• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanaman Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Elaeis berasal dari Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani,

Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Afrika). Jacq berasal dari nama Botanist Amerika bernama Jacquin (Lubis 1992). Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan Amerika Selatan tepatnya Brasilia. Di Brasilia, tanaman ini dapat ditemukan tumbuh secara liar atau setengah liar di sepanjang tepi sungai (Pahan 2006). Tanaman ini merupakan tanaman monoecious, dimana bunga jantan dan bunga betina tumbuh secara terpisah pada satu tanaman sawit tanaman. Masa masak atau anthesis dari kedua jenis bunga tersebut sangat jarang atau tidak pernah bersamaan. Ini berarti bahwa proses pembuahan bunga betina terjadi dengan diperolehnya tepung sari dari tanaman sawit bunga lain (Hardon, 1976). Dari segi perakaran, kelapa sawit memiliki jenis akar serabut. Radikula pada bibit tumbuh memanjang ke bawah selama enam bulan hingga mencapai 15 cm dan menjadi akar primer. Akar ini akan terus berkembang. Akar serabut primer yang tumbuh secara vertikal dan horizontal di dalam tanah. Akar ini akan bercabang menjadi akar sekunder. Selanjutnya, akar sekunder berkembang dan bercabang kembali menjadi akar tersier, begitu seterusnya. Akar serabut kelapa sawit tumbuh di seluruh pangkal batang hingga 50 cm di atas permukaan tanah. Akar ini terdiri dari atas akar primer, sekunder, tersier, hingga quarter yang biasa disebut akan feeder roots. Pemeliharaan akar akan meningkatkan absorpsi tanaman terhadap unsur hara oleh tanaman melalui akar (Sunarko 2009 dan Pahan 2009).

Batang dan Daun

Kelapa sawit memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling), terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia. Titik tumbuh terletak di pucuk batang dan terbenam di dalam tajuk daun. Bentuknya seperti kubis dan enak dimakan. Di batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat dan sukar terlepas, meskipun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas. Kelapa sawit memiliki daun yang menyerupai bulu burung atau ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anak-anak daun tersusun berbaris dua hingga ujung daun. Di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun. Ujung pelapah daun sering tumbuh menyerupai buntut benang yang mencirikan kekurangan unsur boron. Ciri lainnya, ujung daun membentuk seperti ujung tombak. Boron merupakan unsur hara yang ada di dalam tanah, tetapi kadang jumlahnya tidak cukup untuk kebutuhan tanaman sehinggan perlu ditambah melalui pemupukan (Sunarko 2009).

5 Tandan Buah Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis golongan plasma yang termasuk tanaman tahunan. Kelapa sawit yang dikenal ialah jenis Dura, Psifera dan Tenera. Ketiga jenis ini dapat dibedakan berdasarkan penampang irisan buah, yaitu jenis Dura memiliki tempurung yang tebal, jenis Psifera memiliki biji yang kecil dengan tempurung yang tipis, sedangkan tenera yang merupakan hasil perulangan dura dengan Psifera menghasilkan buah bertempurung tipis dan inti yang besar.

Buah sawit berukuran kecil antara 12-18 gr/butir yang duduk pada bulir. Setiap bulir terdiri dari 10-18 butir tergantung pada kesempurnaan penyerbukan. Buah sawit yang dipanen dalam bentuk tandan disebut dengan tandan buah sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan sifat fisika-kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari setelah penyerbukan, dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah, minyak yang sudah jenuh. Jika dalam buah tidak ada lagi pembentukan minyak, maka yang terjadi ialah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol (Naibaho 1998).

Jarak Tanaman Kelapa Sawit

Pada umumnya, sistem jarak yang digunakan pada penanaman kelapa sawit adalah segitiga sama sisi dengan panjang sisi 9m x 9m x 9m. Sebelum bibit sawit ditanam, harus dibuat lubang untuk tanaman terlebih dahulu. Agar pembuatan lubang tanaman presisi sesuai bentuk segitiga sama sisi, biasanya digunakan ajir atau pasak penanda pada tanah. Ukuran lubang tanaman sawit adalah adalah 50 cm x 40 cm x 40 cm. Populasi (kerapatan) tanaman per hektar umumnya adalah 143 pohon jika menggunakan sistem jarak 9x9x9 m. Rumus untuk menghitung jumlah tanaman sawit per hektare adalah sebagai berikut (Pahan 2006).

KT = 10 000

a

2 x

= 5

000

a

2

Keterangan :

KT = Kerapatan Tanam per ha a = Jarak dalam barisan

Peralatan Panen

Untuk memotong tandan buah dan mengangkutnya ke TPH diperlukan sarana pendukung yaitu peralatan panen. Seluruh alat panen memiliki peran penting dalam terjadinya suatu kegiatan panen yang baik. Menurut Pahan (2006) penggolongan alat kerja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu

6

Alat Pemotong Tandan Buah Segar (TBS)

Umumnya alat yang digunakan adalah alat memotong TBS adalah dodos besar, pisau egrek, bambu egrek, dan kampak. Pisau dodos berfungsi untuk memanen buah pada tanaman muda. Sedangkan pisau egrek berfungsi untuk memanen pada tanaman yang sudah cukup tinggi. Kampak berfungsi untuk memotong tandan buah sampai ke pangkal. Tandan buah harus dipotong sampai ke pangkal karena tandan akan menyerap minyak dari buah pada saat proses pengolahan minyak sawit di pabrik.

Alat Untuk Bongkar Muat TBS

Alat untuk bongkar muat TBS adalah gancu dan tojok. Gancu dan tojok terbuat dari besi silinder pejal yang ujungnya diruncingkan. Gancu berfungsi untuk mengangkat TBS ke angkong, sedangkan tojok berfungsi untuk mengangkat TBS dan menaikkan ke truk pengangkut.

Alat Untuk Mengangkut TBS ke TPH

Alat yang digunakan untuk mengangkut TBS ke TPH adalah angkong dan karung pupuk bekas. Angkong atau kereta sorong adalah kereta dengan roda tunggal yang dilengkapi dengan bak untuk menampung dan mengangkut TBS ke TPH. Sedangkan karung goni berfungsi untuk menampung brondolan.

Pemanenan Tandan Buah Sawit (TBS)

Panen merupakan kegiatan yang penting dalam teknik budidaya tanaman. Menurut Pahan (2008) panen atau pekerjaan potong buah merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan uang bagi perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS). Setyamidjaja (2006) menyatakan bahwa pemanenan kelapa sawit perlu memperhatikan beberapa ketentuan umum agar TBS yang dipanen sudah matang, sehingga minyak kelapa sawit yang dihasilkan bermutu.

Persiapan Panen

Persiapan panen merupakan pekerjaan yang mutlak harus dilakukan sebelum TBM dimutasikan menjadi TM. Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal – hal yang perlu disiapkan dalam pelaksanaan potong buah adalah persiapan kondisi areal, penyediaan tenaga potong buah, pembagian seksi potong buah, dan penyediaan alat – alat kerja (Pahan, 2008).

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum pelaksanaan pemanenan adalah melihat bahwa tanaman telah berumur 30 bulan di lapangan dan 60% pohon telah memiliki buah yang berkembang baik serta berat TBS ≥ 3 kg. Persiapan panen

yang harus dilakukan adalah peningkatan/ pengerasan jalan, pembukaan pasar panen dan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH), pemasangan titi panen, perencanaan pengadaan pemanenan, pengangkutan dan kesiapan pabrik menerima tandan (Lubis 1992).

Kriteria Matang Panen

Buah dapat dipanen jika sudah memenuhi kriteria matang panen. Kriteria matang panen yang biasa dijadikan patokan diperkebunan kelapa sawit adalah bila sudah ada dua berondolan (buah yang lepas dari tandannya) untuk tiap kilogram tandan yang beratnya kurang dari sepuluh kilogram atau satu buah berondolan untuk tiap kilogram tandan yang beratnya lebih dari sepuluh kilogram (Setyamidjaja 1991).

7 Rotasi Panen

Rotasi panen merupakan waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada umumnya menggunakan rotasi panen 6/7 hari, artinya satu areal panen dimasuki oleh pemetik tiap 7 hari (Fauzi et al. 2006).

Cara Panen

Cara panen untuk tanaman yang masih rendah menggunakan alat dodos, sedangkan untuk tanaman yang sudah tinggi menggunakan alat egrek yang bertangkai panjang. Sebelum tandan dipotong, pelepah daun yang menyangga buah sebaiknya dipotong lebih dahulu. Bekas potongan pada pelepah harus lengkung menyerupai tapak kuda, yaitu dengan potong miring ke luar. Tandan buah dipotong pada gagangnya sependek mungkin (mepet). Tandan buah harus diletakkan di piringan menghadap ke jalan pikul. Buah yang lepas (brondolan) dikumpulkan dan diletakkan terpisah dari tandannya. Tandan buah dikumpulkan di TPH, disusun 5 - 10 tandan per baris, dan ganggangnya menghadap ke atas. Brondolan disatukan dan dimasukkan ke dalam karung (Setyamidjaja 1991). Sistem Panen

Fauzi et al. (2006) menyatakan bahwa dikenal dua sistem hanca panen, yaitu sistem giring dan sistem tetap. Sistem giring. Pada sistem ini , apabila suatu hanca telah selesai dipanen, pemanen pindah ke hanca berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor, begitu seterusnya. Sistem tetap. Sistem ini sangat baik diterapkan pada areal perkebunan yang sempit, topografi yang curam, dan dengan tahun tanam yang berbeda. Pada sistem ini pemanen diberi hanca dengan luas tertentu tidak berpindah-pindah.

Transportasi Tandan Buah Sawit

Pengangkutan TBS dan brondolan adalah kegiatan pengangkutan dari tempat penampungan hasil (TPH) ke pabrik kelapa sawit (PKS) pada setiap hari panen. Pada prinsipnya TBS dan brondolan harus diangkut secepatnya ke PKS untuk diolah pada hari itu juga. Hal ini dilakukan supaya minyak yang dihasilkan tetap bermutu baik. Oleh karena itu, pengangkutan panen merupakan unsur yang sangat penting agar tandan dapat masuk segera ke pabrik untuk diolah pada hari panen.

Ada empat hal yang menjadi sasaran kelancaran transport buah yaitu menjaga agar asam lemak bebas (ALB) produksi harian 2-3 %, kapasitas atau kelancaran pengolahan di pabrik, keamanan TBS di lapangan, dan biaya (Rp/kg TBS) transport yang minimum. Menurut Setyamidjaja (1991) buah kelapa sawit yang sudah matang dan masih segar hanya mengandung 0.1 % asam lemak. Tetapi buah-buah yang sudah memar atau pecah dapat mengandung asam lemak bebas sampai 50 %, hanya dalam waktu beberapa jam saja. Oleh karena itu, pengangkutan tandan buah segar (TBS) sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas dari TBS.

Pengangkutan TBS dimulai setelah krani transport mengecek buah yang telah keluar di lapangan. Pengecekan yang dilakukan adalah pengecekan terhadap jumlah buah yang telah keluar dan ada atau tidaknya buah restan. Pengangkutan dilakukan dengan mendatangi TPH yang menjadi ancak pemuat. TBS yang telah tersusun rapi harus dicatat terlebih dahulu oleh krani buah sebelum dimuat ke truk. TBS dimuat dengan menggunakan tojok sedangkan gancu digunakan untuk menyusun buah diatas truk. Apabila buah masih ada yang tersisa maka ada truk pelangsir yang akan mengangkut buah yang tertinggal (Akbar 2008).

8

Energi Potensial Gravitasi

Energi adalah kemampuan benda untuk melakukan kerja. Salah satu bentuk energi adalah energi potensial, yaitu energi yang dimiliki suatu benda akibat kedudukan (posisi) benda tersebut atau akibat ketinggian benda tersebut (Suwandi 2001). Energi potensial timbul ada karena adanya gravitasi bumi. Satuan SI untuk mengukur usaha dan energi adalah Joule (simbol J). Sebutan "energi potensial" pertama kali dikemukakan oleh seorang teknik dan fisikawan berkebangsaan Skotlandia, William Rankine. Energi potensial gravitasi ini timbul akibat tarikan gaya gravitasi Bumi yang bekerja pada benda. Jika massa beban diperbesar, energi potensial gravitasinya juga akan membesar. Demikian juga, apabila ketinggian benda dari tanah diperbesar, energi potensial gravitasi beban tersebut akan semakin besar. Hubungan ini dinyatakan dengan persamaan

Keterangan:

Ep = energi potensial (Joule), m = massa benda (kg),

g = percepatan gravitasi bumi (m/s2), dan h = tinggi benda (m).

Dengan demikian, sebuah benda yang berada pada suatu ketinggian tertentu apabila dilepaskan, akan bergerak jatuh bebas sebab benda tersebut memiliki energi potensial gravitasi.

9

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di perkebunan sawit milik PT Socfin Indonesia, Medan, Sumatera Utara. Kegiatan penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap sesuai tujuan dan waktu yang direncanakan. Tahap yang pertama adalah pengukuran dan pengamatan karakteristik teknik pemanenan buah sawit di sebuah kebun sawit dengan kondisi tinggi buah di atas 2.5-15 m. Selain karakteristik teknik pemanenannya, juga diamati karakteristik buah (memar), dan jumlah buah yang terpencar (brondolan) saat benturan dengan landasan. Tahap kedua adalah analisis potensi energi potensial jatuhnya TBS dan pemanfaatannya sebagai energi untuk pengangkutan TBS ke TPH. Dalam tahap ini juga dilakukan analis kinematika untuk mendapatkan mekanisme pemanfaatan energi potensial jatuhnya TBS sebagai tenaga putar roda angkong pengangkut TBS. Tahap ketiga adalah perancangan konsep mesin penangkap TBS dan pengangkut TBS. Secara ringkas, rencana kegiatan ini disajikan pada gambar 3.

Gambar 3 Lingkup dan tahapan kegiatan penelitian diblok warna biru Penelitan tahap-1 dilakukan pada bulan Maret-April 2013. Sedangkan penelitian tahap-2 dan 3 dilakukan di laboratorium Teknik Mesin dan Otomasi Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB selama bulan April-Juni 2013.

Mulai

Kegiatan di Lapangan Kegiatan di Laboratorium

Pengukuran dan pengamatan karakteristik teknik pemanenan TBS

Pengujian beberapa jenis bahan landasan penangkap TBS

Analisis jatuhnya TBS dan pemanfaatan energi potensial untuk pengangkutan TBS ke

TPH

Analis kinematika untuk mendapatkan mekanisme pemanfaatan energi potensial jatuhnya TBS sebagai sumber tenaga putar

roda angkong pengangkut

Perancangan konsep mesin penangkap buah dan pengangkut TBS

Pengukuran mobilitas dan tahanan gelinding roda angkong di lahan kebun

Kegiatan Tahap-1

Kegiatan Tahap-2

Kegiatan Tahap-3

10

Penjelasan Detil Tahapan Kegiatan Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Yang dilakukan di lapangan adalah:

1) Pengukuran dan pengamatan karakteristik teknik pemanenan TBS 2) Pengujian beberapa jenis bahan landasan penangkap TBS

Adapun kegiatan penelitian yang akan dilakukan di laboratorium (setelah selesai penelitian di lapangan), adalah analisis potensi energi potensial jatuhnya TBS dan pemanfaatannya sebagai energi untuk pengangkutan TBS ke TPH.

Pengukuran dan Pengamatan Karakteristik Teknik Pemanenan TBS Pengukuran dan pengamatan karakteristik teknik pemanenan buah sawit dilakukan pada proses pemanenan sawit di kebun sawit dengan tinggi buah di atas 2.5-15 m. Tinggi buah sawit dikelompokkan menjadi empat ketinggian yaitu: 3m, 8m, 9m, dan 15m. Proses pemanenan buah menggunakan egrek, oleh pekerja panen yang ditunjuk perusahaan. Pengukuran dan pengamatan yang akan dilakukan pada setiap proses pemanenan buah, peralatan pengukur yang digunakan serta metodenya disajikan pada Tabel 1. Gambaran pengukuran disajikan pada Gambar 4.

Tabel 1 Pengukuran dan alat ukur yang digunakan dan metodenya No. Pengukuran/Pengamatan Peralatan yang

digunakan Metode

1 Tinggi buah sawit yang dipanen

Meteran, galah egrek

Mengukur tinggi buah (posisi tandan) dari permukaan tanah menggunakan galah egrek, lalu diukur panjangnya. 2 Posisi pemanen Meteran Mengukur jarak berdiri pemanen dari

pohon sawit 3 Posisi jatuhnya buah

sawit

Meteran, kamera video

Jatuhnya TBS direkam dengan kamera video, jarak posisi jatuh buah dari pohon sawit diukur dengan meteran 4 Bobot dan ukuran buah Timbangan

digital, meteran

Bobot buah ditimbang dengan

timbangan digital. Ukuran buah diukur pada dua posisi: panjang (arah tandan), diameter TBS (arah melintang)

5 Sudut penarikan egrek

() Meteran, kamera

Sudut penarikan dihitung

menggunakan data tinggi buah dan jarak pemanen ke pohon sawit. Hasil perhitungan divalidasi dengan foto Rumus untuk menghitung sudut  adalah sebagai berikut:

Di mana:

 : Sudut penarikan egrek (o) tb : Tinggi buah (m)

11

Gambar 4 Pengukuran karakteristik teknik pemanenan buah sawit

Gambar 5 Pengukuran dimensi buah sawit

Pengujian Beberapa Jenis Bahan Landasan Penangkap TBS

Pengujian beberapa jenis bahan landasan penangkap buah sawit dilakukan pada saat proses pemotongan tandan buah sawit di dalam kebun. Cara pengujian tersebut dilakukan dengan meletakan beberapa jenis bahan landasan penangkap TBS tepat di daerah jatuhnya TBS. Beberapa parameter yang diuji adalah kekuatan bahan landasan penangkap yang digunakan, efek kerusakan fisik buah

T ing gi buah Jarak pemanen Jarak buah jatuh Lebar buah Panjang buah Lebar buah Tinggi buah

12

sawit pada beberapa material landasan penangkap serta perilaku tandan buah sawit saat mengalami impact force dengan material landasan penangkap TBS.

Pengujian dilakukan pada setiap proses pemanenan buah, peralatan pengukur yang digunakan serta metodenya disajikan pada Tabel 2. Gambaran pengujian disajikan pada Gambar 6.

Tabel 2 Pengujian dan alat ukur yang digunakan dan metodenya No . Pengukuran/Pengamatan Peralatan yang digunakan Metode 1 Kekuatan bahan landasan penangkap TBS Kamera

Bentuk bahan landasan penangkap TBS setelah mengalami impact force dengan TBS didokumentasikan menggunakan kamera foto.

2 Efek kerusakan fisik buah sawit

Kamera, timbangan digital

Bobot buah yang memberondol dari tandan ditimbang menggunakan timbangan digital. Bentuk kerusakan fisik yang terjadi pada buah

didokumentasikan ke dalam bentuk foto sebagai bahan pembanding.

3

Perilaku tandan buah sawit saat mengalami benturan fisik dengan landasan penangkap

Meteran, kamera video

Jarak pantulan buah dan radius daerah tercecernya buah sawit diukur

menggunakan meteran. Perilaku pergerakan dan tumbukan buah serta lepasnya buah sawit direkam

menggunakan kamera video.

13 Untuk menangkap TBS yang jatuh, digunakan empat bahan yaitu: plat baja dengan tebal 3 mm, kayu setebal 20 mm, karet dan expanded plate. Berikut adalah foto bahan-bahan penagkap yang diuji.

Gambar 7 Jenis material yang digunakan sebagai landasan Pengamatan Perilaku Buah Terhadap Jenis Material

Pengamatan perilaku buah terhadap jenis material dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Perilaku yang dapat diamati langsung di lapangan adalah memar buah, berat brondolan buah, serta jarak sebaran brondolan. Pengamatan dilakukan dengan cara menimbang atau mengukur jarak secara langsung di lapangan sebelum buah diangkut dan dikumpulkan di TPH. Untuk pengamatan secara tidak langsung yaitu pengamatan tinggi pantulan brondolan, dilakukan dengan cara merekam proses jatuhnya buah ke permukaan material. Hasil rekaman video kemudian diolah menggunakan

software SONY Vegas Pro 10.0 dengan tujuan untuk memperlambat gerakan jatuhnya buah sawit. Selanjutnya, video yang telah di perlambat gerakannya akan diamati, dan pada saat video menunjukkan titik tertinggi pantulan brondolan, dilakukan capture image untuk menyimpan foto titik tertinggi pantulan brondolan seperti pada gambar 8a dibawah ini. Keunggulan software ini adalah interface

yang mudah dipahami dan kualitas hasil editing yang baik. Setelah foto titik tertinggi pantulan didapat, kemudian dilakukan pengukuran menggunakan penggaris seperti pada gambar 8b, di mana yang menjadi acuan adalah panjang frame atau kerangka dasar papan material. Selanjutnya, hasil pengukuran dikalikan dengan faktor skala perbandingan untuk mengetahui berapa ketinggian pantulan brondolan yang sebenarnya.

14

(a) (b)

Gambar 8 Metode pendugaan ketinggian pantulan brondolan Analisis Potensi Energi Potensial Jatuhnya TBS dan Pemanfaatannya

Sebagai Energi Untuk Pengangkutan TBS Ke TPH

Analisis potensi energi potensial jatuhnya TBS akan dilakukan dengan menggunakan data pengukuran di lapangan mengenai tinggi buah dan berat buah. Potensi besarnya energi potensial jatuhnya buah bisa diduga dengan memanfaatkan persamaan energi potensial. Simulasi besarnya energi potensial jatuhnya TBS dari data pengukuran atau data eksisting di lapangan dapat ditampilkan dalam bentuk grafik. Kalkulasi dan representasi data tersebut dapat dilakukan dengan komputasi komputer melalui software “Microsoft Excel 2010”.

Data yang dihasilkan berupa besarnya energi untuk setiap data ketinggian dan berat dari TBS.

15 R² = 0.0147 1.4 1.6 1.8 2 2.2 2.4 2.6 0 5 10 15 20 Jar ak Op e rato r (m ) Ketinggian Buah (m)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Teknik Pemanenan Buah Sawit

Pada saat pemanen sedang memetik buah, biasanya pemanen akan mengambil jarak tertentu terhadap tanaman sawit sawit. Untuk mempermudah menentukan sudut tarikan egrek saat memanen sawit, bisa digunakan analogi segitiga siku-siku. Jarak antara pemanen terhadap tanaman sawit (panjang alas segitiga) dan panjang galah egrek (panjang sisi miring) akan menghasilkan sudut

tertentu (sudut α). Sedangkan tinggi buah sawit bisa dianalogikan sebagai tinggi

segitiga. Tidak ada ketentuan baku untuk menentukan jarak pemanen terhadap tanaman sawit, karena jarak yang diambil umumnya hanya berdasarkan kenyamanan si pemanen sawit. Namun pada umumnya pemanen juga tidak mengambil jarak yang terlalu jauh terhadap tanaman sawit. Berikut ini adalah grafik hubungan antara jarak pemanen terhadap ketinggian buah sawit.

Gambar 9 Grafik hubungan ketinggian buah terhadap jarak operator Dari sebaran data pengambilan posisi pemanen terhadap tanaman sawit, diketahui jarak terdekat yang diambil pemanen terhadap pokok tanaman sawit adalah 1.5m, sedangkan jarak terjauh yang diambil adalah 3.1 m dari pokok tanaman sawit. Selain berkaitan dengan faktor kenyamanan posisi pemanen, jarak yang diambil pemanen terhadap pokok tanaman sawit juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, misalnya adanya parit, kontur tanah atau kemiringan tanah, posisi buah sawit, dan juga adanya penghalang seperti semak-semak tinggi, pelepah daun yang baru dipotong, tumpukan sampah pelepah dan lain-lain. Jika dihubungkan dengan tinggi buah yang dipanen, umumnya jarak yang diambil akan berbanding lurus dengan ketinggian buah. Hal ini dapat dilihat dari garis

Dokumen terkait