• Tidak ada hasil yang ditemukan

KECEPATAN TERBANG BURUNG MERPATI BALAP LOKAL (TIPE TINGGIAN)

TINJAUAN PUSTAKA

Burung Merpati

Burung merpati termasuk kedalam kelas unggas yang telah lama dikenal di Indonesia dengan sebutan burung dara (Gambar1). Burung merpati merupakan spesies paling terkenal dalam keluarga Columbidae. Menurut Levi (1945), Taksonomi burung merpati adalah sebagai berikut :

Kelas : Aves

Sub Kelas : Neornithes Super Ordo : Columbiformes

Sub Ordo : Columbae

Famili : Columbidae

Genus : Columba

Spesies : Columba livia

Gambar 1. Burung Merpati

Burung merpati termasuk hewan bertulang belakang dan berdarah panas. Suhu tubuhnya sekitar 41oC, bentuk tubuhnya sesuai untuk kehidupan udara maupun darat karena memiliki sayap yang panjang untuk terbang dan kaki yang sesuai untuk berjalan dan bertengger tanpa kesulitan. Lehernya panjang dan fleksibel, kepala besar sehingga memberikan kapasitas bagi otak yang besar, tubuhnya kompak, kaku dan bagian vitalnya terlindung dengan baik dari serangan musuh (Levi, 1945).

Levi (1945) menyatakan, salah satu ciri yang membedakan burung merpati dengan unggas lainnya karena burung merpati dapat menghasilkan crop milk atau

susu tembolok yaitu suatu cairan yang berwarna krem menyerupai air susu yang dikeluarkan dari tembolok induk jantan maupun betina.

Menurut Sumadi (1991), crop milk yang diproduksi oleh tembolok induk burung merpati memiliki bentuk fisik menyerupai keju dan diproduksi sebelum telur menetas. Cairan inilah yang diberikan induk burung merpati kepada piyik dengan cara meloloh dan memompa ke dalam mulut piyik. Levi (1945) menyatakan, bahwa burung merpati jantan merupakan satu-satunya vertebrata jantan yang menghasilkan makanan dan melolohkan pada anaknya.

Manfaat Burung Merpati

Burung merpati atau burung dara sejak dahulu telah dimanfaatkan untuk menghasilkan daging, hias, balap dan bahkan untuk keperluan komunikasi (burung merpati pos). Burung merpati yang tergolong tumbler (akrobat merpati di udara diseleksi berdasarkan ketegaran dan penampilan yang terkontrol diudara (Blakely dan Bade, 1998). Burung merpati balap yang memiliki kualitas yang baik digemari oleh anak-anak maupun orang tua. Jenis ini jarang dikonsumsi kecuali burung merpati sortiran yang kualitas terbangnya kurang baik. Jenis burung merpati balap antara lain Racing Homer dan persilangan dengan burung merpati lokal (Hatmono, 2001).

Djanah dan Sulistyani (1986) menyatakan, bahwa apabila pemeliharaan burung merpati dilakukan secara intensif, maka pemeliharaan yang awalnya hanya bersifat hobi dapat diubah dan ditingkatkan menjadi hobi menguntungkan yang dapat

menambah penghasilan keluarga.

Menurut Tanubrata dan Syamkhard (2004), bagi peternak burung merpati balap yang telah mempunyai nama, beternak burung merpati merupakan ladang usaha yang menguntungkan. Harga seekor atau sepasang burung merpati balap sangat bervariasi, burung merpati jantan dewasa yang mempunyai kualitas terbang dan keturunan baik dapat mencapai harga 5 juta rupiah bahkan lebih, sedangkan burung merpati jantan bakalan berharga sekitar 500 ribu rupiah.

Darwati (2003) menyatakan, bahwa burung merpati dapat digunakan sebagai game atau performing breed.Performing breed ada dua macam, yaitu terbang datar dan terbang tinggi. Burung merpati terbang datar dinikmati penggemar dari atraksi adu kecepatan pejantan dengan jarak tertentu menuju joki yang memegang pasangan

betinanya. Burung merpati terbang tinggi diterbangkan dari suatu tempat yang jauh (minimal 2 km), dengan demikian dapat terbang tinggi dan akrobat di udara, sehingga atraksi tersebut dapat dinikmati oleh para penggemar.

Merpati Balap Tipe Tinggian

Menurut Yonathan (2003), burung merpati tipe tinggian sering juga disebut burung merpati kentongan karena ketika dilombakan, kentongan akan dipukul sebagai isyarat bahwa adaburung merpati yang masuk pagupon (kandangnya). Ciri burung merpati balap tipe tinggian yang baik adalah ketika terbang sering menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan untuk mencari tanda yang terdapat di pagupon.

Karakteristik Merpati Balap Tinggian

Yonathan (2003) menyatakan, bahwa bentuk mata burung merpati balap biasanya bulat jernih dan pandangannya terlihat garang. Kornea mata berwarna hitam dengan lingkaran yang mengelilingi kornea berwarna kuning tua.

Warna burung merpati masih bervariasi (Maylinda, 2003). Warna bulu burung merpati terdiri atas tiga warna dasar yaitu hitam, coklat dan merah (Mosca, 2000). Ketiga warna ini akan membentuk variasi warna lain, yaitu warna megan, gambir, blantong, tritis dan blorok (Salis, 2002).

Pada burung merpati juga terdapat bulu halus yang tampak mengkilap seperti sutra, bila dipegang akan terasa licin dan halus seperti kapas. Apabila dilihat sepintas seolah-olah bulu ini berminyak dan apabila disiram air sulit menempel (Sutejo, 1998).

Menurut Yonathan (2003), bulu ekor berfungsi sebagai pengendali ketika terbang untuk berbelok, turun dan berhenti. Levi (1945) menyatakan, bulu ekor terdiri atas bulu ekor penutup bagian atas, bulu ekor utama dan bulu ekor bagian bawah. Bulu ekor bagian utama mempunyai peran yang penting ketika burung merpati terbang.

Sutejo (1998) menyatakan, bahwa bulu sayap yang digunakan untuk terbang terbagi dua bagian, yaitu bulu primer dan bulu sekunder.Burung merpati balap sebaiknya memiliki bulu primer berjumlah 10 helai. Burung merpati dapat terbang dengan kecepatan maksimal apabila bulu sayap sudah lengkap. Tyne dan Berger (1976) juga menyatakan, sayap pada burung berfungsi memberikan dorongan pada

tubuh sehingga menambah kecepatan terbang. Bulu sayap primer merupakan bagian terpenting pada saat burung terbang karena berfungsi seperti baling-baling ketika burung terbang.

Burung merpati balap yang baik, memiliki jarak antara bulu sayap rapat karena kerapatan tersebut akan mengakibatkan ayunan kuat jika dikepakkan. Tulang bulu sayap harus lurus, tebal dan kuat. Selain itu bulu sayap harus kering, tebal dan apabila direntangkan, reflek menutupnya sangat cepat. Burung merpati balap yang baik memiliki tubuh sehat, kekar dan berpenampilan gagah. Jika sedang berdiri dadanya membusung. Tubuh merpati yang sehat dan kekar tidak sama dengan merpati yang gemuk karena bila diangkat, bobot badannya tidak terlalu berat tetapi padat (Yonathan, 2003).

Burung merpati balap yang unggul memiliki daging yang gembur atau empuk dengan dibungkus kulit ari yang tipis dan bersih. Apabila dipegang, merpati balap terasa ringan meskipun tubuhnya kelihatan besar. Burung merpati balap yang baik memiliki bentuk kepala lonjong tidak terlalu besar atau kecil. Kepala yang terlalu besar menyebabkan merpati tidak dapat terbang cepat dan saat tembak (jatuh ke tangan joki) menjadi lamban (Sutejo, 1998).

Kecepatan Terbang Burung Merpati Balap

Tyne dan Berger (1976) menyatakan, faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan terbang burung merpati adalah (1) kecepatan angin, (2) suhu, (3) motivasi terbang. Menurut Tritunggal Pigeon Farm (2010), faktor lain yang mempengaruhi kemampuan seekor burung merpati untuk terbang tinggi, terbang cepat, dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu : bobot badan harus seringan mungkin, kerangka tulang yang kuat dan ringan, bulu yang baik, bulu sayap dan ekor yang kuat, tebal dan rapat dan burung merpati harus memiliki mata yang baik sehingga dapat melihat jarak jauh.

Pola Terbang

Burung terbang dalam berbagai cara, mulai dari meluncur melonjak untuk penerbangan mengepak untuk melayang. Dari jumlah tersebut, jenis paling sederhana penerbangan meluncur. Seekor burung meluncur menggunakan berat (massa) untuk mengatasi hambatan udaradengan gerakan majunya. Untuk melakukan ini secara

efektif, tentu saja memerlukan massa tertentu dan sebagai akibatnya, hanya burung besar, seperti burung pemakan bangkai, meluncur secara teratur (Ritchison, 2008).

Manajemen Pemeliharaan Merpati Balap Tipe Tinggian Kandang dan Pengenalan Kandang Merpati Balap

Menurut Yonathan (2003), kandang burung merpati balap tipe tinggian sebaiknya ditempatkan 3-5 m di atas permukaan tanah. Menurut Sutejo (1998), kandang burung merpati balap sebaiknya tidak menempel pada tanah. Kebersihan kandang harus selalu diperhatikan, karena kandang yang kotor dapat menjadi sumber bibit penyakit. Burung merpati balap hendaknya dimandikan minimal satu minggu sekali untuk menjaga kebersihan bulu agar tampak bersih, mengkilap, rapih serta bebas dari serangan penyakit atau kutu.

Pengenalan kandang dilakukan sedini mungkin, dimulai sejak merpati belajar terbang. Kegagalan dalam pengenalan kandang sangat merugikan, karena resikonya adalah kehilangan burung merpati. Pengenalan kandang untuk burungmerpati yang baru dilatih dapat menggunakan burung merpati pembantu (untulan) yang sudah hafal kandang dan lingkungan sekitarnya. Latihan terbang dilakukan dengan jarak yang meningkat secara bertahap dan dilakukan secara berulang-ulang agar burung mengenal lingkungan sekitar (Soeseno, 2003).

Pemberian Pakan dan Minum pada Merpati Balap Tipe Tinggian

Pakan merupakan komponen penting yang harus diperhatikan pada pemeliharaan burung merpati balap. Pemberian pakan harus efisien. Jenis pakan untuk burung merpati balap tinggian tidak berbeda dengan burung merpati lainnya, akan tetapi perlu diperhatikan volume (jumlah pakan) yang diberikan. Jika volume pakan yang diberikan berlebih atau jenis pakannya tidak tepat, perkembangan burung merpati akan terganggu. Pemberian pakan yang efisien berpengaruh positif terhadap perkembangan merpati (Yonathan, 2003).

Burung merpati lebih menyukai pakan dalam bentuk butiran atau pelet. Bahan pakan burung merpati terdiri atas padi atau gabah, jagung, beras merah, menir, kacang hijau, kacang kedelai dan juga grit. Contoh bahan yang dapat digunakan sebagai grit adalah pecahan kulit kerang, remis, keong atau bekicot (Djanah dan Sulistyanti, 1986).

Kandungan gizi dalam pakan yang diberikan kepada burung merpati balap harus diperhatikan (Sutejo, 1998). Bahan pakan yang disimpan terlalu lama dapat mempengaruhi kualitas pakan bahkan menurunkan kandungan gizinya (Yonathan, 2003).

Merpati akan lebih cepat mati akibat kekurangan air dari pada kekurangan pakan. Di dalam tubuh, air berfungsi untuk memperlancar pencernaan, menstabilkan suhu tubuh, sebagai penyusun utama darah dan plasma sel. Air minum yang disediakan harus dalam keadaan bersih, karena air dapat menjadi pembawa bibit penyakit. Sebaiknya air diberikan ad libitum (Tanubrata dan Syammkhard, 2004).

Cara Melatih Burung Merpati Balap Tipe Tinggian

Sutejo (1998) berpendapat, bahwa burung merpati balap harus dilatih secara bertahap dan rutin. Bentuk-bentuk latihan ditujukan untuk menghasilkan merpati balap yang memiliki stamina yang prima, pola terbang yang baik serta dapat mencapai garis finish dengan cepat. Pelatihan yang diberikan dapat berupa latihan jarak tempuh, latihan mental, latihan mengenal joki dan mengenal medan latihan.

Menurut Yonathan (2003), burung merpati balap yang dilatih harus dikelompokkan berdasarkan umur dan kondisi merpati. Tujuan merpati balap dilatih untuk persiapan sebelum lomba, menjaga berat badan burung merpati agar tetap ideal, membentuk otot sayap lebih kuat dan melatih burung merpati jantan agar pengelihatannya lebih tajam mengenali merpati betina pasangannya.

Cara Menjodohkan Merpati Balap

Umumnya burung merpati jantan yang sudah berumur 3,5 bulan sudah bekur (suara yang dikeluarkan saat melihat merpati betina). Jika burung merpati jantan sudah bekur sebaiknya segera dicarikan pasangan (merpati betina). Menurut Yonathan (2003), setelah berpasangan, kedua merpati tersebut dimandikan dan dimasukkan ke dalam satu sangkar, kemudian pada pagi hari dijemur di bawah sinar matahari selama 2-3 jam. Setelah dijemur, kedua merpati diletakkan dalam kandang tertutup dan tunggu selama 5-6 hari. Ciri burung merpati yang sudah giring (pejantan akan bekur apabila didekatkan dengan betina serta langsung mematuk kepala merpati betina, pejantan mengikuti betina pasangannya).

Djannah dan Sulistyani (1986) menyatakan, bahwa burung merpati hidup berpasang-pasangan dan memilih pasangannya sendiri. Burung merpati adalah jenis

unggas yang setia pada pasangannya. Tingkat kesetiaan jantan terhadap betina menjadi faktor utama yang dapat memacu kemampuan dan kecepatan terbang hingga mencapai garis finish. Tingkat kesetiaan yang tinggi hanya dapat diperoleh jika jantan benar-benar cocok dengan pasangannya. Bulu pejantan akan tampak mekar, mengkilap dan terlihat indah ketika merayu dan betina yang menerima rayuan itu akan mengangguk-anggukkan kepalanya. Setelah berjodoh, pasangan baru itu diberi kesempatan melakukan perkawinan. Ada kalanya jantan tidak mau dijodohkan. Masalah ini dapat diatasi dengan memasukkan betina yang memiliki warna tubuh seperti induk betinanya atau pengasuhnya dimasa kecil. Memorinya akan kembali ke masa lalu, sehingga dia mau mendekati betina calon pasangannya.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Rawamangun Selatan, Gg. Kana Tanah Merah Lama, Jakarta Timur. Penelitian dilakukan empat bulan, yaitu mulai bulan Agustus sampai akhir bulan November 2010.

Materi Ternak

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 46 ekor (23 pasang) burung merpati balap lokal tipe tinggian dewasa yang berumur 9 sampai 12 bulan. Burung-burung tersebut diperoleh dari pedagang dan penggemar burung merpati balap tipe tinggian yang sudah terlatih dan siap menjadi burung merpati balap tipe tinggian. Burung merpati selanjutnya dipelihara selama dua minggu dan dilatih untuk digunakan sebagai materi penelitian.

Pakan

Pakan yang diberikan pada burung merpati selama penelitian adalah jagung kuning yang berukuran kecil atau biasa disebut oleh pedagang dan peternak dengan istilah jagung super. Pakan dan air minum diberikan secara ad libitum.

Kandang

Kandang yang digunakan pada penelitian sebanyak 23 buahkandang individu yang berukuran 60 x 45 x 40 cm (Gambar 3), kurungan lepas (Gambar 4) dan kurungan untuk betina (Gambar 5). Kandang terbuat dari kayu, tiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum. Kandang individu ini hanya diisi sepasang burung merpati balap tipe tinggian.

Kurungan lepas (Gambar 4) berfungsi untuk membawa burung merpati kelokasi burung merpati dilepas. Kurungan lepas ini memiliki kapasitas 12 ekor burung merpati jantan.

Gambar 3.Kurungan Lepas untuk Burung Merpati Balap Tipe Tinggian

Kurungan betina (Gambar 5) berfungsi untuk menyimpan merpati betina saat merpati jantan diterbangkan. Burung betina dimasukkan ke dalam kurungan pada saat pagi dan sore hari.

Gambar 4. Kurungan Betina

Peralatan

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah jangka sorong, pita ukur, timbangan meja berkapasitas 5 kg, stop watch dan handphone. Peralatan pendukung lainnya yang digunakan adalah lembar isian yang berisikan data-data yang akan diamati, alat tulis dan kamera digital.

Manajemen Pemeliharaan Merpati Balap Tipe Tinggian Cara Pemeliharaan

Pada pagi hari pukul 07.00 WIB burung merpati dikeluarkan dari kandang, sedangkan betina pasangannya dimasukkan ke dalam kurungan. Untuk melatih burung merpati jantan, dilakukan penerbangan bertahap dari jarak dekat sampai terjauh dengan dua kali ulangan.

Pada siang haripukul 10.00 WIB hari burung merpati dimandikan setelah itu dijemur di kurungan. Setelah kering langsung dimasukkan ke kandang. Pada sore hari pukul 15.00 WIB, burung merpati dikeluarkan dari kandang seperti halnya aktivitas pada pagi hari. Setelah itu dimasukkan ke kandang untuk diberi makan dan minum. Pakan dan minum diberikan secara ad libitum.

Cara Menjodohkan

Burung merpati jantan dan betina dikandangkan secara terpisah saat proses penjodohan, kemudian disatukan di dalam kandang dan dibiarkan beberapa saat. Apabila jantan bekur dan betina memberi tanda dengan menganggukkan kepalanya berarti burung merpati jantan dan betina sudah berjodoh, lalu keduanya dimandikan dan dijemur.

Waktu yang diperlukan untuk menjodohkan merpati adalah 3-7 hari. Apabila setelah 7 hari merpati tidak berjodoh, maka burung merpati betina diganti dengan yang lain. Ciri burung merpati yang sudah giring, pejantan akan bekur apabila didekatkan dengan betina lalu langsung mematuk kepala burung merpati betina dan burung merpati betina diam saja, apabila dibiarkan ada kalanya bulu yang ada di kepala burung merpati betina habis, jika jantan giringnya terlalu keras (agresif sekali).

Cara Melatih Terbang

Latihan terbangdilakukan secara bertahap dimulai dari jarak 5 m. Pada jarak yang sama diulang selama tiga kali terbang, kemudian jaraknya ditingkatkan sampai 4 km. Pada proses latihan terbang burung merpati dimulai dari kandang sampai jarak 4 km melalui 28 titik atau pos pelepasan burung merpati.

Latihan terbang biasanya dilakukan pagihari pukul 08.00 WIB dan sore hari pukul 15.30 WIB. Pagi hari digunakan untuk melatih burung merpati baru (belum

mengenal medan), sehingga apabila burung merpati yang dilatih tersesat, masih banyak waktu untuk pulang. Burung merpati yang sudah lama (sudah mengenal medan) dilatih pada sore hari.

Pemberian Pakan dan Minum

Pakan yang diberikan adalah jagung super yang berukuran kecil. Pakan diberikanad libitum hanya satu kali per hari yaitu pada sore hari. Pakan diberikan didalam kandang. Burung merpati yang sedang mengeram diberi pakan tambahan berupa pakan komersil broiler starter secara ad libitum, sedangkan untuk air minum selalu tersedia dikandang dan diluar kandang.

Prosedur Pencatatan Jarak dan Kecepatan Terbang

Penelitian ini mencatat kecepatan terbang setiap burung merpati jantan yang digunakan dalam penelitian. Setiap individu diberi identitas dengan memberi nama berdasarkan warna bulu hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam membedakan burung merpati tersebut. Gambar burung merpati yang dijadikan bahan penelitian dapat ditunjukan pada Gambar 6.

Pengukuran kecepatan terbang, dilakukan dengan tiga kali periode giring. Setiap periode giring dilakukan 10 kali penerbangan, pencatatan kecepatan terbang (m/detik) dilakukan per periode giring padasetiap individu burung merpati jantan.Jarak satu periode giring dengan periode giring berikutnya membutuhkan waktu sekitar dua minggu. Pada penelitian ini telur burung merpati tidak ditetaskan, telur burung merpati ditetaskan oleh burung merpati yang lainnya (babuan). Apabila telur burung merpati ditetaskan oleh induknya, maka pada periode giring berikutnya membutuhkan waktu sekitar tiga bulan.

Pencatatan jarak dan waktu burung merpati yang dilepas harus dalam keadaan giring (pejantan akan bekur apabila didekatkan dengan betina serta langsung mematuk kepala merpati betina), apabila tidak dalam kondisi giring maka burung merpati jantan tidak akan menghampiri betinanya. Jarak melepaskan burung merpati pada penelitian ini sekitar 4 km (berdasarkan Google Map, 2011). Burung merpati setelah mengalami masa pemeliharaan selama dua minggu, burung merpati mulai dilepas. Pada jarak awal melepas burung merpati dari kandang sampai jarak 4 km membutuhkan waktu sekitar 4 bulan.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g) (h) (i)

(j)

Gambar 5. Burung Merpati Balap Tinggian yang Dijadikan Bahan Penelitian : (a) Jantan Kelabu; (b) Jantan Tritis; (c) Jantan Megan; (d) Jantan Hitam; (e) Jantan Gambir; (f) Jantan Megan; (g) Jantan Blorok; (h) Jantan Tritis Megan; (i) Jantan Blorok; (j) Jantan Kelabu Selap.

Alat yang digunakan dalam pencatatan waktu terbang ialah stopwatch. Waktu terbang diukur dengan cara sewaktu burung merpati dilepas dari tempat diterbangkan, joki yang melepasmemberi aba-aba melalui handphone kepada joki yang berada dikandang bahwa burung merpati siap dilepas, sehingga kedua joki dapat mencatat waktu saat burung diterbangkan.

Pada saat burung merpati dilepas maka pencatatan waktu terbang mulai dicatat, ketika burung merpati sudah sampai dikandang maka joki segera melaporkan kepada joki yang melepas burung merpati bahwa burung sudah sampai dikandang. Selisih waktu antara waktu saat burung sampai di kandang dikurangi waktu saat merpati dilepas dicatat sebagai lama terbang dalam satuan menit.

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati adalah kecepatan terbang, pola dan ukuran tubuh burung merpati balap tipe tinggian.

1). Karakteristik kualitatif burung merpati balap tipe tinggian dengan mengamati bentuk badan, warna iris mata, tipe bulu sayap, tipe bulu ekor dan bentuk kepala. 2). Kecepatan terbang merpati dihitung dengan cara, kecepatan (v) adalah jarak

terbang (s) dibagi lama terbang (t), maka v = s / t.

3). Pola terbang burung merpati dikatagorikan (1) berputar lalu terbang lurus (2) langsung terbang lurus (3) terbang lalu ditengah perjalanan berputar dahulu setelah itu terbang lurus.

4). Ukuran tubuh burung merpati balap tipe tinggian, sebagai berikut : a). bobot badan, diperoleh melalui penimbangandalam satuan gram;

b). lingkar dada, diperoleh dengan melingkarkan pita ukur dari pangkal sayap kanan melalui tulang sternum hingga pangkal sayap kiri dengan menggunakan pita ukur dengan satuan cm (Gambar 7);

c). dalam dada, diukur tegak lurus dari tulang punggung hingga tulang sternum dengan menggunakan jangka sorong dengan satuan cm (Gambar 7);

d). lebar dada, diukur dari jarak tulang humerus kanan dan kiri dengan menggunakan jangka sorong dengan satuan cm (Gambar 7);

e). panjang punggung, diukur dari tulang last cervical vertebra hingga pangkal tulang ekor (vertebra caudales) dengan menggunakan pita ukur dengan satuan cm (Gambar 7);

f). panjang bulu sayap ke–10, diukur dari ujung tulang phalanx hingga ujung bulu sayap ke–10 dengan menggunakan pita ukur dengan satuan cm;

g). lebar bulu ekor, diukur dari sisi sebelah kiri hingga sisi kanan bulu ekor dengan menggunakan jangka sorong dengan satuan cm;

h). lebar pangkal ekor, diukur dari sisi kiri hingga sisi kanan pangkal ekor dengan menggunakan jangka sorong dengan satuan cm (Gmabr 7) dan

i). panjang bulu ekor, diukur dari pangkal ekor (tunggir) sampai ujung bulu ekor yang terpanjang (bulu ekor ke–6) dengan menggunakan pita ukur dengan satuan cm.

Analisis data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini disajikan secara deskriptif yaitu karakteristik kualitatif burung merpati balap tipe tinggian, kecepatan terbang burung merpati, pola terbang burung merpati dan ukuran tubuh burung merpati. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman dihitung untuk mengetahui keragaman dan keseragaman pada ukuran tubuh burung merpati balap tipe tinggian dengan menggunakan rumus Walpole (1992), yaitu

∑ % keterangan : Σ = jumlah KK = koefisien keragaman SBx = simpangan baku Xi = kecepatan terbang

X = rata-rata kecepatan terbang dan N = jumlah pengamatan

Kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian dilakukan selama tiga

kali giring. Kecepatan antar periode giring diuji dengan uji t dengan menggunakan

Keterangan :

= uji banding kecepatan terbang merpati balap antara periode giring satu dengan periode giring dua

= rataan kecepatan terbang merpati balap periode giring satu = rataan kecepatan terbang merpati balap periode giring dua

= simpangan baku = jumlah pengamatan

Data ukuran tubuh dan kecepatan terbang selanjutnya dihitung korelasinya (r). Apabila ada korelasi antara ukuran tubuh dan kecepatan terbang, maka dilanjutkan dengan melakukan perhitungan persamaan linier dengan rumus

Dokumen terkait