• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecepatan Terbang Burung Merpati Balap Lokal (Tipe Tinggian)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kecepatan Terbang Burung Merpati Balap Lokal (Tipe Tinggian)"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

KECEPATAN TERBANG BURUNG MERPATI BALAP LOKAL

(TIPE TINGGIAN)

 

 

 

 

 

SKRIPSI RIDWANSYAH

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

ABSTRACT

The Flight Speed Of Local Racing Pigeon (Heigth Type)

Ridwansyah, S. Darwati, M. Ulfah

Local racing pigeon is one of Indonesia’s livestock which must be conserved. There are two types of racing pigeon, namely the high racing and the sprint racing type. The purpose of this research was to know the flight speed and the flight pattern of racing pigeon. The research was conducted in south Rawamangun Street, Gg. Kana Tanah Merah Lama, East Jakarta. Fourty six local pigeons (23 males and females respectively) were used in this study. The distance to release the pigeons was 4km from the cage. The data were presented descriptively. The standard deviation, coefficient of variability, and the mean was calculated using the formula “coefficient of variation”(Walpole, 1992). Research results show that the characteristic of racing pigeon which produced the highest flight speed (29,18 m/second) were the “megan” feather colour, staightly fly pattern, 330 g of body weight, 22 cm shest circumfence, 5,4 cm of depth chest, 8 cm length back, 18 cm wing feather, 4,4 cm tail and 3,5 cm length tail.

(3)

RINGKASAN

RIDWANSYAH. D14086022. Kecepatan Terbang Burung Merpati Balap Lokal (Tipe Tinggian). Program Alih Jenis Teknologi Produksi Ternak. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Sri Darwati MSi.

Pembimbing Anggota : Maria Ulfah, S.Pt., MSc.Agr.

Karakteristik dari burung merpati balap tinggian sangat menentukan kecepatan terbangnya. Bentuk badan mempengaruhi hambatan angin, warna iris mata berpengaruh terhadap daya pengelihatan burung merpati balap tinggian, tipe bulu sayap berpengaruh terhadap kecepatan terbang, tipe bulu ekor berpengaruh terhadap kelincahan ketika terbang, bentuk kepala berpengaruh terhadap kecerdasan. Burung merpati balap tipe tinggian yang memiliki kecepatan terbang yang paling cepat memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Sampai saat ini di Indonesia belum tersedia data lengkap tentang karakteristik merpati balap tipe tinggian sehingga perlu dilakukan penelitian tentang kecepatan terbang dan pola terbang burung merpati balap tinggi.

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Jakarta, tepatnya Rawamangun Selatan, Gg. Kana Tanah Merah Lama, Jakarta Timur. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 46 ekor burung merpati lokal terdiri dari 23 pasang burung merpati jantan dan betina yang berumur 9 bulan samapi 12 bulan. Jarak melepaskan burung merpati pada penelitian ini sekitar 4 km. Waktu terbang diukur dengan cara sewaktu burung merpati dilepas dari tempat diterbangkan, joki yang melepas memberi aba-aba melalui handphone kepada joki yang berada di kandang bahwa burung merpati siap dilepas.

Peubah yang diamati adalah karakteristik kualitatif, kecepatan terbang, pola terbang dan ukuran tubuh burung merpati balap tipe tinggian. Data disajikan secara deskriptif tentang karakteristik kualitatif, kecepatan terbang, pola terbang dan ukuran tubuh burung merpati balap tipe tinggian. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragamannya dihitung untuk mengetahui keragaman dan keseragaman pada ukuran tubuh burung merpati balap tipe tinggian dengan menggunakan rumus koefisien keragaman (Walpole, 1992). Kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian dilakukan selama tiga kali giring. Kecepatan antar periode giring diuji dengan uji t dengan menggunakan rumus (Walpole, 1992).

Nilai koefisien keragaman (KK) dari yang paling besar sampai paling kecil adalah lebar pangkal ekor (12,37%), panjang bulu ekor (10,27%), panjang punggung (9,43%), lebar bulu ekor (9,27%), bobot badan (8,15%), dalam dada (7,41%), panjang bulu sayap (7,17%), lingkar dada (3,62%) dan lebar dada (3,48%). Berdasarkan urutan tersebut, maka ukuran tubuh yang paling beragam adalah lebar pangkal ekordan yang paling seragam adalah lebar dada. Lebar pangkal ekor dapat dijadikan penentu seleksi burung merpati balap tipe tinggian karena berpengaruh nyata negatif (P<0,05) terhadap kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian.

(4)

lingkar dada, lebar dada, panjang punggung, panjang bulu sayap dan panjang bulu ekor tidak menunjukkan hubungan yang nyata dengan kecepatan terbang. Bobot badan, dalam dada, lebar bulu ekor dan lebar pangkal ekor menunjukkan hubungan yang nyata dengan kecepatan terbang.

Pada pengamatan di lapang diperoleh beberapa pola terbang burung merpati balap tinggian yaitu 1). Pola berputar lalu terbang lurus (burung merpati warna kelabu dan tritis) dengan kecepatan rata-rata masing-masing 18,69 dan 18,65 m/detik, 2). Pola langsung terbang lurus (burung merpati warna megan, hitam, gambir dan megan 2). Dengan kecepatan rata-rata masing-masing 23,62; 25,39; 28,88 dan 29,18 m/detik, 3). Terbang lalu ditengah perjalanan dahulu setelah itu terbang lurus (burung merpati warna blorok, tritis megan, blantong dan kelabu selap) dengan kecepatan rata-rata masing-masing 20,18; 20,21; 21,94 dan 21,94 m/detik. Burung merpati balap tinggian yang memiliki kecepatan terbang tertinggi (29,18 m/detik) mempunyai pola terbang langsung terbang lurus, bobot badan (330 g), lingkar dada (22 cm), dalam dada (5,4 cm), lebar dada (8 cm), panjang punggung (12 cm), panjang bulu sayap (18 cm), lebar bulu ekor (4,4 cm), lebar pangkal ekor (3,5 cm) dan panjang bulu ekor (11 cm).

Kata kunci : Burug Merpati, Karakteristik, Kecepatan Terbang, Pola terbang, Ukuran Tubuh.

(5)

KECEPATAN TERBANG BURUNG MERPATI BALAP LOKAL

(TIPE TINGGIAN)

 

 

 

 

RIDWANSYAH

D14086022

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(6)

Judul : Kecepatan Terbang Burung Merpati Balap Lokal (Tipe Tinggian) Nama : Ridwansyah

NIM : D14086022

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Ir. Sri Darwati, MSi.) (Maria Ulfah, S.Pt., MSc.Agr.) NIP :19631003 198903 2 001 NIP : 19761101 199903 2 001

Mengetahui: Ketua Departemen

Ilmu Produksi danTeknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. CeceSumantri, M.Agr.Sc) NIP : 19591212 198603 1 004

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 31 Desember 1985 di Jakarta. Penulis adalah anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak H. Syahril Hamzah dan Ibu Hj. Syofinar.

Pada tahun 1993 Penulis masuk sekolah dasar di SD YWKA II di Jakarta dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SLTP Insan Kamil Bogor dan lulus pada tahun 2002, kemudian pada tahun yang sama Penulis melanjutkan sekolah di SMA Insan Kamil Bogor lulus pada tahun 2005.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Penulis tertarik pada penelitian burung merpati mengingat burung merpati merupakan salah satu ternak di Indonesia yang harus dijaga kelestariannya. Perlombaan burung merpati merupakan salah satu acara yang mampu memperkaya kebudayaan bangsa. Untuk itu diperlukan perhatian khusus untuk mengembangkannya. Selain itu informasi kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian belum lengkap, oleh karenanya penelitian ini mengukur kecepatan terbang burung merpati tinggian yang dilepas pada jarak 4 km dari kandang, dengan mengacu atau merujuk pada Google Map.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan para penggemar burung merpati balap tipe tinggian pada khususnya, serta untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan kemajuan peternakan Indonesia.

Akhir kata, penulis menyadari kesempurnaan hanya milik Allah SWT, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan skripsi ini.

Bogor, September 2011

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Karakteristik Merpati Balap Tipe Tinggian ……….. 4

Kecepatan Burung Merpati Tipe Tinggian……….…... 5

Pola Terbang………... 6

Manajemen Pemeliharaan Merpati Balap Tipe Tinggian …………. 6

Kandang dan Pengenalan Kandang Merpati Balap …………. 6

Pemberian Pakan dan Minum pada Merpati Balap Tipe Tinggian ………... 6

Cara Melatih Burung Merpati Balap Tipe Tinggian …... 7

Cara Menjodohkan Merpati Balap ... 7

(10)

Cara Pemeliharaan ………... 11

Cara Menjodohkan ………... 11

Cara Melatih Terbang………... 11

Pemberian Pakan dan Minum ………... 12

Prosedur ……… 12

Pencatatan Jarak dan Waktu ... 12

Peubah yang Diamati ………... 14

Analisis Data ………... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN ……….... 18

Karakteristik Burung Merpati Balap Tinggian………... 18

Sifat Kualitatif ………... 18

Bentuk Badan ... 18

Warna Iris Mata ... 18

Tipe Bulu Sayap ... 19

Tipe Bulu Ekor ... 19

Bantuk Kepala ... 20

Ukuran Tubuh Merpati Terbang Tinggi …………... 20

Kecepatan Terbang………... 21

Pengaruh Ukuran Tubuh Merpati Balap Terhadap Kecepatan Terbang ……... 23

Pola Terbang ……….... 25

KESIMPULAN DAN SARAN ....……… 27

UCAPAN TERIMA KASIH ... 28

DAFTAR PUSTAKA ………... 30

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Nilai Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keraragaman dari Ukuran Tubuh 10 ekor Burung Merpati Balap Tipe Tinggian Jantan 21 2. Rataan dan Uji t Kecepatan Terbang Burung Merpati Balap Tipe

Tinggian ... 22 3. Nilai Korelasi antara Rataan Kecepatan Burung Merpati Balap Tipe

Tinggian pada Periode Giring I, II dan III ... 22 4. Nilai Korelasi Kecepatan Terbang dengan Ukuran Tubuh Burung

Merpati Balap Tipe Tinggian ... 23 5. Persamaan Regresi antara Kecepatan Terbang dengan Ukuran

Tubuh Burung Merpati Balap Tipe Tinggian ... 25 6. Pola Terbang Burung Merpati Balap Tipe Tinggian ………... 26

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Burung Merpati ……….………... 2

2. Kandang Pemeliharaan Burung Merpati Balap Tipe Tinggian... 9

3. Kurungan Lepas untuk Burung Merpati Balap Tipe Tinggian ... 10

4. Kurungan Betina...………..………... 10

5. Burung Merpati Balap Tinggian yang Dijadikan Bahan Penelitian ... 13

6. Bagian-bagian Tubuh Merpati yang Diamati ……….……... 17

7. Burung Merpati Balap Tipe Tinggian Berbadan Gagah dan Tegap ... 18

8. Burung Merpati Balap Tipe Tinggian dengan (a) Warna Mata Kuning dan (b) Mata Merah Saga ……...………... 19

9. Tipe Bulu Sayap Burung Merpati Tipe Tinggian ... 19

10.Tipe Bulu Ekor Burung Merpati Balap Tipe Tinggian ... 20

11.Burung Merpati Balap Tipe Tinggian dengan Bentuk Kepala (a) Jenong dan (b) Kepala Perkutut ………..…... 20

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Persamaan Linier Antara Bobot Badan Merpati Balap Tipe Tinggian dengan Kecepatan ……... 33

2. Persamaan Linier Antara Dalam DadaMerpati Balap Tipe Tinggian

dengan Kecepatan…………... 33

3. Persamaan Linier Antara Lebar Bulu EkorMerpati Balap Tipe

Tinggian dengan Kecepatan……... 33

4. Persamaan Linier Antara Lebar Pangkal Ekor Merpati Balap Tipe

Tinggian dengan Kecepatan... 33

5. Nilai Kecepatan Terbang Merpati Balap Tipe Tinggian pada Periode Giring ke 1, 2 dan 3 ……... 34 6. Data Ukuran Tubuh Burung Merpati Balap Tipe Tinggian ... 35

7. Hasil Nilai Korelasi Ukuran Tubuh Burung Merpati Balap Tipe

Tinggian dengan Kecepatan Terbang ………... 36

8. Peta Pengukuran Jarak dengan Google Map... 37

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Burung merpati balap di masyarakat dipelihara untuk kesenangan atau hobi, akan tetapi tidak semua masyarakat memelihara burung merpati balap tipe tinggian. Penggemar atau penghobi burung merpati balap tipe tinggian memelihara burung merpati untuk dilombakan kecepatan terbangnya. Burung merpati balap tipe tinggian yang memiliki kecepatan terbang yang paling cepat memiliki nilai jual yang sangat tinggi.

Fenotipe burung merpati balap tipe tinggian masih beragam di lapang, demikian halnya dengan kecepatan terbangnya. Adapun informasi ukuran tubuh untuk menentukan burung merpati balap tipe tinggian yang cepat terbangnya belum banyak informasinya, juga kriteria untuk memilih burung merpati balap tipe tinggian yang memiliki kemampuan terbang cepat tersebut diantara penggemar burung merpati balap tipe tinggian masih beragam.

Informasi kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian belum banyak, karena pada saat burung merpati balap tipe tinggian dilombakan jarang dicatat kecepatan terbangnya. Oleh karenanya penelitian ini mengukur kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian yang dilepas pada jarak 4 km dari kandang serta beberapa ukuran tubuh yang diduga berpengaruh terhadap kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian.

Tujuan

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Burung Merpati

Burung merpati termasuk kedalam kelas unggas yang telah lama dikenal di Indonesia dengan sebutan burung dara (Gambar1). Burung merpati merupakan spesies paling terkenal dalam keluarga Columbidae. Menurut Levi (1945), Taksonomi burung merpati adalah sebagai berikut :

Kelas : Aves

Sub Kelas : Neornithes Super Ordo : Columbiformes

Sub Ordo : Columbae

Famili : Columbidae

Genus : Columba

Spesies : Columba livia

Gambar 1. Burung Merpati

Burung merpati termasuk hewan bertulang belakang dan berdarah panas. Suhu tubuhnya sekitar 41oC, bentuk tubuhnya sesuai untuk kehidupan udara maupun darat karena memiliki sayap yang panjang untuk terbang dan kaki yang sesuai untuk berjalan dan bertengger tanpa kesulitan. Lehernya panjang dan fleksibel, kepala besar sehingga memberikan kapasitas bagi otak yang besar, tubuhnya kompak, kaku dan bagian vitalnya terlindung dengan baik dari serangan musuh (Levi, 1945).

(16)

susu tembolok yaitu suatu cairan yang berwarna krem menyerupai air susu yang dikeluarkan dari tembolok induk jantan maupun betina.

Menurut Sumadi (1991), crop milk yang diproduksi oleh tembolok induk burung merpati memiliki bentuk fisik menyerupai keju dan diproduksi sebelum telur menetas. Cairan inilah yang diberikan induk burung merpati kepada piyik dengan cara meloloh dan memompa ke dalam mulut piyik. Levi (1945) menyatakan, bahwa burung merpati jantan merupakan satu-satunya vertebrata jantan yang menghasilkan makanan dan melolohkan pada anaknya.

Manfaat Burung Merpati

Burung merpati atau burung dara sejak dahulu telah dimanfaatkan untuk menghasilkan daging, hias, balap dan bahkan untuk keperluan komunikasi (burung merpati pos). Burung merpati yang tergolong tumbler (akrobat merpati di udara diseleksi berdasarkan ketegaran dan penampilan yang terkontrol diudara (Blakely dan Bade, 1998). Burung merpati balap yang memiliki kualitas yang baik digemari oleh anak-anak maupun orang tua. Jenis ini jarang dikonsumsi kecuali burung merpati sortiran yang kualitas terbangnya kurang baik. Jenis burung merpati balap antara lain Racing Homer dan persilangan dengan burung merpati lokal (Hatmono, 2001).

Djanah dan Sulistyani (1986) menyatakan, bahwa apabila pemeliharaan burung merpati dilakukan secara intensif, maka pemeliharaan yang awalnya hanya bersifat hobi dapat diubah dan ditingkatkan menjadi hobi menguntungkan yang dapat

menambah penghasilan keluarga.

Menurut Tanubrata dan Syamkhard (2004), bagi peternak burung merpati balap yang telah mempunyai nama, beternak burung merpati merupakan ladang usaha yang menguntungkan. Harga seekor atau sepasang burung merpati balap sangat bervariasi, burung merpati jantan dewasa yang mempunyai kualitas terbang dan keturunan baik dapat mencapai harga 5 juta rupiah bahkan lebih, sedangkan burung merpati jantan bakalan berharga sekitar 500 ribu rupiah.

(17)

betinanya. Burung merpati terbang tinggi diterbangkan dari suatu tempat yang jauh (minimal 2 km), dengan demikian dapat terbang tinggi dan akrobat di udara, sehingga atraksi tersebut dapat dinikmati oleh para penggemar.

Merpati Balap Tipe Tinggian

Menurut Yonathan (2003), burung merpati tipe tinggian sering juga disebut burung merpati kentongan karena ketika dilombakan, kentongan akan dipukul sebagai isyarat bahwa adaburung merpati yang masuk pagupon (kandangnya). Ciri burung merpati balap tipe tinggian yang baik adalah ketika terbang sering menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan untuk mencari tanda yang terdapat di pagupon.

Karakteristik Merpati Balap Tinggian

Yonathan (2003) menyatakan, bahwa bentuk mata burung merpati balap biasanya bulat jernih dan pandangannya terlihat garang. Kornea mata berwarna hitam dengan lingkaran yang mengelilingi kornea berwarna kuning tua.

Warna burung merpati masih bervariasi (Maylinda, 2003). Warna bulu burung merpati terdiri atas tiga warna dasar yaitu hitam, coklat dan merah (Mosca, 2000). Ketiga warna ini akan membentuk variasi warna lain, yaitu warna megan, gambir, blantong, tritis dan blorok (Salis, 2002).

Pada burung merpati juga terdapat bulu halus yang tampak mengkilap seperti sutra, bila dipegang akan terasa licin dan halus seperti kapas. Apabila dilihat sepintas seolah-olah bulu ini berminyak dan apabila disiram air sulit menempel (Sutejo, 1998).

Menurut Yonathan (2003), bulu ekor berfungsi sebagai pengendali ketika terbang untuk berbelok, turun dan berhenti. Levi (1945) menyatakan, bulu ekor terdiri atas bulu ekor penutup bagian atas, bulu ekor utama dan bulu ekor bagian bawah. Bulu ekor bagian utama mempunyai peran yang penting ketika burung merpati terbang.

(18)

tubuh sehingga menambah kecepatan terbang. Bulu sayap primer merupakan bagian terpenting pada saat burung terbang karena berfungsi seperti baling-baling ketika burung terbang.

Burung merpati balap yang baik, memiliki jarak antara bulu sayap rapat karena kerapatan tersebut akan mengakibatkan ayunan kuat jika dikepakkan. Tulang bulu sayap harus lurus, tebal dan kuat. Selain itu bulu sayap harus kering, tebal dan apabila direntangkan, reflek menutupnya sangat cepat. Burung merpati balap yang baik memiliki tubuh sehat, kekar dan berpenampilan gagah. Jika sedang berdiri dadanya membusung. Tubuh merpati yang sehat dan kekar tidak sama dengan merpati yang gemuk karena bila diangkat, bobot badannya tidak terlalu berat tetapi padat (Yonathan, 2003).

Burung merpati balap yang unggul memiliki daging yang gembur atau empuk dengan dibungkus kulit ari yang tipis dan bersih. Apabila dipegang, merpati balap terasa ringan meskipun tubuhnya kelihatan besar. Burung merpati balap yang baik memiliki bentuk kepala lonjong tidak terlalu besar atau kecil. Kepala yang terlalu besar menyebabkan merpati tidak dapat terbang cepat dan saat tembak (jatuh ke tangan joki) menjadi lamban (Sutejo, 1998).

Kecepatan Terbang Burung Merpati Balap

Tyne dan Berger (1976) menyatakan, faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan terbang burung merpati adalah (1) kecepatan angin, (2) suhu, (3) motivasi terbang. Menurut Tritunggal Pigeon Farm (2010), faktor lain yang mempengaruhi kemampuan seekor burung merpati untuk terbang tinggi, terbang cepat, dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu : bobot badan harus seringan mungkin, kerangka tulang yang kuat dan ringan, bulu yang baik, bulu sayap dan ekor yang kuat, tebal dan rapat dan burung merpati harus memiliki mata yang baik sehingga dapat melihat jarak jauh.

Pola Terbang

(19)

efektif, tentu saja memerlukan massa tertentu dan sebagai akibatnya, hanya burung besar, seperti burung pemakan bangkai, meluncur secara teratur (Ritchison, 2008).

Manajemen Pemeliharaan Merpati Balap Tipe Tinggian Kandang dan Pengenalan Kandang Merpati Balap

Menurut Yonathan (2003), kandang burung merpati balap tipe tinggian sebaiknya ditempatkan 3-5 m di atas permukaan tanah. Menurut Sutejo (1998), kandang burung merpati balap sebaiknya tidak menempel pada tanah. Kebersihan kandang harus selalu diperhatikan, karena kandang yang kotor dapat menjadi sumber bibit penyakit. Burung merpati balap hendaknya dimandikan minimal satu minggu sekali untuk menjaga kebersihan bulu agar tampak bersih, mengkilap, rapih serta bebas dari serangan penyakit atau kutu.

Pengenalan kandang dilakukan sedini mungkin, dimulai sejak merpati belajar terbang. Kegagalan dalam pengenalan kandang sangat merugikan, karena resikonya adalah kehilangan burung merpati. Pengenalan kandang untuk burungmerpati yang baru dilatih dapat menggunakan burung merpati pembantu (untulan) yang sudah hafal kandang dan lingkungan sekitarnya. Latihan terbang dilakukan dengan jarak yang meningkat secara bertahap dan dilakukan secara berulang-ulang agar burung mengenal lingkungan sekitar (Soeseno, 2003).

Pemberian Pakan dan Minum pada Merpati Balap Tipe Tinggian

Pakan merupakan komponen penting yang harus diperhatikan pada pemeliharaan burung merpati balap. Pemberian pakan harus efisien. Jenis pakan untuk burung merpati balap tinggian tidak berbeda dengan burung merpati lainnya, akan tetapi perlu diperhatikan volume (jumlah pakan) yang diberikan. Jika volume pakan yang diberikan berlebih atau jenis pakannya tidak tepat, perkembangan burung merpati akan terganggu. Pemberian pakan yang efisien berpengaruh positif terhadap perkembangan merpati (Yonathan, 2003).

(20)

Kandungan gizi dalam pakan yang diberikan kepada burung merpati balap harus diperhatikan (Sutejo, 1998). Bahan pakan yang disimpan terlalu lama dapat mempengaruhi kualitas pakan bahkan menurunkan kandungan gizinya (Yonathan, 2003).

Merpati akan lebih cepat mati akibat kekurangan air dari pada kekurangan pakan. Di dalam tubuh, air berfungsi untuk memperlancar pencernaan, menstabilkan suhu tubuh, sebagai penyusun utama darah dan plasma sel. Air minum yang disediakan harus dalam keadaan bersih, karena air dapat menjadi pembawa bibit penyakit. Sebaiknya air diberikan ad libitum (Tanubrata dan Syammkhard, 2004).

Cara Melatih Burung Merpati Balap Tipe Tinggian

Sutejo (1998) berpendapat, bahwa burung merpati balap harus dilatih secara bertahap dan rutin. Bentuk-bentuk latihan ditujukan untuk menghasilkan merpati balap yang memiliki stamina yang prima, pola terbang yang baik serta dapat mencapai garis finish dengan cepat. Pelatihan yang diberikan dapat berupa latihan jarak tempuh, latihan mental, latihan mengenal joki dan mengenal medan latihan.

Menurut Yonathan (2003), burung merpati balap yang dilatih harus dikelompokkan berdasarkan umur dan kondisi merpati. Tujuan merpati balap dilatih untuk persiapan sebelum lomba, menjaga berat badan burung merpati agar tetap ideal, membentuk otot sayap lebih kuat dan melatih burung merpati jantan agar pengelihatannya lebih tajam mengenali merpati betina pasangannya.

Cara Menjodohkan Merpati Balap

Umumnya burung merpati jantan yang sudah berumur 3,5 bulan sudah bekur (suara yang dikeluarkan saat melihat merpati betina). Jika burung merpati jantan sudah bekur sebaiknya segera dicarikan pasangan (merpati betina). Menurut Yonathan (2003), setelah berpasangan, kedua merpati tersebut dimandikan dan dimasukkan ke dalam satu sangkar, kemudian pada pagi hari dijemur di bawah sinar matahari selama 2-3 jam. Setelah dijemur, kedua merpati diletakkan dalam kandang tertutup dan tunggu selama 5-6 hari. Ciri burung merpati yang sudah giring (pejantan akan bekur apabila didekatkan dengan betina serta langsung mematuk kepala merpati betina, pejantan mengikuti betina pasangannya).

(21)
(22)

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Rawamangun Selatan, Gg. Kana Tanah Merah Lama, Jakarta Timur. Penelitian dilakukan empat bulan, yaitu mulai bulan Agustus sampai akhir bulan November 2010.

Materi Ternak

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 46 ekor (23 pasang) burung merpati balap lokal tipe tinggian dewasa yang berumur 9 sampai 12 bulan. Burung-burung tersebut diperoleh dari pedagang dan penggemar burung merpati balap tipe tinggian yang sudah terlatih dan siap menjadi burung merpati balap tipe tinggian. Burung merpati selanjutnya dipelihara selama dua minggu dan dilatih untuk digunakan sebagai materi penelitian.

Pakan

Pakan yang diberikan pada burung merpati selama penelitian adalah jagung kuning yang berukuran kecil atau biasa disebut oleh pedagang dan peternak dengan istilah jagung super. Pakan dan air minum diberikan secara ad libitum.

Kandang

Kandang yang digunakan pada penelitian sebanyak 23 buahkandang individu yang berukuran 60 x 45 x 40 cm (Gambar 3), kurungan lepas (Gambar 4) dan kurungan untuk betina (Gambar 5). Kandang terbuat dari kayu, tiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum. Kandang individu ini hanya diisi sepasang burung merpati balap tipe tinggian.

(23)

Kurungan lepas (Gambar 4) berfungsi untuk membawa burung merpati kelokasi burung merpati dilepas. Kurungan lepas ini memiliki kapasitas 12 ekor burung merpati jantan.

Gambar 3.Kurungan Lepas untuk Burung Merpati Balap Tipe Tinggian

Kurungan betina (Gambar 5) berfungsi untuk menyimpan merpati betina saat merpati jantan diterbangkan. Burung betina dimasukkan ke dalam kurungan pada saat pagi dan sore hari.

Gambar 4. Kurungan Betina

Peralatan

(24)

Manajemen Pemeliharaan Merpati Balap Tipe Tinggian

Cara Pemeliharaan

Pada pagi hari pukul 07.00 WIB burung merpati dikeluarkan dari kandang, sedangkan betina pasangannya dimasukkan ke dalam kurungan. Untuk melatih burung merpati jantan, dilakukan penerbangan bertahap dari jarak dekat sampai terjauh dengan dua kali ulangan.

Pada siang haripukul 10.00 WIB hari burung merpati dimandikan setelah itu dijemur di kurungan. Setelah kering langsung dimasukkan ke kandang. Pada sore hari pukul 15.00 WIB, burung merpati dikeluarkan dari kandang seperti halnya aktivitas pada pagi hari. Setelah itu dimasukkan ke kandang untuk diberi makan dan minum. Pakan dan minum diberikan secara ad libitum.

Cara Menjodohkan

Burung merpati jantan dan betina dikandangkan secara terpisah saat proses penjodohan, kemudian disatukan di dalam kandang dan dibiarkan beberapa saat. Apabila jantan bekur dan betina memberi tanda dengan menganggukkan kepalanya berarti burung merpati jantan dan betina sudah berjodoh, lalu keduanya dimandikan dan dijemur.

Waktu yang diperlukan untuk menjodohkan merpati adalah 3-7 hari. Apabila setelah 7 hari merpati tidak berjodoh, maka burung merpati betina diganti dengan yang lain. Ciri burung merpati yang sudah giring, pejantan akan bekur apabila didekatkan dengan betina lalu langsung mematuk kepala burung merpati betina dan burung merpati betina diam saja, apabila dibiarkan ada kalanya bulu yang ada di kepala burung merpati betina habis, jika jantan giringnya terlalu keras (agresif sekali).

Cara Melatih Terbang

Latihan terbangdilakukan secara bertahap dimulai dari jarak 5 m. Pada jarak yang sama diulang selama tiga kali terbang, kemudian jaraknya ditingkatkan sampai 4 km. Pada proses latihan terbang burung merpati dimulai dari kandang sampai jarak 4 km melalui 28 titik atau pos pelepasan burung merpati.

(25)

mengenal medan), sehingga apabila burung merpati yang dilatih tersesat, masih banyak waktu untuk pulang. Burung merpati yang sudah lama (sudah mengenal medan) dilatih pada sore hari.

Pemberian Pakan dan Minum

Pakan yang diberikan adalah jagung super yang berukuran kecil. Pakan diberikanad libitum hanya satu kali per hari yaitu pada sore hari. Pakan diberikan didalam kandang. Burung merpati yang sedang mengeram diberi pakan tambahan berupa pakan komersil broiler starter secara ad libitum, sedangkan untuk air minum selalu tersedia dikandang dan diluar kandang.

Prosedur Pencatatan Jarak dan Kecepatan Terbang

Penelitian ini mencatat kecepatan terbang setiap burung merpati jantan yang digunakan dalam penelitian. Setiap individu diberi identitas dengan memberi nama berdasarkan warna bulu hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam membedakan burung merpati tersebut. Gambar burung merpati yang dijadikan bahan penelitian dapat ditunjukan pada Gambar 6.

Pengukuran kecepatan terbang, dilakukan dengan tiga kali periode giring. Setiap periode giring dilakukan 10 kali penerbangan, pencatatan kecepatan terbang (m/detik) dilakukan per periode giring padasetiap individu burung merpati jantan.Jarak satu periode giring dengan periode giring berikutnya membutuhkan waktu sekitar dua minggu. Pada penelitian ini telur burung merpati tidak ditetaskan, telur burung merpati ditetaskan oleh burung merpati yang lainnya (babuan). Apabila telur burung merpati ditetaskan oleh induknya, maka pada periode giring berikutnya membutuhkan waktu sekitar tiga bulan.

(26)

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g) (h) (i)

(j)

Gambar 5. Burung Merpati Balap Tinggian yang Dijadikan Bahan Penelitian : (a) Jantan Kelabu; (b) Jantan Tritis; (c) Jantan Megan; (d) Jantan Hitam; (e) Jantan Gambir; (f) Jantan Megan; (g) Jantan Blorok; (h) Jantan Tritis Megan; (i) Jantan Blorok; (j) Jantan Kelabu Selap.

(27)

Pada saat burung merpati dilepas maka pencatatan waktu terbang mulai dicatat, ketika burung merpati sudah sampai dikandang maka joki segera melaporkan kepada joki yang melepas burung merpati bahwa burung sudah sampai dikandang. Selisih waktu antara waktu saat burung sampai di kandang dikurangi waktu saat merpati dilepas dicatat sebagai lama terbang dalam satuan menit.

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati adalah kecepatan terbang, pola dan ukuran tubuh burung merpati balap tipe tinggian.

1). Karakteristik kualitatif burung merpati balap tipe tinggian dengan mengamati bentuk badan, warna iris mata, tipe bulu sayap, tipe bulu ekor dan bentuk kepala. 2). Kecepatan terbang merpati dihitung dengan cara, kecepatan (v) adalah jarak

terbang (s) dibagi lama terbang (t), maka v = s / t.

3). Pola terbang burung merpati dikatagorikan (1) berputar lalu terbang lurus (2) langsung terbang lurus (3) terbang lalu ditengah perjalanan berputar dahulu setelah itu terbang lurus.

4). Ukuran tubuh burung merpati balap tipe tinggian, sebagai berikut : a). bobot badan, diperoleh melalui penimbangandalam satuan gram;

b). lingkar dada, diperoleh dengan melingkarkan pita ukur dari pangkal sayap kanan melalui tulang sternum hingga pangkal sayap kiri dengan menggunakan pita ukur dengan satuan cm (Gambar 7);

c). dalam dada, diukur tegak lurus dari tulang punggung hingga tulang sternum dengan menggunakan jangka sorong dengan satuan cm (Gambar 7);

d). lebar dada, diukur dari jarak tulang humerus kanan dan kiri dengan menggunakan jangka sorong dengan satuan cm (Gambar 7);

e). panjang punggung, diukur dari tulang last cervical vertebra hingga pangkal tulang ekor (vertebra caudales) dengan menggunakan pita ukur dengan satuan cm (Gambar 7);

f). panjang bulu sayap ke–10, diukur dari ujung tulang phalanx hingga ujung bulu sayap ke–10 dengan menggunakan pita ukur dengan satuan cm;

(28)

h). lebar pangkal ekor, diukur dari sisi kiri hingga sisi kanan pangkal ekor dengan menggunakan jangka sorong dengan satuan cm (Gmabr 7) dan

i). panjang bulu ekor, diukur dari pangkal ekor (tunggir) sampai ujung bulu ekor yang terpanjang (bulu ekor ke–6) dengan menggunakan pita ukur dengan satuan cm.

Analisis data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini disajikan secara deskriptif yaitu karakteristik kualitatif burung merpati balap tipe tinggian, kecepatan terbang burung merpati, pola terbang burung merpati dan ukuran tubuh burung merpati. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman dihitung untuk mengetahui keragaman dan keseragaman pada ukuran tubuh burung merpati balap tipe tinggian dengan menggunakan rumus Walpole (1992), yaitu

%

keterangan :

Σ = jumlah

KK = koefisien keragaman SBx = simpangan baku Xi = kecepatan terbang

X = rata-rata kecepatan terbang dan N = jumlah pengamatan

Kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian dilakukan selama tiga

kali giring. Kecepatan antar periode giring diuji dengan uji t dengan menggunakan

(29)

Keterangan :

= uji banding kecepatan terbang merpati balap antara periode giring satu dengan periode giring dua

= rataan kecepatan terbang merpati balap periode giring satu = rataan kecepatan terbang merpati balap periode giring dua

= simpangan baku = jumlah pengamatan

Data ukuran tubuh dan kecepatan terbang selanjutnya dihitung korelasinya (r). Apabila ada korelasi antara ukuran tubuh dan kecepatan terbang, maka dilanjutkan dengan melakukan perhitungan persamaan linier dengan rumus (Y=a+bX) Walpole (1992).

(30)

Keterangan : A = lingkar dada; B = dalam dada; C = lebar dada; D = panjang punggung; E = lebar pangkal ekor

Gambar 6. Bagian-bagian Tubuh Burung Merpati yang Diamati (CNRE, 2011) C

A

B D

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Burung Merpati Balap Tinggian

Karakteristik dari burung merpati balap tinggian sangat menentukan kecepatan terbangnya. Bentuk badan mempengaruhi hambatan angin, warna iris mata berpengaruh terhadap daya pengelihatan burung merpati balap tinggian, tipe bulu sayap berpengaruh terhadap kecepatan terbang, tipe bulu ekor berpengaruh terhadap kelincahan ketika terbang, bentuk kepala berpengaruh terhadap kecerdasan.

Karakteristik Kualitatif Bentuk badan

Bentuk badan burung merpati balap tipe tinggian yang baik memiliki bentuk badan yang gagah dan tegap. Berdasarkan pengamatan 100% burung merpati memiliki bentuk badan yang gagah dan tegap. Burung merpati yang terlalu besar akan mempengaruhi kecepatan terbangnya. Bentuk badan burung merpati balap tipe tinggian dapat ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Burung Merpati Balap Tipe Tinggian Berbadan Gagah dan Tegap

Warna iris mata

(32)

(a) (b)

Gambar 8. Burung Merpati Balap Tipe Tinggian dengan (a) Warna Mata Kuning dan (b) Mata Merah Saga

Tipe Bulu Sayap

Tipe bulu sayap yang rapat memudahkan burung merpati balap tinggian untuk terbang karena dapat mencapai jarak yang jauh dalam sekali kepakan. Berdasarkan pengamatan kerapatan bulu sayap memiliki nilai 100%. Kerapatan bulu sayap mengakibatkan ayunan kuat ketika bulu sayap disibakkan. Tulang sayap harus lurus, tebal dan kuat. Selain itu bulu sayap harus kering, tebal dan apabila direntangkan, reflek bulu sayap menempel atau merapat ketubuh sangat cepat. Tipe bulu sayap burung merpati balap tipe tinggian dapat ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 9. Tipe Bulu Sayap Burung Merpati Tipe Tinggian

Tipe Bulu Ekor

(33)

Gambar 10. Tipe Bulu Ekor Burung Merpati Balap Tipe Tinggian

Bentuk Kelapa

Bentuk kepala burung merpati balap tinggian pada pengamatan ada dua macam bentuk kepala yaitu jenong sebanyak 20 ekor (86,9%) (Gambar 11a) dan kepala perkutut 3 ekor (13,1%) (Gmabar 11b). Bentuk kepala jenong memiliki ukuran yang cukup besar dibandingkan dengan bentuk kepala perkutut. Burung merpati balap tipe tinggian yang memiliki bentuk kepala jenong biasanya memiliki karakter jatuh diatas kepala joki.

(a) (b)

Gambar 11. Burung Merpati Balap Tipe Tinggian dengan Bentuk Kepala (a) Jenong dan (b) Kepala Perkutut

Ukuran Tubuh Merpati Balap Tipe Tinggian

(34)

Tabel 1. Nilai Rataan, Simpangan baku dan Koefisien Keragaman dari Ukuran Tubuh Burung Merpati Balap Tipe Tinggian Jantan.

Ukuran Tubuh Rata-rata ± Sb (n=10) Kisaran KK (%)

Bobot Badan (g) 381 ± 31,07 330-420 8,15

Lingkar Dada (cm) 21,8±0,79 21-23 3,62

Dalam Dada (cm) 6,07±0,45 5,4-6,7 7,41

Lebar Dada (cm) 8,05±0,28 7,5-8,5 3,48

Panjang Punggung (cm) 12,3±1,16 11-14 9,43

Panjang Bulu Sayap (cm) 18,7±1,34 17-21 7,17

Lebar Bulu Ekor (cm) 4,96±0,46 4,3-5,7 9,27

Lebar Pangkal Ekor(cm) 3,96±0,49 3,3-4,7 12,37

Panjang Bulu Ekor (cm) 11,3±1,16 10-13 10,27

Berdasarkan Tabel 1, urutan nilai koefisien keragaman (KK) dari yang paling besar sampai paling kecil adalah lebar pangkal ekor (12,37%), panjang bulu ekor (10,27%), panjang punggung (9,43%), lebar bulu ekor (9,27%), bobot badan (8,15%), dalam dada (7,41%), panjang bulu sayap (7,17%), lingkar dada (3,62%) dan lebar dada (3,48%). Berdasarkan urutan tersebut, maka ukuran tubuh yang paling beragam adalah lebar pangkal ekor dan yang paling seragam adalah lebar dada. Lebar pangkal ekor dapat dijadikan penentu seleksi burung merpati balap tipe tinggian karena berpengaruh nyata negatif (P<0,05) terhadap kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian.

Lain halnya dengan penelitian Sucahyo (2005), ukuran tubuh yang paling beragam adalah lebar pangkal ekor (12,5%) dan yang paling seragam adalah lingkar dada (1,99%). Penyebab terjadinya perbedaan hasil penelitian adalah genetik dari burung merpati dan lingkungan sekitar.

Kecepatan Terbang

Pengukuran kecepatan terbang, dilakukan tiga kali periode giring pada tiap-tiap individu sehingga dihasilkan rataan (m/detik). Hasil rataan dan uji t kecepatan terbang burung merpati selama penelitian disajikan pada Tabel 2.

(35)

terbang antara periode I, II dan III tidak berbeda. Burung merpati pada penelitian ini dipilih yang sama dalam keadaan giring, sehingga saat memasuki masa bertelur dari 10 pasang burung merpati tidak berbeda jauh, sehingga burung merpati tidak diterbangkan. Berdasarkan pengamatan dilapangan, angin adalah faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan terbang burung merpati. Angin yang bergerak sangat kencang cenderung memperlambat terbang burung merpati yang bergerak berlawanan dengan arah angin. Angin yang kencang menyebabkan terbang burung merpati tidak terbang lurus dan cenderung berputar-putar.

Tabel 2. Rataan dan Uji t Kecepataan Terbang Burung Merpati Balap Tipe Tinggian

Periode Rataan±Sb (m/detik) t hit P-Value Uji t Keterangan : Sb = simpangan baku, tn = tidak nyata

Hubungan kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian antara giring yang satu dengan giring yang lain pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3. Nilai korelasi antara rataan periode I dan II, I dan III, II dan III dari hasil ini terlihat nilai korelasinya, sangat nyata (P<0,01) dikarenakan kecepatan tiap-tiap individu yang tidak berbeda seperti disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan pengamatan dilapangan kecepatan merpati terbang tinggi diduga dipengaruhi kondisi giring yang tinggi (rasa ingin menghampiri betina) sehingga kecepatan terbang yang dihasilkan maksimal.

Tabel 3. Nilai Korelasi antara Rataan Kecepatan Terbang Burung Merpati Balap Tipe Tinggian pada Periode Giring I, II dan III.

Periode R P-Value

I dan II 0,97 0,000

I dan III 0,952 0,000

II dan III 0,996 0,000

(36)

bertelur) umumnya merpati dalam kondisi giring yang tinggi sehingga kecepatan terbang yang dihasilkan maksimal. Menurut Tyne dan Berger (1976) faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan terbang burung adalah kecepatan angin, suhu dan motivasi terbang.

Pengaruh Ukuran Tubuh Merpati Balap Terhadap Kecepatan Terbang

Ukuran tubuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan burung merpati balap tipe tinggian. Tyne dan Berger (1976) menyatakan ukuran tubuh seperti lingkar dada, bobot badan, dalam dada, lebar dada, panjang punggung, panjang sayap, lebar pangkal ekor, lebar bulu ekor dan panjang bulu ekor sangat mempengaruhi bentuk badan burung.

Kecepatan terbang pada burung merpati salah satunya dapat dilihat dari faktor ukuran tubuh. Nilai korelasi kecepatan terbang dengan ukuran tubuh dapat dilihat pada Tabel 4.

Analisis korelasi pada Tabel 4 untuk lingkar dada, lebar dada, panjang punggung, panjang bulu sayap dan panjang bulu ekor tidak menunjukan hubungan yang nyata dengan kecepatan terbang. Bobot badan, dalam dada, lebar bulu ekor dan lebar pangkal ekor menunjukan hubungan yang nyata dengan kecepatan terbang.

Tabel 4. Nilai Korelasi Kecepatan Terbang dengan Ukuran Tubuh Burung Merpati Balap Tipe Tinggian.

Bagian Tubuh Korelasi

Bobot Badan -0,865A

Lingkar Dada -0,308

Dalam Dada -0,771A

Lebar Dada -0,564

Panjang Punggung -0,574

Panjang Bulu Sayap -0,616

Lebar Bulu Ekor -0,636a

Lebar Pangkal Ekor -0,722a

Panjang Bulu Ekor -0,574

Ket :Superskrip dengan huruf besar menunjukan perbedaan sangat nyata (P<0,01) Superskrip dengan huruf kecil menunjukan perbedaan nyata (P<0,05)

(37)

Berdasarkan hasil analisis korelasi ukuran tubuh dengan kecepatan terbang maka burung merpati yang memiliki kecepatan terbang tinggi pada penelitian ini memiliki bobot badan (330 g), dalam dada (5,4 cm), lebar bulu ekor (4,4 cm) dan lebar pangkal ekor (3,5 cm). Adapun burung yang masuk kriteria cepat terbang pada penelitian ini adalah berwarna megan. Burung jantan berwarna megan tersebut ditunjukkan pada Gambar 12.

Gambar 12. Burung Merpati yang Masuk Kriteria : a). Jantan dengan Warna Bulu Megan, dan b). Betina dengan Warna Bulu Coklat.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, para penggemar merpati balap tipe tinggian ketika menyeleksi atau memilih bahan burung yang akan dilatih untuk balap tinggi adalah bobot badan, panjang dan lebar bulu sayap, lebar bulu ekor. Alasan para penggemar ini berdasarkan pengalaman selama memelihara burung merpati.

Para penggemar ketika akan memilih burung merpati yaitu meraba atau memperhatikan bobot badannya. Mereka memilih burung merpati yang memiliki bobot badan yang tidak terlalu ringan, karena pada saat terbang burung merpati akan mengahadapi terpaan angin. Apabila tubuhnya terlalu kecil maka burung merpati akan terhempas oleh angin.

Para penggemar juga memperhatikan panjang dan lebar bulu sayap. Mereka memilih merpati yang memiliki bulu sayap panjang dan lebar. Bulu sayap panjang dan lebar akan memudahkan merpati ketika terbang, karena merpati dapat menempuh jarak yang jauh dalam sekali kepakan.

Para penggemar burung merpati tipe tinggian ketika memilih burung yang akan dilatih akan memperhatikan lebar bulu ekor. Mereka memilih merpati yang

A

(38)

memliki bulu ekor yang tidak terlalulebar, karena bulu ekor yang tidak terlelu lebar akan mempermudah merpati ketika mendarat.

Dari hasil penelitian ini ukuran tubuh yang dapat digunakan untuk seleksi burung merpati balap tipe tinggian adalah dalam dada (r= -0,7771), lebar bulu ekor (r= -0,636) dan lebar pangkal ekor (r= -0,722). Urutan seleksi berdasarkan keragaman adalah lebar pangkal ekor, lebar bulu ekor, dalam dada dan bobot badan.

Persamaan regresi kecepatan terbang burung merpati tipe tinggian dengan bobot badan, dalam dada, lebar bulu ekor dan lebar pangkal ekor dapat dilihat pada Tabel 5. Kecepatan terbang dengan bobot badan mempunyai nilai koefisien determinasi paling tinggi dibandingkan dengan dalam dada, lebar bulu ekor dan lebar pangkal ekor yaitu sebesar 71,7%. Persamaan regresi untuk kecepatan terbang dengan bobot badan adalah Y (kecepatan terbang) = 63,8 - 0,107 BB (bobot badan).

Tabel 5. Persamaan Regresi antara Kecepatan Terbang dengan Ukuran Tubuh Burung Merpati Balap Tipe Tinggian

Persamaan Regresi P-Value R-Sq(adj)

---%---

Y = 63,8 - 0,107 BB 0,001 71,7

Y = 63,2 - 6,65 DD 0,009 54,3

Y = 49,2 - 5,31 LBE 0,048 33,0

Y = 45,6 - 5,74 LPE 0,018 46,2

Keterangan: Y = kecepatan terbang; BB = bobot badan; DD = dalam dada; LBE = lebar bulu ekor; LPE = lebar pangkal ekor

Persamaan regresi dari kecepatan terbang dengan bobot badan memiliki nilai yang paling besar yaitu 71,7% daripada yang lainnya, akan tetapi volume bobot badan dapat berubah, sehingga bobot badan sulit dijadikan penduga burung merpati yang memiliki kecepatan terbang tinggi. Dalam dada memiliki nilai terbesar ke-2 dari bobot badan dengan nilai 54,3%, oleh karena itu dalam dada bisa dijadikan penduga burung merpati yang memiliki kecepatan terbang tinggi.

Pola Terbang

(39)

Tabel 6. Pola Terbang dan Kecepatan Terbang Burung Merpati Balap Tipe Tinggian.

No Pola terbang Ekor Persentase Kecepatan terbang

(n=10) ---%--- (m/detik)

1 Berputar lalu terbang lurus 2 20 18,65-18,69

2 Langsung terbang lurus 4 40 23,62-29,18

3 Terbang lalu ditengah perjalanan berputar dahulu setelah itu terbang lurus

4 40 20,18-21,94

Pola terbang burung merpati balap tipe tinggian, berputar lalu terbang lurus, langsung terbang lurus danterbang ditengah berputar lalu terbang lurus. Masing-masing pola terbang memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya :

1) Polaberputar lalu terbang lurus, yaitu burung merpati waktu awal terbang naik ke atas setelah itu berputar-putar sampai puncak ketinggian dan setelah itu burung langsung terbang lurus. Terdapat 2 ekor burung merpati (20%) (warna kelabu dan tritis dengan kecepatan rata-rata masing-masing 18,69 dan 18,65 m/detik), yang mempunyai pola terbang berputar lalu terbang lurus. Pola terbang ini mempunyai kekurangan, yaitu waktu terbang menjadi lebih lama.

2) Pola langsung terbang lurus, yaitu burung merpati pada awal terbang burung merpati naik ke atas setelah itu terbang langsung lurus sampai puncak ketinggian. Terdapat 4 ekor burung merpati (40%) (warna megan, hitam, gambir dan megan 2 dengan kecepatan rata-rata masing-masing 23,62; 25,39; 28,88 dan 29,18 m/detik), yang mempunyai pola terbang langsung terbang lurus. Kelebihan pola langsung terbang lurus yaitu burung merpati cepat sampai ke tujuan.

(40)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa burung merpati balap tipe tinggian yang memiliki kecepatan terbang tertinggi (29,18 m/detik) mempunyai pola terbang langsung terbang lurus, bobot badan (330 g), lingkar dada (22 cm), dalam dada (5,4 cm), lebar dada (8 cm), panjang punggung (12 cm), panjang bulu sayap (18 cm), lebar bulu ekor (4,4 cm), lebar pangkal ekor (3,5 cm) dan panjang bulu ekor (11 cm).

Ukuran tubuh burung merpati balap tipe tinggian yang memiliki korelasi dengan kecepatan terbang adalah bobot badan (-0,865), dalam dada (-0,771), lebar bulu ekor (-0,636) dan lebar pangkal ekor (-0,722).

Ukuran tubuh merpati terbang tinggian yang paling beragam adalah lebar pangkal ekor (KK=12,37%) dan yang paling seragam adalah lebar dada (KK=3,48%). Lebar pangkal ekor paling efektif untuk diseleksi.

Saran

Perlu penelitian lebih lanjut tentang;

1. Morfologi burung merpati balap tipe tinggian, sehingga para pembeli mengerti ciri-ciri burungmerpati tinggian yang baik.

(41)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Kecepatan Terbang Burung Merpati Balap Lokal (Tipe Tinggian)”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Sri Darwati, M,Si sebagai dosen pembimbing utama dan Ibu Maria Ulfah, S.Pt., MSc.Agr.sebagai dosen pembimbing kedua yang telah banyak membantu dengan tulus, baik dan sabar dalam pembuatan proposal, pelaksanaan penelitian di lapangan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga ucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Rukmiasih, M,Si dan Ir. Dwi Margi Suci, M,Si sebagai dosen penguji ujian siding dan dosen penguji seminar Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc terimakasih atas ilmu dan sarannya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ayah dan ibu tercinta yang telah banyak memberikan dukungan baik moral, spiritual, material, nasihat, dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan kewajiban belajar selama ini. Kakakku Ardiansyah Paramita, Chirstina Yulia dan Rosaria Upami Syahril dan Adikku Ferdiansyah yang penulis sayangi, terima kasih buat doa dan dukungannya selama Penulis menjalankan perkuliahan hingga penulisan skripsi ini. Nida Handayani terimakasih atas cinta, dukungan, doa dan kasih sayangnya yang sangat berharga bagi Penulis. Mudah-mudahan kita bisa meraih semua harapan dan cita-cita kita.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman di kandang burung merpati Tanah Merah Lama yang telah memberikan dukungan untuk melakukan penelitian, Penulis ucapkan terima kasih pula atas bantuannya selama penelitian hingga penulisan skripsi ini.

(42)

semua doa dan dukungannya. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Terakhir Penulis ucapkan terima kasih kepada semua dosen dan pegawai di Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, September 2011

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Blakely, J. & D. A. Bade.1998. Ilmu Peternakan (Terjemahan B. Srigandono dan Soedarsono) Edisi Ke-4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

CNRE. 2011. Pigeon Skeleton. http://cnre.vt.edu/fisheries/ornithology/birdskeleton. [21 Juli 2011] 

Darwati, S. 2003. Seleksi merpati lokal sebagai performing breed berdasarkan ketangkasan Tumbler. http://rudyct.tripod.com/sem2_023/sri_darwati. htm [23September 2010]

Djanah, D & Sulistyani. 1986. Beternak Merpati. CV Simplex. Jakarta.

Google Map. 2011. Google Data Peta. http://maps.google.com. [22 September 2011]

Hatmono, H.2001. Beternak Burung Merpati Potong Sistim Tower. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Maylinda, S. 2003. Breeding burung merpati. http://hmpt.brawijaya.ac.id /breedingmerpati.htm. (8 oktober 2010)

Mosca, F. 2000. Basic pigeon genetic. http://www.Angelfire .com. [8 Oktober 2010]

Levi, M. W. 1945. The Pigeon. 2nded. The R. L. Bryan Company, Columbia. California.

Ritchison, G. 2008. Brid Flight II. http://people.eku.edu/ritchisong/554notes3.html. [21 Juli 2011]

Salis, R. 2002. Studi fenotipe burung merpati lokal. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Peternaian Bogor. Bogor.

Sucahyo. 2005. Karakteristik burung merpati balap tinggi. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Peternaian Bogor. Bogor.

Soeseno, A.2003. Memelihara dan Beternak Burung Dara. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Sumadi, I. K. 1991. Pengaruh pengganti susu tembolok dengan susu atau telur sebagai pakan awal terhadap performans piyik. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sutejo. 1998. Merpati Balap. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tanubrata, H & U. S. R. Syammkhard. 2004. Menghasilkan Merpati Balap Sprint Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

(44)

Tyne, J. V. & A. J. Berger. 1976. Fundamentals of Ornithology. 2nded. A Willey Interscience Publication.John Willey and Sons. NewYork-London-Sidney-Torontalo.

Walpole, A. E. 1992. Pengantar Statistik. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

(45)
(46)

Lampiran 1. Persamaan Linier Antara Bobot Badan Merpati Balap Tipe Tinggian dengan Kecepatan

Sumber Keragaman db JK KT F P

Regresi 1 100,40 100,40 23,79 0,001

Galat 8 33,77 4,22

Total 9 134,171

Lampiran 2. Persamaan Linier Antara Dalam Dada Merpati Balap Tipe Tinggian dengan Kecepatan Terbangnya.

Sumber Keragaman db JK KT F P

Regresi 1 79,697 79,697 11,70 0,009

Galat 8 54,474 5,809

Total 9 134,171

Lampiran 3. Persamaan Linier Antara Lebar Bulu Ekor Merpati Balap Tipe Tinggian dengan Kecepatan Terbangnya

Sumber Keragaman db JK KT F P

Regresi 1 54,242 54,242 5,43 0,048

Galat 8 79,929 9,991

Total 9 134,171

Lampiran 4. Persamaan Linier Antara Lebar Pangkal Ekor Merpati Balap Tipe Tinggian dengan Kecepatan Terbangnya

Sumber Keragaman db JK KT F P

Regresi 1 69,958 69,958 8,72 0,018

Galat 8 64,213 8,027

(47)

Lampiran 5. Nilai Kecepatan Terbang Merpati Balap Tipe Tinggian pada Periode

Giring ke 1, 2 dan 3

Individu Periode Rata-rata

I II III

Kelabu 18,26 18,87 18,96 18,69

Tritis 18,02 18,87 19,05 18,65

Megan 23,39 22,99 22,22 23,62

Hitam 24,09 22,86 22,1 25,39

Gambir 26,67 28,78 28,17 28,88

Megan 2 27,78 28,57 28,17 29,18

Blorok 20,2 20,1 20,2 20,18

Tristis megan 20,2 20,1 20,3 20,21

Blantong 21,98 22,1 21,74 21,94

Kelabu selap 21,98 22,1 21,74 21,94

Rataan per periode 22,26 22,53 22,27

(48)
(49)

Lampiran 7. Hasil Nilai Korelasi Ukuran Tubuh Burung Meparti dengan Kecepatan Terbang

Lingkar dada 0,598

(50)
(51)

Lampiran 9. Istilah – istilah pada Burung Merpati

Giring pejantan akan bekur apabila didekatkan dengan betina serta langsung mematuk kepala merpati betina, pejantan mengikuti betina pasangannya

Klepek memanggil burung merpati pejantan dengan cara menggunakan burung merpati betina dengan cara mengayun-ayunkan burung merpati betina

Bekur suara yang dikeluarkan pejantan saat melihat burung merpati betina

Babuan induk pengganti

Meloloh induk memberi makan atau menyuapi anaknya

Untulan burung merpati yang sudah hafal kandang dan lingkungan sekitar

Joki perawat atau pelatih burung merpati

Tembak mendarat

Pagupon kandang

Piyik anak burung merpati umur 0 hari sampai satu bulan

(52)

KECEPATAN TERBANG BURUNG MERPATI BALAP LOKAL

(TIPE TINGGIAN)

 

 

 

 

 

SKRIPSI RIDWANSYAH

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(53)

ABSTRACT

The Flight Speed Of Local Racing Pigeon (Heigth Type)

Ridwansyah, S. Darwati, M. Ulfah

Local racing pigeon is one of Indonesia’s livestock which must be conserved. There are two types of racing pigeon, namely the high racing and the sprint racing type. The purpose of this research was to know the flight speed and the flight pattern of racing pigeon. The research was conducted in south Rawamangun Street, Gg. Kana Tanah Merah Lama, East Jakarta. Fourty six local pigeons (23 males and females respectively) were used in this study. The distance to release the pigeons was 4km from the cage. The data were presented descriptively. The standard deviation, coefficient of variability, and the mean was calculated using the formula “coefficient of variation”(Walpole, 1992). Research results show that the characteristic of racing pigeon which produced the highest flight speed (29,18 m/second) were the “megan” feather colour, staightly fly pattern, 330 g of body weight, 22 cm shest circumfence, 5,4 cm of depth chest, 8 cm length back, 18 cm wing feather, 4,4 cm tail and 3,5 cm length tail.

(54)

RINGKASAN

RIDWANSYAH. D14086022. Kecepatan Terbang Burung Merpati Balap Lokal (Tipe Tinggian). Program Alih Jenis Teknologi Produksi Ternak. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Sri Darwati MSi.

Pembimbing Anggota : Maria Ulfah, S.Pt., MSc.Agr.

Karakteristik dari burung merpati balap tinggian sangat menentukan kecepatan terbangnya. Bentuk badan mempengaruhi hambatan angin, warna iris mata berpengaruh terhadap daya pengelihatan burung merpati balap tinggian, tipe bulu sayap berpengaruh terhadap kecepatan terbang, tipe bulu ekor berpengaruh terhadap kelincahan ketika terbang, bentuk kepala berpengaruh terhadap kecerdasan. Burung merpati balap tipe tinggian yang memiliki kecepatan terbang yang paling cepat memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Sampai saat ini di Indonesia belum tersedia data lengkap tentang karakteristik merpati balap tipe tinggian sehingga perlu dilakukan penelitian tentang kecepatan terbang dan pola terbang burung merpati balap tinggi.

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Jakarta, tepatnya Rawamangun Selatan, Gg. Kana Tanah Merah Lama, Jakarta Timur. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 46 ekor burung merpati lokal terdiri dari 23 pasang burung merpati jantan dan betina yang berumur 9 bulan samapi 12 bulan. Jarak melepaskan burung merpati pada penelitian ini sekitar 4 km. Waktu terbang diukur dengan cara sewaktu burung merpati dilepas dari tempat diterbangkan, joki yang melepas memberi aba-aba melalui handphone kepada joki yang berada di kandang bahwa burung merpati siap dilepas.

Peubah yang diamati adalah karakteristik kualitatif, kecepatan terbang, pola terbang dan ukuran tubuh burung merpati balap tipe tinggian. Data disajikan secara deskriptif tentang karakteristik kualitatif, kecepatan terbang, pola terbang dan ukuran tubuh burung merpati balap tipe tinggian. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragamannya dihitung untuk mengetahui keragaman dan keseragaman pada ukuran tubuh burung merpati balap tipe tinggian dengan menggunakan rumus koefisien keragaman (Walpole, 1992). Kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian dilakukan selama tiga kali giring. Kecepatan antar periode giring diuji dengan uji t dengan menggunakan rumus (Walpole, 1992).

Nilai koefisien keragaman (KK) dari yang paling besar sampai paling kecil adalah lebar pangkal ekor (12,37%), panjang bulu ekor (10,27%), panjang punggung (9,43%), lebar bulu ekor (9,27%), bobot badan (8,15%), dalam dada (7,41%), panjang bulu sayap (7,17%), lingkar dada (3,62%) dan lebar dada (3,48%). Berdasarkan urutan tersebut, maka ukuran tubuh yang paling beragam adalah lebar pangkal ekordan yang paling seragam adalah lebar dada. Lebar pangkal ekor dapat dijadikan penentu seleksi burung merpati balap tipe tinggian karena berpengaruh nyata negatif (P<0,05) terhadap kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian.

(55)

lingkar dada, lebar dada, panjang punggung, panjang bulu sayap dan panjang bulu ekor tidak menunjukkan hubungan yang nyata dengan kecepatan terbang. Bobot badan, dalam dada, lebar bulu ekor dan lebar pangkal ekor menunjukkan hubungan yang nyata dengan kecepatan terbang.

Pada pengamatan di lapang diperoleh beberapa pola terbang burung merpati balap tinggian yaitu 1). Pola berputar lalu terbang lurus (burung merpati warna kelabu dan tritis) dengan kecepatan rata-rata masing-masing 18,69 dan 18,65 m/detik, 2). Pola langsung terbang lurus (burung merpati warna megan, hitam, gambir dan megan 2). Dengan kecepatan rata-rata masing-masing 23,62; 25,39; 28,88 dan 29,18 m/detik, 3). Terbang lalu ditengah perjalanan dahulu setelah itu terbang lurus (burung merpati warna blorok, tritis megan, blantong dan kelabu selap) dengan kecepatan rata-rata masing-masing 20,18; 20,21; 21,94 dan 21,94 m/detik. Burung merpati balap tinggian yang memiliki kecepatan terbang tertinggi (29,18 m/detik) mempunyai pola terbang langsung terbang lurus, bobot badan (330 g), lingkar dada (22 cm), dalam dada (5,4 cm), lebar dada (8 cm), panjang punggung (12 cm), panjang bulu sayap (18 cm), lebar bulu ekor (4,4 cm), lebar pangkal ekor (3,5 cm) dan panjang bulu ekor (11 cm).

Kata kunci : Burug Merpati, Karakteristik, Kecepatan Terbang, Pola terbang, Ukuran Tubuh.

(56)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Burung merpati balap di masyarakat dipelihara untuk kesenangan atau hobi, akan tetapi tidak semua masyarakat memelihara burung merpati balap tipe tinggian. Penggemar atau penghobi burung merpati balap tipe tinggian memelihara burung merpati untuk dilombakan kecepatan terbangnya. Burung merpati balap tipe tinggian yang memiliki kecepatan terbang yang paling cepat memiliki nilai jual yang sangat tinggi.

Fenotipe burung merpati balap tipe tinggian masih beragam di lapang, demikian halnya dengan kecepatan terbangnya. Adapun informasi ukuran tubuh untuk menentukan burung merpati balap tipe tinggian yang cepat terbangnya belum banyak informasinya, juga kriteria untuk memilih burung merpati balap tipe tinggian yang memiliki kemampuan terbang cepat tersebut diantara penggemar burung merpati balap tipe tinggian masih beragam.

Informasi kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian belum banyak, karena pada saat burung merpati balap tipe tinggian dilombakan jarang dicatat kecepatan terbangnya. Oleh karenanya penelitian ini mengukur kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian yang dilepas pada jarak 4 km dari kandang serta beberapa ukuran tubuh yang diduga berpengaruh terhadap kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian.

Tujuan

(57)

TINJAUAN PUSTAKA

Burung Merpati

Burung merpati termasuk kedalam kelas unggas yang telah lama dikenal di Indonesia dengan sebutan burung dara (Gambar1). Burung merpati merupakan spesies paling terkenal dalam keluarga Columbidae. Menurut Levi (1945), Taksonomi burung merpati adalah sebagai berikut :

Kelas : Aves

Sub Kelas : Neornithes Super Ordo : Columbiformes

Sub Ordo : Columbae

Famili : Columbidae

Genus : Columba

Spesies : Columba livia

Gambar 1. Burung Merpati

Burung merpati termasuk hewan bertulang belakang dan berdarah panas. Suhu tubuhnya sekitar 41oC, bentuk tubuhnya sesuai untuk kehidupan udara maupun darat karena memiliki sayap yang panjang untuk terbang dan kaki yang sesuai untuk berjalan dan bertengger tanpa kesulitan. Lehernya panjang dan fleksibel, kepala besar sehingga memberikan kapasitas bagi otak yang besar, tubuhnya kompak, kaku dan bagian vitalnya terlindung dengan baik dari serangan musuh (Levi, 1945).

(58)

susu tembolok yaitu suatu cairan yang berwarna krem menyerupai air susu yang dikeluarkan dari tembolok induk jantan maupun betina.

Menurut Sumadi (1991), crop milk yang diproduksi oleh tembolok induk burung merpati memiliki bentuk fisik menyerupai keju dan diproduksi sebelum telur menetas. Cairan inilah yang diberikan induk burung merpati kepada piyik dengan cara meloloh dan memompa ke dalam mulut piyik. Levi (1945) menyatakan, bahwa burung merpati jantan merupakan satu-satunya vertebrata jantan yang menghasilkan makanan dan melolohkan pada anaknya.

Manfaat Burung Merpati

Burung merpati atau burung dara sejak dahulu telah dimanfaatkan untuk menghasilkan daging, hias, balap dan bahkan untuk keperluan komunikasi (burung merpati pos). Burung merpati yang tergolong tumbler (akrobat merpati di udara diseleksi berdasarkan ketegaran dan penampilan yang terkontrol diudara (Blakely dan Bade, 1998). Burung merpati balap yang memiliki kualitas yang baik digemari oleh anak-anak maupun orang tua. Jenis ini jarang dikonsumsi kecuali burung merpati sortiran yang kualitas terbangnya kurang baik. Jenis burung merpati balap antara lain Racing Homer dan persilangan dengan burung merpati lokal (Hatmono, 2001).

Djanah dan Sulistyani (1986) menyatakan, bahwa apabila pemeliharaan burung merpati dilakukan secara intensif, maka pemeliharaan yang awalnya hanya bersifat hobi dapat diubah dan ditingkatkan menjadi hobi menguntungkan yang dapat

menambah penghasilan keluarga.

Menurut Tanubrata dan Syamkhard (2004), bagi peternak burung merpati balap yang telah mempunyai nama, beternak burung merpati merupakan ladang usaha yang menguntungkan. Harga seekor atau sepasang burung merpati balap sangat bervariasi, burung merpati jantan dewasa yang mempunyai kualitas terbang dan keturunan baik dapat mencapai harga 5 juta rupiah bahkan lebih, sedangkan burung merpati jantan bakalan berharga sekitar 500 ribu rupiah.

(59)

betinanya. Burung merpati terbang tinggi diterbangkan dari suatu tempat yang jauh (minimal 2 km), dengan demikian dapat terbang tinggi dan akrobat di udara, sehingga atraksi tersebut dapat dinikmati oleh para penggemar.

Merpati Balap Tipe Tinggian

Menurut Yonathan (2003), burung merpati tipe tinggian sering juga disebut burung merpati kentongan karena ketika dilombakan, kentongan akan dipukul sebagai isyarat bahwa adaburung merpati yang masuk pagupon (kandangnya). Ciri burung merpati balap tipe tinggian yang baik adalah ketika terbang sering menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan untuk mencari tanda yang terdapat di pagupon.

Karakteristik Merpati Balap Tinggian

Yonathan (2003) menyatakan, bahwa bentuk mata burung merpati balap biasanya bulat jernih dan pandangannya terlihat garang. Kornea mata berwarna hitam dengan lingkaran yang mengelilingi kornea berwarna kuning tua.

Warna burung merpati masih bervariasi (Maylinda, 2003). Warna bulu burung merpati terdiri atas tiga warna dasar yaitu hitam, coklat dan merah (Mosca, 2000). Ketiga warna ini akan membentuk variasi warna lain, yaitu warna megan, gambir, blantong, tritis dan blorok (Salis, 2002).

Pada burung merpati juga terdapat bulu halus yang tampak mengkilap seperti sutra, bila dipegang akan terasa licin dan halus seperti kapas. Apabila dilihat sepintas seolah-olah bulu ini berminyak dan apabila disiram air sulit menempel (Sutejo, 1998).

Menurut Yonathan (2003), bulu ekor berfungsi sebagai pengendali ketika terbang untuk berbelok, turun dan berhenti. Levi (1945) menyatakan, bulu ekor terdiri atas bulu ekor penutup bagian atas, bulu ekor utama dan bulu ekor bagian bawah. Bulu ekor bagian utama mempunyai peran yang penting ketika burung merpati terbang.

(60)

tubuh sehingga menambah kecepatan terbang. Bulu sayap primer merupakan bagian terpenting pada saat burung terbang karena berfungsi seperti baling-baling ketika burung terbang.

Burung merpati balap yang baik, memiliki jarak antara bulu sayap rapat karena kerapatan tersebut akan mengakibatkan ayunan kuat jika dikepakkan. Tulang bulu sayap harus lurus, tebal dan kuat. Selain itu bulu sayap harus kering, tebal dan apabila direntangkan, reflek menutupnya sangat cepat. Burung merpati balap yang baik memiliki tubuh sehat, kekar dan berpenampilan gagah. Jika sedang berdiri dadanya membusung. Tubuh merpati yang sehat dan kekar tidak sama dengan merpati yang gemuk karena bila diangkat, bobot badannya tidak terlalu berat tetapi padat (Yonathan, 2003).

Burung merpati balap yang unggul memiliki daging yang gembur atau empuk dengan dibungkus kulit ari yang tipis dan bersih. Apabila dipegang, merpati balap terasa ringan meskipun tubuhnya kelihatan besar. Burung merpati balap yang baik memiliki bentuk kepala lonjong tidak terlalu besar atau kecil. Kepala yang terlalu besar menyebabkan merpati tidak dapat terbang cepat dan saat tembak (jatuh ke tangan joki) menjadi lamban (Sutejo, 1998).

Kecepatan Terbang Burung Merpati Balap

Tyne dan Berger (1976) menyatakan, faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan terbang burung merpati adalah (1) kecepatan angin, (2) suhu, (3) motivasi terbang. Menurut Tritunggal Pigeon Farm (2010), faktor lain yang mempengaruhi kemampuan seekor burung merpati untuk terbang tinggi, terbang cepat, dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu : bobot badan harus seringan mungkin, kerangka tulang yang kuat dan ringan, bulu yang baik, bulu sayap dan ekor yang kuat, tebal dan rapat dan burung merpati harus memiliki mata yang baik sehingga dapat melihat jarak jauh.

Pola Terbang

(61)

efektif, tentu saja memerlukan massa tertentu dan sebagai akibatnya, hanya burung besar, seperti burung pemakan bangkai, meluncur secara teratur (Ritchison, 2008).

Manajemen Pemeliharaan Merpati Balap Tipe Tinggian Kandang dan Pengenalan Kandang Merpati Balap

Menurut Yonathan (2003), kandang burung merpati balap tipe tinggian sebaiknya ditempatkan 3-5 m di atas permukaan tanah. Menurut Sutejo (1998), kandang burung merpati balap sebaiknya tidak menempel pada tanah. Kebersihan kandang harus selalu diperhatikan, karena kandang yang kotor dapat menjadi sumber bibit penyakit. Burung merpati balap hendaknya dimandikan minimal satu minggu sekali untuk menjaga kebersihan bulu agar tampak bersih, mengkilap, rapih serta bebas dari serangan penyakit atau kutu.

Pengenalan kandang dilakukan sedini mungkin, dimulai sejak merpati belajar terbang. Kegagalan dalam pengenalan kandang sangat merugikan, karena resikonya adalah kehilangan burung merpati. Pengenalan kandang untuk burungmerpati yang baru dilatih dapat menggunakan burung merpati pembantu (untulan) yang sudah hafal kandang dan lingkungan sekitarnya. Latihan terbang dilakukan dengan jarak yang meningkat secara bertahap dan dilakukan secara berulang-ulang agar burung mengenal lingkungan sekitar (Soeseno, 2003).

Pemberian Pakan dan Minum pada Merpati Balap Tipe Tinggian

Pakan merupakan komponen penting yang harus diperhatikan pada pemeliharaan burung merpati balap. Pemberian pakan harus efisien. Jenis pakan untuk burung merpati balap tinggian tidak berbeda dengan burung merpati lainnya, akan tetapi perlu diperhatikan volume (jumlah pakan) yang diberikan. Jika volume pakan yang diberikan berlebih atau jenis pakannya tidak tepat, perkembangan burung merpati akan terganggu. Pemberian pakan yang efisien berpengaruh positif terhadap perkembangan merpati (Yonathan, 2003).

Gambar

Gambar 1. Burung Merpati
Gambar 3.Kurungan Lepas untuk Burung Merpati Balap Tipe Tinggian
Gambar 5. Burung Merpati Balap Tinggian yang Dijadikan Bahan Penelitian : (a)
Gambar 6. Bagian-bagian Tubuh Burung Merpati yang Diamati (CNRE, 2011)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berat hidup akhir squab , persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki dan persentase karkas squab pada burung merpati Lokal dan Homer baik yang jantan maupun

Karakteristik kualitatif pada burung merpati tinggi jantan didominasi oleh warna iris mata kuning, warna bulu tritis, bentuk kepala bulat,dan bentuk badan jantung

Pada penelitian ini terdapat empat (4) fenotipe iris mata pada burung merpati lokal, yaitu coklat (bull eye), kuning (red and orange), putih (pearl eye) dan lip-lap (perpaduan

Ukuran tubuh yang berbeda antara burung merpati balap datar dengan balap tinggi dan pedaging adalah berat badan, lingkar dada, panjang punggung, dan panjang bulu sayap

Menurut Tritunggal Pigeon Farm (2010), faktor lain yang mempengaruhi kemampuan seekor burung merpati untuk terbang tinggi, terbang cepat, dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan infeksi helminthiasis pada burung merpati lokal melalui pemeriksaan feses dengan metode natif, metode sedimen, dan

Melakukan pencataan mengenai karakteristik merpati balap dan merpati tinggi jantan lokal, meliputi karakteristik kualitatif meliputi: warna iris mata, bentuk kepala, bentuk badan,

Karakteristik kualitatif pada burung merpati tinggi jantan didominasi oleh warna iris mata kuning, warna bulu tritis, bentuk kepala bulat,dan bentuk badan jantung