• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Berbagai Level Pupuk Kandang Ayam dan Interval Pemotongan terhadap Kandungan Nutrisi dan Produksi Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum scumach)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberian Berbagai Level Pupuk Kandang Ayam dan Interval Pemotongan terhadap Kandungan Nutrisi dan Produksi Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum scumach)"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

Lampira1 Data Jumlah Rataan Produksi Segar Tanaman Rumput Gajah Mini Selama Penelitian

Pemotongan Dosis pupuk 1 2 3 Rataan

4 Minggu

A0 1805.67 1103.33 1368.33 1425.78 A1 4075.00 2746.33 2542.33 3121.22 A2 4248.00 3325.67 3034.33 3536.00 A3 3791.00 3822.33 3003.00 3538.78

Rataan 3479.92 2749.42 2487.00 2905.44

6 Minggu

A0 1693.00 1842.00 1138.50 1557.83 A1 4385.50 4580.50 4387.00 4451.00 A2 5204.50 6336.00 4082.50 5207.00 A3 5954.50 5085.00 5481.50 5507.67

(2)
(3)

Lampiran 3. Data Jumlah Rataan Bahan Kering Tanaman Rumput Gajah Mini Selama Penelitian

Pemotongan Dosis Pupuk 1 2 3 Rataan

4 Minggu

A0 209.41 241.42 154.98 201.94 A1 376.42 533.10 328.35 412.63 A2 302.68 613.85 258.84 391.79 A3 416.87 809.67 264.35 496.96

Rataan 326.35 549.51 251.63 375.83

6 Minggu

A0 119.78 130.32 80.55 110.22 A1 317.07 331.17 317.18 321.81 A2 322.16 392.20 252.71 322.35 A3 456.11 388.40 419.88 421.46

(4)
(5)

Lampiran 5. Data Jumlah Rataan Tinggi Tanaman Rumput Gajah Mini Selama Penelitian

Pemotongan Dosis Pupuk 1 2 3 Rataan

4 Minggu

A0 78.25 72.58 77.33 76.06

A1 84.92 76.42 84.25 81.86

A2 84.25 82.50 83.42 83.39

A3 80.58 82.00 80.92 81.17

Rataan 82.00 78.38 81.48 80.62

6 Minggu

A0 78.50 79.58 78.42 78.83

A1 85.83 89.75 89.50 88.36

A2 86.50 91.33 82.75 86.86

A3 87.67 88.00 86.75 87.47

(6)
(7)

Lampiran 7. Data Jumlah Rataan Jumlah Anakan Rumput Gajah Mini Selama Penelitian

Pemotongan Dosis pupuk 1 2 3 Rataan

4 Minggu

A0 22.67 13.67 11.00 15.78

A1 42.00 40.00 32.33 38.11

A2 46.33 35.00 30.33 37.22

A3 35.67 57.33 31.33 41.44

Rataan 36.67 36.50 26.25 33.14

6 Minggu

A0 21.50 28.50 25.50 25.17

A1 39.00 32.00 38.00 36.33

A2 41.00 71.00 31.50 47.83

A3 76.00 21.50 45.50 47.67

(8)

Lampiran 8. Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan Jumlah Anakan Gajah Mini

galat b 12 2583.858917 215.321576

(9)

Lampiran 9. Data Jumlah Rataan Protein Kasar Gajah Mini Selama Penelitian Pemotongan Dosis Pupuk 1 2 3 Rataan

4 Minggu

A0 12.33 12.13 12.18 12.22

A1 16.07 15.89 16.02 15.99

A2 16.73 16.57 16.55 16.61

A3 17.48 17.35 17.35 17.39

Rataan 15.65 15.49 15.52 15.55

6 Minggu

A0 10.47 10.325 10.43 10.41

A1 11.88 11.70 11.74 11.77

A2 13.63 13.55 13.52 13.57

A3 15.38 15.22 15.24 15.28

(10)
(11)

Lampiran 11. Data Jumlah Rataan Serat Kasar Gajah Mini Selama Penelitian Pemotongan Dosis pupuk 1 2 3 Rataan

4 Minggu

A0 26.00 25.96 25.96 25.97 A1 26.37 26.33 26.31 26.34 A2 25.79 25.76 25.94 25.83 A3 26.56 26.53 26.52 26.53

Rataan 26.18 26.14 26.18 26.17

6 Minggu

A0 27.615 27.575 27.32 27.50 A1 28.65 28.61 28.61 28.62 A2 27.13 27.11 27.10 27.11 A3 25.55 25.52 26.51 25.86

(12)
(13)

Lampiran 13. Data Jumlah Rataan Energi Bruto Gajah Mini Selama Penelitian Pemotongan Dosis pupuk 1 2 3 Rataan

4 Minggu

A0 3.90 3.88 3.77 3.85

A1 3.90 3.86 3.88 3.88

A2 4.00 3.98 3.98 3.99

A3 3.94 3.91 3.93 3.93

Rataan 3.93 3.91 3.89 3.91

6 Minggu

A0 3.89 3.88 6.38 4.72

A1 4.03 4.00 3.99 4.01

A2 3.89 3.86 3.89 3.88

A3 4.06 4.04 4.04 4.05

(14)
(15)

DAFTAR PUSTAKA

Allison, F.E., 1973. Soil Organic Matter and Its Role in Crop Production. Elsevier Scientific Publishing Co., Amsterdam VI + 637p.

Ambarwati, D. 2000. Pengaruh Berbagai Umur Pemotongan dan Pemupukan Urea terhadap Kadar dan Produksi Protein Kasar dan Serat Kasar Pertumbuhan Kembali Rumput Gajah. Skripsi Fakultas Peternakan UNDIP. Semarang. Andrianton, 2010. Pertumbuhan dan Nilai Gizi Tanaman Rumput Gajah pada

Berbagai Interval Pemotongan. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako.

Baruch, Z., and Fernandez D. S. 1993. Water Relation of Native and Introduced C4 grasses in a Neotropical Savana. Oecologia 96: 179-185.

Dinoto, 1990. Pengaruh Pupuk dan Pemupukan Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Raja. Skripsi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Djajanegara, A., M. Rangkuti Siregar. Soedarsono. S. K. 1998. Pakan Ternak dan Faktor- Faktornya. Pertemuan Ilmiah Ruminansia. Departemen Pertanian Bogor.

Ella, 2002. Produktifitas dan Nilai Nutrisi Beberapa Jenis Rumput dan Leguminosa Pakan yang Ditanam pada Lahan Kering Iklim Basah. Balai Pengkajian Pertanian Sulawesi Selatan, Makasar.

Erwanto. 1994. Pengaruh Interval dan Intensitas Pemotongan Interval dan Intensitas Pemotongan terhadap Produksi dan Kualitas Hijauan Pertanaman Campuran antara Rumput Setaria dengan tiga Jenis Kacang- kacangan Thesis. Bogor: Program Pascasarjana Fakultas Peternakan IPB. Harjadi, S. S., 1983. Pengantar Agronomi. PT Gramedia, Jakarta.

Kartadisastra, H. R. 2001. Penyediaandan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius, Yogyakarta.

Kristyowantary, R. 1992. Pengaruh Interval dan Tinggi Pemotongan Terhadap Produksi dan Beberapa Aspek Kualitas Rumput Raja. Skripsi, Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor .

.

(16)

Lubis, D.A., 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan, Jakarta.

Manalu, E.N., 1999. Pengaruh Berbagai Level Pupuk Kandang Ayam Petelur dan Jarak Barisan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Raja. Skripsi Fakultas Pertanian Jurusan Peternakan USU, Medan.

Manurung, T., A. Djajanegara dan M. E. Siregar .1975. Kombinasi pupuk kandang dengan pupuk buatan (N, P dan K) terhadap produksi hijauan rumput gajah (P. Purpureum var. HAWAII). Bull. LPP. 13: 58- 63.

Mc. Ilroy RJ. 1977. Pengantar Budaya Padang Rumput Tropika. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.IPB

Mc. ilroy RJ. 1981. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradnya Paramita, Jakarta.

Mowidu, 1.2001. Peranan Bahan Organik dan Lempung Terhadap Agregasi dan A gihan Ukuran Pori pada Entisol. Tesis Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Nasution, H. F., 1991. Pengaruh Interval dan Tinggi Pemotongan terhadap Produksi Rumput Setaria. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pitojo, S. 1995. Penggunaan Urea Tablet Penebar Swadaya Jakarta

Prawiranata, S.,1981. Dasar- Dasar Fisiologi Tumbuhan. Departemen Botani Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Reksohadiprodjo, S.1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. B.P.F.E. University Gadjah Mada, Yogyakarta.

Risema, W.J.,1983. Pupuk dan Cara Pemupukan. Baratapa Karya Aksara, Jakarta

Sangatanan, PD. dan R.L. Sangatanan. 1989. Organic Farming. 3M Book Inc., 22 7p

(17)

Setiawan, A. I. 1999. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Peneber Swadaya. Jakarta. 82 hal.

Setyamadjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Ed. Ke-1.cv. Simplex. Jakarta 120 Hal.

Setiyana MA, Abdullah L. 1993.Studi Potensi Tumbuhan Alam Sebagai Hijauan Pakan di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo kab. Bogor. Laporan Penelitian Fakultas Peternakan IPB.Bogor IPB.

Sihombing, Fhinka Natalia. 2014. Pengaruh Pemberian Kotoran Kelinci Fermentasi (Urine dan Feses) dan Interval Pemotongan terhadap Produksi dan Kualitas Rumput Gajah. USU Press: Medan

Soepardi, G., 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sugito, Y., Yulia N, dan Ellis N. 1995. Sistem Pertanian Organik. Fakultas Pertani an Universitas Brawijaya. Malang. 83p.

Susetyo, S. I. Kismono dan B. Soewari, 1994. Padang Pengembalaan. Panataran Manajer Ranch. Direktorat Bina Sarana Usaha Peternakan. Direktorat Jendral Peternakan. Jakarta.

Sutedjo, T. 1978. The Effect of Organic and Inorganic Fertilizer and Organic Manure and The Yield Component of Soybean. Thesis Master of Sci.. Unit Phiipines Los Banos,194p.

Syafira, H. 1996. Pengaruh Penggenangan Pemupukan Nitrogen Serta Interval Pemotongan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Lokal Kumpai (Hymenachnc Amplexicalus (Rudge) Ness). Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor .

Syarifuddin, NA. 2006. Nilai Gizi Rumput Gajah Sebelum dan Setelah Enzilase Pada Berbagai Umur Pemotongan. Produksi Ternak, Fakultas Pertanian UNLAM, Lampung.

Tilman, A. A.D., Hartadis, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirosoemo dan S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-6 Gajah Mada University Press., Yogyakarta.

Tisdale, S. L,W.L. Nelson and J.D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizer.4th Ed. McMilan Publishing Company. New York

(18)
(19)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian berlangsung selama 4 bulan di mulai dari Bulan Desember sampai dengan Maret 2014.

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan yang digunakan yaitu bibit rumput Gajah mini(Pennisetum purpureum schumach) dalam bentuk pols sebanyak 96 buah. Lahan yang terdiri atas 24 plot, dimana dengan jumlah 4 pols dalam setiap plot yang berukuran 1x1 m. Pupuk kandang ayam sebagai pupuk organik.

Alat

Alat yang digunakan adalah gembor untuk menyiram tanaman, timbangan untuk menimbang berat basah dan berat kering rumput, alat ukur untuk mengukur tinggi tanaman, parang, arit dan gunting untuk memotong rumput, oven untuk menguji bahan kering sample.

Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan petak terbagi (split plot design), dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan. Adapun faktor pertama sebagai petakan utama yaitu:

(20)

Dengan pemotongan tiga kali untuk interval pemotongan 4 minggu dan dua kali untuk interval pemotongan 6 minggu.

Faktor kedua adalah dosis pupuk kandang sebagai anak petakan, antara lain: A0= tanpa pupuk kandang

A1= 1 kg/ plot (10 ton/ ha) pupuk kandang A2= 2 kg/ plot (20 ton / ha) pupuk kandang A3= 3 kg/ plot (30 ton / ha) pupuk kandang

Jumlah ulangan dalam penelitian adalah sebanyak 3 ulangan.

Model linear yang digunakan adalah rancangan petak terbagi (split plot design)

dengan model rancangan menurut sebagai berikut:

= pengaruh interaksi taraf ke i faktor A dengan taraf ke j faktor B

i k

ε

= pengaruh acak untuk petak utama

(21)

Peubah yang Diamati

1. Jumlah anakan

Anakan rumput gajah yang dihitung adalah anakan yang muncul dari dalam tanah atau tumbuh pada rhizome batang, bukan yang tumbuh ke samping pada buku- buku batang yang tidak terpotong. Pada tanaman yang mempunyai anakan jika telah mempunyai daun, artinya daun telah membuka dengan sempurna. Jumlah anakan diukur setiap 4 minggu sekali.

2. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi dengan cara menegakkan seluruh daun ke atas sampai tegak lurus, kemudian dilakukan pengukuran secara vertical pada bagian tanaman yang paling tinggi dari permukaan tanah. Tinggi tanaman diukur setiap 1 minggu sekali.

3. Produksi segar

Produksi segar rumput gajah mini diperoleh dengan melakukan penimbangan daun rumput gajah mini dalam keadaan segar atau tanpa dilakukan pengeringan pada hasil pemotongan yang dilakukan setiap perlakuan. Penimbangan produksi segar rumput gajah dilakukan setiap 4 minggu dan 6 minggu setiap pemotongan.

4. Produksi kering

(22)

dikonversikan kedalam berat kering untuk mengetahui produksi berat kering. Untuk menentukan persentase bahan kering dapat digunakan rumus :

%BK = Berat setelah pengeringan Berat segar

x 100%

5. Kandungan nutrisi Protein kasar (PK), Serat kasar (SK) dan Energi

bruto (EB)

Kandungan nutrisi rumput gajah mini yang akan diteliti adalah protein kasar, serat kasar dan energi bruto yang terkandung dalam rumput gajah mini tersebut. Analisa kandungan nutrisi dilakukan dengan cara analisis proksimat dari hasil pemotongan rumput gajah.

Protein kasar (PK)

Protein dalam bahan makanan termasuk dalam zat- zat yang mengandung nitrogen. Perhitungan kadar protein kasar yaitu titrasi blanko dikurangi titrasi dari kelebihan H2SO4

%PK =

yang digunakan untuk menangkap N sama dengan jumlah asam yang dinetralisir oleh amonia dari bahan. Persentase protein kasar dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Volume tirasi – volume blanko Sample

x 4,37812

Keterangan:

(23)

Volume blanko diperoleh dengan mendestruksi, mendestilasi dan mentitrasi bahan- bahan tanpa menggunakan sample.

Serat kasar (SK)

Serat kasar adalah semua zat organikyang tidak dapat larut dalam H2SO4

Persentase serat kasar dapat dihitung dengan rumus:

0,3N dan dalam NaOH 1,5 N yang berturut- turut dimasak selama 30 menit ( selulosa, lignin, sebagian dari pentosan- pentosan).

% SK =( berat C + S setelah oven) – ( berat C + S setelah tanur) Berat Sample

x 100%

Keterangan:

SK = Serat Kasar C = Cawan porselin S = Sample bahan

Energi bruto (EB)

Energi bruto yaitu suatu bahan makanan dapat ditentukan dengan membakar sejumlah bahan tersebut sehingga diperoleh hasil- hasil oksidasi yang berupa karbon dioksida, air, dan gas- gas lainya.

Pelaksanaan Penelitian

Pengolahan Lahan

(24)

dalam satu plot menggunakan 4 batang anakan. Kemudian dilakukan pengacakan blok dan kombinasi perlakuan. Setelah itu dilakukan penanaman.

Pemberian pupuk kandang

Setelah lahan siap diolah dan siap untuk ditanami dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang sesuai dengan perlakuan dan seminggu setelah pemupukan dilakukan penanaman.

Pemupukan kedua dilakukan setelah pemotongan I, pupuk disebar merata disekeliling tanaman sesuai dengan perlakuannya. Pemupukan ketiga dilakukan setelah pemotongan ke II dengan cara yang sama dengan pemupukan sebelumnya.

Penanaman

Bibit rumput gajah mini di tanam di setiap plot sebanyak 4 anakan di lahan penanaman dan diacak sesuai dengan pengacakan perlakuan.

Pemotongan rumput Gajah Mini

(25)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi Segar rumput Gajah Mini (g)

Hasil peneitian diperoleh bahwa dosis pupuk kandang ayam, interval pemotongan dan interaksi antara dosis pupuk dan interval pemotongan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap produksi segar dengan hasil berikut:

Tabel 3 Rataan produksi segar rumput gajah mini (g/ plot)

Interval Dosis Pupuk Rataan

pemotongan A0 A1 A2 A3

P1(4 minggu) 1425,78 3121,22 3536,00 3538,78 2905,45B P2(6 minggu) 1557.83 4451.00 5207.00 5207,67 4180,88A Rataan 1491,81C 3786,11B 4371,84AB 4522,89A 3543,16

(26)
(27)

Interaksi pada perlakuan interval pemotongan dan dosis pupuk kandang ayam terhadap produksi rumput Gajah Mini memiliki perbedaan yang nyata pada kombinasi perlakuan P2A3 yaitu interval pemotongan 6 minggu dengan dosis pupuk kandang 3kg. Hal ini sesuai dengan data yang diperoeh yaitu rataan produksi segar rumput Gajah Mini pada P2A3 memiliki rataan yang lebih tinggi yaitu 5207,67 g/plot, sedangkan produksi yang terendah pada pada kombinasi perlakuan P1A0 sebesar 1425,78 g/plot. Hal ini disebabkan karena pemberian pupuk yang baik dan pemberian dosis pupuk yang tepat sesuai dengan penelitian Manalu (1999) yang menyatakan bahwa dengan pemberian pupuk kandang ayam maka berat hijauan segar rumput akan terus meningkat sampai level 3kg/ plot. Hal ini disebabkan pemberian pupuk kandang ayam berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah juga meningkatkan kesuburan tanah.

y = 1081,x R² = 0,443

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

0 2 4 6 8 10

Series1

Poly. (Series1)

(28)

Produksi Bahan Kering Rumput Gajah (g)

Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa pemberian dosis pupuk kandang ayam berpengaruh sangat nyata terhadap produksi bahan kering rumput Gajah Mini, sedangkan pada interval pemotongan dan interaksi antara interval pemotongan dengan dosis pupuk kandang ayam tidak memberikan pengaruh nyata terhadap produksi bahan kering. Dapat dilihat pada tabel rataan produksi bahan kering rumput Gajah Mini.

Tabel 4 Rataan Produksi Bahan Kering Selama Penelitian (g/plot)

Interval Dosis Pupuk Rataan

(29)

perbedaan kapasitas fotosintesis, kemampuan tanaman untuk menyerap zat- zat hara dan persediaan cadangan energy untuk pertumbuhan kembai.

Tabel 4 pada rataan produksi bahan kering menunjukkan bahwa pemberian dosis pupuk kandang ayam memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi bahan kering rumput Gajah Mini. Hal ini disebabkan karena kandungan unsur hara pada pupuk kandang ayam cukup baik diantara pupuk kandang lainya dan pupuk kandang merupakan salah satu pemberi cadangan makanan bagi tanaman. Seperti yang dikemukakan Risema (1983) yang menyatakan bahwa pupuk kandang ayam adalah pupuk kandang yang berasal dari feses ayam dimana kandungan N, P dan Ca relatif lebih tinggi dari kotoran hewan lainya, mudah terpecah- pecah atau terbagi dan pelapukanya pun akan berlangsung cepat. Selain itu juga bahwa menambahkan pupuk kandang juga merupakan salah satu bahan organik yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk kandang merupakan sumber unsur hara makro dan mikro bagi tanaman Soepardi (1983).

(30)

Terlihat pada gambar 2 diperoleh bahwa interaksi perlakuan antara interval pemotongan dengan pemberian dosis pupuk kandang memberikan hasil yang nyata. Hal ini dikarenakan unsur hara dalam tanah cukup dan nutrisi pada tanaman terpenuhi sehingga tanaman memiliki pertumbuhan yang baik dengan cadangan makan yang cukup baik sehingga memiliki hasil produksi yang baik pula. Sesuai dengan pernyataan Setyamadidjaja (1986) yang menyatakan bahwa unsur hara dalam tanah berfungsi memacu pertumbuhan akar dan system perakaran yang baik terutama pada tanaman muda yang biasanya terdapat pada bahan organik. Apabila unsur hara yang tersedia terbatas, maka tanaman akan kekurangan cadangan makanan untuk pertumbuhanya terutama karbohidrat yang sangat mempengaruhi bahan kering.

Tinggi Tanaman Rumput Gajah Mini (cm)

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa interval pemotongan dan pemberian dosis pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman, tetapi pada interaksi antara interval pemotongan dan pemberian pupuk kandang ayam tidak memberikan pengaruh yang nyata pada pertambahan tinggi tanaman. Hal ini dapat dilihat pada tabel rataan tinggi tanaman berikut: Tabel 5 Rataan Tinggi Tanaman Selama Penelitian (cm/plot/)

Interval pemotongan Dosis pupuk Rataan

(31)

dan waktu pemotongan bibit dengan penanaman, sedangkan faktor eksternal berupa suhu, kelembaban, media tanam, hormonal,sinar matahari dan air. Pada pelaksanaan penelitian berlangsung pada musim pancaroba (antara musim penghujan dengan musim kemarau), dimana rataan tertinggi pada P2 yaitu 85,38cm dan terendah P1 80,62cm. Maka faktor eksternal berupa suhu dan kelembaban sangat mempengaruhi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Baruch et al

(1993) bahwa pertumbuhan tanaman sangat dibatasi oleh kekeringan dan keembaban air. Studi tentang pengaruh kekeringan pada rumput pakan tropic telah membuktikan respon dasar yaitu evasi (penghindaran). Sehingga tanaman tidak akan dapat umbuh sesuai kondisi ideal.

(32)

Interaksi antara interval pemotongan dengan pemberian dosis pupuk kandang tidak memberikan hasil yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman pada rumput Gajah Mini. Hal ini bisa disebabkan frekuensi interval pemotongan yang terlalu rendah sehingga rumput tersebut membutuhkan cadangan karbohidrat sementara tanah tidak mampu memenuhi karbohidrat tersebut bagi tanaman. Sesuai dengan pernyataan Hardi (1993) bahwa bahwa fase vegetatif mempergunakan sebagian besar karbohidrat yang dibentuk, apabila karbohidrat berkurang maka pembelahan sel berjalan lambat sehingga perkembangan vegetatif dengan sendirinya berjalan lambat. Menurut Andrianton (2010) Interval pemotongan 4 minggu (P1) memungkinkan tanaman dapat membentuk dan mengakumulasi karbohidrat yang cukup. Karbohidrat merupakan hasil reduksi CO2 melalui proses fotosintesis dengan memamfaatkan energi sinar matahari atau cahaya tamnpak yang dikonversi atas bantuan sistem pigmen menjadi energi kimia. Begitu juga pada pemberian dosis pupuk organik belum mampu memberikan pengaruh interaksi yang nyata terhadap tinggi tanaman, dibandingkan dengan pernyataan Williams (2006) yaitu kelemahan pupuk organik

y = 37,38x

(33)

(kandang) adalah kandungan hara relatif rendah sehingga jumlah pupuk organik yang dibutuhkan tinggi sekali.

Jumlah Anakan Rumput Gajah Mini

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa interval pemotongan bepengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan rumput Gajah Mini. Sedangkan pemberian dosis pupuk dan interaksi antara interval pemotongan dengan pemberian pupuk pada rumput Gajah Mini tidak berpengaruh sangat nyata terhadap jumah anakan pada rumput Gajah Mini. Berikut adalah nilai rataan jumlah anakan pada rumput Gajah Mini.

Tabel 6 Rataan Jumlah Anakan Rumput Gajah Mini Selama Penelitian Interval Pemotongan Dosis Pupuk Rataan

(34)

berpengaruh terhadap produksi hijauan. Pada interval pemotongan yang lebih lama dapat menghasilkan produksi bahan segar dan pertumbuhan perakaran yang lebih baik tetapi menurunkan kualitas. Pada umur defoliasi yang lebih lama kesempatan menimbun cadangan makanan dalam bentuk karbohidrat berlangsung lama sehingga rumput akan menjadi semakin tinggi.

(35)

Interaksi antara perlakuan interval pemotongan dengan pemberian dosis pupuk menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap jumlah anakan rumput Gajah Mini. Hal ini disebabkan karena interval pemotongan yang terlalu singkat sehingga tanaman belum cukup menyerap unsur hara dan belum mampu membelah menghasilkan anakan baru. Sesuai dengan pernyataan Harjadi (2000) yang menyatakan fase vegetatif menggunakan sebagian besar karbohidrat, apabila karbohidrat berkurang maka pembelahan sel berjalan lambat sehingga perkembangan vegetatif lambat. Interval pemangkasan yang lebih singkat (4 minggu dan 6 minggu) diduga menyebabkan pengurangan cadangan makanan akibat pemangkasan yang lebih intensif, sehingga tanaman hanya memiliki waktu singkat untuk membentuk cadangan makanan. Sesuai pernyataan Primandini (2007) bahwa pemangkasan (defoliasi) berat mengakibatkan terhambatnya pembentukan tunas baru dan terkurasnya cadangan makanan.

Protein Kasar Rumput Gajah Mini (%)

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa interval pemotongan, pemberian y = 13,88x

(36)

pemberian dosis pupuk kandang memberikan hasil yang berbeda sangat nyata terhadap kandungan serat kasar pada rumput Gajah Mini dengan nilai rataan sebagai berikut.

Tabel 7 Rataan Protein Kasar Rumput Gajah Mini Selama Penelitian Interval Pemotongan Dosis Pupuk Rataan

Tabel 7 pada perlakuan interval pemotongan P1 memberikan hasil yang sangat nyata terhadap kadar protein rumput Gajah Mini yaitu 15,53% sedangkan padaperlakuan P2 memiliki nilai rataan 12,76%. Hal ini karena interval pemotongan yang tidak terlalu lama dan tanaman juga tidak terlalu tua, seiring berjalanya waktu semakin tua tanaman maka kandungan protein juga akan menurun dan kandungan serat kasar meningkat. Sesuai dengan pernyataan Fhinka (2014) bahwa pemotongan 4 minggu tanaman masih dalam fase- fase awal pertumbuhan sehingga pembentukan serat masih rendah dan belum maksimal. Berikut dengan pendapat Djajanegara dkk (1998) bahwa umur tanaman pada saat pemotongan sangat berpengaruh terhadap kandungan gizinya. Umumnya makin tua umur tanaman pada saat pemotongan, makin berkurang kadar proteinya dan serat kasarnya makin tinggi. Apaila dibandingkan dengan penelitian Susetyo (1994) bahwa tanaman pada umur muda kualitas lebih baik karena serat kasar lebih rendah, sedangkan kadar proteinya leih tinggi.

(37)

yaitu 16,34% dibandingkan dengan perlakuan 0kg (A0), 1kg (A1) dan 2kg (A2). Hal ini disebabkan karena tanah mampu menyerap nutrisi yang ada pada pupuk kandang ayam dengan baik, selain itu juga pupuk kandang ayam memiliki kandungan yang sangat baik dibandingkan dengan pupuk organik lainya sehingga mampu memperbaiki struktur tanah serta memberikan cadangan makanan yang cukup bagi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lubis (1986) yang menyatakan bahwa pupuk kandang ayam berasal dari feses ayam yang kandungan N, P dan Ca relatif tinggi dari feses hewan lainya. Manfaat kotoran ayam telah diteliti memberikan efek nyata terhadap pertumbuhan tanaman bahkan lebih baik dari kotoran ternak besar, dari segi kadar hara tiap ton kotoran unggas terdapat 65,8kg N, 13,7kg P dan 12,8kg K. sedangkan hewan ternak besar dengan bobot kotoran yang sama mengandung 22kg N, 2,8kg P dan 13,7kg K. dengan demikian dikatakan bahwa dengan pemakaian kotoran unggas jauh lebih baik dari pada kooran hewan lainya.

Interaksi antara interval pemotongan degan dosis pemberian pupuk y = 6,807x

(38)

kandungan protein kasar rumput Gajah Mini yaitu pada kombinasi perlakuan P1A3 dengan interval pemotongan 4 minggu dan dosis pupuk kandang ayam 3kg. Perlakuan ini memiliki nilai rataan yang paling baik dibandingkan dengan perlakuan 0kg, 1kg dan 2kg, ini disebabkan karena waktu pemotongan yang baik dan tepat sehingga mendukung pertumbuhan tanaman dengan baik sehingga mampu menghasilkan kandungan protein yang baik. Semakin lambat tanaman dilakukan pemotongan, kandungan serat kasarnya semakin tinggi, sebaliknya terlalu awal dilakukan dalam interval yang pendek hijauan tersebut akan selalu dalam keadaan muda. Hijauan mudakandungan proteinya dan kadar airnya tinggi tetapi kadar seratnya rendah Ella (2002). Selain didukung oleh interval pemotongan yang baik juga karena pemberian pupuk kandang seperti pada pernyataan Dinoto (1990) yang menyatakan pupuk kandang sebagai salah satu jenis bahan organik yang mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman seperti nitrogen, fosfat, kalium, magnesium, sulfur maupun sejumlah kecil unsur mikro.

Serat Kasar Rumput Gajah Mini (%)

(39)

Tabel 8 Rataan Serat Kasar Rumput Gajah Mini Selama Peneitian (%/plot) Interval Pemotongan Dosis Pupuk Rataan

A0 A1 A2 A3

P1 (4 minggu) 25,97 26,34 25,83 26,53 26,17 P2 (6 minggu) 27,50 28,62 27,11 25,86 27,27

B

A

Rataan 26,74B 27,84A 26,47BC 26,20C 26,72

Tabel 8 pada perlakuan interval pemotongan menunjukkan bahwa pada perlakuan P2 memiliki kandungan serat kasar yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P1 yaitu pemotongan 4 minggu. Hal ini disebabkan faktor umur tanaman yang semakin tua maka serat kasarnya juga akan semakin tinggi. Sesuai dengan pernyataan Erwanto (1984) bahwa semakin lama umur pemotongan pada tanaman akan meningkatkan kandungan serat kasarnya. Kandungan serat kasar erat hubunganya dengan umur tanaman. Semakin tua umur tanaman semakin meningkat serat kasarnya.

(40)

Interaksi kombinasi perlakuan antara interval pemotongan dengan pemberian dosis pupuk kandang diperoleh hasil yang berbeda sangat nyata, yaitu pada kombinasi perlakuan A1P1 (pemberian dosis pupuk kandang 1kg dan interval pemotongan 6 minggu). Hal ini disebabkan umur tanaman yang semakin tua maka proporsi selulose dan hemiselulose sebagai penyusun dinding sel akan naik, sedangkan karbohidrat yang larut dalam air akan turun sehingga terjadi peningkatan serat kasar. Menurut Ambarwati (2000) bahwa peningkatan umur defoliasi akan meningkatkan produksi protein kasar, serat kasar maupun bahan kering hijauan rumput. Dikemukakan juga oleh Tilman et al (1998) bahwa kadar serat kasar hijauan akan meningkat dengan semakin tuanya umur tanaman.

Energi Bruto Rumput Gajah Mini (K.cal/g)

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa interval pemotongan, pemberian dosis pupuk kandang dan interaksi antara interval pemotongan dengan dosis pupuk tidak memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap energi bruto tanaman rumput Gajah Mini. Hal ini dapat dilihat dari tabel nilai rataan energi bruto rumput Gajah Mini.

(41)

Tabel 9 Rataan Energi Bruto Rumput Gajah Mini Selama Penelitian (K.cal/g) Interval Pemotongan Dosis Pupuk Rataan

A0 A1 A2 A3

P1 (4 minggu) 3,85 3,88 3,99 3,93 3,91 P2 (6 minggu) 4,72 4,01 3,88 4,05 4,17

A

Rataan 4,29

A

A

3,95A 3,94A 3,99A 4,04

(42)

Interaksi antara perlakuan pemberian dosis pupuk dengan interval pemotongan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Dilihat dari nilai rataan bahwa pada perlakuan P2A0 yaitu 14,15Kcal/g memiliki nilai rataan tertinggi diketahui bahwa rumput Gajah Mini tersebut tidak diberi perlakuan dosis pupuk kandang. Hal tersebut bisa terjadi karena dipengaruhi oleh interval pemotongan yang baik.

y = 1,909x R² = -11,1

0 1 2 3 4 5 6

0 2 4 6 8 10

Series1

Poly. (Series1)

(43)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa pada perlakuan pemberian pupuk kandang ayam dengan dosis pupuk 3kg/plot/panen memberikan hasil

berbeda nyata dengan nilai rataan berat segar (4522,89g/plot/panen), berat kering ( 459,21g/plot/panen), dan tinggi tanaman (85,13cm). dan jumlah anakan yaitu

dengan nilai rataan tertinggi (39,25 anakan).

Pada perlakuan interval pemotongan diperoleh hasil bahwa interval pemotongan 4 minggu memiliki hasil yang berbeda nyata terhadap kandungan nutrisi rumput Gajah Mini yaitu pada protein kasar dan serat kasar, tetapi pada kandungan energi bruto diperoleh hasil yang tidak berbeda nyata.

Dari hasi penelitian diketahui bahwa antara perlakuan pemberian dosis pupuk kandang ayam dengan interval pemotongan memiliki interaksi terhadap produksi dan kandungan nutrisi rumput Gajah Mini.

Saran

(44)

TINJAUAN PUSTAKA

Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum schumach)

Rumput gajah mempunyai sistematika sebagai berikut, yaitu phylum:

Spermatophyta: Sub phylum: Angiospermae; Class: Monocotyledoneae; Genus:pennisetum; Spesies:Pennisetum purpureum. Rumput gajah secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak, berakar dalam, dan tinggi dengan rimpang yang pendek. Tinggi batang dapat mencapai 2-4 meter (bahkan mencapai 6-7 meter), dengan diameter batang dapat mencapai lebih dari 3cm dan terdiri sampai 20 ruas per buku. Rumput diperbanyak dengan potongan- potongan batang atau rizhoma yang mengandung 3 sampai 4 buku batang (Reksohadiprodjo, 1985). Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum schumach) merupakan jenis rumput unggul yang mempunyai produktivitas dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi serta memiliki palatabilitas yang tinggi bagi ternak ruminansia. Tanaman ini merupakan salah satu jenis hijauan pakan ternak yang berkualitas dan disukai ternak. Rumput ini dapat hidup diberbagai tempat, tahan lindungan, respon terhadap pemupukan, serta menghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Rumput gajah mini tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang kompak, dan terus menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur. Morfologi rumput gajah mini yang rimbun, dapat mencapai tinggi lebih dari 1 meter sehingga dapat berperan sebagai penangkal angin (wind break) terhadap tanaman utama(Syarifuddin, 2006)

(45)

panjang stek 20 – 25 cm (2 – 3 ruas atau paling sedikit 2 buku atau mata) (Reksohadiprodjo, 1994).

Pennisetum purpureum, disukai ternak, tahan kering berproduksi tinggi, bernilai gizi tinggi dan merupakan rumput yang saangat baik untuk silase.

Pennisetum purpureum sebagai bahan pakan merupakan pakan unggul dari aspek ingkat pertumbuhan (Ella,2002).

Produktifitas rumput gajah dapat mencapai 40 ton berat kering per hektar pada daerah beriklim subtropis, dan 80 ton per hektar pada daerah beriklim tropis (Woodard and Prine, 1993). Dilanjutkan dengan pernyataan Ella (2002), bahwa rumput gajah (pennisetum purpureum) sebagai pakan ternak yang merupakan hijauan unggul, dari aspek tingkat pertumbuhan, produktifitas dan nilai gizinya. Produksi rumput gajah dapat mencapai 20-30 ton/ ha/ tahun.

Hijauan Makanan Ternak

Rumput memegang peranan penting dalam penyediaan pakan hijauan bagi ternak ruminansia di Indonesia. Rumput sebagai hijauan makanan ternak telah umum digunakan oleh peternak dan dapatdiberikan dalam jumlah yang besar. Rumput mengandung zat-zat makanan yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup ternak seperti air, lemak, serat kasar, beta-protein, mineral serta vitamin.

(46)

Pada dasarnya ada dua faktor yang mempengaruhi produktivitas rumput yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan yang mencakup keadaan tanah dan kesuburannya, pengaruh iklim termasuk cuaca dan perlakuan manusia atau manajemen. Sementara Mc. Ilroy (1977) menjelaskan bahwa produktivitas rumput tergantung pada faktor- faktor seperti persistensi, agresivitas, kemampuan tumbuh kembali, sifat tahan kering dan tahan dingin, penyebaran produksi musiman, kesuburan tanah dan iklim.

Tabel 1. Analisa Kadar Protein KasardanSeratKasar berbagai Jenis Hijauan Makanan Ternak

Pupuk adalah suatu bahan organik atau anorganik berasal dari alam atau buatan yang diberikan kepada tanaman secara langsung maupun tidak langsung untuk menambah unsur- unsur hara esensial tertentu bagi pertumbuhan tanaman (Pitojo,1995).

(47)

meningkatkan daya simpan lengas karena bahan organik mempunyai kapasitas menyimpan lengas yang tinggi (Mowidu, 2001).

Salah satu jenis pupuk organik yang sering digunakan sebagai penambahan bahan organik tanah adalah pupuk kandang. Pupuk kandang ayam merupakan sumber bahan organik yang mudah diperoleh dibandingkan dengan pupuk kandang lainya. Bahan organik koloidal lebih efektif dari pada liat sebagai penyebab pembentukan agregat yang stabil dengan pasir. Penambahan koloid humus ke pasir kuarsa menyebabkan 71-94 % pasir membentuk agregat dalam sistem yang dijenuhi Ca dan H dibandingkan dengan bila menggunakan koloid lempung meningkatkan agregasi tanah pasir lebih kurang 25% lebih tinggi bila hanya menggunakan koloid liat. Dehidrasi atau pengurangan air dapat merupakan pendorong utama pembentukan agregasi (Sangatanan, 1989) .

Pemberian 20-30 ton bahan organik berpengaruh nyata dalam meningkatkan porositas total, jumlah pori berguna, jumlah pori penyimpanan lengas dan kemantapan agregat serta menurunkan kerapatan zarah, kerapatan bongkah dan permeabilitas (Mowidu, 2001).

Pupuk kandang merupakan salah satu contoh pupuk organik yang berasal dari kandang ternak, baik berupa kotoran padat (faeces) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urine), sehingga kualitas pupuk kandang beragam tergantung pada jenis, umur serta kesehatan pada ternak, jenis dan kadar serta pakan yang dikonsumsi, jenis pekerjaan dan lamanya ternak bekerja, lama dan kondisi penyimpanan, jumlah serta kandungan haranya (Sangatanan, 1989).

(48)

langsung terhadap fisiologi tanaman seperti meningkatkan kegiatan respirasi yang merangsang peningkatan pertumbuhan tanaman (Soepardi, 1979).

Pupuk kandang sebagai salah satu jenis bahan organik yang mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman seperti nitrogen, fosfat, kalium, kalsium, magnesium, sulfur maupun sejumlah kecil unsur mikro. Susunan rata- rata untuk pupuk kandang segar sekitar 1,5% N, 0,4% P, 0,4% K, atau dalam 1 ton pupuk kandang terdapat 15 kg N, 4 kg P, dan 4 kg K. Pemberian pupuk kandang akan mengakibatkan rumput semakin rimbun, menghijau dan tegar serta bulu semakin lebat seiring peningkatan pupuk kandang ayam yang diberikan (Dinoto, 1990).

Fungsi pupuk kandang antara lain pensuplai N amonium, meningkatkan gerak dan ketersediaan unsur P dan unsur mikro,meningkatkan retensi kelembaban, memperbaiki struktur tanah dengan peningkatan kegemburan, meningkatkan porositas tanah, meningkatkan laju permeabilitas tanah, meningkatkan kapasitas buffer penggantian pH yang drastis, dan membentuk komplek AP+

Pemberian pupuk kandang sebanyak 75 ton/ha pertahun selama 6 bulan berturut- turut dapat meningkatkan 4% porositas tanah, 14,5% volume udara tanah pada keadaan kapasitas lapangan dan 33,3% bahan organik serta menurunkan kepadatan tanah sebanyak 3% (Sugito et.al, 1995).

sehingga mengurangi daya racunya (Tisdale et .al, 1985).

(49)

Pupuk Kandang Ayam

Pupuk kandang ayam adalah pupuk kandang yang berasal dari feses ayam dimana kandungan N, P, dan Ca relatif lebih tinggi dari kotoran hewan lainya, mudah terpecah- pecah atau terbagi dan pelapukanya pun akan berlangsung cepat. Rata- rata feses ayam mengandung 25% CaO, karena itu ia bereaksi basa. Komposisi bahan makanan penting artinya terhadap feses yang dihasilkan, hal ini terbukti untuk ayam yang dipelihara sebagai pedaging makananya mengandung 65% asam fosfat, sedangkan untuk jenis petelur 90% asam fosfat ( Risema, 1983).

Pupuk kandang ayam berasal dari feses ayam yang kandungan N, P dan Ca relative tinggi dari feses hewan lainya. Manfaat kotoran ayam telah diteliti memberikan efek nyata terhadap pertumbuhan tanaman bahkkan lebih baik dari kotoran ternak besar. Menurut Lubis (1986), dari segi kadar hara tiap ton kotoran unggas terdapat 65,8 kg N, 13,7 kg P dan 12,8 kg K. sedangkan hewan ternak besar dengan bobot kotoran yang sama mengandung 22 kg N, 2,8 kg P dan 13,7 kg K. dengan demikian dikatakan bahwa dengan pemakaian kotoran unggas jauh lebih baik dari pada kotoran hewan lainya.

(50)

Tabel 2. Kandungan zat hara beberapa kotoran ternak padat dan cair

Kelemahanpupuk organik (kandang) adalah kandungan hara relatif rendah, sehingga jumlah pupuk organi yang dibutuhkan tinggi sekali. Hal ini menyulitkan transportasi dan pemberian sehingga kurang ekonomis. Pupuk organik tidak dapat seketika untuk tumbuhan, tidak dapat menyediakan unsur hara secara cepat, terhitung dosis tidak dapat tepat dan respon tanaman lebih lambat dari pada pupuk buatan. Pemberian pupuk kandang akan mengakibatkan tanaman semakin rimbun, menghijau dan tegar seiring dengan peningkatan pupuk kandang yang diberikan (Williams,2006).

Defoliasi dan Interval Pemotongan

(51)

Interval pemotongan adalah selang waktu antara suatu saat pemotongam sampai saat pemotongan berikutnya. Intensitas pemotongan dimaksudkan sebagai tinggi pemotongan dari atas permukaan tanah (Kristyowantari, 1992).

Pada saat tanaman rumput dipotong, bagian yang ditinggalkan tidak boleh terlalu pendek ataupun terlalu tinggi. Sebab semakin pendek bagian tanaman yang ditinggalkan dan semakin sering dipotong pertumbuhan kembali tanaman tersebut akan semakin lambat karena persediaan energi (karbohidrat) dan pati yang ditinggalkan pada batang semakin sedikit (Nasution, 1997).

Interval pemotongan yang pendek di samping menurunkan kuantitas juga menurunkan ketegaran tanaman, mengurangi perkembangan batang, akar serabut, menghambat perkembangan tunas sehingga berpengaruh terhadap produksi hijauan. Pada interval pemotongan yang lebih lama dapat menghasilkan produksi bahan segar dan pertumbuhan perakaran yang lebih baik tetapi menurunkan kualitas.Pada umur defoliasi yang lebih lama kesempatan menimbun cadangan makanan dalam bentuk karbohidrat berlangsung lama sehingga rumput akan menjadi semakin tinggi (Syafira, 1996).

(52)

menghasilkan komposisi kadar air dan protein kasar sebesar (85,50%) dan (11,50%) serta lemak kasar sebesar (3,20%) dan (29,3%).

Dengan melakukan pemotongan berarti menghilangkan maristem apical dibagian pucuk tanaman sebagai penghasil auxin, sehingga daya aktif auxin akan mengalami gangguan. Keadaan inilah akan merangsang berkembangnya tunas-tunas lateral (Prawiranata et al., 1981).

Mengingat pengaruh yang akan timbul akibat defoliasi tersebut maka perlu pengaturan defoliasi yang baik. Karena dengan pengaturan defoliasi merupakan syarat dari pengelolaan hijauan makanan ternak untuk memperoleh produksi yang optimum (Kismono, 1980).

(53)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan produktivitas dan kualitas ternak ruminansia harus disertai dengan upaya pemenuhan pakan yang mencukupi untuk kebutuhan ternak. Hijauan makanan ternak memiliki peranan penting karena bahan tersebut diberikan dalam jumlah besar dan mengandung hampir semua zat makanan yang diperlukan ternak. Kendala yang sering dihadapi dalam pemenuhan hijauan makanan ternak ini adalah rendahnya kuantitas dan kualitas makanan ternak tropis.

Upaya peningkatan kualitas hijauan makanan ternak ini dapat dilakukan melalui domestikasi tanaman baru yang memiliki kandungan zat makanan tinggi dan mudah diperoleh. Salah satu jenis tanaman makanan ternak yang dapat dikembangkan adalah rumput gajah mini (Pennisetum purpureum schumach)

Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum schumach)adalah salah satu jenis rumput gajah yang baru dikembangkan sekarang ini. Ukurannya yang lebih kecil dari rumput gajah, membuatnya juga sering di sebut rumput gajah kerdil. Rumput ini dapat tumbuh pada berbagai macam tanah, sampai liat alkalis, dan sangat responsif terhadap pemupukan.

(54)

Pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan kandungan unsur hara didalam tanah yang akan dimanfaatkan oleh tanaman sehingga dapat berproduksi dengan optimal. Tanaman membutuhkan 16 unsur hara esensial untuk pertumbuhannya, antara lain: karbon, hidrogen dan oksigen yang diperoleh dari udara dan air serta 13 unsur lainya yang diperoleh dari tanah.

Pupuk kandang ayam adalah salah satu alternatif dari pupuk kandang yang digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Selain mudah untuk memperolehnya, kandungan zat makananya juga tinggi dan mudah diserap oleh tanaman.Pemupukan dapat dilakukan dengan cara disebar rata diatas permukaan tanah, ditanam dalam baris- baris yang kemudian ditimbun oleh tanah, dibenam dalam lobang- lobang disekitar tanaman. Pemupukan dengan pupuk kandang dilakukan bersamaan saat pengolahan tanah dikerjakan, yakni satu minggu sebelum tanam.

(55)

Banyaknya pupuk kandang yang diperlukan tergantung pada macam tanaman yang diusahakan dan banyaknya pupuk yang tersedia. Pemberian pupuk kandang yang terlalu banyak juga kurang baik, Karena mengakibatkan pertumbuhan vegetatif yang terlalu subur dan memperlambat banyaknya buah. Di Indonesia pemberian pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha. Data dari percobaan di Ohio (USA), menunjukkan bahwa dalam rotasi pertama setelah pemberian pupuk kandang sebanyak 16 ton/ha diperoleh 25-30% hasil lebih besar dari pada pemberian 32 ton/ha.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk melihat efek dari Pemberian Berbagai Level Pupuk Kandang dan Interval Pemotongan terhadap Produksi Rumput Gajah Mini.

Tujuan Penelitian

1. Melihat pengaruh berbagai dosis pupuk kandang terhadap produksi segar , produksi bahan kering, tinggi tanaman, jumlah anakan dan kandungan nutrisi terhadap rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum schumach),

2. Melihat pengaruh interval pemotongan terhadap produksidan kandungan nutrisi rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum schumach).

(56)

Kegunaan Penelitian

Melihat pengaruh dari penggunaan pupuk kandang dan interval pemotongan terhadap kuantitas (produksi BK) dan kualitas (kandungan nutrisi) rumput Gajah Mini (pennisetum purpureum schumach) dan melihat interaksi perlakuan antara pemberian dosis pupuk kandang dengan interval pemotongan.

Hipotesis Penelitian

1. Pemberian berbagai dosis pupuk memberikan pengaruh nyata terhadap kuantitas dan kualitas rumput Gajah Mini.

2. Interval pemotongan berpengaruh terhadap produksi BK dan kandungan nutrisi rumput Gajah Mini.

(57)

ABSTRAK

DANI SUGESTI, 2014: Pemberian Berbagai Level Pupuk Kandang Ayamdan Interval Pemotonganterhadap Produksi dan Nutrisi Pennisetum purpureum

scumach. Dibimbing oleh NEVY DIANA HANAFI dan MA’RUF TAFSIN.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh berbagai dosis pupuk kandang terhadap produksi dan kandungan nutrisi Pennisetum purpureum scumach, melihat pengaruh interval pemotongan terhadap produksi dan kandungan nutrisi Pennisetum purpureum dan melihat interaksi antara perlakuan dosis pupuk kandang dengan interval pemotongan Pennisetum purpureum scumach. Penelitian dilaksanakan di Lahan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada Desember sampai Maret 2014. Rancangan yang dipakai dalam penelitian adalah Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design). Perlakuan terdiri dari 2 faktor yaitu faktor I: Interval Pemotongan (P), yaitu dari P1= 4 minggu dan P2= 6 minggu. Faktor II: Dosis pupuk kandang ayam (A), yaitu: A0 = 0 kg , A1: 1kg (1 ton/ha), A2 = 2kg (2 ton/ha) dan A3

Hasil penelitian diperoleh bahwa pemberian dosis pupuk kandang ayam memberikan hasil yang nyata terhadap berat segar, berat kering, dan tinggi tanaman, tetapi tidak memberikan hasil yang nyata terhadap jumlah anakan. Pada interval pemotongan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap protein kasar, serat kasar dan energi. Interaksi antara perlakuan juga menunjukkan pengaruh yang nyata.

= 3kg (3 ton/ha) sebagai anak petakan. Parameter yang diteliti adalah tinggi tanaman, jumlah anakan, produksi segar, produksi bahan kering, protein kasar, serat kasar dan energi bruto.

(58)

ABSTRACT

DANI SUGESTI, 2014‘Provision of Various Levels Chicken Manure and Interval Cutting on Production and Nutrition Pennisetum purpureum scumach’. Under supervised by NEVY DIANA HANAFI and MA'RUF TAFSIN.

This study aims to determine the effect of various dosage of manure on the production and nutrient content Pennisetum purpureum scumach, the effect of cutting interval on the production and nutrient content Pennisetum purpureum and the interaction between dosage treatment of manure with Pennisetum purpureum scumach cutting interval. Research conducted at Land’s of Agricultural Faculty, University of Sumatera Utara in December to March 2014. The design used in the study were divided plot design (Split Plot Design). Treatment consists of two factors: the first factor: Cutting interval (P), from P1 =4 weeks P2 = 6 weeks. Factor II: Dosage chicken manure (A), namely: A0 = 0 kg, A1: 1kg (1 ton / ha), A2 = 2kg (2 tonnes / ha) and A3 = 3kg (3 ton / ha) as mapped tillers . The parameters studied were plant height, number of tillers, fresh production, production of dry matter, crude protein, crude fiber and gross energy.

The results showed that dosage of chicken manure real results to the fresh weight, dry weight, and height, but does not give real results to the number of tillers. At the cutting intervals showed significantly effect on crude protein, crude fiber and energy. The interaction between treatment also showed a significantly.

(59)

PEMBERIANBERBAGAI LEVEL PUPUK KANDANG AYAM

DAN INTERVAL PEMOTONGANTERHADAP KANDUNGAN

NUTRISI DAN PRODUKSI RUMPUTGAJAH MINI

(Pennisetum purpureum schumach)

SKRIPSI

DANI SUGESTI

090306030

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(60)

PEMBERIAN BERBAGAI LEVEL PUPUK KANDANG AYAM

DAN INTERVAL PEMOTONGAN TERHADAP KANDUNGAN

NUTRISI DAN PRODUKSI RUMPUT GAJAH MINI

(Pennisetum purpureum schumach)

SKRIPSI

DANI SUGESTI

090306030

Skripsi sebagai salah satu syarat untukmemperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(61)

Judul :PemberianBerbagai Level PupukKandang Ayam dan Interval Pemotonganterhadap Kandungan Nutrisi dan Produksi Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum scumach).

Nama : DaniSugesti

NIM : 090306030

Program Studi : Peternakan

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing,

(Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt., M.Si) (Dr.Ir. Ma’rufTafsin, M.Si)

Ketua Anggota

Mengetahui,

(62)

ABSTRAK

DANI SUGESTI, 2014: Pemberian Berbagai Level Pupuk Kandang Ayamdan Interval Pemotonganterhadap Produksi dan Nutrisi Pennisetum purpureum

scumach. Dibimbing oleh NEVY DIANA HANAFI dan MA’RUF TAFSIN.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh berbagai dosis pupuk kandang terhadap produksi dan kandungan nutrisi Pennisetum purpureum scumach, melihat pengaruh interval pemotongan terhadap produksi dan kandungan nutrisi Pennisetum purpureum dan melihat interaksi antara perlakuan dosis pupuk kandang dengan interval pemotongan Pennisetum purpureum scumach. Penelitian dilaksanakan di Lahan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada Desember sampai Maret 2014. Rancangan yang dipakai dalam penelitian adalah Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design). Perlakuan terdiri dari 2 faktor yaitu faktor I: Interval Pemotongan (P), yaitu dari P1= 4 minggu dan P2= 6 minggu. Faktor II: Dosis pupuk kandang ayam (A), yaitu: A0 = 0 kg , A1: 1kg (1 ton/ha), A2 = 2kg (2 ton/ha) dan A3

Hasil penelitian diperoleh bahwa pemberian dosis pupuk kandang ayam memberikan hasil yang nyata terhadap berat segar, berat kering, dan tinggi tanaman, tetapi tidak memberikan hasil yang nyata terhadap jumlah anakan. Pada interval pemotongan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap protein kasar, serat kasar dan energi. Interaksi antara perlakuan juga menunjukkan pengaruh yang nyata.

= 3kg (3 ton/ha) sebagai anak petakan. Parameter yang diteliti adalah tinggi tanaman, jumlah anakan, produksi segar, produksi bahan kering, protein kasar, serat kasar dan energi bruto.

(63)

ABSTRACT

DANI SUGESTI, 2014‘Provision of Various Levels Chicken Manure and Interval Cutting on Production and Nutrition Pennisetum purpureum scumach’. Under supervised by NEVY DIANA HANAFI and MA'RUF TAFSIN.

This study aims to determine the effect of various dosage of manure on the production and nutrient content Pennisetum purpureum scumach, the effect of cutting interval on the production and nutrient content Pennisetum purpureum and the interaction between dosage treatment of manure with Pennisetum purpureum scumach cutting interval. Research conducted at Land’s of Agricultural Faculty, University of Sumatera Utara in December to March 2014. The design used in the study were divided plot design (Split Plot Design). Treatment consists of two factors: the first factor: Cutting interval (P), from P1 =4 weeks P2 = 6 weeks. Factor II: Dosage chicken manure (A), namely: A0 = 0 kg, A1: 1kg (1 ton / ha), A2 = 2kg (2 tonnes / ha) and A3 = 3kg (3 ton / ha) as mapped tillers . The parameters studied were plant height, number of tillers, fresh production, production of dry matter, crude protein, crude fiber and gross energy.

The results showed that dosage of chicken manure real results to the fresh weight, dry weight, and height, but does not give real results to the number of tillers. At the cutting intervals showed significantly effect on crude protein, crude fiber and energy. The interaction between treatment also showed a significantly.

(64)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Labuhan Batu pada tanggal 22 Januari 1991 dari Bapak Irawady dan Ibu Sunarti. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Tanah Jawa dan pada tahun yang sama penulis masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB (Ujian Masuk Bersama). Penulis memilih program studi peternakan.

(65)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul“Pemberian Berbaagai Level Pupuk Kandang Ayam dan Interval Pemotongan Terhadap Kandungan Nutrisi dan Produksi Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum scumach)”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua atas doa, semangat dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dr. Nevy Diana Hanafi. S.Pt, M.Si Selaku ketua komisi pembimbing dan kepada bapak Dr. Ir Ma’ruf Tafsin, M.Si Selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan proposal ini.

(66)

DAFTAR ISI

Defoliasi dan Interval Pemotongan Rumput ... 12

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Jumlah Anakan tanaman Pennisetum purpureum scumach ... 15

Pertumbuhan Tinggi Tanaman Pennisetum Purpureum Schumach… .... 16

Produksi Segar Pennisetum purpureum ... 16

Produksi Bahan Kering Pennisetum purpureum ... 16

Kandungan Nutrisi Pennisetum purpureum ... 17

Pelaksanaan Penelitian ... 18

(67)

Pemberian Pupuk Kandang ... 18

Penanaman ... 19

Pemotongan Rumput Gajah Mini ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

Produksi Segar Rumput Gajah Mini (kg/ha) ... 20

Produksi Bahan Kering Rumput Gajah Mini (kg/ha) ... 23

Tinggi Tanaman Rumput Gajah Mini (cm) ... 26

Jumlah Anakan Rumput Gajah Mini (Rumpun) ... 28

Protein Kasar Rumput Gajah Mini (%) ... 31

Serat Kasar Rumput Kasar Mini (%) ... 34

Energi Bruto Rumput Gajah Mini (K.cal) ... 36

KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

Kesimpulan ... 38

Saran ... 38 DAFTAR PUSTAKA

(68)

DAFTAR TABEL

No. ... Hal 1. Analisa Kadar Protein Kasar dan Serat Kasar berbagai Jenis Hijauan

Makanan Ternak ... 7 2. Kandungan Zat Hara Beberapa Kotoran Ternak Padat dan Cair ... 11 3. Rataan Produksi Segar Pennisetum purpureum Selama Penelitian (kg/ha) .... 20 4. Rataan Produksi Bahan Kering Pennisetum purpureum (kg/ha) ... 23 5. Rataan Tinggi Tanaman Pennisetum purpureum Selama Penelitian (cm) ... 26 6. Rataan Jumlah Anakan Pennisetum purpureum Selama Penelitian (anakan) 29 7. Rataan Kandungan Protein Kasar Pennisetum purpureum (%) ... 31 8. Rataan Kandungan Serat Kasar Pennisetum purpureum Selama

(69)

DAFTAR GAMBAR

No Hal.

1. Diagram Interaksi Kombinasi Perlakuan Interval Pemotongan dan Dosis Pupuk Kandang Ayam terhadap Produksi SegarPennisetum purpureum scumach... ... 22 2. Diagram Interaksi Kombinasi Perlakuan Interval Pemotongan dan Dosis

Pupuk Kandang Ayam terhadap Bahan KeringPennisetum purpureum scumach ... 25 3. Diagram Interaksi Kombinasi Perlakuan Interval Pemotongan dan

DosisPupuk Kandang Ayam terhadap Tinggi Tanaman Pennisetum purpureumscumach ... 27 4. Diagram Interaksi Kombinasi Perlakuan Interval Pemotongan dan Dosis

Pupuk Kandang Ayam terhadap Jumlah AnakanPennisetum purpureum scumach ... 30 5. Diagram Interaksi Kombinasi Perlakuan Interval Pemotongan dan

DosisPupuk Kandang Ayam terhadap Protein Kasar Pennisetum purpureum scumach ... 33 6.Diagram Interaksi Kombinasi Perlakuan Interval Pemotongan dan

DosisPupuk Kandang Ayam terhadap Serat KasarPennisetum purpureum scumach ... 35 7. Diagram Interaksi Kombinasi Perlakuan Interval Pemotongan dan Dosis

Gambar

Tabel 3 Rataan produksi segar rumput gajah mini (g/ plot)
Tabel 4 Rataan Produksi Bahan Kering Selama Penelitian (g/plot)
Tabel 5 Rataan Tinggi Tanaman Selama Penelitian (cm/plot/)
Tabel 6 Rataan Jumlah Anakan Rumput Gajah Mini Selama Penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Animasi Kartun ini jika dijalankan akan menampilkan sebuah tontonan animasi yang menarik untuk semua kalangan dan juga agar dapat membuat animasi sendiri sesuai dengan

Peraturan Presiden republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;6. Alokasi

Kami telah mereviu Laporan Keuangan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk Tahun Anggaran 2011 berupa Neraca, Laporan Realisasi Anggaran dan Catatan atas Laporan

Intisari: Kondisi kesehatan siswa merupakan salah satu faktor yang dimungkinkan mempengaruhi pretasi belajarnya di sekolah, karena dengan kondisi yang sehat maka

Data yang dikumpulkan dianalisis oleh peneliti; dan dalam proses tersebut kesalahan gramatika, koherensi paragraph dan pelaksanaan tugas komunikasi bercerita dan

Untuk melihat apakah ada perbedaan efek antiinflamasi eugenol dengan efek antiinflamasi ekstrak jahe merah pada konsentrasi 1% dan 2% pada gigi yang

perekonomian penduduk di pulau ini, kami merencanakan adanya pembangunan dermaga perekonomian penduduk di pulau ini, kami merencanakan adanya pembangunan dermaga jetty yang