• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI

2.2 Tinjauan Pustaka

2.2.1 Media Massa

Meida Massa merupakan alat yang digunakan sebagai penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima), menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi, (Cangara, 2003: 134-135 )

Karakteristik media massa:

1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengolah media terdiri dari banyak sumber daya manusia.

2. Bersifat satu arah, dimana komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dengan penerima pesan.

3. Meluas dan serempak yang dapat mengatasi rintangan jarak dan waktu, karena ia memiliki kecepatan.

4. Memakai peralatan teknis atau mekanis seperti radio, televi, surat kabar dan lainnya.

5. Terbuka yang artinya pesan dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal batasan.

Media massa saat ini sangat berperan penting dalam kehidupan. Melalui media massa, masyarakat bisa mengetahui bermacam informasi penting yang

14 dibutuhkan. Media dapat diartikan sebagai alat ataupun sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Media terdiri dari dua, yaitu media cetak dan media elektronik (Nova, 2009: 205)

McLuhan mengatakan bahwa media massa merupakan perpanjangan alat indra kita. Melalui media massa, kita memperoleh beragam informasi mengenai sekitar kita. Secara umum, fungsi dari media massa adalah:

1. Media massa memiliki fungsi pengantar (pembawa) ilmu pengetahuan.

2. Media massa menyelenggarakan kegiatan dalam lingkungan publik. Media masa pada dasarnya bisa dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat secara umum, sukarela, dan murah.

3. Hubungan antara pengirim pesan dengan penerima pesan pada dasarnya seimbang dan sama

4. Media massa lebih banyak menjangkau orang dari pada institusi lainnya. Sejak dulu media massa “mengambil alih” peranan orangtua, sekolah, agama, dan lain-lain.

Media massa menurut pakar politik Walter Lippmann (Hamad, 2004: 25), memiliki fungsi sebagai pembentuk makna (the meaning construction of the

press), bahwa interpretasi media massa terhadap berbagai peristiwa secara radikal

dapat mengubah interpretasi orang tentang suatu realitas dan pola tindakan mereka.

15 Menurut buku Gun Gun Heryanto, Dinamika Komunikasi Politik (2011) bahwa kekuatan media massa adalah membentuk realitas sosial. Gebner dalam buku Noyd-Barret, Approach in Media: a Reader (1995) memperkenalkan konsep resonansi. Terjadi pada saat media massa dan realitas sebenarnya menghasilkan koherensi yang kuat (powerfull) dimana pesan media mengkultivasi secara signifikan. Kekuatan inilah maka media menjadi alat yang ampuh dalam pembentukan opini publik. Dalam kajian komunikasi politik, operasi opini publik pada khalayak sama dahsyatnya seperti operasi militer. Melalui cara yang halus, informasi merembes perlahan dalam kesadaran khalayak. Bahkan media sangat mungkin dijadikan sebagai alat memanipulasi keadaan serta pengadilan (Heryanto, 2011: 169).

2.2.2 Efek Media Massa

Media massa dapat mempengaruhi khalayak baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Efek media mampu menciptakan perhatian, pengetahuan, sikap dan perubahan perilaku. Efek media massa dapat pula mengubah perilaku individu atau khalayak. Larson Otto Nathan membagi efek perilaku menjadi dua, yaitu efek menggerakan dan efek yang menonaktifkan perilaku (Wiryanto, 2004: 79-80)

1. Efek menggerakan perilaku merujuk pada khalayak yang mengerjakan sesuatu sebagai konsekuensi penerimaan pesan media. Ini melibatkan pembentukan isu atau isu pemecahan masalah sebagai dasar dari pembentukan sikap akibat penerimaan pesan media.

16 2. Efek penonaktifan merujuk pada sikap yang sebaliknya, khalayak melakukan sesuatu bukan sebagai konsekuensi akibat penerimaan pesan media massa.

Peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa media massa merupakan media dari komunikasi yang sangat kuat dan memberikan pengaruh, sehingga mengakibatkan khalayak memperhatikan pesan-pesan yang diberikan oleh media massa tersebut.

2.2.3 Terpaan Media (Media Exposure)

Rodengren (1974) mengemukakan bahwa terpaan media terdiri dari jumlah waktu penggunaan pada berbagai media, jenis isi media, media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rakhmat, 2004: 66)

Media massa diidentifikasikan sebagai suatu agen sosialisasi yang berpengaruh terhadap perilaku khalayaknya. Kemajuan akan teknologi dan informasi, memungkinkan peningkatan akan kualitas pesan serta peningkatan frekuensi penerapan masyarakat yang memberi peluang bagi media massa sebagai agen sosialisasi yang semakin penting (Sunarto, 2004: 26).

Menurut Jalaluddin Rakhmat, dapat dioperasionalkan sebagai individu dalam menonton televisi, film, membaca surat kabar, ataupun mendengarkan radio. Terpaan media berusaha mencari data audiens tentang penggunaan media, baik jenis media, frekuensi penggunaan, maupun durasi penggunaan. Terpaan medupakan kegiatas mendengar, melihat, dan membaca pesan media massa

17 ataupun pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang terjadi pada individu maupun kelompok (Prastyono, 1995: 23)

2.2.4 Televisi

Sesuai dengan karakteristiknya televisi merupakan salah satu bentuk media massa yang memancarkan suara dan gambar yang disiarkannya melalui gelombang-gelombang elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat-pesawat penerima di rumah, (Palapah dkk, 1993: 92).

Televisi terdiri dari kata Tele yang artinya adalah jauh, dan Vision yang berarti penglihatan. Menurut Effendy menjelaskan bahwa televisi jika dipandang dari segi jauhnya, menerapkan prinsip radio. Sedangkan dari segi penglihatannya adalah gambar, (Effendy, 1986: 197).

2.2.5 Iklan

Iklan atau advertising dapat didefinisikan sebagai setiap bentuk komunikasi nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk, service, atau ide yang dibayar oleh suatu sponsor yang diketahui. Iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling dikenal dan paling banyak dibahas orang, hal ini kemungkinan karena daya jangkaunya yang luas (Morissan, 2010: 17-18).

Terdapat beberapa alasan mengapa pemasang iklan memilih iklan di media massa adalah karena media massa dinilai lebih efisien dari segi biaya untuk mencapai khalayak dalam jumlah besar. Iklan di media massa juga menciptakan citra merek dan daya tarik simbolis bagi suatu perusahaan atau merek.

18 Keuntungan lainnya, Iklan melalui media massa memiliki kemampuan menarik perhatian konsumen terutama produk yang iklannya popular atau sangat dikenal masyarakat. Tentusaja pada akhirnya akan meningkatkan penjualan (Morissan, 2010: 18-19).

2.2.6 Partisipasi Politik

Menurut Ramlan Surbakti partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan menyangkut dan atau mempengaruhi hidupnya. Partisipasi politik berarti keikutsertaan warga negara biasa (yang tidak mempunyai kewenangan) dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. (Surbakti, 1992: 180)

Lebih lanjut menurut Surbakti (1992:182) Bentuk partisipasi politik terbagai menjadi dua yaitu partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Bentuk partisipasi aktif antaralain mengajukan usul mengenai sebuah kebijakan umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang bertolak belakang dengan kebijakan yang dibuat pemerintah, mengajukan kritik dan perbaikan untuk meluruskan kebijakan, membayar pajak, dan memilih pemimpin pemerintahan.

Bentuk partisipasi passif merupakan kebalikannya, seperti kegiatan yang mentaati pemerintah, menerima dan melaksanakan saja setiap keputusan pemerintah. Dengan kata lain, partisipasi aktif berarti kegiatan yang berorientasi pada proses input dan output politik, sedangkan partisipasi pasif merupakan kegiatan yang berorientasi hanya pada proses output (Surbakti, 1992: 182)

19 Tipe dan distribusi partisipasi politik menurut Dan Nimmo ialah partisipasi dalam pemilihan umum, identifikasi dengan partai politik, pendaftaran untuk memilih, pemberian suara dalam pemilu, pengambilan bagian dalam kampanye, artisipan bukan dalam pemilu, mengikuti informasi tentang politik, dan masuk dalam organisasi kepentingan umum dan politik (Nimmo, 2010: 131-137).

2.2.7 Remaja

Remaja dalam bahasa Latin ialah adolescence, yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Istilah adolescence memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, social, dan fisik. Didukung oleh Piaget secara psikologis remaja adalah usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar (Hurlock, 1991).

Masa remaja memiliki batasan penggolongan. Menurut tim penulis Poltekkes Depkes Jakarta I (2010: 1), masa remaja terbagi atas masa remaja awal berhumur 10 hingga 13 tahun. Lalu masa remaja tengah 14 hingga 16 tahun dan masa remaja akhir 17 hingga 19 tahun.

Berdasarkan data kependudukan 2012 di RW 09 Japos Graha Lestari, Ciledug, ada 44 remaja akhir yaitu berasal dari RT 01 sebanyak 13 orang, RT 02 sebanyak 3 orang, RT 03 sebanyak 10 orang, RT 04 sebanyak 6 orang dan RT 05 sebanyak 12 orang.

Dokumen terkait