• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Gizi Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai Gizi Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI GIZI DAGING SQUAB BURUNG MERPATI LOKAL

DAN HOMER PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA

SKRIPSI

WIWIT NURWITASARI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

NILAI GIZI DAGING SQUAB BURUNG MERPATI LOKAL

DAN HOMER PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA

WIWIT NURWITASARI D14201004

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(3)

NILAI GIZI DAGING SQUAB BURUNG MERPATI LOKAL

DAN HOMER PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA

Oleh

WIWIT NURWITASARI D14201004

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 8 Maret 2006

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. M.M Siti Sundari K Ir. Sri Darwati, MSi

NIP130 256 390 NIP 131 849 383

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(4)

RINGKASAN

WIWIT NURWITASARI. D14201004. 2006. Nilai Gizi Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. M. M. Siti Sundari K. Pembimbing Anggota : Ir. Sri Darwati, MSi

Daging merupakan salah satu komoditi asal ternak yang penting sebagai sumber protein hewani bagi manusia. Daging squab (piyik) burung merpati mempunyai kekhasan yang berbeda dibandingkan dengan daging unggas yang lainnya. Daging burung merpati memiliki warna daging yang merah, serat daging yang halus, kandungan kolesterol yang rendah dan mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi. Produksi daging squab burung merpati di Indonesia belum banyak seperti daging unggas lain, sehingga harga daging squab burung merpati cukup mahal. Masyarakat belum banyak mengetahui informasi mengenai nilai gizi dari daging squab burung merpati, sehingga konsumen daging squab jumlahnya terbatas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai gizi (kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kolesterol) daging squab burung merpati Lokal dan Homer baik jantan maupun betina. Selain itu memperoleh informasi tambahan mengenai berat hidup akhir squab, berat dan persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki, berat dan persentase karkas squab.

Penelitian ini dilakukan di tiga tempat yaitu di Balai Penelitian Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (BPT HMT) Malang Jawa Timur, Universitas Brawijaya dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2005. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok pola Faktorial dengan lima ulangan dan ulangan sebagai kelompok. Faktor yang diamati ada dua, faktor pertama adalah jenis burung merpati yaitu Lokal dan Homer, faktor yang kedua adalah jenis kelamin yaitu jantan dan betina. Nilai gizi yang diamati adalah kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kolesterol, selain itu diukur juga berat hidup akhir squab, berat dan persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki, berat dan persentase karkas squab. Semua peubah dianalisis ragam (ANOVA), apabila berbeda nyata diuji lanjut dengan Least Squares Means. Kandungan kolesterol dianalisis secara komposit, sehingga dibahas secara deskriptif.

Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: kadar air squab burung merpati Lokal dan Homer baik jantan maupun betina yaitu 70,14%-71,66% tidak berbeda nyata. Kadar protein squab burung merpati Homer jantan dan betina berturut-turut yaitu 19,15% dan 17,71% lebih tinggi dibandingkan Lokal jantan dan betina berturut-turut yaitu 18,03% dan 16,42%. Kadar lemak squab burung merpati Lokal yaitu 9,38% dan Homer yaitu 8,79% tidak berbeda nyata. Kadar lemak squab burung merpati jantan yaitu 8,57% lebih rendah dibandingkan betina yaitu 9,61%. Kolesterol squab burung merpati Lokal yaitu 82,19 mg/100g tidak jauh berbeda dengan Homer yaitu 80,72 mg/100g.

(5)

karkas termasuk kepala, leher dan kaki yaitu 56,59%; berat karkas yaitu 147,67 g; dan persentase karkas yaitu 47,83%lebih tinggi dibandingkan squab burung merpati Lokal masing-masing yaitu 271,90 g; 143,70 g; 52,83%; 115,79 g dan 42,56%. Berat hidup akhir; berat dan persentase karkas termasuk kepala, leher dan kaki; berat dan persentase karkas squab burung merpati jantan masing-masing yaitu 296,10 g; 164,35 g; 55,34%; 136,10 g dan 45,76% dan betina masing-masing yaitu 283,47 g; 153,92 g; 54,09%; 127,36 g dan 44,63% tidak berbeda nyata.

Kadar air dan kadar protein squab burung merpati Lokal dan Homer baik jantan maupun betina seragam. Kadar lemak squab burung merpati jantan lebih seragam dibandingkan betina baik pada squab burung merpati Lokal maupun Homer. Berat hidup akhir squab, persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki dan persentase karkas squab pada burung merpati Lokal dan Homer baik yang jantan maupun betina seragam.

(6)

ABSTRACT

Nutrition Value of The Local and Homer Pigeon Squab Meat in Different Sex Nurwitasari, W., M.M.S. Sundari K, and S, Darwati

This research was conducted to study the meat nutrition value of Local and Homer pigeon meat in different strain and sex. The results of the experiment showed that there was not interaction in species and sex on all variables. There was not significantly different in the water content of the male as will as female Local and Homer pigeon squab (70,14%-71,66%). The protein content of Homer pigeon squab male and female were 19,15% and 17,71% respectively, these were higher than those of the male and female of the Local pigeon squab (18,03% and 16,42%). The fat content of male squab pigeon was 8,57%, it was lower than that of the female (9,61%). The cholesterol of Local squab pigeon was 82,19 mg/100g was not very different than Homer was 80,72 mg/100g. Homer pigeon squab has slaughter weight 307,67 g; carcass weight includes head, neck and leg was 174,57 g; carcass percentage includes head, neck and leg was 56,59%; carcass weight was 147,67 g and carcass percentage was 47,83% higher than Local. Slaughter weight; carcass weight includes head, neck and leg; carcass percentage includes head, neck and leg; carcass weight and carcass percentage were not significantly. Water and protein of contents Local and Homer pigeon squab in male and female were not variant. Fat content of male pigeon squab was not higher variant than female in Local and Homer. Slaughter weight; carcass percentage includes head, neck and leg and carcass percentage Local and Homer in male and female were not variant.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 8 Maret 1983 di Cianjur Jawa Barat. Penulis

adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Anwar Karnawi dan Ibu

A. Rokayah.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SDN Pebayuran 1.

Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SMPN 1

Pebayuran dan Pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2001 di

SMUN 5 Karawang.

Pada tahun 2001, Penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi

Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (USMI). Penulis terdaftar sebagai mahasiswa

Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Jurusan Ilmu Produksi Ternak yang sekarang

menjadi Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti pendidikan, Penulis pernah menjadi pengurus Badan

Eksekutif Mahasiswa (BEM), Fakultas Peternakan tahun 2001-2002, pengurus Ikatan

Mahasiswa dan Pelajar Karawang-Bogor (IMPKB) tahun 2002-2003 dan pernah

menjadi bagian dari Kelompok Pencinta Alam Fakultas Peternakan (KEPAL-D)

tahun 2001-2002. Selain itu, Penulis juga aktif mengikuti kepanitian di beberapa

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT sang pemberi petunjuk

atas segala pertolongan, nikmat, rahmat dan keridhoan-Nya sehingga penelitian dan

skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam selalu tercurah bagi Nabi

Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul Nilai Gizi Daging Squab Burung Merpati Lokal dan

Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui nilai gizi daging squab burung merpati Lokal dan Homer. Penelitian ini

dilaksanakan selama dua bulan di Malang, Jawa Timur. Burung merpati Lokal dan

Homer yang berumur 21 hari diambil dari Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan

Makanan Ternak Malang sebanyak 20 ekor yang terdiri dari lima ekor burung

merpati Lokal jantan, lima ekor burung merpati Lokal betina, lima ekor burung

merpati Homer jantan dan lima ekor burung merpati Homer betina. Analisis nilai

gizi dilakukan di Universitas Brawijaya Malang dan Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Pascapanen Pertanian Bogor.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Teknologi Hasil Ternak,

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut

Pertanian Bogor. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini, oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan oleh Penulis demi

kesempurnaan karya ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik

untuk kalangan akademis maupun umum.

Bogor, Maret 2006

(9)

DAFTAR ISI

Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap Gizi ... 7

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

Nilai Gizi ... 18

Kadar Air ... 18

Kadar Protein ... 19

Kadar Lemak ... . 21

Kolesterol ... 22

Berat Hidup Akhir Squab ... 23

Berat dan Persentase Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki ... 24

Berat dan Persentase Karkas Squab ... 27

KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

Kesimpulan ... 31

Saran ... 31

UCAPAN TERIMA KASIH ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(11)

DAFTAR TABEL

8. Koefisien Keragaman Kadar Protein Daging Squab Burung Merpati

Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ... 21

9. Kadar Lemak Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada

Jenis Kelamin yang Berbeda ... 21

10. Koefisien Keragaman Kadar Lemak Daging Squab Burung Merpati

Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ... 22

11. Rataan Berat Hidup Akhir Squab Burung Merpati Lokal dan Homer

pada Jenis Kelamin yang Berbeda ... 23

12. Koefisien Keragaman Berat Hidup Akhir Squab Burung Merpati

Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ... 24

13. Rataan Berat Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ... 24

14. Koefisien Keragaman Berat Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin

yang Berbeda ... 25

15. Rataan Persentase Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang

Berbeda ... 26

16. Koefisien Keragaman Persentase Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis

Kelamin yang Berbeda ... 27

17. Rataan Berat Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada

Jenis Kelamin yang Berbeda ... 27

(12)

19. Rataan Persentase Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer

pada Jenis Kelamin yang Berbeda ... 29

20. Koefisien Keragaman Persentase Karkas Squab Burung Merpati

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Sidik Ragam Berat Hidup Akhir Squab Burung Merpati Lokal dan

Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ... 37

2. Uji Lanjut LSM Berat Hidup Akhir Squab Burung Merpati Lokal dan

Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ... 37

3. Sidik Ragam Berat Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang

Berbeda ... 37

4. Uji Lanjut LSM Berat Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang

Berbeda ... 38

5. Sidik Ragam Persentase Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang

Berbeda ... 38

6. Uji Lanjut LSM Persentase Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin

yang Berbeda ... 38

7. Sidik Ragam Berat Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer

pada Jenis Kelamin yang Berbeda ... 38

8. Uji Lanjut LSM Berat Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan

Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ... 39

9. Sidik Ragam Persentase Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan

(14)

18. Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer baik Jantan maupun

(15)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Hasil ternak merupakan bahan pangan yang sangat penting bagi manusia

dalam memenuhi kebutuhan protein hewani. Salah satu bahan pangan hasil ternak

yang banyak tersedia adalah daging. Daging merupakan bahan makanan yang

diperlukan oleh tubuh karena daging mengandung vitamin dan mineral, kandungan

protein dalam daging tinggi, juga memiliki daya cerna yang tinggi dan rasa yang

lezat.

Daging yang umum dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia biasanya berasal

dari sapi dan ayam. Sumber protein hewani dari ternak lain masih kurang

dimanfaatkan karena rasa, aroma, serta faktor lain yang belum banyak diterima oleh

masyarakat. Salah satu sumber protein hewani yang belum banyak hasil olahannya

adalah daging squab (piyik) burung merpati.

Daging squab burung merpati atau burung dara memiliki kekhasan yang

berbeda dibandingkan dengan daging unggas yang lainnya. Daging squab burung

merpati memiliki warna daging yang merah, serat daging yang halus, kandungan

protein yang cukup tinggi dan mengandung kolesterol yang rendah, sehingga baik

untuk orang-orang yang sedang diet kolesterol dan baik juga dikonsumsi oleh orang

tua. Daging squab burung merpati cukup dikenal, baik di Indonesia maupun di

negara maju. Di Amerika Serikat, burung merpati muda (squab) berumur antara 25

sampai 30 hari dipotong karena dagingnya lebih lunak dan lebih enak dimakan.

Sumadi (1991) menyatakan, burung merpati merupakan salah satu jenis

aneka ternak yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai burung merpati

penghasil protein hewani. Burung merpati memiliki keunggulan antara lain: (a)

bentuk badan tegap; (b) memerlukan modal sedikit untuk pemeliharaannya; (c) masa

pengeraman relatif singkat yaitu 17-18 hari; (d) berat badan pada umur tiga minggu

dapat mencapai 250 g dan (e) daging squab sangat digemari sebagai burung dara

goreng karena empuk, enak dan lezat.

Salis (2002) menyatakan, laju pertumbuhan squab burung merpati Lokal pada

umur 3-4 minggu mengalami penurunan sebesar 38,97 g, karena induk sudah mulai

(16)

3-4 minggu berkurang. Oleh karenanya pemotongan squab dilakukan pada umur muda

(21 hari).

Burung merpati Lokal di Indonesia berpotensi untuk dikembangkan lebih

lanjut, tetapi belum umum digunakan untuk produksi daging. Sedangkan, burung

merpati Homer sudah dimanfaatkan sebagai penghasil daging. Keadaan ini sebagai

penyebab konsumen daging squab burung merpati Lokal jumlahnya terbatas. Maka

perlu digiatkan minat masyarakat untuk mengkonsumsi daging squab burung merpati

sebagai sumber protein hewani selain ayam. Produk burung merpati yang cukup

mahal harganya adalah daging squab, sehingga konsumen daging burung merpati

kebanyakan berasal dari golongan kelas ekonomi menengah keatas. Masyarakat

belum banyak mengetahui informasi mengenai nilai gizi dari daging squab burung

merpati Lokal dan Homer. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang

nilai gizi daging squab burung merpati, sehingga orang yang mengkonsumsi daging

squab burung merpati meningkat jumlahnya.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai gizi (kadar air, protein, lemak

dan kandungan kolesterol) dari daging squab burung merpati Lokal dan Homer baik

pada jantan maupun betina. Selain itu, memperoleh informasi tambahan mengenai

berat hidup akhir squab, berat dan persentase karkas squab termasuk kepala, leher

dan kaki, berat dan persentase karkas squab.

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai nilai gizi

(17)

TINJAUAN PUSTAKA Burung Merpati

Burung merpati biasanya dipelihara sebagai hobi. Bentuk badannya tegap

dengan daging yang relatif tebal, hidup berpasang-pasangan. Burung merpati

berkembang biak dengan cepat. Burung merpati betina Lokal mulai bertelur pada

umur 4-5 bulan (Djanah dan Sulistyani, 1985).

Burung merpati mempunyai suhu tubuh sekitar 41oC. Burung merpati dapat

beradaptasi dengan mudah di darat maupun di udara, lehernya panjang dan fleksibel,

kepalanya termasuk besar, karena mempunyai otak yang besar, tubuhnya kompak

dan kaku, organ vitalnya terlindungi secara baik terhadap serangan musuhnya (Levi,

1945).

Blakely dan Bade (1998) membagi burung merpati menjadi tiga kelompok

utama yaitu untuk tujuan produksi daging, pameran dan penampilan. Burung

merpati yang dimanfaatkan untuk produksi daging lebih menekankan pada jumlah

anak burung merpati yang berat badannya besar. Begitu juga Cartmill (1991)

membedakan burung merpati menjadi tiga tipe yaitu: utility group yaitu kelompok

burung merpati penghasil daging, fancy breed yaitu bangsa yang diambil

keindahannya untuk pameran, dan performing breed yaitu bangsa yang dinilai

ketangkasannya. Contoh bangsa burung yang termasuk dalam utility group adalah

King, Carneau, Swiss Mondain, Runt dan White King; fancy breed adalah India,

America Fantail, Pouter, Jacobin, Swallow, Chinese Owl, English Trumpeter,

Modena dan Helmet; performing breed adalah Homer, Birmingham Roller, Racing

Homer dan Parlor Tumbler.

Levi (1945) menyatakan, burung merpati dapat dikelompokkan menurut

umurnya. Squab atau piyik adalah anak burung merpati umur 1-30 hari, squaker

adalah burung merpati umur 30 hari sampai 6 atau 7 bulan, youngster adalah burung

merpati umur 6 atau 7 bulan sampai kawin atau mulai kawin sampai tahun pertama

masa produksi baik pada jantan atau betina muda, yearling cock atau yearling hen

adalah burung merpati yang berproduksi pada tahun kedua baik jantan maupun

betina tua sampai disingkirkan. Jenis atau bangsa burung merpati yang banyak

(18)

Bangsa burung merpati yang termasuk penghasil daging masih dapat dibagi

lagi menjadi tiga tipe yaitu: tipe berat, tipe sedang dan tipe ringan (Levi, 1945).

Tabel 1 menjelaskan bangsa-bangsa yang termasuk dalam ketiga tipe burung merpati

penghasil daging.

Tabel 1. Penggolongan Bangsa-Bangsa Burung Merpati Penghasil Daging pada Umur Dewasa

Tipe Berat hidup Bangsa

Ringan 400-700 g Hungarian (biru, putih dan merah),

Squabbing Homer, Homer pekerja

Medium 600-700 g Red atau White Carneau, America Giant

Homer

Berat 700-900 g American Swiss Mondaine, White King, Silver King, Auto Sexing Texan Pioneer, Auto Sexing King

Sumber: Blakely dan Bade (1998)

Burung merpati Homer pekerja pada umur dewasa memiliki berat hidup

sebesar 400-700 g (Blakely dan Bade, 1998). Burung merpati Lokal pada umur

empat minggu memiliki berat hidup sebesar 135-327 g (Salis, 2002).

Burung Merpati Lokal

Burung merpati Indonesia berasal dari jenis burung merpati Lokal (Muhami,

1983). Burung merpati Lokal yang terdapat di Indonesia adalah burung merpati

pendatang yang berasal dari burung merpati liar (Columba livia) yang penyebaran

aslinya di daerah Eropa (Antawidjaja, 1988). Ternak ini sudah lama dikenal dan

dibudidayakan oleh masyarakat sehingga keragamannya menjadi besar. Cara

pemeliharaannya dilakukan secara sederhana yang bertujuan hanya untuk

kesenangan saja. Salah satu hal yang menarik ialah burung merpati mempunyai

potensi yang besar sebagai penghasil daging (Muhami, 1983).

Burung merpati mempunyai sifat damai, hampir tidak ada peck order,

walaupun ditempatkan dalam satu kandang tidak akan terjadi perkelahian dan

kanibal. Burung merpati mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki

pasangan sendiri, bersifat monogami dan mempunyai sifat sense of location dalam

waktu yang lama dan dalam jarak yang jauh (Levi, 1945).

Salis (2002), dalam penelitiannya menggambarkan burung merpati Lokal

(19)

warna bulunya masih beragam. Kisaran berat squab burung merpati Lokal berumur

empat minggu sampai lepas sapih adalah 135-327 g.

Burung Merpati Homer

Bangsa Homer yang termasuk dalam Racing Homer mempunyai kemampuan

menghasilkan anak yang rendah, tetapi jenis inilah yang dikembangkan oleh para

ahli burung merpati untuk penghasil squab sehingga berganti nama menjadi Utility

Homer, Ordinary Homer dan sebagainya. Jenis Racing Homer yang telah

dikembangkan ini lebih baik dalam menghasilkan anakan, cepat bertelur, jarang

mempunyai telur yang infertil dan mempunyai sifat keindukan yang baik (Levi,

1945).

Homer termasuk burung merpati yang baik sebagai penghasil telur

dibandingkan dengan bangsa burung merpati lain. Tubuh Homer dibandingkan

dengan King lebih kecil sehingga burung merpati muda potong yang dihasilkan juga

lebih kecil (Rasyaf dan Amrullah, 1982).

Bangsa Homer dapat dibagi menjadi Exhibition Homer, Genuine Homer,

Giant Homer, Racing Homer dan Show Homer. Bangsa Homer merupakan bangsa

yang mempunyai ukuran badan dengan berat antara 623,7-765,45 g untuk burung

dewasa dan berat squab rata-rata 378,33-454 g (Levi, 1945).

Squab

Squab adalah burung merpati muda (anakan) yang siap dipasarkan pada umur

sekitar 28-30 hari. Squab sampai dengan umur tersebut hanya mendapat makanan

yang dihasilkan oleh tembolok induknya. Makanan yang berasal dari tembolok

induk burung merpati atau susu tembolok mempunyai kandungan protein sampai

dengan 35%. Susu tembolok dapat menambah berat squab sebanyak dua kali lipat

selama beberapa hari setelah penetasan (Drevjany, 2001). Salah satu ciri burung

merpati yaitu memiliki cairan yang berwarna krem menyerupai susu yang

dikeluarkan dari tembolok jantan dan induk betina (Muhami, 1983). Crop milk yang

diproduksi oleh tembolok induk burung merpati menyerupai keju dan cair,

diproduksi sebelum telur menetas. Cairan tersebut diberikan induk burung merpati

kepada squab dengan cara meloloh (proses regurgitasi) dan memompa ke dalam

(20)

Squab mempunyai pertumbuhan yang cepat pada 48 jam pertama setelah

menetas. Pertumbuhan yang cepat ini dikarenakan squab mempunyai adaptasi yang

baik dan mengkonsumsi pakan yang banyak. Selain itu juga adanya pemberian susu

tembolok dari induk turut serta dalam mempercepat pertumbuhan (Levi, 1945).

Sintadewi (1987) menyatakan, pertambahan berat badan squab sangat cepat

pada minggu pertama dan kedua, kemudian pertambahannya berkurang pada minggu

ketiga dan keempat. Pada minggu kelima dan keenam berat badan sudah mulai

menurun dan tidak konstan sehingga berat badan bervariasi dan keragamannya besar.

Squab burung merpati dipotong pada umur 25 hari. Jika lewat dari umur tersebut

maka squab telah keluar dari sarang dan mulai belajar terbang, sehingga timbul

perototan yang kuat dan daging akan menjadi keras (Levi, 1945).

Pasangan burung merpati muda pada umur 2-3 tahun dalam setahun mampu

menghasilkan squab sebanyak 16-18 ekor. Apabila pasangan tersebut tua sekitar

umur 5-6 tahun maka hanya dihasilkan sekurang-kurangnya 12 ekor squab per tahun.

Semakin tua umur burung merpati, kemampuan memproduksi squab semakin

menurun (Blakely dan Bade, 1998).

Bokhari (2001) menyatakan, daging squab sangat lezat dan proses

pemasakannya tidak menggunakan panas yang sangat tinggi karena dapat

menyebabkan berkurangnya rasa. Blakely dan Bade (1998) menyatakan, daging

squab berwarna gelap, empuk, lezat serta lembab dan menempati kelas yang sama

dengan daging kepiting, daging sapi muda (veal) maupun daging kambing muda.

Daging burung merpati umur 21 hari sangat digemari untuk dikonsumsi sebagai

burung dara goreng (Djanah dan Sulistyani, 1985).

Karkas

Karkas burung merpati belum banyak diteliti, sehingga sebagai pembanding

digunakan karkas ayam. Karkas adalah bagian tubuh tanpa darah, bulu, jeroan,

shank, kepala dan leher atau bagian tubuh yang telah dibului tanpa jeroan (Mansjoer

dan Martojo, 1977). Setelah unggas dipotong, darahnya dikeluarkan dan dibului,

kemudian kepala, leher dan ceker dipisahkan dari karkas (Rose, 1997). Karkas

adalah bagian dari tubuh ayam tanpa darah, bulu, kepala, kaki dan organ dalam

(21)

Dewan Standarisasi Nasional dalam SNI 01-3924-1995 (1995) menyatakan,

karkas adalah bagian dari unggas pedaging setelah dipotong, dibului, dikeluarkan

jeroan dan lemak abdominalnya, dipotong kepala dan leher serta kedua cekernya.

Priyatno (2003) menyatakan, bahwa karkas unggas dibedakan menjadi karkas

kosong dan karkas isi. Karkas kosong adalah unggas yang telah disembelih dan

dikurangi darah, bulu, organ tubuh bagian dalam (jeroan), kepala dan kakinya.

Biasanya, paru-paru dan ginjal menjadi bagian dari karkas. Karkas isi adalah karkas

kosong segar, tetapi diisi dengan hati, jantung dan ampela yang sudah dibersihkan.

Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap Nilai Gizi Daging

Nilai gizi dalam suatu hasil produk unggas, dilihat berdasarkan unsur gizinya

yaitu: kandungan protein, lemak, karbohidrat, abu dan energi. Unsur-unsur gizi

tersebut dibutuhkan oleh tubuh manusia. Manusia membutuhkan makanan yang

bergizi tinggi untuk hidup dan berprestasi. Kebutuhan gizi yang dianjurkan per hari

bagi wanita dewasa yaitu 45 g protein, 500 mg kalsium dan 450 g fosfor. Kebutuhan

seorang pria dewasa yaitu 50 g protein, 500 mg kalsium dan 500 mg fosfor

(Sastrapradja dan Muhilal, 1989).

Gurnadi (1986) menyatakan, ada tiga faktor sebagai kriteria untuk

menentukan mutu daging yaitu (1) nilai gizi yaitu kandungan protein, lemak; (2)

selera konsumen akan penampilan yaitu warna, keempukan, marbling/lemak

intramuskular, ketegaran, juiciness dan tekstur dan (3) parameter yang berhubungan

dengan penanganan seperti kadar air, jenis lemak, daya ikat air, kandungan jaringan

ikat dan pH. Soeparno (1998) menyatakan, kualitas karkas dan daging dipengaruhi

oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang

dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain adalah genetik, bangsa, tipe ternak,

jenis kelamin, umur, pakan dan stres. Faktor setelah pemotongan yang

mempengaruhi kualitas daging antara lain meliputi metode pemasakan dan pH.

Kadar air, protein, lemak, karbohidrat dan mineral berbeda-beda tergantung

pada jenis ternak, umur dan jenis kelamin (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Kadar air

dalam daging ternak akan mengalami penurunan dengan bertambahnya umur ternak

(Cole dan Ronning, 1974). Perbedaan kadar lemak dapat dipengaruhi oleh jenis

(22)

Kolesterol juga dipengaruhi oleh bangsa, umur, musim, keadaan stress dan pakan

berserat (Menge et al., 1974).

Komposisi Nilai Gizi Daging

Daging unggas tersusun atas komponen-komponen bahan pangan seperti air,

protein, lemak, karbohidrat dan mineral. Kadar air, protein dan lemak merupakan

sifat kimiawi yang berhubungan dengan nilai gizi (Rose, 1997). Protein, karbohidrat

dan lemak serta air merupakan komponen utama dalam bahan pangan. Protein

berfungsi untuk pertumbuhan dan memperbaiki jaringan-jaringan tubuh yang rusak,

sedangkan lemak dan karbohidrat sebagai sumber energi (Ketaren, 1986).

Kandungan atau komposisi daging squab dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Nilai Gizi Daging Squab

Daging

Komposisi nilai gizi

Air Energi Protein Lemak Serat Abu

(%) --- (g/100g)---

Total edible 58,0 279 18,6 22,1 0 1,5

Daging dan kulit 56,6 294 18,5 23,8 0 1,4

Daging cerah (tanpa kulit) 74,0 125 20,7 4,2 0 1,2

Jeroan 69,8 154 19,8 7,2 1,2 2,0

Sumber: Composition of foods: United State Departement of Agricultural (1963), dalam Bokhari (2001)

Pada Tabel 2 kadar air daging dan kulit sebesar 56,6%, protein sebesar 18,5%

dan kadar lemak sebesar 23,8%. Forrest et al. (1975) menyatakan, nilai gizi daging

yang tinggi dikarenakan daging mengandung asam amino essensial, air, lemak,

karbohidrat dan komponen anorganik yang lengkap dan seimbang.

Kandungan gizi dari berbagai bangsa ternak dan ikan berbeda, tetapi setiap

100 g daging dapat memenuhi kebutuhan gizi seorang dewasa setiap hari sekitar 10%

kalori, 50% protein, 35% zat besi (Fe) atau 100% zat besi, bila daging berasal dari

hati dan 25-60% vitamin B kompleks (Soeparno, 1998). Pada Tabel 3 dapat dilihat

kandungan nutrisi daging squab dibandingkan dengan daging ayam, salmon, babi

(23)

Tabel 3. Kandungan Nutrisi Daging Squab yang Dibandingkan dengan Ayam, Salmon, Babi dan Sapi

Ternak

(Tipe daging)

Besi

(Fe) Protein Lemak Lisin PUFA* 18:2** 20:4#

(mg) ---(g/100g)---

Keterangan: *PUFA (Asam lemak tak jenuh ganda); **lemak Linoleat, satu dari asam lemak essensial; # lemak Arachidonic, satu dari asam lemak essensial

Sumber Data: Nutrional Research Division (2001), seperti yang disarikan oleh Drevjany (2001)

Pada Tabel 3, kandungan nutrisi daging squab dibandingkan ayam memiliki

kelebihan zat besi (Fe), PUFA, lemak, linoleat dan arakhidonat. Nutrisi daging

squab dibandingkan salmon memiliki kelebihan zat besi (Fe), protein, linoleat dan

arakhidonat, Nutrisi daging squab dibandingkan babi memiliki kelebihan zat besi

(Fe), protein, lemak, PUFA, linoleat dan arakhidonat. Nutrisi daging squab

dibandingkan sapi memiliki kelebihan protein, lisin, PUFA, linoleat dan arakhidonat

(Drevjany, 2001).

Kadar Air Daging

Price dan Schweigert (1987) menyatakan, air mempunyai jumlah paling

banyak dalam daging. Daging tanpa lemak mengandung 76% air dan daging

memiliki kadar air yang lebih bervariasi dibandingkan dengan kadar lemaknya. Cole

dan Ronning (1974) menyatakan, air merupakan komponen utama dalam daging

yang berjumlah antara 70%-75% dalam setiap potongan daging. Selanjutnya

Mountney (1983) menyatakan, air berfungsi sebagai media untuk transportasi

nutrien, hormon dan hasil sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari dalam tubuh dan

juga merupakan media bagi kebanyakan reaksi kimia dan proses metabolis yang

(24)

Kadar Protein Daging

Protein merupakan komponen bahan kering yang banyak terdapat di dalam

daging (Forrest et al., 1975). Daging unggas mengandung lebih banyak protein

daripada daging ternak lainnya. Daging unggas mengandung protein yang

berkualitas tinggi, selain itu mudah dicerna dan mengandung asam-asam amino

essensial yang lengkap dan seimbang sehingga daging unggas mempunyai

kandungan nutrisi yang tinggi (Mountney, 1983).

Daging burung merpati merupakan salah satu produk yang mengandung

protein tinggi dan susunan asam aminonya baik (Rasyaf dan Amrullah, 1982).

Kandungan protein daging burung merpati sekitar 35,8% (Djanah dan Sulistyani,

1985).

Protein merupakan zat gizi yang penting bagi tubuh karena selain berfungsi

sebagai bahan bakar juga sebagai zat pembangun dan pengatur di dalam tubuh.

Fungsi utama protein adalah membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan

yang telah ada. Protein juga digunakan sebagai bahan bakar jika keperluan energi

tubuh tidak terpenuhi oleh lemak dan karbohidrat. Protein merupakan komponen

terbesar setelah air dalam jaringan tubuh, diperkirakan sekitar 50% dari berat kering

sel yang terdapat dalam jaringan seperti daging dan hati, terdiri dari protein dan

dalam tenunan segar berjumlah sekitar 20% (Winarno, 1997).

Kadar Lemak Daging

Lemak merupakan salah satu zat nutrisi yang penting, selain itu lemak juga

merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan protein dan

karbohidrat (Winarno, 1997). Komponen tubuh yang paling bervariasi adalah lemak.

Bervariasinya lemak ini berkaitan dengan faktor genetik, lingkungan serta interaksi

antara keduanya. Kandungan lemak ternak muda yang sedang tumbuh meningkat

seiring dengan meningkatnya berat hidup (Lohman, 1971).

Daging unggas mengandung jumlah asam lemak tidak jenuh yang lebih banyak

sehingga mengandung kolesterol yang lebih rendah dibandingkan lemak-lemak

dalam daging ternak lainnya. Lemak yang terdapat dalam daging unggas lebih

banyak ditemukan di bawah kulit daripada yang ada dalam jaringan (Mountney,

(25)

jumlahnya lebih sedikit dari kandungan air dalam daging (Price dan Schweigert,

1987).

Daging squab berbeda dengan daging unggas lain karena mengandung lemak

intramuskuler yang tinggi. Hal ini mengakibatkan daging squab burung merpati

menjadi lunak dan enak untuk dikonsumsi (Drevjany, 2001). Kandungan lemak

daging burung merpati sekitar 5,9% (Djanah dan Sulistyani, 1985).

Kolesterol

Kolesterol merupakan kelompok sterol, suatu zat yang termasuk golongan

lipid (Anggorodi, 1979). Kolesterol terdapat dalam semua sel hewan, sehingga

tersebar luas di seluruh jaringan tubuh. Kolesterol merupakan substansi lemak khas

hasil metabolisme yang banyak ditemukan dalam struktur tubuh manusia maupun

hewan. Kolesterol yang berasal dari hewan terdapat dalam daging, hati dan otak

(Tillman et al., 1991). Kolesterol makanan umumnya didapat dari lemak hewan dan

kuning telur (Ganong, 1983). Pada Tabel 4 dapat dilihat kandungan kolesterol

daging squab dan daging ternak lain.

Tabel 4. Kandungan Kolesterol Daging Squab dan Ternak Lain

Tipe daging Kandungan kolesterol (mg/100 g)

Squab (raw breast meat) 90,0

Ayam (dark meat) 96,5

Ayam (light meat) 89,4

Babi (lean) 94,1

Sapi (lean) 94,1

Telur (55 g/butir) 498,2

Sumber data: Nutrional Research Division (2001), seperti yang disarikan oleh Drevjany (2001)

Kandungan kolesterol daging squab lebih rendah dibandingkan dengan

daging ternak lain. Daging squab sangat dianjurkan bagi orang yang menghindari

mengkonsumsi daging dengan kandungan kolesterol tinggi (Drevjany, 2001).

Kolesterol merupakan substrat untuk pembentukan beberapa zat essensial

yaitu: (1) asam empedu yang dibuat oleh hati yang merupakan rute utama untuk

katabolisme kolesterol; (2) hormon-hormon steroid; (3) vitamin D3, satu-satunya

vitamin yang disintesis tubuh secara cukup tidak dibutuhkan dari dalam makanan;

(26)

hewan dan manusia (Linder, 1992). Kolesterol dalam tubuh berasal dari bahan

makanan dan sintesa tubuh yang dinamakan kolesterol eksogenous dan endogenous

(27)

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada tiga tempat yaitu di BPT HMT (Balai

Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak) Batu Malang, Jawa Timur.

Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Universitas

Brawijaya dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen

Pertanian, Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan Juli sampai September 2005.

Materi Bahan

Squab (piyik) berumur 21 hari berasal dari BPT HMT (Balai Pembibitan

Ternak dan Hijauan Makanan Ternak) Batu Malang Jawa Timur sebanyak 20 ekor

yang terdiri dari lima ekor burung merpati Lokal jantan, lima ekor burung merpati

Lokal betina, lima ekor burung merpati Homer jantan dan lima ekor burung merpati

Homer betina. Bahan-bahan untuk analisis kimia adalah K2SO4, HgO, H2SO4 pekat,

NaOH pekat, air suling, H3PO3, HCl, petroleum eter, khloroform, metanol, KOH

50%, etanol 40%, benzena.

Alat

Alat yang digunakan untuk memotong adalah pisau. Alat-alat yang

digunakan untuk analisis adalah oven, cawan porselen, indikator, tabung, labu

Kjeldahl, erlenmeyer, labu Soxhlet, selongsong, timbangan, water bath, desikator,

evaporator, injektor, detektor dan High Performance Liquid Chromatography

(HPLC).

Rancangan Percobaan Perlakuan

Pada penelitian ini digunakan Rancangan Acak Kelompok pola Faktorial

dengan lima ulangan dan ulangan sebagai kelompok. Faktor yang diamati ada dua,

faktor pertama adalah jenis burung merpati yaitu Lokal dan Homer, faktor yang

(28)

Model

Model matematika dari rancangan tersebut menurut Gasperz (1991) adalah

sebagai berikut:

Yijk = µ + Kk +Ai + Bj + (AB)ij + εijk

Keterangan:

Yijk = Hasil pengamatan dari faktor perbedaan jenis burung merpati (A) ke-i,

faktor perbedaan jenis kelamin (B) ke-j dari kelompok (K) ke-k

µ = Nilai tengah

Kk = Pengaruh dari kelompok (K) ke-k

Ai = Pengaruh dari jenis burung merpati (A) ke-i

Bj = Pengaruh dari jenis kelamin (B) ke-j

(AB)ij = Pengaruh interaksi dari jenis burung merpati (A) ke-i faktor A dan jenis

kelamin (B) ke-j

εijk = Pengaruh galat percobaan dari jenis burung merpati ke-i, jenis kelamin ke-j dan kelompok (K) ke-k

Peubah yang diamati

Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah nilai gizi yaitu kadar air,

kadar protein dan kadar lemak daging squab burung merpati Lokal dan Homer jantan

dan betina umur 21 hari. Kandungan kolesterol yang diamati hanya dari daging

squab burung merpati Lokal jantan dan Homer jantan saja. Selain itu diamati juga

berat hidup akhir squab, berat karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki yaitu

berat hidup akhir squab dikurangi dengan berat darah, bulu, isi perut, paruh dan

kuku, persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki, berat karkas squab

yaitu berat hidup akhir squab dikurangi dengan berat darah, bulu, kepala, shank dan

isi perut dan persentase karkas squab.

Analisis Data

Data kadar air, kadar protein, kadar lemak, berat hidup akhir squab, berat dan

persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki, berat dan persentase karkas

squab yang diperoleh dianalisis ragam (ANOVA). Apabila terdapat perbedaan yang

nyata, maka dilanjutkan dengan uji lanjut Least Squares Means (Mattjik dan

(29)

dibahas secara deskriptif. Koefisien keragaman dari peubah yang diukur dihitung

Pemotongan squab burung merpati dilakukan untuk proses penyiapan karkas.

Penyiapan karkas squab burung merpati menggunakan acuan pada ayam, karena

karkas burung merpati belum banyak diteliti. Soeparno (1998) menyatakan,

tahap-tahap mempersiapkan unggas hidup menjadi karkas adalah:

1) Pengistirahatan.

Squab sebaiknya dipisahkan dari induknya agar tidak diloloh (disuapi) dan

dipuasakan selama 8 jam sebelum dipotong agar diperoleh hasil pemotongan yang

baik;

2) Pemotongan.

Cara pemotongan ternak unggas yang lazim digunakan adalah cara Kosher,

yaitu memotong arteri karotis, vena jugularis, esophagus dan trakhea. Pada saat

penyembelihan, darah harus keluar sebanyak mungkin;

3) Pencabutan Bulu.

Metode dry pick digunakan untuk mempermudah pencabutan bulu squab;

4) Pengeluaran Jeroan.

Pengeluaran jeroan dimulai dari pemisahan tembolok, esophagus dan trakhea

(30)

tulang dada ke tengah-tengah antara tulang pubis untuk mengeluarkan usus, ampela,

paru-paru, hati dan jantung. Kloaka dan jeroan dikeluarkan;

5) Persentase Karkas termasuk Kepala, Leher dan Kaki (PKKLK). Persentase karkas diukur dengan catatan paruh dan kuku dipotong;

PKKLK = x100%

Persentase karkas adalah berat squab setelah dipotong dan dikurangi kepala,

leher, shank, kelenjar minyak (oil gland). Kemudian karkas ditimbang untuk

mengetahui berat karkas;

Daging beserta kulit dari dada yang telah ditimbang dianalisis nilai gizinya di

Universitas Brawijaya dan kolesterol di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor. Analisis nilai gizi yang dilakukan

meliputi: kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kolesterol.

Kadar Air (AOAC, 1995). Sampel sebanyak 5 g dimasukkan dalam cawan porselen dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC sampai beratnya konstan

selama 12 jam.

a = berat sampel sebelum dikeringkan

b = berat setelah dikeringkan

Kadar Protein (AOAC, 1995). Sampel seberat 0,2 g dimasukkan dalam labu Kjeldahl 100 ml, kemudian ditambahkan 2 g K2SO4 dan HgO dengan perbandingan

1:1 dan 2 ml H2SO4 pekat, kemudian dilakukan destruksi selama 30 menit sampai

diperoleh cairan hijau jernih. Setelah hasil destruksi dingin, ditambahkan 35 ml air

suling dan 10 ml NaOH pekat berwarna coklat kehitaman lalu didestilasi. Hasil

(31)

destilasi yang ditampung kemudian dititrasi dengan HCl 0,02 N dengan

menggunakan indikator. Hal yang sama dilakukan untuk blanko.

Persentase nitrogen dan kadar protein kasar dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

Kadar protein (% berat kering) = x%beratbasahprotein air

kadar 100

100

Kadar Lemak (AOAC, 1995). Sampel seberat 5 g dimasukkan ke dalam selongsong pengekstrak, kemudian dimasukkan ke dalam labu Soxhlet yang terlebih

dahulu dikeringkan dalam oven dan ditimbang beratnya, kemudian diekstraksi

dengan petroleum eter di atas water bath selama 16 jam. Hasil ekstraksi diuapkan

dengan cara didestilasi. Lalu tabung tersebut dipanaskan dalam oven dengan suhu

105 oC sampai diperoleh berat tetap, kemudian didinginkan dalam desikator dan

ditimbang berat labu akhir.

Persentase kadar lemak dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Kadar lemak (% berat basah) = x100%

Kadar lemak (% berat kering) = x%beratbasahlemak air

kadar 100−100

Kadar Kolesterol (AOAC, 1995). 1) Sampel daging sebanyak 1 g diekstraksi dengan menggunakan pelarut khloroform dan metanol dengan perbandingan 2:1

sebanyak 30 ml; 2) Hasil ekstraksi diuapkan dengan evaporator sampai kering dan

lemak yang diperoleh disaponikasi dengan 10 ml KOH 50% dan etanol 40%

kemudian direfluks selama 1 jam dan kolesterol dipisah dengan sistem partisi

menggunakan benzena; 3) Endapan kolesterol yang didapat setelah direfluksi,

dilarutkan dalam 2 ml metanol dan disaring dengan ultra filter; 4) Kemudian

disuntikkan sebanyak 10 ml ke dalam injektor juga detektor ultraviolet dengan

panjang gelombang 205 nm dengan fase gerak isopropanol asetonitril dengan

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Gizi

Nilai gizi daging squab burung merpati Lokal dan Homer baik jantan maupun

betina yang diuji meliputi kadar air, kadar protein dan kadar lemak. Kandungan

kolesterol dianalisis dari daging squab burung merpati Lokal dan Homer jantan saja.

Kandungan kolesterol dianalisis secara komposit, sehingga dibahas secara deskriptif.

Kadar Air

Air merupakan komponen terbesar dalam daging squab burung merpati.

Winarno (1997) menyatakan, air merupakan komponen penting dalam bahan pangan

karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur serta citarasa makanan. Selain

itu, sebagian besar dari perubahan-perubahan bahan pangan terjadi dalam media air

yang berasal dari bahan pangan tersebut. Hasil analisis kadar air daging squab

burung merpati Lokal dan Homer pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada

Tabel 5.

Tabel 5. Kadar Air Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda

Jenis Jenis kelamin Rataan

burung merpati Jantan Betina

---(%bb)---

Lokal 70,56 70,14 70,35

Homer 71,66 71,12 71,39

Rataan 71,11 70,63

Sumber : Hasil analisis di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Unibraw-Malang (2005) Keterangan : bb = berat basah

Kadar air daging squab burung merpati yang dihasilkan pada penelitian

berkisar antara 70,14%-71,66% yang sedikit lebih rendah dibandingkan ayam broiler

umur 8 minggu pada penelitian Supadmo (1997) yaitu sebesar 73%-75%. Hasil

analisis statistik menunjukkan jenis burung merpati dan jenis kelamin terhadap kadar

air tidak ada interaksi.

Jenis burung merpati dan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap kadar air.

(33)

muda (21 hari). Sutardi (1982) mengatakan, kadar air pada ternak yang berusia

muda relatif tinggi dan kadar lemak relatif masih rendah.

Koefisien keragaman kadar air daging squab burung merpati Lokal dan

Homer pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Koefisien Keragaman (KK) Kadar Air Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda

Jenis Jenis kelamin

burung merpati Jantan Betina

---(%)---

Lokal 0,71 1,18

Homer 1,37 2,37

Squab burung merpati Lokal jantan memiliki koefisien keragaman kadar air

sebesar 0,71%, squab burung merpati Lokal betina sebesar 1,18%, squab burung

merpati Homer jantan sebesar 1,37% dan squab burung merpati Homer betina

sebesar 2,37%. Koefisien keragaman ini cukup rendah, sehingga squab burung

merpati Lokal dan Homer baik yang jantan maupun betina memiliki kadar air yang

seragam. Hal ini diduga karena kadar air baik jenis burung merpati maupun jenis

kelamin tidak berbeda nyata.

Kadar Protein

Protein merupakan komponen bahan kering terbesar dari daging dan

merupakan salah satu nutrisi yang sangat penting. Mountney (1983) menyatakan,

kandungan protein dalam daging ternak merupakan hal yang penting sebagai salah

satu sumber protein hewani yang bermutu tinggi dan mengandung lebih banyak asam

amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.

Hasil analisis kadar protein daging squab burung merpati Lokal dan Homer

pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 7. Kadar protein daging

squab burung merpati yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara

16,42%-19,15% berat basah mendekati kadar protein pada ayam broiler umur 8 minggu pada

(34)

Tabel 7. Kadar Protein Daging Squab Merpati Burung Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda

Jenis Jenis kelamin Rataan

burung merpati Jantan Betina

(%bb) (%bk) (%bb) (%bk) (%bb) (%bk)

Lokal 18,03 61,24 16,42 55,08 17,23A 58,16A

Homer 19,15 67,54 17,71 61,57 18,43B 64,56B

Rataan 18,59C 64,39C 17,07D 58,33D

Sumber : Hasil analisis di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Unibraw-Malang (2005) Keterangan: Superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang

sangat nyata (P<0,01) bb = berat basah

bk = berat kering

Hasil analisis statistik menunjukkan jenis burung merpati dan jenis kelamin terhadap kadar protein tidak ada interaksi. Jenis burung merpati berpengaruh sangat

nyata (P<0,01) terhadap kadar protein. Kadar protein squab burung merpati Lokal

lebih rendah dibandingkan Homer. Hal ini diduga karena kadar lemak squab burung

merpati Lokal lebih tinggi dibandingkan squab burung merpati Homer dan kadar air

squab burung merpati Lokal dan Homer tidak berbeda nyata. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Muchtadi dan Sugiyono (1992) bahwa kadar protein dipengaruhi oleh

jenis ternak.

Jenis kelamin berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar protein.

Kadar protein squab burung merpati jantan lebih tinggi dibandingkan betina. Hal ini

diduga karena kadar air jantan dan betina tidak berbeda nyata dan kadar lemak jantan

lebih rendah dibandingkan betina. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan

Soeparno (1994) bahwa jenis kelamin jantan mempunyai kadar protein lebih tinggi

daripada betina.

Koefisien keragaman kadar protein daging squab burung merpati Lokal dan

Homer pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 8. Squab burung

merpati Lokal jantan memiliki koefisien keragaman kadar protein sebesar 4,10%,

squab burung merpati Lokal betina sebesar 4,51%, squab burung merpati Homer

(35)

Tabel 8. Koefisien Keragaman (KK) Kadar Protein Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda

Jenis Jenis kelamin

burung merpati Jantan Betina

---(%)---

Lokal 4,10 4,51

Homer 5,01 4,76

Koefisien keragaman tersebut cukup rendah, sehingga squab burung merpati

Lokal dan Homer baik jantan maupun betina memiliki kadar protein yang seragam.

Hal ini diduga karena kadar air squab burung merpati Lokaldan Homer seragam.

Kadar Lemak

Muchtadi dan Sugiyono (1992) menyatakan, perbedaan kadar lemak dapat

dipengaruhi oleh jenis ternak, jenis kelamin, umur dan lokasi otot. Hasil analisis

kadar lemak daging squab burung merpati Lokal dan Homer pada jenis kelamin yang

berbeda dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Kadar Lemak Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda

Jenis Jenis kelamin Rataan

burung merpati Jantan Betina

(%bb) (%bk) (%bb) (%bk) (%bb) (%bk)

Lokal 9,09 30,85 9,66 32,26 9,38 31,56

Homer 8,04 28,41 9,55 33,03 8,79 30,72

Rataan 8,57c 29,63c 9,61d 32,65d

Sumber : Hasil analisis di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Unibraw-Malang (2005) Keterangan: Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

bb = berat basah bk = berat kering

Hasil analisis statistik menunjukkan jenis burung merpati dan jenis kelamin

terhadap kadar lemak tidak ada interaksi. Jenis burung merpati tidak berpengaruh

nyata terhadap kadar lemak. Hal ini diduga karena kadar air squab burung merpati

(36)

Jenis kelamin berpengaruh nyata terhadap kadar lemak. Kadar lemak squab

burung merpati betina lebih tinggi dibandingkan jantan. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Kamal (1994) bahwa kadar lemak dipengaruhi oleh jenis kelamin, yaitu

betina memiliki kadar lemak lebih tinggi dibandingkan jantan. Selain itu karena

proses pembentukan lemak pada ternak betina mengalami peningkatan lebih awal

dan lebih banyak dibandingkan dengan ternak jantan (Winantea, 1985).

Koefisien keragaman kadar lemak daging squab burung merpati Lokal dan

Homer pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Koefisien Keragaman (KK) Kadar Lemak Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda

Jenis Jenis kelamin

burung merpati Jantan Betina

---(%)---

Lokal 9,73 15,94

Homer 5,46 12,36

Squab burung merpati Lokal jantan memiliki koefisien keragaman kadar

lemak sebesar 9,73%, squab burung merpati Lokal betina sebesar 15,94%, squab

burung merpati Homer jantan sebesar 5,46% dan squab burung merpati Homer

betina sebesar 12,36%. Squab burung merpati jantan memiliki kadar lemak lebih

seragam dibandingkan dengan betina baik pada squab burung merpati Lokal maupun

Homer. Hal ini diduga karena kadar air jantan lebih seragam dibandingkan betina.

Kolesterol

Squab burung merpati Lokal memiliki kadar kolesterol sebesar 82,19

mg/100g, sedangkan kadar kolesterol squab burung merpati Homer sebesar 80,72

mg/100g. Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa kandungan kolesterol

daging squab burung merpati Lokal tidak jauh berbeda dengan Homer. Hendrawati

(1999) menyatakan, kandungan kolesterol daging ayam broiler sebesar 99,9 sampai

140,7 mg/100g. Martha (2001) menyatakan, kandungan kolesterol telur itik sebesar

434,11 mg/100g isi telur, selain itu Baihaqi (2002) menyatakan, kandungan

kolesterol telur ayam Merawang sebesar 339 mg/100g. Kandungan kolesterol daging

(37)

ayam Merawang, sehingga daging squab burung merpati dapat dikonsumsi untuk

orang-orang yang sedang diet kolesterol dan baik pula untuk orang tua.

Berat Hidup Akhir Squab

Berat hidup akhir squab pada penelitian ini diperoleh dengan cara

menimbang squab pada saat sebelum dipotong. Berat hidup akhir squab burung

merpati Lokal dan Homer pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel

11.

Tabel 11. Rataan Berat Hidup Akhir Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda

Jenis Jenis kelamin Rataan

burung merpati Jantan Betina

---(g)---

Lokal 280,00 263,80 271,90A

Homer 312,20 303,14 307,67B

Rataan 296,10 283,47

Keterangan: Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Hasil analisis statistik jenis burung merpati dan jenis kelamin terhadap berat

hidup akhir squab tidak ada interaksi. Jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap

berat hidup akhir. Berat hidup akhir squab burung merpati jantan dan betina tidak

berbeda dikarenakan burung merpati merupakan jenis unggas non sexdimorfism

sehingga perbedaan berat hidup akhir antara jantan dan betina tidak terlalu besar

(Tugiyanti dan Ismoyowati, 2002).

Jenis burung merpati berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap berat hidup

akhir squab. Squab burung merpati Homer mempunyai berat hidup akhir yang lebih

tinggi (307,67 g) dibandingkan squab burung merpati Lokal (271,90g). Hal ini dapat

diduga karena burung merpati Homer sudah lebih lama diseleksi sebagai burung

merpati penghasil daging, sedangkan burung merpati Lokal belum diseleksi sebagai

penghasil daging. Berat hidup akhir hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan

dengan penelitian Wiyono (2003), berat hidup akhir squab burung merpati Homer

King umur 21 hari sebesar 314,25 g dan berat hidup squab burung merpati Lokal

(38)

Koefisien keragaman berat hidup akhir squab burung merpati Lokal dan

Homer pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Koefisien Keragaman (KK) Berat Hidup Akhir Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda

Jenis Jenis kelamin

burung merpati Jantan Betina

---(%)-- ---

Lokal 0,61 2,45

Homer 6,32 6,38

Squab burung merpati Lokal jantan memiliki koefisien keragaman sebesar

0,61%, squab burung merpati Lokal betina sebesar 2,45%, squab burung merpati

Homer jantan sebesar 6,32% dan squab burung merpati Homer betina sebesar 6,38%.

Squab burung merpati Lokal dan Homer baik jantan maupun betina memiliki berat

hidup akhir yang seragam, walaupun yang Homer lebih rendah keseragamannya

dibandingkan Lokal. Hal ini diduga karena burung merpati Homer sudah diseleksi

pada tahun 1983, akan tetapi tidak dilanjutkan lagi seleksi karena jumlahnya terbatas,

sedangkan Lokal sedang dilakukan seleksi (Cicih, 2005).

Berat dan Persentase Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Rataan berat karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki burung merpati

Lokal dan Homer pada jenis kelamin yang berbeda dalam penelitian ini dapat dilihat

pada Tabel 13.

Tabel 13. Rataan Berat Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda

Jenis Jenis kelamin Rataan

burung merpati Jantan Betina

---(g/ekor)---Lokal 150,00 137,40 143,70A

Homer 178,70 170,44 174,57B

Rataan 164,35 153,92

(39)

Hasil analisis statistik menunjukkan jenis burung merpati dan jenis kelamin

terhadap berat karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki tidak ada interaksi.

Jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap berat karkas squab termasuk kepala, leher

dan kaki. Hal ini diduga karena berat hidup akhir squab burung merpati jantan dan

betina tidak berbeda nyata.

Jenis burung merpati berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap berat

karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki. Squab burung merpati Homer

memiliki berat karkas termasuk kepala, leher dan kaki lebih tinggi (174,57 g)

dibandingkan squab burung merpati Lokal (143,70 g). Hal ini merupakan

keselarasan antara berat hidup akhir dengan berat karkas termasuk kepala, leher dan

kaki yaitu berat karkas yang tinggi diperoleh dari squab burung merpati yang

memiliki berat hidup akhir yang tinggi dan berat darah, bulu dan jeroan pada

penelitian ini tidak berbeda nyata.

Koefisien keragaman berat karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki

burung merpati Lokal dan Homer pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada

Tabel 14.

Tabel 14. Koefisien Keragaman (KK) Berat Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda

Jenis Jenis kelamin

burung merpati Jantan Betina

---(%)---

Lokal 2,36 1,75

Homer 11,03 11,35

Squab burung merpati Lokal jantan memiliki koefisien keragaman berat

karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki sebesar 2,36%, squab burung merpati

Lokal betina sebesar 1,75%, squab burung merpati Homer jantan sebesar 11,03%

dan squab burung merpati Homer betina sebesar 11,35%. Squab burung merpati

Lokal memiliki berat karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki lebih seragam

dibandingkan squab burung merpati Homer. Hal ini diduga karena berat hidup akhir

squab burung merpati Lokal lebih seragam dibandingkan squab burung merpati

(40)

hidup yang besar menghasilkan berat karkas yang besar. Didukung pula oleh

pernyataan Hendratmoko (2004) bahwa ada korelasi positif antara berat hidup akhir

dengan berat karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki.

Rataan persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki burung

merpati Lokal dan Homer pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel

15.

Tabel 15. Rataan Persentase Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda

Keterangan: Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Hasil analisis statistik menunjukkan jenis burung merpati dan jenis kelamin

terhadap persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki tidak ada interaksi.

Jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap persentase karkas squab termasuk kepala,

leher dan kaki. Hal ini diduga karena berat hidup akhir dan berat karkas squab

termasuk kepala, leher dan kaki yang dihasilkan juga tidak berbeda nyata.

Jenis burung merpati berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase

karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki. Squab burung merpati Lokal

memiliki persentase karkas termasuk kepala, leher dan kaki lebih rendah sebesar

52,83% dibandingkan squab burung merpati Homer yang memiliki persentase karkas

termasuk kepala, leher dan kaki sebesar 56,59%. Hal ini diduga karena berat hidup

akhir squab burung merpati Lokal lebih rendah dibandingkan squab burung merpati

Homer. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winter dan Funk (1960) bahwa ternak

yang memiliki berat hidup yang lebih tinggi menghasilkan persentase karkas yang

tinggi pula.

Koefisien keragaman persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan

kaki burung merpati Lokal dan Homer pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat

(41)

Tabel 16. Koefisien Keragaman (KK) Persentase Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki pada Jenis Burung Merpati dan Jenis Kelamin yang Berbeda

Jenis Jenis kelamin

burung merpati Jantan Betina

---(%)---

Lokal 1,77 0,78

Homer 4,79 5,05

Squab burung merpati Lokal jantan memiliki koefisien keragaman persentase

karkas termasuk kepala, leher dan kaki sebesar 1,77%, squab burung merpati Lokal

betina sebesar 0,78%, squab burung merpati Homer jantan sebesar 4,79% dan squab

burung merpati Homer betina sebesar 5,05%. Squab burung merpati Lokal dan

Homer memiliki persentase karkas termasuk kepala, leher dan kaki seragam. Hal ini

diduga karena berat hidup akhir squab burung merpati Lokal dan Homer seragam.

Berat dan Persentase Karkas Squab

Rataan berat karkas squab burung merpati Lokal dan Homer pada jenis

kelamin yang berbeda dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Rataan Berat Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda

Jenis Jenis kelamin Rataan

burung merpati Jantan Betina

---(g/ekor)---

Lokal 122,00 109,58 115,79A

Homer 150,20 145,14 147,67B

Rataan 136,10 127,36

Keterangan: Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Hasil analisis statistik menunjukkan jenis burung merpati dan jenis kelamin

terhadap berat karkas tidak ada interaksi. Jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap

berat karkas. Hal ini diduga karena berat hidup akhir squab burung merpati jantan

(42)

Jenis burung merpati berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap berat

karkas. Squab burung merpati Homer memiliki berat karkas yang lebih tinggi

(147,67 g) dibandingkan squab burung merpati Lokal (115,79 g). Hal ini diduga

karena berat hidup akhir squab burung merpati Homer lebih tinggi dibandingkan

dengan berat hidup akhir squab burung merpati Lokal. Sesuai dengan pernyataan

Soeparno (1998) bahwa ternak yang memiliki berat hidup yang lebih tinggi

cenderung menghasilkan berat karkas yang tinggi pula. Selanjutnya Morran dan Orr

(1976) menyatakan, perbedaan berat karkas disebabkan jenis ternak.

Koefisien keragaman berat karkas squab burung merpati Lokal dan Homer

pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Koefisien Keragaman (KK) Berat Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda

Jenis Jenis kelamin

burung merpati Jantan Betina

---(%)---

Lokal 1,13 1,46

Homer 13,13 13,33

Squab burung merpati Lokal jantan memiliki koefisien keragaman berat

karkas sebesar 1,13%, squab burung merpati Lokal betina sebesar 1,46%, squab

burung merpati Homer jantan sebesar 13,13% dan squab burung merpati Homer

betina sebesar 13,33%. Squab burung merpati Lokal memiliki berat karkas lebih

seragam dibandingkan squab burung merpati Homer. Hal ini diduga karena berat

hidup akhir squab burung merpati Lokal lebih seragam dibandingkan squab burung

merpati Homer. Sesuai dengan pernyataan Winter dan Funk (1960) bahwa berat

hidup yang besar menghasilkan berat karkas yang besar. Didukung pula oleh

Hendratmoko (2004) yang menyatakan, ada korelasi positif antara berat hidup akhir

dengan berat karkas squab.

Persentase karkas digunakan untuk menilai produksi ternak daging. Rataan

persentase karkas squab burung merpati Lokal dan Homer pada jenis kelamin yang

(43)

Tabel 19. Rataan Persentase Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda

Jenis Jenis kelamin Rataan

burung merpati Jantan Betina

---(%)---

Lokal 43,57 41,55 42,56A

Homer 47,94 47,71 47,83B

Rataan 45,76 44,63

Keterangan: Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Hasil analisis statistik menunjukkan jenis burung merpati dan jenis kelamin

terhadap persentase karkas tidak ada interaksi. Jenis kelamin tidak berpengaruh

terhadap persentase karkas. Hal ini diduga karena berat hidup akhir dan berat karkas

yang dihasilkan juga tidak berbeda nyata.

Jenis burung merpati berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase

karkas. Squab burung merpati Lokal memiliki persentase karkas yang lebih rendah

(42,56%) dibandingkan squab burung merpati Homer (47,83 g). Hal ini diduga

karena berat hidup akhir squab burung merpati Lokal lebih rendah dibandingkan

squab burung merpati Homer. Sesuai dengan pernyataan Winter dan Funk (1960)

bahwa ternak yang memiliki berat hidup yang lebih tinggi menghasilkan persentase

karkas yang tinggi pula.

Koefisien keragaman persentase karkas squab pada jenis burung merpati

Lokal dan Homer pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Koefisien Keragaman (KK) Persentase Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda

Jenis Jenis kelamin

burung merpati Jantan Betina

---(%)---

Lokal 0,45 1,33

Homer 6,94 7,06

Squab burung merpati Lokal jantan memiliki koefisien keragaman persentase

(44)

burung merpati Homer jantan sebesar 6,94% dan squab burung merpati Homer

betina sebesar 7,06%. Squab burung merpati Lokal dan Homer memiliki persentase

karkas yang seragam. Hal ini diduga karena berat hidup akhir squab burung merpati

Gambar

Tabel 1.  Penggolongan Bangsa-Bangsa Burung Merpati Penghasil Daging   pada Umur Dewasa
Tabel 2.  Komposisi Nilai Gizi Daging Squab
Tabel 3.  Kandungan Nutrisi Daging Squab yang Dibandingkan dengan   Ayam, Salmon, Babi dan Sapi
Tabel 4.  Kandungan Kolesterol Daging Squab dan Ternak Lain
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Menampilkan pelafalan do’a sebelum dan sesudah belajar secara berulang-ulang baik secara berpasangan maupun berkelompok secara bergantian.  Non Tes (Unjuk kerja)

Menurut Agus (2007: 67), sekolah merupakan lembaga yang berperan mewariskan kebudayaan kepada individu baik yang bersifat pengetahuan, sikap, maupun keterampilan

PENGARUH ATRIBUT KUALITAS, HARGA, DESAIN DAN PELAYANAN SEPEDA MOTOR HONDA TERHADAP KEPUTUSAN

Metode penelitian yaitu dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif yaitu mengkaji berbagai norma-norma aturan atau peraturan perundang-undangan yang

Dan ini adalah satu kedudukan tinggi baginya dalam sanad sehingga sampai ke tempat Shaykh Sayyiduna Muhammad Ghawth Allah dan melaluinya bersambung sanad kami ini

What are interlingual errors of writing narrative made by Junior High School. and Senior High

- Cantumkan semua bahan rujukan yang dikutip dalam tinjauan pustaka pada daftar pustaka yang akan ditulis - Cara menulis daftar pustaka adalah dengan urutan :. - Nama

The objectives of this study are clasify the types of errors, to identify the frequency of errors, and to explain the sources of errors made by students in