• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Proses pembangunan di semua masyarakat paling tidak harus memiliki tiga tujuan inti sebagai berikut:

a. Meningkatkan ketersediaan dan memperluas distribusi berbagai macam barang kebutuhan pokok seperti pangan, papan , kesehatan dan perlindungan keamanan.

b. Meningkatkan taraf hidup yaitu selain meningkatkan pendapatan, memperluas kesempatan kerja, pendidikan yang lebih baik, dan juga perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya dan kemanusiaan, yang keseluruhannya akan memperbaiki bukan hanya kesejahteraan material tetapi juga menghasilkan rasa percaya diri sebagai individu maupun sebagai suatu bangsa.

c. Memperluas pilihan ekonomi dan sosial yang tersedia bagi setiap orang dan setiap bangsa dengan membebaskan mereka dari perbudakan dan ketergantungan bukan hanya dalam hubungan dengan

commit to user

orang dan negara lain tetapi juga terhadap kebodohan dan kesengsaraan manusia (Todaro,1999).

Secara umum, pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Seringkali kemajuan yang dimaksud terutama adalah kemajuan material. Maka pembangunan seringkali diartikan sebagai kemajuan yang dicapai oleh sebuah masyarakat di bidang ekonomi. Tolak ukur pembangunan ada lima, yaitu: a. Kekayaan rata-rata

Pembangunan disini diartikan sebagai jumlah kekayaan keseluruhan sebuah bangsa atau negara.

b. Pemerataan

Bangsa dan negara yang berhasil melakukan pembangunan adalah mereka yang disamping produktivitasnya, penduduknya juga makmur dan sejahtera secara relatif merata.

c. Kualitas kehidupan

Pembangunan bukan sekedar pertambahan kekayaan materi saja yang diukur secara makro, pengetahuan tentang adanya indeks PQLI (Physical Quality of Life Index) dan PNB/kapita (Produk Nasional Bruto/kapita) digunakan untuk mengetahui bahwa konsep pembangunan sangat komplek.

d. Kerusakan lingkungan

Kriteria keberhasilan pembangunn yang paling baru, dimasukan juga faktor kerusakan lingkungan sebagai faktor yang menentukan sukses tidaknya pembangunan. Faktor-faktor ini digunakan sebagai tolak ukur, daftar urut keberhasilan pembangunan dari negara-negara yang ada di dunia ini akan mengalami perubahan.

e. Keadilan sosial dan kesinambungan

Dua faktor yang ditambahkan dalam menentukan keberhasilan pembangunan, yakni faktor keadilan sosial (pemerataan pendapatan) dan faktor lingkungan, berfungsi untuk melestarikan pembangunan ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

suaya berlangsung secara terus menerus atau berkesinambungan (Budiman, 1996)

Secara umum hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Hakikat pembangunan ini mengandung makna bahwa pembangunan nasional mengejar keseimbangan, keserasian, dan keselarasan antara kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah. Pembangunan nasional yang berkesinambungan diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa, sehingga senantiasa mampu mewujudkan ketentraman dan kesejahteraan hidup lahir dan batin (Lemhannas, 1995).

2. Pembangunan ekonomi

Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Dari definisi itu pembangunan ekonomi mempunyai pengertian :

a. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus menerus b. Usaha untuk menaikan pendapatan perkapita

c. Kenaikan pendapatan per kapita itu harus berlangsung dalam jangka panjang

d. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (misalnya ekonomi, politik, sosial, budaya)

Jadi pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses di mana saling keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembangunan ekonomi tersebut dapat diidentifikasikan dan dianalisis secara seksama. Dengan cara tersebut bisa diketahui runtutan peristiwa yang timbul yang akan mewujudkan peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya (Arsyad, 2009).

Menurut Malthus, proses pembangunan adalah suatu proses naik turunnya aktivitas ekonomi lebih dari sekedar lancar tidaknya aktivitas

commit to user

ekonomi. Konsep pembangunan Malthus tidak menganggap proses pembangunan ekonomi terjadi dengan sendirinya. Bahkan proses pembangunan ekonomi memerlukan usaha yang konsisten di pihak rakyat. Malthus tidak memberikan gambaran adanya gerakan menuju keadaan stasioner tetapi menekankan bahwa perekonomian mengalami kemerosotan beberapa kali sebelum mencapai tingkat tertinggi dari pembangunan. (Jhingan, 2007).

3. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan

(endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya

manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah) (Arsyad, 2009).

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bukanlah perencanaan dari suatu daerah, tetapi perencanaan untuk suatu daerah. Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki penggunaan berbagai sumber daya publik yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumber-sumber daya swasta secara bertanggungjawab. Melalui perencanaan pembangunan ekonomi daerah, suatu daerah dilihat secara keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang berinteraksi satu sama lain (Kuncoro, 2004).

Permasalahan dalam pembangunan ekonomi di daerah menyangkut pada kebijakan ekonomi makro, kesenjangan, dan kemiskinan. Kebijakan ekonomi makro selama ini (terutama yang berada di luar pulau Jawa) lebih

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

difokuskan pada usaha ekstraksi hasil bumi (sumberdaya alam) seperti pemberian konsesi pada perusahaan-perusahaan asing dan berskala besar. Ini berarti kurangnya perhatian terhadap usaha masyarakat lokal yang cenderung berskala kecil. Kesenjangan yang terjadi antar kelompok pendapatan antara daerah perkotaan dan perdesaan telah memburuk sejak dibukanya perekonomian perdesaan ke arah ekonomi pasar, karena hanya mereka yang memiliki akses terhadap modal, kredit, informasi dan kekuasaan yang dapat mengambil manfaat dari program-program pembangunan (Wiranto, 2004).

4. Pembangunan Pertanian

Departemen Pertanian bersama stake holder pembangunan lainnya merumuskan dan mengimplementasikan paradigma baru pembangunan pertanian yakni “pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi”. Karena kondisi dan perubahan yang ada adalah persoalan sistem, maka strategi pemulihan maupun pembangunan kembali landasan pembangunan tidak boleh sepotong-sepotong, melainkan harus dilakukan secara sistem, yakni sistem agribisnis. Paradigma baru pembangunan pertanian tersebut dalam 4 tahun terakhir ini diimplementasikan dengan kebijakan dasar yakni kebijakan perlindungan dan promosi agribisnis (protection and promotion agribusiness policy). Prinsip kebijakan ini adalah pemerintah memfasilitasi dan membantu tumbuh kembangnya usaha agribisnis khususnya petani di seluruh daerah dan sekaligus melindungi agribisnis

domestik dari praktek unfair-trade (dumping) dari negara lain (Saragih, 2010).

Sebagai gambaran, sektor pertanian yang bertumpu pada potensi sumber daya alam banyak mengalami pengurasan sehingga ketersediaan dan kualitas sumber daya alam makin menurun. Akibatnya, setelah hamper empat dasawarsa pembangunan berlangsung, kondisi pertanian nasional masih dihadapkan pada berbagai masalah, antara lain:

commit to user 2) berkurangnya daya dukung lingkungan,

3) meningkatnya konversi lahan pertanian produktif, 4) meluasnya lahan kritis,

5) meningkatnya pencemaran dan kerusakan lingkungan,

6) menurunnya nilai tukar, penghasilan dan kesejahteraan petani,

7) meningkatnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran di pedesaan, 8) terjadinya kesenjangan sosial di masyarakat.

Masalah tersebut muncul karena pembangunan selama ini cenderung bias pada pemacuan pertumbuhan produksi, serta peran pemerintah dan swasta sangat dominan. Masyarakat petani hanya berperan sebagai objek, bukan sebagai subjek pembangunan. Sektor pertanian juga tidak lagi ditempatkan sebagai fondasi ekonomi nasional, tetapi sebagai penyangga untuk menyukseskan industrialisasi sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi. Sebagai penyangga, sektor pertanian berperan untuk mendongkrak produksi pangan dalam negeri secara cepat dan tidak berisiko secara politik (Ashari, 2007).

Dalam kebijakan pembangunan ekonomi nasional, pembangunan pertanian merupakan langkah awal dan mendasar bagi pertumbuhan industri. Para pakar membuat skenario, yaitu degan sektor pertanian yang tangguh dapat ditunjang perkembangan industri yang kuat. Sebagian besar pakar ekonomi juga berpendapat baha keberhasilan sektor industri sangat bergantung pada keberhasilan pembangunan pertanian (Daniel, 2004). 5. Peranan Sektor Pertanian

Sumbangan atau jasa sektor pertanian pada pembangunan ekonomi terletak dalam hal:

1. menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk yang kian meningkat

2. Meningkatkan permintaan akan produk industri dan dengan demikian mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang modal bagi pembangunan melalui eksport hasil pertanian terus-menerus

4. Meningkatkan pendapatan desa untuk dimobilisasi pemerintah 5. Memperbaiki kesejahteraan masyarakat.

Di Negara terbelakang produksi pangan mendominasi sector pertanian. Jika output membesar lantaran meningkatnya produkstivitas, maka pendapatan para petani akan meningkat. Kenaikan pendapatan perkapita akan sangat meningkatkan permintaan pangan. Dalam perekonomian seperti itu elastisitas pendapatan permintaan adalah sangat

tinggi yang bisanya bergerak antara 0,6 persen sampai 0,8 persen. (Jhingan, 2007).

Peran nyata sektor pertanian sebagai tumpuan pembangunan ekonomi nasional pada masa krisis dan selama pemulihan ekonomi, maka sektor pertanian perlu diposisikan sebagai sektor andalan dan didukung secara konsisten dengan mengembangkan ekonomi pedesaan yang bersifat resource based (Simatupang, 1999). Atas dasar tersebut, potensi perekonomian pedesaan diharapkan akan menjadi determinan dari perekonomian nasional secara keseluruhan dan dengan demikian perubahan yang terjadi pada struktur perekonomian pedesaan perlu dicermati terutama dampaknya terhadap struktur kesempatan kerja dan pendapatan di wilayah pedesaan (Zakaria, 2000).

6. Teori Ekonomi Basis

Aktifitas dalam perekonomian regional digolongkan dalaam dua sektor yakni aktivitas Basis dan Non Basis. Kegitatan Basis merupakan kegiatan yang melakukan aktifitas yang berorientasi ekspor (barang dan jasa) keluar batas wilayah perekonomian yang bersangkutan. Aktifitas Basis memiliki peranan penggerak utama (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah semakin maju pertumbuhan wilayah. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis menimbulkan efek ganda (multiplier effect) dalam perekonomian

commit to user

regional. Kegiatan non Basis adalah kegiatan yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat yang berada di dalam batas wilayah perekonomian yang bersangkutan. Luas lingkup produksi dan pemasaran adalah bersifat lokal.

Inti dari Model Ekonomi Basis (Economic Base Model) adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut. Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah tehnik yang digunakan adalah Kuosien lokasi (Location Quotient = LQ). LQ digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor basis atau unggulan (leading sector). Indikator yang digunakan adalah Kesempatan Kerja (Tenaga Kerja) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah Location Quotient (Emilia, 2006).

Metode locational quotient (LQ) merupakan perbandingan antara pangsa relatife pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat wilayah terhadap pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat nasional tehadap pendapatan (tenaga kerja) nasional. Hal tersebut secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

LQ = Vt Vi

vt vi

vi : Pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat wilayah vt : Pendapatan (tenaga kerja) total wilayah

Vi : Pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat nasional Vt : Pendapatan (tenaga kerja) total wilayah

Apabila LQ suatu sektor (pertanian) ≥ 1, maka sektor (pertanian) tersebut merupakan sektor basis. Sedangkan jika nilai LQ suatu sektor (pertanian) < 1, maka sektor (pertanian) tersebut merupakan sektor non basis. Asumsi metode LQ ini adalah penduduk di wilayah bersangkutan mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan nasional. Asumsi lainya bahwa permintaan wilayah akan sesuatu barang akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dipenuhi terlebih dahulu oleh produksi wilayah, kekurangannya diimpor dari wilayah lain (Budiharsono, 2005).

7. Komponen Pertumbuhan Wilayah

Analisis shift share ini menganalisis perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja, pada dua titik waktu di suatu wilayah. Dari hasil analisis ini akan diketahui bagaimana perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor lainnya, apakah bertumbuh cepat atau lambat. Hasil analisis ini juga dapat menunjukan bagaimana perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya, apakah cepat bertumbuh atau lambat. Dalam analisis ini diasumsikan bahwa perubahan tenaga kerja atau produksi di suatu wilayah antara tahun dasar dengan tahun analisis dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan yaitu: komponen pertumbuhan nasional (national growth component) atau disingkat PN, komponen pertumbuhan proporsional (proportional or industrial mix

growth component) disingkat PP, komponen pertumbuhan pangsa wilayah

(regional share growth component) di singkat PPW. Rumus analisis shift share ini adalah:

∆ Yij = PNij +PPij+PPWij atau

Y’ij – Yij = Yij (Ra-1)+ Yij (Ri-Ra)+ Yij(ri-Ri)

Keterangan :

∆ Yij : Perubahan tenaga kerja/ produksi dari sektor i pada ke-j. Yij : Produksi/ tenaga kerja dari sektor i pada wilayah ke-j pada

tahun dasar analisis.

Y’ij : Produksi/ tenaga kerja dari sektor i pada wilayah ke-j pada tahun akhir analisis.

commit to user

Y’i. : PDB atau tenaga kerja (nasional) dari sektor i pada tahun akhir analisis.

Yi : PDB atau tenaga kerja (nasional) dari sektor i pada tahun dasar análisis

Y.. : PDB atau tenaga kerja (nasional) pada tahun dasar analisis.

Y’.. : PDB atau tenaga kerja (nasional) pada tahun akhir analisis.

ri = Y’ij/Yij

Ri= Y’i./Yi

Ra= Y’../Y..

(Ra-1) = PNij : Persentase perubahan PDRB/ tenaga kerja yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan nasional.

(Ri-Ra)= PPij : Persentase perubahan PDRB/ tenaga kerja yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan proporsional.

(ri-Ri) = PPWij : Persentase perubahan PDRB/ tenaga kerja yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan pangsa wilayah (Budiharsono, 2005).

Dalam analisis Shift Share (SS) terdapat 4 kuadran yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja sektor-sektor yang terdapat dalam suatu wilayah, yaitu (1) kuadran I, sektor yang berada di daerah ini mempunyai pertumbuhan yang cepat dan berdaya saing, (2) kuadran II; sektor di daerah ini pertumbuhannya cepat, tetapi relatif tidak berdaya saing (PP positif tetapi PPW negatif) (3) kuadran III, pertumbuhan sektornya lambat dan relatif tidak berdaya saing (PP dan PPW sama-sama negatif) dan (4) kuadran IV, sektor di daerah ini pertumbuhannya lambat, tetapi daya saingnya relatif baik (PP bernilai negatif, tetapi PPW positif). Terdapat 3 (tiga) kelemahan utama dalam analisis Shift Share (SS), yaitu (1) persamaan Shift Share hanyalah identity equation yang tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mempunyai implikasi keperilakuan, (2) komponen PN menyiratkan bahwa laju pertumbuhan suatu wilayah hanya disebabkan oleh kebijakan nasional tanpa memperhatikan faktor-faktor lainnya dan (3) baik komponen PP maupun PPW mengasumsikan bahwa perubahan penawaran dan permintaan, teknologi dan lokasi diasumsikan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan wilayah. Di samping itu, diasumsikan juga bahwa semua barang hanya dipasarkan di wilayah itu sendiri (Anonim, 2008).

8. Angka pengganda

Pengganda pendapatan merupakan penjumlahan pengaruh langsung dan tak langsung. Menurut konsep ekonomi basis wilayah, pada dasarnya pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah terjadi karena adanya efek pengganda dari pembelanjaan kembali pendapatan yang diperoleh melalui penjualan barang dan jasa yang dihasilkan wilayah tersebut yang dipasarkan ke luar wilayah. Besarnya kekuatan efek pengganda tersebut yang mendorong pertumbuhan ekonomi ditunjukkan oleh koefisien pengganda yang dihasilkan.

Pendapatan memiliki kelebihan sebagai alat ukur terutama apabila model ekonomi basis digunakan untuk mengukur dampak potensial wilayah sebagai pasar. Rumus perhitungan Pengganda pendapatan jangka pendek (MS) adalah :

MS =

Rasio YN/Y menggambarkan proporsi dari Total pendapatan yang dihasilkan oleh aktivitas lokal atau aktivitas penduduk dalam perekonomian wilayah.

∆Y = MS x ∆YB Keterangan :

Y : Pendapatan Total

YN : Pendapatan semua Sektor Non Pertanian ∆Y : perubahan pendapatan sektor pertanian ∆YB : perubahan Pendapatan Sektor Pertanian

commit to user

Pengganda tenaga kerja adalah besarnya kesempatan kerja tersedia pada sektor tersebut sebagai akibat penambahan permintaan akhir dari sektor yang bersangkutan dalam satu satuan rupiah. Sedangkan untuk menghitung angka pengganda tenaga kerja dengan rumus sebagai berikut :

k =

∆N = ∆ NB . k Keterangan :

K : pengganda tenaga kerja

N : jumlah tenaga kerja total seluruh sektor NB : jumlah tenaga kerja sektor basis

∆N : pertumbuhan tenaga kerja di dalam wilayah ∆NB : pertumbuhan tenaga kerja di sektor basis

Dari angka pengganda yang telah diperoleh dikalikan dengan pertumbuhan tenaga kerja di sektor basis akan dihasilkan angka pertumbuhan atau perluasan tenaga kerja dalam wilayah. Jumlah tenaga kerja seluruhnya dalam wilayah itu adalah penjumlahan dari tenaga kerja di sektor basis dengan tenaga kerja bukan basis ( Budiharsono, 2005).

Dokumen terkait