commit to user
i
KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM
PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN BLORA
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Oleh
Raras Resthiningrum
H0307068
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
KERAGAAN DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN BLORA
yang dipersiapkan dan disusun oleh Raras Resthiningrum
H0307068
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 12 Juli 2011
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
Ketua Anggota I Anggota II
Wiwit Rahayu, SP. MP NIP.197111091997032004
R. Kunto Adi, SP. MP NIP.197310172003121002
Dr. Ir. Sri Marwanti, MS. NIP.195907091983032001
Surakarta, Juli 2011 Mengetahui
Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian
Dekan
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
kasih karunia-Nya sehinggga penyusun dapat melaksanakan penelitian dan
menyusun skripsi dengan judul “Keragaan dan Peranan Sektor Pertanian dalam Perekonomian Wilayah di Kabupaten Blora”
Pada kesempatan ini penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan
baik moril maupun materiil kepada penyusun dalam penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih ini penyusun tujukan terutama kepada :
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MS. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial
Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. selaku Ketua Komisi Sarjana
Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta,
5. Bapak R. Kunto Adi, SP. MP selaku dosen Pembimbing Akademik dan dosen
Pembimbing pendamping, yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan
pengarahan dalam masa studi dan penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Wiwit Rahayu, SP. MP selaku dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan motivasi, bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
7. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MS selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
8. Para dosen Agrobisnis yang telah memberikan nasehat, motivasi dan
bimbingan selama penulis menuntut ilmu.
9. Mbak Ira, staff TU Jurusan/Prodi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan seluruh karyawan Fakultas Pertanian
UNS, terima kasih atas bantuan dan pelayanan yang telah diberikan.
commit to user
iv
11. Kepala Kantor Bakesbangpolinmas Kabupaten Blora beserta staf yang telah
membantu dalam perijinan penelitian.
12. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Blora beserta
staf yang telah membantu menyediakan data yang penulis butuhkan dalam
penyusunan skripsi ini.
13. Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Blora beserta staf yang telah membantu menyediakan data yang penulis
butuhkan.
14. BPS Kabupaten Blora yang telah membantu menyediakan data yang Penulis
butuhkan.
15. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Adi Suprapto dan Ibu Yuliana Maria
Murniati. Terimakasih untuk semua kasih sayang, doa dan semua semangat
hidup yang dicurahkan.
16. Saudara-saudaraku Mas Heru, Mas Antok, Tia, dan Hilda terimakasih untuk
support serta sukacita yang terus dibagi dan dirasakan bersama.
17. Ehud Rengkuh Riyantha, Ibu, Bapak, Dek Nindy, dan Dek Agnes untuk kasih
sayang, perhatian dan doa yang terus diberikan sampai detik ini.
18. Sahabat-sahabatku terkasih, Sara Verryca dan Lani Mara, terimakasih untuk
kasih sayang dan semua waktu yang telah dihabiskan bersama, aku belajar
tentang hidup melalui kalian dan waktuku empat tahun terasa begitu cepat
karena kalian disampingku.
19. Yunita Ratih, Ecy Kasih, Elisabet Endah, Nugroho, Rembulan Titi, Friska,
Christy, Meijelani, Sisca, dan semua keluarga besar PMK FP UNS. Semua
pengurus, alumnus, dan pendamping, serta semua anggota persekutuan dari
semua jurusan dan angkatan terimakasih untuk doa, dukungan dan keluarga
yang indah.
20. Anggota kos Jumadi Residence, Pak Jumadi dan Bu Jumadi, Mbak Yayuk, Mbak Dara, Mbak Fitri, Ifa, Niken, Yuyun, Ratna, dan Tyas terimakasih buat
semangat dan semua dukungan yang buatku menikmati waktuku di Solo.
21. Teman-teman HIBITU terimakasih buat semua semangat dan kebersamaan
commit to user
v
22. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
penyusun sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca semua.
Surakarta, Juli 2011
commit to user
vi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
RINGKASAN ... xii
SUMMARY ... xiii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Kegunaan Penelitian ... 8
II. LANDASAN TEORI ... 10
A. Penelitian Terdahulu ... 10
B. Tinjauan Pustaka ... 12
1. Pembangunan ... 12
2. Pembangunan Ekonomi ... 14
3. Pembangunan Ekonomi Daerah ... 15
4. Pembangunan Pertanian ... 16
5. Peranan Sektor Pertanian ... 17
6. Teori Ekonomi Basis ... 18
7. Komponen Pertumbuhan Wilayah ... 20
8. Angka Pengganda ... 22
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 23
D. Asumsi-asumsi ... 26
E. Pembatasan Masalah ... 26
F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ... 26
III. METODE PENELITIAN ... 29
A. Metode Dasar Penelitian ... 29
B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian ... 29
C. Jenis dan Sumber Data ... 29
D. Metode Analisis ... 30
commit to user
vii
2. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah ... 31
3. Analisis Prioritas Pengembangan Sub Sektor Pertanian ... 34
4. Analisis Peranan Sektor Pertanian dalam Perekonomian Wilayah di Kabupaten Blora ... 35
IV. KONDISI UMUM WILAYAH ... 36
A. Kondisi Umum Daerah ... 36
1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif ... 36
2. Topografi ... 36
3. Curah Hujan... 37
4. Luas Penggunaan Lahan ... 37
B. Keadaan Penduduk dan Tenaga Kerja ... 38
1. Jumlah dan Komposisi Penduduk ... 38
2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 39
3. Keadaan Penduduk Menurut Ketenagakerjaan ... 40
C. Keadaan Pertanian ... 41
1. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan ... 42
2. Sub Sektor Tanaman Perkebunan ... 43
3. Sub Sektor Peternakan ... 44
4. Sub Sektor Kehutanan ... 46
5. Sub Sektor Perikanan ... 47
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49
A. Sektor Perekonomian dan Sub Sektor Pertanian Basis ... 49
1. Sektor Ekonomi Basis ... 49
2. Sub Sektor Pertanian Basis ... 52
B. Komponen Pertumbuhan Wilayah ... 56
1. Komponen Pertumbuhan Nasional ... 57
2. Komponen Pertumbuhan Proporsional... 58
3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah ... 61
C. Prioritas Pengembangan Sub Sektor Pertanian ... 64
D. Peranan Sektor Pertanian Dalam Perekonomian Wilayah di Kabupaten Blora ... 68
1. Angka Pengganda Pendapatan ... 68
2. Angka Pengganda Tenaga Kerja ... 69
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
A. Kesimpulan ... 71
B. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 74
commit to user
viii
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman Tabel 1. Nilai dan Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto
Kabupaten Blora Menurut Lapangan Usaha Tahun
2005-2009 ADHK 2000 (Jutaan Rupiah)……… 2
Tabel 2. Nilai dan Kontribusi Produk Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Pertanian Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Jutaan
Rupiah)……….. 3
Tabel 3. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Blora Menurut Lapangan Usaha Tahun
2005-2009 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (%)... 5
Tabel 4. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Pertanian Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 Atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (%)………. 6
Tabel 5. Jumlah dan Proporsi Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha Di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009
(Orang)………... 7
Tabel 6. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Blora Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Pada Tahun
2009………... 29
Tabel 7. Jenis dan Sumber Data………. 30
Tabel 8. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Blora Tahun
2005-2009 (Hektar)………...……… 38
Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio
di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009…... 39
Tabel 10. Komposisi Penduduk Kabupaten Blora Menurut Kelompok
Umur Tahun 2005-2009... 40
Tabel 11. Data Ketenagakerjaan Di Kabupaten Blora Tahun
2005-2009 (Orang)……….………... 40
Tabel 12. Jaringan Irigasi dan Pengairan di Kabupaten Blora Tahun
2005-2009 (meter)... 41
Tabel 13. Luas Tanam dan Produksi Sub Sektor Tanaman Bahan
Makanan di Kabupaten Blora Tahun 2007 – 2009………... 42
Tabel 14. Luas Lahan dan Produksi Sub Sektor Tanaman Perkebunan
commit to user
ix
No. Judul Halaman
Tabel 15. Jumlah Populasi Ternak Sektor Peternakan Kabupaten Blora
Tahun 2007-2009 (ekor)……….. 45
Tabel 16. Luas Lahan Sub Sektor Kehutanan Kabupaten Blora tahun
2005-2009 (hektar)... 46
Tabel 17. Produksi Kayu Menurut Wilayah Pemangkuan dan Jenisnya
di KabupatenBlora Tahun 2007-2009 (M3)... 47
Tabel 18. Luas dan Produksi Ikan Hasil Budidaya Perairan Umum di
Kabupaten Blora Tahun 2007-2009………... 48
Tabel 19 Nilai LQ Sektor Pertanian dan Sektor Perekonomian
Lainnya di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009……….. 50
Tabel 20 Nilai LQ Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Blora Tahun
2005-2009……….. 53
Tabel 21 Rata-Rata Nilai Komponen Pertumbuhan Wilayah Sektor Pertanian dan Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Blora
Tahun 2005-2009……….... 57
Tabel 22 Nilai Rata-Rata Perubahan PDRB (∆Y) dan Komponen Pertumbuhan Regional Sektor Pertanian dan Sub Sektor
Pertanian di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009………….... 58
Tabel 23 Nilai Rata-Rata Komponen Pertumbuhan Proposional Sektor Pertanian dan Sub Sektor Pertanian di Kabupaten
Blora Tahun 2005-2009………. 59
Tabel 24 Nilai Rata-Rata Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Sektor Pertanian dan Sub Sektor Pertanian di Kabupaten
Blora Tahun 2005-2009………... 62
Tabel 25 Prioritas Pengembangan Sub Sektor Pertanian di Kabupaten
Blora………... 64
Tabel 26 Pengganda Pendapatan Sektor Pertanian Terhadap Total Pendapatan di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009
(jutaan rupiah)……… 68
Tabel 27 Pengganda Tenaga Kerja Sektor Pertanian terhadap Total Tenaga Kerja di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
Gambar 1. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah Keragaan dan
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman Lampiran 1. PDRB Kabupaten Blora Menurut Lapangan Usaha
tahun 2005-2009 atas Dasar Harga Konstan 2000…………...
76
Lampiran 2. PDRB Jawa Tengah Tahun Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 Atas Dasar Harga Konstan
2000... 76
Lampiran 3. Hasil Analisis LQ Sektor Perekonomian Kabupaten
Blora Tahun 2005-2009………... 76
Lampiran 4. PDRB Kabupaten Blora Sub Sektor Pertanian Tahun
2005-2009 atas Dasar Harga Konstan 2000... 76
Lampiran 5 PDRB Jawa Tengah Sub Sektor Pertanian Tahun
2005-2009 atas Dasar Harga Konstan 2000... 77
Lampiran 6. Hasil Analisis LQ Sub Sektor Pertanian Kabupaten
Blora Tahun 2005-2009………... 77
Lampiran 7 Rata-rata Komponen Pertumbuhan Wilayah Sektor
Perekonomian Kabupaten Blora Tahun 2005-2009.... 77
Lampiran 8. Rata-rata Komponen Pertumbuhan Wilayah Sub Sektor
Pertanian Kabupaten Blora Tahun 2005-2009... 77
Lampiran 9. Prioritas Pengembangan Sub Sektor Pertanian
Kabupaten Blora………... 77
Lampiran 10. Angka Pengganda Pendapatan Sektor Pertanian
Kabupaten Blora tahun 2005-2009... 78
Lampiran 11. Angka Pengganda Tenaga Kerja Sektor Pertanian
Kabupaten Blora Tahun 2005-2009……….... 78
Lampiran 12 Lampiran Data PSIPD Kabupaten Blora Tahun 2009… 79
Lampiran 13 Lampiran Data Blora Dalam Angka 2009……… 83
Lampiran 14 Surat Ijin penelitian………... 102
Lampiran 15 PDRB Kabupaten Blora ADHK 2000 tahun
2005-2009………... 103
Lampiran 16 Distribusi PDRB kabupaten Blora ADHK 2000 tahun
2005-2009………... 105
Lampiran 17 PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2000 tahun
2005-2009……….. 107
commit to user
xii RINGKASAN
Raras Resthiningrum. H0307068. Keragaan Dan Peranan Sektor Pertanian Dalam Perekonomian Wilayah di Kabupaten Blora. Dibimbing oleh Wiwit Rahayu, SP. MP dan R. Kunto Adi, SP. MP. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji posisi sektor pertanian dan sub sektor pertanian dalam perekonomian di Kabupaten Blora, untuk mengkaji kecepatan pertumbuhan dan daya saing melalui komponen pertumbuhan (PP dan PPW) sektor pertanian dan sub sektor pertanian di Kabupaten Blora, untuk mengetahui prioritas pengembangan sub sektor Pertanian di Kabupaten Blora, dan untuk mengkaji peranan sektor pertanian dalam perekonomian wilayah Kabupaten Blora dilihat dari sisi pendapatan dan sisi tenaga kerja. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis, dengan menggunakan metode analisis data Location Quotient, Shift Share serta Angka pengganda tenaga kerja dan pendapatan.
Data yang digunakan adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Blora Atas Dasar Harga Konstan 2000 tahun 2005-2009, Kabupaten Blora dalam Angka 2010, Data dalam Pengembangan Sistem Informasi Profil Daerah Tahun 2009, dan RPJMD Kabupaten Blora tahun 2010-2015.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2005-2009 Sektor pertanian di Kabupaten Blora merupakan sektor basis, dan posisi sub sektor pertanian yang menjadi sektor basis di Kabupaten Blora adalah sub sektor tanaman perkebunan dan sub sektor kehutanan. Sektor pertanian di Kabupaten Blora memiliki rata-rata nilai PNij yang positif, memiliki pertumbuhan yang lambat (dengan nilai PP sebesar Rp.-12.728,48 juta) dan memiliki daya saing yang baik (nilai PPW sebesar Rp. 5.345,01 juta). Sub sektor pertanian memiliki nilai PNij positif. Sub sektor pertanian dengan pertumbuhan cepat adalah sub sektor Tanaman Perkebunan dan Peternakan (nilai PP sebesar Rp. 1.184,35 juta dan Rp. 2.565,27 juta), sub sektor pertanian dengan daya saing baik adalah sub sektor tanaman bahan makanan dan kehutanan (nilai PPW sebesar Rp. 18.133,14 juta dan Rp. 15.283,16 juta).
Prioritas pengembangan sub sektor pertanian di Kabupaten Blora adalah Sub sektor tanaman perkebunan termasuk kriteria prioritas pengembangan yang kedua, demikian pula dengan sub sektor kehutanan, Sub sektor peternakan merupakan sub sektor dengan prioritas pengembangan ketiga. Sub sektor dengan prioritas pengembangan keempat adalah sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor yang terakhir adalah sub sektor perikanan dengan prioritas kelima,
commit to user
xiii
SUMMARY
Raras Resthiningrum. H0307068. Performance And the Role of
Agricultural Sector in the Regional Economy in Blora Regency. Guided by Wiwit Rahayu, SP. MP and R. Kunto Adi, SP. MP. Faculty of Agriculture. Sebelas Maret University. Surakarta.
The purpose of this study was to assess the position of the agricultural sector and sub sectors of agriculture in the economy in Blora regency, to assess the growth and competitiveness component (with PP and PPW component) of agriculture sector and agriculture sub sectors in Blora Regency, knowing the priority sub-sectors of agricultural development in Blora regency, and to assess the role of agriculture in regional economy Blora regency in terms of revenue and the workforce. The research method used is descriptive analytical method, using the methods of data analysis Location Quotient, Shift Share and employment rates and income multipliers.
This research takes the Gross Regional Domestic Product (GRDP) of Central Java Province and District Blora 2000 Constant Prices 2005-2009, Blora Regency in Figures 2010, Data in Information Systems Development Regional Profile of 2009, and RPJMD Blora regency in 2010-2015.
The results of this research shows that in the period 2005-2009, agricultural sector is a base sector in Blora Regency, and the based sub sectors of agriculture in Blora are sub sectors of plantation plants and sub sectors of forestry. The agricultural sector in Blora regency has an positive value of PNij, slow growth in agriculture with PPij value is Rp.-12.728,48 million and has a good competitiveness sector with PPWij value is Rp. 5.345,01 million. The agricultural sub sectors has a positive value of PNij, Sub sector with the rapid growth are Plantation Crops sub sector and Livestock sub sector with PP value are Rp. 1.184,35 million and Rp. 2.565,27 million. Sub-sector with good competitive are plant producing food sub sector, and forestry sub sector with PPW value are Rp. 18.133,14 million and Rp. 15.283,16 million.
Priority of the agricultural sub-sector development in Blora regency are: the second priority are plantation plants sub sector and forestry sub sector, the third development priority is livestock sub sector. The fourth priority is food crops sub-sectors and the fifth priority is fishery sub sector
commit to user
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum, pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan
kehidupan masyarakat dan warganya. Pembangunan menyangkut beberapa
sasaran, di antaranya meningkatnya ketersediaan dan memperluas distribusi
barang-barang kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, papan, kesehatan,
dan perlindungan, serta meningkatnya taraf hidup masyarakatnya. Semua
upaya ini akan memperbaiki rasa percaya diri sebagai individu maupun
bangsa. Pembangunan dapat dikatakan sebagai perubahan yang terencana,
maka dari itu pembangunan harus berpijak pada perencanaan yang matang
melalui proses yang melibatkan segenap elemen strategis masyarakat.
Pembangunan harus didukung dengan adanya pembangunan ekonomi
yang terarah dan terencana. Kegiatan pembangunan ekonomi dipandang
sebagai bagian dari keseluruhan pembangunan yang dijalankan oleh suatu
masyarakat untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi
tingkat pendapatan masyarakat, sedangkan keseluruhan usaha-usaha
pembangunan meliputi juga pembangunan sosial, politik, dan kebudayaan.
Pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini tidak terlepas dari pembangunan
masing-masing daerah karena pembangunan ekonomi daerah merupakan
bagian integral dalam upaya mencapai sasaran nasional.
Diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah, yang menempatkan otonomi daerah secara
luas, nyata, dan bertanggung jawab menjadikan setiap daerah kabupaten
memiliki kewenangan dan keleluasaan untuk menyusun serta melaksanakan
kebijakan pembangunan daerah yang sesuai dengan kondisi, potensi, aspirasi
masyarakat dan sektor perekonomian yang ada di daerah tersebut (Anonim,
2010).
Demikian pula dengan Kabupaten Blora. Kabupaten ini memiliki
wewenang dalam memajukan perekonomian wilayahnya sendiri. Saat ini
pembangunan perekonomian daerah di Kabupaten Blora terus dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Blora. Maka
dari itu perlu adanya perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang baik
atau dalam arti tepat dan sesuai dengan kondisi wilayah, sehingga diharapkan
kedepannya dapat meningkatkan perekonomian di Kabupaten Blora. Usaha
dalam mewujudkan pembangunan ekonomi yang tepat adalah dengan
memberikan penekanan terhadap sektor-sektor yang potensial dalam
perekonomian daerah tersebut. Penekanan atau prioritas pengembangan
terhadap sektor-sektor potensial ini berkaitan dengan perencanaan kedepan
dalam pembangunan daerah, dimana proses perubahan ini memerlukan
persiapan dalam fasilitas pembangunan sektoral tersebut.
Sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar
dalam PDRB Kabupaten Blora tahun 2005-2009. Hal tersebut dapat dilihat
pada Tabel 1 :
Tabel 1. Nilai dan Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Blora Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 ADHK 2000 (Jutaan Rupiah)
No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata
1 Pertanian 941.881,88
(54,40)
Sumber: BPS Kabupaten Blora Tahun 2009
commit to user
Tabel 1 menunjukkan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009,
distribusi PDRB sektor pertanian mengalami angka yang berfluktuatif. Tahun
2005 sektor pertanian mencapai 54,40 % dari total PDRB Kabupaten Blora
atau senilai Rp. 941.881,88 juta. Namun menurun di tahun 2006 dan
meningkat kembali di tahun 2007 dan 2008. Dan di tahun 2009 mencapai
54,01% atau senilai Rp. 1.122.394,93 juta. Rata-rata persentase PDRB selama
tahun 2005-2009 adalah 53,99 % atau senilai Rp 1.023.237,05 juta.
Berdasarkan nilai rata-rata tersebut diketahui bahwa sektor pertanian menjadi
sektor penyumbang PDRB terbesar di Kabupaten Blora selama tahun
2005-2009.
Sektor pertanian terdiri dari lima sub sektor penting didalamnya. Selama
lima tahun terakhir, sub sektor pertanian mengalami perubahan nilai PDRB
yang fluktuatif. Data dapat dilihat dalam Tabel 2 dibawah ini :
Tabel 2. Nilai dan Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Pertanian Terhadap Sektor Pertanian Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata
Sumber: BPS Kabupaten Blora Tahun 2009
Keterangan : ( ) dalam satuan %
Pada sektor pertanian, diketahui bahwa penyumbang PDRB terbesar
adalah dari sub sektor tanaman bahan makanan, yaitu mencapai
Rp. 674.801,46 juta di tahun 2009 atau 60,12% dari total PDRB Sektor
Pertanian. Nilai PDRB dari sub sektor tanaman bahan makanan ini cenderung
meningkat dari tahun 2005 sampai 2009, namun dengan persentase yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan mengalami penurunan di tahun 2008 namun meningkat lagi di tahun 2009
mencapai 60,12%. Nilai rata-rata PDRB sub sektor tanaman bahan makanan
dari tahun 2005-2009 adalah 58,25 % atau senilai Rp. 597.090,66 juta.
Berdasarkan nilai rata-rata tersebut maka sub sektor tanaman bahan makanan
merupakan sub sektor penyumbang PDRB terbesar pada sektor pertanian
selama Tahun 2005-2009 di Kabupaten Blora.
Sub sektor kedua yang memberikan kontribusi besar terhadap nilai
PDRB Sektor Pertanian adalah sub sektor kehutanan. Sub sektor kehutanan
memberikan sumbangan PDRB di tahun 2005 sebesar Rp. 265.890,32 juta
atau sebesar 28,23 %, kemudian terus mengalami penurunan di tahun 2006
menjadi 28,17 % atau Rp 273.415,09 juta dan 25,98 % di tahun 2007 atau
senilai Rp. 262.643,83 dan akhirnya di tahun 2009 menjadi Rp. 284.240,58
juta atau sebesar 25,32 %. Rata-rata nilai PDRB sub sektor kehutanan selama
tahun 2005-2009 adalah 26,74 % atau senilai Rp. 272.867,44 juta, angka ini
menjelaskan bahwa sub sektor ini memberikan sumbangan PDRB terbesar
kedua terhadap sektor pertanian di Kabupaten Blora selama tahun penelitian.
Sesuai dengan visi Kabupaten Blora untuk mewujudkan pemerintahan
yang bersih menuju masyarakat Blora yang sejahtera, Kabupaten Blora terus
berupaya untuk memajukan perekonomian daerahnya. Berkaitan dengan visi
tersebut maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan
sektor perekonomian potensial yang ada di Kabupaten Blora. Seperti yang
telah diuraikan bahwa salah satu sektor yang berpotensi dan memegang kunci
perekonomian di Kabupaten Blora adalah sektor pertanian, sektor ini terdiri
dari lima sub sektor di dalamnya. Sektor pertanian ini diharapkan mampu
memberikan peranan yang tinggi dalam penyerapan tenaga kerja dan
memberikan sumbangan yang tinggi terhadap pendapatan daerah sehingga
dapat meningkatkan perekonomian Kabupaten Blora. Pemerintah Kabupaten
Blora telah menuangkan dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah) Kabupaten Blora tahun 2010-2015 bahwa sektor pertanian
commit to user
menetapkan pengembangan sub sektor pertanian prioritas yang sesuai agar
rencana pemerintah daerah tersebut lebih terarah dan tepat sasaran nantinya.
Oleh karena itu diperlukan adanya analisis guna mengetahui posisi sektor
pertanian dan sub sektor pertanian dalam perekonomian wilayah Kabupaten
Blora. Selain itu juga diperlukan analisis tentang pertumbuhan dari sektor
pertanian dan sub sektor pertanian selama 5 tahun terakhir untuk menentukan
sub sektor pertanian prioritas di Kabupaten Blora yang dapat mendukung
perekonomian wilayah Kabupaten Blora menjadi lebih baik nantinya. Selain
itu, agar pemerintah mengetahui bagaimana peranan sektor pertanian dalam
perekonomian wilayah Kabupaten Blora dapat di analisis peranannya dari sisi
pendapatan dan tenaga kerja. Hal ini dapat dijadikan tambahan informasi dan
pertimbangan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Blora dalam menentukan
kebijakan yang akan ditempuh, karena sebagaimana diketahui suatu sektor
yang baik atau sektor basis dapat menyebabkan peningkatan pendapatan dan
menciptakan kesempatan kerja (Widodo, 2006).
B. Perumusan Masalah
Sektor pertanian memberikan kontribusi yang tinggi bagi PDRB
Kabupaten Blora (Tabel 1). Sedangkan laju pertumbuhan PDRB sektor
pertanian di Kabupaten Blora dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut :
Tabel 3. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Blora Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (%)
No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009
Rata-rata
1 Pertanian 3,37 3,05 4,17 5,86 4,87 4,26
2 Pertambangan dan penggalian 12,75 13,17 16,96 -7,60 1,98 7,45 3 Industri Pengolahan 6,90 5,64 5,72 6,10 4,18 5,71 4 Listrik, gas dan air bersih 1,94 4,53 2,12 4,25 3,24 3,22 5 Bangunan 4,11 5,37 -12,22 5,45 5,45 1,63 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,40 5,17 4,81 5,12 5,08 5,12 7 Angkutan dan komunikasi 3,95 3,21 4,75 6,12 4,73 4,55 8 Keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan
3,83 6,43 8,54 5,70 6,28 6,16
9 Jasa-jasa 4,64 2,59 4,00 4,48 6,35 4,41
Sumber: BPS Kabupaten Blora Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa sektor Pertanian memiliki laju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang ada. Laju pertumbuhan rata-rata sektor pertanian adalah 4,26%. Jika
diperhatikan laju pertumbuhan sektor pertanian dari tahun 2005-2008
cenderung meningkat dari 3,37 % mencapai 5,86%, namun mengalami
penurunan pada Tahun 2009 menjadi 4,87%.
Sedangkan untuk laju pertumbuhan PDRB sub sektor pertanian selama
tahun 2005-2009 di Kabupaten Blora dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai
berikut :
Tabel 4. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Sub Sektor Pertanian Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (%)
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata
1. Tanaman Bahan Makanan 2. Tanaman Perkebunan
Sumber: BPS Kabupaten Blora Tahun 2009
Kelima sub sektor memiliki laju pertumbuhan yang fluktuatif dari tahun
2005-2009. Sub sektor tanaman bahan makanan dimulai dari laju sebesar 2,67
% di tahun 2005 dan meningkat di tahun 2007 menjadi 9,63 % namun
menurun kembali, dan akhirnya id tahun 2009 menjadi 6,35 %. Demikian pula
dengan sub sektor lainnya. Apabila dilihat dari laju pertumbuhan rata-rata
yang tertinggi adalah dari sub sektor tanaman bahan makanan yaitu 5,68%.
Sub sektor kedua adalah sub sektor perikanan yaitu mencapai 4,26%, dan sub
sektor dengan laju pertumbuhan rata-rata terendah adalah sub sektor
peternakan yaitu 0,89%.
Dilihat dari faktor ketenagakerjaan, jumlah tenaga kerja di sektor
pertanian merupakan yang paling besar dibanding sektor lainnya selama kurun
commit to user
Tabel 5. Jumlah dan Proporsi Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha Di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 (Orang)
Lapangan usaha 2005 2006 2007 2008 2009
1. Pertanian
2. Pertambangan dan penggalian
3. Industri pengolahan
4. Listrik, gas dan air bersih
5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
7. Angkutan dan komunikasi
8. Keuangan, persewaan & jasa perusahaan
Sumber: BAPPEDA Kabupaten Blora Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa jumlah tenaga kerja di sektor
pertanian selama tahun 2005-2009 adalah yang terbesar dibandingkan
lapangan usaha yang lainnya. Dari tahun 2005-2008 terjadi perubahan jumlah
penyerapan tenaga kerja yang terus meningkat dan mencapai 418.554 orang
pada sektor pertanian, namun terjadi penurunan jumlah tenaga kerja pada
tahun 2009 yaitu menjadi 407.460 orang. Persentase jumlah tenaga kerja di
tahun 2005 adalah 70,58 %, menurun di tahun 2006 menjadi 65,45 %.
Kemudian meningkat kembali menjadi 67,21 % di tahun 2007 dan terus
menurun menjadi 62,16 % di tahun 2009.
Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa di Kabupaten Blora, sektor
pertanian memberikan kontribusi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kerja sektor pertanian. Namun selama kurun waktu 2005-2009 distribusi
PDRB, laju pertumbuhan PDRB sektor pertanian dan sub sektor pertanian,
dan penyerapan tenaga kerja cenderung berfluktuatif. Guna mendukung
rencana pembangunan daerah Kabupaten Blora dalam perekonomian, maka
dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah sektor pertanian dan sub sektor pertanian merupakan sektor dan
sub sektor basis di Kabupaten Blora?
2. Apakah sektor pertanian dan sub sektor pertanian di Kabupaten Blora
mempunyai pertumbuhan yang cepat dan mempunyai daya saing?
3. Bagaimana prioritas pengembangan sub sektor Pertanian di Kabupaten
Blora ?
4. Berapa besar peranan sektor pertanian dalam perekonomian wilayah
Kabupaten Blora dilihat dari sisi pendapatan dan sisi tenaga kerja?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengkaji posisi sektor pertanian dan sub sektor pertanian dalam
perekonomian di Kabupaten Blora.
2. Untuk mengkaji kecepatan pertumbuhan dan daya saing melalui
komponen pertumbuhan (PP dan PPW) sektor pertanian dan sub sektor
pertanian di Kabupaten Blora.
3. Untuk mengetahui prioritas pengembangan sub sektor Pertanian di
Kabupaten Blora.
4. Untuk mengkaji peranan sektor pertanian dalam perekonomian wilayah
Kabupaten Blora dilihat dari sisi pendapatan dan sisi tenaga kerja.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan tentang posisi sektor
pertanian dalam perekonomian dan kontribusi sektor pertanian di
Kabupaten Blora, serta sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
commit to user
2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Blora, sebagai bahan pertimbangan
dalam perencanaan maupun evaluasi pembangunan wilayah berdasarkan
prioritas pengembangan, untuk menetapkan kebijakan pembangunan di
wilayah Kabupaten Blora.
3. Bagi pihak lain dan pemangku kepentingan lain, sebagai bahan informasi
dan pertimbangan apabila berminat melaksanakan penelitian di bidang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian Pratomo (2003), dengan judul Keragaan Sektor Pertanian dan Peranannya Dalam Perekonomian Wilayah di Kabupaten Kebumen, diketahui dalam kurun waktu tahun 1996-2000 sektor Pertanian tergolong sektor basis di Kabupaten Kebumen dengan nilai LQ 1,95.
Sementara sub sektor pertanian tanaman bahan makanan, tanaman
perkebunan, peternakan, dan kehutanan merupakan sektor basis, sedangkan
sub sektor perikanan merupakan sub sektor non basis. Berdasarkan analisis
Shift share, sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif (0,962%) yang dihasilkan dari komponen pertumbuhan daerah (1,197%), komponen
pertumbuhan proporsional (-0,140%),dan komponen pertumbuhan diferensial
(-0,475%). Setelah digabungkan antara LQ dan shift share untuk menentukan sektor prioritas, sektor pertanian merupakan prioritas alternatif. Peranan
pertanian dilihat dari angka pengganda pendapatan sebesar 2,53 yang berarti
bahwa setiap Rp. 1,00 pendapatan sektor pertanian akan menghasilkan
pendapatan wilayah di Kabupetan Kebumen sebesar Rp. 2,53.- Sementara itu,
dari sisi tenaga kerja melalui angka pengganda tenaga kerja sektor pertanian
menunjukkan angka 2,782 artinya sebanyak 66.474 orang yang akan
mengakibatkan perubahan jumlah tenaga kerja total di wilayah Kabupaten
Kebumen sebesar 170.070 orang.
Penelitian Bramasto (2004) dengan judul Peranan Sektor Pertanian
dalam Perekonomian Wilayah di Kabupaten Karanganyar, menunjukkan
bahwa peranan sektor pertanian terhadap perekonomian wilayah di Kabupaten
Karanganyar ditinjau dari sisi pendapatan melalui angka penggandanya
memiliki kecenderungan menurun. Peranan sektor pertanian terhadap
perekonomian wilayah di Kabupaten Karanganyar ditinjau dari sisi tenaga
kerja melalui angka penggandanya memiliki kecenderungan statis.
commit to user
Muryani (2005) dalam penelitian berjudul Identifikasi dan Kontribusi
Sektor Pertanian Dalam Perekonomian Wilayah Kabupaten Semarang,
selama kurun waktu 1999-2003 menyimpulkan bahwa sektor pertanian
merupakan sektor non basis, sementara sub sektor perkebunan, peternakan,
dan kehutanan merupakan sub sektor basis, sedangkan sub Sektor tanaman
makanan dan perikanan termasuk dalam sub sektor non basis. Kontribusi
pertanian pada tahun 2002 dilihat dari angka pengganda pendapatan sebesar
4,71 artinya setiap Rp. 1,00,- pendapatan sektor pertanian akan menghasilkan
rata-rata pendapatan wilayah Kabupaten Semarang sebesar Rp. 471,
sedangkan kontribusi Sektor Pertanian dilihat dari angka pengganda tenaga
kerja tahun 2001 sebesar 2,24 artinya setiap perubahan 100 satuan kerja sektor
Pertanian akan berakibat merubah tenaga kerja di Kabupaten Semarang
sebesar 224 satuan.
Ropingi (2006) dalam penelitian berjudul Efek Alokasi dan Kontribusi Sektor Pertanian Dalam Menghadapi Otonomi Daerah di Kabupaten Boyolali
menyebutkan bahwa berdasarkan nilai efek alokasi sektor perekonomian di
Kabupaten Boyolali dapat dikelompokkan menjadi sektor pertanian dan sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang mempunyai
keunggulan kompetitif dan terspesialisasikan, sektor listrik, gas, air bersih;
sektor bangunan dan kontruksi serta sektor jasa-jasa termasuk sektor yang
mempunyai keunggulan kompetitif namun tidak terspesialisasi, sektor
pertambangan, penggalian dan sektor industri pengolahan merupakan sektor
yang tidak memiliki keunggulan kompetitif dan juga tidak terspesialisasi.
Sedangkan nilai angka pengganda pendapatan (MS) yang relatif stabil dengan
nilai rata-rata selama lima tahun berkisar 3,11695, tertinggi pada tahun 2001
dengan nilai 3,211500297. Pada tahun 1998 itu juga dihasilkan nilai MS
3,108554259, artinya bahwa setiap investasi satu rupiah pendapatan sub sektor
pertanian menghasilkan pendapatan di sektor pertanian sekitar 3,108554259
rupiah pada tahun 1998.
Keempat penelitian terdahulu menjadi referensi dalam penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memberikan kontribusi besar pada perekonomian daerah, selain itu Kabupaten
Kebumen, Kabupaten Semarang, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten
Boyolali berada dalam lingkup yang sama dengan Kabupaten Blora, yaitu di
wilayah Propinsi Jawa Tengah. Selain itu keempat penelitian terdahulu ini
menggunakan metodologi yang sama dalam menentukan posisi sektor
pertanian dan peranan sektor pertanian, dimana untuk mengetahui posisi basis
atau non basis dari sektor pertanian digunakan analisis LQ, sedangkan analisis
shift share digunakan untuk menentukan pertumbuhan sektor pertanian, dan peranan sektor pertanian dapat diperlihatkan dengan adanya angka pengganda
pendapatan dan angka pengganda tenaga kerja.
B. Tinjauan Pustaka 1. Pembangunan
Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang
mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap
masyarakat dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar
akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan,
serta pengentasan kemiskinan. Proses pembangunan di semua masyarakat
paling tidak harus memiliki tiga tujuan inti sebagai berikut:
a. Meningkatkan ketersediaan dan memperluas distribusi berbagai
macam barang kebutuhan pokok seperti pangan, papan , kesehatan dan
perlindungan keamanan.
b. Meningkatkan taraf hidup yaitu selain meningkatkan pendapatan,
memperluas kesempatan kerja, pendidikan yang lebih baik, dan juga
perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya dan
kemanusiaan, yang keseluruhannya akan memperbaiki bukan hanya
kesejahteraan material tetapi juga menghasilkan rasa percaya diri
sebagai individu maupun sebagai suatu bangsa.
c. Memperluas pilihan ekonomi dan sosial yang tersedia bagi setiap
orang dan setiap bangsa dengan membebaskan mereka dari
commit to user
orang dan negara lain tetapi juga terhadap kebodohan dan
kesengsaraan manusia (Todaro,1999).
Secara umum, pembangunan diartikan sebagai usaha untuk
memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Seringkali kemajuan
yang dimaksud terutama adalah kemajuan material. Maka pembangunan
seringkali diartikan sebagai kemajuan yang dicapai oleh sebuah
masyarakat di bidang ekonomi. Tolak ukur pembangunan ada lima, yaitu:
a. Kekayaan rata-rata
Pembangunan disini diartikan sebagai jumlah kekayaan
keseluruhan sebuah bangsa atau negara.
b. Pemerataan
Bangsa dan negara yang berhasil melakukan pembangunan
adalah mereka yang disamping produktivitasnya, penduduknya juga
makmur dan sejahtera secara relatif merata.
c. Kualitas kehidupan
Pembangunan bukan sekedar pertambahan kekayaan materi saja
yang diukur secara makro, pengetahuan tentang adanya indeks PQLI
(Physical Quality of Life Index) dan PNB/kapita (Produk Nasional Bruto/kapita) digunakan untuk mengetahui bahwa konsep
pembangunan sangat komplek.
d. Kerusakan lingkungan
Kriteria keberhasilan pembangunn yang paling baru, dimasukan
juga faktor kerusakan lingkungan sebagai faktor yang menentukan
sukses tidaknya pembangunan. Faktor-faktor ini digunakan sebagai
tolak ukur, daftar urut keberhasilan pembangunan dari negara-negara
yang ada di dunia ini akan mengalami perubahan.
e. Keadilan sosial dan kesinambungan
Dua faktor yang ditambahkan dalam menentukan keberhasilan
pembangunan, yakni faktor keadilan sosial (pemerataan pendapatan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
suaya berlangsung secara terus menerus atau berkesinambungan
(Budiman, 1996)
Secara umum hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan
manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Hakikat
pembangunan ini mengandung makna bahwa pembangunan nasional
mengejar keseimbangan, keserasian, dan keselarasan antara kemajuan
lahiriah dan kepuasan batiniah. Pembangunan nasional yang
berkesinambungan diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa,
sehingga senantiasa mampu mewujudkan ketentraman dan kesejahteraan
hidup lahir dan batin (Lemhannas, 1995).
2. Pembangunan ekonomi
Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan
kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka
panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Dari definisi itu
pembangunan ekonomi mempunyai pengertian :
a. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus menerus
b. Usaha untuk menaikan pendapatan perkapita
c. Kenaikan pendapatan per kapita itu harus berlangsung dalam jangka
panjang
d. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (misalnya ekonomi,
politik, sosial, budaya)
Jadi pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses
di mana saling keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya pembangunan ekonomi tersebut dapat
diidentifikasikan dan dianalisis secara seksama. Dengan cara tersebut bisa
diketahui runtutan peristiwa yang timbul yang akan mewujudkan
peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari
satu tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya
(Arsyad, 2009).
Menurut Malthus, proses pembangunan adalah suatu proses naik
commit to user
ekonomi. Konsep pembangunan Malthus tidak menganggap proses
pembangunan ekonomi terjadi dengan sendirinya. Bahkan proses
pembangunan ekonomi memerlukan usaha yang konsisten di pihak rakyat.
Malthus tidak memberikan gambaran adanya gerakan menuju keadaan
stasioner tetapi menekankan bahwa perekonomian mengalami
kemerosotan beberapa kali sebelum mencapai tingkat tertinggi dari
pembangunan. (Jhingan, 2007).
3. Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi daerah adalah proses di mana pemerintah
daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada
dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan
sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan
merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi)
dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan daerah
adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan
pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan
(endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya
manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah)
(Arsyad, 2009).
Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bukanlah perencanaan
dari suatu daerah, tetapi perencanaan untuk suatu daerah. Perencanaan
pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk
memperbaiki penggunaan berbagai sumber daya publik yang tersedia di
daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam
menciptakan nilai sumber-sumber daya swasta secara bertanggungjawab.
Melalui perencanaan pembangunan ekonomi daerah, suatu daerah dilihat
secara keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi yang didalamnya terdapat
berbagai unsur yang berinteraksi satu sama lain (Kuncoro, 2004).
Permasalahan dalam pembangunan ekonomi di daerah menyangkut
pada kebijakan ekonomi makro, kesenjangan, dan kemiskinan. Kebijakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
difokuskan pada usaha ekstraksi hasil bumi (sumberdaya alam) seperti
pemberian konsesi pada perusahaan-perusahaan asing dan berskala besar.
Ini berarti kurangnya perhatian terhadap usaha masyarakat lokal yang
cenderung berskala kecil. Kesenjangan yang terjadi antar kelompok
pendapatan antara daerah perkotaan dan perdesaan telah memburuk sejak
dibukanya perekonomian perdesaan ke arah ekonomi pasar, karena hanya
mereka yang memiliki akses terhadap modal, kredit, informasi dan
kekuasaan yang dapat mengambil manfaat dari program-program
pembangunan (Wiranto, 2004).
4. Pembangunan Pertanian
Departemen Pertanian bersama stake holder pembangunan lainnya merumuskan dan mengimplementasikan paradigma baru pembangunan
pertanian yakni “pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi”. Karena kondisi dan perubahan yang ada adalah persoalan sistem, maka
strategi pemulihan maupun pembangunan kembali landasan pembangunan
tidak boleh sepotong-sepotong, melainkan harus dilakukan secara sistem,
yakni sistem agribisnis. Paradigma baru pembangunan pertanian tersebut
dalam 4 tahun terakhir ini diimplementasikan dengan kebijakan dasar
yakni kebijakan perlindungan dan promosi agribisnis (protection and promotion agribusiness policy). Prinsip kebijakan ini adalah pemerintah memfasilitasi dan membantu tumbuh kembangnya usaha agribisnis
khususnya petani di seluruh daerah dan sekaligus melindungi agribisnis
domestik dari praktek unfair-trade (dumping) dari negara lain (Saragih, 2010).
Sebagai gambaran, sektor pertanian yang bertumpu pada potensi
sumber daya alam banyak mengalami pengurasan sehingga ketersediaan
dan kualitas sumber daya alam makin menurun. Akibatnya, setelah
hamper empat dasawarsa pembangunan berlangsung, kondisi pertanian
nasional masih dihadapkan pada berbagai masalah, antara lain:
commit to user 2) berkurangnya daya dukung lingkungan,
3) meningkatnya konversi lahan pertanian produktif,
4) meluasnya lahan kritis,
5) meningkatnya pencemaran dan kerusakan lingkungan,
6) menurunnya nilai tukar, penghasilan dan kesejahteraan petani,
7) meningkatnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran di pedesaan,
8) terjadinya kesenjangan sosial di masyarakat.
Masalah tersebut muncul karena pembangunan selama ini
cenderung bias pada pemacuan pertumbuhan produksi, serta peran
pemerintah dan swasta sangat dominan. Masyarakat petani hanya berperan
sebagai objek, bukan sebagai subjek pembangunan. Sektor pertanian juga
tidak lagi ditempatkan sebagai fondasi ekonomi nasional, tetapi sebagai
penyangga untuk menyukseskan industrialisasi sebagai lokomotif
pertumbuhan ekonomi. Sebagai penyangga, sektor pertanian berperan
untuk mendongkrak produksi pangan dalam negeri secara cepat dan tidak
berisiko secara politik (Ashari, 2007).
Dalam kebijakan pembangunan ekonomi nasional, pembangunan
pertanian merupakan langkah awal dan mendasar bagi pertumbuhan
industri. Para pakar membuat skenario, yaitu degan sektor pertanian yang
tangguh dapat ditunjang perkembangan industri yang kuat. Sebagian besar
pakar ekonomi juga berpendapat baha keberhasilan sektor industri sangat
bergantung pada keberhasilan pembangunan pertanian (Daniel, 2004).
5. Peranan Sektor Pertanian
Sumbangan atau jasa sektor pertanian pada pembangunan ekonomi
terletak dalam hal:
1. menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk
yang kian meningkat
2. Meningkatkan permintaan akan produk industri dan dengan demikian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor
barang-barang modal bagi pembangunan melalui eksport hasil pertanian
terus-menerus
4. Meningkatkan pendapatan desa untuk dimobilisasi pemerintah
5. Memperbaiki kesejahteraan masyarakat.
Di Negara terbelakang produksi pangan mendominasi sector
pertanian. Jika output membesar lantaran meningkatnya produkstivitas,
maka pendapatan para petani akan meningkat. Kenaikan pendapatan
perkapita akan sangat meningkatkan permintaan pangan. Dalam
perekonomian seperti itu elastisitas pendapatan permintaan adalah sangat
tinggi yang bisanya bergerak antara 0,6 persen sampai 0,8 persen.
(Jhingan, 2007).
Peran nyata sektor pertanian sebagai tumpuan pembangunan
ekonomi nasional pada masa krisis dan selama pemulihan ekonomi, maka
sektor pertanian perlu diposisikan sebagai sektor andalan dan didukung
secara konsisten dengan mengembangkan ekonomi pedesaan yang
bersifat resource based (Simatupang, 1999). Atas dasar tersebut, potensi perekonomian pedesaan diharapkan akan menjadi determinan dari
perekonomian nasional secara keseluruhan dan dengan demikian
perubahan yang terjadi pada struktur perekonomian pedesaan perlu
dicermati terutama dampaknya terhadap struktur kesempatan kerja dan
pendapatan di wilayah pedesaan (Zakaria, 2000).
6. Teori Ekonomi Basis
Aktifitas dalam perekonomian regional digolongkan dalaam dua
sektor yakni aktivitas Basis dan Non Basis. Kegitatan Basis merupakan
kegiatan yang melakukan aktifitas yang berorientasi ekspor (barang dan
jasa) keluar batas wilayah perekonomian yang bersangkutan. Aktifitas
Basis memiliki peranan penggerak utama (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah semakin
maju pertumbuhan wilayah. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor
commit to user
regional. Kegiatan non Basis adalah kegiatan yang menyediakan barang
dan jasa yang dibutuhkan masyarakat yang berada di dalam batas wilayah
perekonomian yang bersangkutan. Luas lingkup produksi dan pemasaran
adalah bersifat lokal.
Inti dari Model Ekonomi Basis (Economic Base Model) adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor
wilayah tersebut. Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah tehnik
yang digunakan adalah Kuosien lokasi (Location Quotient = LQ). LQ digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor
basis atau unggulan (leading sector). Indikator yang digunakan adalah Kesempatan Kerja (Tenaga Kerja) dan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) suatu wilayah Location Quotient (Emilia, 2006).
Metode locational quotient (LQ) merupakan perbandingan antara pangsa relatife pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat wilayah
terhadap pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat nasional tehadap
pendapatan (tenaga kerja) nasional. Hal tersebut secara matematis dapat
dinyatakan sebagai berikut:
LQ = Vt Vi
vt vi
vi : Pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat wilayah
vt : Pendapatan (tenaga kerja) total wilayah
Vi : Pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat nasional
Vt : Pendapatan (tenaga kerja) total wilayah
Apabila LQ suatu sektor (pertanian) ≥ 1, maka sektor (pertanian)
tersebut merupakan sektor basis. Sedangkan jika nilai LQ suatu sektor
(pertanian) < 1, maka sektor (pertanian) tersebut merupakan sektor non
basis. Asumsi metode LQ ini adalah penduduk di wilayah bersangkutan
mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dipenuhi terlebih dahulu oleh produksi wilayah, kekurangannya diimpor
dari wilayah lain (Budiharsono, 2005).
7. Komponen Pertumbuhan Wilayah
Analisis shift share ini menganalisis perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja, pada dua titik
waktu di suatu wilayah. Dari hasil analisis ini akan diketahui bagaimana
perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan secara
relatif dengan sektor-sektor lainnya, apakah bertumbuh cepat atau lambat.
Hasil analisis ini juga dapat menunjukan bagaimana perkembangan suatu
wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya, apakah cepat bertumbuh
atau lambat. Dalam analisis ini diasumsikan bahwa perubahan tenaga kerja
atau produksi di suatu wilayah antara tahun dasar dengan tahun analisis
dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan yaitu: komponen
pertumbuhan nasional (national growth component) atau disingkat PN, komponen pertumbuhan proporsional (proportional or industrial mix
growth component) disingkat PP, komponen pertumbuhan pangsa wilayah
(regional share growth component) di singkat PPW. Rumus analisis shift share ini adalah:
∆ Yij = PNij +PPij+PPWij
atau
Y’ij – Yij = Yij (Ra-1)+ Yij (Ri-Ra)+ Yij(ri-Ri)
Keterangan :
∆ Yij : Perubahan tenaga kerja/ produksi dari sektor i pada ke-j.
Yij : Produksi/ tenaga kerja dari sektor i pada wilayah ke-j pada
tahun dasar analisis.
Y’ij : Produksi/ tenaga kerja dari sektor i pada wilayah ke-j pada
commit to user
Y’i. : PDB atau tenaga kerja (nasional) dari sektor i pada tahun akhir
analisis.
Yi : PDB atau tenaga kerja (nasional) dari sektor i pada tahun dasar
análisis
Y.. : PDB atau tenaga kerja (nasional) pada tahun dasar analisis.
Y’.. : PDB atau tenaga kerja (nasional) pada tahun akhir analisis.
ri = Y’ij/Yij
Ri= Y’i./Yi
Ra= Y’../Y..
(Ra-1) = PNij : Persentase perubahan PDRB/ tenaga kerja yang
disebabkan oleh komponen pertumbuhan nasional.
(Ri-Ra)= PPij : Persentase perubahan PDRB/ tenaga kerja yang
disebabkan oleh komponen pertumbuhan
proporsional.
(ri-Ri) = PPWij : Persentase perubahan PDRB/ tenaga kerja yang
disebabkan oleh komponen pertumbuhan pangsa
wilayah (Budiharsono, 2005).
Dalam analisis Shift Share (SS) terdapat 4 kuadran yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja sektor-sektor yang terdapat dalam
suatu wilayah, yaitu (1) kuadran I, sektor yang berada di daerah ini
mempunyai pertumbuhan yang cepat dan berdaya saing, (2) kuadran II;
sektor di daerah ini pertumbuhannya cepat, tetapi relatif tidak berdaya
saing (PP positif tetapi PPW negatif) (3) kuadran III, pertumbuhan
sektornya lambat dan relatif tidak berdaya saing (PP dan PPW sama-sama
negatif) dan (4) kuadran IV, sektor di daerah ini pertumbuhannya lambat,
tetapi daya saingnya relatif baik (PP bernilai negatif, tetapi PPW positif).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mempunyai implikasi keperilakuan, (2) komponen PN menyiratkan bahwa
laju pertumbuhan suatu wilayah hanya disebabkan oleh kebijakan nasional
tanpa memperhatikan faktor-faktor lainnya dan (3) baik komponen PP
maupun PPW mengasumsikan bahwa perubahan penawaran dan
permintaan, teknologi dan lokasi diasumsikan tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan wilayah. Di samping itu, diasumsikan juga bahwa semua
barang hanya dipasarkan di wilayah itu sendiri (Anonim, 2008).
8. Angka pengganda
Pengganda pendapatan merupakan penjumlahan pengaruh
langsung dan tak langsung. Menurut konsep ekonomi basis wilayah, pada
dasarnya pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah terjadi karena
adanya efek pengganda dari pembelanjaan kembali pendapatan yang
diperoleh melalui penjualan barang dan jasa yang dihasilkan wilayah
tersebut yang dipasarkan ke luar wilayah. Besarnya kekuatan efek
pengganda tersebut yang mendorong pertumbuhan ekonomi ditunjukkan
oleh koefisien pengganda yang dihasilkan.
Pendapatan memiliki kelebihan sebagai alat ukur terutama apabila
model ekonomi basis digunakan untuk mengukur dampak potensial
wilayah sebagai pasar. Rumus perhitungan Pengganda pendapatan jangka
pendek (MS) adalah :
MS =
Rasio YN/Y menggambarkan proporsi dari Total pendapatan yang
dihasilkan oleh aktivitas lokal atau aktivitas penduduk dalam
perekonomian wilayah.
∆Y = MS x ∆YB Keterangan :
Y : Pendapatan Total
commit to user
Pengganda tenaga kerja adalah besarnya kesempatan kerja tersedia
pada sektor tersebut sebagai akibat penambahan permintaan akhir dari
sektor yang bersangkutan dalam satu satuan rupiah. Sedangkan untuk
menghitung angka pengganda tenaga kerja dengan rumus sebagai berikut :
k =
∆N = ∆ NB . k
Keterangan :
K : pengganda tenaga kerja
N : jumlah tenaga kerja total seluruh sektor
NB : jumlah tenaga kerja sektor basis
∆N : pertumbuhan tenaga kerja di dalam wilayah ∆NB : pertumbuhan tenaga kerja di sektor basis
Dari angka pengganda yang telah diperoleh dikalikan dengan
pertumbuhan tenaga kerja di sektor basis akan dihasilkan angka
pertumbuhan atau perluasan tenaga kerja dalam wilayah. Jumlah tenaga
kerja seluruhnya dalam wilayah itu adalah penjumlahan dari tenaga kerja
di sektor basis dengan tenaga kerja bukan basis ( Budiharsono, 2005).
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Adanya otonomi daerah memberikan kewenangan bagi setiap daerah
untuk mengembangkan wilayahnya sesuai dengan potensi yang ada. Demikian
pula dengan Kabupaten Blora, adanya undang-undang tersebut mendorong
Pemerintah Daerah untuk merencanakan pembangunan wilayahnya sendiri.
Pembangunan wilayah ini di arahkan terhadap pembangunan ekonomi daerah.
Terdiri dari pembangunan wilayah di sektor-sektor ekonomi dan non ekonomi.
Dalam sektor ekonomi di Kabupaten Blora terdapat sektor pertanian yang
terdiri dari lima sub sektor didalamnya, yaitu sub sektor tanaman bahan
makanan, sub sektor perkebunan, sub sektor kehutanan, sub sektor perikanan
dan sub sektor peternakan. Agar proses pembangunan lebih terarah dan lebih
tepat maka pemerintah harus mengetahui sektor dan sub sektor pertanian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Untuk mengetahui posisi sektor pertanian dalam perekonomian
Kabupaten Blora dianalisis dengan analisis Locational Quotient. Sektor basis suatu wilayah adalah sektor yang selain dapat memenuhi kebutuhan
wilayahnya, juga mampu memenuhi permintaan daerah lainnya, khususnya di
daerah dengan lokasi di sekitar daerah sektor basis, artinya dengan bertambah
basisnya suatu daerah maka dapat memberikan tambahan arus pendapatan ke
daerah yang bersangkutan, menambah permintaan barang dan jasa
didalamnya.
Selanjutnya melalui metode Shift Share dapat dianalisis mengenai pergeseran struktur ekonomi daerah dalam hubungannya dengan sistem
perekonomian yang lebih tinggi. Fungsi dari analisis ini adalah untuk
mengetahui perkembangan sektor-sektor di suatu wilayah perencanaan yang
dipengaruhi perekonomian Propinsi. Selain itu akan diketahui pertumbuhan
sektor tersebut dan tingkat kekompetitfan dari sektor tersebut.
Kedua analisis di atas dapat digunakan sebagai analisis untuk
mengetahui sektor dan sub sektor pertanian mana yang diprioritaskan dan
dapat dikembangkan. Berdasarkan analisis Locational Quotient (LQ) dan analisis Shift Share akan digabungkan kemudian dirangking sehingga sesuai kriteria yang ada. Diharapkan dengan mengetahui sektor prioritas maka
mampu meningkatkan perekonomian yang lebih baik bagi kehidupan
masyarakat, dari segi penciptaan pendapatan maupun tenaga kerja.
Sebagaimana diketahui kontribusi sektor pertanian, perlu diketahui
peranan sektor ini. Peranan sektor pertanian dapat dilihat dari seberapa besar
sektor tersebut memberikan dampak terhadap perkembangan sektor atau
kegiatan ekonomi lainnya di wilayah tersebut, baik dari sisi pendapatan
ataupun tenaga kerjanya.
Kerangka teori pendekatan masalah penelitian ini akan diperjelas
commit to user
Gambar 1. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah Keragaan dan Peranan Sektor Pertanian di Kabupaten Blora
Perencanaan Pembangunan Wilayah Kabupaten Blora
Sektor Pertanian Sektor Non Pertanian
Metode LQ Analisis Shift Share
LQ ≥ 1 Basis
LQ<1
Non Basis Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Proporsional Pangsa Wilayah Pertumbuhan
Analisis gabungan LQ, PP dan PPW
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user D. Asumsi-Asumsi
1. Penduduk di Kabupaten Blora memiliki pola permintaan yang sama
dengan pola permintaan di Propinsi Jawa Tengah
2. Permintaan wilayah Kabupaten Blora akan suatu barang dipenuhi terlebih
dahulu oleh produksi wilayah Kabupaten Blora dan kekurangannya
diimpor dari wilayah lain.
3. Perubahan penawaran dan permintaan, teknologi dan lokasi diasumsikan
tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan wilayah.
E. Pembatasan Masalah
1. Data yang dianalisis dalam penelitian ini merupakan data time series
berupa PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Blora,
Propinsi Jawa Tengah tahun 2005-2009 Atas Dasar Harga Konstan
(ADHK) tahun 2000, Data Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan
Usaha Kabupaten Blora Tahun 2005-2009.
2. Peranan sektor yang dilihat dari nilai angka pengganda pendapatan dan
tenaga kerja hanya memusatkan pada sektor pertanian dan tidak termasuk
peranan tiap subsektor pertanian.
F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Keragaan sektor adalah penampilan (performance) atau keadaan sektor yang bersangkutan selama kurun waktu tertentu. Keragaan yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah posisi sektor pertanian dan sub
sektor pertanian di Kabupaten Blora (basis atau non basis), pertumbuhan
sektor pertanian dan subsektor pertanian dan peranan sektor pertanian
dilihat dari sisi angka pengganda pendapatan dan angka pengganda tenaga
kerjanya.
2. Sektor adalah suatu usaha atau kegiatan yang berhubungan dengan bidang
tertentu. Dalam penelitian ini sektor terdiri dari sektor pertanian,
pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik,
gas dan air bersih, sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel
commit to user
persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa yang terdapat di
Kabupaten Blora.
3. Sektor pertanian adalah sektor yang proses produksinya berhubungan
dengan proses pertumbuhan tanaman dan hewan.
4. Sektor pertanian terdiri dari sub sektor yaitu sub sektor tanaman bahan
makanan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor
kehutanan dan sub sektor perikanan.
5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai barang dan
jasa neto yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam suatu
wilayah dalam jangka waktu tertentu dan dinyatakan dalam rupiah. Dalam
penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan produksi.
6. Sektor basis adalah sektor yang mampu memenuhi kebutuhan barang dan
jasa untuk masyarakat Kabupaten Blora dan mempunyai kemampuan
mengekspor barang dan jasa ke luar daerah Kabupaten Blora. Suatu sektor
dikatakan sektor basis jika memiliki nilai LQ ≥ 1. Sedangkan apabila nilai
LQ < 1 maka sektor tersebut merupakan sektor non basis.
7. Pertumbuhan nasional (Propinsi Jawa Tengah), yang menunjukan
bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi Propinsi terhadap
perekonomian Kabupaten Blora. Pertumbuhan ekonomi dilihat dari nilai
PNij.
8. Pertumbuhan proporsional merupakan perubahan relatif kinerja suatu
sektor di Kabupaten Blora terhadap sektor yang sama di Propinsi Jawa
Tengah. Pertumbuhan proporsional dilihat dengan nilai PPij. Jika nilai PPij
< 0 maka menunjukan bahwa sektor i pada wilayah Blora pertumbuhannya
lambat. Sedangkan apabila PPij > 0 menunjukan bahwa sektor i pada
wilayah Blora pertumbuhannya cepat.
9. Pertumbuhan Pangsa Wilayah adalah angka yang menunjukan tingkat
kekompetitifan suatu sektor tertentu di Kabupaten Blora terhadap wilayah
lainnya. Pergeseran diferensial ditunjukan dengan nilai PPWij. Apabila
nilai PPWij > 0, maka berarti bahwa wilayah Kabupaten Blora mempunyai