• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah pada Lahan Karet dengan Beberapa Jenis Vegetasi yang Tumbuh di Kebun PTP.Nusantara III Gunung Para

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah pada Lahan Karet dengan Beberapa Jenis Vegetasi yang Tumbuh di Kebun PTP.Nusantara III Gunung Para"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Diagram alir penelitian Sampel tanah yang diambil dari

lahan dengan jenis vegetasi :

- Mucuna bracteata - Kerapatan massa tanah - Kerapatan partikel tanah - Porositas tanah

- Kadar air kapasitas lapang - Permeabilitas tanah - pH tanah

(2)

53

Lampiran 2. Hasil analisis sifat fisika tanah

Perhitungan kerapatan massa tanah, kerapatan partikel tanah, porositas tanah, dan laju permeabilitas tanah pada tanah dengan vegetasi rumput kedalaman 5 cm

Parameter BTKO (g) Volume partikel tanah (ml) Laju permeabilitas (cm/jam)

Lokasi I 101,51 40 6,44

Lokasi II 119,95 50 5,75

Lokasi III 109,81 45 7,29

Rata-rata 110,42 45 6,5 (Agak cepat)

Dimana:

BTKO = Berat tanah kering oven (massa tanah kering)

Volume tanah total (Vt) = Volume ring sampel = πr2t

= (3,14)(2,45 cm)2 (5 cm) = 94,24 cm3

Kerapatan massa tanah (bulk density)

Ms = 110,42 g

Kerapatan partikel tanah (particle density)

(3)

Perhitungan kerapatan massa tanah, kerapatan partikel tanah, porositas tanah, dan laju permeabilitas tanah pada tanah dengan vegetasi rumput kedalaman 25 cm

Parameter BTKO (g) Volume partikel tanah (ml) Laju permeabilitas (cm/jam)

Lokasi I 116,97 45 3,40

Lokasi II 121,59 55 4,15

Lokasi III 115,17 45 6,97

Rata-rata 117,91 48,33 4,84 (Sedang)

Dimana:

BTKO = Berat tanah kering oven (massa tanah kering)

Volume tanah total (Vt) = Volume ring sampel = πr2t

= (3,14)(2,45 cm)2(5 cm)

= 94,24 cm3

Kerapatan massa tanah (bulk density)

Ms = 117,91 g

Kerapatan partikel tanah (particle density)

(4)

55

Perhitungan kerapatan massa tanah, kerapatan partikel tanah, porositas tanah, dan laju permeabilitas tanah pada tanah dengan vegetasi paku harupat kedalaman 5 cm

Parameter BTKO (g) Volume partikel tanah (ml) Laju permeabilitas (cm/jam)

Lokasi I 102,30 45 6,45

Lokasi II 116,97 50 5,94

Lokasi III 105,38 45 6,70

Rata-rata 108,22 46,67 6,40 (Agak cepat)

Dimana:

BTKO = Berat tanah kering oven (massa tanah kering)

Volume tanah total (Vt) = Volume ring sampel = πr2t

= (3,14)(2,45 cm)2(5 cm) = 94,24 cm3

Kerapatan massa tanah (bulk density)

Ms = 108,22 g

Kerapatan partikel tanah (particle density)

(5)

Perhitungan kerapatan massa tanah, kerapatan partikel tanah, porositas tanah, dan laju permeabilitas tanah pada tanah dengan vegetasi paku harupat kedalaman 25 cm

Parameter BTKO (g) Volume partikel tanah (ml) Laju permeabilitas (cm/jam)

Lokasi I 121,70 50 3,21

Lokasi II 104,20 45 3,43

Lokasi III 120,46 50 2,57

Rata-rata 115,45 48,33 3,07 (Sedang)

Dimana:

BTKO = Berat tanah kering oven (massa tanah kering)

Volume tanah total (Vt) = Volume ring sampel = πr2t

= (3,14)(2,45 cm)2(5 cm)

= 94,24 cm3

Kerapatan massa tanah (bulk density)

Ms = 115,45 g

Kerapatan partikel tanah (particle density)

(6)

57

Perhitungan kerapatan massa tanah, kerapatan partikel tanah, porositas tanah, dan laju permeabilitas tanah pada tanah dengan vegetasi Mucuna bracteata kedalaman 5 cm

Parameter BTKO (g) Volume partikel tanah (ml) Laju permeabilitas (cm/jam)

Lokasi I 121,02 50 5,60

Kerapatan massa tanah (bulk density)

Ms = 109,77 g Kerapatan partikel tanah (particle density)

(7)

Perhitungan kerapatan massa tanah, kerapatan partikel tanah, porositas tanah dan laju permeabilitas tanah pada tanah dengan vegetasi Mucuna bracteata kedalaman 25 cm

Parameter BTKO (g) Volume partikel tanah (ml) Laju permeabilitas (cm/jam)

Lokasi I 110,82 45 3,25

Lokasi II 123,17 55 2,11

Lokasi III 103,60 45 3,10

Rata-rata 112,53 48,33 2,82 (Sedang)

Dimana:

BTKO = Berat tanah kering oven (massa tanah kering)

Volume tanah total (Vt) = Volume ring sampel = πr2t

= (3,14)(2,45 cm)2(5 cm)

= 94,24 cm3

Kerapatan massa tanah (bulk density)

Ms = 112,53 g

Kerapatan partikel tanah (particle density)

(8)

59

Perhitungan kerapatan massa tanah, kerapatan partikel tanah, porositas tanah, dan laju permeabilitas tanah pada lahan tanpa vegetasi kedalaman 5 cm

Parameter BTKO (g) Volume partikel tanah (ml) Laju permeabilitas (cm/jam)

Lokasi I 116,82 50 3,21

Lokasi II 113,46 50 2,50

Lokasi III 114,28 45 2,69

Rata-rata 114,85 48,33 2,80 (Sedang)

Dimana:

BTKO = Berat tanah kering oven (massa tanah kering)

Volume tanah total (Vt) = Volume ring sampel = πr2t

= (3,14)(2,45 cm)2(5 cm)

= 94,24 cm3

Kerapatan massa tanah (bulk density)

Ms = 114,85 g

Kerapatan partikel tanah (particle density)

(9)

Perhitungan kerapatan massa tanah, kerapatan partikel tanah, porositas tanah, dan laju permeabilitas pada lahan tanpa vegetasi kedalaman 25 cm

Parameter BTKO (g) Volume partikel tanah (ml) Laju permeabilitas (cm/jam)

Lokasi I 118,72 50 2,10

Kerapatan massa tanah (bulk density)

Ms = 118,49 g

Kerapatan partikel tanah (particle density)

(10)

61

Perhitungan kandungan bahan organik tanah

Jenis vegetasi Kadar C organik (%) Bahan organik tanah (%)

Paku harupat 0,85 1,47

Rumput 0,75 1,29

Mucuna bracteata 0,71 1,22

Tanpa vegetasi 0,66 1,14

Bahan organik tanah (%) = % C organik × 1,724 Perhitungan:

Bahan organik tanah dengan vegetasi paku harupat Bahan organik tanah (%) = 0,85% × 1,724

= 1,47%

Bahan organik tanah dengan vegetasi rumput Bahan organik tanah (%) = 0,75% × 1,724

= 1,29%

Bahan organik tanah dengan vegetasi Mucuna bracteata Bahan organik tanah (%) = 0,71% × 1,724

= 1,22% Bahan organik tanah tanpa vegetasi

(11)

Perhitungan kadar air kapasitas lapang

Jenis vegetasi BTB (g) BTKO (g) Kadar air kapasitas lapang (%)

Paku harupat 149,38 105,13 42,09

Rumput 158,64 109,58 44,77

Mucuna bracteata 165,41 117,34 40,97

Tanpa vegetasi 168,32 125,48 34,14

Dimana : BTB = Berat tanah basah

BTKO = Berat tanah kering oven Kadar air kapasitas lapang = BTB – BTKO

BTKO ×100%

Perhitungan:

Kadar air kapasitas lapang tanah dengan vegetasi paku harupat Kadar air kapasitas lapang = 149,38 g – 105,13 g

105,13 g ×100% = 42,09 %

Kadar air kapasitas lapang tanah dengan vegetasi rumput Kadar air kapasitas lapang = 158,64 g – 109,58 g

109,58 g ×100% = 44,77 %

Kadar air kapasitas lapang tanah dengan vegetasi Mucuna bracteata Kadar air kapasitas lapang = 165,41 g – 117,34 g

117,34 g ×100% = 40,97 %

Kadar air kapasitas lapang tanah tanpa vegetasi Kadar air kapasitas lapang = 168,32 g – 125,48 g

(12)

63

Lampiran 3. Hasil analisis sifat kimia tanah di laboratorium

Hasil analisis sifat kimia tanah pada tanah dengan vegetasi paku harupat

Parameter pH Kadar

C-masam Sangat rendah Rendah Rendah Sedang

Hasil analisis sifat kimia tanah pada tanah dengan vegetasi rumput

Parameter pH Kadar

C-masam Sangat rendah Rendah Sangat rendah Sedang

Hasil analisis sifat kimia tanah pada tanah dengan vegetasi Mucuna bracteata

Parameter pH Kadar

C-masam Sangat rendah Rendah Sangat rendah Sedang

Hasil analisis sifat kimia tanah pada tanah tanpa vegetasi

Parameter pH Kadar

(13)
(14)
(15)
(16)

67

Lampiran 5. Dokumentasi penelitian Lahan karet tanpa vegetasi

(17)

Lahan karet dengan vegetasi Mucuna bracteata

(18)

69

Tanah dalam ring sample sebelum diovenkan

(19)

49

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.

Aulia, H. 2011. Laju Penutupan Tanah Oleh Pertumbuhan Mucuna bracteata DC. dan Centrosema pubescens BENTH Pada Ex-Borrow PIT Jabung Timur. [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Baver, L.D. 1956. Soil Physics. Third Edition. John Wiley and Sons. New York.

BPS Provinsi Sumatera Utara. 2005. Karet. http://www.sumutprov.go.id [30 Januari 2015].

Ceri, B., I. Lovadi, R. Linda. 2014. Keanekaragaman Jenis Paku-pakuan di Mangrove Muara Sungai Peniti Kecamatan Segedong Kabupaten Pontianak. Jurnal Protobiont Vol 3:245.

Craig, R.F. 1987. Mekanika Tanah Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.

Damanik, S., M. Syakir, M. Tasma dan Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca Karet. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor.

Dariah, A. 2005. Konservasi Tanah Pada Lahan Usaha Tani Berbasis Tanaman Perkebunan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah Agroklimat. Bogor.

Dingus, D.D. 1999. Soil Science Laboratory Manual. Prentice Hall. United States of America.

Foth, H.D. 1951. Fundamentals Of Soil Science Eight Edition, John Wiley and Sons. New York.

Hakim, N., Y. Nyakpa, A.M. Lubis, A.G. Nugroho, M.A. Diha, G.B.Gong, dan H.H. Bailey. 1986. Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hansen, V.E, O.W. Israelsen, dan G.E. Stringham. 1992. Dasar-Dasar dan Praktek Irigasi. Penerjemah: Endang. Erlangga. Jakarta.

(20)

50

Kartasapoetra, G., A.G. Kartasapoetra, dan M.M. Sutedjo. 1995. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. PT.Bina Aksara. Jakarta.

Karyudi dan N.Siagian.2005. Peluang dan Kendala dalam Pengusahaan Tanaman Penutup Tanah di Perkebunan Karet. Balai Penelitian Karet Sungei Putih. Sumatera Utara.

Lingga, P. dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lubis, K.S. 2015. Pengantar Fisika Tanah. USU Press. Medan Mukhlis, 2007. Analisis Tanah Tanaman. USU Press. Medan.

Murbandono, L. 1995. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.

Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Pandutama, M.H., A. Mudjiharjati, Suyono, dan Wustamidin. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Jember. Bandung.

Prasetyo, B.H. dan Suriadikarta, D.A. 2006. Karakteristik, Potensi, dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Jurnal Litbang Pertanian Bogor Vol 25(2): 40.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. 2005. Pemupukan Fosfat dan Kalium Tanah Sawah Berdasarkan Uji Tanah Mendukung Pertanian Organik. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor.

PTPN III. 2010. PTPN III. http://www.kpbptn [30 Januari 2015]. PTPN III. 2014. PTPN III. http://www.kpbptn [01 Agustus 2015].

Rachman, L.M. 1987. Penerapan Sistem Budidaya Pertanian Tanpa Olah Tanah Ditinjau Dari Sifat Fisik Tanah. Penerbit IPB. Bogor.

Rauf, A. 2011. Sistem Agroforestry. USU Press. Medan. Reinhold, V,N. 1987. Soil Mechanics. Erlangga. Jakarta.

(21)

Rosmarkam, A. dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Sanchez, P.A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika, Jilid 2; Terjemahan Amir Hamzah. Penerbit ITB. Bandung.

Setyamidjaja, D. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta. Tolaka, W., Wardah, dan Rahmawati. 2013. Sifat Fisik Hutan Primer,

Agroforestri dan Kebun Kakao di Subdas Wera Saluopa Desa Leboni Kecamatan Pamona Puselemba Kabupaten Poso. Warta Rimba. Palu. Uhland, R.E., and O’Neal, A.M. 1951. Soil Permeability For Use In Soil and

Water Conservation. Illus. New York.

Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah; Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava Media. Yogyakarta.

Yardha. 2011. Manfaat Tanaman Vegetasi yang tumbuh Sebagai Tanaman Konservasi di Perkebunan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jambi. Yulipriyanto, H. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Graha Ilmu,

(22)

29

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Agustus 2015 di PTP.Nusantara III Gunung Para, Kecamatan Dolok Merawan, Kabupaten Serdang Bedagai untuk menganalisis jenis vegetasi yang tumbuh pada lahan tanaman karet berumur 5 tahun. Pengukuran sifat fisika dan kimia tanah telah dilakukan di laboratorium sentral Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara pada bulan April sampai dengan bulan Agustus 2015.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel tanah tanaman karet dari lahan tanpa vegetasi dan dari lahan dengan jenis vegetasi paku harupat (Nephrolepis bisserata), Mucuna bracteata, dan rumput untuk diamati sifat fisika dan kimia tanahnya, plastik yang digunakan sebagai wadah tanah tanaman karet, karet untuk mengikat plastik tanah, label untuk memberi tanda pada ring sample.

Alat penelitian

(23)

memudahkan proses pengambilan tanah, kotak sebagai wadah ring sample dari lahan karet menuju laboratorium, dan kalkulator untuk menghitung.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode survei/observasi di lapangan dan analisis di laboratorium.

Prosedur Penelitian

1. Pengambilan sample di lapangan

1. Ditentukan titik pengambilan sample tanah pada lahan dengan vegetasi paku harupat, Mucuna bracteata, rumput, dan lahan tanpa vegetasi

2. Diambil sample tanah pada kedalaman 5 cm dan 25 cm dengan menggunakan ring sample sebanyak 52 ring dengan masing-masing sample tanah dengan vegetasi dan tanpa vegetasi sebanyak 13 sample

untuk dikaji sifat fisika tanahnya

3. Ditutup dan dimasukkan ring sample ke dalam plastik kemudian diikat dengan karet kemudian diberi label

4. Diambil dan dicampur tanah sampai kedalaman 25 cm sebanyak 12 sample dengan masing-masing sample yang memiliki vegetasi dan tanpa vegetasi sebanyak 3 sample untuk dikaji sifat kimia tanahnya

5. Diikat plastik dengan menggunakan karet kemudian diberi label

6. Disusun ring sample dan sample tanah dalam plastik kedalam kotak untuk dibawa ke laboratorium

2. Pengujian di laboratorium

(24)

31

2. Dianalisis bahan organik tanah dengan metode Walkley&Black 3. Dianalisis kerapatan massa tanah (bulk density)

4. Dianalisis kerapatan partikel tanah (particle density) 5. Dianalisis porositas tanah

6. Dianalisis kadar air kapasitas lapang tanah dengan metode gravimetrik 7. Dianalisis permeabilitas tanah dengan metode constant head test 8. Dianalisis pH tanah dengan alat pH meter

9. Dianalisis kandungan nitrogen total tanah dengan metode Kjeldhal Digestasi

10. Dianalisis kandungan fosfat tersedia tanah dengan metode Bray II 11. Dianalisis kandungan kalium tukar tanah dengan alat flamephotometer

Parameter Penelitian

1. Tekstur tanah

Tekstur tanah diukur dengan metode hidrometer dan dianalisis dengan menggunakan segitiga USDA.

2. Bahan organik tanah

Bahan organik tanah dihitung dengan menggunakan persamaan (1) 3. Kerapatan massa tanah

Kerapatan massa tanah dihitung dengan menggunakan persamaan (2) 4. Kerapatan partikel tanah

Kerapatan partikel tanah dihitung dengan menggunakan persamaan (3) 5. Porositas tanah

(25)

6. Kadar air kapasitas lapang

Kadar air kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan persamaan (5) 7. Permeabilitas tanah

Permeabilitas tanah dihitung dengan menggunakan persamaan (6) 8. pH tanah

Nilai pH tanah diukur dengan menggunakan alat pH meter 9. Kandungan nitrogen total tanah

Kandungan nitrogen total tanah diperoleh dengan menggunakan metode Kjeldhal Digestasi

10. Kandungan fosfat tersedia tanah

Kandungan fosfat tersedia tanah diperoleh dengan menggunakan metode Bray II

11. Kandungan kalium tukar tanah

(26)

33

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PTP.Nusantara III Gunung Para. Kebun Gunung Para adalah salah satu kebun PTP.Nusantara III yang terletak di Kecamatan Dolok Merawan (terdapat 4 desa yaitu desa Kalembak, Gunung Para II, Panglong dan desa Bandarawan), Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara dengan jarak ±112 km dari Medan berada antara 03°09′52″ LU dan 99°06′27″ BT dengan ketinggian 96-114 meter diatas permukaan laut, dengan jenis tanah ultisol berwarna merah kuning, topografi berbukit sampai dengan bergelombang. PTP.Nusantara III Gunung Para terdiri dari 6 afdeling yaitu 5 afdeling komoditas karet, 1 afdeling komoditas kelapa sawit, pabrik pengolahan karet ribbed smoked sheet dan pabrik pengolahan crumb rubber (PTPN III, 2014).

PTP.Nusantara III Gunung Para sampai saat ini memiliki luasan lahan tanaman menghasilkan karet seluas 1.564,03 ha, tanaman belum menghasilkan karet seluas 964,80 ha, tanaman utama karet seluas 394 ha, kebun enteres karet seluas 5 ha, bibitan seluas 15 ha, jumlah tanaman karet seluas 2.954,03 ha, tanaman menghasilkan kelapa sawit seluas 552,44 ha, jumlah tanaman kelapa sawit 552,44 ha, jumlah tanaman karet dan sawit seluas 3.495,29 ha, lain-lain seluas 523,533 ha dan total luas lahan PTP.Nusantara III Gunung Para adalah 4.030,003 ha (PTPN III, 2014).

Tanah Ultisol

(27)

panjang, memiliki liat yang lebih banyak pada lapisan bawah tanah, bahan organik yang terkonsentrasi pada lapisan atas tanah saja sehingga kemungkinan terjadinya erosi lebih besar. Menurut Prasetyo dan Suriadikarta (2006) ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan sehingga mengurangi daya resap air dan meningkatkan aliran permukaan dan erosi tanah. Erosi merupakan salah satu kendala fisik pada tanah ultisol dan sangat merugikan karena dapat mengurangi kesuburan tanah. Hal ini karena kandungan bahan organik tanah paling banyak terdapat pada lapisan atas. Bila lapisan ini tererosi maka tanah akan menjadi miskin bahan organik dan hara.

(28)

35

Sifat Fisika Tanah

Tekstur tanah

Hasil analisis tekstur tanah dapat dilihat pada Tabel 6 Tabel 6. Hasil analisis tekstur tanah

Jenis vegetasi Fraksi Tekstur tanah

Pasir (%) Debu (%) Liat (%)

Paku harupat 53,17 22,56 24,27 Lempung liat berpasir

Rumput 47,17 19,23 32,93 Lempung liat berpasir

Mucuna bracteata 49,17 21,89 28,93 Lempung liat berpasir Tanpa vegetasi 47,84 19,89 32,27 Lempung liat berpasir

(29)

Bahan organik tanah

Hasil pengukuran bahan organik tanah dapat dilihat pada Tabel 7 Tabel 7. Hasil analisis bahan organik tanah

Jenis vegetasi Bahan organik tanah (%) Kriteria

Paku harupat 1,47 Rendah

Rumput 1,29 Rendah

Mucuna bracteata 1,22 Rendah

Tanpa vegetasi 1,14 Rendah

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa lahan tanpa vegetasi memiliki kandungan bahan organik paling rendah bila dibandingkan dengan lahan yang memiliki vegetasi. Lahan tanpa vegetasi tidak memiliki akar-akar dan serasah tumbuhan seperti yang dimiliki oleh lahan dengan vegetasi. Akar dan serasah tumbuhan merupakan sumber bahan organik yang akan mengalami pelapukan sehingga dapat meningkatkan bahan organik. Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisika tanah, biologi, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah

dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil (Tolaka, dkk., 2013).

(30)

37

pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi.

Kerapatan massa tanah

Hasil pengukuran kerapatan massa tanah dapat dilihat pada Tabel 8 Tabel 8. Hasil analisis kerapatan massa tanah

Jenis vegetasi Kerapatan massa tanah (g/cm3) kedalaman 5 cm

Kerapatan massa tanah (g/cm3) kedalaman 25 cm

Paku harupat 1,15 1,23

Rumput 1,17 1,25

Mucuna bracteata 1,16 1,19

Tanpa vegetasi 1,22 1,26

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa pada kedalaman 5 cm dan 25 cm, lahan tanpa vegetasi memiliki kerapatan massa lebih tinggi dibandingkan dengan lahan yang memiliki vegetasi. Hal ini terjadi karena lahan tanpa vegetasi tidak memiliki akar-akar tumbuhan sehingga tanah lebih padat dan memiliki kerapatan massa tanah lebih tinggi. Pada tanah-tanah dengan berat massa yang tinggi akar tanaman sulit menembus lapisan tanah karena tanahnya memadat dan oksigen kurang tersedia akibat berkurangnya pori tanah. Berat isi (bulk density) menunjukkan berat tanah kering persatuan volume tanah (termasuk pori-pori tanah). Berat isi berguna untuk evaluasi terhadap kemungkinan akar menembus tanah (Tolaka, dkk., 2013).

(31)

sudah sedikit yang sampai pada kedalaman ini sehingga kerapatan massa tanah semakin meningkat dan tidak terlalu berbeda dengan yang tidak memiliki vegetasi. Keuntungan dari adanya bahan organik pada tanah adalah mengurangi kerapatan massa pada tanah sehingga dapat melarutkan mineral tanah. Kerapatan massa yang rendah biasanya berhubungan dengan naiknya porositas dikarenakan oleh adanya fraksi-fraksi organik dan anorganik pada tanah. Bahan organik dapat menahan air lebih besar dibandingkan beratnya sendiri (Yulipriyanto, 2010).

Kerapatan partikel tanah

Hasil pengukuran kerapatan partikel tanah dapat dilihat pada Tabel 9 Tabel 9. Hasil analisis kerapatan partikel tanah

Jenis vegetasi Kerapatan partikel tanah (g/cm3) kedalaman 5 cm

Kerapatan partikel tanah (g/cm3) kedalaman 25 cm

Paku harupat 2,32 2,39

Rumput 2,45 2,44

Mucuna bracteata 2,35 2,33

Tanpa vegetasi 2,38 2,37

(32)

39

tanah yang memiliki bahan organik yang tinggi akan menjadi lebih berpori, gembur, memiliki kerapatan partikel yang lebih kecil, dapat menyimpan, dan mengalirkan udara dan air. Kerapatan partikel tanah dipengaruhi oleh kadar air tanah, tekstur tanah, struktur tanah, bahan organik tanah, dan topografi lahan (Baver, 1956).

Pada kedalaman 5 cm, lahan dengan vegetasi paku harupat memiliki kerapatan partikel tanah paling rendah kemudian dilanjutkan oleh Mucuna bracteata dan rumput memiliki kerapatan partikel tanah paling tinggi, hal ini

terjadi karena lahan dengan vegetasi rumput memiliki fraksi pasir dan debu yang paling rendah serta fraksi liat yang paling tinggi. Namun nilai kerapatan partikel tanah baik pada kedalaman 5 cm dan 25 cm tidak jauh berbeda. Perbandingan kerapatan partikel tanah diantara jenis-jenis tanah tidak begitu besar kecuali terdapat variasi yang besar di dalam kandungan bahan organik dan komposisi mineral tanah. Kerapatan partikel tanah adalah parameter yang sangat penting dalam menentukan sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Kerapatan partikel tanah adalah bobot massa partikel padat per satuan volume tanah biasanya tanah memiliki kerapatan partikel 2,6 g/cm3 (Hanafiah, 2005).

Porositas tanah

Hasilpengukuran porositas tanah dapat dilihat pada Tabel 10 Tabel 10. Hasil analisis porositas tanah

Jenis vegetasi Porositas tanah kedalaman 5 cm (%)

Porositas tanah kedalaman 25 cm (%)

Paku harupat 50,43 48,53

Rumput 52,24 48,77

Mucuna bracteata 50,64 48,93

(33)

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa pada kedalaman 5 cm dan 25 cm, lahan tanpa vegetasi memiliki porositas paling rendah. Hal ini terjadi karena lahan tanpa vegetasi tidak memiliki akar-akar tumbuhan sehingga kerapatan massa tanah menjadi tinggi karena tanah menjadi padat dan kurang porous. Hal ini sesuai dengan literatur (Hanafiah, 2005) yang menyatakan bahwa porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara. Tanah yang porous berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk-keluar tanah secara leluasa.

Pada lahan dengan vegetasi yang tumbuh kedalaman 5 cm, porositas tertinggi dimiliki oleh lahan dengan vegetasi rumput kemudian Mucuna bracteata dan porositas paling rendah dimiliki oleh lahan dengan vegetasi paku harupat. Lahan dengan vegetasi rumput memiliki porositas paling tinggi karena memiliki fraksi liat paling tinggi dan fraksi pasir paling rendah serta kandungan bahan organik lahan dengan vegetasi rumput berada pada urutan kedua sehingga menjadikan tanah lebih porous dan tidak padat. Lahan dengan vegetasi rumput memiliki kerapatan partikel tanah paling tinggi dan untuk menghitung persentase ruang pori tanah dilakukan dengan membandingkan nilai kerapatan massa dan kerapatan partikel tanah dimana selisih kerapatan partikel tanah dengan kerapatan massa lahan dengan vegetasi rumput adalah yang paling besar sehingga diperoleh hasil nilai porositasnya paling besar. Kerapatan partikel yang tinggi akan menjadikan porositas tanah tinggi (Hansen, dkk., 1992).

(34)

41

dan rumput namun tidak jauh berbeda karena kemungkinan akar-akar tumbuhan sudah sangat sedikit yang sampai pada kedalaman ini. Porositas tanah semakin rendah karena tanah semakin dalam, padat dan semakin tinggi kerapatan massanya (Tabel 7). Hal ini sesuai dengan literatur Rachman (1987) yang menyatakan bahwa semakin tinggi kerapatan massa tanah maka semakin padat tanah (porositas tanah semakin rendah) sehingga sirkulasi udara dan kondisi air tidak menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman.

Kadar air kapasitas lapang

Hasil pengukuran kadar air kapasitas lapang dapat dilihat pada Tabel 11 Tabel 11. Hasil analisis kadar air kapasitas lapang

Jenis vegetasi Kadar air kapasitas lapang (%)

Paku harupat 42,09

Rumput 44,77

Mucuna bracteata 40,97

Tanpa vegetasi 34,14

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa lahan karet tanpa vegetasi memiliki kapasitas lapang paling rendah. Selain itu porositas tanah yang diperoleh juga paling rendah sehingga pori-pori tanah juga lebih sedikit dibandingkan dengan lahan yang memiliki vegetasi yang memiliki pori-pori tanah lebih banyak (Tabel 10). Kapasitas lapang adalah kondisi setelah tanah jenuh air dan semua air yang masuk ke dalam tanah telah berhenti menetes. Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori tanah mulai menipis menjadikan tegangan antar air-udara meningkat hingga seimbang dengan gaya gravitasi, air gravitasi (pori-pori makro) habis dan air tersedia (pada pori-pori meso dan mikro) bagi tanaman dalam keadaan optimum (Hanafiah, 2005).

(35)

terbanyak sesudah paku harupat berarti rumput memiliki ruang pori tanah yang lebih banyak, tanah menjadi porous dan kemampuan menahan air semakin besar. Hal ini sesuai dengan literatur Yulipriyanto (2010) yang menyatakan bahwa naiknya porositas tanah terjadi karena adanya bahan organik tanah yang dapat menahan air lebih besar dibandingkan beratnya sendiri. Lahan dengan vegetasi paku harupat memiliki kadar air kapasitas lapang lebih tinggi dibandingkan lahan dengan vegetasi Mucuna bracteata meskipun porositas Mucuna bracteata lebih besar daripada paku harupat. Hal ini terjadi karena kandungan bahan organik paku harupat yang paling tinggi sehingga meningkatkan kemampuan tanah menahan air dan menyediakan air bagi tanaman (Murbandono, 1995).

Permeabilitas tanah

Hasil pengukuran permeabilitas tanah dapat dilihat pada Tabel 12 Tabel 12. Hasil analisis permeabilitas tanah kedalaman 5 cm dan 25 cm

Jenis vegetasi Permeabilitas tanah kedalaman 5 cm (cm/jam)

Permeabilitas tanah kedalaman 25 cm (cm/jam)

Paku harupat 6,4 (Agak cepat) 3,07 (Sedang)

Rumput 6,5 (Agak cepat) 4,84 (Sedang)

Mucuna bracteata 4,7 (Sedang) 2,82 (Sedang)

Tanpa vegetasi 2,8 (Sedang) 2,55 (Sedang)

Permeabilitas tanah adalah kecepatan laju air menembus tanah yang sangat dipengaruhi oleh vegetasi yang ada diatasnya. Permeabilitas adalah kecepatan laju air dalam medium massa tanah yang merupakan kemudahan cairan, gas dan akar menembus tanah. Permeabilitas tanah merupakan parameter sifat fisika tanah yang menentukan kecepatan pergerakan air dalam tanah. Kemampuan air dalam meloloskan diri juga berbeda pada setiap tanah (Reinhold, 1987).

(36)

43

bahwa lahan tanpa vegetasi memiliki permeabilitas paling rendah baik pada kedalaman 5 cm dan 25 cm karena porositas tanah pada lahan tanpa vegetasi memiliki persentase paling rendah sehingga tanah lebih padat dan kurang porous. Menurut Reinhold (1987) koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel tanah, bentuk partikel tanah, dan struktur tanah. Makin kecil ukuran partikel tanah maka makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya.

Pada kedalaman 5 cm dan 25 cm, lahan yang memiliki vegetasi rumput memiliki permeabilitas paling cepat karena porositas paling tinggi sehingga tanah menjadi tidak padat dan porous kemudian dilanjutkan oleh lahan dengan vegetasi paku harupat dan Mucuna bracteata yang memiliki permeabilitas paling rendah karena fraksi liat Mucuna bracteata lebih banyak dan fraksi pasir yang lebih rendah dibandingkan paku harupat sehingga fraksi liat yang memiliki ukuran partikel yang sangat kecil (<2 µm), jumlah partikel yang sangat banyak, dan luas permukaan sentuh yang besar menjadikan koefisien permeablitas tanah semakin rendah (Reinhold, 1987).

Sifat Kimia Tanah

pH tanah

Hasilpengukuran pH tanahdapat dilihat pada Tabel 13 Tabel 13. Hasil analisis pH tanah

Jenis vegetasi pH Kriteria

Paku harupat 6,33 Agak masam

Rumput 6,47 Agak masam

Mucuna bracteata 6,37 Agak masam

Tanpa vegetasi 6,42 Agak masam

(37)

masam. pH tanah adalah derajat keasaman tanah yang nilainya berbeda-beda untuk setiap tanahnya. pH tanah adalah sifat reaksi tanah yang dinilai berdasarkan jumlah ion H+ dan OH- dalam larutan tanah. Bila dalam tanah ditemukan ion H+ lebih banyak dari ion OH- maka disebut masam. Bila ion H+ sama dengan ion OH -disebut netral, dan bila ion OH- lebih banyak daripada ion H+ disebut basa. Bila konsentrasi ion H+ bertambah maka pH turun, sebaliknya bila konsentrasi ion OH- bertambah pH naik. Dengan kata lain pH tanah = -log [H] tanah. Suatu tanah masam akan memiliki pH kurang dari 7, netral bila sama dengan 7, basa bila lebih dari 7, dan tanah ultisol dicirikan memiliki tanah masam (Hakim, dkk., 1986).

Kandungan nitrogen (N) total, fosfat (P) tersedia, dan kalium (K) tukar tanah

Hasil pengukuran kandungan nitrogen (N) total, fosfat (P) tersedia, dan kalium (K) tukar tanahdapat dilihat pada Tabel 14

Tabel 14. Hasil analisis kandungan nitrogen (N) total, fosfat (P) tersedia, dan kalium (K) tukar tanah

(38)

45

fiksasi nitrogen yang dilakukan oleh vegetasi yang tumbuh sehingga unsur nitrogen diikat. Kriteria ini juga dipengaruhi oleh jenis tanah yaitu tanah ultisol yang memiliki fraksi pasir yang tinggi sehingga memicu terjadinya erosi yang menimbulkan terjadinya pencucian unsur hara secara intensif sehingga kandungan unsur hara rendah. Penutup tanah dapat mengurangi pencucian unsur hara. Penggunaan legume (kacang-kacangan) merupakan cara yang penting dalam penyediaan nitrogen tambahan sehingga tanaman penutup tanah adalah alternatif untuk meningkatkan nitrogen total tanah (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Tanah ultisol di PTP.Nusantara III Gunung Para memiliki pH 6,33 sampai dengan 6,47 dengan kriteria agak masam sehingga unsur Al, Fe dan Mn menjadi sangat larut yang menjadikan tanah semakin masam dan beracun. Ketersediaan P sangat dipengaruhi oleh pH. Bentuk ion P dalam tanah juga bergantung pada pH larutan. Pada pH agak tinggi (basa) ion HPO4-2 adalah dominan. Bila pH tanah turun ion H2PO4- dan HPO4-2 akan dijumpai bersamaan. Makin asam reaksi tanah ionH2PO4- lah yang dominan. Pada kondisi kemasaman yang tinggi, ion P akan mudah bersenyawa dengan Al, Fe atau Mn membentuk senyawa tidak larut yang merupakan racun bagi tanaman sehingga P tersedia menjadi rendah, sedangkan pada pH tinggi ion P yang larut akan diikat oleh Ca membentuk senyawa yang tidak larut sehingga P tersedia tanah menjadi lebih tinggi (Hakim, dkk., 1986).

(39)
(40)

47

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jenis tanah di lahan karet PTP.Nusantara III Gunung Para adalah ultisol yang memiliki tekstur lempung liat berpasir dan pH 6,33 sampai 6,47 dengan kriteria agak masam.

2. Lahan karet dengan vegetasi paku harupat memiliki kandungan bahan organik tanah 1,47%, porositas tanah 50,43% pada kedalaman 5 cm dan 48,53% pada kedalaman 25 cm, kadar air kapasitas lapang tanah 42,09%, permeabilitas tanah 6,4 cm/jam pada kedalaman 5 cm dan 3,07 cm/jam pada kedalaman 25 cm, nitrogen total tanah 0,11%, fosfat tersedia tanah 9,98 ppm, dan kalium tukar tanah 0,44 me/100 g.

3. Lahan karet dengan vegetasi rumput memiliki kandungan bahan organik tanah 1,29%, porositas tanah 52,24% pada kedalaman 5 cm dan 48,77% pada kedalaman 25 cm, kadar air kapasitas lapang tanah 44,77%, permeabilitas tanah 6,5 cm/jam pada kedalaman 5 cm dan 4,84 cm/jam pada kedalaman 25 cm, nitrogen total tanah 0,10%, fosfat tersedia tanah 5,6 ppm, dan kalium tukar tanah 0,52 me/100 g.

(41)

5. Lahan karet tanpa vegetasi memiliki kandungan bahan organik tanah 1,14%, porositas tanah 48,73% pada kedalaman 5 cm dan 46,83% pada kedalaman 25 cm, kadar air kapasitas lapang tanah sebesar 34,14%, permeabilitas tanah 2,8 cm/jam pada kedalaman 5 cm dan 2,55 cm/jam pada kedalaman 25 cm, nitrogen total tanah 0,09%, fosfat tersedia tanah 5,5 ppm, dan kalium tukar tanah 0,33 me/100 g.

6. Tanah dengan vegetasi memiliki kandungan bahan organik tanah, porositas tanah, kadar air kapasitas lapang tanah, permeabilitas tanah, nitrogen (N) total tanah, fosfat (P) tersedia tanah, dan kalium (K) tukar tanah yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah tanpa vegetasi.

Saran

Untuk penelitian lanjutan perlu:

1. Dilakukan pengukuran kerapatan akar dan kedalaman perakaran vegetasi paku harupat, Mucuna bracteata, dan rumput.

2. Dilakukan pengukuran kandungan bahan organik tanah pada kedalaman 5 cm dan 25 cm.

(42)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Karet

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea, disebut dengan nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Upaya peningkatan produktivitas tanaman karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidaya dan pasca panen (Damanik, dkk., 2010).

Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasiliensis (Setyamidjaja, 1993).

(43)

yang paling cocok bagi tanaman karet adalah adalah pH 5-6. Batas toleransi pH tanah adalah 4-8. Sifat-sifat tanah yang cocok bagi tanaman karet adalah aerasi dan drainase cukup, struktur tanah remah, tekstur tanah terdiri dari 35% tanah liat dan 30% tanah pasir, kemiringan lahan < 16% serta permukaan air tanah < 100 cm (Damanik, dkk., 2010).

Tanah Ultisol

Tanah adalah hasil pelapukan batuan induk yang tidak sederhana. Tanah adalah produk kombinasi dari berbagai faktor fisik yang dikendalikan iklim dan vegetasi yang dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah melalui berbagai macam perlakuan yang diberikan kepada tanah. Ditinjau dari sifat fisiknya, tanah adalah benda alami yang bersifat kompleks, heterogen, tersusun dari tiga fase yaitu fase padat (butir-butir bahan anorganik dan lapukan bahan organik), fase gas (udara), dan fase cair (air tanah). Bagian padat terdiri dari bahan anorganik dan bahan organik. Bagian gas adalah udara tanah, sedang bagian cair adalah tanah yang mengandung bahan-bahan terlarut di dalamnya. Top soil merupakan lapisan tanah bagian atas sampai kedalaman 20 cm yang kaya akan bahan organik tanah serta zat-zat mineral tanah lain yang sangat diperlukan tanaman (Yulipriyanto, 2010).

(44)

7

seiring dengan kedalaman tanah, reaksi tanah masam, dan kejenuhan basa rendah. Pada umumnya tanah ini mempunyai potensi keracunan aluminium. Kandungan hara pada tanah ultisol umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).

Ultisol bersifat lebih lekat dan lebih berat kalau diolah. Kandungan pasir yang tinggi pada tanah ultisol menyebabkan jumlah pori yang berukuran besar lebih banyak dibandingkan jumlah pori yang berukuran kecil. Pori yang berukuran kecil berfungsi untuk menahan air, sedangkan pori yang berukuran besar merangsang pergerakan air dan udara. Kondisi ini mengakibatkan sebagian besar air hujan yang jatuh di atas permukaan tanah akan cepat mengalir ke bawah dan tidak sempat ditahan oleh tanah (Sanchez, 1992).

Pada kondisi kemasaman yang tinggi, biasanya tanah ultisol mempunyai kandungan aluminium dan besi yang tinggi. Aluminium dan besi yang tinggi dalam tanah menyebabkan kation-kation lainnya, seperti kalsium, magnesium, kalium, dan natrium menjadi rendah. Hal ini menyebabkan kejenuhan basanya juga rendah. Selain itu, Al dan Fe yang tinggi dapat mengikat P membentuk senyawa Al-P dan Fe-P yang menyebabkan P tersedia tanah menjadi rendah (Rosliani, dkk., 2009).

(45)

permukaan laut, dengan jenis tanah podsolik merah-kuning (ultisol), topografi berbukit sampai dengan bergelombang. PTP.Nusantara III Gunung Para terdiri dari 6 afdeling yaitu 5 afdeling komoditas karet, 1 afdeling komoditas kelapa sawit, pabrik pengolahan karet ribbed smoked sheet dan pabrik pengolahan crumb rubber (PTPN III, 2014).

PTP.Nusantara III Gunung Para sampai saat ini memiliki luasan lahan tanaman menghasilkan karet seluas 1.564,03 ha, tanaman belum menghasilkan karet seluas 964,80 ha, tanaman utama karet seluas 394 ha, kebun enteres karet seluas 5 ha, bibitan seluas 15 ha, jumlah tanaman karet seluas 2.954,03 ha, tanaman menghasilkan kelapa sawit seluas 552,44 ha, jumlah tanaman kelapa sawit 552,44 ha, jumlah tanaman karet dan sawit seluas 3.495,29 ha, lain-lain seluas 523,533 ha, dan total luas lahan PTP.Nusantara III Gunung Para adalah 4.030,003 ha (PTPN III, 2014).

Sifat Fisika Tanah

Sifat fisika tanah adalah sifat yang berhubungan dengan peredaran udara, suhu, air, dan zat terlarut melalui tanah. Sifat ini sangat beragam dalam tanah tropika. Beberapa sifat fisika tanah memang dapat berubah karena pengolahan tanah. Banyak sifat fisika tanah memburuk akibat pengolahan tanah sehingga membuat tanah menjadi kurang lolos air dan lebih mudah hilang karena limpasan dan pengikisan (Sanchez, 1992).

Tekstur tanah

(46)

9

menahan air dan permeabilitas tanah serta berbagai sifat fisik dan kimia tanah lainnya. Tanah terdiri dari bahan padat, bahan cair, gas, dan jasad hidup (Kartasapoetra, dkk., 1995).

Padatan tanah berdasarkan sifat dan ukurannya dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu yaitu pasir (ukuran > 2 mm dan bersifat kasar dan tidak lekat), debu (ukuran 0,05 hingga 0,002 mm dan bersifat licin tetapi tidak lekat), dan liat (ukuran < 0,002 mm dan bersifat licin dan lekat). Perbandingan antara fraksi pasir, debu, dan liat suatu tanah berdasarkan tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara pasir, debu, dan liat yang diatur oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) (Winarso, 2005).

Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar) atau lebih porous, tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori meso (sedang) atau agak porous, dan tanah yang didominasi liat akan mempunyai banyak pori-pori mikro (kecil) atau tidak porous. Tanah dengan fraksi pasir yang dominan akan memiliki jumlah partikel yang lebih sedikit dan luas permukaan yang lebih kecil sedangkan pada tanah yang didominasi fraksi liat akan memiliki jumlah partikel yang lebih banyak dan luas permukaan yang lebih besar (Hanafiah, 2005).

(47)

persen ketersediaan airnya lebih tinggi sehingga tidak ada hubungan yang konstan antara tekstur tanah dengan air tanah. Tanah bertekstur halus (liat) mudah mengalami pemadatan yang akan mengurangi ruang pori tanah sehingga juga akan mengurangi pergerakan air dan udara dalam tanah. Pada kondisi ini air hujan tidak banyak masuk kedalam tanah tetapi mengalir melalui aliran permukaan yang dapat menyebabkan erosi (Winarso, 2005).

Gambar 1.Gambar segitiga tekstur tanah menurut USDA (Foth, 1951).

Bahan organik tanah

(48)

11

fisika dan kimia tanah. Pengaruh bahan organik dalam usaha pertanian sangat penting setelah banyak masyarakat lebih menghargai hasil-hasil pertanian ramah lingkungan (Winarso, 2005).

Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah, yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah, sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi

dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil (Tolaka, dkk., 2013).

Kriteria unsur hara tanah dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Kriteria unsur hara tanah

Sifat tanah Satuan Sangat

rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat

Kadar bahan organik dalam tanah sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dan partikel yang ada di dalam tanah. Makin ke bagian bawah profil tanah, kadar bahan organik pada umumnya makin rendah hal ini mengingat bahwa sumber bahan organik terutama berasal dari serasah dan akar tumbuhan. Bahan organik tanah dapat memberikan pengaruh pada struktur tanah, permeabilitas tanah, dan daya menyimpan air (Notohadiprawiro, 1998).

(49)

yang mudah dipertukarkan meningkat, unsur N, P, S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali, pelarutan sejumlah unsur hara dari mineral oleh asam humus. Pengaruh bahan organik pada biologi tanah antara lain yaitu jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah meningkat, dan kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik juga meningkat (Hakim, dkk., 1986).

Bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah berlempung, sehingga tanah yang tadinya berat dengan bahan organik yang lebih banyak akan membuat tanah lebih ringan. Selain itu bahan organik dalam tanah akan meningkatkan kemampuan tanah menahan air sehingga tanah dapat lebih banyak menyediakan air bagi tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan menjaga kondisi fisik yang diinginkan (Murbandono, 1995).

(50)

13

Mempertahankan kandungan bahan organik tanah dapat dilakukan dengan cara yaitu mengembalikan sisa-sisa tanaman yang dianggap remah itu ke dalam tanahnya, menambahkan secara periodik sejumlah pupuk kandang ke dalam tanah, menanami kembali tanah dengan berbagai jenis tanaman penutup tanah keluarga leguminose atau jenis tanaman pupuk hijau lainnya (Kartasapoetra, dkk., 1995).

Karbon adalah komponen utama dari bahan organik yang terdiri dari 58% karbon dan unsur hara lain seperti nitrogen, fosfor, sulfur, oksigen, dan hidrogen. Pengukuran C organik secara tidak langsung dapat menentukan bahan organik melalui penggunaan faktor koreksi tertentu. Soil survey laboratory menetapkan untuk menggunakan kadar C-organik untuk mengukur kadar bahan organik. Rumus yang digunakan adalah:

Bahan organik (%) = % C organik × 1,724 ... (1) Faktor 1,724 adalah asumsi yang digunakan bahwa bahan organik mengandung 58% karbon. Beberapa studi menunjukkan bahwa kadar C organik dalam bahan organik cukup bervariasi di dalam tanah (Mukhlis, 2007).

Kriteria bahan organik tanah dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2. Kriteria bahan organik tanah

Bahan organik (%) Kriteria

Sangat rendah < 1,00

(51)

besar dibandingkan dengan pengambilan unsur hara oleh tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Keuntungan dari adanya bahan organik pada tanah adalah mengurangi kerapatan massa pada tanah sehingga dapat melarutkan mineral tanah. Kerapatan massa yang rendah biasanya berhubungan dengan naiknya porositas dikarenakan oleh adanya fraksi-fraksi organik dan anorganik pada tanah. Bahan organik dapat menahan air lebih besar dibandingkan beratnya sendiri. Bahan organik merupakan penyumbang nitrogen dan fosfat apabila tanah tidak diberikan pupuk. Sebelum adanya penambahan pupuk, bahan organik adalah satu-satunya cara yang digunakan untuk menambah berbagai unsur hara tanah (Yulipriyanto, 2010).

Kerapatan massa tanah

Kerapatan massa tanah adalah bobot massa tanah kondisi lapangan yang dikering ovenkan per satuan volume. Nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel-partikel tanah, makin kasar maka akan makin berat. Nilai kerapatan massa dari tanah dapat dituliskan sebagai:

Kerapatan massa tanah (Bd) =

Berat tanah kering oven (g)

Volume tanah total (cm3) ... (2) (Dingus, 1999).

Berat isi (bulk density) menunjukkan berat tanah kering persatuan volume tanah (termasuk pori-pori tanah). Berat isi berguna untuk evaluasi terhadap kemungkinan akar menembus tanah. Pada tanah-tanah dengan berat isi yang tinggi akar tanaman tidak dapat menembus lapisan tanah tersebut. Nilai bulk

density 1,46 sampai 1,60 g/cm3 akan menghambat pertumbuhan akar karena

(52)

15

tinggi sehingga tanah pada lapisan tersebut lebih padat. Metode analisis bulk density di laboratorium adalah sampel tanah (ring) dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 1050C, kemudian ditimbang keseluruhan (tanah dan ring) kemudian dikurangi oleh berat ring maka diperoleh berat tanah kering oven

(Tolaka, dkk., 2013).

Kandungan air tanah berhubungan dengan kerapatan isi dan porositas tanah. Semakin tinggi kerapatan isi tanah, maka semakin padat tanah (porositas semakin rendah), sehingga sirkulasi udara dan kondisi air tanah tidak menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman apabila suatu tanah cukup gembur dengan kerapatan isi kurang dari 1,2 g/cm3, maka pengolahan tanah konservasi (tanpa olah tanah atau pengolahan tanah minimum) merupakan cara pengolahan yang sangat dianjurkan karena sifat tanah peka terhadap erosi (Rachman, 1987).

Kerapatan partikel tanah

Kerapatan partikel tanah adalah parameter yang sangat penting dalam menentukan sifat fisika dan kimia tanah. Kerapatan partikel tanah adalah bobot massa partikel padat per satuan volume tanah, biasanya tanah memiliki kerapatan partikel 2,6 g/cm3. Perbandingan kerapatan partikel tanah diantara jenis-jenis tanah tidak begitu besar kecuali terdapat variasi yang besar di dalam kandungan bahan organik dan komposisi mineral tanah (Hanafiah, 2005).

(53)

sehingga tanah menjadi porous. Bahan organik mengandung berbagai macam senyawa yang akan diuraikan oleh mikroorganisme dan membantu melekatkan partikel-partikel tanah membentuk agregat. Sehingga tanah yang memiliki bahan organik yang tinggi akan menjadi lebih berpori, gembur, memiliki kerapatan partikel yang lebih kecil, dapat menyimpan, dan mengalirkan udara dan air (Baver, 1956).

Kerapatan partikel (particle density) dari tanah adalah massa tanah kering oven dibagi dengan volume dari partikel tanah. Nilai kerapatan partikel tanah dapat dituliskan sebagai berikut:

Kerapatan partikel tanah (Pd) =

Berat tanah kering oven (g)

Volume dari partikel tanah (cm3) ... (3) (Pandutama, dkk., 2003).

Porositas tanah

Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara sehingga merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang porous berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk-keluar tanah secara leluasa (Hanafiah, 2005).

Kelas porositas tanah dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3. Kelas porositas tanah

(54)

17

Porositas atau ruang pori tanah adalah volume seluruh pori-pori dalam suatu volume tanah utuh yang dinyatakan dalam persen. Porositas terdiri dari ruang diantara partikel pasir, debu, dan liat serta ruang diantara agregat-agregat tanah. Porositas total tanah dapat dihitung dari data berat volume tanah dan berat jenis (Tolaka, dkk., 2013).

Untuk menghitung persentase ruang pori (θ) yaitu dengan membandingkan nilai kerapatan massa dan kerapatan partikel dengan persamaan:

θ = �1-Bd

Pd�

×100% ... (4) Dimana: θ = porositas (%)

Bd = Kerapatan massa (g/cm3) Pd = Kerapatan partikel (g/cm3) (Hansen, dkk., 1992).

Kadar air kapasitas lapang

Bila air masuk ke dalam tanah, udara dalam tanah terdesak dan tanah menjadi basah, artinya seluruh ruang pori tanah terisi air. Kondisi tanah seperti ini dikatakan jenuh dengan air dan berada pada kemampuan retensi maksimum. Tegangan yang terdapat pada permukaan lapisan air sangat kecil atau hampir 0 atm. Akibatnya sebagian air yang ditahan pada ruang pori yang besar mudah ditarik atau mengalir ke bawah karena gaya gravitasi sehingga lapisan air menipis (Hakim, dkk., 1986).

(55)

tersedia (pada pori-pori meso dan mikro) bagi tanaman dalam keadaan optimum (Hanafiah, 2005).

Cara yang digunakan dalam menyatakan jumlah air yang terdapat dalam tanah adalah dalam persen terhadap tanah kering. Cara penetapan kadar air tanah dapat dilakukan dengan menggunakan metode gravimetrik. Metode gravimetrik merupakan metode yang paling umum dipakai. Dengan metode ini sejumlah tanah basah dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C selama 24 jam. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terdapat dalam tanah basah. Nilai kadar air kapasitas lapang tanah dapat dituliskan sebagai berikut:

Kadar air kapasitas lapang = BTB – BTKO

BTKO ×100% ... (5)

Dimana : BTB = Berat tanah basah

BTKO = Berat tanah kering oven (Hakim, dkk., 1986).

Permeabilitas tanah

(56)

19

Koefisien permeabilitas untuk tanah berbutir kasar dapat ditentukan dari uji tinggi konstan (constant head test). Rumus yang digunakan untuk mengetahui besarnya permeabilitas tanah yaitu:

Klasifikasi permeabilitas tanah dapat dilihat pada Tabel 4 Tabel 4. Klasifikasi permeabilitas tanah

Kelas Permeabilitas (cm/jam)

Sangat lambat < 0,125

Lambat 0,125 – 0,50

(57)

pH tanah

pH tanah adalah sifat reaksi tanah yang dinilai berdasarkan jumlah ion H+ dan OH- dalam larutan tanah. Bila dalam tanah ditemukan ion H+ lebih banyak dari ion OH- maka disebut masam. Bila ion H+ sama dengan ion OH- disebut netral, dan bila ion OH- lebih banyak daripada ion H+ disebut basa. Bila konsentrasi ion H+ bertambah maka pH turun, sebaliknya bila konsentrasi ion OH- bertambah pH naik. Dengan kata lain pH tanah = -log [H] tanah. Suatu tanah masam akan memiliki pH kurang dari 7, netral bila sama dengan 7 dan basa bila lebih dari 7 (Hakim, dkk., 1986).

Kelas pH tanah dapat dilihat pada Tabel 5 Tabel 5. Kelas pH tanah

Reaksi Tanah pH

(58)

21

Kandungan nitrogen (N) total, fosfat (P) tersedia, dan kalium (K) tukar tanah

Nitrogen (N) merupakan hara makro utama yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion NO3– atau NH4+ dari tanah. Kadar nitrogen rata-rata dalam jaringan tanaman 2%-4% berat keringan penggunaan tanah. Sumber utama nitrogen berasal dari gas N2 dari atmosfer. Walaupun jumlah gas nitrogen di atmosfer cukup besar tetapi nitrogen belum dapat dimanfaatkan oleh tanaman kecuali telah menjadi bentuk yang tersedia. Penggunaan legume (kacang-kacangan) dalam pergiliran tanaman dan penggunaan pupuk kandang merupakan cara-cara yang penting dalam penyediaan nitrogen tambahan bagi tanah (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Kandungan nitrogen dalam tanah sangat lambat tersedia untuk tanaman karena nitrogen harus melalui proses dekomposisi mikroorganisme yang sangat dipengaruhi oleh temperatur, bahan organik, pH, pencucian, fiksasi, dan kelembaban. Analisis N total dengan metode Kjeldhal merupakan analisis yang diperkenalkan oleh John Kjeldhal pada 7 Maret 1883 yang didasari prinsip mengubah N organik menjadi N amonium oleh asam sulfat yang dipanaskan sekitar 3800C dan menggunakan cuprum sulfat, selenium, dan natrium sulfat sebagai katalisator. Proses ini disebut digestasi dan hasilnya disebut digest dan secara keseluruhan disebut Kjeldhal digestasi. Asam digest yang mengandung amonium dibasakan dengan NaOH sehingga ion amonium diubah menjadi amoniak dan didestilasi menjadi amonium hidroksida dan ditentukan jumlahnya dengan mentitrasi HCL (Mukhlis, 2007).

(59)

sering mengalami hambatan. Fiksasi nitrogen dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti pH tanah, kandungan nutrisi yang minimum, suhu yang terlampau ekstrim, kelebihan atau kekurangan kandungan air dalam tanah. Proses pembentukan bintil akar terjadi ketika bakteri rhizobium melekat pada rambut akar (Aulia, 2011).

Nitrogen memasuki tanah dalam bentuk amonia (NH4+) dan nitrat (NO3-) bersama air hujan, dalam bentuk hasil penambatan nitrogen bebas atau dalam bentuk penambahan pupuk sintesis. Kandungan nitrogen tanah akan cukup tinggi apabila kemampuan beberapa mikroorganisme dalam memfiksasi nitrogen baik. Nitrogen organik yang terbentuk kemudian diubah menjadi amonia melalui proses amonifikasi karena amonia dapat secara langsung diasimilasikan oleh mikroorganisme atau diubah lebih dahulu menjadi senyawa nitrat melalui proses nitrifikasi (Yulipriyanto, 2010).

Peranan utama nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu nitrogen berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya (Lingga dan Marsono, 2004).

(60)

23

diperlukan oleh tanaman adalah senyawa nitrat maka proses nitrifikasi sangat menguntungkan (Yulipriyanto, 2010).

Bagi tanaman, fosfor merupakan unsur hara kunci yang kedua setelah nitrogen. Unsur ini merupakan bagian penting dari nukleoprotein inti sel yang mengendalikan pembelahan dan pertumbuhan sel demikian pula deoxyribonucleic acid (DNA) yang membawa sifat-sifat keturunan organisme hidup. Nutrisi fosfor

selain persediaannya dalam tanah sangat rendah, juga tidak siap tersedia bagi tanaman (Yulipriyanto, 2010).

Fosfor juga merupakan unsur yang diperlukan dalam jumlah besar karena berperan untuk kehidupan tanaman. Fosfor dalam tanah yang diserap tanaman dalam bentuk ion H2PO4- dan HPO4-2. Umumnya, fosfor sukar tercuci oleh air hujan ataupun air pengairan. Hal ini diduga disebabkan karena fosfor bereaksi dengan ion lain dan membentuk senyawa yang tingkat kelarutannya berkurang sehingga menjadi senyawa yang tidak mudah tercuci. Fosfor dalam tanah dapat dapat digolongkan menjadi fosfor organik dan fosfor anorganik. Fosfor organik berasal dari humus atau bahan organik yang mengalami dekomposisi dan melepaskan fosfor kedalam tanah, fosfor anorganik terdapat dalam ikatan dengan aluminium, mangan, ferum dan kalsium (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

(61)

menjadi rendah sedangkan pada pH tinggi (basa) ion P yang larut akan diikat oleh Ca membentuk senyawa yang tidak larut sehingga P tersedia menjadi lebih tinggi (Hakim, dkk., 1986).

Unsur fosfor (P) bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu fosfor berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi dan pernapasan, serta mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah (Lingga dan Marsono, 2004).

Fosfat tersedia tanah dapat dianalisis dengan menggunakan metode Bray II. Prinsip dari metode ini adalah fosfat tersedia tanah diekstrak oleh amonium flourida dan asam klorida. Fosfat yang bebas direaksikan dengan molibdat asam askorbat dan akan berubah warna menjadi warna biru dan diukur secara spektrometri (Mukhlis, 2007).

Tanaman menyerap kalium melalui daun-daun, tangkai-tangkai yang jatuh dan akhirnya mati, bangkai dan jasad renik. Unsur mineral yang dipompa tanaman dari tanah menyebar rata di atas permukaan tanah. Jumlah kalium dalam tanah cukup besar tetapi ketersediaannya bagi pertumbuhan tanaman sangat sedikit. Sebagian besar kalium ditahan oleh struktur mineral atau di dalam lapisan mineral liat dan ketersediaannya sangat lambat. Pembebasan kalium dari mineral biasanya tidak cukup bagi tanaman. Kandungan kalium dalam tanah dapat dianalisis dengan menggunakan alat flamephotometer (Yulipriyanto, 2010).

(62)

25

sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi serangan penyakit (Lingga dan Marsono, 2004).

Kalium tersedia dalam tanah tidak selalu tetap dalam keadaan tersedia, tetapi masih berubah menjadi bentuk yang lambat diserap oleh tanaman. Hal ini disebabkan oleh kalium tersedia harus berubah dulu menjadi kalium tertukar kemudian menjadi kalium yang dapat larut dalam air. Sumber kalium yang terdapat dalam tanah berasal dari pelapukan mineral yang mengandung kalium (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Vegetasi Yang Tumbuh

Tanaman Mucuna bracteata merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang pertama kali ditemukan di areal hutan negara bagian Tripura, India Utara dan telah ditanam secara luas sebagai tanaman penutup tanah di perkebunan karet Kerala, India Selatan. Tanaman ini pertama kali ditanam sebagai tanaman pakan hijau. Mucuna bracteata memiliki daun berwarna hijau gelap dengan ukuran 15 cm x 10 cm. Helaian daun akan menutup apabila suhu lingkungan terlalu tinggi sehingga sangat efisien dalam mengurangi penguapan permukaan. Ketebalan vegetasi Mucuna bracteata dapat mencapai 40-100 cm dari permukaan tanah (Aulia, 2011).

(63)

tanaman-tanaman pengganggu yang mungkin tumbuh, tidak menjadi tanaman inang bagi hama dan penyakit (Kartasapoetra, dkk., 1995).

Penanaman karet umumnya menggunakan sistem saingan bersih (clean weeding) pada jalur barisan tanaman dan di luar jalur tersebut diusahakan tertutup

dengan tanaman penutup tanah. Manfaat dari tanaman penutup tanah jenis leguminose pada penanaman karet adalah melindungi permukaan tanah terhadap erosi, melindungi permukaan tanah dengan mengurangi jatuhnya sinar matahari yang dapat mempercepat terjadinya penguapan air pada permukaan tanah, menolong menyimpan air dalam tanah untuk keperluan tanaman karet, menyuburkan tanah dengan lapukan bahan organik dan fiksasi nitrogen bebas dari udara. Apabila tanaman penutup tanah telah tumbuh baik maka harus dijaga agar tidak mengganggu tanaman pokok dan mengusahakan tetap terpeliharanya jalur bersih sepanjang barisan tanaman agar tanaman penutup tanah dapat dipangkas atau diatur arah tumbuhnya sehingga tidak menuju ke barisan tanaman (Setyamidjaja, 1993).

(64)

27

Selain berpengaruh dalam mengendalikan erosi dan limpasan permukaan, permukaan tanah yang ditutupi rapat dengan vegetasi seperti rerumputan akan berpengaruh terhadap sifat tanah. Rumput dapat tumbuh dengan cepat sehingga dalam waktu yang pendek tanah dapat tertutupi secara rapat sehingga akar-akar rumput dapat memperkuat resistensi tanah dan mampu melancarkan masuknya air ke dalam tanah. Vegetasi rumput berpengaruh baik terhadap persen agregasi tanah, mendekati kondisi tanah hutan terutama di lapisan atas. Laju permeabilitas pada tanah yang ditanami rumput lebih tinggi dibandingkan tanah yang ditanami leguminosa. Tingginya porositas tanah pada permukaan tanah yang ditutupi rumput terjadi karena akar vegetasi rumput sehingga menyebabkan terbentuknya pori-pori makro sehingga dapat meningkatkan permeabilitas tanah dan limpasan permukaan tanah (Rauf, 2011).

Nephrolepis biserrata termasuk famili Lomariopsidacea dan dikenal

dengan nama paku harupat yang hidup merumpun, akarnya berwarna coklat tua. Batang N. biserrata berwarna hijau kecoklatan dan tumbuh tegak. Daun N.

biserrata berwarna hijau terang. N. biserrata mempunyai daun majemuk yang

(65)

berwarna hijau muda dan batang tua berwarna coklat tua, posisi tumbuh batang terkulai ke bawah, dan tidak memiliki cabang(Ceri, dkk., 2014).

Pencucian Unsur Hara

Pencucian unsur hara adalah kehilangan bahan organik dan bahan anorganik pada permukaan tanah atau top soil oleh aktivitas pelarutan air termasuk kabut dan embun. Pencucian unsur hara merupakan suatu fenomena alam yang selalu terjadi selama pembasahan pada tanah, yang besarnya tergantung pada keadaan hujan dan jenis tanah. Pencucian unsur hara adalah suatu fenomena alam yang terjadi akibat tanah yang mengikat unsur-unsur hara tanah jenuh air akibat pembasahan yang berlebihan dan melarutkan hara tanah tersebut (Hanafiah, 2005).

Kemasaman tanah merupakan hal yang biasa terjadi di wilayah-wilayah bercurah hujan tinggi yang menyebabkan tercucinya basa-basa dari kompleks jerapan dan hilang melalui air drainase. Pada keadaan basa habis tercuci, tinggallah kation Al dan H sebagai kation dominan yang menyebabkan tanah bereaksi masam (Hakim, dkk., 1986).

(66)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanah terbentuk melalui disintegrasi dan dekomposisi dari batuan oleh proses fisika dan kimia. Proses pelapukan fisika menyebabkan disintegrasi batuan menjadi bagian-bagian kecil. Proses pelapukan fisika ini berlangsung disebabkan pengembangan dan pengerutan akibat pemanasan dan pendinginan yang silih berganti, tekanan oleh pembekuan dan pencairan serta penetrasi akar. Proses lainnya yakni pengikisan dan penghalusan partikel yang bersifat abrasif oleh es atau air yang mengalir serta angin. Pelapukan kimia meliputi hidrasi, oksidasi dan reduksi, pelarutan dan penguraian. Selanjutnya dipengaruhi oleh imobilisasi karena pengendapan atau pembuangan, penguapan atau pencucian dan berbagai reaksi pertukaran kimia-fisika sehingga terbentuklah suatu volume tanah yang terdiri dari fase padat yaitu partikel-partikel dan fraksi organik, fase cair yaitu air tanah, dan fase gas atau uap air yang menempati bagian ruang pori antara partikel tanah yang tidak diisi dengan air (Lubis, 2015).

(67)

Perkebunan di Indonesia menurut struktur dan jenisnya dapat dibedakan atas perkebunan negara, perkebunan swasta nasional, swasta asing, dan perkebunan rakyat. Produksi perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta maupun perkebunan negara telah meningkat dari tahun ke tahun. Komoditas ekspor andalan dari Sumatera Utara yang menjadi ciri khas dari sub sektor perkebunan adalah kelapa sawit, karet, kopi, teh, dan coklat yang merupakan komoditas primadona di pasar dunia (BPS Provinsi Sumatera Utara, 2005).

Karet adalah salah satu jenis tanaman perkebunan yang tumbuh subur di Indonesia. Sejak berabad-abad yang lalu, karet telah dikenal dan digunakan secara tradisional oleh penduduk asli di daerah asal karet yaitu Brasil-Amerika Selatan. Pada tahun 1876 karet masuk ke kebun percobaan pertanian di Bogor. Tanaman karet adalah tanaman berumah satu yang memiliki bunga berbentuk majemuk yaitu bunga betina dan bunga jantan. Penyerbukan pada tanaman karet dapat terjadi dengan penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang (Setyamidjaja, 1993).

(68)

3

adalah rendahnya produktivitas dan mutu karet yang dihasilkan, khususnya oleh petani karet rakyat. Sebagai gambaran produksi karet rakyat hanya 600-650 kg karet kering/ha/tahun (Janudianto, dkk., 2013).

Perkebunan karet di Indonesia sebagian besar berada di Provinsi Sumatera Utara dan salah satunya yang merupakan perkebunan besar milik negara adalah PTP.Nusantara III Gunung Para. PTP.Nusantara III Gunung Para terletak di Kecamatan Dolok Merawan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara dimana jarak perusahaan ini ±112 km dari Medan dengan ketinggian 96-114 meter di atas permukaan laut dan letak topografinya berbukit dan bergelombang dengan jenis tanah podsolik merah-kuning (ultisol). Menurut kebijaksanaan bagian produksi PTP.Nusantara III kebun Gunung Para dipasarkan melalui pelabuhan Belawan yang akan diekspor keluar negeri seperti ke Jepang, Amerika Serikat, Australia, Jerman, Korea Selatan, Italia, sebagian produk dipasarkan di dalam negeri. Pada budidaya tanaman perkebunan seperti perkebunan karet, sebelum dilakukan penanaman utama di lapangan, biasanya lahan ditanami tanaman penutup tanah terlebih dahulu (PTPN III, 2010).

(69)

Mempertimbangkan adanya pengaruh beberapa vegetasi yang tumbuh di lahan karet seperti paku harupat dan rumput maka perlu kajian lebih mendalam tentang kajian sifat fisika tanah yang meliputi tekstur tanah, bahan organik tanah, kerapatan massa tanah, kerapatan partikel tanah, porositas tanah, kadar air kapasitas lapang tanah, permeabilitas tanah dan sifat kimia tanah yang meliputi pH tanah, kandungan nitrogen total tanah, kandungan fosfat tersedia tanah, dan kandungan kalium tukar tanah pada lahan karet dengan beberapa jenis vegetasi sehingga diperoleh hasil seberapa besar pengaruh vegetasi yang tumbuh terhadap sifat fisika dan kimia tanahnya.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sifat fisika dan kimia tanah pada

lahan karet dengan beberapa jenis vegetasi yang tumbuh di kebun PTP.Nusantara III Gunung Para.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa yaitu sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh vegetasi yang tumbuh di lahan karet terhadap sifat fisika dan kimia tanah.

(70)

i

ABSTRAK

SISCA CHRISTINE PRATIWI PARDOSI : Kajian sifat fisika dan kimia tanah pada lahan karet dengan beberapa jenis vegetasi yang tumbuh di kebun PTP.Nusantara III Gunung Para, dibimbing oleh SUMONO dan ACHWIL PUTRA MUNIR.

Sifat fisika dan kimia tanah merupakan faktor penting bagi pertumbuhan karet. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sifat fisika dan kimia tanah pada lahan karet dengan vegetasi Mucuna bracteata, paku harupat (Nephrolepis biserrata), rumput dan tanpa vegetasi di kebun PTP.Nusantara III Gunung Para. Parameter yang diamati meliputi tekstur tanah, porositas, kadar air kapasitas lapang, permeabilitas tanah, N-total, P tersedia, dan K-tukar tanah.

Hasil penelitian menunjukkan jenis tanah ultisol bertekstur lempung liat berpasir dan pH berkisar 6,33-6,47 (agak masam). Tanah dengan vegetasi mempunyai porositas berkisar 50,43-52,24% pada kedalaman 5 cm dan 48,53-48,93% pada kedalaman 25 cm, kadar air kapasitas lapang berkisar 40,97-44,77%, permeabilitas tanah berkisar 4,7-6,5 cm/jam pada kedalaman 5 cm dan 2,82-4,84 cm/jam pada kedalaman 25 cm, N-total berkisar 0,10-0,11%, P tersedia berkisar 5,6-9,98 ppm, dan K-tukar tanah berkisar 0,44-0,52 me/100g. Tanah tanpa vegetasi mempunyai porositas 48,73% pada kedalaman 5 cm dan 46,83% pada kedalaman 25 cm, kadar air kapasitas lapang 34,14%, permeabilitas tanah 2,88 cm/jam pada kedalaman 5 cm dan 2,55 cm/jam pada kedalaman 25 cm, N-total 0,09%, P tersedia 5,5 ppm, dan K-tukar tanah 0,33 me/100g.

Kata Kunci: Fisika dan kimia tanah, vegetasi, lahan karet

ABSTRACT

SISCA CHRISTINE PRATIWI PARDOSI: Study of physical and chemical soil properties in rubber plantation with several vegetations that grow in Gunung Para PTP.Nusantara III. Supervised by SUMONO and ACHWIL PUTRA MUNIR.

Physical and chemical soil properties are important factors for the growth of rubber plant. This research is aimed to study physical and chemical soil properties on the rubber plant with such vegetation Mucuna bracteata, Nephrolepis biserrata, grass, and without vegetation in Gunung Para PTP.Nusantara III. The observed parameters are soil texture, porosity, water content of field capacity, soil permeability, total nitrogen, avalaible soil phosphate , and land pottasium exchange.

The results showed that the soil type was ultisol with sandy clay loam texture and pH ranged from 6.33 to 6.47 (slightly sour). The soil vegetations porosity was 50.43 to 52.24% at 5 cm depth and 48.53 to 48.93% at 25 cm depth, the water content of field capacity was ranged from 40.97 to 44.77%, permeability was ranged from 4.7 to 6.5 cm/h at 5 cm depth and 2.82 to 4.84 cm/h at 25 cm depth, total N was ranged from 0.10 to 0.11%, available P was ranged from 5.6 to 9.98 ppm, K exchange of land was ranged from 0.44 to 0.52 me/100g. The soil without vegetation porosity was 48.73% at 5 cm depth and 46.83 at 25 cm depth, the water content of field capacity was 34.14%, permeability was 2.88 at 5 cm depth and 2.55 at 25 cm depth, total N was 0.009%, avalaible P was 5.5 ppm, K exchange of land was 0.33 me/100g.

Gambar

Tabel 6. Hasil analisis tekstur tanah
Tabel 7. Hasil analisis bahan organik tanah
Tabel 8. Hasil analisis kerapatan massa tanah
Tabel 9. Hasil analisis kerapatan partikel tanah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pentingnya mengkaji sifat fisika dan kimia tanah pada lahan kelapa sawit yang memiliki beberapa vegetasi penutup tanah yang tumbuh adalah berperan dalam pemberian pupuk pada

Mempertimbangkan adanya pengaruh beberapa vegetasi yang tumbuh di suatu lahan maka perlu kajian lebih mendalam tentang kajian sifat fisika yang meliputi tekstur tanah, bahan

Hasil analisis sifat kimia tanah pada tanah dengan vegetasi paku harupat Parameter pH Kadar C-.

PRETTY : Kajian sifat fisika dan kimia tanah ultisol pada lahan kelapa sawit tahun tanam 2003 dengan beberapa jenis vegetasi yang tumbuh di kebun PTP.. Nusantara II Pagar

PRETTY : Kajian sifat fisika dan kimia tanah ultisol pada lahan kelapa sawit tahun tanam 2003 dengan beberapa jenis vegetasi yang tumbuh di kebun PTP.. Nusantara II Pagar

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sifat fisika dan kimia tanah pada lahan karet yang menghasilkan dengan beberapa jenis vegetasi penutup tanah yang yang tumbuh di kebun

DONY ROMANOSA : Kajian Sifat Fisika Dan Kimia Tanah Ultisol pada Lahan Karet Telah Menghasilkan dengan Beberapa Jenis Vegetasi yang Tumbuh Di Kebun PTPN III Sarang

LENI : Kajian sifat fisika dan kimia tanah pada lahan kelapa sawit dengan beberapa jenis vegetasi yang tumbuh di Kebun PTP Nusantara III Tanah Raja, dibimbing oleh SUMONO dan