dikurangi oleh berat ring maka diperoleh berat tanah kering oven (Tolaka, dkk., 2013).

Kandungan air tanah berhubungan dengan kerapatan isi dan porositas tanah. Semakin tinggi kerapatan isi tanah, maka semakin padat tanah (porositas semakin rendah), sehingga sirkulasi udara dan kondisi air tanah tidak menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman apabila suatu tanah cukup gembur dengan kerapatan isi kurang dari 1,2 g/cm3, maka pengolahan tanah konservasi (tanpa olah tanah atau pengolahan tanah minimum) merupakan cara pengolahan yang sangat dianjurkan karena sifat tanah peka terhadap erosi (Rachman, 1987).

Kerapatan partikel tanah

Kerapatan partikel tanah adalah parameter yang sangat penting dalam menentukan sifat fisika dan kimia tanah. Kerapatan partikel tanah adalah bobot massa partikel padat per satuan volume tanah, biasanya tanah memiliki kerapatan partikel 2,6 g/cm3. Perbandingan kerapatan partikel tanah diantara jenis-jenis tanah tidak begitu besar kecuali terdapat variasi yang besar di dalam kandungan bahan organik dan komposisi mineral tanah (Hanafiah, 2005).

Kerapatan partikel tanah dipengaruhi oleh kadar air tanah, tekstur tanah, struktur tanah, bahan organik tanah, dan topografi lahan. Kadar air tanah mempengaruhi volume kepadatan tanah yang tersusun atas fraksi pasir, debu, dan liat. Bahan organik pada tanah akan menyebabkan kondisi tanah menjadi berlubang karena bahan organik akan menempati ruang di antara partikel tanah

sehingga tanah menjadi porous. Bahan organik mengandung berbagai macam senyawa yang akan diuraikan oleh mikroorganisme dan membantu melekatkan partikel-partikel tanah membentuk agregat. Sehingga tanah yang memiliki bahan organik yang tinggi akan menjadi lebih berpori, gembur, memiliki kerapatan partikel yang lebih kecil, dapat menyimpan, dan mengalirkan udara dan air (Baver, 1956).

Kerapatan partikel (particle density) dari tanah adalah massa tanah kering oven dibagi dengan volume dari partikel tanah. Nilai kerapatan partikel tanah dapat dituliskan sebagai berikut:

Kerapatan partikel tanah (Pd) = Berat tanah kering oven (g)

Volume dari partikel tanah (cm3) ... (3) (Pandutama, dkk., 2003).

Porositas tanah

Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara sehingga merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang porous berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk-keluar tanah secara leluasa (Hanafiah, 2005).

Kelas porositas tanah dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3. Kelas porositas tanah

Porositas (%) Kelas 100 Sangat porous 60-80 Porous 50-60 Baik 40-50 Kurang baik 30-40 Buruk < 30 Sangat buruk (Arsyad, 1989).

17

Porositas atau ruang pori tanah adalah volume seluruh pori-pori dalam suatu volume tanah utuh yang dinyatakan dalam persen. Porositas terdiri dari ruang diantara partikel pasir, debu, dan liat serta ruang diantara agregat-agregat tanah. Porositas total tanah dapat dihitung dari data berat volume tanah dan berat jenis (Tolaka, dkk., 2013).

Untuk menghitung persentase ruang pori (θ) yaitu dengan membandingkan nilai kerapatan massa dan kerapatan partikel dengan persamaan:

θ = �1-Bd Pd�×100% ... (4) Dimana: θ = porositas (%) Bd = Kerapatan massa (g/cm3) Pd = Kerapatan partikel (g/cm3) (Hansen, dkk., 1992).

Kadar air kapasitas lapang

Bila air masuk ke dalam tanah, udara dalam tanah terdesak dan tanah menjadi basah, artinya seluruh ruang pori tanah terisi air. Kondisi tanah seperti ini dikatakan jenuh dengan air dan berada pada kemampuan retensi maksimum. Tegangan yang terdapat pada permukaan lapisan air sangat kecil atau hampir 0 atm. Akibatnya sebagian air yang ditahan pada ruang pori yang besar mudah ditarik atau mengalir ke bawah karena gaya gravitasi sehingga lapisan air menipis (Hakim, dkk., 1986).

Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori tanah mulai menipis, sehingga tegangan antar air dan udara meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi, air gravitasi (pori-pori makro) habis dan air

tersedia (pada pori-pori meso dan mikro) bagi tanaman dalam keadaan optimum (Hanafiah, 2005).

Cara yang digunakan dalam menyatakan jumlah air yang terdapat dalam tanah adalah dalam persen terhadap tanah kering. Cara penetapan kadar air tanah dapat dilakukan dengan menggunakan metode gravimetrik. Metode gravimetrik merupakan metode yang paling umum dipakai. Dengan metode ini sejumlah tanah basah dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C selama 24 jam. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terdapat dalam tanah basah. Nilai kadar air kapasitas lapang tanah dapat dituliskan sebagai berikut:

Kadar air kapasitas lapang = BTB – BTKO

BTKO ×100% ... (5) Dimana : BTB = Berat tanah basah

BTKO = Berat tanah kering oven (Hakim, dkk., 1986).

Permeabilitas tanah

Permeabilitas adalah kecepatan laju air dalam medium massa tanah yang merupakan kemudahan cairan, gas, dan akar menembus tanah. Permeabilitas tanah merupakan parameter sifat fisika tanah yang menentukan kecepatan pergerakan air dalam tanah. Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel tanah, bentuk partikel tanah, dan struktur tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya. Pada skala mikroskopik, air merembes ke dalam tanah mengikuti suatu alur yang berliku-liku diantara partikel-partikel tanah, tetapi secara makroskopik alur tersebut dapat dianggap sebagai garis lurus (Reinhold, 1987).

19

Koefisien permeabilitas untuk tanah berbutir kasar dapat ditentukan dari uji tinggi konstan (constant head test). Rumus yang digunakan untuk mengetahui besarnya permeabilitas tanah yaitu:

k= ql

Ah ... (6) dimana: q = debit (m3/det)

h/l= gradien hidrolik

A = luas penampang (m2) (Craig, 1987).

Klasifikasi permeabilitas tanah dapat dilihat pada Tabel 4 Tabel 4. Klasifikasi permeabilitas tanah

Kelas Permeabilitas (cm/jam)

Sangat lambat < 0,125 Lambat 0,125 – 0,50 Agak lambat 0,50 – 2,00 Sedang 2,00 – 6,25 Agak cepat 6,25 – 12,50 Cepat 12,50 – 25,00 Sangat cepat > 25,00

(Uhland and O’neal, 1951).

Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah adalah sifat tanah yang menjelaskan tentang ketersediaan unsur hara bagi tanaman, pergerakan, dan penyerapan unsur hara dari tanah ke tanaman yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan tanaman, karakteristik, dan jenis tanah. Setiap jenis tanah memiliki sifat tanah yang berbeda-beda. Misalnya tanah yang memiliki bahan organik organik tinggi warnanya akan lebih coklat hingga hitam dibandingkan tanah yang memiliki bahan organik yang rendah (Hanafiah, 2005).

pH tanah

pH tanah adalah sifat reaksi tanah yang dinilai berdasarkan jumlah ion H+ dan OH- dalam larutan tanah. Bila dalam tanah ditemukan ion H+ lebih banyak dari ion OH- maka disebut masam. Bila ion H+ sama dengan ion OH- disebut netral, dan bila ion OH- lebih banyak daripada ion H+ disebut basa. Bila konsentrasi ion H+ bertambah maka pH turun, sebaliknya bila konsentrasi ion OH- bertambah pH naik. Dengan kata lain pH tanah = -log [H] tanah. Suatu tanah masam akan memiliki pH kurang dari 7, netral bila sama dengan 7 dan basa bila lebih dari 7 (Hakim, dkk., 1986).

Kelas pH tanah dapat dilihat pada Tabel 5 Tabel 5. Kelas pH tanah

Reaksi Tanah pH

Luar biasa masam < 4,0

Sangat masam 4,0 – 5,0 Masam 5,0 – 6,0 Agak masam 6,0 – 7,0 Agak basa 7,0 – 8,0 Basa 8,0 – 9,0 Sangat basa 9,0 – 10,0

Luar biasa basa > 10,0

( Notohadiprawiro, 1998).

Dari berbagai hasil penelitian tentang tanah masam baik di luar negeri maupun di Indonesia, masalah kemasaman tanah adalah unsur fosfor (P) kurang tersedia, kekurangan unsur kalsium (Ca) dan magnesium (Mg), kekurangan unsur molibdium (Mo), fiksasi N oleh kacang-kacangan terhambat, kandungan mangan (Mn) dan besi (Fe) sering berlebihan sehingga dapat merupakan racun bagi tanaman, kelarutan aluminium (Al) sering sangat tinggi sehingga merupakan faktor penghambat tumbuh tanaman yang utama pada tanah masam

Dokumen terkait