• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA

Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum schumach)

Rumput gajah mempunyai sistematika sebagai berikut, yaitu phylum:

Spermatophyta: Sub phylum: Angiospermae; Class: Monocotyledoneae; Genus:pennisetum; Spesies:Pennisetum purpureum. Rumput gajah secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak, berakar dalam, dan tinggi dengan rimpang yang pendek. Tinggi batang dapat mencapai 2-4 meter (bahkan mencapai 6-7 meter), dengan diameter batang dapat mencapai lebih dari 3cm dan terdiri sampai 20 ruas per buku. Rumput diperbanyak dengan potongan- potongan batang atau rizhoma yang mengandung 3 sampai 4 buku batang (Reksohadiprodjo, 1985). Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum schumach) merupakan jenis rumput unggul yang mempunyai produktivitas dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi serta memiliki palatabilitas yang tinggi bagi ternak ruminansia. Tanaman ini merupakan salah satu jenis hijauan pakan ternak yang berkualitas dan disukai ternak. Rumput ini dapat hidup diberbagai tempat, tahan lindungan, respon terhadap pemupukan, serta menghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Rumput gajah mini tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang kompak, dan terus menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur. Morfologi rumput gajah mini yang rimbun, dapat mencapai tinggi lebih dari 1 meter sehingga dapat berperan sebagai penangkal angin (wind break) terhadap tanaman utama(Syarifuddin, 2006)

Rumput gajah mini dibudidayakan dengan potongan batangatau sobekan rumpun sebagai bibit. Bahan stek berasal dari batang yang sehat dan tua, dengan

panjang stek 20 – 25 cm (2 – 3 ruas atau paling sedikit 2 buku atau mata) (Reksohadiprodjo, 1994).

Pennisetum purpureum, disukai ternak, tahan kering berproduksi tinggi, bernilai gizi tinggi dan merupakan rumput yang saangat baik untuk silase.

Pennisetum purpureum sebagai bahan pakan merupakan pakan unggul dari aspek ingkat pertumbuhan (Ella,2002).

Produktifitas rumput gajah dapat mencapai 40 ton berat kering per hektar pada daerah beriklim subtropis, dan 80 ton per hektar pada daerah beriklim tropis (Woodard and Prine, 1993). Dilanjutkan dengan pernyataan Ella (2002), bahwa rumput gajah (pennisetum purpureum) sebagai pakan ternak yang merupakan hijauan unggul, dari aspek tingkat pertumbuhan, produktifitas dan nilai gizinya. Produksi rumput gajah dapat mencapai 20-30 ton/ ha/ tahun.

Hijauan Makanan Ternak

Rumput memegang peranan penting dalam penyediaan pakan hijauan bagi ternak ruminansia di Indonesia. Rumput sebagai hijauan makanan ternak telah umum digunakan oleh peternak dan dapatdiberikan dalam jumlah yang besar. Rumput mengandung zat-zat makanan yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup ternak seperti air, lemak, serat kasar, beta-protein, mineral serta vitamin.

Dari cara tumbuhnya, rumput dapat digolongkan menjadi dua yaitu rumput liar/alami, dan rumput budidaya. Ketersediaan rumput alami semakin berkurang dengan meningkatnya persaingan antara lahan untuk tanaman pangan, perumahan dan industri sehingga perlu diadakan upaya pembudidayaan rumput alami ini agar tatap lestari dan bernilai ekonomi (Setyiana dan Abdullah, 1993).

Pada dasarnya ada dua faktor yang mempengaruhi produktivitas rumput yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan yang mencakup keadaan tanah dan kesuburannya, pengaruh iklim termasuk cuaca dan perlakuan manusia atau manajemen. Sementara Mc. Ilroy (1977) menjelaskan bahwa produktivitas rumput tergantung pada faktor- faktor seperti persistensi, agresivitas, kemampuan tumbuh kembali, sifat tahan kering dan tahan dingin, penyebaran produksi musiman, kesuburan tanah dan iklim.

Tabel 1. Analisa Kadar Protein KasardanSeratKasar berbagai Jenis Hijauan Makanan Ternak

Spesies Protein Kasar

3-4 minggu Rataan Serat Kasar 3-4 minggu Rataan Andropogon sp 13.20 7.60 26.90 31.00 Chloris gayana 14.90 8.40 27.40 30.10 Panicum maximum 13.50 8.20 28.30 33.80 Pennisetum sp 14.00 9.20 26.00 30.00 Setaria sp 10.90 6.50 30.80 33.00 (Sumber: Mc.Ilroy 1981). Pupuk Kandang

Pupuk adalah suatu bahan organik atau anorganik berasal dari alam atau buatan yang diberikan kepada tanaman secara langsung maupun tidak langsung untuk menambah unsur- unsur hara esensial tertentu bagi pertumbuhan tanaman (Pitojo,1995).

Bahan organik merupakan salah satu pembenah tanah yang telah dirasakan manfaatnya dalam perbaikan sifat- sifat tanah baik sifat fisik, kimia dan biologi tanah, menentukan tingkat perkembangan struktur tanah, menentukan tingkat perkembangan struktur tanah dan berperan pada pembentukan agregat tanah

meningkatkan daya simpan lengas karena bahan organik mempunyai kapasitas menyimpan lengas yang tinggi (Mowidu, 2001).

Salah satu jenis pupuk organik yang sering digunakan sebagai penambahan bahan organik tanah adalah pupuk kandang. Pupuk kandang ayam merupakan sumber bahan organik yang mudah diperoleh dibandingkan dengan pupuk kandang lainya. Bahan organik koloidal lebih efektif dari pada liat sebagai penyebab pembentukan agregat yang stabil dengan pasir. Penambahan koloid humus ke pasir kuarsa menyebabkan 71-94 % pasir membentuk agregat dalam sistem yang dijenuhi Ca dan H dibandingkan dengan bila menggunakan koloid lempung meningkatkan agregasi tanah pasir lebih kurang 25% lebih tinggi bila hanya menggunakan koloid liat. Dehidrasi atau pengurangan air dapat merupakan pendorong utama pembentukan agregasi (Sangatanan, 1989) .

Pemberian 20-30 ton bahan organik berpengaruh nyata dalam meningkatkan porositas total, jumlah pori berguna, jumlah pori penyimpanan lengas dan kemantapan agregat serta menurunkan kerapatan zarah, kerapatan bongkah dan permeabilitas (Mowidu, 2001).

Pupuk kandang merupakan salah satu contoh pupuk organik yang berasal dari kandang ternak, baik berupa kotoran padat (faeces) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urine), sehingga kualitas pupuk kandang beragam tergantung pada jenis, umur serta kesehatan pada ternak, jenis dan kadar serta pakan yang dikonsumsi, jenis pekerjaan dan lamanya ternak bekerja, lama dan kondisi penyimpanan, jumlah serta kandungan haranya (Sangatanan, 1989).

Pupuk kandang juga berperan untuk merangsang granulasi, memperbaiki aerasi dan mengurangi plastisitas tanah. Bahan organik juga berpengaruh

langsung terhadap fisiologi tanaman seperti meningkatkan kegiatan respirasi yang merangsang peningkatan pertumbuhan tanaman (Soepardi, 1979).

Pupuk kandang sebagai salah satu jenis bahan organik yang mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman seperti nitrogen, fosfat, kalium, kalsium, magnesium, sulfur maupun sejumlah kecil unsur mikro. Susunan rata- rata untuk pupuk kandang segar sekitar 1,5% N, 0,4% P, 0,4% K, atau dalam 1 ton pupuk kandang terdapat 15 kg N, 4 kg P, dan 4 kg K. Pemberian pupuk kandang akan mengakibatkan rumput semakin rimbun, menghijau dan tegar serta bulu semakin lebat seiring peningkatan pupuk kandang ayam yang diberikan (Dinoto, 1990).

Fungsi pupuk kandang antara lain pensuplai N amonium, meningkatkan gerak dan ketersediaan unsur P dan unsur mikro,meningkatkan retensi kelembaban, memperbaiki struktur tanah dengan peningkatan kegemburan, meningkatkan porositas tanah, meningkatkan laju permeabilitas tanah, meningkatkan kapasitas buffer penggantian pH yang drastis, dan membentuk komplek AP+

Pemberian pupuk kandang sebanyak 75 ton/ha pertahun selama 6 bulan berturut- turut dapat meningkatkan 4% porositas tanah, 14,5% volume udara tanah pada keadaan kapasitas lapangan dan 33,3% bahan organik serta menurunkan kepadatan tanah sebanyak 3% (Sugito et.al, 1995).

sehingga mengurangi daya racunya (Tisdale et .al, 1985).

Penggunaan pupuk kandang bagi tanah secara kimia memberikan keuntun gan menambah unsur hara terutama NPKsecara biologi dapat meningkatkan aktifi tas mikroorganisme tanah (Allison, 1973).

Pupuk Kandang Ayam

Pupuk kandang ayam adalah pupuk kandang yang berasal dari feses ayam dimana kandungan N, P, dan Ca relatif lebih tinggi dari kotoran hewan lainya, mudah terpecah- pecah atau terbagi dan pelapukanya pun akan berlangsung cepat. Rata- rata feses ayam mengandung 25% CaO, karena itu ia bereaksi basa. Komposisi bahan makanan penting artinya terhadap feses yang dihasilkan, hal ini terbukti untuk ayam yang dipelihara sebagai pedaging makananya mengandung 65% asam fosfat, sedangkan untuk jenis petelur 90% asam fosfat ( Risema, 1983).

Pupuk kandang ayam berasal dari feses ayam yang kandungan N, P dan Ca relative tinggi dari feses hewan lainya. Manfaat kotoran ayam telah diteliti memberikan efek nyata terhadap pertumbuhan tanaman bahkkan lebih baik dari kotoran ternak besar. Menurut Lubis (1986), dari segi kadar hara tiap ton kotoran unggas terdapat 65,8 kg N, 13,7 kg P dan 12,8 kg K. sedangkan hewan ternak besar dengan bobot kotoran yang sama mengandung 22 kg N, 2,8 kg P dan 13,7 kg K. dengan demikian dikatakan bahwa dengan pemakaian kotoran unggas jauh lebih baik dari pada kotoran hewan lainya.

Menurut penelitian Manalu (1999), bahwa dengan pemberian pupuk kandang ayam maka berat hijauan segar rumput akan terus meningkat sampai level 3 kg/ plot. Hal ini disebabkan karena pemberian pupuk kandang ayam berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah juga meningkatkan kesuburan tanah.

Tabel 2. Kandungan zat hara beberapa kotoran ternak padat dan cair Nama Ternak Bentuk Kotorannya Nitrogen (%) Fosfor (%) Kalium (%) Air (%) Kuda Padat 0.55 0.30 0.40 75 Cair 1.40 0.02 1.60 90 Kerbau Padat 0.60 0.30 0.34 85 Cair 1.00 0.15 1.50 52 Sapi Padat 0.40 0.20 0.10 85 Cair 1.00 0.50 1.50 92 Kambing Padat 0.60 0.30 0.17 60 Cair 1.50 0.13 1.80 85 Domba Padat 0.75 0.50 0.45 60 Cair 1.35 0.05 2.10 85 Babi Padat 0.95 0.35 0.40 80 Cair 0.40 0.10 0.45 87

Ayam Padat dan

Cair

1.00 0.80 0.40 55

Kelinci Padat dan

Cair

2.72 1.10 0.50 55.3

(Sumber: Kartadisastra, 2001).

Kelemahanpupuk organik (kandang) adalah kandungan hara relatif rendah, sehingga jumlah pupuk organi yang dibutuhkan tinggi sekali. Hal ini menyulitkan transportasi dan pemberian sehingga kurang ekonomis. Pupuk organik tidak dapat seketika untuk tumbuhan, tidak dapat menyediakan unsur hara secara cepat, terhitung dosis tidak dapat tepat dan respon tanaman lebih lambat dari pada pupuk buatan. Pemberian pupuk kandang akan mengakibatkan tanaman semakin rimbun, menghijau dan tegar seiring dengan peningkatan pupuk kandang yang diberikan (Williams,2006).

Defoliasi dan Interval Pemotongan

Defoliasi adalah pemotongan atau pengambilan bagian tanaman yang ada diatas permukaan tanah, baik oleh manusia ataupun oleh renggutan hewan yang digembalakan. Pengaturan defoliasi perlu dilakukan untuk menjamin pertumbuhan kembali (regrowth) yang optimal, sehat dan kandungan gizi tinggi, defoliasi harus dilakukan pada periode tertentu (Nasution, 1997).

Interval pemotongan adalah selang waktu antara suatu saat pemotongam sampai saat pemotongan berikutnya. Intensitas pemotongan dimaksudkan sebagai tinggi pemotongan dari atas permukaan tanah (Kristyowantari, 1992).

Pada saat tanaman rumput dipotong, bagian yang ditinggalkan tidak boleh terlalu pendek ataupun terlalu tinggi. Sebab semakin pendek bagian tanaman yang ditinggalkan dan semakin sering dipotong pertumbuhan kembali tanaman tersebut akan semakin lambat karena persediaan energi (karbohidrat) dan pati yang ditinggalkan pada batang semakin sedikit (Nasution, 1997).

Interval pemotongan yang pendek di samping menurunkan kuantitas juga menurunkan ketegaran tanaman, mengurangi perkembangan batang, akar serabut, menghambat perkembangan tunas sehingga berpengaruh terhadap produksi hijauan. Pada interval pemotongan yang lebih lama dapat menghasilkan produksi bahan segar dan pertumbuhan perakaran yang lebih baik tetapi menurunkan kualitas.Pada umur defoliasi yang lebih lama kesempatan menimbun cadangan makanan dalam bentuk karbohidrat berlangsung lama sehingga rumput akan menjadi semakin tinggi (Syafira, 1996).

Berdasarkan penelitian Andrianton (2010) bahwa hasil analisis nilai gizi tanaman pada rumput gajah bahwa perlakuan pemotongan 4 minggu dianggap lebih baik, dengan menghasilkan komposisi kadar air dan kadar protein kasar yang lebih tinggi sebesar (82,79%) dan (8,86%) serta lemak kasar dan serat kasar yang lebih rendah sebesar (4,46%) dan (33,20%), sedangkan interval pemotongan 8 minggu dan 10 minggu dianggap tanaman terebut agak terlalu tua dalam hubungannya dengan analisis nilai gizi. Hal ini sesuai pendapat Lubis (1992), bahwa nilai gizi tanaman rumput gajah yang dipotong setiap 2 sampai 4 minggu

menghasilkan komposisi kadar air dan protein kasar sebesar (85,50%) dan (11,50%) serta lemak kasar sebesar (3,20%) dan (29,3%).

Dengan melakukan pemotongan berarti menghilangkan maristem apical dibagian pucuk tanaman sebagai penghasil auxin, sehingga daya aktif auxin akan mengalami gangguan. Keadaan inilah akan merangsang berkembangnya tunas-tunas lateral (Prawiranata et al., 1981).

Mengingat pengaruh yang akan timbul akibat defoliasi tersebut maka perlu pengaturan defoliasi yang baik. Karena dengan pengaturan defoliasi merupakan syarat dari pengelolaan hijauan makanan ternak untuk memperoleh produksi yang optimum (Kismono, 1980).

Pemotongan rumput gajah disisakan 10- 15 cm, pemotongan pada musim penghujan dilakukan setiap 30-50 hari sedangkan pada musim kemarau setiap 50-60 hari (Reksohadiprodjo, 1985).

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan produktivitas dan kualitas ternak ruminansia harus disertai dengan upaya pemenuhan pakan yang mencukupi untuk kebutuhan ternak. Hijauan makanan ternak memiliki peranan penting karena bahan tersebut diberikan dalam jumlah besar dan mengandung hampir semua zat makanan yang diperlukan ternak. Kendala yang sering dihadapi dalam pemenuhan hijauan makanan ternak ini adalah rendahnya kuantitas dan kualitas makanan ternak tropis.

Upaya peningkatan kualitas hijauan makanan ternak ini dapat dilakukan melalui domestikasi tanaman baru yang memiliki kandungan zat makanan tinggi dan mudah diperoleh. Salah satu jenis tanaman makanan ternak yang dapat dikembangkan adalah rumput gajah mini (Pennisetum purpureum schumach)

Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum schumach)adalah salah satu jenis rumput gajah yang baru dikembangkan sekarang ini. Ukurannya yang lebih kecil dari rumput gajah, membuatnya juga sering di sebut rumput gajah kerdil. Rumput ini dapat tumbuh pada berbagai macam tanah, sampai liat alkalis, dan sangat responsif terhadap pemupukan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi dan kualitas hijauan pakan adalah melalui pemupukan dan pengaruh umur pemotongan. Pupuk adalah suatu bahan organik atau bahan anorganik yang berasal dari alam atau buatan sendiri yang diberikan pada tanaman secara langsung atau tidak langsung untuk penambahan unsur hara esensial tertentu bagi

Pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan kandungan unsur hara didalam tanah yang akan dimanfaatkan oleh tanaman sehingga dapat berproduksi dengan optimal. Tanaman membutuhkan 16 unsur hara esensial untuk pertumbuhannya, antara lain: karbon, hidrogen dan oksigen yang diperoleh dari udara dan air serta 13 unsur lainya yang diperoleh dari tanah.

Pupuk kandang ayam adalah salah satu alternatif dari pupuk kandang yang digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Selain mudah untuk memperolehnya, kandungan zat makananya juga tinggi dan mudah diserap oleh tanaman.Pemupukan dapat dilakukan dengan cara disebar rata diatas permukaan tanah, ditanam dalam baris- baris yang kemudian ditimbun oleh tanah, dibenam dalam lobang- lobang disekitar tanaman. Pemupukan dengan pupuk kandang dilakukan bersamaan saat pengolahan tanah dikerjakan, yakni satu minggu sebelum tanam.

Jumlah pupuk yang diberikan dan pengaturan interval pemotongan merupakan faktor- faktor dasar yang perlu dikaji untuk meletakkan dasar- dasar pengelolaan suatu jenis pakan ternak. Level pemupukan dan pengaturan interval pemotongan perlu ditentukan secara tepat dari setiap jenis hijauan yang diusahakan karena kecepatan pertumbuhan kembali serta daya tahan dari berbagai hijauan bervariasi. Dalam hal ini dikatakan bahwa umur yang relatif muda, hijauan mempunyai nilai gizi yang tinggi namun diikuti dengan pertumbuhan kembali yang tertekan serta produksi bahan kering persatuan luas rendah. Oleh karena itu pemberian jumlah pupuk dan interval pemotongan yang tepat merupakan salah satu kunci dalam budidaya hijauan pakan yang sangat menentukan penyediaan hijauan.

Banyaknya pupuk kandang yang diperlukan tergantung pada macam tanaman yang diusahakan dan banyaknya pupuk yang tersedia. Pemberian pupuk kandang yang terlalu banyak juga kurang baik, Karena mengakibatkan pertumbuhan vegetatif yang terlalu subur dan memperlambat banyaknya buah. Di Indonesia pemberian pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha. Data dari percobaan di Ohio (USA), menunjukkan bahwa dalam rotasi pertama setelah pemberian pupuk kandang sebanyak 16 ton/ha diperoleh 25-30% hasil lebih besar dari pada pemberian 32 ton/ha.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk melihat efek dari Pemberian Berbagai Level Pupuk Kandang dan Interval Pemotongan terhadap Produksi Rumput Gajah Mini.

Tujuan Penelitian

1. Melihat pengaruh berbagai dosis pupuk kandang terhadap produksi segar , produksi bahan kering, tinggi tanaman, jumlah anakan dan kandungan nutrisi terhadap rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum schumach),

2. Melihat pengaruh interval pemotongan terhadap produksidan kandungan nutrisi rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum schumach).

3. Melihat pengaruh interaksi antara pemberian dosis pupuk kandang dan interval pemotongan terhadap produksi rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum schumach).

Kegunaan Penelitian

Melihat pengaruh dari penggunaan pupuk kandang dan interval pemotongan terhadap kuantitas (produksi BK) dan kualitas (kandungan nutrisi) rumput Gajah Mini (pennisetum purpureum schumach) dan melihat interaksi perlakuan antara pemberian dosis pupuk kandang dengan interval pemotongan.

Hipotesis Penelitian

1. Pemberian berbagai dosis pupuk memberikan pengaruh nyata terhadap kuantitas dan kualitas rumput Gajah Mini.

2. Interval pemotongan berpengaruh terhadap produksi BK dan kandungan nutrisi rumput Gajah Mini.

3. Interaksi pemberian berbagai level pupuk kandang dan Interval pemotongan berpengaruh terhadap kuantitas (produksi BK) dan kandungan nutrisi rumput Gajah Mini.

ABSTRAK

DANI SUGESTI, 2014: Pemberian Berbagai Level Pupuk Kandang Ayamdan Interval Pemotonganterhadap Produksi dan Nutrisi Pennisetum purpureum

scumach. Dibimbing oleh NEVY DIANA HANAFI dan MA’RUF TAFSIN.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh berbagai dosis pupuk kandang terhadap produksi dan kandungan nutrisi Pennisetum purpureum scumach, melihat pengaruh interval pemotongan terhadap produksi dan kandungan nutrisi Pennisetum purpureum dan melihat interaksi antara perlakuan dosis pupuk kandang dengan interval pemotongan Pennisetum purpureum scumach. Penelitian dilaksanakan di Lahan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada Desember sampai Maret 2014. Rancangan yang dipakai dalam penelitian adalah Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design). Perlakuan terdiri dari 2 faktor yaitu faktor I: Interval Pemotongan (P), yaitu dari P1= 4 minggu dan P2= 6 minggu. Faktor II: Dosis pupuk kandang ayam (A), yaitu: A0 = 0 kg , A1: 1kg (1 ton/ha), A2 = 2kg (2 ton/ha) dan A3

Hasil penelitian diperoleh bahwa pemberian dosis pupuk kandang ayam memberikan hasil yang nyata terhadap berat segar, berat kering, dan tinggi tanaman, tetapi tidak memberikan hasil yang nyata terhadap jumlah anakan. Pada interval pemotongan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap protein kasar, serat kasar dan energi. Interaksi antara perlakuan juga menunjukkan pengaruh yang nyata.

= 3kg (3 ton/ha) sebagai anak petakan. Parameter yang diteliti adalah tinggi tanaman, jumlah anakan, produksi segar, produksi bahan kering, protein kasar, serat kasar dan energi bruto.

Kata Kunci:Pennisetum purpureum scumach, Pupuk Kandang Ayam Produktivitas, Kualitas

ABSTRACT

DANI SUGESTI, 2014‘Provision of Various Levels Chicken Manure and Interval Cutting on Production and Nutrition Pennisetum purpureum scumach’. Under supervised by NEVY DIANA HANAFI and MA'RUF TAFSIN.

This study aims to determine the effect of various dosage of manure on the production and nutrient content Pennisetum purpureum scumach, the effect of cutting interval on the production and nutrient content Pennisetum purpureum and the interaction between dosage treatment of manure with Pennisetum purpureum scumach cutting interval. Research conducted at Land’s of Agricultural Faculty, University of Sumatera Utara in December to March 2014. The design used in the study were divided plot design (Split Plot Design). Treatment consists of two factors: the first factor: Cutting interval (P), from P1 =4 weeks P2 = 6 weeks. Factor II: Dosage chicken manure (A), namely: A0 = 0 kg, A1: 1kg (1 ton / ha), A2 = 2kg (2 tonnes / ha) and A3 = 3kg (3 ton / ha) as mapped tillers . The parameters studied were plant height, number of tillers, fresh production, production of dry matter, crude protein, crude fiber and gross energy. The results showed that dosage of chicken manure real results to the fresh weight, dry weight, and height, but does not give real results to the number of tillers. At the cutting intervals showed significantly effect on crude protein, crude fiber and energy. The interaction between treatment also showed a significantly. Keywords: Pennisetum purpureum scumach, Chicken Manure Productivity, Quality

PEMBERIANBERBAGAI LEVEL PUPUK KANDANG AYAM

Dokumen terkait