PERBEDAAN BOBOT KARKASBERDASARKAN BOBOT POTONG DOMBA DENGAN JENIS KELAMIN YANG BERBEDA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian
Disusun Oleh : RIZQIYA NUR ANNISA.
RINGKASAN
Domba merupakan ternak penghasil daging yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat, terutama konsumen sate dan gulai. Selama ini, peran domba lokal sangat penting dalam kehidupan masyarakat, apalagi pada saat hari raya Idul Adha (kurban). Kebutuhan domba pada saat itu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Permintaan konsumsi daging terus meningkat sejalan jumlah penduduk yang terus meningkat, tetapi tidak dibarengi dengan kemampuan produksi daging dalam negeri (Anonim, 2000). Oleh karena itu, eksistensi ternak potong lokal di Indonesia sangat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan daging dalam negeri.
Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: (1). Bagaimana perbedaan bobot karkas berdasarkan bobot potong (2). Bagaimana perbedaan karkas domba jantan dan betina (3). Bagaimana perbedaan bobot karkas berdasarkan bobot potong dengan jenis kelamin yang berbeda, dengan Tujuan Peneitian untuk mengetahui lebih jauh tentang (1). Perbedaan bobot karkas berdasarkan bobot potong (2). Perbedaan karkas domba jantan dan betina (3). Perbedaan bobot karkas berdasarkan bobot potong dengan jenis kelamin yang berbeda, yang bermanfaat Penelitian bagi (1) perguruan tinggi sebagai bahan acuan dan pembanding kegiatan penelitian selanjutnya dalam keikutsertaan pembangunan peningkatan dan pengembangan usaha domba. (2) bagi pemerintah daerah dalam menetapkan kebijakan dalam mempertahankan dan mengembangkan usaha agribisnis domba di Kabupaten Pamekasan untuk membantu peternak agar dapat memprediksi bobot karkas yang dihasilkan.
Penelitian dilaksanakan dengan obyek penelitian aktivitas produksi jagal domba lokal jantan dan betina. Sampel yang digunakan adalah ternak domba jantan dan betina lokal sebanyak 40 ekor. Sampel dibagi masing-masing 20 ekor betina dan 20 ekor jantan. Data yang diambil adalah bobot domba hidup dan bobot karkas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Berat potong domba dengan jenis kelamin berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi karkas dan non karkas dengan prosentase hasil 57,5 % domba betina dan 42,5% domba jantan. Produksi domba betina lebih banyak dari pada produksi domba jantan. Domba dengan berat potong 15-20 kg menghasilkan nilai produksi yang paling tinggi yaitu sebesar 9,83 kg. Berat potong ditentukan oleh berat hidup dan kondisi eksterior ternak. Berat potong akan berpengaruh terhadap persentase karkas dan nonkarkas. Perbedaan berat potong akan sangat berpengaruh terhadap persentase
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rakhmat dan hidayaah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi berjudul ” Pendugaan Bobot Karkas Berdasarkan Bobot Potong Domba Dengan Jenis Kelamin Yang Berbeda” yang merupakan prasyarat akademis untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Pertanian pada Universitas Madura Pamekasan, dengan baik.
Dalam penulisan Skripsi ini, banyak pihak yang memberikan sumbangan baik pikiran, tuntunan, dukungan, dan semangat guna kesempurnaan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Suparno, M.Agr selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Madura Pamekasan.
2. Bapak Ir. Joko Purdiyanto, MP. selaku pembimbing Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Madura Pamekasan
3. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Madura Pamekasan
Akhirnya dengan segala keterbukaan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan Skripsi ini.
Pamekasan, Maret 2017 Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN……….i
RINGKASAN………...….………..ii
KATA PENGANTAR ...iii
DAFTAR ISI ...iv
DAFTAR TABEL ...vi
DAFTAR GAMBAR……….………...……….vii DAFTAR LAMPIRAN……….………viii PENDAHULUAN Latar Belakang ……...1 Perumusan Masalah ...3 Tujuan penelitian ...3 Manfaat Penelitian ...4 TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori ……….………..……….5 Pengertian Karkas………..………..……....5 Pertumbuhan Karkas………..………...……...7 Kualitas Karkas…….………..…………..………..…...10
Teknik Pemotongan Domba………...11
Teknik Penyembelihan Ternak...13
METODE PENELITIAN Sampel Penelitian………..………….14
Lokasi Penelitian………....14
Waktu Penelitian………....14
Metode………14
Teknik Analisis data………..……..………...15
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian...……….16
Pembahasan..………..……….………...17
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan……….……….………….……….20
Saran………..……….………20
DAFTAR PUSTAKA…….………..………….22
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
1. Karakteristik dari Karkas Domba…….………6
2. Tingkatan dan syarat mutu daging domba berdasarkan marbling………..…...7
3. Pendugaan bobot karkas domba betina………..…16
4. Pendugaan bobot karkas domba jantan………...…...17
5. Bobot karkas domba betina...18
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
1. Peta Karkas daging domba………...…………..………..9 2. Potongan Karkas Daging Domba...11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1. Pengamatan Hasil Pemotongan ………...…….……….…23
2. Bobot Potong dan Bobot Karkas Domba Betina………...………….25
3. Bobot Potong dan Bobot Karkas Domba Jantan………26
4. Tabel Pendugaan Bobot Karkas Domba Betina………...………..27
Lampiran 1.Pengamatan hasil Pemotongan BETINA No Tgl Pemilik domba Umur Jenis kelamin Bobot Hidup Bobot Potong Berat Karkas % Karkas 1 2.4.16 Bahri 15 bl Betina 21 13 5,64 26,86 2 2.4.16 Zahri 12 bl Betina 18 10 10,14 56,33 3 2.4.16 Bahri 13 bl Betina 19 11 11,04 58,11 4 2.4.16 Zahri 10 bl Betina 16 8 8,34 52,13 5 3.4.16 Dalli 19 bl Betina 25 14 16,44 65,76 6 3.4.16 Burhan 15 bl Betina 21 11 12,84 61,14 7 4.4.16 Hotim 8 bl Betina 14 6 6,54 46,71 8 4.4.16 Karman 11 bl Betina 17 9 9,24 54,35 9 4.4.16 Sleman 11 bl Betina 17 9 9,24 54,35 10 5.4.16 Pandi 11 bl Betina 17 9 9,24 54,35 11 5.4.16 Hodri 7 bl Betina 13 5 5,64 43,38 12 5.4.16 Badri 10 bl Betina 16 8 8,34 52,13 13 6.4.16 Husnul 11 bl Betina 17 9 9,24 54,35 14 6.4.16 Hari 12 bl Betina 18 10 10,14 56,33 15 6.4.16 Sulton 6 bl Betina 12 4 4,74 39,50 16 7.4.16 Bahri 17 bl Betina 23 10 14,64 63,65 17 7.4.16 Zahri 13 bl Betina 19 10 11,04 58,11 18 8.4.16 Bahri 7 bl Betina 13 5 5,64 43,38 19 8.4.16 Zahri 8 bl Betina 14 6 6,54 46,71 20 8.4.16 Dalli 9 bl Betina 15 7 7,44 49,60 Jumlah 345 174 182.1 52,78
JANTAN No Tgl Pemilik domba Umur Jenis kelamin Bobot Hidup Bobot Potong Berat Karkas % Karkas 21 9.4.16 Bahri 10 bl Jantan 16 8 2,01 12,56 22 9.4.16 Zahri 31 bl Jantan 37 27 18,24 49,29 23 10.4.16 Bahri 23 bl Jantan 29 20 11,94 41,17 24 10.4.16 Zahri 28 bl Jantan 34 24 15,54 45,71 25 11.4.16 Dalli 32 bl Jantan 38 28 19,14 50,37 26 11.4.16 Bahri 15 bl Jantan 21 13 5,64 26,86 27 12.4.16 Zahri 22 bl Jantan 28 19 11,04 39,43 28 12.4.16 Bahri 18 bl Jantan 24 15 7,44 31,00 29 13.4.16 Zahri 34 bl Jantan 40 30 20,94 52,35 30 13.4.16 Dalli 19 bl Jantan 25 17 9,24 36,96 31 14.4.16 Burhan 18 bl Jantan 24 15 7,44 31,00 32 14.4.16 Hotim 15 bl Jantan 21 13 5,64 26,86 33 15.4.16 Karman 23 bl Jantan 29 20 11,94 41,17 34 15.4.16 Sleman 14 bl Jantan 20 12 4,74 23,70 35 16.4.16 Pandi 25 bl Jantan 31 22 13,74 44,32 36 16.4.16 Hodri 18 bl Jantan 24 15 7,44 31,00 37 17.4.16 Badri 20 bl Jantan 26 17 9,24 36,96 38 17.4.16 Husnul 16 bl Jantan 22 14 13,74 62,45 39 18.4.16 Hari 14 b Jantan 20 12 4,74 23,70 40 18.4.16 Sulton 22 bl Jantan 28 19 11,04 39,42 Jumlah 537 360 210,87 39,27
Lampiran. 2: Bobot Potong dan Bobot Karkas Domba Betina
Sampel Bobot Potong (kg) X Bobot Karkas (kg) Y 1 21 5,64 2 18 10,14 3 19 11,04 4 16 8,34 5 25 16,44 6 21 12,84 7 14 6,54 8 17 9,24 9 17 9,24 10 17 9,24 11 13 5,64 12 16 8,34 13 17 9,24 14 18 10,14 15 12 4,74 16 23 14,64 17 19 11,04 18 13 5,64 19 14 6,54 20 15 7,44 Jumlah 345 182.1
Lampiran 3. Bobot Potong dan Bobot Karkas Domba Jantan
Sampel Bobot Potong (kg) X Bobot Karkas (kg) Y 1 16 2,01 2 37 18,24 3 29 11,94 4 34 15,54 5 38 19,14 6 21 5,64 7 28 11,04 8 24 7,44 9 40 20,94 10 25 9,24 11 24 7,44 12 21 5,64 13 29 11,94 14 20 4,74 15 31 13,74 16 24 7,44 17 26 9,24 18 22 13,74 19 20 4,74 20 28 11,04 Jumlah 537 210,87
Lampiran 4. Tabel Pendugaan Bobot Karkas Domba Betina
Jenis Kelamin Domba (N)
Bobot domba hidup, kg (X)
Bobot domba karkas, kg (Y) 1 21 13 2 18 10 3 19 11 4 16 8 5 25 14 6 21 11 7 14 6 8 17 9 9 17 9 10 17 9 11 13 5 12 16 8 13 17 9 14 18 10 15 12 4 16 23 10 17 19 10 18 13 5 19 14 6 20 15 7 Jumlah 345 174
Lampiran 5. Tabel Pendugaan Bobot Karkas Domba Jantan
Jenis Kelamin Domba (N)
Bobot domba hidup, kg (X)
Bobot domba potong, kg (Y) 1 16 8 2 37 27 3 29 20 4 34 24 5 38 28 6 21 13 7 28 19 8 24 15 9 40 30 10 25 17 11 24 15 12 21 13 13 29 20 14 20 12 15 31 22 16 24 15 17 26 17 18 22 14 19 20 12 20 28 19 Jumlah 537 360
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Potensi pengembangan ternak di Indonesia khususnya ternak domba hingga kini memiliki potensi maksimal. Sebagian besar keberhasilan usaha peternakan ditentukan oleh kebutuhan untuk pertumbuhan, diantaranya makanan yang diperlukan ternak domba untuk memproduksi jaringan tubuh dan menambah bobot badan, untuk proses reproduksi (kebuntingan), dan diperlukan untuk memproduksi air susu.
Di Indonesia, ternak ruminansia kecil seperti domba memiliki peran yang penting terutama untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pengentasan kemiskinan (Sodiq, 2004). Ditinjau dari aspek pengembangannya ternak domba sangat potensial bila diusahakan secara komersial sebab memiliki beberapa kelebihan dan potensi ekonomi diantaranya tubuhnya relatif kecil, cepat mencapai dewasa, pemeliharaannya relatif mudah, tidak membutuhkan lahan yang luas, investasi modal usaha relatif kecil, mudah dipasarkan sehingga modal usaha cepat berputar. Kelebihan lain ternak domba yaitu adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan, tahan terhadap panas dan beberapa penyakit serta prospek pemasaran yang baik.
yang terus meningkat, tetapi tidak dibarengi dengan kemampuan produksi daging dalam negeri (Anonim, 2000). Oleh karena itu, eksistensi ternak potong lokal di Indonesia sangat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan daging dalam negeri.
Permintaan terhadap domba cukup tinggi karena selain untuk dikonsumsi harian juga dibutuhkan dalam ibadah qurban bagi umat Islam di Indonesia setiap tahun. Populasi domba nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya berkisar 1,9-5,6% pada kurun waktu 2009-2014. Populasi domba pada tahun 2009 sebanyak 15,81 juta ekor dan meningkat menjadi 18,57 juta ekor pada tahun 2014. Angka pemotongan ternak tercatat tahun 2012 menunjukkan bahwa domba menempati urutan pertama, kemudian diikuti oleh sapi, babi dan domba. Domba lokal Indonesia tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, dengan populasi terbanyak dibandingkan domba jenis lainnya. Domba lokal merupakan ternak penghasil daging yang memiliki nilai persentase karkas berkisar 43- 44%.
Jika ditinjau dari aspek pemeliharaannya, domba lokal kebanyakan dipelihara dan dikembangbiakkan secara tradisional dengan manajemen pemeliharaan yang sederhana sehingga kualitas produksinya sangat beragam. Pertumbuhan dan produksi karkas selain dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan juga dipengaruhi oleh bangsa ternak, besar kecilnya ukuran tubuh,
Potensi domba lokal sebagai penghasil daging cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pemotongan domba setiap harinya selalu tinggi, termasuk betina produktif. Produksi daging akan berubah dari ternak muda sampai ternak dewasa dan dipengaruhi oleh beragam faktor seperti: bangsa dan jenis ternak, jenis kelamin, pakan, serta bobot tubuh dan umur.
Komposisi dan bobot karkas dipengaruhi bobot hidup, meskipun hal ini tergantung pada bangsa, jenis kelamin, perawatan, tata ransum dan proses pemotongan.
Karkas merupakan hasil pemotongan ternak yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Di Negara-negara maju, nonkarkas kurang memiliki nilai ekonomis namun di Indonesia hasil permotongan ternak yang berupa nonkarkas masih mempunyai nilai ekonomi . Berlatar belakang hal diatas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prediksi bobot karkas domba lokal dengan mengunakan prediktor bobot potong.
Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
Tujuan Peneitian
Untuk mengetahui lebih jauh tentang:
1. Perbedaan bobot karkas berdasarkan bobot potong 2. Perbedaan karkas domba jantan dan betina
3. Perbedaan bobot karkas berdasarkan bobot potong dengan jenis kelamin yang berbeda.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Berguna bagi perguruan tinggi sebagai bahan acuan dan pembanding kegiatan penelitian selanjutnya dalam keikutsertaan pembangunan peningkatan dan pengembangan usaha domba.
2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah dalam
menetapkan kebijakan dalam mempertahankan dan mengembangkan usaha agribisnis domba di Kabupaten Pamekasan.
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori Pengertian Karkas
Karkas domba adalah tubuh domba sehat yang telah disembelih, utuh atau dibelah membujur sepanjang tulang belakangnya, setelah dikuliti, isi perut dikeluarkan tanpa kepala, kaki bagian bawah dan alat kelamin domba jantan atau domba betina yang telah melahirkan dipisahkan dengan/atau tanpa ekor. Kepala dipotong diantara tulang ocipital (os occipitale) dengan tulang tengkuk pertama (Os atlas). Kaki depan dipotong diantara carpus dan metacarpus; kaki belakang dipotong diantara tarsus dan metatarsus. Jika diperlukan untuk memisahkan ekor, maka paling banyak dua ruas tulang belakang coccygeal (Os caudalis) terikut pada karkas.
Karkas domba adalah bagian tubuh dari domba sehat yang telah disembelih secara halal sesuai dengan syariat agama. Telah dikuliti, dikeluarkan jeroan, dipisahkan antara kepala dan kaki mulai dari tarsus/karpus ke bawah, organ reproduksi, ambing, ekor serta lemak yang berlebih. Daging: adalah bagian otot skeletal dari karkas domba yang aman, layak dan lazim dikonsumsi oleh
Tabel. 1. Karakteristik Karkas Domba
Sumber : RPH Teja Barat Pamekasan, 2015.
Daging segar adalah daging yang belum diolah atau tidak ditambah dengan bahan apapun. Daging segar dingin adalah daging yang mengalami proses pendinginan setelah penyembelihan sehingga temperature bagian dalam daging antara 0 - 4 derajat celcius. Daging beku adalah daging segar yang sudah mengalami proses pembekuan di dalam blast freezer dengan temperature minimum – 18 derajat celcius. Marbling adalah butiran lemak putih yang tersebar dalam jaringan otot daging /lemak intra muskuler (Suparno, 1994).
3. Older mutton: Karkas yang berasal dari domba jantan dewasa yang telah mencapai dewasa kelamin dan 2 gigi seri permanen atau lebih yang sudah terkikis.
Tabel. 2.
Tingkatan dan syarat mutu daging domba berdasarkan marbling
Sumber : RPH Teja Barat Pamekasan, 2015.
Pertumbuhan Karkas
Butterfield (1988) menyatakan bahwa konformasi karkas merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan karkas. Panjang karkas banyak ditentukan oleh panjang tulang permanen sedangkan lebar karkas ditentukan oleh pertumbuhan urat daging di daerah sekitar dada. Peneliti lain melaporkan bahwa pada domba, jika bobot karkas meningkat maka ukuran-ukuran lebar karkas meningkat lebih
adalah lebih rendah dibandingkan domba karena proporsi kulit, bulu dan alat pencernaannya lebih tinggi pada domba. Penilaian komposisi karkas ada tiga variabel yang penting, yaitu tulang, daging dan lemak karkas, apabila ada proporsi yang lebih besar maka salah satu variabel akan memiliki lebih sedikit atau kedua variabel sebagai sisanya.
Bobot hidup, karkas dan persentase karkas domba jantan local adalah lebih tinggi dibandingkan dengan domba betina lokal dengan menggunakan dua macam pakan berbeda diperoleh bobot hidup 22,33 dan 24,93 kg, bobot karkas 10,00 dan 11,20 kg serta persentase karkas 44,48 – 44,98 %. Domba dengan bobot hidup 23,08 kg diperoleh bobot karkas 9,54 kg dan persentase karkas 40,13% yang relative sama dengan penelitian. Adapun domba jantan berukuran kecil ternyata bobot hidup 56,5 kg, bobot karkas 27,8 kg dan persentase karkas 49,3 % yang ternyata jauh lebih tinggi dibandingkan domba lokal.
Persentase daging dan tulang lebih tinggi, sementara persentase lemak domba lebih rendah daripada domba dalam perlakuan yang sama. Perbedaan ini disebabkan karena laju pertumbuhan masing-masing komponen jaringan karkas dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah bangsa ternak, dipengaruhi pula oleh spesies, umur dan nutrisi
dan persentase karkas berdasarkan jenis kelamin dipengaruhi oleh hormon. Hormon tersebut adalah somatotropin (STH, GH) yang memiliki aktivitas utama dalam pertumbuhan tulang, pertumbuhan otot, merangsang sintesa protein dan berpengaruh terhadap metabolisme lipida; triodothyopina (thyroxin) meningkatkan laju metabolik dalam tubuh; glikogen meningkatkan glukosa darah, stimulasi katabolisme protein dan lemak; androgen untuk meningkatkan perilaku kelamin jantan; estrogen berpengaruh terhadap perilaku jenis kelamin betina; glukokortikoid dapat menstimulasi sintesa karbohidrat, pemecahan protein laktogen, menstimulasi aktivitas hormone pertumbuhan dari hipofisa dan prolatin.
Kualitas Karkas
Daging domba tergolong ke dalam daging merah, memiliki kadar lemak total dan kalori yang rendah, sehingga dianggap sebagai daging sehat. Daging domba telah digunakan sebagai makanan terapi pada pasien hiperlipemik di rumah sakit Staten Island Medical Center. Kualitas daging domba di dataran rendah lebih baik daripada di daerah pantai serta dipengaruhi juga oleh faktor umur domba.
Perubahan warna atau penyimpangan warna terjadi karena terdapat memar, pendarahan, freeze burn, dan atau perubahan warna lainnya yang disebabkan oleh mikroorganisme atau zat zat kontaminan. Memar adalah perubahan warna dan konsistensi pada daging akibat benturan fisik. Freeze burn adalah perubahan warna pada daging karena terjadi kontak dengan permukaan yang sangat dingin, dibawah temperature -18 derajat celcius. Ketebalan lemak karkas adalah jaringan lemak subkutan (sub cutaneous) Konformasi karkas adalah jaringan otot skeletal dan jaringan lemak sebagai unit komersialyang berhubungan dengan ukuran tulang rangka (skeleton). Karkas yang berasal dari domba jantan dewasa yang telah mencapai dewasa kelamin dan 2 gigi seri permanen atau lebih yang sudah terkikis
Sumber : RPH Teja Barat Pamekasan, 2015.
Gambar. 2. Potongan Karkas Daging Domba
Teknik Pemotongan Domba
Teknis pemotongan domba menurut Soeparno (1998) adalah:
1. Karkas domba diperoleh dengan cara memotong kepala diantara tulang occipital dengan tulang tengkuk pertama. Kaki depan dipotong diantara karpus dan metacarpus, kaki belakang dipotong diantara tarsus dan meta tarsus
4. Daging prosot (side) adalah merupakan daging karkas paruh kiri atau kanan yang diperoleh dengan memisahkan semua tulang, tulang rawan, legamentum nuchae dan limfonodus.
5. Has (tenderloin) diperoleh dengan jalan memotong yang dilakukakan pada tulang pelvis, selanjutnya dipisahkan dari tulang illium dengan cara menarik otot tersebut. Lapisan lemak atas dan bawah dibersihkan, bagian lemak antara musculus illiacus dan musculus psoasmajor dipertahankan.
6. Loin diperoleh dengan memotong karkas bagian depan di antara rusuk ke 12 dan 13, pada bagian belakang kaki, di daerah pertautan antara lumbo sacral terakhir dan flank.
7. Leg diperoleh dengan cara memisahkan karkas paruh belakang dengan loin atara lumbo sacral terakhir dan flank.
8. Shoulder diperoleh dengan cara memotong karkas bagian depan diantara rusuk ke 5 atau 6
9. Rack merupakan potongan yang diperoleh dari potongan bagian depan antara rusuk ke 5 atau 6 dengan rusuk ke 12 atau 13.
10. Breast merupakan potongan yang diperoleh dari pertautan rusuk pertama dan sternum ke belakang hingga rusuk ke 11.
Teknik Penyembelihan Ternak Pemuasaan.
Sebelum dilakukan pemotongan ternak dipuasakan selama 12 jam untuk mendapatkan berat hidup kosong.
Penyembelihan.
1) Penyembelihan dilakukan secara Islam; 2) Pengeluaran darah sebanyak-banyaknya;
3) Pemisahan kepala dari tubuhnya setelah ternak benar-benar mati; dan 4) Penyiapan karkas termasuk pengulitan.
Pengulitan.
Setelah penyembelihan dan ternak benar-benar mati, maka dilakukan pengulitan. Cara pengulitan yang dilakukan adalah dengan cara digantung, kaki bagian belakang di atas dan bagian kepala sebelah bawah. Pada ternak ruminansia kecil, kulit tidak melekat erat pada karkas, kecuali bagian rusuk.
Pemotongan Karkas
Setelah disembelih dilakukan pengambilan data berat karkas, kulit, kaki, kepala, paru-paru, jantung, hati dan terakhir saluran pencernaan untuk ditimbang. Karkas adalah hasil pemotongan hewan setelah dikurangi kepala, kedua kaki
METODE PENELITIAN Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap domba local sebanyak 40 ekor yang terdiri dari 20 ekor domba betina dan 20 ekor domba jantan, yang berumur 6 bulan sampai 3 tahun.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di tempat pemotongan ternak tradisional milik Bapak Bahri desa Teja Barat Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan, dengan peralatan yang digunakan adalah timbangan kapasitas 50 kg merk Berhell, pisau, dan tali.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 April sampai 31 Mei 2015
Metode
Satu hari sebelum pemotongan, ternak domba dititipkan di tempat pemotonngan untuk diperiksa oleh petugas kesehatan hewan. Sebelum dipotong,
Pemotongan ternak domba dilakukan secara islami agar karkas yang dihasilkan halal. Setelah ternak domba mati, dilakukan pengulitngeluarkan isi perut, memisahkan kepala dan kaki, kemudian karkas ditimbang sebagai bobot karkas.
Untuk mendapatkan prosentase karkas, dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Teknik Analisis Data
Analisis data guna menjawab masalah dan tujuan penelitian yang telah diajukan, dirumuskan, digunakan teknik analisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu berupa tabulasi, persentasi, tabel frekuensi dengan analisis pendugaan.
Bobot karkas (kg)
% Karkas = ________________________ x 100 % Bobot hidup (kg)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Perbedaan Bobot Karkas Domba Betina
Untuk mendapatkan prosentase karkas, dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Tabel. 3. Pendugaan Bobot Karkas Domba Betina
No Berat Potong (kg) Berat Karkas (kg)
1 10 3,41 2 11 4,13 3 12 4,85 4 13 5,57 5 14 6,29 6 15 7,01 7 16 7,73 8 17 8,45 9 18 9,17 10 19 9,89 11 20 10,61 12 21 11,33 13 22 12,05 Bobot karkas (kg) % Karkas = ________________________ x 100 % Bobot hidup (kg)
Pendugaan Bobot Karkas Domba Jantan
Tabel. 4. Pendugaan Bobot Karkas Domba Jantan
No Berat Potong (kg) Berat Karkas (kg)
1 10 2,94 2 11 3,84 3 12 4,74 4 13 5,64 5 14 6,54 6 15 7,44 7 16 8,34 8 17 9,24 9 18 10,14 10 19 11,04 11 20 11,94 12 21 12,84 13 22 13,74 14 23 14,64 15 24 15,54 16 25 16,44 17 26 17,34 18 27 18,24 19 28 19,14 20 29 20,04
Pembahasan
Hasil analisis menunjukkan bahwa berat potong domba dengan jenis kelamin berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi karkas dan non karkas dengan prosentase hasil 57,5 % domba betina dan 42,5% domba jantan.
Produksi domba betina lebih banyak dari pada produksi domba jantan. Domba dengan berat potong 15-20 kg menghasilkan nilai produksi yang paling tinggi yaitu sebesar 9,83 kg. Berat potong ditentukan oleh berat hidup dan kondisi eksterior ternak. Berat potong akan berpengaruh terhadap persentase karkas dan nonkarkas. Perbedaan berat potong akan sangat berpengaruh terhadap persentase karkas yang dihasilkannya karena setiap kenaikan berat potong akan diikuti oleh kenaikan berat karkas.
Tabel. 5. Bobot karkas domba betina Jenis Kelamin
Domba (N)
Bobot domba hidup, kg (X)
Bobot karkas, kg (Y)
1 21 5,64 2 18 10,14 3 19 11,04 4 16 8,34 5 25 16,44 6 21 12,84
16 23 14,64 17 19 11,04 18 13 5,64 19 14 6,54 20 15 7,44 Jumlah 345 182.1
Tabel. 6. Bobot potong dan bobot hidup domba jantan Jenis Kelamin
Domba (N)
Bobot domba hidup, kg (X)
Bobot karkas, kg (Y)
1 16 2,01 2 37 18,24 3 29 11,94 4 34 15,54 5 38 19,14 6 21 5,64 7 28 11,04 8 24 7,44 9 40 20,94 10 25 9,24 11 24 7,44 12 21 5,64 13 29 11,94
20 28 11,04
Jumlah 537 210,87
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Berat potong domba dengan jenis kelamin berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi karkas dan non karkas dengan prosentase hasil 57,5 % domba betina dan 42,5% domba jantan.
2. Produksi domba betina lebih banyak dari pada produksi domba jantan. Domba dengan berat potong 15-20 kg menghasilkan nilai produksi yang paling tinggi yaitu sebesar 9,83 kg. Berat potong ditentukan oleh berat hidup dan kondisi eksterior ternak. Berat potong akan berpengaruh terhadap persentase karkas dan nonkarkas. Perbedaan berat potong akan
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini, maka saran yang ingin disampaikan penulis yaitu:
1. Bagi perguruan tinggi dijadikan sebagai bahan acuan dan pembanding kegiatan penelitian selanjutnya dalam keikutsertaan pembangunan peningkatan dan pengembangan usaha domba.
1. Bagi pemerintah daerah dalam menetapkan kebijakan dalam mempertahankan dan mengembangkan usaha agribisnis domba di Kabupaten Pamekasan untuk membantu peternak agar dapat memprediksi bobot karkas yang dihasilkan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Rauf, Dj., 1988. Pengaruh Umur Dan Jenis Kelamin Terhadap Persentase Bobot Karkas Domba Ekor Gemuk Serta Hasil Ikutannnya Di Lembah Palu. Skripsi. Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Padjadjaran, Bandung Amin, M.R., Husain, S.S., dan Islam, A.B.M.M., 2000. Analisis berat dan persentase karkas domba ekor gemuk berdasarkan berat hidup dan berat bagian tubuh non karkas pada dua tingkatan umur. J. IPTG. 3(1).
Dirjen Peternakan, 2000. Menggali potensi ternak lokal untuk mencukupi kebutuhan protein hewani. Makalah Seminar Nasional: Peningkatan Produktivitas Ternak Lokal
Isroil. 2001. Evaluasi terhadap Pendugaan Bobot Badan Domba Priangan Berdasarkan Ukuran Tubuh. Jurnal Ilmiah Saintkes (Universitas Semarang) Vol. VIII No. 2. ISSN 0854-763X
Pamungkas, D., Umiyasih, U., dan Yusran, M.A., 1992. Analisis berat dan persentase karkas domba ekor gemuk berdasarkan berat hidup dan berat bagian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor Prabowo, A., R. Sunarlim, A. Djajanegara Dan K. Diwyanto. 1994. Penilaian
Kualitas Karkas dan Potensi Pasar Daging Impor Domba dari Australia. Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor.
Rianto, E., E. Lindasari, dan E. Purbowati. 2006. Pertumbuhan dan komponen fisik karkas domba ekor tipis jantan yang mendapat dedak padi dengan aras berbeda. J. Animal Production.